PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari
viruses/arbovirus) yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus dengan manifestasi klinis
Menurut data WHO, asia pasifik menanggung 75% dari beban dengue di dunia
antara tahun 2004 dan 2010, sementara Indonesia di laporkan sebagai Negara kedua dengan
Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2015 menyatakan 3,9 milyar
penduduk dunia dinegara tropis dan subtropis terdapat 128 negara berisiko terinfeksi virus
dengue dengan 96 juta kasus.2 Lebih dari 136.000 kasus DBD di Thailand dilaporkan pada
bulan Agustus 2016 merupkan jumlah kasus tertinggi selama lebih dari 20 tahun. DBD
merupakan masalah besar di Asia Tenggara, karena selama periode 40 tahun terjadi
kematian 67.295 dari total kematian di seluruh dunia sebanyak 68.977. Hal ini menunjukkan
Data Kementerian Kesehatan hingga 29 Januari 2019, tercatat jumlah penderita DBD
dari 34 provinsi di Indonesia mencapai 13,683 penderita. Dari jumlah tersebut sebanyak 132
kasus meninggal dunia. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan Januari 2018 dengan
jumlah penderita sebanyak 6.167 penderita dan jumlah kasus meninggal sebanyak 43 kasus.
Indonesia tahun 2016 sebanyak 8.487 orang penderita DBD dengan jumlah kematian 108
1
orang. Golongan terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun
mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25%. Kasus DBD pada tahun 2017
dilaporkan sebanyak 112,511 kasus dengan jumlah kematian 871 orang (Incidence
Rate/angka kesakitan = 45,85 per 100.000.00 penduduk dan CFR/ angka kematian =0,77%)
Menurut Data Dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes RI,2019) awal tahun jumlah
penderita DBD yamng dilaporkan mencapai 13.683 orang diseluruh Indonesia. Kemenkes
mencatat, jumlah kasus penderita DBD dari tahun lalu hingga tahun ini meningkat
signifikan. Pada januari 2018, hanya menerima laporan kasus 6.800 kasus dengan angka
Sulawesi selatan sebanyak 1735 kasus. Sedangkan jumlah kasus yang mengalami DBD
dikabupaten bulukumba pada tahun 2019 sebanyak 127 kasus yang menderita DBD.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit virus yang tersebar di seluruh
daerah tropis, dan angka kejadiannya dipengaruhi oleh suhu, curah hujan, dan tingkat
urbanisasi. Virus DBD diperkirakan menginfeksi sekitar 50 juta orang pertahunnya dengan
500.000 orang diantaranya memerlukan rawat inap, dan kurang lebih 90% dari pasien rawat
inap merupakan anak-anak. Angka kejadian penyakit DBD ini cukup tinggi setiap tahunnya,
seperti pada tahun 2016 terjadi wabah demam berdarah besar di seluruh dunia. Tercatat
204.171 kasus terjadi di Indonesia dengan pasien rawat inap terbanyak berusia 5 – 14 tahun.
Namun, angka kejadian DBD ini mengalami penurunan di tahun 2017-2018 dan kembali
2
Dari hasil data Kementrian kesehatan RI (kemenkes RI,2020) mengungkapkan
bahwa persentase dalam 2 tahun terakhir (2019-2020) terjadi peningkatan jumlah penderita
DBD. Dan mayoritas pada anak-nakdan remaja yakni usia 5-14 tahun. Pada tahun 2019,
sebanyak 41,25 %, sedangkan di tahun 2020 sebanyak 41,72%. Penderita DBD dengan usia
kurang dari 1 tahun sebanyak 1,55% di tahun 2019, sedangkan di tahun 2020 sebanyak
2,13 %, sedangkan usia 1-4 tahun sebanyak 8,96di tahun 2019 dan di tahun 2020 mengalami
Demam berdarah merupakan salah satu jenis penyakit yang setiap tahunnya
menjangkit masyarakat yang lebih menyerang pada golongan kelompok usia anak-anak
perawatan dan penanganan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan terkait dengan
penyakit DBD ini khususnya pada anak-anak yang telah diketahu bersama bahwa anak-anak
ini memilihi sistem imum yang masih rentang terhadap serangan eksternal, maka dari itu
penulis tertarik untuk malakukan pengembangan proses keperawatan pada anak dengan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
3
Mampu melaksanakan proses asuhankeperawatan secara komprehensif kepada klien
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien sesuai dengan kasusu yang di
ambil
b) Menetapkan diagnosa keperawatan klien sesuai dengan kasus yang telah di ambil
C. Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
Dengue di bulukumba, penulis berharap agar Rumah sakit umum bulukumba dalam lebih
anakyang mengalami gejala serius terkait dengan penyakit Demam Berdarah Dengue
yang di alaminya.
4
Diharapkan bagi institusi pendidikan kesehatan dan profesi kesehatan dapat
membantu menurunkan angka kejadian kasuus DBD khusunya angka kesakitan dan
kematian pada anak yang menjadi kelompok usia terbanyak yang menderita dengan lebih
Dan diharapakan karya ilmiyah akhir ners ini terkait dengan proses keperawatan
pada anak dengan diagnose DBD dapat menjadi acuan perbaharuan dalam penaganan
pada anak dengan demam berdarah dengue sehingga dapat di terapkan dalam pofesi
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Anak
adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah Sedangkan
Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian anak
adalah seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah yang belum
yang kelak akan melanjutkan nilai – nilai dari keluarga serta dianggap sebagai seseorang
yang bisa memberikan perawatan dan perlindungan ketika kedua orang tua sudah berada
pada tahap lanjut usia ( jaminan hari tua ) . Anak masih dianggap sebagai sumber tenaga
3. Filosofi Keperawatan Anak
bahwa semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada keluarga ( family center
6
Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan unsur
penting dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari anggota keluarga,
sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga., Untuk itu
keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta
tetap dalam kehidupan anak yang dapat mempengaruhi status kesehatan anak
ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga dengan
kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan
Dalam keperawatan anak, perawat harus mengetahui bahwa prinsip keperawatan anak
adalah :
b. Anak sebagai individu unik & mempunyai kebutuhan sesuai tahap perkembangan
7
e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak & keluarga untuk
menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan moral ( etik ) & aspek
hukum ( legal )
kematangan
a. Manusia ( Anak )
Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga merupakan salah satu
1) Bayi : 0 – 1 th
2) Toddler : 1 – 2,5 th
4) Sekolah : 5 – 11 th
5) Remaja : 11 – 18 th
orang dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat dilihat dari
struktur fisik, dimana secara fisik anak memiliki organ yang belum matur
sepenuhnya. Sebagai contoh bahwa komposisi tulang pada anak lebih banyak
berupa tulang rawan, sedangkan pada orang dewasa sudah berupa tulang keras.
