OLEH:
NAMA : YULIA MEISYAFIRA WALA
NIM : 751335121024
KELAS :4A
6. Penularan Leptospirosis
Transmisi bakteri leptospira ke manusia dapat terjadi karena ada kontak
dengan air atau tanah yang tercemar urin hewan yang mengandung leptospira.
Selain itu penularan bisa juga terjadi karena manusia mengkonsumsi makanan
atau minuman yang terkontaminasi dengan bakteri leptospira.6
8. Patogenesis Leptospirosis
Transmisi infeksi leptospira ke manusia dapat melalui berbagai cara,
yang tersering adalah melalui kontak dengan air atau tanah yang tercemar
bakteri leptospira. Bakteri masuk ke tubuh manusia melalui kulit yang lecet atau
luka dan mukosa, bahkan dalam literatur disebutkan bahwa penularan penyakit
ini dapat melalui kontak dengan kulit sehat (intak) terutama bila kontak lama
dengan air. Selain melalui kulit atau mukosa, infeksi leptospira bisa juga masuk
melalui konjungtiva. Bakteri leptospira yang berhasil masuk ke dalam tubuh
tidak menimbulkan lesi pada tempat masuk bakteri. Hialuronidase dan atau
gerak yang menggangsir (burrowing motility) telah diajukan sebagai
mekanisme masuknya leptospira ke dalam tubuh. 4
Selanjutnya bakteri leptospira virulen akan mengalami multiplikasi di
darah dan jaringan. Sementara leptospira yang tidak virulen gagal
bermultiplikasi dan dimusnahkan oleh sistem kekebalan tubuh setelah 1 atau 2
hari infeksi. Leptospira virulen mempunyai kemampuan motilitas yang tinggi,
lesi primer adalah kerusakan dinding endotel pembuluh darah dan menimbulkan
vaskulitis serta merusak organ. Vaskulitis yang timbul dapat disertai dengan
kebocoran dan ekstravasasi sel.4
Patogenitas leptospira yang penting adalah perlekatannya pada
permukaan sel dan toksisitas selular. Lipopolysaccharide (LPS) pada bakteri
leptospira mempunyai aktivitas endotoksin yang berbeda dengan endotoksin
bakteri gram negatif, dan aktivitas lainnya yaitu stimulasi perlekatan netrofil
pada sel endotel dan trombosit, sehingga terjadi agregasi trombosit disertai
trombositopenia. Bakteri leptospira mempunyai fosfolipase yaitu suatu
hemolisis yang mengakibatkan lisisnya eritrosit dan membran sel lain yang
mengandung fosfolipid.4
Organ utama yang terinfeksi kuman leptospira adalah ginjal dan hati. Di
dalam ginjal bakteri leptospira bermigrasi ke interstisium tubulus ginjal dan
lumen tubulus. Pada leptospirosis berat, vaskulitis akan menghambat sirkulasi
mikro dan meningkatkan permeabilitas kapiler, sehingga menyebabkan
kebocoran cairan dan hipovolemia. Hipovolemia akibat dehidrasi dan
perubahan permeabilitas kapiler salah satu penyebab gagal ginjal. Pada gagal
ginjal tampak pembesaran ginjal disertai edema dan perdarahan subkapsular,
serta nekrosis tubulus renal. Sementara perubahan yang terjadi pada hati bisa
tidak tampak secara nyata. Secara mikroskopik tampak perubahan patologi
berupa nekrosis sentrolobuler disertai hipertrofi dan hiperplasia sel Kupffer.4
9. Pengobatan Leptospirosis
Leptospirosis yang ringan umumnya tidak memerlukan penanganan
khusus, bahkan bisa sembuh dengan sendirinya dalam 7 hari. Pada kondisi yang
berat, pengobatan ditujukan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi.
