Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue


2.1.1 Definisi Demam Berdarah Dengue
Demam dengue (DF) dan Demam berdarah dengue atau DBD (Dengue
Haemorrhagic Fever atau DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Dengue Shock
Syndrome (DSS) adalah demam berdarah yang ditandai oleh renjatan atau syok.4

2.1.2 Epidemiologi Demam Berdarah Dengue


Dalam 50 tahun terakhir, kasus DBD meningkat 30 kali lipat dengan
peningkatan ekspansi geografis ke negara negara baru dan dalam dekade ini, dari
kota ke lokasi pedesaan. Penderitanya banyak ditemukan di sebagian besar
wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah dan
Karibia. Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara,
terutama di daerah perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman di Brazil
serta bagian lain Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah
orang yang terinfeksi diperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta orang, setengahnya
dirawat di rumah sakit dan mengakibatkan 22.000 kematian setiap tahun.
diperkirakan 2,5 miliar orang atau hampir 40 persen populasi dunia, tinggal di
daerah endemis DBD yang memungkinkan terinfeksi virus dengue melalui gigitan
nyamuk setempat.5
Jumlah kasus DBD tidak pernah menurun di beberapa daerah tropik dan
subtropik bahkan cenderung terus meningkat dan banyak menimbulkan kematian.
pada anak 90% di antaranya menyerang anak di bawah 15 tahun. Di Indonesia,
setiap tahunnya selalu terjadi KLB di beberapa provinsi, yang terbesar terjadi
tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah penderita 79.480 orang dengan kematian
sebanyak 800 orang lebih. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah kasus terus naik

1
tapi jumlah kematian turun secara bermakna dibandingkan tahun 2004. Misalnya
jumlah kasus tahun 2008 sebanyak 137.469 orang dengan kematian 1.187 orang
atau case fatality rate (CFR) 0,86% serta kasus tahun 2009 sebanyak 154.855
orang dengan kematian 1.384 orang atau CFR 0,89%. Pada kelompok umur >45
tahun sangat rendah seperti yang terjadi di Jawa Timur berkisar 3,64%.
Munculnya kejadian DBD, dikarenakan penyebab majemuk, artinya munculnya
kesakitan karena berbagai faktor yang saling berinteraksi, diantaranya agent (virus
dengue), host yang rentan serta lingkungan yang memungkinan tumbuh dan
berkembang biaknya nyamuk Aedes spp. Selain itu, juga dipengaruhi faktor
predisposisi diantaranya kepadatan dan mobilitas penduduk, kualitas perumahan,
jarak antar rumah, pendidikan, pekerjaan, sikap hidup, golongan umur, suku
bangsa, kerentanan terhadap penyakit, dan lainnya.5

2.1.3 Etiologi Demam Berdarah Dengue


Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam
genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan
diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul
4x106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang
semuanya menyebabkan demam berdarah dengue. Ke empat serotipe ditemukan
di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak.4
Aedes aegypti adalah jenis nyamuk penyebab penyakit DBD sebagai pembawa
utama (primary vektor) virus dengue. Nyamuk jenis Aedes aegypti yang sudah
menghisap virus dengue sebagai penular penyakit demam berdarah. Nyamuk
Aedes aegypti siklus hidupnya mempunyai empat fase yaitu dari mulai telur,
jentik, pupa, sampai menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk jenis ini mempunyai
siklus hidup sempurna. Spesies ini meletakkan telurnya pada kondisi permukaan
air yang bersih secara individual. Telur yang memilki bentuk elips warnanya
hitam dan juga terpisah satu dengan yang lain. Telurnya dapat menetes dalam
waktu 1-2 hari kemudian akan berubah menjadi jentik. Terdiri dari 4 tahap
didalam perkembangannya jentik yang dikenal sebagai instar. Perkembangan
instar 1 ke instar 4 membutuhkan waktu kira-kira 5 hari. Selanjutnya untuk
sampai instar ke 4, larva ini berubah menjadi pupa yang dimana jentik tersebut
telah memasuki masa dorman. Pupa dapat bertahan selama 2 hari sebelum
nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan mulai dari telur hingga menjadi
2
nyamuk dewasa membutuhkan waktu selama 8 hingga 10 hari, namun juga bisa
lebih lama jika kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Tempat Peridukan
nyamuk Aedes aegypti yaitu tempat penampungan air yang sedikit terkontaminasi
atau tempat penampungan air yang mengandung air jernih. Tempat yang tidak
tekena sinar matahari langsung lebih disukai Aedes aegypti dan pada tempat
perindukan yang berkontak langsung dengan tanah tidak dapat bertahan hidup.6

