Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN R GANGGUAN SISTEM


HEMATOLOGI : DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)
DENGAN MASALAH HIPERTERMIA
DI RUANG ANAK
RS. MITRA MEDIKA MEDAN

CALVIN PERMANA PINEM

P07520321003

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN PRODI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2022

LAPORAN TUGAS AKHIR


ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN R GANGGUAN SISTEM
HEMATOLOGI : DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF) DENGAN
MASALAH HIPERTERMIA

DI RUANG ANAK

RS. MITRA MEDIKA MEDAN

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi

Profesi Ners
CALVIN PERMANA PINEM

P07520321003

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai kebutuhan


sesuai dengan tahap perkembangannya, kebutuhan tersebut dapat meliputi
kebutuhan fisiologis seperti nutirisi dan cairan, aktifitas dan eliminasi, istirahat tidur
dan lain-lain, anak juga individu yang membutuhkan kebutuhan psikologis sosial dan
spiritual. Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Jing & Ming 2019).
Anak pada masa usia prasekolah disebut sebagai masa yang sangat aktif
seiring dengan masa perkembangan otot yang sedang tumbuh dan peningkatan
aktivitas bermainnya. Para ahli menggolongkan usia balita pada usia prasekolah
sebagai tahapan perkembangan anak yang cukup rentan terhadap berbagai
serangan penyakit dan penyakit yang sering dijumpai adalah penyakit infeksi
(Wowor et al. 2017).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
satu dari 4 virus dengue berbeda dan ditularkan melalui nyamuk terutama Aedes
aegypti dan Aedes albopictus yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis di
antaranya kepulauan di Indonesia hingga bagian utara Australia. Menurut data
(WHO 2016) Penyakit demam berdarah dengue pertama kali dilaporkan di Asia
Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina, 1 2 selanjutnya menyebar keberbagai
negara. Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami wabah DHF, namun
sekarang DHF menjadi pen yakit endemik pada lebih dari 100 negara, diantaranya
adalah Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat.
Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi kasus DHF.
Jumlah kasus di Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat telah melewati 1,2 juta
kasus di tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun 2013
dilaporkan terdapat sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika, dimana 37.687 kasus
merupakan DHF berat (Kementerian Kesehatan RI 2016).
World Health Organizaton (WHO) menyebutkan jumlah kasus demam berdarah
yang dilaporkan meningkat lebih dari 8 kali lipat selama 4 tahun terakhir, dari
505.000 kasus meningkat menjadi 4,2 juta pada tahun 2019. Jumlah angka
kematian yang dilaporkan juga mengalami peningkatan dari 960 menjadi 4032
selama 2015. Tidak hanya jumlah kasus yang meningkat seiring penyebaran
penyakit ke wilayah baru termasuk Asia, tetapi wabah eksplosif juga terjadi.
Ancaman kemungkinan wabah demam berdarah sekarang ada di Asia. Wilayah
Amerika melaporkan 3,1 juta kasus, dengan lebih dari 25.000 diklasifikasikan
sebagai parah. Terlepas dari jumlah kasus yang mengkhawatirkan ini, kematian
yang terkait dengan demam berdarah 2 lebih sedikit dibandingkan tahun
sebelumnya. Jumlah kasus DBD tersebut 2 merupakan masalah yang dilaporkan
secara global terjadi pada tahun 2019 (WHO, 2019).
WHO mencacat negara Indonesia adalah negara dengan kasus (DHF) tertinggi
di Asia Tenggara dan tertinggi nomor dua di dunia setelah Thailand (Dhamayanti,
2019). Data Depkes RI (2019) jumlah kasus penderita (DHF) di Indonesia pada
tanggal 29 Januari 2019 13.683 orang diseluruh Indonesia. Penderita (DHF) di
indonesia terdapat dengan jumlah 133 orang. Penderita (DHF) terus bertambah
hingga 3 Februari 2019, banyaknya penderita (DHF) mencapai 16.692 kasus,
dengan 169 jiwa dinyatakan meninggal dunia. Direktur pengendalian penyakit tular
vektor dan zoonosis kemenkes,
Berdasarkan data Kemenkes tahun 2020 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)
di Indonesia hingga Juli mencapai 71.700 kasus. Ada 10 provinsi yang melaporkan
jumlah kasus terbanyak yaitu di Jawa Barat 10.772 kasus, Bali 8.930 kasus, Jawa
Timur 5.948 kasus, NTT 5.539 kasus,Lampung 5.135 kasus, DKI Jakarta 4.227
kasus, NTB 3.796 kasus, Jawa Tengah 2.846 kasus, Yogyakarta 2.720 kasus, dan
Riau 2.255 kasus sedangkan tahun 2019 jumlah kasus lebih tinggi berjumlah
112.954. Selain itu jumlah kematian di seluruh Indonesia mencapai 459. Namun
demikian jumlah kasus dan kematian tahun ini masih rendah jika dibandingkan
tahun 2019. Begitupun dengan jumlah kematian, tahun ini berjumlah 459,
sedangkan tahun 2019 sebanyak 751 (Kemenkes, 2020)

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menulis “Asuhan keperawatan


Anak Dengan Gangguan Sistem Pencernaan (DHF) di RS Mitra Medika Medan

B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien Anak dengan
DHF yang di Rawat di Rumah Sakit?”

C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu:


1. Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan pemberian ekstrak daun pepaya terhadap peyakit
DHF pada anak
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan hasil pengkajian pada Anak dengan DHF.
b. Memaparkan hasil analia data pada Anak dengan DHF.
c. Menmaparkan hasil intervensi keperawatan Anak dengan DHF.
d. Memaparkan hasil implementasi keperawatan pada Anak dengan DHF.
e. Memaparkan hasil evaluasi keperawatan pada Anak dengan DHF.
f. Memaparkan hasil inovasi keperawatan (sebelum dan sesudah tindakan)
pada pasien anak dengan DHF

D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi:
1. Bagi peneliti
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman,
pengetahuan, dan membuka wawasan berpikir penulis. Serta dapat
mengaplikasikan hasil asuhan keperawatan pada anak dengan DHF.
2. Bagi rumah sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada rumah
sakit selaku pemberi pelayanan kesehatan mengenai penyakit DHF pada
anak.
3. Bagi pasien diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit
DHF, dan meningkatkan pengetahuan tentang tingkat keparahan penyakit
DHF.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis DHF


1. Pengertian
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) / DBD adalah penyakit demam
akut.yang.ditemukan di.daerah tropis, dengan..penyebarang.geografis..yang
mirip..dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus
dari genus Flavivirus, family..Flafifiridae. Setiap..serotipe cukup berbeda sehingga
tidak.ada proteksi silang dan wabah yang disebabkan oleh beberapa serotipe
(hiperendemistas) dapat.terjadi. Demam..berdarah disebarkan pada
kepada..manusia oleh nyamuk Aedes aegypti (Tosepu, 2016).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disbabkan oleh
virus..berbahya karena dapat..menyebabkan..penderita..meninggal dalam
waktu..yang sangat singkat. Gejala klinis DHF berupa..demam..tinggi..yang
berlangsung..terus-menerus selama 2-7 hari. Tanda dan gejala perdarahan yang
biasanya..didahului dengan..terlihatnya tanda..khas berupa..bintik-bintik merah
(petechia) pada badan penderita bahkan penderita dapat mengalami syok dan
meninggal (Sutanto, 2015)

2. Anatomi Fisiologi
a. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
1. Arteri merupakan pmbuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah
keseluruh bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah arteri yang paling besar yang
keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri ini mempunyai dindingyang kuat
dantebal ttapi sifatnyaelastic dan terdiri dari 3lapisan. Asuhan Keperawatanpda
arteri yng palingg besar didalam tubuh yaitu orta dan arteripulmonalis, garis
tengahnya kirakira 1-3cm. Arteri inimempunyai cabang-cabang keseluruhan tubuh
yang disebut arteriolayang akhirnya akan mnjadi pmbuluh darah rambut(kapiler).
Arteri mndapat darah dari darah yng mngalir Di dalamnya tetapi hanya untuk tunika
intima. Sedangkan umtuk lapisan 19 lainnya mendapat darah dari pembuluh darah
yng dsebut vasavasorum.
2. Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang membawa darah
dari bagian/alat-alat tubuh masuk kedalam jantung. Tentang bentuk susunan dan
juga pernafasan pembuluh darah yang menguasai vena sama dengan pada arteri.
Katup- katup pada vena kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya umtuk
mencegah darah agar tidak kembali lagi. Vena-vena yng ukurannya besar
diantaranyaa vena kava dan venapulmonalis. Vena ini juga mmpunyai cabang yng
lebih kecil yang disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.
3.Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah yang sngat halus.
Diameternya kra-kira 0,008mm. pada dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel.
bagian tubuh yang tidak terdapat kpiler yaitu: rambut,kuku, dan tulang rawan.
Pembuluh darah rambut/kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jringan. Oleh Karena
itu dindingnya sngat tipis maka plasma dan zat makanan mudah merembes kecairan
jaringan antar sel
b. Darah
adalah cairan didalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi sangat pnting
dalam tubuh yaitu fungsi transportasi dalam tubuh yaitu membawa nutrisi, oksigen
dari usus dan paru-paru untuk kemudian diedarkann keseluruh tbuh. Darah
mempunyai 2komponen yaitu komponen padat dan komponen cair. Darah berwarna
merah, warna merah tersebut keadaannyaa tidak tetap, trgantung pada banyaknya
O2dan CO2 didalamnya. Apa bila kandungan O2 lebih banyak maka warnanya akan
menjadi merah muda. Sedangkan Darah juga pembawa dan penghantar hormon.
Hormon dari klenjar endokrin keorgan ssaarannya. Darah mengangkut enzim,
elektrolit dan berbagai zat kimiawi umtuk di distribusikan keseluruh tbuh. Peran
penting yng dilakukan darah yaitu dalam pengaturan suhu tubuh, karena dengan
cara konduksi darah membawa panas tubuh dari pusat produksi panas (hepar dan
otot) untuk didistribusikan ke selruh tubuh dan permukaan tubuh yang ada akhirnya
ditur pelepasannya dalam upaya homeostasis suhu (termoregulasi). Jumlah darah
manusiaa bervariasi tergantung dari berat baadan seseorang. Rata-rata jumlah
darah adalah 70 cc/kgBB. Dalam komponeen cair atau plasma ini mempunyai fungsi
sebagai media transport, berwarna kekuningan. Sedangkan pada komponen padat
terdri dari sel-sel darah eritrosit, leukosit dan trombosit. Pada batas tertentu diatur
oleh teknan osmotik dalam pembuluh darah dan jaringan. Bagianbagian padat darah
terndam dalam plasma.

