Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari

keluarga flaviviridae yang ditularkan melalui gigitan nyamuk (arthropod borne

viruses/arbovirus) yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus dengan manifestasi klinis

demam, nyeri otot/sendi disertai leukopenia, ruam, limfodenopati, trombositopenia.

Menurut data WHO, asia pasifik menanggung 75% dari beban dengue di dunia

antara tahun 2004 dan 2010, sementara Indonesia di laporkan sebagai Negara kedua dengan

kasus DBD terbesar diantara 30 negara di wilayah endemis.

Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2015 menyatakan 3,9 milyar

penduduk dunia dinegara tropis dan subtropis terdapat 128 negara berisiko terinfeksi virus

dengue dengan 96 juta kasus.2 Lebih dari 136.000 kasus DBD di Thailand dilaporkan pada

bulan Agustus 2016 merupkan jumlah kasus tertinggi selama lebih dari 20 tahun. DBD

merupakan masalah besar di Asia Tenggara, karena selama periode 40 tahun terjadi

kematian 67.295 dari total kematian di seluruh dunia sebanyak 68.977. Hal ini menunjukkan

bahwa terjadi kematian rata-rata 1682/tahun karena DBD.

Data Kementerian Kesehatan hingga 29 Januari 2019, tercatat jumlah penderita DBD

dari 34 provinsi di Indonesia mencapai 13,683 penderita. Dari jumlah tersebut sebanyak 132

kasus meninggal dunia. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan Januari 2018 dengan

jumlah penderita sebanyak 6.167 penderita dan jumlah kasus meninggal sebanyak 43 kasus.

Pada tahun 2016, kementrian kesehatan RI mencatat jumlah penderita DBD di

Indonesia tahun 2016 sebanyak 8.487 orang penderita DBD dengan jumlah kematian 108

1
orang. Golongan terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun

mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25%. Kasus DBD pada tahun 2017

dilaporkan sebanyak 112,511 kasus dengan jumlah kematian 871 orang (Incidence

Rate/angka kesakitan = 45,85 per 100.000.00 penduduk dan CFR/ angka kematian =0,77%)

( Kemenkes RI, 2017).

Menurut Data Dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes RI,2019) awal tahun jumlah

penderita DBD yamng dilaporkan mencapai 13.683 orang diseluruh Indonesia. Kemenkes

mencatat, jumlah kasus penderita DBD dari tahun lalu hingga tahun ini meningkat

signifikan. Pada januari 2018, hanya menerima laporan kasus 6.800 kasus dengan angka

kematian mencapai 43 orang.

Menurut data kementrian kesehatan RI (2018) kasus demam berdarah di wilayah

Sulawesi selatan sebanyak 1735 kasus. Sedangkan jumlah kasus yang mengalami DBD

dikabupaten bulukumba pada tahun 2019 sebanyak 127 kasus yang menderita DBD.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit virus yang tersebar di seluruh

daerah tropis, dan angka kejadiannya dipengaruhi oleh suhu, curah hujan, dan tingkat

urbanisasi. Virus DBD diperkirakan menginfeksi sekitar 50 juta orang pertahunnya dengan

500.000 orang diantaranya memerlukan rawat inap, dan kurang lebih 90% dari pasien rawat

inap merupakan anak-anak. Angka kejadian penyakit DBD ini cukup tinggi setiap tahunnya,

seperti pada tahun 2016 terjadi wabah demam berdarah besar di seluruh dunia. Tercatat

204.171 kasus terjadi di Indonesia dengan pasien rawat inap terbanyak berusia 5 – 14 tahun.

Namun, angka kejadian DBD ini mengalami penurunan di tahun 2017-2018 dan kembali

terjadi peningkatan tajam angka kejadian DBD pada tahun 2019.

2
Dari hasil data Kementrian kesehatan RI (kemenkes RI,2020) mengungkapkan

bahwa persentase dalam 2 tahun terakhir (2019-2020) terjadi peningkatan jumlah penderita

DBD. Dan mayoritas pada anak-nakdan remaja yakni usia 5-14 tahun. Pada tahun 2019,

sebanyak 41,25 %, sedangkan di tahun 2020 sebanyak 41,72%. Penderita DBD dengan usia

kurang dari 1 tahun sebanyak 1,55% di tahun 2019, sedangkan di tahun 2020 sebanyak

2,13 %, sedangkan usia 1-4 tahun sebanyak 8,96di tahun 2019 dan di tahun 2020 mengalami

peningkatan sebanyak 9,23 %.

Demam berdarah merupakan salah satu jenis penyakit yang setiap tahunnya

menjangkit masyarakat yang lebih menyerang pada golongan kelompok usia anak-anak

dengan proporsi sekitar 30 % di Indonesia.

Sehingga hal ini membutuhkan perhatian yang seriusuntuk di berikan proses

perawatan dan penanganan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan terkait dengan

penyakit DBD ini khususnya pada anak-anak yang telah diketahu bersama bahwa anak-anak

ini memilihi sistem imum yang masih rentang terhadap serangan eksternal, maka dari itu

penulis tertarik untuk malakukan pengembangan proses keperawatan pada anak dengan

menderita Demam Berdarah Dengueyang di rawat ri ruang perawatan mawar di RSUD

H.Andi Sultan Daeng Radja Bulukumba.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

3
Mampu melaksanakan proses asuhankeperawatan secara komprehensif kepada klien

anak yang mengalami Demam Berdarah Dengue.

2. Tujuan Khusus

a) Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien sesuai dengan kasusu yang di

ambil

b) Menetapkan diagnosa keperawatan klien sesuai dengan kasus yang telah di ambil

c) Merencanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kasus yang telah di ambil

d) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dang perencanaan sesuai dengan kasus

yang telah di ambil

e) Menganalisis pelaksanaan pada kasus asuhan keperawatan yang telah di ambil

berdasarkan dengan teori keperawatan.

C. Manfaat

1. Untuk Mahasiswa

Di harapkan setelah proses keperawatan yang di lakukan oleh penulis dapat

menambah ilmu-ilmu baru terkait dengan tindakan keperawtaan secara komprehensif

untuk terhadap anak dengan gejala-gejala klinis yang menderita DBD.

2. Untuk Lahan Praktek

Diharapkan dengan bertambahnya jumlah kasus penderita Demam Berdarah

Dengue di bulukumba, penulis berharap agar Rumah sakit umum bulukumba dalam lebih

meningkatkan dan mengembangkan pemberian proses asuhan keperawatan pada

anakyang mengalami gejala serius terkait dengan penyakit Demam Berdarah Dengue

yang di alaminya.

3. Untuk Institusi Pendidikan Dan Profesi Keperawatan

4
Diharapkan bagi institusi pendidikan kesehatan dan profesi kesehatan dapat

membantu menurunkan angka kejadian kasuus DBD khusunya angka kesakitan dan

kematian pada anak yang menjadi kelompok usia terbanyak yang menderita dengan lebih

memfokuskan pemberian proses asuhan keperawatan terkait dengan tindakan-tindakan

keperawatan yang lebih komprehensif.

Dan diharapakan karya ilmiyah akhir ners ini terkait dengan proses keperawatan

pada anak dengan diagnose DBD dapat menjadi acuan perbaharuan dalam penaganan

pada anak dengan demam berdarah dengue sehingga dapat di terapkan dalam pofesi

keperawatan dalam proses pemberian asuhan keperawatan.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Umum Keperawatan Anak

1. Pengertian Anak

Menurut  UU RI No. IV th 1979 ttg kesejahteraan anak, disebutkan bahwa anak

adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah Sedangkan

menurut UU RI No. I th 1974 Bab IX ps 42 disebutkan bahwa anak  yang sah adalah

yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah.

Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian anak

adalah seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah yang belum

mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.

2. Kedudukan Anak Di Indonesia

Di Indonesia anak dipandang sebagai pewaris keluarga, yaitu penerus keluarga

yang kelak akan melanjutkan nilai – nilai dari keluarga serta  dianggap sebagai seseorang

yang bisa memberikan perawatan dan perlindungan ketika kedua orang tua sudah berada

pada tahap lanjut usia ( jaminan hari tua  ) . Anak masih dianggap sebagai  sumber tenaga

murah yang dapat membantu ekonomi keluarga. Keberadaan anak  dididik menjadi

pribadi yang mandiri

3. Filosofi  Keperawatan Anak

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus memahami

bahwa semua asuhan Keperawatan anak  harus berpusat pada keluarga ( family center

care ) dan mencegah terjadinya trauma ( atraumatik care )

6
Family center care  ( perawatan berfokus  pada keluarga ) merupakan  unsur

penting dalam perawatan anak karena  anak merupakan bagian dari anggota keluarga,

sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga., Untuk itu

keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta

tetap dalam kehidupan anak yang dapat mempengaruhi status kesehatan anak

Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan keperawatan yang

ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga dengan

memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan. Prinsip dari  atraumatic care

adalah menurunkan dan mencegah dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan

kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan

mengurangi cedera      ( injury ) dan nyeri ( dampak psikologis ), tidak melakukan

kekerasan pada anak dan modifikasi lingkungan fisik

4. Prinsip Keperawatan Anak

Dalam keperawatan anak, perawat harus mengetahui bahwa prinsip keperawatan anak

adalah :

a. Anak bukan miniatur orang dewasa

b. Anak sebagai individu unik & mempunyai kebutuhan sesuai tahap perkembangan

c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada pencegahan & peningkatan derajat

kesh, bukan mengobati anak sakit

d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada

kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif

dalam memberikan askep anak

7
e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak & keluarga untuk

mencegah, mengkaji, mengintervensi & meningkatkan kesejahteran dengan

menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan moral ( etik ) & aspek

hukum ( legal )

f. Tujuan keperawatan anak & remaja adalah untuk meningkatkan maturasi /

kematangan

g. Berfokus pada pertumbuhan & perkembangan

5. Paradigma Keperawatan Anak

a. Manusia ( Anak )

Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga merupakan salah satu

sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk dapat memberikan pelayanan

keperawatan yang tepat sesuai dengan masa tumbuh kembangnya, anak di

kelompokkan berdasarkan masa tumbuh kembangnya yaitu

1) Bayi                             : 0 – 1 th

2) Toddler                       : 1 – 2,5 th

3) Pra Sekolah                 : 2,5 – 5 th

4) Sekolah                       : 5 – 11 th

5) Remaja                        : 11 – 18 th

 Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara

orang dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat dilihat dari

struktur fisik, dimana secara fisik anak memiliki organ yang belum matur

sepenuhnya. Sebagai contoh bahwa komposisi tulang pada anak lebih banyak

berupa tulang rawan, sedangkan pada orang dewasa sudah berupa tulang keras.

