PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Tujuan
1.3
Manfaat
a. Bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari,
mengidentifikasi dan mengembangkan teori tentang dbd dan hipertensi
terhadap kasus yang ada.
b. Bagi institut pendidikan
Dapat dijadikan sumber referensi atau bahan perbandingan bagi kegiatan
yang ada kaitanya dengan pelayanan kesehatan, khususnya terkait DBD
dan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1
2.1.1 Definisi
DHF
atau
Dengue
Haemorraghic
Fever
adalah
penyakit
Syndrome),
yang
dipikirkan
sebagai
suatu
proses
imunopatologik.4
2.1.2 Epidemiologi
Menurut WHO, dengue adalah penyakit virus yang yang paling
umum ditularkan oleh nyamuk ke manusia, yang dalam beberapa tahun
terakhir
telah
menjadi
masalah
kesehatan
utama
masyarakat
2.1.3 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan
oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus,
keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan
diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal
dengan berat molekul 4 x 106 .
Terdapat 4 serotipe virus tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue
atau demam berdarah dengue keempat serotype ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak.
Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan Flavivirus
lain seperti Yellow fever, Japanese encephalitis dan West Nile
virus.5
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Studi Pustaka : Semua bahan diambil dari buku buku dan atau jurnal.
3.2
3.2.1 Alat
1) Laptop
3.2.2 Bahan
1) Buku
2) E-jurnal
3) Bahan perkuliahan
3.3
Defenisi Operasional
1) Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu
pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari
sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman.
2) e-jurnal adalah terbitan serial seperti bentuk tercetak tetapi dalam bentuk
elektronik.
3) Bahan perkuliahan adalah materi yang diberikan oleh dosen kepada
mahasiswa.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Mikropenis
Mikropenis adalah suatu kelainan pada pria berupa pertumbuhan penis lebih
4.1.1 Penyebab
Hal ini dapat disebabkan karena faktor hormonal sejak seorang anak masih
dikandung, salah satunya adalah kekurangan hormon androgen pada kehamilan
dini.
4.1.2 Pengobatan
Untuk pengobatan mikropenis, dapat ditempuh terapi hormon sejak dini,
bahkan
sejak
bayi
menggunakan
intramuskular
testoteron
atau
gel
7
4.2
Makropenis
Makropenis adalah suatu kelainan pada organ reproduksi pria dimana
4.3
Hipospadia
Hipospadia adalah salah satu keabnormalan pada saluran kemih atau uretra
dan penis.
Dalam kondisi normal, lubang uretra terletak di ujung penis untuk
mengeluarkan urine. Tetapi pada pengidap hipospadia, lubang uretra justru berada
di bagian bawah penis.
Hipospadia termasuk kelainan bawaan yang umumnya diderita sejak lahir.
Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan pada proses buang air kecil serta ereksi.
10
11
4.4
Epispadia
Epispadia adalah suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki, dimana lubang
uretra terdapat di bagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung, tetapi
terbuka.
Terdapat 3 jenis epispadia:
1) Lubang uretra terdapat di puncak kepala penis
2) Seluruh uretra terbuka di sepanjang penis
3) Seluruh uretra terbuka dan lubang kandung kemih terdapat pada dinding
perut.
4.4.2 Gejala Epispadia
1) Lubang uretra terdapat di punggung penis
2) Lubang uretra terdapat di sepanjang punggung penis.
12
4.5
Kriptokhismus
Kriptorkismus adalah testis yang tidak turun, sebuah kondisi di mana salah
satu atau kedua testis gagal untuk bergerak dari perut, di mana mereka
dikembangkan sebelum kelahiran, ke dalam skrotum.