A. Sel-sel darah :
1. Eritrosiit
Eritrosit dibuat didalam sumsum tulang, di dalam sumsum tulang masih berinti,
inti dilepaskan sesaat sebelum dilepaskan / keluar. Pada proses pembentukannya
diperlukan Fe, Vit. B12, asam folat dan rantai globlin yang merupkan senyawa
protein. Selain itu untuk proses pematangan (maturasi) diperlkan hormon
eritropoetin yang dibuat oleh ginjal, sehingga bila kekurangan salah satu unsur
pembentukan seperti di atas (kurang gizi) atau ginjal mengalami kerusakan, maka
terjadi gangguaan eritroosit (anemia). Umur peredaran eritrosit sekitar 105-120 hari.
Pada kedaan penghancuran eritrosit yang berlebihan, misalnya pada hemdialisis
darah, hepar kewalahan mengalahkan bilirubin yang tiba-tiba banyak jumlahnya.
Maka akan timbul juga gejala kuning walaupun hati tidak mengalaami kerusaakan.
Eritrosit dihancurkan di organ lien terutama pada proses penghancurannya
dilepakan zat besi dan pigmen bilirubin. Zat besi yang digunakan untuk proses
sintesa sel eritrosit baru, sedangkan pigmeen bilirbin di dalam hati akan mengalami
proses konjugasi kimiawi menjadi pigmen empdu dan keluar berama cairan empedu
ke dalam usus. Jumlah normal eritrost pada laki-laki 5,5 juta sel/mm3, pada
permpuan 4,8 juta sel/mm3. Di dalam sel eritrosit didapat hemglobin suatu senyawa
kimiawi yang tediri dari atas molekul yang mempunyai ion Fe (besi) yang terait
dengan rantai globulin (suatu senyawa protein). Hemoglobin berpweran mengangkut
O2 dan CO2, jumlah Hb pada laki-laki 14-16 gr%, pada perempuan 12-14 gr%.
2. Leukosit
Fungsi utama leukosit adalah sebagai perthanan tubuh dengan cara
menghncurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis leuksit yaitu
neutrofil, eosinoofil, basofil, limfosit, monosit. Jumah nomal leukosit 5.000-9.000
/mm3. Bila jumlanya berkurang disebut leukopenia. Jika tubuh tidak membuat lekosit
sama sekali disebut agraanulasitosis.
3. Trombosit
Trobosit bukan berupa sel, tetapi berupa/berbentuk keping yang merupkan
bagian-bagian kecil dari sel besar yang membuatnya yaitu megakaryosit, di sumsum
tulang dan lien. Ukurannya sekitar 2-4 mikron, dan umur peredarannya sekitar 10
hari. Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan :
1) daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)
2) daya adhesi (melekat)
3) daya agregasi (berkelompok)
Jumlah trombosit 150.000-450.000/mm3, fungsinya seabagai hemostasis dan
pembekuan darah. Pembekuan darah proses kimiawi yang mempunyi pola tertentu
dan berjalan dalam waktu singkat. Bila ada kerusakan pada dinding pembuluh darah
maka trombosit akan berkumpul dan menutup lubang yang bocor dengan cara
saling melekat, berkelompok dan menggumpal dan kemudian dilanjutkan dengan
proses pembekuan darah .Kemampuan trombosit seperti ini karena trobosit
mempunyai 2 zat yaitu Prostaglandin dan Tromboxan yang segera dikeluarkan bila
ada kerusakan dinding pembuluh darah atau kebocoran, zat ini menimbulkan efek
vassokontriksi pembuluh darah, sehingga aliran darah berkurang dan membantu
proses pembekuan darah.

B. Plasma
Plasma merupkan bagian cair dari darah. Plasma membentuk sekitar 5% dari
berat badan tubuh. Plasma adalah sebagai media sirkulasi elmen-elemen darah
yang berbntuk (sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, trombosit). Plasma juga
berfungsi sebagai media transportasi bahan-bahan organik dan anorganik dari satuu
organ atau jaringan ke organ atau jaringan lain. Komposisi dari plasma
1) Air : 91-92%
2) Protein plasma :
1) Albumin (bagian besar pembentuk plasma protein, dibentuk di hepar).
2) Globulin (terbentuk di dalam hepar, limfosit dan sel-sel retikuloendotelial).
Immunoglobulin merupakan bentuk globulin.
3) Fibrinogen
4) Protrombin.
3) Unsur-unsur pokok anorganik : Na, K, Cl, Magnesium, zat besi, Iodin 4) Unsur-
unsur pokok organik : urea, asam urat, kreatinin, glukose, lemak, asam amino,
enzim, hormone. Fungsi Protein Plasma :
1) Memprtahankan tekanan osmotik plasma yang diperlukan untuk
pembentukan dan penyerapan cairan jaringan.
2) Dngan bergabung bersama asam dan alkali protein plasma bertndak sebagai
penyngga dalam mempertahnkan pH normal tubuh. ) Fibringen dan
protrombin adlah penting untuk pembekuan darah.
3) Immunglobulin merupakan hal yang esensial dalam pertahanan tuuh
melawan infeksi.

3. Etiologi
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4
serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibody terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody
yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Kusuma 2015).

.4. Klasifikasi
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2015) :
a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia,
himokonsentrasi.
b. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada
kulit atau perdarahan di tempat lain.
c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat
dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi
disertai dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak
tampak gelisah.
d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur.

5. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus
sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin)
terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada
dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari
intravascular ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat
terjadi 16 akibat dari penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi
melawan virus (Murwani 2018).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit
seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya
kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara
normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka
akan menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama
tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik
merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati atau hepatomegali (Murwani
2018).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma
ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan
kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia
serta efusi dan renjatan atau syok. Hemokonsentrasi atau 17 peningkatan
hematokrit >20% menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran atau
perembesan sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian
cairan intravena (Murwani 2018). Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra
vaskuler di buktikan dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa
yaitu rongga peritonium, pleura, dan perikardium yang pada otopsi ternyata melebihi
cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma telah teratasi,
sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya
untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak
mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang
akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika
renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik (Murwani 2018).

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif & Kusuma
2015) :
Demam dengue Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan
dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
1. Nyeri kepala
2. Nyeri retro-orbital
3. Myalgia atau arthralgia
4. Ruam kulit
5. Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif
6. Leukopenia
7. Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD yang sudah di
konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama

a. Demam berdarah dengue


Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya
bersifat bifastik
1. Manifestasi perdarahan yang berupa :
a. Uji tourniquet positif
b. Petekie, ekimosis, atau purpura
c. Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat
bekas suntikan
d. Hematemesis atau melena
2. Trombositopenia <100.00/ul
3. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
a. Peningkatan nilai hematokrit >20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin
b. Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang adekuat
19 5) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi
pleura
c. Sindrom syok dengue Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda
kegagalan sirkulasi yaitu:
a. Penurunan kesadaran, gelisah
b. Nadi cepat, lemah
c. Hipotensi
d. Tekanan darah turun < 20 mmHg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin lembab

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF antara
lain adalah (Wijayaningsih 2017) :
a. Pemeriksaan darah lengkap Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa
kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang
selalu dijumpai pada DHF merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.
1. Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari ketiga.
2. Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan hemokonsentrasi. 20
3. Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT,
SGOT, ureum dan Ph darah mungkin meningkat.
b. Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi didasarkan atas
timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah infeksi. Untuk menentukan
kadar antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi reaksi antigen-antibody.
Ada tiga kategori, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Reaksi primer merupakan
reaksi tahap awal yang dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder atau tersier. Yang
mana tidak dapat dilihat dan berlangsung sangat cepat, visualisasi biasanya
dilakukan dengan memberi label antibody atau antigen dengan flouresens,
radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan lanjutan dari reaksi primer
dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro seperti prestipitasi, flokulasi,
dan aglutinasi. Reaksi tersier merupakan lanjutan reaksi sekunder dengan bentuk
lain yang bermanifestasi dengan gejala klinik.
c. Uji hambatan hemaglutinasi Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer
IgM dan IgG berdasarkan pada kemampuan antibody-dengue yang dapat
menghambat reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue yang disebut
reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).
d. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test) Merupakan uji serologi yang paling
spesifik dan sensitif untuk virus dengue. Menggunakan metode plague reduction
neutralization test 21 (PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel
dan batas yang jelas akan dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi.
e. Uji ELISA anti dengue Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji
Hemaglutination Inhibition (HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip
dari metode ini adalah mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum
penderita.
f. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar
grade II) di dapatkan efusi pleura. 8. Penatalaksanaan Dasar pelaksanaan penderita
DHF adalah pengganti cairan yang hilang sebagai akibat dari kerusakan dinding
kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas sehingga mengakibatkan
kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga diberikan obat penurun panas (Rampengan
2017).

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan DHF ditujukan untuk mengganti trombosit yang


hilang.Pemberian paracetamol 10-15 mg/kgBB setiap 3-4 jam sekali dapat
mengatasi panas tinggi diatas 38,5°C. Cairan kristaloid dapat mengantisipasi
terjadinya syok. (Desmawati, 2013) Adapun penatalaksanaan medis maupun
keperawatan pada DHF sesuai derajat yang telah ditentukan, berikut
penatalaksanaannya :

1) Derajat I dan II

a) Obat oral

b) Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 50,l/kgBB/hari disertai minum air

putih.

2) Derajat lll

a) Berikan infus Ringer Laktat 20ml/kgBB/jam

Apabila menunjukan perbaikan (tensi terukur >80mmHg dan nadi teraba


dengan frekuensi <120x/menit dan akral hangat lanjutkan dengan ringet laktat
10ml/kgBB/jam, jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah
cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24jam
dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu (24 jam dikurangi
sisa waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan) Apabila satu jam
setelah pemakaian cairan RL 20ml/kgBB/jam keadaan tensi masih terukur
<80mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh
plasma ekspander sebanyak 10mk/kgBB/jam
dan dapat diulang maksimal 30ml/kgBB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan
umum membaik dilanjutkan dengan cairan RL sebanyak kebutuhan cairan selama
24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah mengatasi
renjatan.

Derajat IV

a) Cairan

Infus NaCl 0,9% / Dextrose 5% atau Ringer Laktat. Plasma expender, apabila shock
sulit diatasi. Pemberian cairan ini dipertahankan minimal 12-24 jam maksimal 48 jam
setelah shock teratasi. Perlu observasi ketat akan kemungkinan oedema paru dan
gagal jantung, serta terjadinya shock ulang.Transfusi darah segar pada penderita
dengan perdarahan masif

b) Obat

(a) Antibiotika : diberikan pada penderita shock membangkang dan atau gejala
sepsis.

(b) Kortikosteroid : pemberiannya controversial hati-hati pada penderita dengan


gastritis.

