A. Latar belakang
Banyak penyakit serius di dunia kesehatan yang sering kali terlewatkan
dalam diagnosis para petugas kesehatan karena sulitnya identifikasi
penyebab dan gejalanya. Salah satunya adalah penyakit Leptospirosis.
B. Definisi
Leptospirosis adalah penyakit zoonosa yang disebabkan oleh infeksi
bakteri berbentuk spiral dari genus Leptospira yang patogen, yang
ditularkan secara langsung dan tidak langsung dari hewan ke manusia.
C. Epidemiologi
Leptospirosis tersebar luas di dunia, terutama di negara-negara tropis
seperti Indonesia. Leptospira bisa hidup dalam air dan alam terbuka
selama beberapa waktu. Kondisi lingkungan tropis mendukung
penyebaran bakteri Leptopsira, karena bakteri ini hidup di lingkungan
yang sesuai dengan suhu hangat, pH air dan tanah netral, kelembaban
dan curah hujan tinggi. Selain itu, kondisi lingkungan buruk dapat
mendukung perkembangan dan lama hidup bakteri. Leptospira dapat
bertahan hidup sampai 43 hari di tanah yang sesuai. Di Asia Pasifik,
Leptospirosis dikategorikan sebagai penyakit yang menular melalui
perantara air (water borne disease).3
D. Etiologi
Leptospirosis disebabkan oleh organisme patogen dari genus
Leptospira yang termasuk dalam ordo Spirochaeta dalam Famili
Trepanometaceae Bentuk bakteri ini spiral dengan pilinan rapat dan
ujung-ujungnya mirip seperti kait sehingga bakteri sangat aktif
bergerak berputar sepanjang sumbunya, maju-mundur, dan juga
melengkung. Ukuran bakteri ini 0,1 μm x 0,6 μm sampai 0,1 μm x 20
μm.1
Unit Sistematis dasar dari kedua spesies tersebut adalah serovar, yang
ditentukan berdasarkan persamaan dan perbedaan antigenik.
Berdasarkan komposisi antigennya, spesies L. interrogans dibagi dalam
beberapa serogrup yang terbagi lagi menjadi lebih 250 serovarian
pathogen. Serovarian memiliki kesamaan antigenik yang dibentuk
menjadi serogrup dan semua serovarian telah dibagi mejadi 25
serogrup. Strain yang berbeda dengan perbedaan antigen kecil
terkadang dapat ditemukan dalam serovarian tertentu. 1,2
E. Faktor Risiko
Faktor risiko leptospirosis sangat bervariasi karena bergantung pada
faktor sosial budaya, pekerjaan, perilaku, dan lingkungan. Orang yang
memiliki risiko tinggi ialah orang yang sering menyentuh binatang atau
air, lumpur, tanah, dan tanaman yang telah dicemari air kencing
binatang yang terinfeksi leptospirosis. Beberapa pekerjaan sangat
berisiko untuk terkena leptospirosis, seperti pekerjaan yang lingkupnya
di sekitar pertanian, peternakan, pekerja kebun, pekerja tambang,
industri perikanan, pekerja pejagalan, pemburu, dan tentara. Dokter
hewan dan staf laboratorium yang melakukan kontak dengan kultur
leptospirosis juga berisiko terpapar leptospirosis. Aktivitas-aktivitas
yang berkaitan dengan air atau tanah seperti berkemah dan arung
jeram serta perjalanan menuju wilayah endemis Leptospirosis juga
merupakan faktor risiko kejadian leptospirosis. 2,3
G. Gejala
Leptospirosis pada manusia memiliki gejala yang bervariasi.
Berdasarakan jenis serovarnya, Leptospirosis dapat menunjukkan
mulai dari gejalan ringan sampai dengan berat. Contoh-contoh gejala
klinis setelah masa inkubasi seperti demam, menggigil, sakit kepla,
nyeri otot, batuk, rasa tidak nyaman di badan, muntah, nyeri pada
perut, diare, sufusi konjungtiva, jaundice, urin berwarna seperti teh,
oliguria, anuria, batuk berdarah, pendarahan pada kulit, pusing dan
lesu. Selain itu, Leptospirosis dapat mengakibatkan kerusakan pada
beberapa organ seperti kegagalan hati akut, kegagalan ginjal akut,
perdarahan pada paru-paru, miokarditis dan meningoencephalitis yang
berujung pada kematian.3
H. Manifestasi Klinis
Karakteristik dari leptospirosis adalah siklus bifasik. Masa inkubasi
leptospirosis berlangsung dari 2 hingga 26 hari, dengan rata-rata 10
hari. Leptospirosis memiliki dua fase penyakit yang khas, yaitu: 2
1. Fase leptospiremia
Leptospira dapat ditemukan dalam darah. Gejalanya berupa nyeri
pada kepala daerah frontal, otot betis, paha, dan pinggang. Gejala
tersebut diikuti dengan hiperestesi kulit, demam tinggi, menggigil,
mual, diare, sampai penurunan kesadaran. Pada sakit berat dapat
ditemui bradikardia dan ikterus (50%). Di sebagian penderita bisa
ditemukan fotofobia, rash, urtikaria kulit, splenomegali, dan
limfadenopati. Gejala tersebut terjadi di hari ke 4-7. Jika
penanganan pasien baik, suhu tubuh akan kembali normal dan
semua organ terlibat akan membaik. Manifestasi klinis akan
berkurang seiring berhentinya proliferasi organisme di dalam darah.