8
Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak dalam
tahan tubuhnya masih rentan dan mudah terserang penyakit. Pada aspek
lalu sangat berbeda dari orang dewasa, pengalaman yang tidak menyenangkan
fisik, mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas dari penyakit atau cacad.
Konsep sehat & sakit merupakan suatu spektrum yang lebar & setiap waktu
kesehatan seseorang bergeser dalam spektrum sesuai dengan hasil interaksi yang
c. Lingkungan
9
d. Keperawatan
meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada individu,
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan dalam kondisi sehat
maupun sakit.
keperawatan harus memandang anak sebagai individu yang unik yang memiliki
a. Pemberi perawatan
terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks. Contoh
peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika perawat memenuhi
kebutuhan dasar seperti memberi makan, membantu pasien melakukan ambulasi dini.
Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien dan
10
keluarga dapt ditunjukkan dengan memberikan penjelasan tentang prosedur operasi
c. Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan
kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya. Salah satu aspek
perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan.
Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan
d. Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap
keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan dasar dalam
e. Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya
terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian dan
perawat berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat pada anak
11
dengan nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk menentukan
dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada anak yang menderita infeksi
f. Peneliti
telah diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakan orang lain untuk
keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu
mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari
berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian dalam rangka
batasan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien anak usia 28 hari sampai usia 18
th atau BBL ( Bayi Baru Lahir ) sampai usia 12 th. Sedangkan Sularso ( 1993 )
kebutuhan fisik )
12
B. Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue (DBD)
Hemerragic Fever/DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang di
tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan
mengganggu kinerja darah kapiler dan system pembekuan darah, sehngga mengakibatkan
dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Hadinegoro, 2013).
Penyakit ini adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh 4 serotipe virus
Dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi,
timbulnya renjatan (sindrom renjatan Dengue ) sebagai akibat dari kebocoran plasma
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang
sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian terutama pada anak. Penyakit
DBD adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai manifestasi pendarahan dan
Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menujukkan manifestasi DBD berat. Ada
yang hanya bermanifestasi demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya atau
13
bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit (asimtomatik). Sebagian lagi akan
menderita demam dengue saja tidak menimbulkan kebocoran plasma dan menyebabkan
penyakti DBD adalah virus dengur yang di tularkan melaui gigitan nayamuk aides
aygepti dan aedes albopictus yang menyebabkan gangguan padapembuluh darah kapiler
2. Klasifikasi DHF
golongan, yaitu :
a. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7
c. Derajat III : Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (120 mmHg), tekanan darah menurun,
d. Derajat IV : Terjadi syok berat dimana nadi tidak teaba/ sangat lemah, tekanan darah
tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan
14
3. Etilogi
Mukleokapsid ikosahedral dan dibungkus oleh lapisan kapsul lipid. Virus ini termasuk
merupakan virus yang berbentuk sferis, berdiameter 45-60 nm, mempunyai RNA positif
sense yang terselubung, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietel eter
Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes aegypti betina, disamping pula
Aedes albopictus betina . Ciri-ciri nyamuk penyebab penyakit demam berdarah (nyamuk
Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah
bukan di got/comberan
Di dalam rumah : bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, dan
lainnya.
Virus dengue memiliki 4 tipe penyebab DBD, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. Tiap virus dapat dibedakan melaui isolasi virus di laboratorium infeksi oleh satu
tipe virus dengue akan memberikan imunitas yang menetap terhadap infeksi virus yang
sama pada masa yang akan datang. Namun hanya memberikan imunitas sementara dan
15
Virus akan ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty
memerlukan 8-10 hari untuk menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsik dari lambung
sampai kelenjar ludah nyamuk tersebut. Sebelum demam muncul pada penderita, virus
ini sudah terlebih dulu berada dlam darah 1-2 hari. Setelahnya penderita berada dalam
4. Patofisiologi
Virus dengue yang pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali member gejala demam berdarah. Pasien
akan mengalami gejala viremia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal
seluruh badan, hyperemia di tenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin
terjadi pada DBD seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limfa. Reaksi yang
berbeda nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang
berlainan. Berdasarkan hal itu timbulah the secondary heterologous infection atau the
antibodi) yang tinggi. Terdapatnya kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah akan
mengakibatkan :
dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut,
16
retikuloendetelial dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan
agregasi, trombosit akan melepaskan vasoaktif (histimin dan serotinin) yang bersifat
c) Terjadinya aktivasi faktor hageman (faktor XII adalah faktor koagulasi yang beredar
dalam sirkulasi darah) dengan akibat akhir terjadinya pembekuan intravaskular yang
meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan
degradation product. Di samping itu aktivasi akan merangsang sistem kinin yang
plasma yang berlangsung selama perjalanan penyakit, yang dimulai sejak permulaan
masa demam dan mencapai puncaknya pada masa renjatan. Pada pasien dengan renjatan
berat volume plasma dapat menurun sampai 30% atau lebih. Jika keadaan tersebut tidak
teratasi maka akan menyebabkan anoksia jaringan, asidosis metabolic dan berakhir
dengan kematian. Perdarahan yang terjadi pada pasien DBD terjadi karena
(protrombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen). Perdarahan hebat dapat terjadi
5. Manisfestasi Klinis
Kasus DBD ditandai oleh manifestasi klinis, yaitu demam tinggi dan mendadak
yang dapat mencapai 40°C atau lebih dan kadang disertai dengan kejang demam, sakit
kepala, anoreksia, muntahmuntah, nyeri perut kanan atas, atau seluruh bagian perut, dan
17
perdarahan, terutama perdarahan kulit walaupun hanya berupa uji tourniquet positif.
Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud memar atau dapat juga berupa perdarahan
spontan mulai dari ptekie (muncul pada hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6
hari) pada ekstremitas, tubuh dan muka sampai epistaksis dan perdarahan gusi.
Sementara perdarahan gastrointestinal masif lebih jarang dan biasanya hanya terjadi pada
kasus dengan syok yang berkepanjangan atau setelah syok yang tidak dapat teratasi.
Perdarahan lain seperti perdarahan subkonjungtiva terkadang juga ditemukan. Pada masa
konvalesen sering kali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan
hepatomegali. Hepatomegali pada umumnya dapat diraba pada permulaan penyakit dan
pembesaran hati ini tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Nyeri tekan sering kali
ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah (Ambarwati dan Nasution,
2012).
Masa tunas 3-15 hari tetapi rata-rata 5-8 hari. Gejala klinis timbul secara
mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot seluruh tubuh, nyeri di belakang kepala
hebat, suara serak, batuk epistaksis serta disuria. Penyakit biasanya akan sembuh sendiri
dalam 5 hari dengan penurunan suhu secara lisis. Maka penyakit ini juga disebut demam
5 hari (vyfdangse korts). Demam berdarah dengue ditandai oleh demam mendadak tanpa
sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri
pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut
menyerupai
influenza biasa. Pada hari ke-2 atau ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang
beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa perdarahan dibawah kulit,
perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat
18
perdarahan lambung, melena dan juga hematuria masif. Selain perdarahan juga terjadi
syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7
dengan tanda-tanda anak menjadi semakin lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung
teraba dingin dan lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun
Gejala klinis untuk diagnosis DBD (menurut patokan WHO, 1975 dalam
a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas.
b. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif dan adanya salah
satu bentuk perdarahan yang lain misalnya ptekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan
d. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi
20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai
80 mmHg atau kurang) disertai kulit yang terasa dingin dan lembab terutama pada
ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis di sekitar
mulut.
klinis dan laboratoris dengan tanda dan gejala sebagai berikut (Wijaya dan Putri, 2013) :
a. Diagnosa klinis
19
perdarahan konjungtiva (perdarahan mata), perdarahan gusi, hematemesis
(muntah darah), melena (BAB darah) dan hematuria (adanya darah dalam urin).
4) Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat
6) Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan
7) Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya nafsu
makan, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
b. Diagnosa laboratories
1) Trombositopeni pada hari ke-3 sampai hari ke-7 ditemukan penurunan trombosit
Manifestasi klinis DBD menurut WHO 1986 dalam Wijaya dan Putri, 2013)
adalah:
a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis.
Demam disertai gejala spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung,
20
d. Demam dengan atau tanpa renjatan. Renjatan pada saat demam biasanya
6. Komplikasi
dijumpai pada fase leakage/kritis dan yang palung sering adalah hiponatremia dan
1) Hiponatremia, karena intake yang tida cukup dan mendapat cairan yang hipotonik
misalnya N/2 atau N/3. Jika penderita tidak mengalami kejang tidak perlu
diberikan NaCl 3% tetapi cukup diberi NaCl 0,9%atau RL-D5% atau RA-D5%.
mL) diencerkan dan diberi IV perlahan dapat diulangi tiap 6 jam hanya pada
penderita risiko tinggi atau yang mungkin mengalami komplikasi, misalnya pada
b. Overhidrasi
Komplikasi overhidrasi dapat dijumpai, baik pada fase kritis maupun fase
konvalesen. Komplikasi ini lebih serius karena dapat menyebabkan edema paru akut
dan/atau gagal jantung kongestif, yang berakhir dengan gagal napas dan kematian.
Untuk mencegah komplikasi ini adalah pengawasan ketat dan disesuaikan kecepatan
21
cairan IV ke jumlah minimal untuk mempertahankan volume sirkulasi. Penyebab
plasma ekspander.
7) Tidak menghidutng jumlah cairan IV sesuai berat badan ideal pada penderita
gemuk (overweight)
2) Abdomen yang sangat distended (penumpukan zat berupa gas atau cairan
dengan overhidrasi mempunyai tekanan darah yang tinggi dan nadi yang
lebar.
22
5) Krepitasi dan/atau ronchi pada kedua lapang paru
6) Perfusi jaringan yang jelek/capillary refill yang lambat > 3 detik ditemukan
pada beberapa penderita dengan ancaman gagal napas yang disebabkan oleh
jumlah cairan dalam rongga pleura dan abdomen yang menyebabkan distres
pernapasan, tetapi cara ini hampir tidak mungkin dikerjakan. Secara praktis
berada dalam fase aktif plasma leakage, dapat terjadi syok setelah pemberian
furosemida.
berada dalam waktu 24 jam setelah syok atau dalam waktu 48 jam setelah
Jika penderita telah melewati fase leakage plasma, penderita tersebut jarang
terjun dalam syok dan akan terjadi diuresis. Pemberian diuretik yang terlalu
internal pada penderita overhidrasi harus selalu diingat. Bila pada periode ini
23
Langkah penatalaksanaannya adalah sebagai berikut :
g. Pasang CVP bila penderita tidak stabil dan tidak beraksi terhadap
furosemid.
24
dianjurkan bila tidak ada pilihan lain, karena dapat menyebabkan
7. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian cairan
Pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak
dapat diberikan karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan,
cairan intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadang diperkukan, tetapi perlu
diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi lama demam pada DBD.
Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demem tinggi,
anoreksia dan muntah. Jenis minuman yang dianjurkan adalah jus buah, the manis,
sirup, susu serta larutan oralit. Pasien perlu diberikan minum 50 mL/kg berat dalam
dalam 4-6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat teratasi anak di beri cairan
rumatan 80-100 mL/kg berat badan dalam 24 jam berikutnya. Bila terjadi kejang
selama masih demam. Pasien harus diawasi secara ketat terhadap kemungkinan syok
yang terjadi. Periode krisis adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada demam
pada umumnya
terjadi sebelum dijumpai perubahan tekanan darah dan tekanan nadi. Hematokrit
harus diperiksa minimal satu kali dari hariketiga sampai suhu normal kembali. Bila
25
pemeriksaan hematokrit tidak ada, pemeriksaan hemoglobin dapat dipergunakan
pada DBD Dasar pathogenesis DBD adalah perembesan plasma, yang terjadi
pada fase penurunan suhu (fase afebris, fase kritits, fase syok) sehingga dasar
cairan awal dihitung untuk 2-3 jam pertama, sedangkan pada kasus syok mungkin
lebih sering (setiap 30-60 menit). Tetasan 24-48 jam berikutnya harus selalu
disesuaikan dengan tanda vital, kadar hematokrit, dan jumlah volume urine. Secara
umum volume cairan yang dibutuhkan adalah jumlah cairan rumatan ditambah 5-8%.
