LATAR BELAKANG
1.1 Latar belakang
Dengue hemorragic fever (DHF) merupakan salah satu isu kesehatan yang
menjadi salah satu masalah kesehatan dunia, penyebaran dari dengue sangat
meningkat sejak 30 tahun terakhir. Saat ini diperkirakan sekitar 100 negara pada
iklim tropis dan subtropis merupakan area endemik DHF. Diperkirakan sekitar
WHO memperkirakan saat ini ada 50-100 miliar infeksi dengue diseluruh
dunia setiap tahun.2 Setiap 10 tahun, angka rata-rata setiap tahunnya angka kasus
dengue fever atau dengue hemoragic fever dilaporkan terus bertambah secara
seignifikan. Dari tahun 2000 - 2008, rata - rata jumlah kasus tahunan sekitar
1.656.870 kasus atau hampir tiga koma lima kali lipat dibanding tahun 1990 –
1999, yang hanya 479 848 kasus. Pada tahun 2008, dilaporkan 69 negara di Asia
genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotip yang dikenal,
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 yang ditularkan melalui gigitan nyamuk genus
area endemik. Pada tahun 2006 indonesia memiliki insiden tertinggi untuk DHF di
1
2009, didapatkan bahwa Jawa Barat merupakan provinsi tertinggi kasus demam
dengue.1
yang tidak terkontrol, dan kurangnya kontrol vektor pada area endemik.1 Pasien
dengan infeksi virus dengue mempunyai keluhan dan tanda yang menyerupai
berdarah dengue.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Dengue merupakan suatu penyakit yang ditularkan nyamuk disebabkan
oleh satu dari empat serotipe virus dengue yaitu DENV-1, -2, -3, dan -4. Infeksi
akibat satu serotipe akan memberikan imunitas seumur hidup untuk serotipe
tersebut namun tidak untuk serotipe lainnya, sehingga seseorang dapat mengalami
infeksi setidaknya sebanyak empat kali semasa hidupnya. Virus dengue
ditransmisikan dari orang ke orang melalui nyamuk Aedes utamanya A. Aegypti3
3
insiden dan distribusi dari virus yang meluas ke kepulauan Pasifik.Setiap 10
tahun, rata-rata jumlah kasus yang dilaporkan ke WHO terus mengalami
peningkatan secara eksponensial. Dari tahun 2000 sampai 2008 rata-rata jumlah
kasus yaitu sebanyak 1.656.870 atau sekitar tiga setengah kali dibandingkan tahun
1990 – 1999 dengan jumlah 479.848 kasus. 5
Di Indonesia, infeksi virus dengue masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang utama. Seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk, jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya makin meningkat.
Pada tahun 2015, terdapat sekitar 126.675 penderita di 34 provinsi dengan 1.299
diantaranya meninggal dunia. 6
Sumber: www.who.int
Gambar 2.1 Data kasus infeksi dengue yang dilaporkan ke WHO
4
1.4 Patofisiologi
Kebanyakan kasus infeksi dengue dengan entitas penyakit sebagai demam
berdarah dengue terjadi pada pasien dengan infeksi sekunder.Hubungan antara
kejadian demam berdarah dengue (DBD) atau sindroma syok dengue (SSD)
menunjukkan adanya keterlibatan sistem imun dalam patogenesis DBD. Baik
imunitas alamiah seperti sistem komplemen atau sel NK dan imunitas didapat
baik humoral dan selular terlibat dalam proses ini. Peningkatan aktivasi imun
terutama pada infeksi sekunder mengarah pada respon sitokin yang berlebihan
menyebabkan suatu perubahan pada permeabilitas kapiler. Sebagai tambahan,
produk-produk viral seperti NS1 kemungkinan memiliki peranan dalam aktivasi