(c) Heparin : diberiakn pada penderita dengan DIC dosis 100mg/kgBB setiap 6 jam
i.v (Desmawati, 2013)

9. Konsep Hipertermi

1. Pengertian
Menurut Mumpuni (2016) DHF atau yang lebih familiar dengan sebutan demam
berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke
peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes,misal Aedes
aegypti dan Aedes albopictus. Menurut Boyd (2015) Hipertermia yaitu suhu tubuh
yang sangat jauh di atas normal (41oC) dan dapat menyebabkan kejang. Dari
beberapa pendapat diatas tentang pengertian DHF dan hipertermia dapat

penulis simpulkan bahwa hipertermia pada DHF adalah peningkatan suhu tubuh di
atas normal yang dapat menyebabkan kejang disebabkan karena masuknya virus
dengue ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus
Aedes,misalnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

2) Etiologi

Menurut SDKI (2016) penyebab hipertermia yaitu dehidrasi,terpapar lingkungan


panas, proses penyakit ( mis.infeksi,kanker), ketidaksesuaian pakaian dengan
lingkungan, peningkatan laju metabolisme, respon trauma, aktivitas berlebihan, dan
penggunaan inkubator. Hipertermia pada klien DHF disebabkan oleh virus dengue
yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes
(Mumpuni, 2016)Masuknya virus dengue ke dalam tubuh akan mengakibatkan
terjadinya aktivasi komplemen. Akibat aktivasi komplemen, maka dilepaskan
anafilaktosit C3a dan C5a yang berdaya membebaskan histamin sebagai mediator
kuat dalam peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan berperan dalam
terjadinya renjatan.(Susilaningrum, 2013).Saat anafilaktosit C3a dan C5a dilepaskan
maka akan meningkatkan jumlah histamin (Susilaningrum, 2013). Hasil akhir respon
imun tersebut adalah peningkatan IL-1, TNF-α, IFN-γ, IL-2, dan histamine (Sudoyo,
2015). Interleukin-1 disebut juga leukosit pirogen atau pirogen endogen. Interleukin-
1,saat mencapai hipotalamus, segera mengaktifkan proses yang menimbulkan
demam, ,pertama-tama dengan menginduksi pembentukan salah satu prostaglandin
,terutama prostaglandin E2, atau zat yang mirip dan selanjutnya bekerja di
hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam (Guyton A.C, dan Hall,
2014).Asuhan keperawatan yang dapat di berikan kepada penderita DHF yaitu
sesuai dengan masalah yang di alami oleh pasien, masalah yang sering muncul
pada penderita DHF yaitu peningkatan suhu tubuh karena virus dengue masuk
dalam tubuh dan mengacaukan termoregulasi pada hipotalamus. Untuk
mengantisipasi terjadinya syok karena terjadi kebocoran dan kehilangan plasma
yang hebat, maka peningkatan suhu tubuh harus segera di turunkan.Dengan
turunnya suhu tubuh pada pasien, maka pasien tidak akan mengalami syok karena
tidak terdapat perembesan / kebocoran plasma pada tubuh pasien yang di sebabkan
oleh virus dengue. (Sodikin, 2012)Menurut Khadijah dan Gede Dwi Lingga Utama
(2017) Patogenesis utama yang menyebabkan kematian pada hampir seluruh
pasien DHF adalah syok karena kebocoran plasma (Fase SSD). Sekitar 30-50%
penderita DHF akan mengalami syok dan berakhir dengan suatu kematian, terutama
bila tidak ditangani secara dini dan adekuat.Perjalanan penyakit DHF terbagi menjdi
3 fase, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase penyembuhan. Fase demam
(berlangsung selama 2-7 hari), pada fase demam terdapat pengobatan simtomatik
yaitu dengan melakukan tindakan kompres hangat dan pemberian obat antipiretik,
ada pula dengan cara pengobatan suportif yaitu memenuhi kebutuhan cairan tubuh
seperti pemberian jus buah atau susu, larutan oralit dan lainlain. Fase kritis
(berlangsung 24-48 jam) umumnya pada fase ini pasien tidak nafsu makan dan
minum karena anoreksia atau muntah. Yang terakhir yaitu fase penyembuhan, pada
fase penyembuhan sebagian besar pasien DHF akan sembuh tanpa komplikasi
dalam waktu 24 - 48 jam setelah syok, indikasi paisen masuk fase penyembuhan
yaitu, keadaan umum membaik, meningkatnya nafsu makan, tandatanda vital stabil.
(Gunadi, 2011)
3. Tanda dan Gejala

Menurut SDKI (2016) gejala tanda mayor objektifnya yaitu suhu tubuh diatas nilai
normal .Sedangkan, gejala tanda minor objektifnya kulit merah, kejang, takikardi,
takipnea, kulit terasa hangat.

4. Dampak
Terjadinya demam dan peningkatan aliran darah ke otak dapat mengakibatakan
peningkatan tekanan intracranial (TIK) yang merupakan respon tubuh terhadap
hipertermia. Peningkatan tekanan intracranial sering menyebabkan kematian. Untuk
itu, perlu sekali dilakukan kontrol terhadap peningkatan suhu untuk menghindari
peningkatan tekanan intrakranial dan perluasan area iskemik (Iqbal, 2015). Kadang
suhu tubuh sangat tinggi sampai 40oC dapat menyebabkan kejang demam
(Desmawati, 2013). Saat fase demam mulai berkurang dan klien tampak seakan
sembuh, hal ini perlu diwaspadai sebagai awal kejadian syok,biasanya pada hari
ketiga dari demam. Syok dapat terjadi dalam waktu yang sangat singkat, klien dapat
meninggal dalam waktu 12-24 jam. (Desmawati, 2013)Temuan patologis pada orang
yang meninggal karena demam/hiperpireksia adalah perdarahan local dan
degenerasi parenkimatosa sel di seluruh tubuh,terutama di otak. Sekali sel neuron
mengalami kerusakan, sel tersebut tidak dapat digantikan. Demikian juga,
kerusakan hati, ginjal, dan organ tubuh lainnya sering kali dapat cukup berat,
sehingga kegagalan satu atau lebih dari organ-organ ini akhirnya menyebabkan
kematian, kadang tidak sampai beberapa hari setelah heatstroke.(Guyton A.C, dan
Hall, 2014)

10. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi dan dokumentasi data
(informasi) yang sistematis dan bersinambungan (Kozier, 2010). Pengkajian
bertujuan untuk mendapatkan data dasar tentang kesehatan klien baik
fisik,psikososial, maupun emosional. Data dasar ini digunakan untuk menetapkan
status kesehatan klien, menemukan masalah aktual ataupun potensial serta sebagai
acuan dalam memberikan edukasi pada klien. (Debora, 2013)
1) Identitas klien

Identitas klien menjadi hal yang penting, bahkan berhubungan dengan keselamatan
klien agar tidak terjadi kesalahan yang nantinya bisa berakibat fatal jika klien
menerima prosedur medis yang tidak sesuai dengan kondisi klien seperti salah
pemberian obat, salah pengambilan darah bahkan salah tindakan medis. Identita
klien terdiri dari : Nama, umur (pada DHF sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2) Keluhan utama

Keluhan utama merupakan keluhan yang dirasakan klien, sehingga menjadi alasan
klien dibawa ke Rumah Sakit. Adapaun alasan atau keluhan yang menonjol pada
klien dengan DHF untuk datang ke RS yaitu panas tinggi dan anak lemah.
3) Riwayat penyakit sekarang

Merupakan kronologis dari penyakit yang diderita saat ini mulai awal hingga di bawa
ke RS secara lengkap. Pada klien dengan DHF didapatkan adanya keluhanpanas
mendadak yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran compos
mentis.Turunnya terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah.
Kadang-kadang disertai batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan
bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi,
melena atau hematemesis.
4) Riwayat penyakit yang pernah di derita Penyakit apa saja yang pernah diderita.
Pada DHF, anak bisa mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang
lain.
5) Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
6) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada
setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik

mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap
terapi tersebut. (Potter & Perry, 2010)
Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujungrambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik
anak adalah sebagai berikut:
a) Grade I: kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan ptekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, tanda-tanda vital dan
nadi lemah
b) Grade II: kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan ptekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur
c) Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah dan
kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun
d) Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak
biru.

7) Sistem integumen
a) Adanya ptekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan
lembab

b) Kuku sianosis atau tidak


c) Kepala dan leher: Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam,
mataanemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III,
dan IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi,
dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi
perdarahan telinga (grade II, III, IV)
d) Dada: Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto toraks
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru (efusi pleura), terdapat rales dan
ronkhi yang biasanya terdapat pada grade III dan IV
e) Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali), dan asites
f) Ekstremitas: akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
8) Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai sebagai berikut.
a) Hb dan PCV meningkat (≥ 20%)
b) Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
c) Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
d) Ig. D dengue positif
e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia,
hiponatremia.
f) Urium dan pH darah mungkin meningkat
g) Asidosis metabolik: pCO2 < 35-40 mmHg. HCO3 rendah
h) SGOT/ SGPT mungkin meningkat.(Susilaningrum, 2013)

11. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue
yaitu perdarahan massif dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom syok
dengue (SSD). Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok
ditandai dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba, tekanan nadi
menurun menjadi 20 mmHg atau sampai nol, tekanan darah menurun dibawah 80
mmHg atau sampai nol, terjadi penurunan kesadaran, sianosis di sekitar mulut dan
kulit ujung jari, 24 hidung, telinga, dan kaki teraba dingin dan lembab, pucat dan
oliguria atau anuria (Pangaribuan 2017).

12. Diagnosa Keperawatan


a) Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan
yang sering muncul pada kasus DHF yaitu (Erdin 2018) (SDKI DPP PPNI
2017) :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan
suhu tubuh diatas nilai normal
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk
makan)
e. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
ditandai dengan kebocoran plasma darah
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
g. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
h. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
i. Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia)
j. Risiko syok ditandai dengan kekurangan volume caira

Berikut adalah uraian dari diagnosa yang timbul bagi pasien dengue hemorrhagic
fever menurut (Erdin 2018). Dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI DPP PPNI 2017). a. Pola napas tidak efektif (D.0005)
1) Pengertian Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat.
2) Penyebab
a. Penurunan energi
b. Sindrom hipoventilasi
c. Kecemasan
3) Kriteria Mayor dan Minor
Kriteria Mayor
a) Subjektif
(1) Dispnea
b) Objektif
1. Penggunaan otot bantu pernapasan
2. Fase ekspirasi memanjang
3. (3) Pola napas abnormal (mis. Takipnea, bradipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes)
Kriteria Minor
a) Subjektif
(1) Ortopnea
b) Objektif
1) Pernapasan pursed-lip
2) Pernapasan cuping hidung
3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4) Ventilasi semenit menurun
5) Kapasitas vital menurun
6) Tekanan ekspirasi menurun
7) Tekanan inspirasi menurun
8) Ekskursi dada berubah

b. Hipertermia (D.0130)
1) Pengertian Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
2) Penyebab
a) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
3) Kriteria Mayor dan Minor Kriteria Mayor
a) Subjektif : (tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Suhu tubuh diatas nilai normal Kriteria Minor
a) Subjektif : (tidak tersedia)
b) Objektif
a) Kulit merah
b) Kejang
c) Takikardi
d) Takipnea
e) Kulit terasa hangat

c. Nyeri akut (D.0077)


a. Pengertian Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
b. Penyebab a) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi)
c. Kriteria Mayor dan Minor Kriteria Mayor

a) Subjektif
(1) Mengeluh nyeri
b) Objekti
(1) Tampak meringis
(2) Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
(3) Gelisah
(4) Frekuensi nadi meningkat
(5) Sulit tidur Kriteria Minor
a) Subjektif : (tidak tersedia)
b) Objektif
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola napas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berpikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaforesis
d. Defisit nutrisi (D.0019)
1. Pengertian Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
2. Penyebab
a) Kurangnya asupan makanan
b) Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
c) Peningkatan kebutuhan metabolism
d) Factor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)
3) Kriteria Mayor dan Minor Kriteria Mayor
a) Subjektif : (tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal Kriteria Minor
a) Subjektif
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Kram/nyeri abdomen
3) Nafsu makan menurun
b) Objektif
(1) Bising usus hiperaktif
(2) Otot pengunyah lemah
(3) Otot menelan lemah
(4) Membrane mukosa pucat
(5) Sariawan
(6) Serum albumin turun
(7) Rambut rontok berlebihan
(8) Diare
e. Hipovolemia (D.0023)
1) Pengertian
Penurunan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan/atau intraseluler.
2) Penyebab
a) Kehilangan cairan aktif
b) Peningkatan permeabilitas kapiler
c) Kekurangan intake cairan
3) Kriteria Mayor dan Minor Kriteria Mayor
a) Subjektif : (tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Frekuensi nadi meningkat
(2) Nadi terasa lemah
(3) Tekanan darah menurun
(4) Tekanan nadi menyempit
(5) Turgor kulit menurun
(6) Membrane mukosa kering
(7) Volume urin menurun
(8) Hematokrit meningkat Kriteria Minor
a) Subjektif
(1) Merasa lemah
(2) Mengeluh haus
b) Objektif
(1) Pengisian vena menurun
(2) Status mental berubah
(3) Suhu tubuh meningkat
(4) Konsentrasi urin meningkat
(5) Berat badan turun tiba-tiba

f. Intoleransi aktivitas (D.0056)


