Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang mencakup pelayanan bio-psiko-sosio dan spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga serta masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat (Potter & perry, 2005). Keperawatan sebagai profesi mengharuskan pelayanan keperawatan diberikan secara profesional oleh perawat dengan kompetensi yang memenuhi standart dan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga masyarakat menerima pelayanan dan asuhan keperawatan yan bermutu (Hamid,2001). Di tengah munculnya new-emerging disease, penyakit infeksi tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting diseluruh belahan dunia. Penyakit infeksi masih menajdi penyebab utama kesakitan dan kematian., khusunya pada anak-anak. Insidens penyakit infeksi meningkat pada usia 1-5 tahun. Di Indonesia sendiri berdasarkan data SUSENAS tahun 2005, 28% kematian anak masih di sebabkan oleh ISPA yakni penyakit infeksi pneumokkokus. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penyakit infeksi khusunya ISPA masih menjadi permasalahan serius. Salah satu penyakit ISPA yang sering terjadi pada anak-anak dan menjadi fokus program kesehatan adalah pneumonia, Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang mengenai ajringan paru-paru

(alveolus). Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak. Populasi yang rentan menderita pneumonia adalah anak-anak yang memiliki usia kurang dari 2 tahun, orang tua yang berusia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (gangguan imunologi, malnutrisi) .2 Pneumonia merupakan pembunuh utama anak dibawah usia lima tahun (Balita) di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, Malaria dan Campak. Namun, belum banyak perhatian terhadap penyakit 2 tahun akibat pneumonia atau sama dengan 4 Balita meninggal setiap menitnya.3,4 Sekitar 60% kasus pneumonia di negara berkembang disebabkan oleh bakteri dan dapat diobati dengan antibiotik, sedangkan sebagian besar kasus pneumonia di negara maju adalah virus Insidens pneumonia masih cukup tinggi dibeberapa negara. Di Eropa dan Amerika Utara, insidensnya mencapai 30-40 kasus per1000 anak (Machmud dalam Rizkianti, 2009). Hampir 2 uta balita di dunia diperkirakan meninggal akibat infeksi pneumonia setiap tahunnya. 700 ribu diantaranya terjadi di negara kawasan asia Tenggara dan Pasifik Barat (siswono, 2006). Di negara berkembang pun pneumonia masih merupakan penyebab kematian utama (ostapchuck, 2006). Hal ini diperkuat dengan hasil konferensi Internasional mengenai ISPA di Canberra yang menemukan 44juta bayi dan balita di negaranegara berkembang meninggal tiap tahun akibat ISPA (Rizkianti, 2009). Di indonesia, insidens pneumonia pada komunitas telah meningkat lebih dari 40 kali lipat, yaitu 5 per 10.000 penduduk pada tahun 1990 menjadi 212,6 per 10.000 penduduk pada tahun 1998 (Depkes RI dalam 2006). Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia pada Tahun 2005 didapatkan 600.720 kasus

pneumonia pada balita (3,04 %). Pada tahun 2006, jumlah kasus pneumonia balita yang ditemukan menurun menjadi 642.700 kasus atau sebesar (2,87%) (depkes ri 2007). Meskipun jumlah kasus mengalami penurunan, pneumonia masih menjadi penyebab kematian yang banyak dialami oleh bayi dan balita. Pada survei mortalitas subdit ISPA tahun 2005 menyebutkan bahwa pneumoonia menempati peringkat kedua penyebab kematian bayi (22,3%) dan peringkat pertama pada balita (23,6%) dari seluruh penyebab kematian. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%, angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan Balita 15,5% Indonesia sendiri merupakan negara peringkat ke enam di dunia dengan jumah kasus pneumonia anak terbanyak (Depkes, 2009). Di jambi, Sejauh ini penyakit Ispa masih menjadi penyakit yang paling banyak terjadi. Bahkan jumlah kasusnya mencapai dua ribu lebih yang tersebar di berbagai daerah di Kabupaten Muarojambi. Untuk dua daerah yang menjadi tempat terbanyak penyakit ISPA ini adalah di daerah Tempino dan Pondokmeja. Dua daerah ini sejak awal tahun telah menjadi daerah dengan pengidap ISPA terbanyak. Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Muarojambi, tercatat sebanyak 284 kasus pneumonia yang tersebar di berbagai kecamatan. Tiga besar desa dengan jumlah kasus terbanyak yaitu terdapat di Desa Jambi Kecil sebanyak 54 kasus, Desa kebon IX 52 kasus dan di bahar VII ada 46 kasus. Sementara sisanya kasus-kasus yang ada hanya dalam jumlah kecil (Iis, 2012).

