Ê
Salah satu penyakit yang umum kita jumpai terutama pada saat musim
penghujan tiba adalah demam Dengue (DF) dan Demam berdarah Dengue (DHF)
atau bahkan Syndrom syok Dengue (DSS). Penyakit ini disebabkan oleh virus
Dengue melalui vektor atau pembawa yaitu nyamuk Aedes betina, misalnya Aedes
albopictus dan Aedes aegypti. Namun paling sering disebabkan oleh nyamuk Ae.
aegypti.
Penyakit DBD pertama kali dikenal di Filiphina pada 1953. Gejala klinis
yang muncul diketahui akibat infeksi virus DEN-2 dan DEN-4, yang berhasil
diisolasi di Filiphina pada tahun 1956. Selang tiga dekade berikutnya, data WHO
Indonesia merupakan negara yang pada musim hujan, hampir tidak ada
daerah yang terbebas dari serangan penyakit ini. Penyakit ini pertama kali dicurigai
di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi pasti melalui isolasi virus baru dapat
dilakukan pada tahun 1970. pada tahun 1980, seluruh propinsi di Indonesia
dinyatakan telah terjangkit penyakit DBD. Angka kematian yang ditimbulkan oleh
penyakit DBD sejak 1968 mencapai 41,3% dari jumlah keseluruhan penderita. Sejak
c
tahun 1991 angka kematian ini stabil di bawah 3%. Menurut data Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, pada awal 2007 jumlah penderita DBD telah
mencapai 16.803 orang dan 267 orang diantaranya meninggal dunia. Jumlah orang
yang meninggal tersebut jauh lebih banyak dibandingkan kasus kematian manusia
pengetahuan masyarakat tentang bahaya DBD. Selain itu, faktor gizi yang minim
virus Dengue. DBD semakin tersebar luas seiring dengan pengaruh transportasi dan
kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Hal ini turut mempermudah penyebaran
Obat maupun vaksin untuk pengobatan DBD sampai saat ini belum
lingkungan (Blondine, Retno, 2005). Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas
I.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang penyakit
yang diseabkan oleh virus Dengue di lingkungan sekitar dan upaya pemberantasan.
^
Ê Ê
Dengue.Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus, terdiri
dari 4 serotipe yaitu Den-1, 2, 3 dan 4. Struktur antigen ke-4 serotipe ini sangat mirip
satu dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing-masing serotipe tidak dapat
mengatakan bahwa variasi genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak hanya
menyangkut antar serotipe, tetapi juga didalam serotipe itu sendiri tergantung waktu
serotipe dapat mencapai 2,6-11,0 % pada tingkat nukleotida dan 1,3-7,7 % untuk
tingkat protein. Perbedaan urutan nukleotida ini ternyata menyebabkan variasi dalam
Gambar : Virus Dengue
penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 atau DEN-4
(baca: virus denggi tipe 1-4) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue dari penderita DBD lainnya
(Ginanjar, 2008).
