TINJAUAN PUSTAKA
1
tapi jumlah kematian turun secara bermakna dibandingkan tahun 2004. Misalnya
jumlah kasus tahun 2008 sebanyak 137.469 orang dengan kematian 1.187 orang
atau case fatality rate (CFR) 0,86% serta kasus tahun 2009 sebanyak 154.855
orang dengan kematian 1.384 orang atau CFR 0,89%. Pada kelompok umur >45
tahun sangat rendah seperti yang terjadi di Jawa Timur berkisar 3,64%.
Munculnya kejadian DBD, dikarenakan penyebab majemuk, artinya munculnya
kesakitan karena berbagai faktor yang saling berinteraksi, diantaranya agent (virus
dengue), host yang rentan serta lingkungan yang memungkinan tumbuh dan
berkembang biaknya nyamuk Aedes spp. Selain itu, juga dipengaruhi faktor
predisposisi diantaranya kepadatan dan mobilitas penduduk, kualitas perumahan,
jarak antar rumah, pendidikan, pekerjaan, sikap hidup, golongan umur, suku
bangsa, kerentanan terhadap penyakit, dan lainnya.5
Semua gejala kriteria DBD ditambah bukti adanya kegagalan sirkulasi seperti :7
5
Atau adanya manifestasi :7
a. Hipotensi
b. Akral dingin, lembab dan gelisah
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik penyakit demam berdarah dengue, sebagai berikut :7
a. Demam
b. Tanda perdarahan : Ptekie, purpura, ekimosis
c. Hepatomegali
d. Tanda-tanda kebocoran plasma : Efusi pleura, asites, edema
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang penyakit demam berdarah dengue, sebagai berikut :4
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit : Normal atau menurun. Mulai hari ke 3 dapat ditemui
limfositosis.
b. Trombosit : Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
c. Hematokrit : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit >20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai
pada hari ke 3 demam.
d. Protein/albumin : Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran
plasma
6
e. SGOT/SGPT dapat meningkat.
f. Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue :
IgM : Terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke 3,
menghilang setelah 60-90 hari. IgG : Pada infeksi primer, IgG mulai
terdeteksi pada hari ke 14, pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi
hari ke 2.
2. Pemeriksaan Radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks
kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat
dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada
sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi
badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan USG. Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari
(rentang 3-14 hari), timbul gejala prodormal yang tidak khas seperti: nyeri
kepala, nyeri tulang belakang dan perasaan lelah.4
7
c. Tanda kebocoran plasma seperti : Efusi pleura, asites,
hipoproteinemia atau hiponatremia
1. Demam Typhoid
a. Gejala klinis : Demam meningkat secara perlahan terutama pada sore
hingga malam hari dan bersifat remitten, bradikardi relatif, nyeri kepala
atau pusing, nyeri otot, mual, muntah, obstipasi atau diare, batuk,
epistaksis. Pada minggu kedua demam, lidah tampak berselaput,
hepatomegali dan splenomegali dapat terjadi.4
b. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah rutin dapat berupa
leukopenia, leukositosis atau bahkan normal, dapat ditemui anemia ringan
dan trombositopenia, laju endap darah (LED) dapat meningkat, SGOT dan
SGPT seringkali meningkat selama sakit dan kembali normal ketika
sembuh.4
c. Penegakkan diagnostik : Kultur, uji widal, test tubex, pemeriksaan serologi
IgG dan IgM.4
2. Malaria
a. Gejala klinis : Riwayat demam intermiten atau terus-menerus, riwayat dari
atau pergi ke daerah endemis malaria dan trias malaria (keadaan mengggil
yang diikuti dengan demam dan kemudian timbul keringat yang banyak.