Pneumonia yang menyerang balita akan menyebabkan kematian yang lebih cepat bila tidak segera diobati. Pneumonia merupakan pembunuh nomor satu bukan berarti penyakit ini tidak dapat ditanggulangi. Pneumonia jg dapat menyebabkan Komplikasi-komplikasi
meliputi hipoksemia, gagal respiratorik,

efusipleura, empiema, abses paru, dan bakteremia, disertai penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain yang menyebabkan meningitis, endokarditis,dan perikarditis. Umumnya, prognosisnya baik bagi orang yang memiliki paru-paru normal dan ketahanan tubuh yang cukup baik sebelum pneuminia menyerang, namun tak jarang pula yang dapat menyebabkan kematian seperti pada kasus yang banyak terjadi pada bayi dan balita.

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat penting. Fokus asuhan keperawatan adalah mengidentifikasi masalah yang timbul, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan,

melaksanakan dan mengevaluasi tindakan yang telah diberikan apakah sudah diatasi atau belum atau perlu modifikasi. Kasus pneumonia yang berat mengharuskan pasien untuk dirawat di rumah sakit. Selama proses perawatan di rumah sakit (hospitalisasi), anak tidak terlepas dari keluarga terutama orang tuanya. Oleh karena itu, perawatan berfokus keluarga (PBK) menjadi konsep utama perawatan anak selama hospitalisasi. Pentingnya peran dan keterlibatan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan juga dijelaskan oleh Benzein et al.5 Fenomena ini memunculkan budaya pentingnya pemberdayaan keluarga selama hospitalisasi. Dengan menempatkan keluarga sebagai mitra dalam merawat anak selama hospitalisasi dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan, menyelesaikan masalah, dan menggunakan sumber-sumber yang tepat dalam memenuhi kebutuhan kesehatan (nurhaeni,dkk.

2011). Dalam hal ini Perawat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai sangatlah dibutuhkan dalam menciptakan hal tersebut. Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan diatas maka penulis tertarik untuk mempelajari dan membahas lebih lanjut mengenai konsep teoritis dari Pneumonia dan konsep dasar Asuhan keperawatan pada An. A dengan Pneumonia di ruang Anak RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012. . B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada makalh ini adalah bagaiman konsep teoritis pneumonia dan bagaimanakah pelaksanakan asuhan keperawatan pada An. A dengan pneumonia di ruang Anak RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2012.

C. Tujuan 1. Tujuan umum Mahasiswa mampu memahami gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus pneumonia. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dalam asuhan keperawatan pada An.A dengan Pneumonia di ruang anak kelas II/A RSUD Raden Mataher Jambi tahun 2012. b. Mahasiswa mampu mengelompokkan data sesuai dengan tanda dan gejala pada An.A dengan Pneumonia di ruang anak kelas II/A RSUD Raden Mataher Jambi tahun 2012.

c. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan dalam asuhan keperawatan pada An.A dengan Pneumonia di ruang anak kelas II/A RSUD Raden Mataher Jambi tahun 2012. d. Mahasiswa mampu membuat perencanaan dalam asuhan keperawatan pada An.A dengan Pneumonia di ruang anak kelas II/A RSUD Raden Mataher Jambi tahun 2012. e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi atau tindakan keperawatan dalam rangka penerapan asuhan keperawatan pada An.A dengan Pneumonia di ruang anak kelas II/A RSUD Raden Mataher Jambi tahun 2012. f. Mahasiswa mampu mengevaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan dalam asuhan keperawatan pada An.A dengan Pneumonia di ruang anak kelas II/A RSUD Raden Mataher Jambi tahun 2012. g. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada Asuhan

Keperawatan pada An.A dengan Pneumonia di ruang anak kelas II/A RSUD Raden Mataher Jambi tahun 2012

D. Manfaat 1. Bagi mahasiswa a. Mahasiswa dapat memahami tentang konsep penyakit pneumonia b. Mahasiswa mendapat memahami dan mempraktekkan tentang asuhan keperawatan pada penyakit pneumonia. 2. Bagi akademik

a. Akademik mendapatkan tambahan referensi untuk melengkapi bahan pembelajaran. b. Akademik mendapat dorongan untuk memotivasi mahasiswa tentang preeklampsia melalui proses belajar dan praktik dilapangan c. Sebagai bahan perbandingan untuk makalah-makalah 3. Bagi ilmu keperawatan Sebagai pengembangan ilmu keperawatan, dan tambahan informasi serta referensi dalam ilmu keperawatan Medikal Bedah khususnya di PRODI PSIK STIKES HI Jambi.

Anda mungkin juga menyukai