1) Anak terus-menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi, sehingga tidak
syok.
terdapat kenaikan hemokonsentrasi 20% atau lebih, komposisi jenis cairan yang
diberikan harus sama dengan plasma. Volume dan komposisi tersebut dapat
sesuai seperti cairan utnuk dehidrasi pada diare ringan sampai sedang, yaitu
26
c. Medikamentosa
d. Transfusi darah
kewaspadaan rutin untuk setiap pasien syok, tetapi transfusi darah hanya
diindikasikan pada kasus perdarahan klinis yang signifikan. Plasma segar beku atau
e. Antibiotik
f. Terapi oksigen diberikan untuk semua penderita dengan renjatana sebaiknya diberi
oksigen
1. Pengkajian
Menurut Ambarwati dan Nasution (2012), pengkajian pada anak dengan DBD adalah :
a. Indentitas pasien
Nama, umur (pada DBD paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari
15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua,
27
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien dengan DBD untuk datang ke rumah sakit
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam
kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi pada hari ke 3 dan ke 7, dan anak
semakin lema. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu
hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada
Pada DBD, anak bisa mendapat serangan ulang dengan tipe yang berbeda.
e. Riwayat imunisasi
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Semua anak dengan status
gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak
yang menderita DBD sering mengalami keluhan mual, muntah, nafsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi
yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
28
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolism, frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan
3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami nyeri
otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya
kurang.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan
i. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung
kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DBD, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut:
nadi lemah.
29
b) Grade II : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah,a da perdarahan
spontan, ptekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak
teratur.
c) Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,nadi lemah, kecil,
d) Grade IV : kesadaran koma, tanda tanda vital; nadi tidak teraba, tekanan darah
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit
tampak biru.
grade II, III, dan IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi, nyeri telan, dan pembesaran kelenjar tiroid. Sementara
2) Dada
Bentuk simetris dan kadang terasa sesak. Pada hasil photo thorax terdapat
adanya aliran yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales,
3) Abdomen
30
5) Sistem integument
Adanya ptekie pada kulit, turgor kulir menurun dan muncul keringat dingin
dan lembab, kuku sianosis/tidak, nadi 60-100 x/m kuat reguler tetapi dalam
kondisi syok nadi menjadi pelan, tidak kuat bahkan bila pada derajat IV
kadang nadi sampai tidak teraba, tensi cenderung rendah 90/60 mmHg bahkan
6) Ekstremitas
j. Pemeriksaan laboratorium
2. Diagnosa Keperawatan
a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandi dengan suhu
b) Nyeri berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan ekspresi wajah meringis
31
c) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat ditandai dengan mual, muntah, dan nafsu makan yang
menurun.
f) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diit, dan perawatan pasien DBD
hospitalisasi ditandai dengan anak sering menangis, tidak mau di sentuh oleh orang
lain.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan yang akan di lakukan terhadap klien berdasarkan dengan kasus
4. Implementasi Keperawatan
Berupa tindakan / bentuk implementasi dalam bentuk sebuah proses keperawatan yang di
berikan kepada klien berdasarkan dengan intervensi keperawatan yang telah di susun
5. Evaluasi Keperawatan
berikan.
32
D. Konsep Dasar Anak
1. Pengertian
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih
Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah siapa saja yang
belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih didalam kandungan, yang berarti
segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak
Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum digolongkan menjadi
kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi, pangan atau gizi, perawatan kesehatan
dasar, tempat tinggal yang layak, sanitasi, sandang, kesegaran jasmani atau rekreasi.
Kebutuhan emosi atau kasih saying (Asih), pada tahun-tahun pertama kehidupan,
hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu atau pengganti ibu dengan anak
merupakansyarat yang mutlakuntuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik,
mental maupun psikososial. Kebutuhan akan stimulasi mental (Asah), stimulasi mental
merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak.
a. Usia bayi (0-1 tahun) Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan
dan pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih
33
banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah
dan berbicara lemah lembut. Ada beberapa respon non verbal yang biasa
ditunjukkan bayi misalnya menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini
terutama terjadi pada bayi kurang dari enam bulan sebagai cara menarik
perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian saat berkomunikasi dengannya. Jangan
Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya. Tunjukkan bahwa kita ingin
(2-5 tahun) Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah
3 tahun adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut
oada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan akan
terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan merasa melihat
alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu jelaskan bagaimana
Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini disebabkan
karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena itu saat
menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang
34
dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak melalui objek transisional seperti
boneka. Berbicara dengan orangtua bila anak malu-malu. Beri kesempatan pada
yang lebih besar untuk berbicara tanpa keberadaan orangtua.Satu hal yang akan
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan yang
berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan
kognitifnya. Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang
dewasa. Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi dan
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-anak
menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah laku anak
merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak harus diberi
merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya
atau orang dewasa yang ia percaya. Menghargai keberadaan identitas diri dan
harga diri merupakan hal yang prinsip dalam berkomunikasi. Luangkan waktu
35
4. Batasan-Batasan Usia
a. – : prenatal
36
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Data Umum
1. Identitas Klien
Klien atan nama An “AH” yang lahir di bulukumba 2 februari 2014 (6 tahun) yang
berjeniskelamin perempuan yang tinggal di jl.ahmad yani dengan suku bugis bulukumba,
dengan diagnose medis DBD,.klien masuk rumah sakit pada tangga 20 februari 2020
yang di rawatdi ruangan perawatan mawar Rumah sakit H.A. Sultan Daeng Radja
Nama ayah klien Tn S” yang berumur 38 tahunn dengan tingkat pendidikan terakhir
SMU yang bekerja sebagai anggota TNI yang tingga di jalan ahmad yani. Sedangkanibu
klien bernama Ny “H” yang berumur 42 tahun dengan tingka pendidikan terakhir SMU
yang berkerja sebagai IRT dan tinggal bersma keluarga di jalan ahmad yani.