1) Pengertian Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2) Penyebab
a) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
b) Kelemahan
3) Kriteria Mayor dan Minor Kriteria Mayor
a) Subjektif
(1) Mengeluh lelah
b) Objektif
(1) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat Kriteria Minor
a) Subjektif
(1) Dispnea saat atau setelah aktivitas
(2) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
(3) Merasa lemah
b) Objektif
(1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
(2) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
(3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia
(4) Sianosis
g. Defisit pengetahuan (D.0111)
1) Pengertian Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu.
2) Penyebab
a) Kurang terpapar informasi
b) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
3) Kriteria Mayor dan Minor Kriteria Mayor
a) Subjektif
(1) Menanyakan masalah yang dihadapi
b) Objektif
(1) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
(2) Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah Kriteria Minor
a) Subjektif : (tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
(2) Menunjukkan perilaku berlebihan (mis. Apatis, bermusuhan, agitasi,
histeria)

h. Ansietas (D.0080)
1) Pengertian Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
2) Penyebab
a) Krisis situasional
b) Kekhawatiran mengalami kegagalan
c) Kurang terpapar informasi
3) Kriteria Mayor dan Minor Kriteria Mayor a) Subjektif
(1) Merasa bingung
(2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
(3) Sulit berkonsentrasi
b) Objektif
(1) Tampak gelisah
(2) Tampak tegang
(3) Sulit tidur Kriteria Minor
a) Subjektif
(1) Mengeluh pusing
(2) Anoreksia
(3) Palpitasi
(4) Merasa tidak berdaya
b) Objektif
(1) Frekuensi napas meningkat
(2) Frekuensi nadi meningkat
(3) Tekanan darah meningkat
(4) Diaforesis
(5) Tremor
(6) Muka tampak pucat
(7) Suara bergetar
(8) Kontak mata buruk
(9) Sering berkemih

i. Risiko perdarahan (D.0012)


1) Pengertian Berisiko mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi di dalam
tubuh) maupun eksternal (terjadi hingga keluar tubuh).
2) Faktor Risiko
a) Gangguan koagulasi (mis. Trombositopenia)
b) Kurang terpapar informasi tentang pencegahan perdarahan 40 c) Proses
keganasan
j. Risiko syok (D.0039)
1) Pengertian Berisiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh,
yang dapat mengakibatkan fungsi seluler yang mengancam jiwa.
2) Faktor Risiko
a) Hipoksemia
b) Hipoksia
c) Hipotensi
d) Kekurangan volume cairan
e) Sindrom respons inflamasi sistemik (systemic inflamatory response
syndrome atau SIRS)

13 .Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI DPP PPNI 2019).
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
Tujuan : Mempertahankan pola pernafasan normal/efektif
Kriteria Hasil :
1) Kapasitas vital meningkat
2) Dispneu menurun
3) Frekuensi napas membaik Intervensi :
Observasi
a) Monitor pola napas (frekuensi, usaha napas)
b) Monitor bunyi napas tambahan (mis, gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
basah)
c) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) Terapeutik
d) Posisikan semi fowler atau fowler
e) Berikan minum hangat
f) Berikan oksigen, jika perlu Edukasi
g) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi Kolaborasi
h) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu

b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit


Tujuan : Suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal Kriteria Hasil :
1) Menggigil menurun
2) Kulit merah menurun
3) Suhu tubuh membaik
4) Tekanan darah membaik
Intervensi :
Observasi
a. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan incubator)
b. Monitor suhu tubuh
c. Monitor kadar elektrolit
d. Monitor haluaran urine Terapeutik
e. Sediakan lingkungan yang dingin
f. Longgarkan atau lepaskan pakaian
g. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
h. Berikan cairan oral
i. Lakukan pendinginan eksternal (mis, kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen, aksila)
j. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
k. Berikan oksigen, jika perlu Edukasi
l. Anjurkan tirah baring Kolaborasi
m. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Tujuan : Diharapkan nyeri yang dirasakan klien berkurang Kriteria Hasil :
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Gelisah menurun
4) Pola napas membaik
Intervensi :
Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respons nyeri non verbal
d) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik
e) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis,
terapi musik, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
f) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
g) Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi
h) Jelaskan strategi meredakan nyeri
i) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
j) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
k) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk
makan)
Tujuan : Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi. Kriteria Hasil :
1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
2) Frekuensi makan membaik
3) Nafsu makan membaik
Intervensi :
Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Identifikasi makanan yang disukai
d) Monitor asupan makan
e) Monitor berat badan
f) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Terapeutik
g) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
h) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
i) Berikan suplemen makanan, jika perlu Edukasi j) Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
j) Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi
k) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis, Pereda nyeri,
antimietik), jika perlu m) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

e. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler


Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi Kriteria Hasil :
1) Turgor kulit meningkat
2) Output urine meningkat
3) Tekanan darah dan nadi membaik
4) Kadar Hb membaik
Intervensi :
Observasi
a) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis, frekuensi nadi meningkat,
nadi terasa lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume
urin menurun, hematokrit meningkat, haus lemah)
b) Monitor intake dan output cairan Terapeutik
c) Berikan asupan cairan oral Edukasi
d) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral Kolaborasi
e) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis, NaCl, RL)
f) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis, glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
g) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis, albumin, plasmanate)
h) Kolaborasi pemberian produk darah
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : Aktivitas sehari-hari klien kembali normal. Kriteria Hasil :
1) Frekuensi nadi meningkat
2) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
3) Frekuensi napas membaik
Intervensi :
Observasi
a) Monitor kelelahan fisik dan emosional
b) Monitor pola dan jam tidur Terapeutik
c) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis, cahaya, suara,
kunjungan)
d) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan Edukasi
e) Anjurkan tirah baring
f) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
g) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang Kolaborasi
h) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

g. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi Tujuan :


Pengetahuan klien/ keluarga bertambah. Kriteria Hasil :
1) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat
2) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
3) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
Intervensi :
Observasi
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Edukasi
b) Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
c) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
d) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
h. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional Tujuan : Rasa cemas klien akan
berkurang/hilang Kriteria Hasil :
1) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
2) Perilaku gelisah menurun
3) Konsentrasi membaik
Intervensi :
Observasi
a) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal) Terapeutik
b) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
c) Dengarkan dengan penuh perhatian
d) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan Edukasi
e) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
f) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi Kolaborasi
g) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

i. Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia) Tujuan :


Perdarahan tidak terjadi. Kriteria Hasil :
1) Kelembapan kulit meningkat
2) Hemoglobin membaik
3) Hematokrit membaik
Intervensi :
Observasi
a) Monitor tanda dan gejala perdarahan
b) Monitor nilai hamatokrit atau hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan
darah
c) Monitor tanda-tanda vital Terapeutik
d) Pertahankan bed rest selama perdarahan Edukasi
e) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
f) Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
g) Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
h) Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan Kolaborasi
i) Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
j) Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
j. Risiko syok ditandai dengan kekurangan volume cairan Tujuan : Tidak terjadi syok
hipovolemik. Kriteria Hasil :
1) Tingkat kesadaran meningkat
2) Tekanan darah, frekuensi nadi dan napas membaik
Intervensi :
Observasi
a) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi napas, TD)
b) Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
c) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil Terapeutik
d) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
Edukasi
e) Jelaskan penyebab atau faktor risiko syok
f) Anjurkan melapor jika menemukan atau merasakan tanda dan gejala
awal syok
g) Anjurkan menghindari allergen Kolaborasi
h) Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
i) Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
j) Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu

4 .Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan
yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu
klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons yang
ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali 2016).

5 .Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian
proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi (Ali 2016). Evaluasi
merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan
yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.

BAB III
LAPORAN KASUS

Hari/Tanggal : Senin, 14 November 2022


Jam : 09.00 WIB
Tempat : Ruang Anak
Oleh : Calvin Permana Pinem
Sumber data : Pasien, Keluarga, Rekam Medis dan Tim Kesehatan
Metode : Wawancara, Observasi, Pemeriksaan Fisik dan Studi Dokumen

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien : An.R
2) Tempat/ Tgl Lahir : Medan, 26 Maret 2015
3) Umur : 7 Tahun
4) Jenis Kelamin : Laki-laki
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia
8) Alamat : Martubung gg.mengkudu
9) Diagnosa Medis : DHF
10) No. RM : 19.39.78
11) Tanggal Masuk RS : 12 November 2022

b. Penanggung Jawab / Keluarga


1) Nama : Ny.y
2) Umur : 35 tahun
3) Pendidikan : SMA
4) Pekerjaan : Wirausaha
5) Alamat : Martubung gg.mengkudu
6) Hubungan dengan pasien : Ibu
7) Status perkawinan : Menikah

2. Keluhan Utama
Klien dibawa keluarga ke rumah sakit Mitra Medika dengan keluhan nyeri di
perut , mual dan muntah sebanyak 2 kali, serta demam yang bersifat naik
turun selama 2 hari

3. Riwayat penyakit sekarang


Klien datang ke Rumah sakit Mitra Medika Medan pada tanggal 12
November 2022, dengan kondisi badan cemas , nyeri perut, mual dan
muntah selama 2 kali , klien tampak pucat dan lemah, aktivitas klien dibantu
oleh perawat dan keluarga, terpasang infus RL loading 200 cc habis 1 jam

4. Riwayat penyakit dahulu


Pasien tidak pernah di rawat di Rumah Sakit

5. Riwayat kesehatan keluarga


1. Genogram

Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan
= Laki-laki yang meninggal

= Perempuan yang meninggal

= Klien

= Tinggal serumah

Ibu pasien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
keturunan

6. Suhu Tubuh
Selama minggu pertama suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap harinya,
biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore atau malam hari

7. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum datang ke rumah sakit pasien makan 3 kali sehari, klien merasa
mual, muntah dan tidak selera makan serta makanan yang disajikan tidak
dihabiskan.

BB sebelum ke rumah sakit 28 kg dan sesudah diperiksa di Rumah Sakit


26kg.

b. Pola eliminasi
Pengeluaran urine terpantau dengan baik. Eliminasi urine tidak mengalami
gangguan, warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien mengeluarkan
banyak berkeringat keluar .
c. Pola aktivitas dan latihan
 Keadaan sehari-hari
Ibu pasien mengatakan aktivitas sehari-hari pasien bermain dan belajar di
rumah. Namun sekarang, pasien hanya bisa berbaring di tempat tidur,
karena sakit yang diderita

1) Skala ketergantungan
Tabel. 3.1

Keterangan
Aktifitas
0 1 2 3 4

Bathing √

Toileting √

Eating √

Moving √

Ambulasi √

Walking √

0 = Mandiri/ tidak tergantung apapun

1 = dibantu dengan alat

2 = dibantu orang lain

3 = Dibantu alat dan orang lain

4 = Tergantung total
d. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien tampak gelisah
e. Pola tidur dan istirahat
Pasien tidur siang 1-2 jam, tidur malam selama 7-8 jam/hari.

f. Pola sensori dan kognitif


Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan baik,
Pasien susah untuk makan, makanan yang disediakan tidak dihabiskan.