2.1.4 Patogenesis Demam Berdarah Dengue


Patogenesis DBD nyamuk Aedes spp yang sudah terinfesi virus dengue, akan
tetap infektif sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individu yang
rentan pada saat menggigit dan menghisap darah. Setelah masuk ke dalam tubuh
manusia, virus dengue akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar, endotel
pembuluh darah, nodus limpaticus, sumsum tulang serta paru-paru. Beberapa
penelitian menunjukkan sel monosit dan makrofag mempunyai peran pada infeksi
ini, dimulai dengan menempel dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan
bantuan organel sel dan membentuk komponen perantara dan komponen struktur
virus. Setelah komponen struktur dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Infeksi
ini menimbulkan reaksi immunitas protektif terhadap serotipe virus tersebut tetapi
tidak ada cross protective terhadap serotipe virus lainnya.5
Secara invitro, antobodi terhadap virus dengue mempunyai 4 fungsi biologis
yaitu netralisasi virus, sitolisis komplemen, antibody dependent cell-mediated
cytotoxity (ADCC) dan antibody dependent enhancement (ADE). Berdasarkan
perannya, terdiri dari antobodi netralisasi atau neutralizing antibody yang
memiliki serotipe spesifik yang dapat mencegah infeksi virus, dan antibody non
netralising serotype yang mempunyai peran reaktif silang dan dapat
meningkatkan infeksi yang berperan dalam patogenesis DBD.5
Terdapat dua teori atau hipotesis immunopatogenesis DBD yang masih
kontroversial yaitu infeksi sekunder (secondary heterologus infection) dan
antibody dependent enhancement (ADE). Dalam teori atau hipotesis infeksi
sekunder disebutkan, bila seseorang mendapatkan infeksi sekunder oleh satu
serotipe virus dengue, akan terjadi proses kekebalan terhadap infeksi serotipe
virus dengue tersebut untuk jangka waktu yang lama. Tetapi jika orang tersebut
mendapatkan infeksi sekunder oleh serotipe virus dengue lainnya, maka akan
terjadi infeksi yang berat. Ini terjadi karena antibody heterologus yang terbentuk
3
pada infeksi primer, akan membentuk kompleks dengan infeksi virus dengue
serotipe baru yang berbeda yang tidak dapat dinetralisasi bahkan cenderung
membentuk kompleks yang infeksius dan bersifat oponisasi internalisasi,
selanjutnya akan teraktifasi dan memproduksi IL-1, IL6, tumor necrosis factor-
alpha (TNF-A) dan platelet activating factor (PAF). Akibatnya akan terjadi
peningkatan (enhancement) infeksi virus dengue. TNF alpha akan menyebabkan
kebocoran dinding pembuluh darah, merembesnya cairan plasma ke jaringan
tubuh yang disebabkan kerusakan endotel pembuluh darah yang mekanismenya
sampai saat ini belum diketahui dengan jelas. Anak di bawah usia 2 tahun yang
lahir dari ibu yang terinfeksi virus dengue dan terjadi infeksi dari ibu ke anak,
dalam tubuh anak tersebut terjadi non neutralizing antibodies akaibat adanya
infeksi yang persisten. Akibatnya, bila terjadi infeksi virus dengue pada anak
tersebut, maka akan langsung terjadi proses enhancing yang akan memacu
makrofag, mudah terinfeksi dan teraktifasi dan mengeluarkan IL-1, IL-6 dan TNF
alpha juga PAF. Pada teori ADE disebutkan, jika terdapat antibodi spesifik
terhadap jenis virus tertentu, maka dapat mencegah penyakit yang diakibatkan
oleh virus tersebut, tetapi sebaliknya apabila antibodinya tidak dapat menetralisasi
virus, justru akan menimbulkan penyakit yang berat. Kinetik immunoglobulin
spesifik virus dengue di dalam serum penderita DD, DBD dan DSS, didominasi
oleh IgM, IgG1 dan IgG.5
Selain teori tersebut, masih ada teori-teori lain tentang patogenesis DBD, di
antaranya adalah teori virulensi virus yang mendasarkan pada perbedaan serotipe
virus dengue yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang kesemuanya dapat
ditemukan pada kasus-kasus fatal tetapi berbeda antara daerah satu dengan
lainnya. Selanjutnya ada teori antigen-antibodi yang berdasarkan pada penderita
atau kejadian DBD terjadi penurunan aktivitas sistem komplemen yang ditandai
penurunan kadar C3, C4 dan C5. Disamping itu, pada 4.872% penderita DBD,
terbentuk kompleks imun antara IgG dengan virus dengue yang dapat menempel
pada trombosit, sel B dan sel organ tubuh lainnya dan akan mempengaruhi
aktivitas komponen sistem imun yang lain. Selain itu ada teori moderator yang
menyatakan bahwa makrofag yang terinfeksi virus dengue akan melepas berbagai
mediator seperti interferon, IL-1, IL-6, IL-12, TNF dan lain-lain, yang bersama
endotoksin bertanggungjawab pada terjadinya sok septik, demam dan peningkatan
permeabilitas kapiler. Pada infeksi virus dengue, viremia terjadi sangat cepat,
4
hanya dalam beberapa hari dapat terjadi infeksi di beberapa tempat tapi derajat
kerusakan jaringan (tissue destruction) yang ditimbulkan tidak cukup untuk
menyebabkan kematian karena infeksi virus, kematian yang terjadi lebih
disebabkan oleh gangguan metabolik.5