sepanjang hidup terhadap infeksi ulang oleh serotipe yang sama, tetapi hanya
menjadi perlindungan sementara atau parsial terhadap serotipe yang lain (WHO,
2002)
protein struktural dan non-struktural. Protein struktural yang terdiri dari protein
envelope (E), protein pre-membran (prM) dan protein core (C) merupakan 25% dari
u
total protein, sedangkan protein non-struktural merupakan bagian yang terbesar
(75%) terdiri dari NS-1 sampai NS-5. Dalam merangsang pembentukan antibodi
diikuti protein prM dan C. Sedangkan pada protein non-struktural yang paling
manusia (makhluk vertebrata) yang pada saat itu sedang mengandung virus Dengue
di dalam darahnya (viraemia). Virus yang sampai ke dalam lambung nyamuk akan
akhirnya akan sampai di kelenjar ludah. Virus yang berada di lokasi ini setiap saat
siap untuk dimasukkan ke dalam kulit tubuh manusia melalui gigitan nyamuk, yang
kemudian dapat menembus kulit. Setelah itu disusul oleh periode tenang selama
kurang lebih 4 hari, dimana virus melakukan replikasi secara cepat dalam tubuh
ë
manusia. Apabila jumlah virus sudah cukup maka virus akan memasuki sirkulasi
darah (viraemia), dan pada saat ini manusia yang terinfeksi akan mengalami gejala
panas. Dengan adanya virus dengue dalam tubuh manusia, maka tubuh akan
memberi reaksi. Bentuk reaksi tubuh terhadap virus ini antara manusia yang satu
dengan manusia yang lain dapat berbeda, dimana perbedaan reaksi ini akan
(Darmowandowo, 2004)
(1) (2)
1.Virus yang ada dalam saliva nyamuk ditransmisikan ke manusia melalui gigitan
5.yamuk yang menggigit berikutnya mencerna virus yang ada dalam darah
6.Virus bereplikasi da dalam usus nyamuk dan orgtan lain dan menginfeksi
kelenjar saliva
[
! ! ! !Ê
Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi. Spektrum
variasinya begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang tidak spesifik,
Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, hingga yang paling berat yaitu Dengue
Shock Syndrome (DSS). Diagnosis Demam Dengue dan demam Berdarah Dengue
ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997, terdiri dari
Demam yang terjadi pada infeksi virus dengue ini timbulnya mendadak,
tinggi (dapat mencapai 39-40 derajat celcius) dan dapat disertai dengan
menggigil.. Demam ini hanya berlangsung untuk 5-7 hari. Pada saat
demamnya berakhir, sering kali dalam bentuk turun mendadak (lysis), dan
normal kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat penderita sembuh
Ê"#
selama 1-7 hari. Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara
tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan
D
arthralgia) dan ruam, ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah
terang, petekial dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah badan pada
Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut,
menjadi 4 derajat :
Derajat I:
Derajat II :
Derajat III:
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
Derajat IV :
Ô
Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah
tidak terukur.
$%Ê & ' ! !
! !Ê
Y
Obat maupun vaksin untuk penyakit ini belum ditemukan, sehingga
klinis yang ditimbulkan dari penyakit (simtomatis) saja dan yang bersifat suportif
yaitu dengan cara mengganti kehilangan cairan tubuh. Selain itu pengobatan
alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok,
namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji
1. Pemberian cairan per oral mencegah haus dan dehidrasi akibat demam
2. Pemberian jus buah untuk mengganti larutan elektrolit yang hilang
4. Terapi sedatif untuk merestrai agitasi akibat adanya gagal hepatik
Y
DBD. Hal ini dipicu oleh realita di mana obat maupun vaksin untuk pengobatan
DBD sampai saat ini belum ditemukan ini. Beberapa usaha yang berhubungan
dengan pengembangan obat telah dan tengah dilakukan. Crance et al (2003) dalam
c
tama (2005) mengatakan bahwa dalam satu penelitian dikatakan bahwa interferon,
termasuk virus dengue secara in vitro, tetapi belum dibuktikan secara in vivo. Begitu
juga dengan usaha pengembangan antivirus melalui penemuan inhibitor enzim yang
polimerase, dan lain-lain. Semua percobaan baru pada tahap pengujian aktivitas
secara in vitro, yang masih jauh dari pengembangan menjadi obat yang bisa
virus dengue ini. Virus dengue terdiri dari 4 serotipe (DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4), sehingga vaksin yang dikembangkan harus mengandung antigen dari ke-4
jenis serotipe ini. Artinya, agar bisa memproteksi tubuh dari serangan virus dengue,
vaksin yang dipakai harus bisa menginduksi antibodi terhadap ke-4 jenis serotipe ini
Kesulitan yang kedua adalah infeksi virus Dengue ini tidak mengiduksi
antibody yang biasa menahan tubuh dari seragan. Pada kebanyakan virus, infeksi
virus berikutnya. Tapi hal ini berbeda dengan virus Dengue. Infeksi pertama
cc
berikutnya menimbulkan gejala yang lebih berat dan fatal. Jika pada serangan
kemungkinan ini. Artinya, kita harus menemukan kondisi yang optimal agar
pemberian vaksin tidak membuat tubuh lebih sensitive terhadap serangan virus
Dengue. Diantara kondisi yang harus dipertimbangkan bias berupa jumlah dosis,
beberapa institusi tanpa putus asa tetap melakukan usaha pengembangan vaksin
Dengue ini, diantaranya adalah Pusat Peyakit Infeksi FK nair Surabaya, Mahidol
niversity Bangkok dan Walter Reed Army Institute Amerika Serikat. Namun,
c^
a)
Pengiriman air yang dapat diminum untuk rumah tangga tidak cukup
secara rutin dilihat karena meskipun penutup didesain paling baik, layar dapat
robek atau rusak pada penggunaan jangka panjang serta selalu mengganti air
c
paya pengendalian vektor harus mendorong penganganan sampah
dan botol karena hal tersebut dapat menyimpan air hujan sehingga
bentuk lain dari sampah padat yang sangat penting untuk pengendalian Aedes
misalnya ban bekas dan wadah yang yang disimpan diluar harus tertutup atau
posisinya dibaik.