3. Identitas Saudara
Jumlah saudara kandung klien sebanyak 3 orang dengan klien. Klien merupakan anak
Alasan Masuk RS : orang tua klien mengatakan klien masuk rumah sakit dengan
alasan demam dan muntah yang di alami sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah
sakit.
37
C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Penyebab : Diare/Mencret
3. Riwayat Alergi
Keluarga klien mengatakan klien alergi terhadap makanan seafood dan mie instan
4. Riwayat Imunisasi
Reiwayat imunisasi klien denganjenis imunisasi BCG di berikan pada umur 2 bulan,
DPT (I,II,III) di berikandi umur 2,3 dan 4 bulan, Polio (I,II,III) di berikan pada umur
2,3,4 dan 5 bulan dan Campak di berikan pada klien saat usia 9 bulan.
38
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram
G. I
G.II
42 38
G.III
14 9
6
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-Laki
: Meninggal
: Klien
: Hubungn Keluarga
: Serumah
39
Riwayat Tumbuh Kembang Anak
1. Pertumbuhan Fisik
Berat Badan : 17 kg
E. Riwayat Nutrisi
1. Pemberian ASI : klien diberikan asi ekslusif hingga 6 bulan dan tetap asi hingga 2
tahun
2. Pemberian susu formula : sejak umur klien di atas 6 bulan dan diberikan saat ibu
bulan keatas dengan pemberian bubur bayi , dan kadang bubur buatan ibu dengan isi
40
F. Riwayat Psiko-Sosial-Spiritual
1. Riwayat Psikososial
a. Tempat tinggal :
klien tinggal bersama orang tuanya di lingkungan yang aman, nyaman dan bersih
b. Lingkungan rumah :
hubungan orang tua dnegan anaknya sangat dekat dan sangat baik, hubungan klien
dengan saudara kandungnya baik dan saling menyayangi karena klien merupakan
d. Pengasuh anak :
Klien diasuh oleh orang tuanya sendiri dan kadang dibantu oleh ibu dari orangtua
klien
2. Riwayat piritual
Support Sistem : orang tua klien selalu memberikan dukungan untuk klien segra
Kegiatan Keagamaan : ibu klien mengatakan bahwa klien sudah mulai belajar sholat di
rumah dan mulai belajar mengaji Di TPA dekat rumah bersama teman-temannya yang
lain.
41
G. Kebutuhan Dasar/PolaKebiasaan Sehari-hari
1. Nutrisi
Sebelum sakit klien makan sebanyak 3 kali sehari, dengan porsi sedang dengan menu
lauk pauk, nasi. Dan selama klien sakit dan di rawat kurang nafsu kakan, dank lien
makan sedikit-sedikit.
2. Cairan
Sebelum klien sakit klien selama ini minum air putih dan minuman botol yang di beli di
took terdekat rumah. Dan selama klien sakit, klien malas untuk minum.
3. Istirahat/Tidur
Sebelum klien sakit jam tidur siang klien sekitar 14.00-16.00 dan tidur malam klien
sekitar jam 21.00-05.00. sedangkan selama klien sakit jam tidur klien terganggu dan
4. Eliminasi BAB/Fekal
Sebelum klien sakit BAB klien lancar dengan frekuensi 1 kali dalam sehari dan selama
klien sakit klien mengalami diare dengan frekuensi 4-5 kali dalam sehari
5. Eliminasi BAK/Urine
Sebelum klien sakit BAKnya lancar dan frekuensinya tidak menentu dan selama sakit
6. Aktifitas Latihan
Sebelum klien skit, klien melakukan kegiatan hariannya di sekolah PAUDdan bermain
bersama dengan teman-temannya dengan sehat dan ceria. Dan selam klien sakit, klien
42
7. Personal Hygiene
Sebelum klien sakit masih dengan bantuan ibu dan bimbingan orang tua, dan selama
sakit klien di bantu secara penuh oleh ibu atau orang tua klien.
8. Aktivitas sehari-hari
Sebelumklien sakit klien berinteraksi dengan orang tua dam teman-teman klien di
sekolah dan selama sakit interaksiklienterbatas dan hanya berinteraksi dengan orang tua
klien.
Usia anak 6 tahun : prose perkembangan anak hingga usia 6 tahun sangat baik dan
I. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
d. Kebersihan secara umum klien nampak bersih dan rapi sesuai dengan kondisi
danusia klien
e. Tanda-tanda vital klien : Suhu tubuh : 38,4 0C, nadi 92 kali/menit, dan penafasan 26
kali /menit.
43
2. Head To Toe
memar di sekujur tubuh klien. warna kulit klien terlihat sedikit berubah berwarna
Kepala & Rambut : rambut klien nampak bersih dan berwarna hitm
Dada : bentuk dada simetris, tidak ada lesi atau jejas dan tidak
Ekstremitas atas dan bawah : terpasang infuse pada tangan kiri sehingga klien
Sistem Respitaroty
44
Pada saat di lakukan inspeksi simetris dan tidak terdapat sesak nafs, pada saat di
palplasi tidak ada nyeritekan dan saat di lakukan ausklultasi tidak terdengar bunyi
nafas tambahan
Sistem kardiovaskuler
Saat diinspeksi tidak ada hematoma, luka jejas dan denyutan aorta teraba dan
terdengar bunyi jantung 1 Lub dan bunyijantung II Dub, tidak terdpat bunyi jantung
tambahan.
Sistem Gastrointestinal
Pada saat dilakukan pengkajian tidak terdapat luka atau jejas, tidak terdapat nyeri
4. Penatalaksanaan Medis
5. Pemeriksaan Diagnostik
45
DATA FOKUS
Data Fokus
1. Demam dialami sejak 4 hari yang lalu
2. Lemas
9. Lab :
46
ANALISA DATA
ke 4
Beredar dalam aliran darah
b. Klein mengatakan Sakit
Infeksi virus dengue
kepala
Do :
Mengaktifkan sistem komplemen
a. Suhu tubuh 38,4 0C
Hipertermi
Ds: Nyamuk aedes aegepty Neusea
minum
47
c. Klien nampak hanya minum
Nausea
Ds : Nyamuk aedes aegepty Defisit Nutrisi
Anoreksia
Defisit Nutrisi
48
DIAGNOSA KEPERAWATAN
penyakit (Infeksi)
2 Nausea berhubungan dengan iritas 21/02/2020 Lanjutkan Intervensi
lambung
3 Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan 21/02/2020 23/02/2020
49
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
50
eksternal ( mis, selimut
hipertermi atau kompres
dingin dahi, leher.
