PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
terutama disebabkan karena keadaan kesehatan lingkungan yang kurang atau tidak
memenuhi syarat disamping factor perilaku hidup sehat yang belum memasyarakat.
yang konduktif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan bebas polusi,
indicator dari baik buruknya kondisi lingkungan, sebagai contoh yaitu: leptospirosis.
Untuk itu, makalah ini akan mebahas lebih jauh mengenai leptospirosis
3. Bagaimanakah tanda dan gejala pada individu yang terkena penyakit Leptospirosis?
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala pada individu yang terkena penyakit
Leptospirosis
4. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit Leptospirosis
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFENISI
hewan. Nama lain dari penyakit ini adalah swineherd’s, demam pesawah (rice-field
fever), demam lumpur, jaundis berdarah, penyakit stuttgant, atau demam canicola.
Ada juga yang menyebut demam Icterohemorrhage sehingga biasa juga disebut
2.ETIOLOGI
terdapat di Indonesia. Bentuk spiral dengan pilinan yang rapat dan ujung-ujungnya
yang bengkok, seperti kait dari bakteri Leptospria menyebabkan gerakan leptospira
sangat aktif, baik gerakan berputar sepanjang sumbunya, maju mundur, maupun
Leptospira menyukai tinggal dipermukaan air dalam waktu lama dan siap
sering pula disebut sebagai penyakit yang timbul dari air (water born deseasei).
(filament) yang ujungnya seperti kait, berukura panjang 6-20 mikrometer dan
Leptospira peka terhadap asam dan dapat hidup di dalam air tawar selama
kurang lebih satu bulan, tetapi dalam air laut, air selokan dan air kemih yang tidak
Leptospirosis ialah tikus, babi, sapi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing,
leptospirosis karena bertindak sebagia inang alami dan memiliki daya reproduksi
tinggi. beberapa hewan lain yang juga merupakan sumber penularan leptospira
Leptospirosis ditemukan antara lain di propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY,
Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Sumtera Barat, Sumatera Utara, Bali,
NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat
maka gejala dan tanda klinik dapat berat, agak berat atau ringan saja. penderita
gejala klinis dari Leptospirosis pada manusia bisa dibedakan menjadi tiga stadium,
yaitu:
3.1.Stadium pertama
3.1.5 Rasa nyeri pada otot terutama otot betis dan punggung. Gejala-gejala tersebut akan
3.2.1 Pada stadium ini biasanya telah terbentuk antibodi di dalam tubuh penderita
3.2.2 Gejala-gejala yang tampak pada stadium ini lebih bervariasi dibanding pada stadium
3.2.3 Apabila demam dan gejala-gejala lain timbul lagi, besar kemungkinan akan terjadi
meningitis
3.2.4 Biasanya stadium ini terjadi antara minggu kedua dan keempat Stadium ketiga
3.3.Stadium Ketiga
Menurut beberapa klinikus, penyakit ini juga dapat menunjukkan gejala klinis
3.3.3. Pada hati, jaundice (kekuningan) yang terjadi pada hari keempat dan keenam
3.3.4. Pada jantung, aritmia, dilatasi jantung dan kegagalan jantung yangd apat
3.3.5. Pada paru-paru, hemorhagic pneumonitis dengan batuk darah, nyeri dada,
3.3.6. Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah (vascular damage) dari
3.3.7. Infeksi pada kehamilan menyebabkan abortus, lahir mati, premature dan kecacatan
pada bayi.
Sedangkan pada hewan ternak ruminansia dan babi yang hamil, gejala
abortus, pedet lahir mati atau lemah sering muncul pada kasus leptospirosis . Pada
sapi,muncul demam dan penurunan produksi susu sedangkan pada babi, sering
abortus. Sedangkan pada anjing, infeksi leptospirosis sering bersifat subklinik; gejala
Gejala klinis leptospirosis pada sapi dapat bervariasi mulai dari yang ringan,
infeksi yang tidak tampak, sampai infeksi akut yang dapat mengakibatkan kematian .
4. PATOFISIOLOGI
lendir vagina atau lecet-lecet kulit dengan urin atau cemaran oleh keluaran
oleh bakteri tersebut. Apabila hewan korban terinfeksi bakteri Leptospira ini, maka
4.2. Patogenesis
luka-luka lecet maupun melalui kulit menjadi lebih lunak karena terkena air.
Kemudian, kuman akan dibawa ke berbagai bagian tubuh dan memperbanyak diri
terutama di dalam hati, ginjal, kelenjar mamae dan selaput otak. Kuman tersebut
dapat ditemukan di dalam atau di luar sel-sel jaringan yang terkena. Pada beberapa
156fase leptospiremia, yang biasanya terjadi pada minggu pertama setelah infeksi.
hidup dengan baik didalam tubulus kontortus ginjal. Kemungkinan kuman tersebut
akan dibebaskan melalui air kemih untuk jangka waktu yang lama. Kematian terjadi
penyebab infeksi.