2.1.5 Klasifikasi Demam Berdarah Dengue


Untuk menentukan penatalaksanaan penyakit demam berdarah dengue, perlu
diketahui kasifikasi derajat penyakit demam berdarah dengue (DBD) sebagai
berikut :4

Klasifikasi Derajat Penyakit Demam Berdarah Dengue


Derajat Gejala Laboratorium
DBD derajat I Demam disertai 2 atau lebih Trombositopenia
tanda : Sakit kepala, nyeri (<100.000/ul),
retro-orbital, mialgia, atralgia Bukti ada kebocoran plasma
dan uji bending positif
DBD derajat II Gejala diatas ditambah Trombositopenia
perdarahan spontan (<100.000/ul),
Bukti ada kebocoran plasma
DBD derajat Gejala diatas ditambahh Trombositopenia
III kegagalan sirkulasi (Kulit (<100.000/ul),
dingin dan lembab serta Bukti ada kebocoran plasma
gelisah)
DBD derajat Syok berat disertai dengan Trombositopenia
IV tekanan darah dan nadi tidak (<100.000/ul),
terukur Bukti ada kebocoran plasma
*DBD derajat III da IV juga disebut sindrom syok dengue (SSD)

Diagnosis Sindrom Syok Dengue (SSD)

Semua gejala kriteria DBD ditambah bukti adanya kegagalan sirkulasi seperti :7

a. Nadi lemah dan cepat


b. Tekanan darah turun (<20 mmHg)

5
Atau adanya manifestasi :7
a. Hipotensi
b. Akral dingin, lembab dan gelisah

2.1.6 Diagnosis Demam Berdarah Dengue


1. Anamnesis
Demam mendadak tinggi dengan tipe bifasik disertai oleh kecenderungan
perdarahan (perdarahan kulit, perdarahan gusi, epistaksis, hematemesis,
melena, hematuria), sakit kepala, nyeri otot dan sendi, ruam, nyeri di belakang
mata, mual-muntah, pemanjangan siklus menstruasi. Riwayat penderita DBD
di sekitar tempat tinggal, sekolah atau di tempat bekerja di waktu yang sama.
Pasien dapat juga datang disertai dengan keluhan sesak, lemah hingga
penurunan kesadaran.7

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik penyakit demam berdarah dengue, sebagai berikut :7
a. Demam 
b. Tanda perdarahan : Ptekie, purpura, ekimosis 
c. Hepatomegali 
d. Tanda-tanda kebocoran plasma : Efusi pleura, asites, edema

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang penyakit demam berdarah dengue, sebagai berikut :4
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit : Normal atau menurun. Mulai hari ke 3 dapat ditemui
limfositosis.
b. Trombosit : Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
c. Hematokrit :  Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit >20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai
pada hari ke 3 demam.
d. Protein/albumin : Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran
plasma
6
e. SGOT/SGPT dapat meningkat. 
f. Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue :
IgM : Terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke 3,
menghilang setelah 60-90 hari. IgG : Pada infeksi primer, IgG mulai
terdeteksi pada hari ke 14, pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi
hari ke 2.