8
Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak dalam

membentuk zat penangkal anti peradarangan belum sempurna sehingga daya

tahan tubuhnya masih rentan dan mudah terserang penyakit. Pada aspek

kognitif,  kemampuan berfikir anak  serta tanggapan terhadap pengalaman masa

lalu sangat berbeda dari orang dewasa, pengalaman yang tidak menyenangkan

selama di rawat akan di rekam sebagai suatu trauma, sehingga pelayanan

keperawatan harus meminimalisasi dampak traumatis anak

b. Konsep Sehat Sakit

  Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik

fisik, mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas dari penyakit atau cacad.

Konsep sehat & sakit merupakan suatu spektrum yang lebar & setiap waktu

kesehatan seseorang bergeser dalam spektrum sesuai dengan hasil interaksi yang

terjadi dengan kekuatan yang mengganggunya

c. Lingkungan

LIngkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat maupun

sakit serta status kesehatan. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi

kesehatan berupa lingkungan Internal dan lingkungan external . Lingkungan

Internal yang mempengaruhi kesehatan seperti tahap perkembangan, latar

belakang intelektual, persepsi terhadap fungsi fisik, faktor Emosional, dan

spiritual. Sedangkan lingkungan external yang mempengaruhi status kesehatan

antara lain keluarga, sosial ekonomi, budaya.

9
d. Keperawatan

Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif

meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada individu,

keluarga, masyarakat dan kelompok khusus yang mengutamakan pelayanan

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan dalam kondisi sehat

maupun sakit.

Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga merupakan

sasaran dalam pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi asuhan

keperawatan harus memandang anak sebagai individu yang unik yang memiliki

kebutuhan tersendiri sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.

6. Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak

a. Pemberi perawatan

Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan

kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan  masalah yang

terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks. Contoh

peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika perawat memenuhi

kebutuhan dasar seperti memberi makan, membantu pasien melakukan ambulasi dini.

b. Sebagai Advocat keluarga

Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien dan

keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan

daninfo rmasi  yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas

tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat sebagai advocate

10
keluarga dapt ditunjukkan dengan memberikan penjelasan tentang prosedur operasi

yang akan di lakukan sebelum  pasien melakukan operasi.

c. Pendidik

Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan

kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya. Salah satu aspek

yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena

perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan.

Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan tentang penanganan diare merupakan

salah satu contoh peran perawat sebagai pendidik ( health educator )

d. Konseling

Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap

keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan dasar dalam

perencanaan tindakan keperawatan. Konseling diberikan kepada individu,  keluarga

dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu.

Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku

hidup sehat (perubahan pola interaksi).

e. Kolaborasi

Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya

mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat

terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian dan

ketrampilan dari berbagai professional pemberi palayanan kesehatan. Sebagai contoh,

perawat berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat pada anak

11
dengan nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk menentukan

dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada anak yang menderita infeksi

f. Peneliti

Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam ilmu

keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap

rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh diperoleh melalui

penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan evalusai, mengukur

kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang

telah diberikan.  Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakan orang lain untuk

berbuat sesuatu yang berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu

mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari

berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian dalam rangka

mengembagkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan.

7. Lingkup Praktek Keperawatan Anak

Menurut, Gartinah, dkk ( 1999), Lingkup praktek keperawatan anak merupakan

batasan asuhan keperawatan  yang diberikan pada klien anak usia 28 hari sampai usia  18

th atau BBL ( Bayi Baru Lahir )  sampai usia 12 th. Sedangkan Sularso ( 1993 )

memberikan penjelaskan bahwa asuhan keperawatan anak meliputi   tumbang anak yang

mencakup  ASAH ( stimulasi mental ),  ASIH ( Kasih sayang ), ASUH ( pemenuhan

kebutuhan fisik )

12
B. Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue /DBD (secara medis disebut Dengue

Hemerragic Fever/DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang di

tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan

mengganggu kinerja darah kapiler dan system pembekuan darah, sehngga mengakibatkan

perdarahan-perdarahan. Demam Berdarah Dengue tidak menular melalui kontak manusia

dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan

melalui nyamuk. (Dwi Sunar Prasetyo : 2012).

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Hadinegoro, 2013).

Penyakit ini adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh 4 serotipe virus

Dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi,

manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai

timbulnya renjatan (sindrom renjatan Dengue ) sebagai akibat dari kebocoran plasma

yang dapat menyebabkan kematian (Soegijanto, 2010)

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang

sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian terutama pada anak. Penyakit

DBD adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai manifestasi pendarahan dan

bertendensi menimbulkan rejatan (shock) dan kematian (Ditjen PPM&PI,2015)

Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menujukkan manifestasi DBD berat. Ada

yang hanya bermanifestasi demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya atau

13
bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit (asimtomatik). Sebagian lagi akan

menderita demam dengue saja tidak menimbulkan kebocoran plasma dan menyebabkan

kematian (Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan definisi yang Telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa

penyakti DBD adalah virus dengur yang di tularkan melaui gigitan nayamuk aides

aygepti dan aedes albopictus yang menyebabkan gangguan padapembuluh darah kapiler

dan pada sistempembekuan darah, sehingga menyebabkan pendarahan yang bertendensi

mengakibatkan renjatan yang mengakibatkan yang dapat menyebabkan kematian.

2. Klasifikasi DHF

Suriadi, (2010) mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4

golongan, yaitu :

a. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7

hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II : Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan

seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.

c. Derajat III : Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan

cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (120 mmHg), tekanan darah menurun,

(120/80 , 120/100 , 120/110, 90/70, 80/70, 80/0, 0/0)

d. Derajat IV : Terjadi syok berat dimana nadi tidak teaba/ sangat lemah, tekanan darah

tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan

kulit tampak biru.

14
3. Etilogi

DBD diketahui disebabkan oleh virus dengue. virus dengue merupakan

Mukleokapsid ikosahedral dan dibungkus oleh lapisan kapsul lipid. Virus ini termasuk

termasuk kedalam kelompok arbovirus B, flaviviridae, genus flavivirus. Flavivirus

merupakan virus yang berbentuk sferis, berdiameter 45-60 nm, mempunyai RNA positif

sense yang terselubung, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietel eter

natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70 0 c (Hadinegoro, 2011)

Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes aegypti betina, disamping pula

Aedes albopictus betina . Ciri-ciri nyamuk penyebab penyakit demam berdarah (nyamuk

aedes aegypti) (Shu PY, 2016) :

 Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih

 Hidup di dalam dan sekitar rumah

 Mengigit/ mengisap darah pada siang hari

 Senang hinggap pada pakaian yang bergantung di dalam kamar

 Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah

bukan di got/comberan

 Di dalam rumah : bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, dan

lainnya.

Virus dengue memiliki 4 tipe penyebab DBD, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan

DEN-4. Tiap virus dapat dibedakan melaui isolasi virus di laboratorium infeksi oleh satu

tipe virus dengue akan memberikan imunitas yang menetap terhadap infeksi virus yang

sama pada masa yang akan datang. Namun hanya memberikan imunitas sementara dan

parsial terhadap infeksi tipe virus lainnya (Ginanjar, 2015).

15
Virus akan ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty

memerlukan 8-10 hari untuk menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsik dari lambung

sampai kelenjar ludah nyamuk tersebut. Sebelum demam muncul pada penderita, virus

ini sudah terlebih dulu berada dlam darah 1-2 hari. Setelahnya penderita berada dalam

kondisi virenia selama 4-7 hari (Ginanjar, 2015).

4. Patofisiologi

Virus dengue yang pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan

nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali member gejala demam berdarah. Pasien

akan mengalami gejala viremia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal

seluruh badan, hyperemia di tenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin

terjadi pada DBD seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limfa. Reaksi yang

berbeda nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang

berlainan. Berdasarkan hal itu timbulah the secondary heterologous infection atau the

sequential infection of hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik

atibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibodi (kompleks virus

antibodi) yang tinggi. Terdapatnya kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah akan

mengakibatkan :

a) Kompleks virus antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen, yang berakibat

dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan meningginya permeabilitas

dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut,

suatu keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.

b) Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami metamorfosis.

Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan dimusnahkan oleh sistem

16
retikuloendetelial dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan

agregasi, trombosit akan melepaskan vasoaktif (histimin dan serotinin) yang bersifat

meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor III yang

merangsang koagulasi intravaskular.

c) Terjadinya aktivasi faktor hageman (faktor XII adalah faktor koagulasi yang beredar

dalam sirkulasi darah) dengan akibat akhir terjadinya pembekuan intravaskular yang

meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan

dalam pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrinogen

degradation product. Di samping itu aktivasi akan merangsang sistem kinin yang

berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah.

Tingginya permeabilitas dinding pembuluh darah menyebabkan kebocoran

plasma yang berlangsung selama perjalanan penyakit, yang dimulai sejak permulaan

masa demam dan mencapai puncaknya pada masa renjatan. Pada pasien dengan renjatan

berat volume plasma dapat menurun sampai 30% atau lebih. Jika keadaan tersebut tidak

teratasi maka akan menyebabkan anoksia jaringan, asidosis metabolic dan berakhir

dengan kematian. Perdarahan yang terjadi pada pasien DBD terjadi karena

trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi

(protrombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen). Perdarahan hebat dapat terjadi

terutama pada traktus gastrointestinal.