komplemen dan permeabilitas kapiler 5
Petanda utama pada DBD adalah adanya peningkatan permeabilitas
kapiler menyebabkan kebocoran plasma, berkurangnya volume intravaskular dan
terjadinya syok pada kasus yang berat. Kebocoran yang terjadi bersifat unik
dimana terdapat kebocoran selektif plasma pada rongga pleura dan periotenal
serta periode kebocoran yang singkat (24 – 48 jam).Pemulihan cepat dari syok
tanpa adanya sekuele serta tidak ditemukannya inflamasi pada pleura dan
peritoneum mengindikasikan terjadinya perubahan fungsional pada vaskular
dibandingkan suatu kerusakan struktural pada endotel sebagai menkanisme yang
mendasari.5
Berbagai sitokin dengan efek yang meningkatkan permeabilitas telah
diketahui berperan pada patogenesis DBD. Walaupun demikian, kepentingan
sitokin-sitokin pada DBD belum diketahui secara pasti.Penelitian menunjukkan
bahwa pola respon sitokin mungkin berhubungan dengan pengenalan dari sel T
yang spesifik terhadap dengue.Sel T yang reaktif tersebut diketahui memiliki
kekuragan fungsional dalam aktivitas sitolotik nya namun mengekspresikan
peningkatan produksi sitokin termasuk TNF-α, IFN-g dan kemokin lainnya.Pada
model hewan, TNF-α diketahui berpengaruh pada manifestasi berat termasuk
perdarahan.Aktivasi sitem komplemen juga dimungkinkan berperan dalam
meningkatkan permeabilitas kapiler, komplemen seperti C3a dan C5a diketahui
memiliki efek meningkatkan permeabilitas. Dalam penelitian terkini, antigen NS1
5
dari DENV diketahui mengatur aktivasi komplemen dan mungkin berperan dalam
patogenesis DBD 5
Faktor-faktor yang disebutkan tadi diperkirakan berinteraksi pada sel
endotel menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler melalui jalur nitrit
oksida.Sistem fibrinolitik diaktivasi dan faktor XII (faktor Hageman) ditekan.
Mekanisme perdarahan pada DBD belum diketahui, namun koagulasi
intravaskular diseminata yang ringan, kerusakan hepar, dan trombositopenia
kemungkinan bekerja sama secara sinergis. Permebilitas kapiler menyebabkan
cairan, elektrolit, protein kecil dan pada beberapa kasus sel darah merah bocor ke
ruang ekstravaskular. Hal tersebut ditambah dengan defisit akibat puasa, dan
muntah menyebabkan hemokonsentrasi, hipovolemia, peningkatan kerja jantung,
hipoksia jaringan, asidosis metabolik dan hiponatremia.7
Secara mikroskopis, terdapat edema perivaskular jaringan lunak dan
diapedesis sel darah merah secara luas. Terdapat pengehentian maturasi
megakariosit di sumsum tulang, namun mengalami peningkatan jumlah di kapiler
paru, glomerulus ginjal dan sinusoid hati serta limpa 7
Sumber: www.who.int
Gambar 2.3 Perubahan patofisiologi pada DBD
6
1.5 Klasifikasi
Tanda dan gejala infeksi dengue tidak khas, sehingga menyulitkan
penegakkan diagnosis.Pendapat para pakar mengatakan bahwa dengue merupakan
suatu entitas penyakit dengan presentasi klinis beragam dan perubahan klinis serta
outcome yang tidak dapat diprediksi. WHO dalam panduannya telah melakukan
klasifikasi terhadap infeksi dengue mulai dari WHO 1997, kemudian WHO 2009
dan yang terakhir yaitu WHO 2011.8
Sumber: www.who.int
Gambar 2.4 Klasifikasi WHO 2011
7
1.6 Manifestasi Klinis
Infeksi dengue merupakan penyakit sistemik dan dinamis, terdapat