2. Pemeriksaan Radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks
kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat
dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada
sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi
badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan USG. Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari
(rentang 3-14 hari), timbul gejala prodormal yang tidak khas seperti: nyeri
kepala, nyeri tulang belakang dan perasaan lelah.4

Kriteria Diagnosis Klinis Demam Berdarah Dengue (DBD) WHO


1997.7
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik 
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut : 
a. Uji bendung positif
b. Ptekie, ekimosis, atau purpura
c. Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi)
atau perdarahan dari tempat lain
d. Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ml)
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma)
sebagi berikut :
a. Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai
dengan umur dan jenis kelamin
b. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya

7
c. Tanda kebocoran plasma seperti : Efusi pleura, asites,
hipoproteinemia atau hiponatremia

2.1.7 Diagnosis Banding Demam Berdarah Dengue


Diagnosis banding perlu dipertimbangkan bilamana terdapat kesesuaian klinis
dengan demam typhoid, malaria, campak, influenza, chikungunya dan
leptospirosis.4,7
Berikut diagnosis banding DBD dengan manifestasi klinis yang hampir mirip :

1. Demam Typhoid
a. Gejala klinis : Demam meningkat secara perlahan terutama pada sore
hingga malam hari dan bersifat remitten, bradikardi relatif, nyeri kepala
atau pusing, nyeri otot, mual, muntah, obstipasi atau diare, batuk,
epistaksis. Pada minggu kedua demam, lidah tampak berselaput,
hepatomegali dan splenomegali dapat terjadi.4
b. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah rutin dapat berupa
leukopenia, leukositosis atau bahkan normal, dapat ditemui anemia ringan
dan trombositopenia, laju endap darah (LED) dapat meningkat, SGOT dan
SGPT seringkali meningkat selama sakit dan kembali normal ketika
sembuh.4
c. Penegakkan diagnostik : Kultur, uji widal, test tubex, pemeriksaan serologi
IgG dan IgM.4

2. Malaria
a. Gejala klinis : Riwayat demam intermiten atau terus-menerus, riwayat dari
atau pergi ke daerah endemis malaria dan trias malaria (keadaan mengggil
yang diikuti dengan demam dan kemudian timbul keringat yang banyak.
Pada daerah endemis malaria, trias malaria mungkin tidak ada, diare dapat
merupakan gejala utama. Selain itu gejala klinis malaria berupa sakit
kepala, mual muntah, nyeri otot dan penurunan kesadaran7
b. Pemeriksaan laboratorium : Sediaan apus darah tepi (SADT) tebal dan
tipis dijumpai parasit malaria, tes serologi malaria postif.7

3. Campak

8
a. Gejala klinis : Koriza dan mata meradang, batuk, demam tinggi beberapa
hari, ruam yang dimulai dari belakang telinga kemudian menyebar ke
muka, dada, tubuh, lengan dan kaki bersamaan dengan meningkatnya
demam dan selanjutnya mengalami hiperpigmentasi serta mengelupas.8
b. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan serologi didapatkan IgM
spesifik.8

4. Influenza
Infeksi virus influenza terbanyak adalah sebagai penyakit pernapasan akut
(Acute Respiratory Illness/ARI) yang dicirikan dengan demam tinggi
mendadak, hidung berair (coryza), batuk, peradangan saluran napas atas dan
bawah, hingga nyeri kepala dan malaise. Namun, gejala-gejala ini tidaklah
khas untuk influenza semata dan seringkali sulit untuk dibedakan dengan
infeksi akut oleh mikroorganisme lainnya yang dapat menimbulkan gejala
serupa. Oleh karena itu sekumpulan gejala ini dikenal sebagai Influenza Like
Illness (ILI).9