Pada minggu ke 3-6, fungsi organ akan pulih setelah perawatan.
Pada sakit yang lebih berat, demam akan turun setelah hari ke-7,
diikuti dengan fase bebas demam selama 1-3 hari, kemudian
demam kembali. Keadaan inilah yang disebut sebaga fase kedua
atau fase imun.2
2. Fase imun
Berlangsung selama 4-30 hari, dicirikan dengan peningkatan titer
antibodi, demam mencapai 40C dengan rasa menggigil dan
kelemahan umum. Ditemukan juga rasa nyeri pada leher, perut,
dan otot kaki. Perdarahan terlihat saat fase ikterik di mana
ditemukan purpura, petekie, epistaksis, dan perdarahan gusi.
Puncak fase ditandai dengan meningitis, ganggaun hati dan ginjal.
Selain itu, fase leptospiuria dapat terjadi dan berlangsung selama 1
minggu hingga 1 bulan.2
I. Diagnosis
Diagnosis leptospirosis dapat dilakukan pada hewan dan manusia.
Diagnosis pada hewan dilakukan pada ginjal dan limpa, sedangkan
pada manusia dilakukan pada serum, plasma darah, urin, dan cairan
serebrospinal. Diagnosis laboratorium leptospirosis menggunakan dua
kelompok pengujian. Kelompok pertama didesain untuk mendeteksi
anti-leptospira, sedangkan kelompok kedua untuk mendeteksi
Leptospira, antigen Leptospira atau asam nukleat Leptospira pada
cairan tubuh maupun jaringan.3
K. Tatalaksana
Untuk Leptospirosis ringan dapat diberikan resep terapi berupa:
a. Pilihan: Doksisiklin 2X100 mg selama 7 (tujuh) hari kecuali pada
anak, ibu hamil, atau bila ada kontraindikasi Doksisiklin.
b. Alternatif (Bila tidak dapat diberikan doksisiklin)
1. Amoksisilin 3X500mg/hari pada orang dewasa;
2. 10-20mg/kgBB per8 jam pada anak selama 7 hari;
3. Bila alergi Amoksisilin dapat diberikan Makrolid.
Kemudian, leptospirosis berat dapat diberikan terapi berupa:
1. Ceftriaxon 1-2 gram iv selama 7 (tujuh) hari;
2. Prokalin 1.5 juta unit im per 6 jam selama 7 (tujuh) hari;
3. Ampisilin 4 X 1 gram iv per hari selama 7 (tujuh) hari;
4. Terapi suportif dibutuhkan bila ada komplikasi seperti gagal
ginjal, pendarahan organ (paru, saluran cerna, saluran kemih,
serebral) syok dan gangguan neorologi.
L. Kesimpulan
Leptospirosis adalah penyakit yang ditularkan oleh bakteri Leptospira.
Penyakit ini dapat ditularkan baik kepada manusia maupun hewan.
Leptospirosis terjadi karena interaksi kompleks antara pembawa
penyakit, tuan rumah, dan lingkungan. Umumnya ditularkan melalui
kencing tikus saat banjir. Manusia dapat terkena leptospirosis jika ada
bakteri Leptospira yang masuk ke dalam tubuh melalui luka di kulit
maupun mukosa pada tubuh. Lingkungan yang buruk dapat
mendukung penularan leptospirosis.
M. Referensi
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk teknis
pengendalian leptospirosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2014. 1-54 p.
2. Rampengan N H. Leptospirosis. JBM [Internet]. 2016 Nov 18 [cited
14 Aug 2022];8(3):143-50. Available from:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/
14148/13722
3. Widjajanti W. Epidemiologi, diagnosis, dan pencegahan
Leptospirosis. JHECDs [Internet]. 2020 Feb 7 [cited 14 Aug
2022];5(2):62-8. Available from:
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jhecds/article/
view/174