PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hernia scrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis dan turun ke
kanalis pada sisi funikulus spermatikus pada bagian anterior dan lateral, yang
dapat mencapai scrotum, hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect
(Samsudin, 2006). Insiden hernia menduduki peringkat ke lima besar yang terjadi
di Amerika Serikat pada tahun 2007 sekitar 700.000 operasi hernia yang
dilakukan tiap tahunnya (Bachtiar.2007).
Di Indonesia hernia scrotalis menempati urutan ke delapan dengan jumlah
291.145 kasus. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas penderita selama bulan
Januari - Desember 2007 diperkirakan 425 penderita. Peningkatan angka kejadian
Penyakit Hernia Scrotalis di Indonesia khusunya Provinsi Jawa Tengah bisa
disebabkan karena ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dengan
pesat, sejalan dengan hal tersebut, maka permasalahan manusiapun semakin
kompleks, salah satunya yaitu kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak. Hal
tersebut menuntut manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya dengan
usaha yang ekstra, tentunya itu mempengaruhi pola hidup dan kesehatannya yang
dapat menyebabkan kerja tubuh yang berat yang dapat menimbulkan kelelahan
dan kelemahan dari berbagai organ tubuh (Sugeng & Weni, 2010, hal 151).
Berdasarkan pertimbangan diatas,penulis merasa penting untung mengangkat
pembahasan mengenai kasus hernia scrotalis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hernia adalah: kelemahan pada dinding otot abdomen dimana segmen dari isi
perut atau struktur abdomen lain yang menonjol atau turn (Ignatavicius Donna,
and Bayne Marilynn, 2002).
Hernia Skrotalis adalah hernia yang keluar dari rongga peritonium melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior
kemudian hernia masuk dari anulus ke dalam kanalis dan jika panjang menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternum dan sampai ke skrotum.1
2.2 Etiologi
Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia, prosentase lebih banyak
terjadi pada pria, berbagai faktor penyebab berperan pada pembukaan pintu masuk
hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung
dan isi hernia, disamping itu disebabkan pula oleh faktor yang dapat mendorong
isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha,benjolan
tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila menangis,
mengejan mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali,
bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada
inspeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha, scrotum atau pada labia
dalam posisi berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan menutupmulut
dalam keadaan berdiri palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan
hernia,diraba konsistensinya dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat
direposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak kadang cincin
hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang melebar.3
Menurut sumber lain, gambaran klinis hernia scrotalis meliputi :
1)Terdapat benjolan di daerah scrotum.
2) Rasa nyeri dan nyeri tekan pada hernia irreducible.4
2.4 Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum
kedaerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei, pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini
telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut,namun dalam beberapa hal seringkali kanalis ini tidak menutup karena
testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka dalam
keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis congenital, pada orang tua kanalis tersebut telah menutup
namun karena merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka
kembali dan timbul hernia inguinalis lateral akuisita keadaan yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal adalah kehamilan, batuk
3
4
kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat defekasi, miksi
misalnya pada hipertropi prostate.5
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia
masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke
scrotum yang disebut juga hernia scrotalis.6
2.5.Diagnosa
A. Anamnesa
Identitas :
- Usia : Biasanya pasien dengan usia 35 tahun keatas, tidak termasuk kasus
kongenital
- Kelamin mayoritas pria
- Riwayat pekerjaan : Pertimbangkan pada pasien pekerja fisik berat seperti buruh
angkat.
Keluhan utama :
Umumnya berupa benjolan yang bervariasi ukurannya, dapat hilang saat
berbaring, dan timbul saat adanya tahanan. Nyeri tumpul lokal namun terkadang
tajam, rasa tidak enak yang selalu memburuk disenja hari dan membaik pada
malam hari, saat pasien berbaring bersandar dan hernia berkurang. Nyeri kadang
juga disertai demam. 5
Riwayat penyakit dahulu :
Biasanya pasien merupakan penderita dari hernia inguinalis sebelumnya.3
B.1 Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : benjolan dibawah ligamentum inguinal
b. Palpasi : teraba massa di daerah scrotum dextra/sinistra
dengan ukuran 7 x 5 x 3 cm, permukaan rata, tidak nyeri, massa teraba lunak,
fluktuasi (-), testis tidak teraba
5
6
55
33
c. Perkusi abdomen :
Timpani pada keempat kuadran abdomen, tidak ada nyeri ketok CVA.