8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) Status Gizi :
 TB = 121 cm
 BB = 21 kg
 IMT= 19,7 (Normal)
3) Tanda Vital :

 TD : 120/80 mmHg
 Nadi : 90 x/ menit
 Suhu : 38,5 °C
 RR : 22 x/ menit
4) Skala Nyeri ( Visual analog)

b. Mulut
Bibir terlihat kering
a. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Abdomen simetris

Auskultasi: Bising usus 110x/ menit

Palpasi : nyeri tekan pada perut

Perkusi : timpani pada seluruh abdomen

b. Hati Dan limfa


Normal
c. Pemeriksaan kepala
Inspeksi : Klien memiliki kepala yang bulat, simetris, kulit kepala bersih dan
tidak ada kelainan dan benjolan tidak ada.

Palpasi : tidak teraba benjolan

d. Mata
Inspeksi : Mata klien simetris kanan dan kiri, konjungtiva anemis, sclera tidak
ikterus, pupil isokor kanan dan kiri, refleks cahaya baik.

Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan

e. Hidung
Inspeksi : Hidung klien simetris kanan dan kiri, secret ada dalam batas normal,
dan tidak ada kelainan

Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan

f. Telinga
Inspeksi : Bentuk telinga klien simetris kanan dan kiri, serumen ada dalam
batas normal.

Palpasi :

g. Leher
Inspeksi : Leher klien simetris dan tidak ada tanda peningkatan vena juguralis.

Palpasi :

h. Pemeriksaan Payudara dan Axila (ketiak)


Tidak dilakukan

i. Pemeriksaan Thorak/Dada dan Pernafasan


Inspeksi : Paru-paru simetris kiri dan kanan, suara ronchi tidak ada, irama
nafas vesikuler, RR: 22 x/i

Palpasi :

j. Pemeriksaan Jantung
Tidak ada kelainan pada jantung

k. Pemeriksaan Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
Klien terpasang IVFD RL 50 gtt/menit di tangan kiri.
- Ekstermitas Bawah
Normal

9. Pemeriksaan Penunjang
a) Hematologi : Darah lengkap

Jenis hasil satuan Nilai Normal


pemeriksaan

Hemoglobin 13.2 g/dl P: 13-18 W: 12-16

Eritrosit 5,16 Juta /mm3 P:4,50-6,50 w:3,80-5,80

Leukosit 10,570* mm3 4.000-10.000

Hematokrit 39,8 % P:39-54 w:36-47

Trombosit 52,500* /ul 150.000-450.000

MCV 77,1 fl 80,0-100,0

MCH 25,7 pg 27,0-32,0

MCHC 33,4 g/dl 32,0-36,0

RDW 14,3 % 11,5-14,5

MPV 9,9 fl 5,0-10,0

PCT 0.172 % 0.100-0.500

PDW 16.8 % 10.0-18.0

LED 18 Mm/jam 0-10


Hitung jenis
 Neutrofil 77 % 50-70
 Limfosit 11 % 20-40

 Monosit 9 % 2-8

 Eosinofil 1 % 1-3
0 % 0-1
 Basofil

b) Terapi

Medical management Tanggal, pukul Tujuan

Infus RL loading 200 cc 14-17 November 2022, Untuk mengembalikan


13.00 WIB keseimbangan elektrolit

Ceftriaxone 1 gr/24 jam 14-17 November 2022, Untuk mengatasi penyakit


dalam NaCl 0,9% 100cc 13.00 WIB akibat infeksi bakteri

Paracetamol 200 mg/6 14-17 November 2022, Antipiretik atau menurunkan


jam 13.00 WIB panas tubuh

Ranitidine 20 mg/12 jam 14-17 November 2022, Untuk tukak lambung,


13.00 WIB membuat pencernaan lancar

Ondansentron 2 14-17 November 2022, Untuk mencegah mual dan


13.00 WIB muntah

B. ANALISA DATA
Tabel 3.2 Analisa Data
Pasien An.R di Ruang Anak RSU Mitra Medika
Tanggal 14 November 2022 Jam: 15.00 WIB

DATA PENYEBAB MASALAH

Data Subjektif:
 Klien mengatakan
merasa mual
 Klien mengatakan
dirinya cemas
Data Objektif:
 Klien tampak lemah
dan tampak pucat
Proses penyakit Hipertermi
 Mukosa bibir kering
 CRT <2 detik
 TD = 120/80 mmHg
 HR =80x/i
 RR = 22x/i
 Suhu= 38,5° C
 Saturasi : 99%

Data Subjektif:
- P: Nyeri jika sakitnya
kambuh
- Q: Seperti tertekan Agen pencedera fisiologis Nyeri

- R: Regio perut kanan (mis: inflamasi, iskemia,


atas neoplasma)

- S: Skala nyeri 6
- T: Nyeri hilang Timbul
Data Objektif:
 Wajah pasien tampak
meringis kesakitan
 TD = 120/80 mmhg
 HR = 80x/i
 RR = 22 x/i
 Suhu= 38,5° C
 Saturasi : 99 %

Data Subjektif:
 Klien mengatakan nafsu
makannya menurun
 Klien mengatakan mual
dan muntah
 Klien mengatakan jika
ingin makan terasa Ketidakmampuan Defisit Nutrisi
pahit mengabsorbsi nutrien
Data Objektif:
 Berat badan klien
menurun, sebelum dan
sesudah dirawat di
Rumah Sakit
 Sebelum ke Rumah
Sakit BB Klien 28 kg
dan sesudah diperiksa
di Rumah Sakit 26 kg
 Klien tampak lemah dan
klien tampak pucat
 CRT<2 detik
 Mukosa bibir kering
 TD = 120/80 mmHg
 .HR = 80 x/i
 RR = 22 x/i
 Suhu = 38,5° C
 Saturasi : 99%

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis: inflamasi,
iskemia, neoplasma) (D.0077)
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk makan)
makanan ditandai dengan berat badan menurun (D.0019)
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama pasien : An.R
No Rm : 09.11.19

Hari/ Tgl/ DIAGNOSA PERENCANAAN


Jam KEPERAWATAN
TUJUAN RENCANA TINDAKAN
14/11/2022 Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipertermia (I.15506)
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 Observasi
proses penyakit jam diharapkan Hipertermi  Identifkasi penyebab hipertermi (mis.
(D.0130) menurun dengan kriteria dehidrasi terpapar lingkungan panas
hasil : penggunaan incubator
1. Menggigil Menurun  Monitor suhu tubuh
2. Kulit merah Menurun  Monitor kadar elektrolit
3. Suhu tubuh membaik  Monitor haluaran urine
4. Suhu kulit membaik
5. Kadar glukosa darah Terapeutik
membaik  Sediakan lingkungan yang dingin
6. Tekanan darah
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
membaik
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
(L.14134)
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering
 Lakukan kompres tepid water sponge
(kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen,aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena

Regulasi Temperatur (I.14578)


Observasi
 Monitor suhu sampai stabil ( 36.5 C -37.5
C)
 Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika
perlu
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor dan catat tanda dan gejala
hipertermia

Terapeutik:
 Pasang alat pemantau suhu kontinu,
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat
 Hindari meletakkan anak di dekat jendela
terbuka atau di area aliran pendingin
ruangan atau kipas angina
 Gunakan matras penghangat, selimut
hangat dan penghangat ruangan, untuk
menaikkan suhu tubuh
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri

14/11/2022 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri (1.08238)


berhubungan dengan keperawatan selama 3 x Observasi
agen pencedera 24 jam diharapkan tingkat  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
fisiologis (mis: nyeri menurun dan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
inflamasi, iskemia, kontrol nyeri meningkat  Identifikasi skala nyeri
neoplasma) (D.0077) dengan kriteria hasil :
 Identifikasi respons nyeri non verbal
1. Keluhan nyeri menurun
 Identifikasi faktor yang
Meringis menurun Gelisah
memperberat dan memperingan nyeri
menurun
 Monitor keberhasilan terapi
(L.0 8066) komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
 Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (suhu ruangan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri

 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

 Anjurkan menggunakan analgetik secara


tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kelola terapi analgetik

 Dokumentasikan respons terhadap efek


analgesic dan efek yang tidak diinginkan

Pemberian analgesic ( 1. 08243 )


Observasi
 Identifikasi riwayat alergi obat

 Monitor tanda-tanda vital sebelum dan


sesudah pemberian analgesik
 Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
 Dokumentasikan respons terhadap efek
analgesik dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
14/11/2022 Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi (I. 03119)
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x Observasi
psikologis (keengganan 24 jam diharapkan asupan  Identifikasi status nutrisi
untuk makan) makan nutrisi tercukupi dengan  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
ditandai dengan berat kriteria hasil :  Identifikasi makanan yang disukai
badan menurun 1. Pola makanan yang  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
(D.0019) dihabiskan meningkat nutrient
2. Indeks masa tubuh  Identifikasi perlunya penggunaan selang
membaik
nasogastric
3. Frekuensi makan
 Monitor asupan makanan
membaik
 Monitor berat badan
4. Nafsu makan membaik
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(L.03030)

Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein

Edukasi
 Anjurkan posisi duduk
 Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan
Promosi Berat Badan (I.03136)
Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab BB
kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang dikomsumsi
sehari-hari
 Monitor berat badan
 Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit
serum

Terapeutik
 Berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makan, jika perlu
 Sediakan makan yang tepat sesuai kondisi
pasien( mis. Makanan dengan tekstur halus,
makanan yang diblander, makanan cair
yang diberikan melalui NGT atau
Gastrostomi, total perenteral nutritition sesui
indikasi)
 Hidangkan makan secara menarik

Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi,
namun tetap terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama pasien : An.A

No Rm : 09.11.19
Hari / Tanggal / Jam

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan

Selasa, 15 November Hipertermia Manajemen hipertermia S:


2022 berhubungan dengan (I.15506) - Ibu mengatakan masih demam di ma
proses penyakit - Ibu pasien mengatakan pasien masih
- Mengidentifikasi
(D.0130) O:
penyebab
- Suhu : 38,5oc
hipertermia (mis.
- Nadi : 80x/ menit
Data Subjektif: Dehidrasi terpapar
- RR: 20x/menit
 Klien lingkungan panas,
- Saturasi : 99%
mengatakan penggunaan
- Pasien Tampak Lemas
merasa mual incubator)
A: Masalah Hipertermia belum teratasi
 Klien - Memonitor suhu
P:
mengatakan tubuh
- Identifikasi masalah hipertermia
dirinya lemah - Menyediakan
- Monitor suhu tubuh
Data Objektif: lingkungan yang
- Berikan cairan oral
 Klien tampak dingin
- Melonggarkan pakaian pasien
lemah dan - Melonggarkan atau
- Kolaborasi pemberian cairan dan elek
tampak pucat melepaskan
intravena
 Mukosa bibir pakaian
Paracetamol 200mg/6 jam
kering - Menganjurkan tirah
- Melakukan kompres tepid water spon
 CRT <2 detk baring
(kompres dingin pada dahi, leher, dad
 Kulit tampak - Kolaborasi
abdomen,aksila)\
kering pemberian cairan
 TD = 120/80 dan elektrolit
mmHg intravena, jika
 HR =80 x/i perlu
 RR = 20x/i - Melakukan
kompres tepid
 Suhu= 39,2° C water sponge
 Saturasi : 99% (kompres dingin
pada dahi, leher,
dada,
abdomen,aksila)

Rabu, 16 November Hipertermia Manajemen hipertermia S:


2022 berhubungan dengan (I.15506) - Ibu mengatakan masih demam di ma
proses penyakit - Ibu pasien mengatakan pasien masih
- Mengidentifikasi
(D.0130) O:
penyebab hipertermia
- Suhu : 39,2oC
(mis. Dehidrasi
- Nadi : 80x/menit
Data Subjektif: terpapar lingkungan
 Klien mengatakan - RR:20 x/menit
panas, penggunaan
merasa mual - Saturasi : 99%
incubator)
 Klien mengatakan - Pasien Tampak Lemas
- Memonitor suhu tubuh
dirinya lemah A: Masalah Hipertermia belum teratasi
- Menyediakan
Data Objektif: P:
 Klien tampak lemah lingkungan yang dingin
- Identifikasi masalah hipertermia
dan tampak pucat - Melonggarkan atau
- Monitor suhu tubuh
 Mukosa bibir kering melepaskan pakaian
- Melonggarkan pakaian pasien
 Kulit tampak kering - Menganjurkan tirah
- Berikan cairan oral
baring
 Kulit klien terasa - Kolaborasi pemberian cairan dan elek
panas - Kolaborasi pemberian
intravena
cairan dan elektrolit
 TD = 110/70 mmHg Paracetamol 200mg/6 jam
intravena
 HR =80 x/i - Melakukan kompres tepid water spon
- Melakukan kompres (kompres dingin pada dahi, leher, dad
 RR = 20x/i
tepid water sponge abdomen,aksila)
 Suhu= 39,2° C
(kompres dingin pada
 Saturasi :99%
dahi,leher,dada,
abdomen,aksila)

Kamis, 17 November Hipertermia Manajemen hipertermia S:


2022 berhubungan dengan (I.15506) - Ibu mengatakan masih demam di ma
proses penyakit - Mengidentifikasi - Ibu pasien mengatakan pasien masih
(D.0130) penyebab hipertermia O:
(mis. Dehidrasi - Suhu : 38,5 oC
terpapar lingkungan - Nadi : 80x/menit
Data Subjektif:
panas, penggunaan - Saturasi : 99%
 Klien mengatakan
incubator) - RR: 22 x/menit
merasa mual
- Memonitor suhu tubuh - Pasien Tampak masih lemas namun
 Klien mengatakan
- Menyediakan dari sebelumnya
dirinya lemah
lingkungan yang dingin A: Masalah Hipertermia teratasi sebagian
Data Objektif:
- Melonggarkan atau P:
 Klien tampak lemah
melepaskan pakaian - Identifikasi masalah hipertermia
dan tampak pucat
- Monitor suhu tubuh
- Menganjurkan tirah
 Mukosa bibir kering
- Berikan cairan oral
baring
 CRT <2 detik - Kolaborasi pemberian cairan dan ele
- Kolaborasi pemberian
 Kulit tampak kering intravena
cairan dan elektrolit
 TD = 110/70 mmHg Paracetamol 200mg/6 jam
intravena
 HR =80 x/i - Melakukan kompres tepid water spon
- Melakukan kompres
 RR = 20x/i (kompres dingin pada dahi, leher, da
tepid water sponge
 Suhu= 39,2° C abdomen,aksila)
(kompres dingin pada
 Satursi :99 % dahi,leher,dada,
abdomen,aksila)

Selasa, 15 Nyeri akut Manajemen nyeri S:


November 2022 berhubungan dengan (1.08238) - Pasien mengatakan nyeri pad
agen pencedera - Melakukan kepala dan perut
fisiologis (mis: pengukuran nyeri - Pasien mengatakan nyeri hilang tim
inflamasi, iskemia, secara komprehensif - Pasien mengatakan nyeri pada ska
neoplasma) (D.0077) termasuk lokasi nyeri - Ibu pasien mengatakan belum ada
, karakteristik, durasi, pemberian obat anti nyeri
frekuensi O:
Data Subjektif:
- Mengontrol - Kondisi umum baik, compos mentis
- P: Nyeri jika
lingkungan yang - Pasien terlihat meringis menahan ny
sakitnya kambuh
- Q: Seperti memperberat rasa dan perut
tertekan nyeri (mis. suhu TTV:
- R: Regio perut ruangan) TD: 120/80 mmHg
kanan atas - Memfasilitasi N: 83x/menit

- S: Skala nyeri 6 istirahat dan tidur S: 38,5°C

- T: Nyeri hilang - Menjelaskan RR: 22x/menit

Timbul penyebab, periode, Saturasi : 99%


dan pemicu nyeri A: Masalah belum teratasi
- Mangajarkan P : Intervensi dilanjutkan
Data Objektif:
teknik - Lakukan pengukuran nyeri
- Wajah pasien
nonfarmakologis - Monitor tanda-tanda vital sebe
tampak meringis
untuk mengurangi sesudah pemberian analgesic
kesakitan
rasa nyeri - Kontrol lingkungan yang memperb
-TD = 110/70 mmhg
- Monitor tanda-tanda nyeri (kebisingan)
-HR = 80 x/i
vital sebelum dan - Ajarkan teknik non farmakologis m
-RR = 22 x/i
sesudah pemberian rasa nyeri
-Suhu= 39,2° C
analgesik - Kelola terapi dengan memberika
- Saturasi : 99%
- Memonitor efektifitas intravena Ranitidine 20mg/12 jam
analgesik
- Mendokumentasikan
respons terhadap
efek analgesik dan
efek yang tidak
diinginkan
- Mengelola terapi
dengan memberikan
injeksi
Rabu, 16 November Nyeri akut Manajemen nyeri S:
2022 berhubungan dengan (1.08238) - Pasien mengatakan nyeri pada bag
agen pencedera - Melakukan dan perut
fisiologis (mis: pengukuran nyeri - Pasien mengatakan nyeri hilang timb
inflamasi, iskemia, secara - Pasien mengatakan nyeri pada skala
neoplasma) (D.0077) komprehensif - Pasien mengatakan belum ada
termasuk lokasi pemberian obat anti nyeri
nyeri , O:
Data Subjektif: karakteristik, - Kondisi umum baik, compos mentis
- P: Nyeri jika durasi, frekuensi - Nyeri berkurang
sakitnya kambuh - Mengontrol - Pasien mampu mempraktekkan latih
- Q: Seperti lingkungan yang nafas dalam dengan benar (posisi
tertekan memperberat rasa duduk, tangan kiri memegang dia
- R: Regio perut nyeri (mis. suhu tangan kanan memegang di dad

kanan atas ruangan) menarik nafas selama 4 detik mela

- S: Skala nyeri 6 - Memfasilitasi kemudian ditahan selama 3 d


istirahat dan tidur dihembuskan melalui mulut selama
- T: Nyeri hilang
- Menjelaskan latihan teknik nafas dalam dilakukan
Timbul
penyebab, periode, siklus.
dan pemicu nyeri - TTV:
Data Objektif:
- Mangajarkan - TD: 120/70 mmHg
- Wajah pasien
teknik - N: 80x/menit
tampak meringis
nonfarmakolo - S: 39,2°C
kesakitan
gis untuk - RR: 22x/menit
- TD = 110/70
mengurangi - Saturasi : 99%
mmhg
rasa nyeri
- HR = 81 x/i
- Monitor tanda- A: Masalah teratasi sebagian : Nyeri Akut
- RR = 22 x/i
tanda vital
- Suhu= 39,2° C
sebelum dan P : Intervensi dilanjutkan
- Saturasi : 99 %
sesudah - Lakukan pengukuran nyeri
pemberian - Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
analgesik pemberian analgesik
- Memonitor - Kontrol lingkungan yang memperberat
efektifitas (kebisingan)
analgesik - Ajarkan teknik non farmakologis mengu
- Mendokumentasik nyeri
an respons - Kelola terapi dengan memberika
terhadap efek intravena Ranitidine 20mg/12 jam
analgesik dan efek
yang tidak
diinginkan
- Mengelola terapi
dengan
memberikan injeksi

Kamis, 17 November Nyeri akut Manajemen nyeri S:


2022 berhubungan dengan (1.08238) - Pasien mengatakan nyeri pada bag
agen pencedera - Melakukan kepala dan perut
fisiologis (mis: pengukuran nyeri - Pasien mengatakan nyeri hilang tim
inflamasi, iskemia, secara - Pasien mengatakan nyeri pada ska
neoplasma) (D.0077) komprehensif
- Pasien mengatakan belum ada efek
termasuk lokasi
pemberian obat anti nyeri
nyeri ,
Data Subjektif: - Pasien mengtakan dapat mengontro
karakteristik,
- P: Nyeri jika dengan berbaring dan istirahat
durasi, frekuensi
sakitnya O:
- Mengontrol
kambuh - Kondisi umum baik, compos mentis
lingkungan yang
- Q: Seperti - Nyeri berkurang
memperberat rasa
tertekan - Pasien tampak lebih rileks
nyeri (mis. suhu
- R: Regio perut - Pasien mampu mempraktekkan lati
ruangan)
kanan atas nafas dalam dengan benar (posisi
- Memfasilitasi
- S: Skala nyeri 6 duduk, tangan kiri memegang dia
istirahat dan tidur
- T: Nyeri hilang tangan kanan memegang di dad
- Menjelaskan
Timbul menarik nafas selama 4 detik mela
penyebab, periode,
kemudian ditahan selama 3 d
dan pemicu nyeri
Data Objektif: dihembuskan melalui mulut selama
- Mangajarkan
- Wajah pasien latihan teknik nafas dalam dilakukan
teknik
tampak siklus.
nonfarmakolo
meringis gis untuk - TTV:
kesakitan mengurangi - TD: 115/70 mmHg
- TD = 110/70 rasa nyeri - N: 81x/menit
mmhg - Monitor tanda- - S: 39,2,°C
- HR = 81 x/i tanda vital - RR: 22x/menit
- RR = 22 x/i sebelum dan - Saturasi : 99%
- Suhu= 39,2° C sesudah
- Saturasi : 99% pemberian A: Masalah teratasi sebagian : Nyeri Akut
analgesik
- Memonitor P : Intervensi dilanjutkan
efektifitas - Lakukan pengukuran nyeri
analgesik - Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
- Mendokumentasik pemberian analgesik
an respons - Kontrol lingkungan yang memperberat
(kebisingan)
analgesik dan - Ajarkan teknik non farmakologis mengu
efek yang tidak nyeri
diinginkan - Kelola terapi dengan memberika
- Mengelola terapi intravena Ranitidine 20mg/12 jam
dengan
memberikan
injeksi

Selasa, 15 Defisit nutrisi Manajemen Nutrisi (I. S: S :


November 2022 berhubungan dengan 03119) - Pasien merasa mual dan ingin munta
psikologis - Mengidentifikasi - Pasien mengatakan tidak nafsu maka
(keengganan untuk status nutrisi
- Ibu pasien mengatakan pasien tida
makan) makanan - Mengidentifikasi
riwayat alergi makanan
ditandai dengan berat alergi dan O :
badan menurun intoleransi
- Pasien menghabiskan ¼ porsi makan
(D.0019) makanan
- TTV:
- Memonitor asupan
- TD: 110/70 mmHg
makanan
Data Subjektif: - N: 81x/menit
-Klien mengatakan
- Memonitor berat
- S: 39,2°C
nafsu makannya badan
- RR: 22x/menit
menurun - Melakukan oral
hygiene sebelum - Saturasi : 99%
-Klien mengatakan
makan - TB : 97 cm
mual dan muntah
- Menganjurkan - BB Sebelum sakit :21 kg
-Klien mengatakan
jika ingin makan posisi duduk - BB Sekarang : 26 kg
terasa pahit - Kolaborasi - Mual , muntah
-Data Objektif: pemberian A : Masalah belum teratasi
-Berat badan klien medikasi sebelum P :
menurun, sebelum makan (mis. - Kaji ada tidaknya rasa mual dan mu
dan sesudah Pereda nyeri, pasien
dirawat di Rumah antiemetic) - Jelaskan pada keluarga dan pasi
Sakit jikaperlu penyebab penyakit dhf
-Sebelum ke
- Diet MBL
Rumah Sakit BB Promosi Berat Badan
- Anjurkan oral hygiene sebelum maka
Klien 21 kg dan (I.03136)
- Kolaborasi dengan dokter pemberian
sesudah diperiksa - Mengidentifikasi
sebelum makan
di Rumah Sakit 25 kemungkinan
kg penyebab BB
-Klien tampak kurang
lemah dan klien - Memonitor adanya
tampak pucat mual dan muntah
-Mukosa bibir kering - Menjelaskan
-TD = 110/70 mmHg peningkatan
-.HR = 80 x/i asupan kalori yang
-RR = 20 x/i dibutuhkan
-Suhu = 39,2° C