Menguras dan Mengubur barang bekas yang bisa menampung air bersih, bak
cu
(
)"*
("Ê++*Ê
(
Salah satu kegiatan pokok dalam program pemberantasan DBD adalah upaya
toksisitas yang tinggi pada larva nyamuk tapi sangat rendah terhadap manusia.
Bubuk ABATE biasanya dijual dalam bentuk sand granuler yang dilapisi dengan 1%
larutan insektisida yang toksik terhadap larva nyamuk, tidak toksik terhadap manusia
cë
Biasanya untuk bak air yang besar dan susah dikuras, penggunaan bubuk
ABATE diberikan satu persen SG (sand granule) dengan takaran satu gram per 10
liter air. Dalam aplikasinya, untuk air 50 liter ke bawah diberikan 1/2 sendok makan
ABATE, sedangkan untuk 50 hingga 100 liter air diberikan satu sendok makan.
Apabila air tersebut digunakan sebagai keperluan air minum, hendaknya dibiarkan
Abatisasi diulang setiap 2-3 bulan dan keampuhan bubuk ABATE bisa efektif
sampai dua bulan dalam bak yang tidak dikuras. Abatesasi perlu dilakukan hanya
pada tempat-tempat air tergenang, seperti bak mandi, jambangan bunga, dan selokan
kecil yang airnya tergenang. Yang perlu diketahui pula, bubuk ABATE tidak cocok
digunakan untuk sumur. Bubuk ABATE hanya efektif digunakan untuk wadah-
wadah air yang lebih kecil volumenya, seperti bak mandi dan tempat penampungan
air lainnya. Bubuk ABATE juga baik untuk ditaburkan pada tempat-tempat air yang
sulit dikuras atau dibersihkan. Pengertian bahwa bubuk abate dapat membunuh virus
penyakit demam berdarah adalah salah. Bubuk ABATE hanya membunuh jentik
c
nyamuk, bukan virus penyebab penyakit demam berdarah. Tindakan abatesasi yang
perkembangbiakan nyamuk tersebut. saha ini hanya dapat mencapai tujuan bila
dilakukan secara serempak oleh warga dari suatu wilayah atau beberapa wilayah
yang luas. Oleh sebab itu sangat baik jika dilakukan secara terkoordinasi dalam suatu
Bubuk ABATE tidak terlalu beracun terhadap binatang seperti burung, ikan
atau binatang ternak lainnya, tetapi sangat toksik terhadap jentik. Larvasida golongan
menembus kulit larva sehingga akan terjadi gangguan mekanis transmisi impuls saraf
pada larva tersebut. Seperti terjadi impulsive, maka akan dibebaskan acetyl cholyne
saraf, maka acetyl cholyne terhidrolisa menjadi asam asetat dan cholyne, sehingga
respon dari otot dan kelenjar terhenti akhirnya jentik akan mati. Temephos/abate
c[
H H H H
H3CO S C C C C S OCH3
P O C C S C C O P
H3CO C C C C OCH3
H H H H
Saat ini, telah dikenal organisme yang digunakan sebagai pemangsa larva
ikan kepala timah dan ikan cupang. Penemuan terbaru larvasida biologis jatuh pada
berbentuk batang, aerobik dan membentuk spora. Banyak strain dari bakteri ini yang
menghasilkan protein yang beracun bagi serangga. Sejak diketahuinya potensi dari
telah teridentifikasi. Sampai saat ini telah teridentifikasi protein kristal yang beracun
terhadap larva dari berbagai ordo serangga seperti Diptera (contoh nyamuk).
