Pneumothoraks adalah akumulasi udara di dalam rongga pleura dengan kolaps paru
sekunder.
Tension pneumothorax adalah kegawatdaruratan medis dimana udara semakin
berakumulasi di dalam rongga pleura setiap kali bernapas.
EPIDEMIOLOGI
Insidensi tension pneumothorax di luar rumah sakit sulit untuk ditentukan.
Dari 2000 insidens yang dilaporkan ke Australian Incident Monitoring Study (AIMS),
17 merupakan penderita atau suspect penumothorax, dan 4 diantaranya didiagnosis
sebagai tension pneumothorax. Data militer menunjukan bahwa lebih dari 5%
korban pertemburan dengan trauma dada mempunyai tension pneumothorax saat
kematian.
ETIOLOGI
Etiologi tersering tension penumothorax adalah iatrogenik serta pneumothorax
yang disebabkan trauma
Klasifikasi Berdasarkan penyebab :
Pneumothoraks Spontan Primer (PSP)
Tidak ada riwayat penyakit paru sebelumnya
Tidak ada riwayat trauma
Biasanya terjadi pada umur 18-40 tahun
Biasanya terjadi saat istirahat
Pneumothoraks Spontan Sekunder (PSS)
Karena penyakit paru yang mendasari (TB, PPOK, Asma bronchial, Pneumonia, tumor paru,
dll)
Pneumothoraks Traumatik Iatrogenik
Karena komplikasi tindakan medis (penggunaan ventilator)
Aksidental (tidak sengaja) parasentesis dada, biopsy pleura, barotraumas, dll
Artifisial (sengaja) mengisi udara pada cavitas pleura, ex; pada terapi Tb
Pneumothoraks Traumatik Bukan Iatrogenik
Karena jejas kecelakaan, ex; jejas dinding dada baik terbuka maupun tertutup, barotraumas,
dll.
Berdasarkan jenis fistula :
Tertutup (simple)
Tekanan udara pada sisi hemithoraks kontralateral kurang dari tekanan udara di cavitas pleura
kurang dari tekanan udara atmosfir
Tidak terdapat defek / luka terbuka pada dinding dada
Terbuka (open)
Karena luka terbuka pada dinding dada udara dapat keluar lewat luka tersebut saat
inspirasi
Keadaan mediastinum: saat inspirasi normal, saat ekspirasi bergeser ke dinding dada yang
terluka
Tension pneumothoraks (pneumothoraks ventil)
Akibat mekanisme Check valve saat inspirasi udaraa masuk ke cavitas pleura, saat
ekspirasi udara tidak bisa keluar
FISIOLOGI
Dalam keadaan normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang
pengembangannya sampai dinding dada oleh karena adanya tegangan permukaan
(tekanan negatif) antara permukaan pleura parietal dan pleura visceral. Rongga
pleura normalnya berisi sedikit cairan pleura (sebagai pelumas) dan tidak berisi
udara. Adanya udara di dalam rongga pleura menyebabkan kolapsnya jaringan
paru.
PATOGENESIS
Tension pneumothorax terjadi kapan saja ada gangguan yang melibatkan pleura
visceral, parietal, atau cabang trakeobronkiial. Gangguan terjadi ketika terbentuk
katup 1 arah, yang memungkinkan udara masuk ke rongga pleura tapi tidak
memungkinkan bagi keluarnya udara. Volume udara ini meningkat setiap kali
inspirasi karena efek katup 1 arah. Akibatnya, tekanan meningkat pada hemitoraks
yang terkena. Saat tekanan naik, paru ipsilateral kolaps dan menyebabkan
hipoksia. Peningkatan tekanan lebih lanjut menyebabkan mediastinum terdorong
ke arah kontralateral dan menekan jantung serta pembuluh darah besar. Kondisi ini
memperburuk hipoksia dan mengurangi venous return.