5. Chikungunya
a. Gejala klinis : Fase akut berupa demam tinggi mendadak (39ºC-40ºC) dan
nyeri sendi berat. Gejala lain berupa sakit kepala, nyeri seluruh punggung,
mialgia, mual muntah, poliartritis, bintik merah (rash) dan konjungtivitis.
Pada fase subakut dan kronis berupa pembengkakan tangan disertai
deskuamasi halus, hiperpigmentasi wajah, tenosinovitis pada tangan, mata,
kaki, higroma siku, bengkak dan kaku pada jari-jari tangan.7
b. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah rutin berupa leukopenia,
trombositopenia, peningkatan LED dan CRP, IgM chikungunya.7

6. Leptospirosis
a. Gejala klinis : Demam yang muncul mendadak, bersifat bifasik yaitu
demam remiten tinggi pada fase awal leptospiremia (berlangsung antara 3-
10 hari) kemudian demam turun dan muncul kembali pada fase imun.
Sakit kepala, mata merah atau fotofobia, mual muntah , nyeri abdomen dan
anoreksia.7

9
b. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah rutin berupa leukositosis
atau leukopenia, trombositopenia Urinalisis : proteinuria, leukosituria,
sedimen abdnomal.7

2.1.8 Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue


Penatalaksanaan demam berdarah dengue :7
1. Non-Farmakologi
a. Istirahat, makanan lunak, tingkatkan asupan cairan oral
b. Pantau tanda-tanda syok, terutama pada transisi fase febris
(hari 4-6).
i. Klinis : Tingkat kesadaran, nadi, tekanan darah
ii. Laboratorium: Hb, Ht, Trombosit, Leukosit
2. Farmakologi
a. Simtomatis : Antipiretik parasetamol bila demam
b. Tatalaksana terinci pada lampiran protokol tatalaksana DBD
i. Cairan intravena : Ringer Laktat atau ringer asetat 4-6 jam/kolf.
Evaluasi jumlah cairan, Kondisi klinis, perbaikan atau perburukan
hemokonsentrasi. Koloid atau plasma ekspander pada DBD
stadium III dan IV bila diperlukan.
ii. Transfusi trombosit dan komponen darah sesuai indikasi.
iii. Pertimbangan heparinisasi pada DBD stadium III dan IV dengan
koagulasi intravaskular diseminata (KID)

Protokol 1 : Penanganan Tersangka (Portable) DBD dewasa tanpa syok.

10
Protokol 2 : Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat.

Setelah cairan diberikan dilakukan pemeriksaan Hb, Ht tiap 24 jam :7


a. Bila Hb, Ht meningkat 10-20% dan trombosit <100.000 jumlah pemberian
cairan tetap seperti rumus diatas tapi pemantauan Hb, Ht, trombosit dilakukan
tiap 12 jam.
b. Bila Hb, Ht meningkat >20% dan trombosit <100.000 maka pemberian cairan
sesuai protokol penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht >20%.

Protokol 3 : Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht >20%

11
Protokol 4 : Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD dewasa

Demam Berdarah Dengue

Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD dewasa

Kasus DBD
Perdarahan spontan masif:
Epistaksis tidak terkendali, Gross Hematutia, Hematemesis,
dan atau Malena, Hematokezia, perdarahan otak.

Syok (-)

Hb, Ht, Leukosit, Trombosit,


Pemeriksaan Hemostasis (KID)
Golongan darah, uji cocok serasi

KID (+)
Tranfusi komponen darah: KID (-)
PRC (Hb <10g%) Tranfusi komponen Darah
FFP PRC (Hb <10g%)
TC (Trombosit <100.000) FFP
Heparinisasi 5000-10000/24 jam drip TC (Trombosit <100.000)
Pemantauan Hb, Ht, Trombosit, tiap 4-6 jam Pemantauan Hb, Ht, Trombosit tiap 4-6 jam
Ulang pemeriksaan hemostasis 24 jam kemudian Ulang pemeriksaan hemostasis 24 jam
Cek APTT tiap hari, target 1,5-2,5 kali kontrol kemudian

Protokol 5 : Tatalaksana Sindrom Syok Dengue pada Dewasa

12
2.1.9 Prognosis Demam Berdarah Dengue
Kematian oleh demam dengue hampir tidak ada, sebaliknya pada DHF/DSS
mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang,
dan Jakarta memperlihatkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya
lebih ringan dari pada anak-anak dan penelitian tahun 1993 dijumpai keadaan
penyakit yang terbukti bersama-sama muncul dengan DHF yaitu demam tifoid,
bronkopneumonia, anemia dan kehamilan.10