5. Manisfestasi Klinis

Kasus DBD ditandai oleh manifestasi klinis, yaitu demam tinggi dan mendadak

yang dapat mencapai 40°C atau lebih dan kadang disertai dengan kejang demam, sakit

kepala, anoreksia, muntahmuntah, nyeri perut kanan atas, atau seluruh bagian perut, dan

17
perdarahan, terutama perdarahan kulit walaupun hanya berupa uji tourniquet positif.

Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud memar atau dapat juga berupa perdarahan

spontan mulai dari ptekie (muncul pada hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6

hari) pada ekstremitas, tubuh dan muka sampai epistaksis dan perdarahan gusi.

Sementara perdarahan gastrointestinal masif lebih jarang dan biasanya hanya terjadi pada

kasus dengan syok yang berkepanjangan atau setelah syok yang tidak dapat teratasi.

Perdarahan lain seperti perdarahan subkonjungtiva terkadang juga ditemukan. Pada masa

konvalesen sering kali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan

hepatomegali. Hepatomegali pada umumnya dapat diraba pada permulaan penyakit dan

pembesaran hati ini tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Nyeri tekan sering kali

ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah (Ambarwati dan Nasution,

2012).

Masa tunas 3-15 hari tetapi rata-rata 5-8 hari. Gejala klinis timbul secara

mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot seluruh tubuh, nyeri di belakang kepala

hebat, suara serak, batuk epistaksis serta disuria. Penyakit biasanya akan sembuh sendiri

dalam 5 hari dengan penurunan suhu secara lisis. Maka penyakit ini juga disebut demam

5 hari (vyfdangse korts). Demam berdarah dengue ditandai oleh demam mendadak tanpa

sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri

pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut

menyerupai

influenza biasa. Pada hari ke-2 atau ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang

beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa perdarahan dibawah kulit,

perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat

18
perdarahan lambung, melena dan juga hematuria masif. Selain perdarahan juga terjadi

syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7

dengan tanda-tanda anak menjadi semakin lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung

teraba dingin dan lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun

dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang (Ngastiyah, 2012).

Gejala klinis untuk diagnosis DBD (menurut patokan WHO, 1975 dalam

Ngastiyah, 2012) adalah :

a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas.

b. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif dan adanya salah

satu bentuk perdarahan yang lain misalnya ptekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan

gusi, melena atau hematemesis.

c. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakt).

d. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi

20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai

80 mmHg atau kurang) disertai kulit yang terasa dingin dan lembab terutama pada

ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis di sekitar

mulut.

Diagnosa penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnosa

klinis dan laboratoris dengan tanda dan gejala sebagai berikut (Wijaya dan Putri, 2013) :

a. Diagnosa klinis

1) Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38-40°C)

2) Manifestasi perdarahan dengan bentuk : uji tourniquet positif, ptekie (bintik

merah pada kulit), purpura (pendarahan kecil di dalam kulit), ekimosis,

19
perdarahan konjungtiva (perdarahan mata), perdarahan gusi, hematemesis

(muntah darah), melena (BAB darah) dan hematuria (adanya darah dalam urin).

3) Perdarahan pada hidung.

4) Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat

pecahnya pembuluh darah.

5) Pembesaran hati (hepatomegali).

6) Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan

sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.

7) Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya nafsu

makan, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.

b. Diagnosa laboratories

1) Trombositopeni pada hari ke-3 sampai hari ke-7 ditemukan penurunan trombosit

hingga <100 10³/μl.

2) Hemokonsentrasi, meningkatnya hematokrit sebanyak 20% atau lebih.

Manifestasi klinis DBD menurut WHO 1986 dalam Wijaya dan Putri, 2013)

adalah:

a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis.

Demam disertai gejala spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung,

tulang, persendian, dan kepala.

b. Manifestasi perdarahan, seperti uji tourniquet positif, ptekie,purpura, ekimosis,

espistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan melena.

c. Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus.

20
d. Demam dengan atau tanpa renjatan. Renjatan pada saat demam biasanya

mempunyai prognosis buruk.

e. Kenaikan nilai Ht/hemokonsentrasi, yaitu sedikitnya 20%.

6. Komplikasi

Komplikasi yang sering dijumpai pada penderita DBD adalah gangguan

keseimbangan elektrolit dan overhidrasi (Rampengan, T. H. 2008)

a. Gangguan keseimbangan elektrolit Gangguan keseimbangan elektrolit biasanya

dijumpai pada fase leakage/kritis dan yang palung sering adalah hiponatremia dan

hipokalsemia, sedangkan hipokalemia sering pada fase konvalesen

1) Hiponatremia, karena intake yang tida cukup dan mendapat cairan yang hipotonik

misalnya N/2 atau N/3. Jika penderita tidak mengalami kejang tidak perlu

diberikan NaCl 3% tetapi cukup diberi NaCl 0,9%atau RL-D5% atau RA-D5%.

2) Hipokalsemia, karena leakage Ca mengikuti albumin ke ruanganperitoneum dan

pleura. Diobati dengan Ca glukonas 10% sebanyak 1 mL/kgBB/kali (maksimal 10

mL) diencerkan dan diberi IV perlahan dapat diulangi tiap 6 jam hanya pada

penderita risiko tinggi atau yang mungkin mengalami komplikasi, misalnya pada

derajat IV dan pada penderita dengan overhidrasi.

b. Overhidrasi

Komplikasi overhidrasi dapat dijumpai, baik pada fase kritis maupun fase

konvalesen. Komplikasi ini lebih serius karena dapat menyebabkan edema paru akut

dan/atau gagal jantung kongestif, yang berakhir dengan gagal napas dan kematian.

Untuk mencegah komplikasi ini adalah pengawasan ketat dan disesuaikan kecepatan

21
cairan IV ke jumlah minimal untuk mempertahankan volume sirkulasi. Penyebab

tersering terjadinya overhidrasi adalah :

1) Terapi IV yang terlalu dini sejak fase demam

2) Penggunaan cairan hipotoni (N/2, N/3)

3) Tidak mengurangi kecepatan pemberian cairan IV dan tidak menghentikan IV

pada fase konvalesen (fase pemulihan)

4) Tidak menggunakan cairan koloid pada saat indikasi penggunaannya

5) Tidak menggunakan cairan koloid secara efektif (hiperonkotik atau koloid

plasma ekspander.

6) Tidak memberikan transfusi darah pada saat diperlukan dan hanya

memberikan cairan kristaloid dan koloid

7) Tidak menghidutng jumlah cairan IV sesuai berat badan ideal pada penderita

gemuk (overweight)

Gejala dan tanda overhidrasi adalah :

1) Distres pernapasan, dispnea dan takipnea

2) Abdomen yang sangat distended (penumpukan zat berupa gas atau cairan

yang menumpuk di dalam perut sehingga perut membesar melebihi ukuran

normal) dengan asites yang massif

3) Nadi yang cepat (biasanya pengisiannya kuat)

4) Penyempitan tekanan nadi pada beberapa penderita disebabkan

meningkatnya tekanan intraabdominal dan intraorakal. Kebanyakan penderita

dengan overhidrasi mempunyai tekanan darah yang tinggi dan nadi yang

lebar.

22
5) Krepitasi dan/atau ronchi pada kedua lapang paru

6) Perfusi jaringan yang jelek/capillary refill yang lambat > 3 detik ditemukan

pada beberapa penderita dengan ancaman gagal napas yang disebabkan oleh

efusi pleura dan/atau asites yang masif.

Pentalaksanaan penderita overhidrasi adalah mengeluarkan kelebihan

jumlah cairan dalam rongga pleura dan abdomen yang menyebabkan distres

pernapasan, tetapi cara ini hampir tidak mungkin dikerjakan. Secara praktis

diberi diuretika IV, dianjurkan furosemida namun bila penderita masih

berada dalam fase aktif plasma leakage, dapat terjadi syok setelah pemberian

furosemida.

Jadi, hal yang sangat penting dalam penanganan overhidrasi adalah

mengetahui secara tepat waktu setelah syok/leakage plasma. Jika penderita

berada dalam waktu 24 jam setelah syok atau dalam waktu 48 jam setelah

leakage plasma, harus hati-hati karen dapat menyebabkan syok setelah

pemberian furosemida. Larutan koloid Dekstran 40% diberikan sebanyak 10

mL/kgBB/jam untuk 10-15 menit, sebaiknya diberikan pada penderita syok.

Jika penderita telah melewati fase leakage plasma, penderita tersebut jarang

terjun dalam syok dan akan terjadi diuresis. Pemberian diuretik yang terlalu

sering dapat menimbulkan gangguan keseimbangan elektrolit, tidak jarang

terjadi hiponatremia dan hipokalemia. Kemungkinan terjadi perdarahan

internal pada penderita overhidrasi harus selalu diingat. Bila pada periode ini

PCV jelas menurun, diberi transfusi PRC 5 mL/kgBB/kali. Penderita dengan

overhidrasi harus diobservasi ketat dan intensif.

23
Langkah penatalaksanaannya adalah sebagai berikut :

a. Ganti cairan IV dengan dextran 40 dengan kecepatan yang disesuaikan

b. Pasang kateter urine dengan sangat hati-hati

c. Berikan furosemida 1 mg/kg/dosis IV. Tanda-tanda vital harus dimonitor

tiap 15 menit paling lambat dalam 1 jam setelah pemberian furosemida

dan juga observasi tanda-tanda syok seperti gelisah, nyeri perut

mendadak, muntah, gangguan perfusi jaringan.

d. Jika penderita menunjukkan gejala syok, dekstran 40 diberikan 10

mL/kgBB/jam dalam waktu 10-15 menit atau sampai penderita stabil,

biasanya tidak lebih dari 30 menit.

e. Catat jumlah urine dalam mL/jam dan disesuaikan kecepatan dextran 40

sesuai dengan jumlah urine (0,5 mL/kgBB/jam adalah cukup untuk

periode leakage ()).

f. Furosemida dapat diulangi sebanyak diperlukan jika penderita masih

menunjukkan problem respirasi.

g. Pasang CVP bila penderita tidak stabil dan tidak beraksi terhadap

furosemid.

h. Pasang intubasi bila distres pernapasan berat sebelum atau

sesudah pemberian furosemida.

i. Pada penderita yang bahkan dengan bantuan ventilasi tidak dapat

mempertahankan oksigenasi yang adekuat diindikasikan untuk

melakukan tap pleura atau peritoneum. Prosedur invasive ini hanya

24
dianjurkan bila tidak ada pilihan lain, karena dapat menyebabkan

perdarahan masih dan kematian.