Kebanyakan dari protein kristal tersebut lebih ramah lingkungan karena mempunyai
cD
target yang spesifik sehingga tidak mematikan serangga bukan sasaran dan mudah
,Ê
*1+.---(
pathogen pada serangga. Êacillus thuringiensis strain israilensis adalah bakteri yang
mempunyai sel vegetatif berbentuk batang dengan ukuran panjan 3-5 mm dan lebar
1,0-1,2 mm, mempunyai flagella dan membentuk spora. Sel-sel vegetatif dapat
membentuk suatu rantai yang terdiri dari lima sampai enam sel. Sifat-sifat bakteri ini
adalah gram positif, aerob tetapi umumnya anaerob fakultatif, dapat tumbuh pada
media buatan dan suhu untuk pertumbuhan berkisar antara cë u ( Trizelia,
2001).
1911 sebagai patogen terhadap ngengat tepung dari provinsi Thuringia, Jerman. Kini
telah dikomersilkan dengan berbagai macam nama dagang dan formulasi yang
Laboratories, ASA). Produk tersebut merupakan salah satu contoh larvasida biologis
cÔ
berisi kristal delta endotoksin dan spora Êacillus thuringiensis strain israilensis (H-
14) yang dapat menyebabkan paralisis usus dan mengakibatkan kematian jentik
nyamuk dalam waktu 2-12 jam. Kristal protein toksik (delta endotoksin) ini
merupakan racun perut bagi serangga sasaran, namun toksin ini tidak menyebabkan
Canyon, Deon (2001) membuat suatu model dari B.t.i. berupa endotoksin. Ê.
thuringensis menghasilkan suatu protein kristal selama proses sporulasi. Ketika itu
protein tersebut dicernakan oleh suatu larva serangga, kemudian solubilisasi (larut) di
dalam sel-sel usus tengah (midgut) pada saluran pencernaan dari larva dan
melepaskan protein yang disebut dengan d-endotoxins. Protein ini diubah menjadi
senyawa protein yang lebih kecil dan larut dalam kondisi alkali dalam usus larva dan
usus terdifusi dan masuk ke dalam haemolimfa dan akan menyebabkan paralysis,
akhirnya jaringan tidak berfungsi dalam 24 jam dan mengakibatkan kematian pada
serangga.
^
Kristal protein yang termakan oleh larva akan larut dalam lingkungan basa
pada usus larva, kemudian protein tersebut akan teraktifkan oleh enzim pencerna
protein larva. Protein yang teraktifkan akan menempel pada protein receptor yang
terbentuknya pori atau lubang pada sel sehingga sel mengalami lysis. Pada akhirnya
1(
"78+73*
""9(
^c
Catatan penting yang harus diketahui adalah pengasapan hanya membasmi
nyamuk dewasa saja, efeknya hanya bertahan 2 hari dan insektisida yang digunakan
harus diganti secara periodik untuk menghindari resistensi nyamuk Aedes (Ginanjar,
2008).
^^
Ê Ê
!
1. Demam Dengue dan Deman Berdarah Dengue di sebabkan oleh infeksi
2. paya terapi dan pengobatan Df dan DBD saat ini hanya bersifat suportif
gejala kinis yang ditimbulkan) karena belum ditemukan obat yang spesifik
3. paya pencegahan penularan penyakit DF dan DBD adalah dengan cara
4. Penggunaan larvasida yaitu secara kimia (abatisasi) dan biolog (Êacillus
^
8& &
Anonim, 1999. )+
#'
6!1+
'+
+
Ê1
#, WHO.
Anonim, 2005, "+ ++ 3
+. Departeman
Kesehatan RI, Jakarta.
Blondine, Retno A. Y., 2005. &# :1
)
2 +: 1
+1 " Mesocyclops
asperacornis "
+ Ê++1 '+
+
+: Aedes aegypti
);
<, Jurnal Kedokteran Yarsi (13).
(http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=120800&
kat_id=105&kat_id1=150&kat_id2=204, diakses 8 April 2006).
^u
^ë