5.EPIDEMIOLOGI
5.1.1 Umur
Penyakit leptospirosis jarang terjadi pada bayi dan anak remaja karena
kenyataannya mereka paling sedikit terpapar. Penyakit ini lebih sering ditemukan
pada usia dewasa diakibatkan pekerjaannya yang lebih banyak terpapar oleh hewan
Laki-laki memiliki resiko yang lebih besar untuk terinfeksi leptospirosis. Hal ini
diakibatkan karena laki-laki memiliki pekerjaan yang lebih terpapar oleh hewan yang
terinfeksi dan lingkungan yang terkontaminasi. Sebagian besar kasus terjadi pada
laki-laki usia pertengahan, mungkin usia ini adalah faktor resiko tinggi tertular
penyakit ini. Laki-laki memiliki risiko terkena leptospirosis sebesar 3,59 kali
dibandingkan perempuan.
5.1.3 Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian, petani dan peternak lebih memiliki resiko yang
besar untuk terpapar penyakit ini. Ini disebabkan penderita leptospirosis waktu
menggunakan sumber air bersih untuk pertanian telah tercemar dengan bakteri
leptospirosis atau perilaku kebiasaan membersihkan kaki, tangan, dan tubuh lainnya
tidak menggunakan sabun setelah kontak dengan air yang tergenang dan telah
karena sering menyerang petani, pekerja pembersih selokan, pemburu bebek liar,
para dokter hewan, pekerjaan rumah potong, pekerja perkebunan, dan para
untuk perkembangan leptospira adalah udara yang hangat, tanah yang basah dan
pH alkalis. Keadaan yang demikian dapat dijumpai di Negara tropik sepanjang
tahun. Di negara beriklim tropik, kejadian leptospirosis lebih banyak 1000 kali
dibandingkan dengan negara subtropik dengan risiko penyakit lebih berat. Angka
Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Menurut teori Faisal, bakteri
leptospira mampu bertahan hidup lama pada air tergenang seperti di kolam renang,
di lubuk sungai dan di tanah lembab, tanah rawa dan lumpur di pertambangan dan
pertanian/perkebunan.
Pada musim penghujan, peluang terjadinya banjir akan lebih besar sehingga
frekuensi penyakit leptospirosis tidak sulit untuk ditemukan. Hujan deras akan
membantu penyebaran peyakit ini. Karena kondisi lingkungan yang banjir akan
leptospira untuk bergerak dengan cepat dalam air menjadi salah satu factor penentu
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian lama surutnya banjir juga memberikan
peluang pada bakteri leptospira untuk menginfeksi manusia. Hal ini sesuai pendapat
leptospirosis meningkat setelah banjir terlebih lama surutnya air sampai 3 hari atau
lebih. Pada pasca banjir perlu diwaspadai terutama sehabis membersihkan sisa-sisa
banjir atau mencebur air genangan tanpa alas kaki, air genangan tersebut telah
tercemar air kencing binatang terutama tikus yang mengandung bakteri leptospira
6. PENANGANAN
6.1. PENGOBATAN
berikut :
• Pemberian suntikan Benzyl (crystal) Penisilin akan efektif jika secara dini pada hari
ke 4-5 sejak mulai sakit atau sebelum terjadi jaundice dengan dosis 6-8 megaunit
• Selain cara diatas, kombinasi crystalline dan procaine penicillin dengan jumlah yang
sama dapat diberikan setiap hari dengan dosis 4-5 megaunit secara i.m, separuh
dosis dapat Diberikan selama 5-6 hari. Procaine penicillin 1,5 megaunit i.m, dapat
• Penderita yang alergi terhadap penicilline dapat diberikan antibiotik lain yaitu
gagal ginjal. Tetracycline dapat diberikan secepatnya dengan dosis 250 mg setiap 8
jam i.m atau i.v selama 24 jam, kemudian 250-500 mg setiap 6 jam secara oral
selama 6 hari. Erythromycine diberikan dengan dosis 250 mg setiap 6 jam selama 5
hari.
dapat menghilangkan keadaan sebagai pembawa penyakit pada ternak babi 94%.
6.2.PENCEGAHAN LEPTOSPIROSIS
• Pendidikan kesehatan mengenai bahaya serta cara menular penyakit, berperan
• Usaha-usaha lain yang dapat dianjurkan antara lain mencuci kaki, tangan serta
• Pembersihan tempat-tempat air dan kolam-kolam renang sangat membantu dalam
• Melindungi pekerja-pekerja yang dalam pekerjaannya mempunyai resiko yang tinggi
• Vaksinasi terhadap hewan-hewan peliharaan dan hewan ternak dengan vaskin strain
lokal
• Pengamatan terhadap hewan rodent yang ada disekitar penduduk, terutama di desa
Leptospirosis
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Leptospira yang patogen . Penyakit ini merupakan zoonosis, tersebar luas di seluruh
Gejala klinis penyakit ini sangat bervariasi dari ringan hingga berat bahkan dapat
merupakan uji standar untuk konfirmasi diagnosis, menentukan prevalensi dan studi
Indonesia untuk memperoleh vaksin multivalen yang efektif karena Leptospira terdiri
SARAN
memutus siklus penularan melalui pengobatan dan vaksinasi bagi ternak atau
aktivitas terintegrasi antara dokter hewan dan dokter, dan peningkatan pengetahuan
serta pemahaman masyarakat tentang bahaya leptospirosis . Penggunaan vaksin
DAFTAR PUSTAKA
id.wikipedia.org/wiki/Leptospirosis
http://indonesiaindonesia.com/f/13740-penyakit-leptospirosis-manusia/
Leptospirosis.dari http://eprints.undip.ac.id/6320/1/Agus_Priyanto.pdf.