Rabu, 16 November Defisit nutrisi Manajemen Nutrisi (I. S S:


2022 berhubungan dengan 03119) - Pasien merasa mual dan ingin munta
psikologis - Mengidentifikasi - Pasien mengatakan nafsu mak
(keengganan untuk status nutrisi meningkat
makan) makanan - Mengidentifikasi - Ibu pasien mengatakan pasien tida
ditandai dengan berat alergi dan riwayat alergi makanan
badan intoleransi O:
menurun(D.0019) makanan - Pasien menghabiskan ½ porsi makan
- Memonitor asupan - TTV:
makanan - TD: 118/70 mmHg
Data Subjektif:
-Klien mengatakan
- Memonitor berat
- N: 81x/menit
nafsu makannya badan - S: 38,2°C
menurun - Melakukan oral - RR: 22x/menit
-Klien mengatakan hygiene sebelum - TB : 120
mual dan muntah makan - BB Sebelum sakit :21 kg
-Klien mengatakan - Menganjurkan
- BB Sekarang : 25 kg
jika ingin makan posisi duduk
- Mual , dan tidak lagi muntah
terasa pahit - Kolaborasi
A : Masalah sebagian teratasi
-Data Objektif: pemberian
P:
-Berat badan klien medikasi sebelum
- Kaji ada tidaknya rasa mual dan mu
menurun, sebelum makan (mis.
pasien
dan sesudah Pereda nyeri,
- Jelaskan pada keluarga dan pasi
dirawat di Rumah antiemetic)
penyebab penyakit DHF
Sakit jikaperlu
-Sebelum ke - Diet MBL

Rumah Sakit BB Promosi - Anjurkan oral hygiene sebelum maka


Berat Badan
Klien 21 kg dan (I.03136) - Kolaborasi dengan dokter pemberian
sesudah diperiksa - Mengidentifikasi
di Rumah Sakit 25 kemungkinan
kg penyebab BB
-Klien tampak kurang
lemah dan klien - Memonitor adanya
tampak pucat mual dan muntah
-Mukosa bibir kering
- Menjelaskan
-TD = 130/80 mmHg
peningkatan
-.HR = 81 x/i
asupan kalori yang
-RR = 22 x/i
dibutuhkan
Suhu = 39,2° C

Kamis, 17 November Defisit nutrisi Manajemen Nutrisi (I. S S:


2022 berhubungan dengan 03119) - Pasien merasa mual
psikologis - Mengidentifikasi - Pasien mengatakan nafsu mak
(keengganan untuk status nutrisi meningkat
makan) makanan - Mengidentifikasi - Ibu pasien mengatakan pasien tida
ditandai dengan berat alergi dan riwayat alergi makanan
badan menurun intoleransi O:
(D.0019) makanan - Pasien menghabiskan porsi makanan
- Memonitor asupan - TTV:
makanan - TD: 115/70 mmHg
Data Subjektif:
- Memonitor berat - N: 80x/menit
-Klien mengatakan
badan
nafsu makannya - S: 38,2°C
- Melakukan oral
menurun - RR: 22x/menit
hygiene sebelum
-Klien mengatakan - TB : 120
makan
mual dan muntah - BB Sebelum sakit :21kg
-Klien mengatakan
- Menganjurkan
- BB Sekarang : 25 kg
posisi duduk
jika ingin makan
- IMT : Normal
terasa pahit - Kolaborasi
- Tidak mual dan muntah lagi
-Data Objektif: pemberian

-Berat badan klien medikasi sebelum A : Masalah sebagian teratasi

menurun, sebelum makan (mis. P :


Pereda nyeri, - Kaji adanya tidaknya rasa mual d
dan sesudah
antiemetic) pada pasien
dirawat di Rumah
jikaperlu - Jelaskan pada keluarga dan pasi
Sakit
penyebab penyakit dhf
-Sebelum ke
- Diet MBL
Rumah Sakit BB Promosi Berat Badan
Klien 28 kg dan (I.03136) - Anjurkan oral hygiene sebelum maka

sesudah diperiksa - Mengidentifikasi - Kolaborasi dengan dokter pemberian

di Rumah Sakit 26 kemungkinan

kg penyebab BB

-Klien tampak kurang

lemah dan klien - Memonitor adanya


tampak pucat mual dan muntah
-Mukosa bibir kering - Menjelaskan
-TD = 110/70 mmHg peningkatan
-.HR = 80 x/i asupan kalori yang
-RR = 20 x/i dibutuhkan
-Suhu = 38,2° C
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan pada pasien Dengue Hemoragic Fever (DHF) di ruang anak RSU
Mitra Medika dilaksanakan pada tanggal 23 November 2022 – 26 November 2022,
pembahasan ini meliputi proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosis, intervensi,
implementasi, evaluasi keperawatan dan faktor penghambat serta faktor pendukung dalam
melakukan studi kasus ini.
Pada bab sebelumnya, penulis telah membahas tentang Dengue Haemoragic Fever (DHF)
yang dimana membahas tentang teori-teori yang termuat dalam tinjauan kepustakaan yang
didapatkan dari literatur-literatur dan langsung berorientasi dengan pasien. Pada bab ini penulis
akan menguraikan kesenjangan secara teoritis dengan kasus nyata yang ditemukan pada
pasien An.R dengan Dengue Haemoragic Fever (DHF) di ruang anak RS Mitra Medika Medan.
Secara garis besar ada beberapa persamaan antara tinjauan teori dengan kasus yang
didapatkan baik dari pengkajian maupun masalah-masalah yang muncul. Hal ini disebabkan
oleh adanya perbedaan respon dari masing-masing individu.
Berikut ini akan diuraikan pembahasan yang meliputi kesenjangan dari persamaan antara
asuhan keperawatan pada pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF) secara teoritis asuhan
keperawatan yang diberikan pada An.R

A. Proses Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses keperawatan
secara keseluruhan. Tahap pengkajian awal di lakukan pada tanggal 15 November
2022, dengan cara melakukan wawancara kepada ibu klien dan melakukan
pemeriksaan fisik langsung kepada klien An. R. Dalam tahap ini, penulis tidak
mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data dan informasi tentang situasi dan
kondisi yang dialami oleh klien. Ini ditunjang dengan sikap terbuka dan kooperatif dari
keluarga dalam menjawab semua pertanyaan pertanyaan yang diajukan oleh penulis.
Berdasarkan hasil pengkajian kepada An. R, ibu An. R mengatakan saat klien
demam, ibu klien mengatakan tubuh klien terasa panas, ibu klien mengatakan klien
rewel, ibu klien mengatakan tampak kemerahan di tubuh klien. nadi 100x/ menit, RR
32x/ menit, suhu 39,2 0C Penulis melakukan pengumpulan data dengan menggunakan
data rekam medik pasien di ruang anak dan melakukan wawancara kepada klien dan
orang tua klien, serta observasi pada klien berkaitan dengan identitas klien, alasan
masuk pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium. Pada hari pertama pertemuan
klien masih tampak rewel, badan tampak kemerahan, suhu tubuh klien hangat. Pada
saat pengkajian penulis melakukan dengan pendekatan terapeutik yaitu membina
hubungan saling percaya.
Pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang penting di lakukan baik saat
pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit
(Widyorini et al, 2017). Pengkajian pada klien dilakukan di rumah sakit yaitu RS Anton
Soedjarwo. Klien berusia 7 tahun, dengan jenis kelamin laki-laki. Pada klien ditemukan
keluhan yaitu mengalami demam yang tidak stabil, hal ini sesuai dengan pernyataan
dari Kemenkes RI (2015) bahwa yang terjadi pada penderita penyakit DHF biasanya
ditandai adanya demam yang berlangsung sepanjang hari. Pada klien ditemukan
keluhan mual dan muntah, menurut (Nurarif & Kusuma 2015) adanya proses radang
akibat infeksi yang terjadi atau karena gangguan fisiologis darah, serta gangguan nafsu
makan dan gangguan pada pencernaan, baik berupa keluhan mual sampai muntah.
Berdasarkan hasil pengkajian pada klien, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
tekanan darah 110/70 Mmhg, nadi 100x/menit, suhu tubuh 39,2 °C, pernafasan 32
x/menit, Terjadi peningkatan suhu pada klien
Menurut (Murwani 2018) Virus dengue yang telah masuk ketubuh 101 penderita
akan menimbulkan viremia, hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur
suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin,
trombin, histamin) terjadinya: peningkatan suhu. diindikasikan DHF grade 2,
Pemeriksaan fisik pada klien didapatkan adanya bintik merah di kedua tangan pasien,
Bintik-bintik merah termasuk pertanda terjadi pendarahan di sel pembuluh darah merah
tubuh pasien akibat infeksi virus dengue.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Nurarif & Kusuma (2015) bahwa Derajat II
yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau perdarahan di
tempat lain dan pada derajat III ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi
cepat dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi
disertai dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak
gelisah. Pada klien didapatkan data bahwa klien makan 3x sehari dan hanya
menghabiskan ¼ porsi dan terjadi penurunan BB yaitu sebelum sakit 25kg menjadi 21
kg setelah sakit. Menurut (Nurarif & Kusuma 2015) rasa mual yang cukup hebat pada
penderita DHF bisa memicu turunnya nafsu makan yang cukup drastis. Kondisi ini,
ditambah dengan muntah-muntah yang dialami penderita bisa jelas bisa menyebabkan
berat badan menurun. Terlihat dari beberapa perubahan pada nilai laboratorium pada
klien terjadi penurunan trombosit. Hal ini sesuai dengan teori. Menurut Desastri (2011)
bahwa trombositopenia terjadi akibat dari penurunan produksi trombosit sebagai reaksi
dari antibodi melawan virus. Menurut Rosdiana & Sulistiawati (2017), trombositopenia
dapat terjadi akibat sumsum tulang pada hari ke-4 mengalami hiposelular dengan
hambatan pada semua sistem hemopoesis sehingga menyebabkan penurunan
trombosit pada DHF. Penurunan trombosit diduga karena trombopoesis yang menurun,
destruksi trombosit dalam darah meningkat, serta gangguan fungsi trombosit.
Ditemukannya kompleks imun pada permukaan trombosit diduga sebagai penyebab
agregasi trombosit yang kemudian akan dimusnahkan oleh retikuloendotelial sistem.
Ketika jumlah trombosit