spektrum manifestasi klinis yang luas, setelah masa inkubasi penyakit mulai
dengan tiba-tiba dan diikuti oleh tiga fase – febris, kritis dan penyembuhan4
a. Fase febris
Pasien biasanya akan mengalami deman tinggi secara tiba-tiba. Fase ini
biasanya berlangsung kira-kira 2 – 7 hari diikuti oleh muka kemerahan, eritema
pada kulit, nyeri pada badan, myalgia, atralgia dan nyeri kepala.Beberapa pasien
mungkin mengalami suara serak, faring dan konjungtiva hiperemis.Anoreksia,
mual dan muntah sering terjadi.Sangat sulit membedakan dengue secara klinis
dengan demam non dengue pada fase ini. Tes tourniquet yang positif akan
meningkatkan kemungkinan diagnosis dari dengue. Gambaran-gambaran klinis
tersebut tidak bisa membedakan antara kasus berat dan yang tidak sehingga
pemantauan tanda-tanda bahaya serta parameter klinik lainnya penting untuk
diketahui dan diperhatikan.Manifestasi perdarahan ringan seperti petekie atau
perdarahan mukosa mungkin dapat ditemukan.4
b. Fase kritis
Fase kritis terjadi pada saat perembesan plasma yang berawal pada masa
transisi dari saat demam ke bebas demam (disebut fase time of fever
defervescence) ditandai dengan,
8
Komplikasi berupa asidosis metabolik, hipoksia, ketidakseimbangan
elektrolit, kegagalan multipel organ, dan perdarahan hebat apabila syok
tidak dapat segera diatasi.
c. Fase penyembuhan(convalescence, recovery)
Fase penyembuhan ditandai dengan diuresis membaik dan nafsu makan
kembali merupakan indikasi untuk menghentikan cairan pengganti. Gejala umum
dapat ditemukan sinus bradikardia/ aritmia dan karakteristik confluent petechial
rashseperti pada DD
6.1 Syok Terkompensasi
Tanda dan gejala syok terkompensasi :8
1. Takikardi
2. Takipnea
3. Tekanan nadi < 20 mmHg
4. CRT > 2 detik
5. Kulit dingin
6. Produksi urin menurun < 1 mL/kgBB/jam
7. Anak gelisah
9
Gambar 2.6 Grafik perjalanan klinis infeksi dengue
1.7 Diagnosis
10
Kriteria laboratorium
- Trombositopenia (≤100.000/mikroliter)
- Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit 20% dari nilai
dasar / menurut standar umur dan jenis kelamin
11
perembesan
plasma
1.8 Tatalaksana
Prinsip utama tatalaksana DSS adalah pemberian cairan yang cepat dengan
jumlah yang adekuat. Diagnosis dini syok terkompensasi disertai dengan
pengobatan yang cepat dan tepat mempunyai prognosis yang jauh lebih baik
dibanding apabila pasien sudah jatuh ke dalam fase syok dekompensasi.
12
8.1 Indikasi rawat :
1. Keadaan umum baik dan masa kritis berlalu (>7 hari sejak panas)
2. Tidak demam selama 48 jam tanpa antipiretik
3. Nafsu makan membaik
4. Secara klinis tampak perbaikan
5. Hematokrit stabil
6. 3 hari setelah syok teratasi
7. Output urin >1 cc/kgbb/jam
8. Jumlah trombosit >50.000/uL dengan kecenderungan meningkat
9. Tidak dijumpai distress pernapasan (yang disebabkan oleh efusi pleura
atau asidosis)
13
Gambar 2.7. Tatalaksana kasus tersangka infeksi dengue
14
Gambar 2.8. Tatalaksana kasus DBD Derajat 1
15
Gambar 2.9. Tatalaksana kasus DBD derajat 2
16
Gambar 2.10. Tatalaksana kasus DBD derajat 3 dan 4.
17
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : An. AV
Pekerjaan :-
No RM RS : 01.00.39.67
Agama : Islam
Suku : Minang
Keluhan utama : Tangan dan kaki kembali teraba dingin kurang lebih 2 jam
sebelum masuk rumah sakit.