2.1.10 Pencegahahan Demam Berdarah Dengue


Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,
yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :11
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain
dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,

13
modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan
manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh :
a. Menguras bak mandi atau penampungan air sekurang-kurangnya sekali
seminggu.
b. Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan
jentik (ikan adu / ikan cupang).
3. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan :
a. Pengasapan atau fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion),
berguna untuk mengurangai kemungkinan penularan sampai batas waktu
tertentu.
b. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan
air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yaitu disebut dengan “3M Plus”, yaitu
menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus
seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, menyemprot dengan insektisida, menggunakan
repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala dan disesuaikan
dengan kondisi setempat.11

2.1.11 Komplikasi Demam Berdarah Dengue


Komplikasi demam berdarah dengue adalah renjatan (syok), ensefalopati
dengue, perdarahan saluran cerna, KID (Koagulasi intravascular diseminata).7

14
STATUS ORANG SAKIT RSUD TUAN RONDAHAIM

Nomor Rekam Medis : 28147


Dokter Penanggung Jawab Pasien : dr. Chairun Sp. PD

I. Anamnese Pribadi

Nama : Andi Purba


No.RM : 01.10.07.54
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 40 tahun
Tanggal lahir : 26/09/1979
Alamat : Kampung Baru
Pekerjaan : Petani
Agama : Kristen
Suku : Batak
Status pernikahan : Sudah Menikah

II. Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan Utama : Demam

Riwayat Perjalanan Penyakit : Demam dialami sejak 4 hari sebelum masuk rumah
sakit. Demam tinggi muncul tiba-tiba bersifat naik
turun. Demam mulai meningkat pada sore dan dini hari,
namun tidak pernah turun hingga suhu normal. Demam
disertai adanya menggigil, nyeri otot, nyeri kepala,
nyeri ulu hati, mual dan muntah. Mual terjadi setiap kali
mau makan sehingga nafsu makan pasien menjadi
menurun. Muntah dialami pasien 2 kali dalam sehari,
muntah berisi makanan apa yang dimakan. Pasien
mengaku gusinya berdarah sejak 1 hari yang lalu

15
sewaktu menyikat gigi. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.

Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada

Riwayat Pemakaian Obat : Tidak ada

III. Anamnese Umum


Umum
Demam : (+) Demam meningkat pada sore dan dini hari
Menggigil : (+)
Nyeri otot : (+)
Nyeri kepala : (+)
Gusi berdarah : (+) Riwayat gusi berdarah
Nyeri ulu hati : (+)
Mual : (+) Mual setiap kali mau makan
Muntah : (+) Muntah dialami pasien 2 kali dalam sehari,
muntah berisi makanan yang dimakan

Kulit
Tidak ada keluhan

Kepala dan Leher


Kepala : Nyeri kepala (+)
Leher : Tidak ada keluhan

Mata
Tidak ada keluhan

Telinga
Tidak ada keluhan

Hidung
Tidak ada keluhan

Mulut dan Tenggorokan


Mual : (+) Mual setiap kali mau makan
Muntah : (+) Muntah 2 kali dalam sehari, muntah berupa makanan yang
dimakan

Pernafasan
Tidak ada keluhan

16
Payudara
Tidak ada keluhan

Muskuloskeletal
Nyeri otot : (+)

Sistem saraf
Tidak ada keluhan

Emosi, Status Psikologis


Stabil dan kooperatif

IV. Pemeriksaan Fisik Diagnostik


STATUS PRESENS
Keadaan Umum Keadaan Penyakit
Sensorium : Compos Mentis Anemia : (-)
Tekanan darah : 120/70 mmHg Ikterik : (-)
Nadi : 80 x/menit Sianosis : (-)
Pernafasan : 22 x/menit Dipsnoe : (-)
Temperatur : 39,5⁰C Dehidrasi : (-)
Sikap Paksa : (-)
Refleks Fisiologis : (+)
Refleks Patologis : (-

PEMERIKSAAN FISIK
Kulit
Jaundice : (-)
Sianosis : (-)
Pucat : (-)

Kepala dan Leher


Kepala : Normocephali
Leher : Pembesaran KGB (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Trakea letak medial

Telinga
Bentuk : Dalam batas normal
Serumen : (+/+)
Perdarahan : (-/-)