7. Penatalaksanaan Medis

a. Pemberian cairan

Pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak

dapat diberikan karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan,

cairan intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadang diperkukan, tetapi perlu

diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi lama demam pada DBD.

Parasetamol direkomendasikan untuk mempertahankan suhu di bawah 39˚C.

Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demem tinggi,

anoreksia dan muntah. Jenis minuman yang dianjurkan adalah jus buah, the manis,

sirup, susu serta larutan oralit. Pasien perlu diberikan minum 50 mL/kg berat dalam

dalam 4-6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat teratasi anak di beri cairan

rumatan 80-100 mL/kg berat badan dalam 24 jam berikutnya. Bila terjadi kejang

demam di samping antipiretik, berikan fenoorbital 5 mg/kgBB di bagi dalam 3 dosis

selama masih demam. Pasien harus diawasi secara ketat terhadap kemungkinan syok

yang terjadi. Periode krisis adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada demam

hari ke-3 sampai ke-5. Pemeriksaan kadar hematokrit berkala merupakan

pemeriksaan yang terbaik untuk pengawasan hasil pengobata, yaitu menggambarkan

derajat kebocoran plasma dan pedoman kebutuhan cairan intravena. Hemokonsentrasi

pada umumnya

terjadi sebelum dijumpai perubahan tekanan darah dan tekanan nadi. Hematokrit

harus diperiksa minimal satu kali dari hariketiga sampai suhu normal kembali. Bila

25
pemeriksaan hematokrit tidak ada, pemeriksaan hemoglobin dapat dipergunakan

walaupun tidak terlalu sensitive.

b. Penggantian volume cairan

pada DBD Dasar pathogenesis DBD adalah perembesan plasma, yang terjadi

pada fase penurunan suhu (fase afebris, fase kritits, fase syok) sehingga dasar

pengobatannya adalah penggantian volume plasma yang hilang. Walaupun demikian,

penggantian cairan harus diberikan dengan bijaksana dan berhati-hati. Kebutuhan

cairan awal dihitung untuk 2-3 jam pertama, sedangkan pada kasus syok mungkin

lebih sering (setiap 30-60 menit). Tetasan 24-48 jam berikutnya harus selalu

disesuaikan dengan tanda vital, kadar hematokrit, dan jumlah volume urine. Secara

umum volume cairan yang dibutuhkan adalah jumlah cairan rumatan ditambah 5-8%.

Cairan intravena diperlukan apabila :

1) Anak terus-menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi, sehingga tidak

mungkin diberi minum, ditakutkan terjadi dehidrasi yang mempercepat terjadinya

syok.

2) Nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala. Apabila

terdapat kenaikan hemokonsentrasi 20% atau lebih, komposisi jenis cairan yang

diberikan harus sama dengan plasma. Volume dan komposisi tersebut dapat

sesuai seperti cairan utnuk dehidrasi pada diare ringan sampai sedang, yaitu

dengan cairan rumatan + deficit 6% (5-8%).

26
c. Medikamentosa

Bersifat simtomatis, untuk hipireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiakdan

inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron.

Hindari pemakaian asetosal karena bahaya perdarahan.

d. Transfusi darah

Penggolongan dan pencocok-silangan darah harus dilakukan sebagai tindak

kewaspadaan rutin untuk setiap pasien syok, tetapi transfusi darah hanya

diindikasikan pada kasus perdarahan klinis yang signifikan. Plasma segar beku atau

trombosit konsentrat dapat diindikasikan pada kasus dimana koagulopati

menyebabkan perdarahan masif.

e. Antibiotik

diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

f. Terapi oksigen diberikan untuk semua penderita dengan renjatana sebaiknya diberi

oksigen

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut Ambarwati dan Nasution (2012), pengkajian pada anak dengan DBD adalah :

a. Indentitas pasien

Nama, umur (pada DBD paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari

15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua,

dan pekerjaan orang tua.

27
b. Keluhan utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien dengan DBD untuk datang ke rumah sakit

adalah panas tinggi dan anak lemah.

c. Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam

kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi pada hari ke 3 dan ke 7, dan anak

semakin lema. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,

muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu

hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada

kulit, gusi (Grade III dan IV), melena atau hematemesis.

d. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Pada DBD, anak bisa mendapat serangan ulang dengan tipe yang berbeda.

e. Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, kemungkinan akan timbulnya

komplikasi dapat dihindarkan.

f. Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Semua anak dengan status

gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak

yang menderita DBD sering mengalami keluhan mual, muntah, nafsu makan

menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi

yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status

gizinya menjadi kurang.

28
g. Kondisi lingkungan

Sering terjadi di daerah yang penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih

(seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).

h. Pola kebiasaan

1) Nutrisi dan metabolism, frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan

nafsu makan menurun.

2) Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami

diare/konstiapsi. Sementara DBD pada grade III-IV bisa terjadi melena.

3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,

sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DBD Grade IV sering terjadi hematuria.

4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami nyeri

otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya

kurang.

5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan

cenderung kurang, terutama untuk membersihkan 4 sarang nyamuk aedes.

6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga

kesehatan

i. Pemeriksaan fisik

Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung

kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DBD, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut:

a) Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan

nadi lemah.

29
b) Grade II : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah,a da perdarahan

spontan, ptekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak

teratur.

c) Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,nadi lemah, kecil,

dan tidak teratur, tekanan darah menurun.

d) Grade IV : kesadaran koma, tanda tanda vital; nadi tidak teraba, tekanan darah

tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit

tampak biru.

1) Kepala dan leher

Muka tampak kemerahan karena demam, mata anemis,

konjungtva anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada

grade II, III, dan IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,

terjadi perdarahan gusi, nyeri telan, dan pembesaran kelenjar tiroid. Sementara

tenggorokan mengalami hyperemia pharing, dan terjadi perdarahan telinga

(pada grade II, III, IV).

2) Dada

Bentuk simetris dan kadang terasa sesak. Pada hasil photo thorax terdapat

adanya aliran yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales,

ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.

3) Abdomen

Mengalami nyeri tekan epigastrium, pembesaran hati (hepatomegali),

mual/muntah dan asites

4) Genetalia dan anal Ada atau tidaknya perdarahan.

30
5) Sistem integument

Adanya ptekie pada kulit, turgor kulir menurun dan muncul keringat dingin

dan lembab, kuku sianosis/tidak, nadi 60-100 x/m kuat reguler tetapi dalam

kondisi syok nadi menjadi pelan, tidak kuat bahkan bila pada derajat IV

kadang nadi sampai tidak teraba, tensi cenderung rendah 90/60 mmHg bahkan

sampai dengan tidak terukur.

6) Ekstremitas

Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

j. Pemeriksaan laboratorium

1) Hb dan PCV meningkat (> 20%)

2) Trombositopenia (< 100.000/ml)

3) Leucopenia (mungkin normal atau leukositosis)

4) IgD dengue positif

5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipopreoteinemia,

hipokloremia, dan hiponatremia.

6) Urine dan pH darah mungkin meningkat

7) Asidosis metabolic pCO2 < 35-40 mmHg dan HCO3 rendah

8) SGCT/SGPT mungkin meningkat

2. Diagnosa Keperawatan

Masalah yang dapat ditemukan pada pasien DBD antara lain:

a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandi dengan suhu

tubuh meningkat, akral hangat, takikardia dan menggigil

b) Nyeri berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan ekspresi wajah meringis

31
c) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake tidak adekuat ditandai dengan mual, muntah, dan nafsu makan yang

menurun.

d) Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit

e) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas kapiler, perdarahan, muntahdan demam ditandai dengan mukosa

kering, turgor kulit menurun, oliguri, anak tampak lemas, BB menurun.

f) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diit, dan perawatan pasien DBD

berhubungan dengan kurang pengetahuan atau informasi tentang penyakit DBD.

g) Kecemasan berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan actual akibat

hospitalisasi ditandai dengan anak sering menangis, tidak mau di sentuh oleh orang

lain.

3. Intervensi Keperawatan

Rencana tindakan yang akan di lakukan terhadap klien berdasarkan dengan kasus

4. Implementasi Keperawatan

Berupa tindakan / bentuk implementasi dalam bentuk sebuah proses keperawatan yang di

berikan kepada klien berdasarkan dengan intervensi keperawatan yang telah di susun

sebelumnya berdasarkan dengan intervensi yang telah di tetapkan.

5. Evaluasi Keperawatan

Menilai sejauh mana keberhasilan tindakaknatau proseskeperawatan yang telah di

berikan.

32
D. Konsep Dasar Anak

1. Pengertian

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih

dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah siapa saja yang

belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih didalam kandungan, yang berarti

segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak

anak tersebut berada didalam kandungan hingga berusia 18 tahun.

2. Kebutuhan Dasar Anak

Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum digolongkan menjadi

kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi, pangan atau gizi, perawatan kesehatan

dasar, tempat tinggal yang layak, sanitasi, sandang, kesegaran jasmani atau rekreasi.

Kebutuhan emosi atau kasih saying (Asih), pada tahun-tahun pertama kehidupan,

hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu atau pengganti ibu dengan anak

merupakansyarat yang mutlakuntuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik,

mental maupun psikososial. Kebutuhan akan stimulasi mental (Asah), stimulasi mental

merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak.

Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan mental psikososial diantaranya

kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreaktivitas, agama, kepribadian dan sebagainya.