18
Nyeri perut dirasakan di ulu hati sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Mual ada, muntah 1 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 4 kali,
jumlah lebih kurang ¼ gelas per kali, muntah berisi sisa makanan, muntah
tidak menyemprot.
Muncul bintik kemerahan di perut, dada, lengan dan tungkai sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit.
Perdarahan dari hidung dan gusi tidak ada.
Pasien dibawa berobat ke Rumah Sakit Naili DBS Padang, dilakukan
pemeriksaan darah dengan hasil Hemoglobin 12.8 gr/dl, leukosit
5000/mm3, Hematokrit 45.8%, trombosit 20.000/mm3. Anak dirawat di RS
Naili DBS lebih kurang 1 hari. Anak mengalami syok dua kali dan
mendapat cairan 2 x 400 cc. Hasil pemeriksaan darah saat syok yang
kedua Hemoglobin 12.8 gr/dl, Hematokrit 41.2%, trombosit 17.000/mm3.
Kemudian anak di rujuk ke RSUP M Djamil Padang untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
Buang air kecil jumlah dan warna biasa.
Buang air besar warna dan konistensi biasa.
Riwayat tetangga dan teman sekolah yang menderita Demam Dengue
tidak ada.
Riwayat keluarga yang menderita Demam Dengue tidak ada.
Riwayat keluarga :
Tidak ada keluarga, tetangga dan teman sekolah yang menderita keluhan
yang sama, tidak ada yang menderita demam dengue/ demam berdarah
dengue.
Riwayat kehamilan :
19
Riwayat Makanan dan Minuman
Bayi : ASI : 0-10 hari Susu formula : 10 hari-3
tahun
Buah, Biskuit : 6-8 bulan Bubur susu : 6 bulan
Nasi tim : 8-12 bulan
Anak : Makanan utama : Nasi 2-3 kali/hari, menghabiskan ½ hingga
2/3 porsi dewasa
Daging : 0 x/minggu
Ayam : 2-3 x/minggu
Ikan : 3-4 x/minggu
Telur : 7 x/minggu
Sayur : 0 x/minggu
Buah : 5-6 x/minggu
Kesan : ASI eksklusif, Gizi tercukupi
Riwayat Imunisasi
Imunisasi Dasar/Umur Booster/Umur
BCG 1 bulan (Scar BCG ada)
DPT : 1. 2 bulan
2. 4 bulan
3. 6 bulan
Polio : 1. 2 bulan
2. 4 bulan
3. 6 bulan
Hepatitis B : 1. 2 bulan
2. 4 bulan
3. 6 bulan
Haemofilus influenza B :
1. 2 bulan
2. 4 bulan
3. 6 bulan
Campak 9 bulan
20
Kesan : Imunisasi Lengkap sesuai usia.
Riwayat keluarga :
Ayah Ibu
Nama : Wempi Virlana Lisa Putri Yeni
Umur : 34 tahun 32 tahun
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Pegawai Honor Wiraswasta
21
Penghasilan : Rp. 700.000 Rp. 3.000.000
Perkawinan : Pertama Pertama
Penyakit yang pernah diderita : Tidak Ada Tidak Ada
Saudara Kandung Umur Keadaan sekarang
1. A (laki-laki) 8 tahun Pasien
2. R (laki-laki) 4,5 tahun Sehat
3. S (perempuan) 5 bulan Sehat
Pekarangan : Luas
Pemeriksaan fisik
Kesadaran : composmentis
Nafas : 20 x/ menit
Suhu : 37,40C
BB/U : 81,4 %
22
TB/ U : 93,07 %
BB/TB : 97,9 %
Gizi : Normal
Telinga & Hidung : tidak ada kelainan, epistaksis (-), napas cuping hidung
tidak ada
Gigi dan Mulut : mukosa bibir dan mulut basah, caries tidak ada
Dada :
Jantung :
Palpasi : teraba ictus cordis di 1 jari medial dari linae mid clavicula
23
sinistra
Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal
Abdomen
Perkusi : timpani
Ekstremitas :
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah :
Hb : 15,7 g/dl g/dL
Leukosit :6530 /µL
Trombosit :21.000 /µL
Ht :45 %
Hitung Jenis : 0/0/3/51/40/6
Kesan : trombositopenia
Daftar masalah :
- Akral dingin
- Nyeri ulu hati
24
- muntah
- Nafsu makan menurun
Tatalaksana :
A. Tatalaksana Kegawatdaruratan
ML 1500 kkal
C. Tatalaksana Medikamentosa
D. Edukasi
Edukasi untuk banyak minum (1 – 2 L/ hari, dapat berupa air putih, teh
manis, sirup, jus buah, susu, oralit)
Edukasi mengenai penyakit pasien.