Dada,abdomen ,aksila).
11. Berika oksigen jika perlu
Edukasi :
12. Ajarkan tirah baring
Kolaborasi :
13. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena
2 Neusea berhubungan Setelah di lakukan tindakan Managemen Muntah
dengan Iritasi mukosa
keperawtan masalah nausea Observasi :
lambung
teratasi dengan ekspektasi 1. Identifikasi karakteristik
menurun dengan kriteria : muntah
a. Keluhan mual ( mis,warna,konsistensi,
menurun (5) adanya darah ,waktu
b. Perasaan mual frekuensi dan dirasi)
muntah menurun 2. Periksa volume muntah
(5) 3. Identifikasi riwayat diet
c. Nafsu makan (mis, makanan yang di
meningkat (5) sukai, makanan yang
tidak disukai dan budaya)
4. Monitor efek managemen
muntah secara
menyeluruh
5. Monitor keseimbangan
cairan dan elektrolit
Terapeutik :
6. Kontrol lingkungan
penyebab muntah (mis,
51
bau yang tidak sedap,
suara dan stimulus
visualyang tidak sedap)
7. Kurangi atau hilangkan
penyebab muntah (mis,
kecemasan dan
ketakutan)
8. Atur posisi untuk
mencegah aspirin
9. Bersihkan mulut dan
hidung
10. Pertahankan kepatenan
jalan nafas.
11. Berikan dukungan fisik
saat muntah (mis,
membanty membungkuk
atau menundukkan
kepala)
12. Berikan kenyaman
selama muntah
( mis,kompres dingin
didahgi atau sediakan
pakaian kering dan
bersih)
13. Berikan cairan yang tidak
mengandung karbonasi
minimal 30menit setelah
muntah
Edukasi :
52
14. Anjurkan membawa
kantong plastic untuk
menampung muntah
15. Anjurkan untuk
memperbanyak istirahat
16. Anjurkan untuk
menggunakan tehnik
nonofarmakologi untuk
mengelola muntah (mis,
biofeedback, hypnosis,
relaksasi, terapi music,
akupuntu)
Kolaborasi :
17. Pemberian antiemetic,
jika perlu.
3 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Managemen Nutrisi
Berhubungan Dengan keperawatan diharapkan Observasi :
Ketidakmampuan status nutrisi membaik a. Identifikasi status nutrisi
Menelan Makanan dengankriterai hasil : b. Identifikasi alergidan
a. Nafsu makan membaik intoleransi makananan.
(5) c. Identifikasi makanan yang
b. Membran mukosa di sukai.
membaik (5) d. Identifikasi kebutuhan
c. Frekuensi makan kalori dan jenis nutrisi.
membaik (5) e. Monitor asupan makanan
f. Monitor berat badan
g. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
h. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
53
sesuai
i. Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
j. Berikan makanan tinggi
protein dan tinggi kalori
k. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi :
l. Anjurkan posisi duduk
m. Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
n. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan.
o. Kolaborasi dengan ahligizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan,jika perlu.
54
TINDAKAN KEPERAWATAN
55
selama masih dalam proses kondisi demam.
8. Mengganti linen setiap hari atau lebih sering
jikamengalami hiperhiodrosis (keringat berlebihan )
Hasil : mengaganti linen/seprei agar klien dapat
merasa nyaman saat beristirahat.
9. Melakukan pendingin eksternal ( mis, selimut
hipertermi atau kompres dingin dahi, leher.
Dada,abdomen ,aksila).
Hasil :melakukan kompres air hangat pada klien
pada bagian dahi dan leher untuk mengurangi
indikoatir suhu tubuh yang tinggi (demam)
Edukasi :
10. Menganjurkan tirah baring
Hasil : klien di sarankan untuk beristirahal fulluntuk
mengurangi produksi panas yang di hasilkan pada
saat beraktivitas.
Kolaborasi :
11. Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena
Hasil : Anak di pasangi Jalur Intravena/IVUD
2 Nausea berhubungan dengan Managemen Muntah
Observasi :
iritas lambung
1. Mengidentifikasi karakteristik muntah
( mis,warna,konsistensi, adanya darah ,waktu
frekuensi dan dirasi)
Hasil : berwarna kuning jernih,konsistensi cair dan
kadang bercamlourdengan makanan jika baru selesai
makan.
2. Memeriksa volume muntah
Hasil : kurang lebih 200-350 cc
3. Mengidentifikasi riwayat diet (mis, makanan yang di
56
sukai, makanan yang tidak disukai dan budaya)
Hasil : klien tidak pernah diet terkait makanan
sebelumnya.
4. Memonitor efek managemen muntah secara
menyeluruh
Hasil : memantau setiap saat perkembanga/perubahan
muntah klien
5. Memonitor keseimbangan cairan dan elektrolit.
Hasil : memantau kebutuhan cairan elektrolit klien
dengan pemberian cairan oral IVUD
Terapeutik :
6. Mengotrol lingkungan penyebab muntah (mis, bau
yang tidak sedap, suara dan stimulus visualyang tidak
sedap)
Hasil : tidak ada faktor lingkungan yang memicu
terjadinya muntah
7. Mengurangi atau hilangkan penyebab muntah (mis,
kecemasan dan ketakutan)
Hasil : muntah yang di alami klien bukan karena
faktor psikolog melainkan Karen aproses openyakit
yang sedang di alami yaitu DBD.
8. Mengatur posisi untuk mencegah aspirin
Hasil : klien selalu di anjurkan untuk berada dalam
posisi semi fowler untuk mencegah terjadinya
masuknya bahan muntah kesaluran pernfasan.
9. Membersihkan mulut dan hidung
Hasil : menjaga personal hygiene dan oral klien agar
merasa lebih nyaman terutama saat setelah muntah.