Akibat trauma tajam:
luka tusuk menembus pleura parietal lubang kecil membuat katup 1 arah (one
way valve) hal ini membuat udara masuk ke rongga pleura saat inspirasi, tetapi
tidak bisa keluar saat ekspirasi rongga pleura semakin mengembang seiring waktu
dan tekanannya terus bertambah tension pneumothorax
tension pneumothorax tekanan udara kesegala arah mendesak organ sekitar
MANIFESTASI KLINIS
Ada 2 mekanisme yang menyebabkan tidak adekuatnya suplai oksigen ke jaringan
pada pneumothoraks.
Paru yang mengalami pneumothoraks kolaps dan paru sebelahnya terkompresi
sehingga tidak bisa melakukan pertukaran gas secara efektif, terjadi hipoxemia
yang selanjutnya menyebabkan hipoksia.
Tekanan udara yang tinggi pada pneumothorax mendesak jantung dan pembuluh
darah besar. Pendorongan vena cava superior dan inferior menyebabkan darah yang
kembali ke jantung berkurang sehingga cardiac output juga berkurang. akibatnya
perfusi jaringan menurun dan terjadi hipoksia.
Temuan awal:
Sesak napas
Akibat penurunan fungsi paru:
menurunnya compliance paru yang mengalami penumothoraks pertukaran udara
tidak adekuat hipoxemia hipoksiasesak napas
serta paru sebelahnya yang terdorong menyebabkan sesak napas.
Selain itu peningkatan kerja pernapasan: hipoksia takipneu sesak napas
Nyeri dada
Trauma dada tembus hingga ke pleura peregaangan pleura nyeri
Trauma dada kerusakan jaringan impuls nyeri pada daerah yang luka (kulit,
otot)
Takikardia
Tension pneumothorax hipoksia kompensasi tubuh SS simpatis takikardia
Takipneu
Tension pneumothorax hipoksia kompensasi tubuh SS simpatis takipneu
Perkusi hipersonor
akumulasi udara dalam rongga pleura suara yang lebih nyaring saat perkusi /
hipersonor (udara merupakan penghantar gelombang suara yang baik)
Suara napas lemah sampai hilang
Suara napas adalah suara yang terdenger akibat udara yang keluar dan masuk paru
saat bernapas. Paru kolaps pertukaran udara tidak berjalan baik suara napas
berkurang atau hilang.
Temuan lanjut:
Penurunan kesadaran
Hipoksia yang terus berlanjut kurangnya suplai O2 ke otak gangguan fungsi
otak penurunan kesadaran
Trakea terdorong (deviasi trakea) menjauhi paru yang mengalami tension
pneumothorax: Tension pneumothorax tekanan udara yang tinggi menekan
kesegala arah trakea terdorong ke arah kontralateral
Distensi vena leher (bisa terjadi bila hipotensi berat)
Tension pneumothorax penekanan vena cava superior tahanan darah yang
kembali ke jantung JVP meningkat vena leher terdistensi
Hipotensi
Tension pneumothorax penekanan jantung dan vena cava superior serta
inferior darah yang kembali ke jantung berkurang caridiac output
berkurang tekanan darah turun (hipotensi akibat shock obstruktif)
Sianosis
Tension pneumothorax pertukaran udara tidak adekuat darah mengandung
sedikit O2 pewarnaan yang kebiruan pada darah tampak warna kebiruan pada
kulit dan mukosa
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Diagnosis tension pneumothorax ditegakkan secra klinis, dan terapi tidak boleh
terlambat oleh karena menunggu konfirmasi radiologis.