17
Hidung
Bentuk : Dalam batas normal
Sekret : (-)
Perdarahan : (-)

Rongga Mulut dan Tenggorokkan


Bibir : Sianosis (-)
Kering (-)
Pucat (-)
Lidah : Beslag (-)
Tremor (-)
Tonsil : Hiperemis (-)
Ukuran T0/T0

Mata
Konjungtiva anemis : (-/-)
Sklera ikterik : (-/-)
Eksoftalmus : (-/-)
Pupil : Pupil isokor, Refleks pupil (+/+)

Thorax
Pulmo
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor diseluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara Pernapasan : Vesikuler (+/+)
Suara Tambahan : (-/-)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Batas atas jantung : ICS II linea parasternalis
Batas kanan jantung : ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung : ICS V-VI linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 regular

Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel
18
Nyeri tekan (+) pada regio epigastrium,
Hepar/lien/ren tidak teraba
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik (+) Normal

Ekstremitas
Akral hangat : (+)
Edema : (-/-)
Tourniquet test : (+)

Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan

Rektum
Tidak dilakukan pemeriksaan

Neurologi
Tidak dilakukan pemeriksaan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin
Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 13,6 L: 13-18 P:12-18
Leukosit 6.100 4.000 - 11.000
Trombosit 97.000 150.000 - 450.000
Hematokrit 43.6 % L: 39.0 - 54.0 P:36-47
MCV 85.9 fL 81-99
MCH 28.4 Pg 27.0 - 31.0
MCHC 36,7 g/dL 31,0-37,0

19
MPV 8,0 8,1-12,4
RDW 11.7 % 11.6 – 14,4

Diagnosa Banding
1. Demam Berdarah Dengue
2. Demam Thypoid
3. Malaria

Diagnosa Kerja
Demam Berdarah Dengue (DHF)

Terapi
IVFD RL corr 1 fls selanjutnya 30 gtt/i
Inj. Omeprzole 1 amp/12 jam
Inj. Ondansentron 1 amp/8 jam
Inj. Norages 1 amp/24 jam
Paracetamol tab 3x500 mg

Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

20
V. Follow Up
16/03/2020
S Demam (+), Menggigil (+), Nyeri otot (+), Nyeri Kepala (+), Nyeri ulu
hati (+), Mual (+), Muntah (+)

O Sens : Compos mentis


TD : 100/70mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 38,50C
A Demam Berdarah Dengue (DHF)

P IVFD RL 30 gtt/I
Inj. Omeprazole 1 amp/12 jam
Inj. Ondansentron 1 amp/8 jam
Inj. Norages 1 amp/8 jam jika suhu > 38,5
Paracetamol tab 3x500 mg

17/03/2020
S Demam (+), Menggigil (+), Nyeri ulu hati (+), Mual (+)

O Sens : Compos mentis


TD : 100/70mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 37,90C
A Demam Berdarah Dengue (DHF)

P IVFD RL 20 gtt/I
Inj. Omeprazole 1 amp/12 jam
Inj. Ondansentron 1 amp/8 jam
Inj. Norages 1 amp/8 jam jika suhu > 38,5
Paracetamol tab 3x500

21
17/01/2020
S Demam (+), Mual (+)

O Sens : Compos mentis


TD : 110/70mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 37,70C
A Demam Berdarah Dengue (DHF)

P IVFD RL 20 gtt/I
Inj. Omeprazole 1 amp/8 jam
Inj. Ondansentron 1 amp/8 jam
Inj. Norages 1 amp/8 jam jika suhu > 38,5
Paracetamol tab 3x500 mg
Omeprazole tab 2x20 mg

18/01/2020
S Demam (-), Menggigil (-), Nyeri otot (-), Nyeri Kepala (-), Nyeri ulu
hati (-), Mual (-), Muntah (-)

O Sens : CM
TD : 120/80mmHg
Nadi : 84x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 370C
A Demam Berdarah Dengue (DHF)

P IVFD RL 20 gtt/I
Inj. Omeprazole 1 amp/12 jam
Inj. Ondansentron 1 amp/8 jam
Paracetamol tab 3x500 mg
PBJ hari ini

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Demam dengue (DF) dan Demam berdarah dengue atau DBD (Dengue Haemorrhagic
Fever atau DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Penatalaksanaan Demam
berdarah dengue berdasarkan protokol 1 sampai protokol 5

23

Anda mungkin juga menyukai