4.5.1 Etiologi
Penyebab pasti kriptorkismus belum jelas. Beberapa hal yang berhubungan
adalah :
1) Abnormalitas gubernakulum testis
13
14
15
Skrotum adalah regulator suhu yang efektif untuk testis, dimana suhu
dipertahankan sekitat 1 derajat Celsius (1,8 derajat Fahrenheit) lebih dingin
dibanding core body temperature. Sel spermatogenesis sangat sensitif terhadap
temperatur badan. Mininberg, Rodger dan Bedford (1982) mempelajari
ultrastruktur kriptorkismus dan mendapatkan perubahan pada kurun satu tahun
kehidupan. Pada umur 4 tahun didapatkan deposit kolagen masif. Kesimpulan
mereka adalah testis harus di skrotum pada umur 1 tahun.
Penelitian biopsi testis kriptorkismus menunjukkan bukti yang mengagetkan
dimana epitel germinativum dalam testis tetap dalam ukuran normal untuk 2 tahun
pertama kehidupan. Sementara umur 4 tahun terdapat penurunan spermatogonia
sekitar 75 % sehingga menjadi subfertil / infertil.
Setelah umur 6 tahun tampak perubahan nyata. Diameter tubulus
seminiferus mengecil, jumlah spermatogonia menurun, dan tampak nyata fibrosis
di antara tubulus testis. Pada kriptorkismus pascapubertas mungkin testis
berukuran normal, tetapi ada defisiensi yang nyata pada komponen spermatogenik
sehingga pasien menjadi infertil . Untungnya sel leydig tidak dipengaruhi oleh
suhu tubuh dan biasanya ditemukan dalam jumlah normal pada kriptorkismus.
Sehingga impotensi karena faktor endokrin jarang terjadi pada kriptorkismus
Penelitian dengan biopsi jaringan testis yang mengalami kriptorkismus
menunjukkan tidak terjadi abnormalitas kromosom. Maldescensus dan degenerasi
maligna tidak dapat disebabkan karena defek genetik pada testis yang mengalami
UDT.
4.5.4 Klasifikasi
Kriptorkismus dapat diklasifikasikan berdasar etiopatogenesis dan lokasi.
a)Berdasar etiopatogenesis kriptorkismus dapat dibagi menjadi :
16
: 40%
2. Intrakanalikuli (inguinal)
: 20 %
3. Intraabdominal (abdomen)
: 10 %
4. Terobstruksi
: 30%
17
Pseudohermafroditisme
Merupakan suatu kelainan dimana individu yang memiliki testis namun juga
memiliki genitalia eksterna dan atau interna dengan fenotipe wanita (berkelamin
ganda).
4.6.1 Penyebab
Hal yang dapat menyebabkan pseudohermaffroditisme, yaitu :
1) Lingkungan hormonal janin yang tidak sesuai
2) Defek biokimia pada aktivitas androgen atau kandungan kromosom seks
yang abnormal
4.7
Hidrokel
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan
parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang
berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.
4.7.1 Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena
belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran
cairan peritoneum ke prosesus
vaginalis
sistem
limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. Pada bayi
18
laki-laki hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28
minggu, testis turun dari rongga perut bayi ke dalam skrotum, dimana setiap
testis ada kantong
yang
mengikutinya
sehingga
terisi
cairan
yang
reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu
tumor, infeksi, atau trauma pada testis atau epididimis. Kemudian hal ini dapat
menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh testis,
maupun obstruksi
4.7.2 Klasifikasi
Berdasarkan kapan terjadinya, yaitu :
1. Hidrokel primer
Hidrokel
primer terlihat
kegagalan penutupan
yang
melintasi
kanalis
inguinalis
dan
orang
dewasa,
hidrokel
sekunder
cenderung
berkembang
19
3. Hidrokel Komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum
sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada
anamnesis kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu
bertambah pada saat anak menangis. Pada palpasi kantong hidrokel
terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen.