Edukasi mengenai pencegahan penyakit.
Follow Up
Tanggal/Hari Follow Up
23-04-2018 S:
Senin demam tidak ada, sakit kepala tidak ada
perdarahan dari gusi, hidung dan saluran cerna tidak
ada
muntah tidak ada
25
anak mau minum
nyeri perut (+)
BAB (+) warna kuning, tidak cair
BAK cukup, warna biasa
O:
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 102 x/ menit
Nafas : 26 x/ menit
Suhu : 37 oC
Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera
tidak ikterik
Thorak : cor dan pulmo dalam batas
normal
Abdomen : distensi (-) ,NT (-) NL (-) BU (
+ ) normal, hepatomegali (-), splenomegali (-)
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik,
edema (-)
Kulit : ptekie (+) purpura (-) tidak ada
tanda perdarahan baru
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah :
Hb :13 g/dL
Leukosit :10.730 /µL
Trombosit :24.000 /µL
Ht :38 %
Kesan :tidak ada hemokonsentrasi,
trombositopneia, peningkatan trombosit dari hari
sebelumnya.
A: DHF grade III (syok sudah teratasi)
Tatalaksana :
IVFD : RL 5 cc/ kgbb/jam
ML 1500kkal
Paracetamol 200 mg (jika demam)
Edukasi untuk banyak minum
24-04-2018 S:
Selasa demam tidak ada, sakit kepala tidak ada
perdarahan dari gusi, hidung dan saluran cerna tidak
ada
muntah tidak ada
anak mau minum
26
nyeri perut (-)
BAB (+) warna kuning, tidak cair
BAK cukup, warna biasa
O:
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 116/63 mmHg
Nadi : 102 x/ menit
Nafas : 24 x/ menit
Suhu : 36,9 oC
Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera
tidak ikterik
Thorak : cor dan pulmo dalam batas
normal
Abdomen : distensi (-) ,NT (-) NL (-) BU (
+ ) normal, hepatomegali (-), splenomegali (-)
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik,
edema (-)
Kulit : ptekie (-) purpura (-) tidak ada
tanda perdarahan baru
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah :
Hb :10,4 g/dL
Leukosit :7850 /µL
Trombosit :27.000 /µL
Ht :30 %
Na : 131 mmol/L
Ca : 6,6 mmol /L
Kesan : trombositopenia (peningkatan
trombosit dari sebelumnya), penurunan hematocrit dari
sebelumnya.
A: DHF grade III (syok sudah teratasi)
Tatalaksana :
IVFD : RL 3 cc/ kgbb/jam
ML 1500kkal
Paracetamol 200 mg (jika demam)
Edukasi untuk banyak minum
27
BAB 4
DISKUSI
Dr. M. Djamil tanggal 22 April 2018 dengan keluhan tangan dan kaki teraba
napas 20 x/menit. Pada pasien kemudian dipasang oksigen 2L/menit via nasal
sudah dilakukan dari rumah sakit yang merujuk pasien. Dilakukan pemeriksaan
laboratorium dengan hasil Hb 15,7 g/dl g/dL, Leukosit 6530 /µL, Trombosit
temperatur tubuh lebih dari 37,5 C akibat peningkatan pusat pengatur suhu
dihipotalamus yang disebabkan oleh pirogen, baik endogen yang berasal dari
ini didapatkan demam tinggi tiba-tiba, terus menerus, tidak menggigil, tidak
kemungkinan demam akibat penyakit lain seperti demam akibat bakteri yang
28
biasanya tidak menyebabkan demam yang sangat tinggi, demam tifoid yang
biasanya akan terjadi peningkatan suhu terutama pada sore dan malam hari, juga
malaria yang demamnya bersifat intermitten atau hilang timbul. Hari jumat orang
tua pasien mengatakan demam turun. Pola demam pada pasien ini menyerupai
pola pelana kuda atau bifasik yang banyak ditemukan pada demam dengue.