Berikut adalah beberapa metode pengobatan yang bisa dilakukan untuk
penderita leptospirosis yang bergejala berat:
a. Pemberian obat-obatan
Jika gejala sudah timbul, dokter akan memberikan obat-obatan
untuk meredakan gejala dan mengatasi infeksi bakteri. Beberapa obat yang
akan diberikan adalah:
Obat antibiotik, seperti penisilin, amoxicillin, ampicillin, doxycycline,
atau azithromycin
Obat penurun demam dan nyeri, seperti paracetamol atau ibuprofen
b. Perawatan di rumah sakit
Perawatan di rumah sakit dilakukan bila infeksi telah berkembang
makin parah dan menyerang organ (penyakit Weil). Pada kondisi ini,
antibiotik akan diberikan melalui infus.
Selain itu, dokter juga dapat melakukan beberapa penanganan
tambahan berikut:
Infus cairan, untuk mencegah dehidrasi pada pasien yang tidak bisa
minum banyak air
Pemberian vitamin K, untuk mencegah perdarahan
Pemasangan ventilator jika pasien mengalami gagal napas
Pemantauan terhadap kerja jantung
Transfusi darah jika terjadi perdarahan berat
Cuci darah, untuk membantu fungsi ginjal
10. Pencegahan
Pencegahan leptospirosis khususnya didaerah tropis sangat sulit.
Banyaknya hospes perantara dan jenis serotype sulit untuk dihapuskan. Bagi
mereka yang mempunyai risiko tinggi untuk tertular leptospirosis harus
diberikan perlindungan berupa pakaian khusus yang dapat melindunginya dari
kontak dengan bahan-bahan yang telah terkontaminasi dengan kemih binatang
reservoir. Pemberian doksisiklin 200 mg perminggu dikatakan bermanfaat
untuk mengurangi serangan leptospirosis bagi mereka yang memiliki risiko
tinggi dan terpapar dalam waktu singkat. Penelitian terhadap tentara Amerika
di hutan Punama selama 3 minggu, ternyata dapat mengurangi serangan
leptospirosis dari 4-2% menjadi 0,2% san efikasi pencegahan 95%. 11
Vaksinasi terhadap hewan-hewan tersangka reservoir sudah lama
direkomendasikan, tetapi vaksinasi terhadap manusia belum berhasil
dilakukan, masih memerlukan penelitian lebih lanjut. 11
Sementara itu, cara-cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat agar
terhindar dari penyakit ini, diantaranya:
Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.
Mencuci tangan, dengan sabun sebelum makan.
Mencuci tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah
bekerja di sawah/ kebun/ sampah/ tanah/ selokan dan tempat tempat yang
tercemar lainnya.
Melindungi pekerja yang beresiko tinggi terhadap Leptospirosis ( petugas
kebersihan, petani, petugas pemotong hewan dan lain lain ) dengan
menggunakan sepatu bot dan sarung tangan.
Menjaga kebersihan lingkungan.
Menyediakan dan menutup rapat tempat sampah.
Membersihkan tempat tempat air dan kolam kolam renang.
Menghindari adanya tikus didalam rumah atau gedung.
Menghindari pencemaran oleh tikus.
Melakukan desinfeksi terhadap tempat tempat tertentu yang tercemar oleh
tikus.
Meningkatkan penangkapan tikus.
C. KESIMPULAN
1. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Leptospirainterogans berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia
dan dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan.
2. Leptospirosis disebabkan oleh genus leptospira, famili treponemataceae, suatu
mikroorganisme spirochaeta. Ciri khas organisme ini yakni berbelit, tipis,
fleksibel, panjangnya 5-15 um, dengan spiral yang sangat halus, lebarnya 0,1-0,2
um.
3. Dikenal pertama kali sebagai penyakit occupational (penyakit yang diperoleh
akibat pekerjaan) pada beberapa pekerja pada tahun 1883. Pada tahun 1886 Weil
mengungkapkan manifestasi klinis yang terjadi pada 4 penderita yang
mengalami penyakit kuning yang berat, disertai demam, perdarahan dan
gangguan ginjal.
4. Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan tanah, air, atau lumpur yang
telah terkontaminasi oleh urine binatang yang telah terinfeksi leptospira. Infeksi
tersebut terjadi jika terdapat luka/erosi pada kulit ataupun selaput lendir. Air
tergenang atau mengalir lambat yang terkontaminasi urine binatang infeksius
ataupun dari gigitan binatang yang terinfeksi leptospirosis.