Menurut onset :
1. Hidrokel akut
20
4.7.3 Diagnosis
a. Anamnesis
Pada anamnesis keluhan utama pasien adalah adanya benjolan di
kantong skortum yang tidak nyeri. Biasanya pasien mengeluh benjolan
yang berat dan besar di daerah skortum. Benjolan atau massa kistik
yang lunak dan kecil pada pagi hari dan membesar serta tegang pada
malam hari. Tergantung pada jenis dari hidrokel
biasanya benjolan
biasanya halus. Palpasi hidrokel seperti balon yang berisi air. Bila jumlah
21
dengan
hernia
skrotalis
penonjolan,
yang
yang
kadang-kadang
seperti hidrokel.
Hidrokel
22
4.7.4 Terapi
Hidrokel biasanya tidak berbahaya dan pengobatan biasanya baru dilakukan
jika penderita sudah merasa terganggu atau merasa tidak nyaman atau jika
hidrokelnya sedemikian besar sehingga mengancam aliran darah ke testis.
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun
dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh
23
sendiri, tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan
untuk dilakukan koreksi.
Pengobatannya bisa berupa aspirasi (pengisapan cairan) dengan bantuan
sebuah jarum atau pembedahan. Tetapi jika dilakukan aspirasi, kemungkinan
besar hidrokel akan berulang dan bisa terjadi infeksi. Setelah dilakukan aspirasi,
bisa disuntikkan zat sklerotik tetrasiklin, natrium tetra desil sulfat atau urea untuk
menyumbat/menutup lubang di kantung skrotum sehingga cairan tidak akan
tertimbun kembali. Hidrokel yang berhubungan dengan hernia inguinalis harus
diatasi dengan pembedahan sesegera mungkin. Hidrokel pada bayi biasanya
ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan setelah prosesus
vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri, tetapi jika hidrokel masih tetap
ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi.
Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah :
1. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah
2. Indikasi kosmetik
3. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien
dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel bisa
dilakukan anestesi umum ataupun regional (spinal).
4.7.5 Komplikasi
Hidrokel dapat mempengaruhi pasokan darah testis. Jika pasokan darah
testis kurang maka akan terjadi Iskemia yang dapat menyebabkan penurunan
kesuburan. Perdarahan ke dalam hidrokel dapat menyebabkan trauma testis.
Hidrokel menetap atau berhubungan dengan rongga peritoneum dapat
menyebabkan terjadinya Hernia Inguinalis. Pada saat bedah dapat terjadi
24
komplikasi sebagai berikut, cedera ke vas deferens saat operasi ingunal, 2% pasca
operasi dapat terjadi luka, hemoragik pasca operasi, cedera langsung ke pembuluh
spermatika. Dapat dilakukan :
1. Kompresi pada peredaran darah testis
2. Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan
hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga
menimbulkan atrofi testis.
3. Perdarahan yang disebabkan karena trauma dan aspirasi
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
25
Reproduksi adalah salah satu cara yang dilakukan oleh manusia untuk
mempunyai keturunan. Untuk bereproduksi kita membutuhkan organ reproduksi
yang secara garis besar dapat dibagi atas dua yaitu alat reproduksi pria dan alat
reproduksi wanita. Organ reproduksi pada pria terdiri dari dua bagian yaitu organ
reproduksi bagian luar, dan organ reproduksi bagian dalam. Bagian luar terdiri
dari Penis, Buah Zakar, dan Skrotum (Kantung Pelir). Sedangkan bagian dalam
terdiri dari testis, tubullus seminiferus dan saluran reproduksi.
Namun, dapat pula kita temui pria yang mengalami kelainan perkembangan
organ reproduksi mereka, baik akibat dari kekurangan hormone ataupun akibat
dari kelainan pada saat embrio. Dimana kelainan itu dapat berupa mikropenis,
makropenis, hispospadia, dll. Untuk itu dibutuhkan pengobatan yang tepat sesuai
dengan kelainan yang dialami.
3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi karya tulis
ilmiah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga
karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca
pada umumnya.
26
DAFTAR PUSTAKA
EGC.
27