2. Diagnosis Keperawatan
Hasil pengkajian yang dilakukan pada An. A dari tanggal 14 November 2022 sampai
17 November 2022, penulis menemukan daftar masalah keperawatan yang muncul
pada An. A yaitu hipertermia, defisit nutrisi dan resiko syok. Penulis menemukan
bahwa teori dari diagnosis yang diangkat untuk kasus demam DHF ( Dangue
Haemoragic Fever ) sama hal nya dengan yang di kemukakan oleh ( Indah,
2019 )yang menyatakan bahwa diagnosa yang muncul dalam kasus DHF ( Dangue
Haemoragic Fever ) adalah hipertermia, defisit nutrisi dan resiko syok. Penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan yang muncul sesuai dengan
teori yang ada. Diagnosis yang muncul juga berdasarkan dari hasil pengkajian
berupa data subjektif dan data objektif yang didapat saat pengkajian dan data rekam
medik serta perawat ruangan. Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian
klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. (SDKI DPP PPNI 2017). Menurut
aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan web of caution (WOC) (Erdin,2018) dan
(SDKI DPP PPNI 2017) terdapat diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) yaitu hipertermia berhubungan dengan proses
penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal, defisit nutrisi berhubungan
dengan factor psikologis (keengganan untuk makan), nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis (mis: inflamasi, iskemia, neoplasma). Berdasarkan
data hasil pengkajian dan analisa data diagnose keperawatan menurut
(Nanda,2015) yang ditegakkan pada klien : hipertemi berhubungan dengan proses
infeksi virus dengue, defisit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis
(keengganan untuk makan), nyeri akut berhubungan dengan pencedera fisiologis
(mis: inflamasi, iskemia, neoplasma). Berikut pembahasan diagnosa yang muncul
sesuai teori pada data kasus klien yaitu :
3. Intervensi Keperawatan
Pada saat penulis menyusun perencanaan, penulis tidak mendapatkan
hambatan perencanaan yang berhubungan dengan perencanaan diagnosa yang timbul
dan disesuaikan dengan perencanaan pada teoritis karena semua diagnosa yang
terdapat pada kasus, semua ada dalam teoritis. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI) adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penentuan luaran
keperawatan dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif, dan
etis (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).

4. Implementasi Keperawatan
Adapun persamaan yang diperoleh dalam Implementasi yang dilakukan pada kasus
asuhan keperawatan demam tifoid pada An.R semua implementasi yang dilakukan pada
kasus sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan pada teori karena
implmenetasi yang sudah dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang harus dipenuhi
pada kasus.
Pada diagnosa pertama yaitu Hipertermia berhubungan dengan proses
penyakit. Pada diagnosis ini penulis melakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang
telah direncanakan yaitu mengidentifikasi penyebab hipertermia, memonitor suhu tubuh,
menyediakan lingkungan yang dingin, melonggarkan atau melepaskan pakaian,
menganjurkan tirah baring, kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
paracetamol 200mg/6 jam. Penulis juga melakukan teknik non farmakologis yang
dilakukan pada diagnosis ini yang didasarkan pada jurnal yang telah didapatkan yaitu
dengan melakukan kompres tepid water sponge kemudian mengajarkan keluarga
pasien untuk melakkan teknik nafas tepid water sponge. Sebelumnya pasien selalu
mengalami demam setiap sore dan malam hari. Pada hari kedua keluarga pasien
mampu melakukan teknik tepid water sponge dengan baik dan benar. Setelah teknik
tepid water sponge dilakukan berulang-ulang selama 15 – 20 menit suhu tubuh pasien
dapat berkurang. Pada hari ketiga keluarga pasien diajarkan teknik tepid water sponge
keluarga pasien mampu melakukan dengan benar. Setelah teknik tepid water sponge
dilakukan secara berulang-ulang suhu tubuh pasien berangsur kurang.
Menurut Irlianti (2021) tepid sponge merupakan salah satu cara metode fisik
untuk menurunkan demam yang bersifat nonfarmakologi. Teknik tepid water sponge ini
untuk menurunkan suhu permukaan tubuh. Berdasarkan jurnal berutu (2019) terdapat
pengaruh yang signifikan pemberian metode tepid water sponge, hasil menunjukkan
rata-rata penurunan suhu tubuh setelaj pemberian kompres tepid water sponge 0,70C.
Pada diagnosa kedua yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis. Pada diagnosis ini penulis melakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang
telah direncanakan yaitu melakukan pengukuran nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi nyeri , karakteristik, durasi, frekuensi, mengontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri, memfasilitasi istirahat dan tidur, menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri, mangajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, monitor
tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik, memonitor efektifitas
analgesik, mendokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak
diinginkan, mengelola terapi dengan memberikan injeksi. Salah satu implementasi yang
dilakukan pada An.R yaitu dengan teknik distraksi yaitu story telling, bercerita kepada
anak dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasakan oleh anak.
Menurut shafiee, Gharibvand Hemmatipour (2018) story telling dapat membuat
anak melepaskan ketakutan, kecemasan, rasa nyeri, dan mengekspresikan kemarahan.
Bercerita merupakan cara yang paling baik untuk mengalihkan rasa nyeri pada anaki.
mendengarkan cerita akan mempengaruhi domain kognitif, afektif, personal dan
interpersonal dan mampu meningkatkan promosi kesehatan dan pencegahan suatu
penyakit, termasuk koping terhadap kesedihan dan rasa nyeri.
Pada diagnosa ketiga yaitu Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis.
Pada diagnosis ini penulis melakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah
direncanakan yaitu mengidentifikasi status nutrisi, mengidentifikasi alergi dan intoleransi
makanan, memonitor asupan makanan, memonitor berat badan, melakukan oral
hygiene sebelum makan, menganjurkan posisi duduk, kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereda nyeri, antiemetic), mengidentifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang, memonitor adanya mual dan muntah, menjelaskan peningkatan
asupan kalori yang dibutuhkan. Penulis juga memberikan pendidikan kesehatan kepada
pasien untuk mengatur diet yang sudah diprogramkan oleh dokter dan perawat, serta
menjelaskan asupan kalori yang dibutuhkan oleh anak sesuai berat badan anak.

5. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap akhir proses keperawatan maka penulis melakukan penilaian asuhan
keperawatan yang dilakukan pada tanggal 23-26 November 2022. Dari 3 (tiga) diagnosa
keperawatan yang muncul pada An.R, 2 diagnosa sebagian teratasi, 1 diagnosa dapat
teratasi.
Diagnosa pertama yaitu Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit. Hasil
evaluasi akhir An.S, pada diagnosa ini belum teratasi sepenuhnya karena suhu tubuh
pada klien sudah turun namun belum normal serta diagnosa ini belum teratasi
sepenuhnya karena keterbatasan waktu penulis dalam memberikan asuhan
keperawatan. Namun pada implementasi tepid water sponge sangat berpengaruh dalam
menurunkan suhu tubuh.
Diagnosa kedua yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis. Hasil evaluasi akhir An.S, pada diagnosa ini teratasi sebagian. Ada
perkembangan yang cukup signifikan dari skala nyeri 6 menjadi skala nyeri 2. Pasien
juga terlihat membaik setelah dilakukan teknik distraksi story telling yang dapat
mengalihkan rasa nyeri pada anak.
Diagnosa ketiga yaitu Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient. . Hasil evaluasi akhir An.R pada diagnosa ini dapat teratasi.
Nafsu makan pasien meningkat, pasien mampu menghabiskan porsi makanan yang
disediakan, tidak mual dan muntah, serta berat badan meningkat.

B. Faktor Pendukung Dan Faktor Penghambat


1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung pada penerapan asuhan keperawatan pada An. R, pasien dan
keluarga kooperatif dalam semua tindakan keperawatan yang diberikan termasuk
mampu mengulang dengan benar prosedur yang sudah diajarkan kepada pasien.
2. Faktor Penghambat
Faktor penghambat pada penerapan asuhan keperawatan pada An.R antara lain,
lingkungan yang kurang nyaman serta keterbatasan waktu dalam melakukan asuhan
keperawatan yang hanya satu shift kerja
BAB V
PENUTUP

Pada bab ini penulis akan menguraikan beberapa kesimpulan dan saran dalam
peningkatan pelayanan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan Dengue
Hemmoragic Fever (DHF).
1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien An. D dengan DHF selama tiga hari
yang dimulai dengan sejak tanggal 14 November 2022 sampai dengan 17 November 2022 di
ruang Anak Rumah Sakit Mitra medika medan, maka penulis akan menarik kesimpulan sebagai
berikut.
1) Penulis telah mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada An. R di ruang anak Rumah
Sakit Mitra medika medan. Penulis melalui setiap tahapan dari proses keperawatan yang
terangkai mulai dari pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi
keperawatan serta evaluasi dapat dilakukan dengan baik.
2) Penulis menemukan beberapa kesenjangan antara teori dan kasus pada pengkajian yaitu
pada keluhan utama dan riwayat kesehatan sekarang. Diagnosis yang dirumuskan oleh penulis
pada An. R dengan DHF tidak semuanya yang didapatkan pada teori. Rencana keperawatan
disusun oleh penulis berdasarkan diagnosis yang ditegakkan dan disusun sesuai dengan teori
yang ada hubungan dengan masalah. Tindakan keperawatan dilaksanakan berdasarkan
rencana yang telah disusun dan dilakukan bersama-sama klien.
3) Faktor penghambat dalam dalam melaksanankan asuhan keperaatan pada An.R ialah
keterbatasan alat dan sarana ruang perawatan, pada saat penulis melakukan tindakan
keperawatan anak atau keluarga sedang beristirahat atau tidur, serta keterbatasan waktu dan
keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis sehingga ada beberapa hasil pengkajian yang
masih minim dan kurang maksimalnya penentuan intervensi.
4) Pemecahan masalah yang dilakukan penulis pada An.R dengan diagnosis DHF di ruang
anak Rumah Sakit Mitra medika medan yaitu dengan pelaksanaan intervensi yang telah
direncanakan meliputi tindakan observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaboratif dengan tim
kesehatan mengenai pemeriksaan penunjang. Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada
anak An.R, penyakitnya dapat dipulihkan melalui rehidrasi cairan dan hanya mengatasi gejala
yang ada dikarenakan belum terdapat obat yang dapat menyembuhkan langsung dengan
membunuh virus Dengue tersebut.
2 Saran
Dalam waktu tiga hari penulis telah melakukan tahapan proses keperawatan, selanjutnya
penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang dijadikan pertimbangan atau pedoman
dalam melakukan proses keperawatan yaitu:
1) Bagi keluarga pasien, sebaiknya keluarga klien lebih memperhatikan kesehatan anaknya
karena meskipun telah dilakukan tindakan keperawatan dirumah sakit tetapi hal tersebut belum
tentu menghilangkan faktor kemungkinan tidak terjadinya lagi penularan penyakit DHF ini, jadi
sangat diharapkan kepada keluarga An.R untuk memperhatikan kesehatan lingkungan dan
menerapkan pola hidup bersih dan sehat di rumah.
2) Bagi mahasiswa, diharapkan mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan, keterampilan dan
pengetahuan yang dimiliki agar pada saat melakukan proses keperawatan seperti pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, implementasi dan evaluasi dapat berjalan dengan lancar
serta efisien.
3) Bagi institusi, diharapkan institusi menyediakan waktu yang cukup dalam ujian praktek
terlebih pada hari pertama agar mahasiswa dapat melakukan pengkajian dan menyusun
intervensi dengan semaksismal mungkin serta diharapkan menyediakan sumber referensi
terbaru yang cukup untuk mendukung mahasiswa dalam menyusun laporan tugas akhir.
4) Bagi rumah sakit, diharapkan kelengkapan alat-alat dalam ruangan, khusunya alat-alat yang
sesuai dengan kelompok usia anak serta pendingan ruangan yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan klien.

Anda mungkin juga menyukai