10. Memepertahankan kepatenan jalan nafas.
Hasil : memantau jalan nafas kliendengan
memposisikan klain dalam posisi yang aman
57
11. Memberikan dukungan fisik saat muntah (mis,
membantu membungkuk atau menundukkan kepala)
Hasil : membantu klien membungkukkan badan saat
muntah untuk memudahkan muntah keluar dengan
cepat dan mencegah aspirin.
12. Memberikan kenyaman selama muntah ( mis,kompres
dingin didahgi atau sediakan pakaian kering dan
bersih)
Hasil : memberikan pijita-pijatan kecil pada bagian
leher belakang saat anak muntah untuk merasa
nyaman.
Edukasi :
13. Mengannjurkan membawa kantong plastic untuk
menampung muntah
Hasil : orang tua dapat menyiapkan kantongan untuk
muntahan anaknya sewaktu-waktu muntah.
14. Menganjurkan untuk memperbanyak istirahat
Hasil : klien beristirahat dan tidak ada aktivitas
sampai kondiisnya membaik.
15. Menganjurkan untuk menggunakan tehnik
nonofarmakologi untuk mengelola muntah (mis,
biofeedback, hypnosis, relaksasi, terapi music,
akupuntur)
Hasil : klien mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi terapi mendengarkan musik
Kolaborasi :
16. Memberikan antiemetic, jika perlu.
Hasil : diberikan untuk menurunkan frekuensi
muntah klien
3 Defisit Nutrisi Berhubungan Managemen Nutrisi
Observasi :
Dengan Ketidakmampuan
58
Menelan Makanan. 1. Mengidentfiikasii status nutrisi
Hasil : klien masih menglami deficit nutrisi ditandai
dengan berat bdan yang berkurng dan mual muntah
yang masih aktif
2. mengidentifikasi alergi dan intoleransi makananan.
Hasil : klien alergi terjadap makanan seefood dan
mie instan
3. Mengidentifikasi makanan yang di sukai.
Hasil : Klien menyukai buah-buahan
4. Mengidentfikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi.
Hasil : klien membutuhkan makanan yang tinggi
protein dan kaloriuntk proses penyembuhan
penyakit.
5. Memonitor asupan makanan
Hasil : asupan makanan klien sedikit tapi sering dan
masih di muntahkan
6. Memonitor berat badan
Hasil: berat badan klien masih mengalami penurun
dari sebelum masuk rumah sakit/dari sebelumn sakit.
Terapeutik :
7. Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
Hasil : memberikan makanan hangat untuk
menukkatkan mafsu makan.
8. Memberikan makan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
Hasil : makanan yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan klien
9. Memberikan makanan tinggi protein dan tinggi
kalori
Hasil : makanan yang diberikan sesuai dengan
59
kebutuhan klien
Edukasi :
10. Menganjurkan posisi duduk
Hasil: posiis klien di atur sesuai dengan kenyamanan
dan kebutuhan klien
11. Menganjurkan diet yang diprogramkan
Hasil : program diet yang di anjurkan kepad akien di
terapkan
Kolaborasi :
12. Kolaborasi dengan ahligizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
60
EVALUASI KEPERAWATAN
Planning :
61
Intervensi Managemen Muntah Di pertahankan dan
dilanjutkan.
3 Defisit Nutrisi Berhubungan Subjektif :
a. Ibu klien mengatakan anaknya masih tidak mau
Dengan Ketidakmampuan
makan.
Menelan Makanan.
b. Ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya masih
kurang
Objektif :
a. Klien nampak muntah saat di beri makan sedkit
b. Klien nampka menggelengkan kepalanya saat di
berikan makanan.
Assesmnet :
Masalah keperawatan deficit nutrisi belum teratasi
Planning :
Intervensi managemen nutrisi di pertahankan dan
dilanjutkan.
BAB IV
62
PEMBAHASAN
A. Pengakajian
Studi kasus yang di angkatl ialah An “AH” berumur 6 tahunn jenis kelamin
perempuan, yang beralamat di jalan ahmad yani, klien masuk rumah sakit yang di antar oleh
orang tuannya, bapaknya bernama Tn S”berusia 38 tahun yang berkeja sebagai anggota TNI,
dan ibu klien bernama Ny “ H” yang berumur 42 tahun yang berkeja sebagai ibu rumah
tangga dengan pendidikan terakhir adalah SMU, klien selama ini di rawat dan diasuh oleh
ibunya sendiri.
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan demam,mual dan muntah yang di alami
sejak 3 hari yang lalu. Saat di lakukan pengkajian keluhan utama klien ialah deman dengan
suhu tubuh : 38,4 oC. keluhan lain yang yang dikeluhkan klien selama dilakukan pengkajian
Menurut (Nyoman Birek , 2016) mengatakan bahwa Hipertemia sering terjadi pada
pasien deman typhoid dan demam berdarah. Demam typhoid (tifus abdominalis, enteric
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thyphosa .Masalah utama yang paling umum
disebabkan oleh demam typhoid yaitu berupa demam tinggi (hipetermi), febris kontinua,
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah di lakukan pengkajian secara komprehensif pada klien dengan penyakit dmam
berdarah dengue maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai hasil analisis dari
63
keperawatan atau masalah keperawatan yang penulis angkat ialah hipertermi, nausea dan
deficit nutrisi.
Berdasarkan pada teori di dapatkan bahwa tanda dan gejala yang paling yang dialami
oleh seorang penderita demam berdarah dengue ialah demam tinggi dan mendadak yang
dapat mencapai 40°C, anoreksia, muntah-muntah, nyeri perut kanan atas, atau seluruh bagian
muncul pada kasus yang dengan demam berdarah dengue yang dapat adalah hipertermi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat
C. Intervensi Keperawatan
(SDKI,SLKI,SIKI) pada kasus ini pada masalah keperawatan yang telah di angkat ialah pada
diberikan intervensi muntah dan pada diagnose terakhir deficit nurtrisi di berikan intervensi
managemen Nutrisi.