Tangan dan kaki teraba dingin kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah
sakit. Gejala ini merupakah tanda bahaya syok. Syok terjadi akibat kebocoran
plasma karena malfungsi endotel. Syok pada demam dengue biasanya terjadi pada
miokardium dan dehidrasi. Denyut nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
terdeteksi. Hal ini merupakan tanda profound syok, yaitu syok dekompensasi yang
mengakibatkan hipoperfusi dan disfungsi organ yang dapat berakibat pada kegagalan
organ multipel. Hal ini akan bermanifestasi dengan penurunan status mental,
Pasien juga mengeluhkan nyeri perut di ulu hati sejak 1 hari sebelum
masuk Rumah Sakit. Nyeri perut umum dilaporkan pada pasien dengan demam
berdarah. Penyebab paling umum dari nyeri abdomen pada salah satu penelitian
adalah akibat gangguan hepar. Cedera hepar umum ditemukan pada pasien dengan
dengue. Selain gangguan hepar, nyeri abdomen juga dapat diakibatkan oleh
hepatomegali, tidak ada ikterik, nyeri ulu hati pada pasien adalah karena
29
gangguan hepar. Tidak ada muntah bercampur darah dan tidak ada buang air besar
bercampur darah. Namun, tidak dilakukan pemeriksaan feses sehingga tidak dapat
Saat kompleks imun virus dengue berikatan dengan reseptor makrofag, sebuah
sinyal akan dikirimkan. Sinyal ini akan menurunkan imunitas bawaan dan
menyebabkan peningkatan produksi virus. Pada awal stadium akut infeksi dengue
sekunder, terjadi aktivasi cepat sistem komplemen sesaat sebelum atau selama
terjadinya syok. Level TNF reseptor, interferon gama, dan interleukin 2 yang
terlarut di darah meningkat. C1, C3, C4, C5 – C8, dan c3 pro aktivator menurun
Faktor- faktor intrinsik virus itu sendiri, atau protein non struktural virus
(NS 1 ) dapat berinteraksi dengan sel endotel dan faktor pembekuan darah yang
fibrinolitik di aktifkan,, dan level faktor XII diturunkan. Sebagian besar mediator
Adherent junction (AJ), yaitu suatu jaringan kompleks yang terdiris dari protein
30
adhesi yang terhubung dengan sitoskeleton intraseluler, sehingga berakibat pada
1. Riwayat Demam
3. Syok
4. Trombositopenia.
5. Hemokonsentrasi
30 menit, dan O2 2 – 4 L melalui nasal kanul. Pasien dirawat di HCU karena syok
dan memerlukan observasi ketat. Setelah syok diatasi, dosis cairan diturunkan
hingga 10cc/ kgBB per jam. Setelah stabil dalam 24 jam, dosis diturunkan lagi
pemeriksaan Ht stabil, cairan diturunkan hingga 3cc/ Kg BB per jam. Setelah itu
infus tidak lagi di pasang karena infus tidak boleh di pasang melebih 48 jam
dengan cara pemberian cairan intra vena dengan pilihan RL. Pada DSS terjadi
kebocoran plasma sehingga dipilih cairan dengan ukuran molekul yang lebih
31
besar. Oksigen juga diberikan pada pasien ini. Pada pasien parasetamol untuk
32
Daftar Pustaka
33