d. Auskultasi :
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami
obstruksi usus (hernia inkarserata).7
Tanda tanda vital : temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi
meningkat, tekanan darah meningkat.8
B.2 Teknik pemeriksaan sederhana Hernia
Semua pemeriksaan sederhana ini lebih mengarah pada kondisi hernia inguinalis,
tidak spesifik scrotum naman secara tidak langsung dapat menjadi acuan
sederhana dini untuk diagnosa dan penilaian status hernia pasien.
a. Teknik pemeriksaan Finger Test :
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:
Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.
7
8
penderita).
Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan dan sebaliknya hernia kiri
dengan tangan kiri
2.
3.
posisikan :
- Jari ke dua, diatas anulus internus
- Jari ke tiga, diatas anulus ekternus
- jari ke empat diaatas fosa ovalis.
4.
2. Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut ditekuk)
agar diding abdomen tidak tegang.
3. Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis serta mengejan.
4. Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.
5. Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat menaikkan
tekanan intra abdomen
Setelah dilakukannya tindakan pembedahan maka dilakukan perawatan luka dan
penderita makan dengan diet tinggi kalori dan protein12
2.7 Komplikasi
1. Hematoma (luka pada scrotum)
2. Retensi urin akut
3. Infeksi pada luka
4. Nyeri dan pembengkakan testis akibat atrofi testis
5. Rekurensi hernia.13
2.8 Prognosis
Prognosis pasien dengan Hernia scrotalis umumnya baik, sejauh ketepatan
tindakan yang di berikan dan penanganan pasca operasi.Ketepatan waktu untuk
tindak operatif juga mempengaruhi prognosis pasien pasca operasi. Rekurensi
sering terjadi karena ketidaktepatan penatalaksanaan pada pasien hernia baik
sebelum dan pasca operasi.14
12
13
14
10
BAB III
KESIMPULAN
2.9 Kesimpulan
Hernia scrotalis merupakan penonjolan yang keluar dari rongga peritonium
melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral hingga anulus inguinalis
11
eksternum dan sampai ke skrotum. Kasus ini merupakan salah satu dari 10 kasus
terbanyak pada tahun 2007. Penonjolan peritonium ini di ketahui disebabkan dua
faktor yaitu, akuistik dan kausal. Sebahagian besar kasus hernia skrotalis selalu di
tangani dengan tindak operatif meskipun pada awalnya sering diawali terapi
konservatif. Pasien penderita hernia skrotalis sebahagian besar dapat sembuh
dengan baik meskipun terkadang ditemukan kasus rekurensi.
3.0 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi karya
tulis ilmiah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I.
Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718
2.
A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-317
3.
356
H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-
4.
C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I.
Penerbit GEM Foundation. 2004. Hal 39-58
12
5.
Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi XXIII.
Penerbit Hodder Arnold. 2006.
6.
Gary G. Wind. Applied Laparoscopic Anatomy (Abdomen and Pelvis).
Edisi I. Penerbit Williams & Wilkins, a Waverly Company. 1997.
7.
Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II.
2005.
8. Grace , Pierce A, Borley, Neil R . AT Glance Ilmu bedah .ed.
3.2006.Jakarta : PT. Erlangga.
9.
Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan. Edisi 2. Alih bahasa Monica Ester. EGC: Jakarta.
10.
Wilkinson, J.M, 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta.
11.
Schumpelic. Atlas of hernia surgery. ed. 10. 1997. bc decker inc :
Toronto.
12.
Swartz MH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Alih Bahasa : Lukmanto
P, Maulany R.F, Tambajong J. Jakarta : EGC, 1995. pp. 276-8
13.
Anonim. What is an inguinal hernia. http://health.yahoo.com .
Diakses tanggal 1 juli 2015.
14.
Anonim. Inguinal hernia. http://www.mayoclinic.com . Diakses
tanggal 22 juni 2015.
13