3. Tingkat Perkembangan Anak

Menurut Damaiyanti (2008), karakteristik anak sesuai tingkat perkembangan :

a. Usia bayi (0-1 tahun) Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan

dan pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih

33
banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah

dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan

perasaannya dengan menangis. Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat

berespon terhadap tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi dengannya

secara non verbal, misalnya memberikan sentuhan, dekapan, dan menggendong

dan berbicara lemah lembut. Ada beberapa respon non verbal yang biasa

ditunjukkan bayi misalnya menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini

terutama terjadi pada bayi kurang dari enam bulan sebagai cara menarik

perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian saat berkomunikasi dengannya. Jangan

langsung menggendong atau memangkunya karena bayi akan merasa takut.

Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya. Tunjukkan bahwa kita ingin

membina hubungan yang baik dengan ibunya.

b. Usia pra sekolah

(2-5 tahun) Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah

3 tahun adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut

oada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan akan

terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan merasa melihat

alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu jelaskan bagaimana

akan merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk memegang thermometer

sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya.

Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini disebabkan

karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena itu saat

menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang

34
dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak melalui objek transisional seperti

boneka. Berbicara dengan orangtua bila anak malu-malu. Beri kesempatan pada

yang lebih besar untuk berbicara tanpa keberadaan orangtua.Satu hal yang akan

mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi adalah

dengan memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya.

c. Usia sekolah (6-12 tahun)

Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan yang

mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila berkomunikasi dan

berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus menggunakan bahasa yang mudah

dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan

kognitifnya. Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang

dewasa. Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi dan

anak sudah mampu berpikir secara konkret.

d. Usia remaja (13-18)

Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-anak

menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah laku anak

merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak harus diberi

kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif. Apabila anak

merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya

atau orang dewasa yang ia percaya. Menghargai keberadaan identitas diri dan

harga diri merupakan hal yang prinsip dalam berkomunikasi. Luangkan waktu

bersama dan tunjukkan ekspresi wajah bahagia.

35
4. Batasan-Batasan Usia

Adapun tahap-tahap perkembangan menurut Hurlock adalah sebagai berikut:

a. – : prenatal

b. 0-2 minggu : orok (infancy)

c. 2 minggu – 2 tahun : bayi (babyhood)

d. 2-6 tahun : anak-anak awal (early childhood)

e. 6-12 tahun : anak-anak akhir (late childhood)

f. 12-14 tahun : pubertas (puberty)

g. 14-17 tahun :remaja awal (early adolescene)

h. 17-21 tahun : remaja akhir (late adolescene)

i. 21-40 tahun : dewasa awal (early adulthood)

j. 40-60 tahun : setengah baya (middle age)

k. 60 tahun ke atas : tua (senescene)

36
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Data Umum

1. Identitas Klien

Klien atan nama An “AH” yang lahir di bulukumba 2 februari 2014 (6 tahun) yang

berjeniskelamin perempuan yang tinggal di jl.ahmad yani dengan suku bugis bulukumba,

dengan diagnose medis DBD,.klien masuk rumah sakit pada tangga 20 februari 2020

yang di rawatdi ruangan perawatan mawar Rumah sakit H.A. Sultan Daeng Radja

Bulukumba, dan di dpatkan sumber informasi dari orang tua klien.

2. Identitas Orang Tua

Nama ayah klien Tn S” yang berumur 38 tahunn dengan tingkat pendidikan terakhir

SMU yang bekerja sebagai anggota TNI yang tingga di jalan ahmad yani. Sedangkanibu

klien bernama Ny “H” yang berumur 42 tahun dengan tingka pendidikan terakhir SMU

yang berkerja sebagai IRT dan tinggal bersma keluarga di jalan ahmad yani.

3. Identitas Saudara

Jumlah saudara kandung klien sebanyak 3 orang dengan klien. Klien merupakan anak

bungsu dari kedua kakakkandungnya yang berjenis kelamin laki-laki.

B. Riwayat Kesehatan Saat Ini

 Alasan Masuk RS : orang tua klien mengatakan klien masuk rumah sakit dengan

alasan demam dan muntah yang di alami sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah

sakit.

 Keluhan Utama : Mual dan Sakit Kepala

37
C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1. Penyakit yang pernah di alami

Penyebab : Diare/Mencret

Riwayat Perawatan : 5 tahun yang lalu

Riwayat Operasi : tidak Pernah

2. Kecelakaan yangpernah di alami

Klien tidakpernah mengalami kecelakaan apapun.

3. Riwayat Alergi

Keluarga klien mengatakan klien alergi terhadap makanan seafood dan mie instan

4. Riwayat Imunisasi

Reiwayat imunisasi klien denganjenis imunisasi BCG di berikan pada umur 2 bulan,

DPT (I,II,III) di berikandi umur 2,3 dan 4 bulan, Polio (I,II,III) di berikan pada umur

2,3,4 dan 5 bulan dan Campak di berikan pada klien saat usia 9 bulan.

38
D. Riwayat Kesehatan Keluarga

Genogram

G. I

G.II

42 38

G.III
14 9
6

Keterangan :
: Perempuan
: Laki-Laki
: Meninggal
: Klien
: Hubungn Keluarga
: Serumah

39
Riwayat Tumbuh Kembang Anak

1. Pertumbuhan Fisik

Berat Badan : 17 kg

Tinggi Badan : 120 cm

Waktu Tumbuh gigi saat anak berusia 6 bulan

2. Perkembangan Tiap Tahap

Usia Anak Saat Ini : 6 tahun

a. Berguling : di usia 4-5 bulan

b. Duduk : sudahmulaiduduk pda usia 6bulan

c. Merangkak :di saat usia 9 bulan

d. Berdiri : di saat usia 1 tahun

e. Berjalan : di saat usia 13-14 bulan

f. Semnyum pertama pada orang lain di usia 13 bulan

g. Bicara pertama kali di usia 12 bulan

h. Dan mulai memakai pakaiannya sendiri diusia 5 tahun.

E. Riwayat Nutrisi

1. Pemberian ASI : klien diberikan asi ekslusif hingga 6 bulan dan tetap asi hingga 2

tahun

2. Pemberian susu formula : sejak umur klien di atas 6 bulan dan diberikan saat ibu

klien ada urusan atau pekerjaan di luar rumah.

3. Pemberian makanan tambahan : pemberian makanan tambahan saat usia klien 6

bulan keatas dengan pemberian bubur bayi , dan kadang bubur buatan ibu dengan isi

lauk nasi, ikn dan sayur.

40
F. Riwayat Psiko-Sosial-Spiritual

1. Riwayat Psikososial

a. Tempat tinggal :

klien tinggal bersama orang tuanya di lingkungan yang aman, nyaman dan bersih

b. Lingkungan rumah :

lingkungan sekitar rumah klien bersih dan terjaga.

c. Hubungan antar anggota keluarga :

hubungan orang tua dnegan anaknya sangat dekat dan sangat baik, hubungan klien

dengan saudara kandungnya baik dan saling menyayangi karena klien merupakan

anak perempuan satu-satunyadindalam keluarga.

d. Pengasuh anak :

Klien diasuh oleh orang tuanya sendiri dan kadang dibantu oleh ibu dari orangtua

klien

2. Riwayat piritual

Support Sistem : orang tua klien selalu memberikan dukungan untuk klien segra

sembuh dan berdoa kepada Tuhan agar segera di berikan kesembuhan.

Kegiatan Keagamaan : ibu klien mengatakan bahwa klien sudah mulai belajar sholat di

rumah dan mulai belajar mengaji Di TPA dekat rumah bersama teman-temannya yang

lain.

41
G. Kebutuhan Dasar/PolaKebiasaan Sehari-hari

1. Nutrisi

Sebelum sakit klien makan sebanyak 3 kali sehari, dengan porsi sedang dengan menu

lauk pauk, nasi. Dan selama klien sakit dan di rawat kurang nafsu kakan, dank lien

makan sedikit-sedikit.

2. Cairan

Sebelum klien sakit klien selama ini minum air putih dan minuman botol yang di beli di

took terdekat rumah. Dan selama klien sakit, klien malas untuk minum.

3. Istirahat/Tidur

Sebelum klien sakit jam tidur siang klien sekitar 14.00-16.00 dan tidur malam klien

sekitar jam 21.00-05.00. sedangkan selama klien sakit jam tidur klien terganggu dan

tidak teratur baik pada siang dan malam hari (gelisah).

4. Eliminasi BAB/Fekal

Sebelum klien sakit BAB klien lancar dengan frekuensi 1 kali dalam sehari dan selama

klien sakit klien mengalami diare dengan frekuensi 4-5 kali dalam sehari

5. Eliminasi BAK/Urine

Sebelum klien sakit BAKnya lancar dan frekuensinya tidak menentu dan selama sakit

klien jarang BAK.

6. Aktifitas Latihan

Sebelum klien skit, klien melakukan kegiatan hariannya di sekolah PAUDdan bermain

bersama dengan teman-temannya dengan sehat dan ceria. Dan selam klien sakit, klien

hanya mampu bermain di tempat tidur.

42
7. Personal Hygiene

Sebelum klien sakit masih dengan bantuan ibu dan bimbingan orang tua, dan selama

sakit klien di bantu secara penuh oleh ibu atau orang tua klien.

8. Aktivitas sehari-hari

Sebelumklien sakit klien berinteraksi dengan orang tua dam teman-teman klien di

sekolah dan selama sakit interaksiklienterbatas dan hanya berinteraksi dengan orang tua

klien.

H. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

Usia anak 6 tahun : prose perkembangan anak hingga usia 6 tahun sangat baik dan

signifikasn di mualia dari perkambangan kognitifnya yang sesusia dengan usia

perkembangan anak, terkait dengan perkembangan psikoseksual sesuai

dengantahapperkembangan berdasarkan dengan usianya, serta perkembangan

psikosialnya berkembang sangat baik sesuai dengan usia anak.

