Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi dan Parasitologi yang diampu
oleh Ibu MG Isworo Rukmi, Dra. M.Kes
Disusun oleh :
Yuniarti Nurjanah (P1337420622154)
Lutfi Alawiyah (P1337420622153)
B. Mikroorganisme Penyebab
1. Jenis
Leptospirosis disebabkan oleh organisme pathogen dari genus Leptospira yang
termasuk dalam ordo Spirochaeta dalam Famili Trepanometaceae. Bakteri ini
berbentuk spiral dengan pilinan yang rapat dan ujung-ujungnya berbentuk seperti
kait sehingga bakteri sangat aktif baik gerakan berputar sepanjang sumbunya,
maju-mundur, maupun melengkung, Ukuran bakteri ini 0,1 mm x 0,6 mm sampai
0,1 mm x 20 mm.
Bakteri Leptospira terdiri dari 2 kelompok atau kompleks, yaitu patogen (L-
interrogans) dan nonpatogen (L-biflexs). Kelompok patogen terdiri dari subgrup
yang masing-masing terbagi lagi menjadi berbagai serotype / serovar yang
jumlahnya sangat banyak. Saat ini, ada 240 serotype yang tergabung dalam 23
serogrup.
2. Sifat
Leptospira peka terhadap asam dan dapat hidup di dalam air tawar selama
kurang lebih satu bulan, tetapi dalam air laut, air selokan dan air kemih yang tidak
diencerkan akan cepat mati. Leptospira dapat disimpan di dalam freezer pada suhu
-70o C dan tahan sampai beberapa tahun tanpa berkurang virulensinyz, tetapi
leptospira dapat mengalami kematian hanya dalam waktu 2 hari pada suhu 32oC,
sedangkan pada suhu 60oC leptospira akan mati hanya dalam waktu 10 menit
(Rusmini, 2011). Hewan-hewan yang menjadi sumber penularan Leptospirosis
ialah tikus, babi, sapi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing, serangga, burung,
insektivora (landak, kelelawar, tupai), sedangkan rubah dapat menjadi karier
leptospira.
Leptospira dapat di warnai dengan pewarnaan karbolfuchsin. Namun bakteri
ini hanya dapat dilihat dengan mikroskop medan gelap. Bakteri ini bersifat aerob
obligat dengan pertumbuhan optimal pada suhu 280C-300C dan pH 7,2 – 8,0.
Leptospira peka terhadap asam dan dapat hidup di air tawar selama kurang lebih
satu bulan tetapi di air laut, air selokan dan air kemih yang tidak dilencerkan akan
cepat mati.
3. Morfologi
Bakteri ini berbentuk spiral dengan pilinan yang rapat dan ujung-ujungnya
berbentuk seperti kait sehingga bakteri sangat aktif baik gerakan berputar
sepanjang sumbunya, maju-mundur, maupun melengkung, Ukuran bakteri ini 0,1
mm x 0,6 mm sampai 0,1 mm x 20 mm.
Gambar 1.1
Bakteri Leptospirosis
4. Perkembangbiakan
Hampir semua spesies mamalia dapat menjadi tempat berkembangnya
Leptospira di dalam ginjalnya dan bertindak sebagai sumber infeksi untuk manusia
dan hewan lainnya. Biasanya yang menjadi reservoir untuk Leptospira adalah sapi,
kerbau, kuda, domba, kambing, babi, anjing dan hewan pengerat. Sejauh ini
tikus merupakan reservoir dan sekaligus penyebar utama leptospirosis karena
bertindak sebagia inang alami dan memiliki daya reproduksi tinggi. Beberapa
hewan lain yang juga merupakan sumber penularan leptospira memiliki potensi
penularan ke manusia tidak sebesar tikus.
Tikus merupakan binatang pertama kali dikenali sebagai reservoir
Leptospirosis, yang dapat menularkan Leptospira seumur hidup mereka tanpa
menunjukan manifestasi klinis, yaitu sebagai carrier berkepanjangan. Tidak semua
hewan yang terinfeksi dengan Leptospira menujukan gejala sakit. Beberapa hewan
menjadi host alami untuk serovar tertentu biasanya tidak menunjukan gejala sakit
atau relatif sakit ringan setelah terinfeksi dengan serovar itu. Namun, hewan
tersebut dapat mengalami sakit berat setelah terinfeksi dengan serovar lain.
D. Penularan
Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan air, atau tanah, lumpur yang
telah terkontaminasi oleh urine binatang yang telah terinfeksi leptospira. Infeksi
tersebut terjadi jika terjadi luka/erosi pada kulit ataupun selaput lender. Air tergenang
atau mengalir lambat yang terkontaminasi urine binatang infeksius memainkan
peranan dalam penularan penyakit ini, bahkan air yang deraspun dsapat berperan.
Kadang – kadang penyakit ini terjadi akibat gigitan binatang yang sebelumnya
terinfeksi leptospira, atau kontak dengan kultur leptospira di laboratorium. Ekspos
yang lama pada genangan air yang terkontaminasi terhadap kulit yang utuh juga dapat
menularkan leprospira. Orang – orang yang mempunyai resiko tinggi mendapat
pekerjaan penyakit ini adalah pekerja – pekerja di sawah, pertanian, perkebunan,
peternakan, pekerja tambang, pekerja di rumah potong hewan atau orang yang
mengadakan perkemahan di hutan, dokter hewan.
Faktor risiko tertular leptospirosis terdapat pada Tabel 1
Tabel 1. Risiko Penularan Leptospirosis.
E. Pencegahan Penyebaran
Menurut Suroso, 2008 pencegahan penularan dapat dilakukan melalui 3 jalur,
yaitu :
1. Sumber infeksi
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan isolasi,
memberikan antibiotik (penisilin, apisilin, dihydrostreptpmycin) atau membunuh
hewan yang terinfeksi. Melakukan vaksinasi terhadap hewan ternak dan peliharaan.
Serta memelihara dan menjaga sanitasi lingkungan.
2. Penularan
Pencegahan dapat dilakukan dengan memakai alat pelindung diri (APD) pada
saat bekerja, menerapkan pola hidup bersih, aseptik dan higienis serta rutin
melakukan desinfektan dilingkungan yang terkontaminasi. Melindungi sanitasi dan
pengelolaan air dengan metode filtasi yang dapat mencegah infeksi leptospirosis.
3. Pejamu / manusia
Peran manusia dalam mencegah penularan adalah dengan waspada dan
melakukan upaya edukasi agar masyarakat mengetahui aspek, cara dan tatalaksana
apabila terjadi infeksi leptospirosis.
G. Terapi
Pengobatan suporatif dengan obsservasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi
keadaan dehidrasi, hipotensi, perdarahan dan gagal ginjal sangat penting pada
leptospirosis. Gangguan fungsi ginjal umumnya dengan spontan akan membaik
dengan membaiknya kondisi pasien. Namun pada beberapa pasien
membutuhkan tindakan hemodialisa temporer.
Pemeberian antibiotic harus dimulai secepat mungkin, biasanya pemberian
dalam 4 hari setelah onset cukup efektif. Berbagai jenis antibiotic pilihan dapat
dilihat pada Table 2. Untuk kasus lepirospirosis berat, pemberian intravwna
penisilin G, amoksisilin, ampisilin atau eritromisin dapat diberikan. Sedangkan
untuk kasus – kasus ringan dapat diberikan antibiotika oral tetrasiklin,
dokdidiklin,, ampisilin atau amoksisilin maupun sefalosforin.
Tabel 2. Pengobatan dan Kemoprofilaksis Leptospirosis