Anamnesis
Riwayat trauma
Mekanisme trauma
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: dada cembung pada sisi yang sakit
Palpasi: Fremitus turun sampai hilang
Perkusi : Hipersonor
Auskultasi: Suara napas lemah sampai hilang
Temuan Awal
Nyeri dada, sesak napas, cemas, takikardia, takipneu, hipersonor pada dada yang
sakit, suara napas yang mlemah sampai menghilang
Temuan lanjut
Penurunan kesadaran, deviasi trakea ke arah kontralateral, hipotensi, distensi vena
leher, sianosis
DIAGNOSIS BANDING
KONDISI
Tension pneumothorax
Massive hemothorax
Cardiac tamponade
PENILAIAN
Deviasi Tracheal
Distensi vena leher
Hipersonor
Bising nafas (-)
Deviasi Tracheal
Vena leher kolaps
Perkusi : dullness
Bising nafas (-)
Distensi vena leher
Bunyi jantung jauh dan
lemah
EKG abnormal
PENATALAKSANAAN
Primary survey (ABCDE) yang dilanjutkan dengan Resusitasi fungsi vital
Penilaian keadaan penderita dan prioritas terapi berdasrkan jenis perlukaan, tanda
tanda vital, dan mekanisme trauma. Merupakan ABC-nya trauma, dan berusaha
untuk mengenali keadaan yang mengancam nyawa terlebih dahulu.
Suhu tubuh
Pulse oksimetri saturasi O2
Pemasangan kateter folley (kateter urin) monitor dieresis, dekompresi v. urinaria sebelum
DPL
EKG
NGT bila tidak ada kontraindikasi (fraktur basis kranii)
Bersihkan dengan antiseptic luka memar dan lecet bila ada lalu kompres dan obati
pneumothoraks
Lakukan tube thoracostomy / WDS (water sealed drainage, merupakan tatalaksana
definitif tension pneumothorax), (Continous suction)
WSD sebagai alat diagnostic, terapik, dan follow up mengevakuasi darah atau udara
sehingga pengembangan paru maksimal lalu lakukan monitoring
Penyulit perdarahan dan infeksi atau super infeksi
Teknik pemasangan
1. Bila mungkin pasien dalam posisi duduk/ setengah duduk/ tiduran dengan sedikit miring ke
sisi yang sehat
2. Tentukan tempat untuk pemasangan WSD. Di kanan pada sela iga ke-7 atau ke-8.
3. Tentukan kira-kira tebal dinding thoraks
4. Secara streril diberi tanda pada selang WSD dari lubang terakhir sela WSD setebal dinding
thoraks; mis dengan ikatan benang
5. Cuci tempat yang akan dipasang WSD dan sekitarnya dengan cairan antiseptic
6. Tutup dengan duk steril
7. Daerah tempat masuk selang WSD dan sekitarnya dianestesi local di atas tepi iga secara
infiltrasi dan blok (berkas neurovaskular)
8. Insisi kulit subkutis dan otot dada di tengah sela iga
9. Irisan diteruskan secara tajam (tusukan) menembus pleura
10. Dengan klem arteri lurus lubang di perlebar secara tumpul
11. Selang WSD diklem dengan arteri klem dan di dorong masuk ke rongga pleura dengan
sedikit tekanan
12. Fiksasi selang WSD sesuai dengan tanda tadi
13. Daerah luka dibersihkan dan diberi salep steril agar kedap udara
14. Selang WSD disambung dengan botol WSD steril
15. Bila mungkin pasang penghisap kontinu dengan tekanan -24 sampai -32 cm H2O
Prinsip dasar tatalaksana pneumotoraks adalah untuk mengevakuasi ronga pleura,
menutup kebocoran, dan mencegah atau mengurangi risiko
Pilihan terapi
Observasi
Aspirasi sederhana
Tube thoracostomy/WSD (Simple; Continuous suction)
Pleurodesis
Thoracoscopy
operasi
PROGNOSIS
Dubia et bonam
Hampir 50% mengalami kekambuhan setelah pemasangan tube torakostomi tapi
kekambuhan jarang terjadi pada pasien-pasien yang dilakukan torakotomi terbuka
KOMPLIKASI
Gagal napas akut (3-5%)
Komplikasi tube torakostomi lesi pada nervus interkostales
Henti jantung-paru
Infeksi sekunder dari penggunaan WSD
Kematian
timbul cairan intra pleura, misalnya.
- Pneumothoraks disertai efusi pleura : eksudat, pus.
- Pneumothoraks disertai darah : hemathotoraks.