I. Pemeriksaan Fisik

Hari :Jumat, Tanggal 21 Februari 2020 jam : 10.00

1. Keadaan Umum

a. Kesadaran saa di lakukan pengkajian kesadaran penuh (composmentis)

b. Penampilan klien sesuai dengan usianya klien

c. Ekspresi wajah klien kdang meringis dan terlihat lemah.

d. Kebersihan secara umum klien nampak bersih dan rapi sesuai dengan kondisi

danusia klien

e. Tanda-tanda vital klien : Suhu tubuh : 38,4 0C, nadi 92 kali/menit, dan penafasan 26

kali /menit.

43
2. Head To Toe

 Kulit/integument : warna kulitklien sawo matang, tidak terdapat lesi atau

memar di sekujur tubuh klien. warna kulit klien terlihat sedikit berubah berwarna

menjadi lebih merah

 Kepala & Rambut : rambut klien nampak bersih dan berwarna hitm

 Kuku : kuku klien nampak bersih dan terawatt

 Mata/Penglihatan : fungsi penglihatan klien baik dan normal, simetris antara

kanan dan kiri.

 Hidung/Penghiduan : simsetris, tidak ada terdapat secret.

 Telinga/Pendengaran : simetris dan tidak ada gangguan pendngaran.

 Mulut dan gigi : bibir klien nampak kering

 Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar toroid dan simetris

antara kiri dan kanan.

 Dada : bentuk dada simetris, tidak ada lesi atau jejas dan tidak

ada retrasi dada.

 Abdomen : tidak terdapat nyeri tekan.

 Perineum dan genetalia : tidak terdapat keluhan dan kelaianan.

 Ekstremitas atas dan bawah : terpasang infuse pada tangan kiri sehingga klien

terbatas dama melakukan pergerakan.

3. Pengkajian data Fokus (Pengkajian Sistem)

 Sistem Respitaroty

44
Pada saat di lakukan inspeksi simetris dan tidak terdapat sesak nafs, pada saat di

palplasi tidak ada nyeritekan dan saat di lakukan ausklultasi tidak terdengar bunyi

nafas tambahan

 Sistem kardiovaskuler

Saat diinspeksi tidak ada hematoma, luka jejas dan denyutan aorta teraba dan

terdengar bunyi jantung 1 Lub dan bunyijantung II Dub, tidak terdpat bunyi jantung

tambahan.

 Sistem Gastrointestinal

Pada saat dilakukan pengkajian tidak terdapat luka atau jejas, tidak terdapat nyeri

tekan dan peristaltic usus normal.

4. Penatalaksanaan Medis

a. Infuse Asering 20 TPM

b. Injeksi omeprazole 20 mg/iv

c. Paracetamol syrup 1 ¾ cth

d. Menganjurkan banyak minum

e. Kompres air hangat

5. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan darah ritun pada tangga 21 februari 2020

a. WBC : 4.10 ( Nilai rujukan : 4.00-1-.00)

b. RBC : 5.06 (Nilai Rujukan : 4.00-6.00)

c. HGB : 12,5 g/dl (Nilai Rujukan : 12.00-18.00)

d. HCT : 37,6 (Nilai Rujukan : 37.00-48.00)

e. PLT : 79- ( Nilai Rujukan 150-400)

45
DATA FOKUS

Nama/Umur : An “AH”/ 6 tahun

Ruang/ Kamar : Ruang Perawatan Mawar

Data Fokus
1. Demam dialami sejak 4 hari yang lalu

2. Lemas

3. Riwayat muntah 3 hari yang lalu

4. Klien mals minum

5. Ekspresi wajah meringis

6. Klien mengaluh sakit kepala

7. Suhu tubuh 38,4 0C

a. Mukosa Mulut Kering

8. Berat Badan 17 Kg (Ideal Anak Perempuan Usia 6 Tahun 20Kg)

9. Lab :

a. HCT : 37,6 (Nilai Rujukan : 37.00-48.00)

b. PLT : 79- ( Nilai Rujukan 150-400)

10. Klien mengeluh sakit perut

11. Klien mengluh pusing

46
ANALISA DATA

Nama/Umur : An “AH”/ 6 tahun

Ruang/ Kamar : Ruang Perawatan Mawar

Data Subjektif Dan Data Objektif Analisa Data Maslaah Keperawatan


Ds : Arbonovirus (melalui nyamuk Hipertermi
aedes aygepti)
a. Klien mengeluh demam hari

ke 4
Beredar dalam aliran darah
b. Klein mengatakan Sakit
Infeksi virus dengue
kepala

Do :
Mengaktifkan sistem komplemen
a. Suhu tubuh 38,4 0C

b. Mukosa bibir nampak


Membentuk dan melepaskan zat
kering Ca3, C5a

PGE dan Hipothalamus

Hipertermi
Ds: Nyamuk aedes aegepty Neusea

a. Klien mengatakan mual dan

muntah Menggigit manusia

b. Orang tua klien mengatakan

klien malas makan dan Infeksi virus dengue

minum

Do : Merangsang anti biotic dalam tubuh

a. Klien nampak lemas

b. Klin nampak jarang minum Lambung : nyeri epigastrium

47
c. Klien nampak hanya minum

sedikit Mual muntah

Nausea
Ds : Nyamuk aedes aegepty Defisit Nutrisi

a. Keluarga Klien Mengatakan

Nafsu Makan Klien Menurun Menggigit manusia

b. Kluerga Klien Mengatakan

Anaknya sering muntah dan Infeksi virus dengue

tidak mau makan

Do : Merangsang anti biotic dalam tubuh

b. Mukosa Mulut Kering

c. Berat Badan 17 Kg (Ideal Lambung : nyeri epigastrium

Anak Perempuan Usia 6

Tahun 20Kg) Mual muntah

Anoreksia

Defisit Nutrisi

48
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama/Umur : An “AH”/ 6 tahun

Ruang/ Kamar : Ruang Perawatan Mawar

No Dioagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan TTD


1 Hiperteri berhubungan dengan proses 21/02/2020 23/02/2020

penyakit (Infeksi)
2 Nausea berhubungan dengan iritas 21/02/2020 Lanjutkan Intervensi

lambung
3 Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan 21/02/2020 23/02/2020

Ketidakmampuan Menelan Makanan.

49
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama/Umur : An “AH”/ 6 tahun

Ruang/ Kamar : Ruang Perawatan Mawar

Rencana Tindakan Keperawatan


No Diagniosa Keperawatan
Tujuan Dan Kriteris Hasil Intervensi Keperawatan
1 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermi :
dengan proses penyakit
keperawatan masalah Observasi :
(infeksi)
hipertermi teratasi dengan 1. Identifikasi penyebab
ekspektasi membaik hipertermi (dehidrasi,
dengan kriteria hasil : terpaparlingkungan
a. Menggigil menurun (1) panas,penggunaan
b. Kulit Merah Menurun incubator)
(1) 2. Menitor suhu tubuh
c. Pucat menurun (1) 3. Memonitor kadar
d. Suhu Tubuh Membaik elektrolit.
(5) 4. Monitor kadar haluaran
e. Suhu Kulit Membaik urine
(5) Terapeutik :
5. Sediakan Lingkungan
yang dingin.
6. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
7. Basahi dan kipasi
permunkaan tubuh
8. Berikan cairan oral
9. Ganti linen setiap hari
atau lebih sering
jikamengalami
hiperhiodrosis (keringat
berlebihan )
10. Lakukan pendingin

50
eksternal ( mis, selimut
hipertermi atau kompres
dingin dahi, leher.
Dada,abdomen ,aksila).
11. Berika oksigen jika perlu
Edukasi :
12. Ajarkan tirah baring
Kolaborasi :
13. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena
2 Neusea berhubungan Setelah di lakukan tindakan Managemen Muntah
dengan Iritasi mukosa
keperawtan masalah nausea Observasi :
lambung
teratasi dengan ekspektasi 1. Identifikasi karakteristik
menurun dengan kriteria : muntah
a. Keluhan mual ( mis,warna,konsistensi,
menurun (5) adanya darah ,waktu
b. Perasaan mual frekuensi dan dirasi)
muntah menurun 2. Periksa volume muntah
(5) 3. Identifikasi riwayat diet
c. Nafsu makan (mis, makanan yang di
meningkat (5) sukai, makanan yang
tidak disukai dan budaya)
4. Monitor efek managemen
muntah secara
menyeluruh
5. Monitor keseimbangan
cairan dan elektrolit
Terapeutik :
6. Kontrol lingkungan
penyebab muntah (mis,

51
bau yang tidak sedap,
suara dan stimulus
visualyang tidak sedap)
7. Kurangi atau hilangkan
penyebab muntah (mis,
kecemasan dan
ketakutan)
8. Atur posisi untuk
mencegah aspirin
9. Bersihkan mulut dan
hidung
10. Pertahankan kepatenan
jalan nafas.
11. Berikan dukungan fisik
saat muntah (mis,
membanty membungkuk
atau menundukkan
kepala)
12. Berikan kenyaman
selama muntah
( mis,kompres dingin
didahgi atau sediakan
pakaian kering dan
bersih)
13. Berikan cairan yang tidak
mengandung karbonasi
minimal 30menit setelah
muntah

Edukasi :

52
14. Anjurkan membawa
kantong plastic untuk
menampung muntah
15. Anjurkan untuk
memperbanyak istirahat
16. Anjurkan untuk
menggunakan tehnik
nonofarmakologi untuk
mengelola muntah (mis,
biofeedback, hypnosis,
relaksasi, terapi music,
akupuntu)
Kolaborasi :
17. Pemberian antiemetic,
jika perlu.
3 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Managemen Nutrisi
Berhubungan Dengan keperawatan diharapkan Observasi :
Ketidakmampuan status nutrisi membaik a. Identifikasi status nutrisi
Menelan Makanan dengankriterai hasil : b. Identifikasi alergidan
a. Nafsu makan membaik intoleransi makananan.
(5) c. Identifikasi makanan yang
b. Membran mukosa di sukai.
membaik (5) d. Identifikasi kebutuhan
c. Frekuensi makan kalori dan jenis nutrisi.
membaik (5) e. Monitor asupan makanan
f. Monitor berat badan
g. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
h. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang

53
sesuai
i. Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
j. Berikan makanan tinggi
protein dan tinggi kalori
k. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi :
l. Anjurkan posisi duduk
m. Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
n. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan.
o. Kolaborasi dengan ahligizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan,jika perlu.