Hipertermia merupakan gejala yang paling sering muncul pada anak dengan Demam
Berdarag Dengue. Hipertermia dapat didefinisikan dengan suatu keadaan suhu tubuh di atas
normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Pada anak yang
mengalami demam peningkatan suhu ringan kisaran 37,5-38°C. Dampak yang dapat
ditimbulkan jika demam tidak ditangani adalah bisa menyebabkan kerusakan otak,
hiperpireksia yang akan menyebabkan syok, epilepsi, retardasi mental atau ketidakmampuan
64
belajar. Untuk mengatasi masalah hipertermia dapat dilakukan beberapa tindakan
keperawatan mandiri yang bisa dilakukan, salah satunya yaitu management hipertensi dengan
pemberian kompres air hangat. Dengan kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran
akan terjadi hangat sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluaran cukup
panas, akhirnya tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak
meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan membuat pembuluh
darah tepi dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori – pori kulit akan
membuka dan mempermudah pengeluaran panas. Sehingga akan terjadi perubahan suhu
penurunan berat badan ataupun memiliki resiko mengalami penurunan berat badan,
anoreksia karena tidak adekuatnya asupan nutrisi atau metabolism nutrisi untuk kebutuhan
metabolik pada pasien yang menderita penyakit dengue haemorrhagic fever (Potter & Perry,
2010). Anak yang menderita DBD sering mengalami mual, muntah serta nafsu makan yang
menurun, apabila kondisi ini berlanjut dan tidak ditangani dengan pemenuhan nutrisi yang
cukup maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizi anak menjadi
kurang dan tingkat derajat keparahan DHF akan semakin bertambah parah (Apriana, 2012).
Sehingga perlu diberikan penanganan berupa intervensi untuk pemenuhan nutrisi dan
cairan eletrolit untuk tetap menjaga keseimbanga tubuh sehingga tidak terjadi kesakitan yang
D. Implementasi
komprehensif pada klien sesuai dengan susunan rencana asuhan keperawatan yang telah di
65
tetapkan, dimana untuk hipertermi dilaksanakan tindakan managemen hipertermi dengan
pemberian kompres air hangat, kemudian untuk masalah keperawatan nausea dan deficit
nutrisi di berikan managemen muntah dan managmen nutrisi untuk menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit serta nutrisi pada klien dengan keluhan mual dan muntah serta
E. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien dengan keluhan terkait dengan
penyakit demam berdarah dengue yang dialaminya diantaranya hipertermi, nausea dan desifit
nutrisi dan di dapatkan bahwa terjadi perubahan pada suhu tubuh klien stelah di berikan
kompres air hanga tpada klien dengan suhu tubuh klien setelah di berikan kompres air hangat
yaitu 36,8 oC. Sedangkan pada managemen nausea kleluarga klien mengatakan bahwa
muntah anaknya sudah berkurang, namun mual yang di rasakan anaknya masih ada.
Penelitian yang dilakukan ini, peneliti memberikan kompres di area dahi karena dahi
merupakan daerah yang cukup luas dilakukannya kompres sehingga penguapan suhu panas
Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh anak yang
mengalami demam. Pemberian kompres hangat pada daerah pembuluh darah besar
merupakan upaya memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan
suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus akan merangsang
area preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan
menyebabkan terjadinya pengeluarn panas tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme
yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter & Perry, 2010 hlm. 758).
66
Dan berdasarkan hasilpenelitian oleh (hartini,2012) Rerata suhu tubuh sebelum
diberikan perlakuan kompres air hangat adalah 38,65 °C. Setelah dilakukan perlakuan
kompres air hangat rerata suhu tubuh menjadi 37,27 °C. Efektifitas suhu tubuh pada anak
demam sebelum dan sesudah di berikan kompres air hangat di SMC RS Telogorejo
Semarang.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit virus yang tersebar di seluruh
daerah tropis, dan angka kejadiannya dipengaruhi oleh suhu, curah hujan, dan tingkat
urbanisasi. Virus DBD diperkirakan menginfeksi sekitar 50 juta orang pertahunnya dengan
500.000 orang diantaranya memerlukan rawat inap, dan kurang lebih 90% dari pasien rawat
inap merupakan anak-anak. Angka kejadian penyakit DBD ini cukup tinggi setiap tahunnya,
seperti pada tahun 2016 terjadi wabah demam berdarah besar di seluruh dunia.
Dan mayoritas pada anak-nakdan remaja yakni usia 5-14 tahun. Pada tahun 2019,
sebanyak 41,25 %, sedangkan di tahun 2020 sebanyak 41,72%. Penderita DBD dengan usia
kurang dari 1 tahun sebanyak 1,55% di tahun 2019, sedangkan di tahun 2020 sebanyak
2,13 %, sedangkan usia 1-4 tahun sebanyak 8,96di tahun 2019 dan di tahun 2020 mengalami
peningkatan sebanyak 9,23 %.anak adalah seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai
perkawinan yang sah yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.
dmam berdarah dengue maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai hasil analisis dari
keperawatan atau masalah keperawatan yang penulis angkat ialah hipertermi, nausea dan
deficit nutrisi.
(SDKI,SLKI,SIKI) pada kasus ini pada masalah keperawatan yang telah di angkat ialah pada
68
diberikan intervensi muntah dan pada diagnose terakhir deficit nurtrisi di berikan intervensi
managemen intervensi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien dengan keluhan terkait dengan
penyakit demam berdarah dengue yang dialaminya diantaranya hipertermi, nausea dan desifit
nutrisi dan di dapatkan bahwa terjadi perubahan pada suhu tubuh klien stelah di berikan
kompres air hangatpada klien dengan suhu tubuh klien setelah di berikan kompres air hangat
yaitu 36,8 oC. Sedangkan pada managemen nausea kleluarga klien mengatakan bahwa
muntah anaknya sudahberkurang, namun mual yang di rasakan anaknya masih ada,
B. Saran
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiyah akhir ini ini mengenai dengan
asuhan keperawatan pada klien anak dengan dignosa medis Demam Berdarah Dengue masih
sangat jauh dari yang namanya sempurnah, maka dari itu saya sebagai penysusun meminta,
saran masukan serta arahan untuk perbaikan bahan karya ilmiyah yang akan selanjutnya
penulis susun.
69
DAFTAR PUSTAKA
Sri Purwanti.17. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Anak
Winarsih Nur Ambarwati .2018. Efektifitas Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Suhu
Sri Hartini, 2012 Putri Pandu Pertiwi. Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES
Semarang
70