Pada daerah endemis malaria, trias malaria mungkin tidak ada, diare dapat
merupakan gejala utama. Selain itu gejala klinis malaria berupa sakit
kepala, mual muntah, nyeri otot dan penurunan kesadaran7
b. Pemeriksaan laboratorium : Sediaan apus darah tepi (SADT) tebal dan
tipis dijumpai parasit malaria, tes serologi malaria postif.7
3. Campak
8
a. Gejala klinis : Koriza dan mata meradang, batuk, demam tinggi beberapa
hari, ruam yang dimulai dari belakang telinga kemudian menyebar ke
muka, dada, tubuh, lengan dan kaki bersamaan dengan meningkatnya
demam dan selanjutnya mengalami hiperpigmentasi serta mengelupas.8
b. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan serologi didapatkan IgM
spesifik.8
4. Influenza
Infeksi virus influenza terbanyak adalah sebagai penyakit pernapasan akut
(Acute Respiratory Illness/ARI) yang dicirikan dengan demam tinggi
mendadak, hidung berair (coryza), batuk, peradangan saluran napas atas dan
bawah, hingga nyeri kepala dan malaise. Namun, gejala-gejala ini tidaklah
khas untuk influenza semata dan seringkali sulit untuk dibedakan dengan
infeksi akut oleh mikroorganisme lainnya yang dapat menimbulkan gejala
serupa. Oleh karena itu sekumpulan gejala ini dikenal sebagai Influenza Like
Illness (ILI).9
5. Chikungunya
a. Gejala klinis : Fase akut berupa demam tinggi mendadak (39ºC-40ºC) dan
nyeri sendi berat. Gejala lain berupa sakit kepala, nyeri seluruh punggung,
mialgia, mual muntah, poliartritis, bintik merah (rash) dan konjungtivitis.
Pada fase subakut dan kronis berupa pembengkakan tangan disertai
deskuamasi halus, hiperpigmentasi wajah, tenosinovitis pada tangan, mata,
kaki, higroma siku, bengkak dan kaku pada jari-jari tangan.7
b. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah rutin berupa leukopenia,
trombositopenia, peningkatan LED dan CRP, IgM chikungunya.7
6. Leptospirosis
a. Gejala klinis : Demam yang muncul mendadak, bersifat bifasik yaitu
demam remiten tinggi pada fase awal leptospiremia (berlangsung antara 3-
10 hari) kemudian demam turun dan muncul kembali pada fase imun.
Sakit kepala, mata merah atau fotofobia, mual muntah , nyeri abdomen dan
anoreksia.7
9
b. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah rutin berupa leukositosis
atau leukopenia, trombositopenia Urinalisis : proteinuria, leukosituria,
sedimen abdnomal.7
10
Protokol 2 : Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat.
11
Protokol 4 : Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD dewasa
Kasus DBD
Perdarahan spontan masif:
Epistaksis tidak terkendali, Gross Hematutia, Hematemesis,
dan atau Malena, Hematokezia, perdarahan otak.
Syok (-)
KID (+)
Tranfusi komponen darah: KID (-)
PRC (Hb <10g%) Tranfusi komponen Darah
FFP PRC (Hb <10g%)
TC (Trombosit <100.000) FFP
Heparinisasi 5000-10000/24 jam drip TC (Trombosit <100.000)
Pemantauan Hb, Ht, Trombosit, tiap 4-6 jam Pemantauan Hb, Ht, Trombosit tiap 4-6 jam
Ulang pemeriksaan hemostasis 24 jam kemudian Ulang pemeriksaan hemostasis 24 jam
Cek APTT tiap hari, target 1,5-2,5 kali kontrol kemudian
12
2.1.9 Prognosis Demam Berdarah Dengue
Kematian oleh demam dengue hampir tidak ada, sebaliknya pada DHF/DSS
mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang,
dan Jakarta memperlihatkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya
lebih ringan dari pada anak-anak dan penelitian tahun 1993 dijumpai keadaan
penyakit yang terbukti bersama-sama muncul dengan DHF yaitu demam tifoid,
bronkopneumonia, anemia dan kehamilan.10
13
modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan
manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh :
a. Menguras bak mandi atau penampungan air sekurang-kurangnya sekali
seminggu.
b. Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan
jentik (ikan adu / ikan cupang).
3. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan :
a. Pengasapan atau fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion),
berguna untuk mengurangai kemungkinan penularan sampai batas waktu
tertentu.
b. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan
air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yaitu disebut dengan “3M Plus”, yaitu
menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus
seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, menyemprot dengan insektisida, menggunakan
repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala dan disesuaikan
dengan kondisi setempat.11
14
STATUS ORANG SAKIT RSUD TUAN RONDAHAIM
I. Anamnese Pribadi
Riwayat Perjalanan Penyakit : Demam dialami sejak 4 hari sebelum masuk rumah
sakit. Demam tinggi muncul tiba-tiba bersifat naik
turun. Demam mulai meningkat pada sore dan dini hari,
namun tidak pernah turun hingga suhu normal. Demam
disertai adanya menggigil, nyeri otot, nyeri kepala,
nyeri ulu hati, mual dan muntah. Mual terjadi setiap kali
mau makan sehingga nafsu makan pasien menjadi
menurun. Muntah dialami pasien 2 kali dalam sehari,
muntah berisi makanan apa yang dimakan. Pasien
mengaku gusinya berdarah sejak 1 hari yang lalu
15
sewaktu menyikat gigi. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
Kulit
Tidak ada keluhan
Mata
Tidak ada keluhan
Telinga
Tidak ada keluhan
Hidung
Tidak ada keluhan
Pernafasan
Tidak ada keluhan
16
Payudara
Tidak ada keluhan
Muskuloskeletal
Nyeri otot : (+)
Sistem saraf
Tidak ada keluhan
PEMERIKSAAN FISIK
Kulit
Jaundice : (-)
Sianosis : (-)
Pucat : (-)
Telinga
Bentuk : Dalam batas normal
Serumen : (+/+)
Perdarahan : (-/-)
17
Hidung
Bentuk : Dalam batas normal
Sekret : (-)
Perdarahan : (-)
Mata
Konjungtiva anemis : (-/-)
Sklera ikterik : (-/-)
Eksoftalmus : (-/-)
Pupil : Pupil isokor, Refleks pupil (+/+)
Thorax
Pulmo
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor diseluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara Pernapasan : Vesikuler (+/+)
Suara Tambahan : (-/-)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Batas atas jantung : ICS II linea parasternalis
Batas kanan jantung : ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung : ICS V-VI linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 regular
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel
18
Nyeri tekan (+) pada regio epigastrium,
Hepar/lien/ren tidak teraba
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
Ekstremitas
Akral hangat : (+)
Edema : (-/-)
Tourniquet test : (+)
Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan
Rektum
Tidak dilakukan pemeriksaan
Neurologi
Tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin
Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 13,6 L: 13-18 P:12-18
Leukosit 6.100 4.000 - 11.000
Trombosit 97.000 150.000 - 450.000
Hematokrit 43.6 % L: 39.0 - 54.0 P:36-47
MCV 85.9 fL 81-99
MCH 28.4 Pg 27.0 - 31.0
MCHC 36,7 g/dL 31,0-37,0
19
MPV 8,0 8,1-12,4
RDW 11.7 % 11.6 – 14,4
Diagnosa Banding
1. Demam Berdarah Dengue
2. Demam Thypoid
3. Malaria
Diagnosa Kerja
Demam Berdarah Dengue (DHF)
Terapi
IVFD RL corr 1 fls selanjutnya 30 gtt/i
Inj. Omeprzole 1 amp/12 jam
Inj. Ondansentron 1 amp/8 jam
Inj. Norages 1 amp/24 jam
Paracetamol tab 3x500 mg
Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
20
V. Follow Up
16/03/2020
S Demam (+), Menggigil (+), Nyeri otot (+), Nyeri Kepala (+), Nyeri ulu
hati (+), Mual (+), Muntah (+)
P IVFD RL 30 gtt/I
Inj. Omeprazole 1 amp/12 jam
Inj. Ondansentron 1 amp/8 jam
Inj. Norages 1 amp/8 jam jika suhu > 38,5
Paracetamol tab 3x500 mg
17/03/2020
S Demam (+), Menggigil (+), Nyeri ulu hati (+), Mual (+)
P IVFD RL 20 gtt/I
Inj. Omeprazole 1 amp/12 jam
Inj. Ondansentron 1 amp/8 jam
Inj. Norages 1 amp/8 jam jika suhu > 38,5
Paracetamol tab 3x500
21
17/01/2020
S Demam (+), Mual (+)
P IVFD RL 20 gtt/I
Inj. Omeprazole 1 amp/8 jam
Inj. Ondansentron 1 amp/8 jam
Inj. Norages 1 amp/8 jam jika suhu > 38,5
Paracetamol tab 3x500 mg
Omeprazole tab 2x20 mg
18/01/2020
S Demam (-), Menggigil (-), Nyeri otot (-), Nyeri Kepala (-), Nyeri ulu
hati (-), Mual (-), Muntah (-)
O Sens : CM
TD : 120/80mmHg
Nadi : 84x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 370C
A Demam Berdarah Dengue (DHF)
P IVFD RL 20 gtt/I
Inj. Omeprazole 1 amp/12 jam
Inj. Ondansentron 1 amp/8 jam
Paracetamol tab 3x500 mg
PBJ hari ini
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demam dengue (DF) dan Demam berdarah dengue atau DBD (Dengue Haemorrhagic
Fever atau DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Penatalaksanaan Demam
berdarah dengue berdasarkan protokol 1 sampai protokol 5
23