54
TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama/Umur : An “AH”/ 6 tahun

Ruang/ Kamar : Ruang Perawatan Mawar

No Diagnosa Keperawatan Implemetasi Keperawatan


1 Hiperteri berhubungan Manajemen hipertermi :
Observasi :
dengan proses penyakit
1. Mengidentifikasi penyebab hipertermi (dehidrasi,
(Infeksi)
terpapar lingkungan panas,penggunaan incubator)
Hasil : tidak ada faktor lingkungan yang memicu
meningkatkan suhu tubuh klien
2. Menitor suhu tubuh
Hasil : Suhu tubuh klien 38,4 0C dan terba hangat.
3. Memonitor kadar haluaran urine
Hasil : Haluran Urine Sekitar 500-1000ml
Terapeutik :
4. Menyediakan Lingkungan yang dingin.
Hasil : lingkungan terasadingin dengan pendingin
ruangan yang seimbang dan nyaman.
5. Melonggarkan atau melepaskan pakaian
Hasil : Pakaian kalien di buka dan diganti dengan
pakaian yang lebih tipis.
6. membasahi dan menguipasi permunkaan tubuh
Hasil : mengipasi permunkaan tubuh klien dengan
kipasan manual untuk meningkatkan kenyamanan
dan mengurangi rasa panas pada tubuh klien
7. Memberikan cairan oral
Hasil : memberikan air minum kepada klien sesering
mungkin untuk menghindari dehidrasi dan
menganjurkan keluarga untuk terus membantu
dalam memberikan cairan oral sesering mungkin

55
selama masih dalam proses kondisi demam.
8. Mengganti linen setiap hari atau lebih sering
jikamengalami hiperhiodrosis (keringat berlebihan )
Hasil : mengaganti linen/seprei agar klien dapat
merasa nyaman saat beristirahat.
9. Melakukan pendingin eksternal ( mis, selimut
hipertermi atau kompres dingin dahi, leher.
Dada,abdomen ,aksila).
Hasil :melakukan kompres air hangat pada klien
pada bagian dahi dan leher untuk mengurangi
indikoatir suhu tubuh yang tinggi (demam)
Edukasi :
10. Menganjurkan tirah baring
Hasil : klien di sarankan untuk beristirahal fulluntuk
mengurangi produksi panas yang di hasilkan pada
saat beraktivitas.
Kolaborasi :
11. Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena
Hasil : Anak di pasangi Jalur Intravena/IVUD
2 Nausea berhubungan dengan Managemen Muntah
Observasi :
iritas lambung
1. Mengidentifikasi karakteristik muntah
( mis,warna,konsistensi, adanya darah ,waktu
frekuensi dan dirasi)
Hasil : berwarna kuning jernih,konsistensi cair dan
kadang bercamlourdengan makanan jika baru selesai
makan.
2. Memeriksa volume muntah
Hasil : kurang lebih 200-350 cc
3. Mengidentifikasi riwayat diet (mis, makanan yang di

56
sukai, makanan yang tidak disukai dan budaya)
Hasil : klien tidak pernah diet terkait makanan
sebelumnya.
4. Memonitor efek managemen muntah secara
menyeluruh
Hasil : memantau setiap saat perkembanga/perubahan
muntah klien
5. Memonitor keseimbangan cairan dan elektrolit.
Hasil : memantau kebutuhan cairan elektrolit klien
dengan pemberian cairan oral IVUD
Terapeutik :
6. Mengotrol lingkungan penyebab muntah (mis, bau
yang tidak sedap, suara dan stimulus visualyang tidak
sedap)
Hasil : tidak ada faktor lingkungan yang memicu
terjadinya muntah
7. Mengurangi atau hilangkan penyebab muntah (mis,
kecemasan dan ketakutan)
Hasil : muntah yang di alami klien bukan karena
faktor psikolog melainkan Karen aproses openyakit
yang sedang di alami yaitu DBD.
8. Mengatur posisi untuk mencegah aspirin
Hasil : klien selalu di anjurkan untuk berada dalam
posisi semi fowler untuk mencegah terjadinya
masuknya bahan muntah kesaluran pernfasan.
9. Membersihkan mulut dan hidung
Hasil : menjaga personal hygiene dan oral klien agar
merasa lebih nyaman terutama saat setelah muntah.
10. Memepertahankan kepatenan jalan nafas.
Hasil : memantau jalan nafas kliendengan
memposisikan klain dalam posisi yang aman

57
11. Memberikan dukungan fisik saat muntah (mis,
membantu membungkuk atau menundukkan kepala)
Hasil : membantu klien membungkukkan badan saat
muntah untuk memudahkan muntah keluar dengan
cepat dan mencegah aspirin.
12. Memberikan kenyaman selama muntah ( mis,kompres
dingin didahgi atau sediakan pakaian kering dan
bersih)
Hasil : memberikan pijita-pijatan kecil pada bagian
leher belakang saat anak muntah untuk merasa
nyaman.
Edukasi :
13. Mengannjurkan membawa kantong plastic untuk
menampung muntah
Hasil : orang tua dapat menyiapkan kantongan untuk
muntahan anaknya sewaktu-waktu muntah.
14. Menganjurkan untuk memperbanyak istirahat
Hasil : klien beristirahat dan tidak ada aktivitas
sampai kondiisnya membaik.
15. Menganjurkan untuk menggunakan tehnik
nonofarmakologi untuk mengelola muntah (mis,
biofeedback, hypnosis, relaksasi, terapi music,
akupuntur)
Hasil : klien mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi terapi mendengarkan musik
Kolaborasi :
16. Memberikan antiemetic, jika perlu.
Hasil : diberikan untuk menurunkan frekuensi
muntah klien
3 Defisit Nutrisi Berhubungan Managemen Nutrisi
Observasi :
Dengan Ketidakmampuan

58
Menelan Makanan. 1. Mengidentfiikasii status nutrisi
Hasil : klien masih menglami deficit nutrisi ditandai
dengan berat bdan yang berkurng dan mual muntah
yang masih aktif
2. mengidentifikasi alergi dan intoleransi makananan.
Hasil : klien alergi terjadap makanan seefood dan
mie instan
3. Mengidentifikasi makanan yang di sukai.
Hasil : Klien menyukai buah-buahan
4. Mengidentfikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi.
Hasil : klien membutuhkan makanan yang tinggi
protein dan kaloriuntk proses penyembuhan
penyakit.
5. Memonitor asupan makanan
Hasil : asupan makanan klien sedikit tapi sering dan
masih di muntahkan
6. Memonitor berat badan
Hasil: berat badan klien masih mengalami penurun
dari sebelum masuk rumah sakit/dari sebelumn sakit.
Terapeutik :
7. Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
Hasil : memberikan makanan hangat untuk
menukkatkan mafsu makan.
8. Memberikan makan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
Hasil : makanan yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan klien
9. Memberikan makanan tinggi protein dan tinggi
kalori
Hasil : makanan yang diberikan sesuai dengan

59
kebutuhan klien
Edukasi :
10. Menganjurkan posisi duduk
Hasil: posiis klien di atur sesuai dengan kenyamanan
dan kebutuhan klien
11. Menganjurkan diet yang diprogramkan
Hasil : program diet yang di anjurkan kepad akien di
terapkan
Kolaborasi :
12. Kolaborasi dengan ahligizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan

60
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama/Umur : An “AH”/ 6 tahun

Ruang/ Kamar : Ruang Perawatan Mawar

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan


1 Hiperteri berhubungan dengan Subjektif :
a. Keluarga Klien mengatakan Suhu Tubuh Anaknya
proses penyakit (Infeksi)
Sudah Turun
b. Keluarga klien mengatakan anaknya sudah tida
rewel karena damam
Objektif:
a. Suhu Tubuh Klien 36,8 oC
b. Badan klien teraba hangat (normal)
Assesment :
Masalah Hipertermi Teratasi
Planning :
Interensi managemen hipertermi di hentikan dan di
lakukan oleh Keluarga secara mandiri jika mengetahui
demamnya mulai meningkat lagi dan dan melpor ke
petugas jaga
2 Nausea berhubungan dengan Subjek :
a. Keluarga klien mengatakan muntaha naknya sudah
iritas lambung
berkurang.
b. Klien mengatakan anaknya masih mual.
Objektif :
a. Klien nampak sudah tidak muntah-muntah lagi.
b. Klien nampak masih mual
c. Klien nampak masi lemas
Assesmnet :
Masalah keperawatan nausea belum teratasi

Planning :

61
Intervensi Managemen Muntah Di pertahankan dan
dilanjutkan.
3 Defisit Nutrisi Berhubungan Subjektif :
a. Ibu klien mengatakan anaknya masih tidak mau
Dengan Ketidakmampuan
makan.
Menelan Makanan.
b. Ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya masih
kurang
Objektif :
a. Klien nampak muntah saat di beri makan sedkit
b. Klien nampka menggelengkan kepalanya saat di
berikan makanan.
Assesmnet :
Masalah keperawatan deficit nutrisi belum teratasi
Planning :
Intervensi managemen nutrisi di pertahankan dan
dilanjutkan.

BAB IV

62
PEMBAHASAN

A. Pengakajian

Studi kasus yang di angkatl ialah An “AH” berumur 6 tahunn jenis kelamin

perempuan, yang beralamat di jalan ahmad yani, klien masuk rumah sakit yang di antar oleh

orang tuannya, bapaknya bernama Tn S”berusia 38 tahun yang berkeja sebagai anggota TNI,

dan ibu klien bernama Ny “ H” yang berumur 42 tahun yang berkeja sebagai ibu rumah

tangga dengan pendidikan terakhir adalah SMU, klien selama ini di rawat dan diasuh oleh

ibunya sendiri.