5. Organ-organ yang sering dikenai leptospira adalah ginjal, hati, otot dan
pembuluh darah. Kelainan spesifik pada organ : ginjal,hati,jantung,otot
rangka,mata,pembuluh darah,susunan saraf pusat.
6. Weil Disease adalah leptospirosis berat yang ditandai dengan ikterus, biasanya
disertai perdarahan, anemia, azotemia, gangguan kesadaran, demam tipe
kontinua, dan berkurangnya kemampuan darah untuk membeku sehingga terjadi
perdarahan.
7. Ditemukannya sedimen urin (leukosit, eritrosit, dan hyalin atau granular) dan
proteinuria ringan pada leptospirosis anikterik menjadi gagal ginjal dan azotemia
pada kasus yang berat. Jumlah sedimen eritrosit biasanya meningkat. Pada
leptospirosis anikterik, jumlah leukosit antara 3000-26000/μL, dengan
pergeseran ke kiri; pada Weil’s sindrome, sering ditandai oleh
leukositosis.Trombositopenia yang ringan terjadi pada 50% pasien dan
dihubungkan dengan gagal ginjal.
8. Pengobatan suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi
keadaan dehidrasi, hipotensi, perdarahan dan gagal ginjal sangat penting pada
leptospirosis,antibiotik, tindakan suportif diberikan sesuai dengan keparahan
penyakit dan komplikasi yang timbul. Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam
basa diatur sebagaimana pada penanggulangan gagal ginjal secara umum.
9. Bagi mereka yang mempunyai risiko tinggi untuk tertular leptospirosis harus
diberikan perlindungan berupa pakaian khusus yang dapat melindunginya dari
kontak dengan bahan-bahan yang telah terkontaminasi dengan kemih binatang
reservoir.
10. Pemberian doksisiklin 200 mg perminggu dikatakan bermanfaat untuk
mengurangi serangan leptospirosis bagi mereka yang memiliki risiko tinggi dan
terpapar dalam waktu singkat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bhatia, M., Umapathy, B., & Navaneeth, B. (2015). An evaluation of dark field
microscopy, culture and commercial serological kits in the diagnosis of
leptospirosis. Indian Journal of Medical Microbiology, 33(3), 416.
https://doi.org/10.4103/0255-0857.158570
2. Hochedez, P., Theodose, R., Olive, C., Bourhy, P., Hurtrel, G., Vignier, N., …
Cabié, A. (2015). Factors Associated with Severe Leptospirosis, Martinique,
2010–2013. Emerging Infectious Diseases, 21(12), 2221–2224.
https://doi.org/10.3201/eid2112.141099
3. Infect, I. J., Panaphut, T., Domrongkitchaiporn, S., & Thinkamrop, B. (2002).
Prognostic factors of death in leptospirosis: a prospective cohort study in Khon
Kaen, Thailand. International Journal of Infectious Diseases, 6(1), 52–59.
https://doi.org/10.1016/S1201- 9712(02)90137-2
4. Isselbacher, Braunwald, et all. 2002. Harrison : Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit
Dalam Volume 2. Jakarta. EGC.
5. Isselbacher, Braunwald, et all. 2002. Harrison : Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit
Dalam Volume 2. Jakarta. EGC.
6. Lucy, Andani. 2014. Infeksi Tropis : Leptospirosis.
http://eprints.undip.ac.id/44817/3/BAB_II.pdf , accessed on 19 November 2017
7. Shivakumar, S., & Krishnakumar, B. (2006). Diagnosis of Leptospirosis - Role
of MAT. Journal of Association of Physicians of India, 54(APR.), 338–339.
8. Soedarto. 2009. Penyakit Menular di Indonesia. Surabaya: Sagung Seto
9. Soedarto. 2012. Penyakit Zoonosis Manusia Ditularkan oleh Hewan. Surabaya:
Sagung Seto
10. Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna
Publishing
11. Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna
Publishing
12. Wahyuningsih, Dwinur. 2016. Leptospirosis.
http://eprints.ums.ac.id/41309/5/BAB%20I.pdf, accessed on 19 November 2017