Klien masuk rumah sakit dengan keluhan demam,mual dan muntah yang di alami

sejak 3 hari yang lalu. Saat di lakukan pengkajian keluhan utama klien ialah deman dengan

suhu tubuh : 38,4 oC. keluhan lain yang yang dikeluhkan klien selama dilakukan pengkajian

ialah sakit kepala.

Menurut (Nyoman Birek , 2016) mengatakan bahwa Hipertemia sering terjadi pada

pasien deman typhoid dan demam berdarah. Demam typhoid (tifus abdominalis, enteric

fever) ialah penyakit infeksi akut yang mengenai saluran cerna

yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thyphosa .Masalah utama yang paling umum

disebabkan oleh demam typhoid yaitu berupa demam tinggi (hipetermi), febris kontinua,

kesadaran sangat menurun (sopor, koma, atau delirium).

B. Diagnosa Keperawatan

Setelah di lakukan pengkajian secara komprehensif pada klien dengan penyakit dmam

berdarah dengue maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai hasil analisis dari

pengkajian berdasarkan dengan pasuan buku 3S (SDKI, SIKI,SLKI) dan diagnose

63
keperawatan atau masalah keperawatan yang penulis angkat ialah hipertermi, nausea dan

deficit nutrisi.

Berdasarkan pada teori di dapatkan bahwa tanda dan gejala yang paling yang dialami

oleh seorang penderita demam berdarah dengue ialah demam tinggi dan mendadak yang

dapat mencapai 40°C, anoreksia, muntah-muntah, nyeri perut kanan atas, atau seluruh bagian

perut, dan perdarahan (Wong Whalley. 2015)

Pada penelitian (Nyoman Ribek,2016) mengatakan bahwa Masalah keperawatan yang

muncul pada kasus yang dengan demam berdarah dengue yang dapat adalah hipertermi

berhubungan dengan proses infeksi virus dengueserta resiko ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat

mual muntah dan nafsu makan menurun.

C. Intervensi Keperawatan

Adapun intervensi keperawatan yang di rencanakan berdasarkan dengan buku 3 s

(SDKI,SLKI,SIKI) pada kasus ini pada masalah keperawatan yang telah di angkat ialah pada

hipertermi di rencanakan pemberian perawatan management hipertermi, pada masalah nausea

diberikan intervensi muntah dan pada diagnose terakhir deficit nurtrisi di berikan intervensi

managemen Nutrisi.

Hipertermia merupakan gejala yang paling sering muncul pada anak dengan Demam

Berdarag Dengue.  Hipertermia dapat didefinisikan dengan suatu keadaan suhu tubuh di atas

normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus.  Pada anak yang

mengalami demam peningkatan suhu ringan kisaran 37,5-38°C. Dampak yang dapat

ditimbulkan jika demam tidak ditangani adalah bisa menyebabkan kerusakan otak,

hiperpireksia yang akan menyebabkan syok, epilepsi, retardasi mental atau ketidakmampuan

64
belajar. Untuk mengatasi masalah hipertermia dapat dilakukan beberapa tindakan

keperawatan mandiri yang bisa dilakukan, salah satunya yaitu management hipertensi dengan

pemberian kompres air hangat. Dengan kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran

akan terjadi hangat sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluaran cukup

panas, akhirnya tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak

meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan membuat pembuluh

darah tepi dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori – pori kulit akan

membuka dan mempermudah pengeluaran panas. Sehingga akan terjadi perubahan suhu

tubuh (Sri Purwanti, 2018).

Sedanngkan Defisit Nutrisi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami

penurunan berat badan ataupun memiliki resiko mengalami penurunan berat badan,

anoreksia karena tidak adekuatnya asupan nutrisi atau metabolism nutrisi untuk kebutuhan

metabolik pada pasien yang menderita penyakit dengue haemorrhagic fever (Potter & Perry,

2010). Anak yang menderita DBD sering mengalami mual, muntah serta nafsu makan yang

menurun, apabila kondisi ini berlanjut dan tidak ditangani dengan pemenuhan nutrisi yang

cukup maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizi anak menjadi

kurang dan tingkat derajat keparahan DHF akan semakin bertambah parah (Apriana, 2012).

Sehingga perlu diberikan penanganan berupa intervensi untuk pemenuhan nutrisi dan

cairan eletrolit untuk tetap menjaga keseimbanga tubuh sehingga tidak terjadi kesakitan yang

lebih lanjut atau lebih parah.

D. Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan ini dilaksanakan secara kontinyu dan

komprehensif pada klien sesuai dengan susunan rencana asuhan keperawatan yang telah di

65
tetapkan, dimana untuk hipertermi dilaksanakan tindakan managemen hipertermi dengan

pemberian kompres air hangat, kemudian untuk masalah keperawatan nausea dan deficit

nutrisi di berikan managemen muntah dan managmen nutrisi untuk menjaga keseimbangan

cairan dan elektrolit serta nutrisi pada klien dengan keluhan mual dan muntah serta

penurunan nafsu makan.

E. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien dengan keluhan terkait dengan

penyakit demam berdarah dengue yang dialaminya diantaranya hipertermi, nausea dan desifit

nutrisi dan di dapatkan bahwa terjadi perubahan pada suhu tubuh klien stelah di berikan

kompres air hanga tpada klien dengan suhu tubuh klien setelah di berikan kompres air hangat

yaitu 36,8 oC. Sedangkan pada managemen nausea kleluarga klien mengatakan bahwa

muntah anaknya sudah berkurang, namun mual yang di rasakan anaknya masih ada.

Penelitian yang dilakukan ini, peneliti memberikan kompres di area dahi karena dahi

merupakan daerah yang cukup luas dilakukannya kompres sehingga penguapan suhu panas

pada tubuh lebih cepat terjadi.

Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh anak yang

mengalami demam. Pemberian kompres hangat pada daerah pembuluh darah besar

merupakan upaya memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan

suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus akan merangsang

area preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan

menyebabkan terjadinya pengeluarn panas tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme

yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter & Perry, 2010 hlm. 758).

66
Dan berdasarkan hasilpenelitian oleh (hartini,2012) Rerata suhu tubuh sebelum

diberikan perlakuan kompres air hangat adalah 38,65 °C. Setelah dilakukan perlakuan

kompres air hangat rerata suhu tubuh menjadi 37,27 °C. Efektifitas suhu tubuh pada anak

demam sebelum dan sesudah di berikan kompres air hangat di SMC RS Telogorejo

Semarang.

67
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit virus yang tersebar di seluruh

daerah tropis, dan angka kejadiannya dipengaruhi oleh suhu, curah hujan, dan tingkat

urbanisasi. Virus DBD diperkirakan menginfeksi sekitar 50 juta orang pertahunnya dengan

500.000 orang diantaranya memerlukan rawat inap, dan kurang lebih 90% dari pasien rawat

inap merupakan anak-anak. Angka kejadian penyakit DBD ini cukup tinggi setiap tahunnya,

seperti pada tahun 2016 terjadi wabah demam berdarah besar di seluruh dunia.

Dan mayoritas pada anak-nakdan remaja yakni usia 5-14 tahun. Pada tahun 2019,

sebanyak 41,25 %, sedangkan di tahun 2020 sebanyak 41,72%. Penderita DBD dengan usia

kurang dari 1 tahun sebanyak 1,55% di tahun 2019, sedangkan di tahun 2020 sebanyak

2,13 %, sedangkan usia 1-4 tahun sebanyak 8,96di tahun 2019 dan di tahun 2020 mengalami

peningkatan sebanyak 9,23 %.anak adalah seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai

perkawinan yang sah yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.

Setelah di lakukan pengkajian secara komprehensif pada klien dengan penyakit

dmam berdarah dengue maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai hasil analisis dari

pengkajian berdasarkan dengan pasuan buku 3S (SDKI, SIKI,SLKI) kada diagnose

keperawatan atau masalah keperawatan yang penulis angkat ialah hipertermi, nausea dan

deficit nutrisi.

Adapun intervensi keperawatan yang di rencanakan berdasarkan dengan buku 3 s

(SDKI,SLKI,SIKI) pada kasus ini pada masalah keperawatan yang telah di angkat ialah pada

hipertermi di rencanakan pemberian perawatan management hipertermi, pada masalah nausea

68
diberikan intervensi muntah dan pada diagnose terakhir deficit nurtrisi di berikan intervensi

managemen intervensi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien dengan keluhan terkait dengan

penyakit demam berdarah dengue yang dialaminya diantaranya hipertermi, nausea dan desifit

nutrisi dan di dapatkan bahwa terjadi perubahan pada suhu tubuh klien stelah di berikan

kompres air hangatpada klien dengan suhu tubuh klien setelah di berikan kompres air hangat

yaitu 36,8 oC. Sedangkan pada managemen nausea kleluarga klien mengatakan bahwa

muntah anaknya sudahberkurang, namun mual yang di rasakan anaknya masih ada,

sedangkan pada deficit nutiris.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiyah akhir ini ini mengenai dengan

asuhan keperawatan pada klien anak dengan dignosa medis Demam Berdarah Dengue masih

sangat jauh dari yang namanya sempurnah, maka dari itu saya sebagai penysusun meminta,

saran masukan serta arahan untuk perbaikan bahan karya ilmiyah yang akan selanjutnya

penulis susun.

69
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz, Alimul. 2015. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Salemba Medika, Jakarta.

Sacharin, Rossa. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Egc. Jakarta.

Wong. Whalley. 2015. Manual Of Pediatric Nursing. Philadelphia. Mosby Company 

Sri Purwanti.17. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Anak

Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Surakarta.

Winarsih Nur Ambarwati .2018. Efektifitas Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Suhu

Tubuh Anak Demam Usia 1 - 3 Tahun Di Smc Rs Telogorejo. Semarang

Sri Hartini, 2012 Putri Pandu Pertiwi. Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES

Telogorejo Semarang.Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo

Semarang

70

Anda mungkin juga menyukai