Anda di halaman 1dari 9

Penyakit Leptospirosis

Latar belakang

Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia


maupun hewan (zoonosis) yang disebabkan oleh bakteri leptospira. Penyebaran leptospirosis di
Indonesia sudah sangat luas di sebagian besar Provinsi dan angka kematian cukup tinggi.
Kabupaten Demak merupakan daerah endemis leptospirosis dengan insiden 2,9/100.000 dan
mortalitas 20 %, hal ini berkaitan dengan penataan lingkungan yang kurang memadai (Adipura
urutan ke 33 dari 35 Kabupaten kota), cakupan air bersih yang rendah (42 %), status ekonomi
penduduk yang masih rendah (KK miskin 48 %), status gizi kurang (keluarga sadar gizi 11,7 %)
dan perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup sehat (PHBS 61,15 %)

Tinjauan Pustaka

Leptospirosis disebabkan oleh genus leptospira, family treponemataceae, suatu mikroorganisme


spirocaeta. Genus ini memiliki 2 spesies, yaitu L. biflexa yang non pathogen serta L. interrogans
yang bersifat pathogen. Beberapa serovar L. interrogans yang menginfeksi manusia diantaranya
L. icterohaemorrhagica dengan reservoir tikus, L. canicola dengan reservoir anjing serta L.
Pomona dengan reservoir sapi dan babi. Leptospira memiliki morfologi berbelit, tipis, fleksibel,
panjangnya 5-15 um, dengan salah satu ujungnya membengkak membentuk kait. Dengan
medium Fletchers dapat tumbuh dengan baik sebagai obligat aerob.

Leptospira tersebar di seluruh dunia, semua benua kecuali benua antartika, namun terbanyak
didapati di daerah tropis. Leptospira terdapat pada binatang piaraan seperti anjing, babi, lembu,
kuda, kucing, marmut, atau binatang-binatang pengerat lainnya seperti tupai, musang, kelelawar
dan sebagainya. Di dalam tubuh binatang tersebut, leptospira tumbuh di dalam ginjal atau air
kemihnya. Tikus merupakan vector yang utama dari L. icterohaemorrhagica penyebab
leptospirosis pada manusia.

Penyakit ini bersifat musiman, di daerah beriklim sedang masa puncak insidens dijumpai pada
musim panas dan musim gugur, sedangkan di daerah tropis insiden tertinggi terjadi selama
musim hujan. Untuk dapat berkembang biak, leptospirosis membutuhkan lingkungan yang
optimal serta tergantung pada suhu yang lembab, hangat, PH air/tanah yang netral, dimana
kondisi ini ditemukan sepanjang tahun di daerah tropis.

International Leptospirosis Society menyatakaan Indonesia sebagai Negara dengan insidens


leptospirosis tinggi dan peringkat ketiga di dunia untuk mortalitasnya.

PENULARAN.
Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan air, atau tanah, lumpur yang telah
terkontaminasi dengan urine binatang yang telah terinfeksi leptospira. Infeksi tersebut terjadi jika
terdapat luka atau erosi pada kulit ataupun selaput lendir. Air menggenang ataupun air yang
mengalir deras, dapat sebagai sumber penularan. Kadang-kadang penyakit ini terjadi akibat
gigitan binatang yang sebelumnya terinfeksi leptospira, atau kontak denga kultur leptospira di
laboratorium. Orang-orang yang mempunyai resiko tinggi mendapat penyakit ini adalah pekerja-
pekerja di sawah, pertanian, perkebunan, peternakan, pekerja tambang, pekerja di rumah potong
hewan, atau orang-orang yang mengadakan perkemahan hutan, dokter hewan.

Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, memasuki aliran darah dan
berkembang, lalu menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Masa inkubasinya sekitar 2-26 hari,
biasanya 7-13 hari dan rata-rata 10 hari.

Klinis leptospirosis dibagi menjadi dua fase (bifasik), yaitu:

1. fase leptospiremia (fase akut/fase septikemi) serta fase imun. Fase leptospiremia ditandai
dengan adanya leptospira dalam darah dan cairan cerebrospinal, yang berlangsung kira-kira 1
minggu (4-7 hari). Lalu setelah agglutinin terbentuk, leptospira akan cepat menghilang dari
sirkulasi.

2.fase imun. Pada fase ini, leptospira dijumpai di jaringan ginjal dan okuler, sehingga fase imun
selain ditandai dengan peningkatan produksi antibody, juga ditandai dengan ekskresi leptospira
ke dalam urin (leptospuria). Leptospirosis dapat dijumpai dalam urin sekitar 8 hari sampai
beberapa minggu setelah infeksi, berbulan bulan, bahkan bertahun tahun kemudian.
Kebanyakan komplikasi yang terjadi pada leptospirosis berhubungan dengan lokasi leptospira
pada jaringan selama fase imun, yaitu mulai minggu ke 2 pada perjalanan penyakit.

Strategi Pencegahan
Pengendalian leptospirosis di masyarakat sangat terkait dengan hasil studi faktor-faktor risiko
terjadinya leptospirosis. Oleh karena itu pengendalian leptospirosis terdiri dari pencegahan primer
dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer adalah bagaimana agar orang sehat sebagai sasaran
bisa terhindar dari leptospirosis, sehingga kegiatannya bersifat promotif, termasuk disini proteksi
spesifik dengan cara vaksinasi. Sedangkan pencegahan sekunder yang sasarannya adalah orang yang
sudah sakit leptospirosis, dicegah agar orang tersebut terhindar dari komplikasi yang nantinya dapat
menyebabkan kematian.
Pencegahan penyakit Leptospirosis
- Pencegahan hubungan dengan air atau tanah yang terkontaminasi
- Melindungi sanitasi air minum penduduk Dalam hal ini dilakukan pengelolaan air minum yang
baik, dilakukan filtrasi dan deklorinai untuk mencegah invasi leptospira.
- Pemberian vaksin vaksinisasi di berikan sesuai dengan leptospira di tempat tersebut, akan
memberikan manfaat cukup poten dan aman sebagai pencegahan bagi pekerja resiko
tinggi.pencegahan dengaan serum imun spesifik telah terbukti melindungi pekerja laboratorium.
-Memiliki pola hidup sehat dan selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan
-menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus
-selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
-Mencuci tangan dan kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah melakukan aktivitas
-memakai sepatu dari karet dan sarung tangan karet bagi kelompok pekerja yang beresiko tinggi
leptospirosis
-menjaga kebersihan lingkungan
Kesimpulan

bagi masyarakat untuk menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar supaya tidak menjadi
sarang tikus, penanganan sampah perlu dilakukan secara benar yaitu dengan cara tidak
menginapkan sampah di dalam rumah dan tempat sampah diusahakan tertutup rapat sehingga
tidak menjadi sumber makanan tikus, memberantas tikus dengan cara diberi umpan racun atau
dengan mouse trap yang tidak mencemari lingkungan, pada waktu bekerja menggunakan alas
kaki, tidak mandi/mencuci di sungai dan menghindari air becek yang tergenang di sekitar rumah/
lingkungan apalagi bila
mempunyai luka terbuka, selokan selalu dijaga kebersihannya sehingga aliran air selalu lancar.
Daftar Pustaka

Widoyono.penyakit tropis(Epidemiologi,penularan,pencegahan,dan pemberantas).jakarta:penerbit


Erlangga;2008.

Gasem MH,Wageernar JFP,Goris MGA,Adi MS,Isbandrio BB,Hartskeerl RA,et al.MurineTyphus and


Leptospirosis as cause of Acute.
TUGAS

EPIDEMIOLOGI

OLEH

NAMA :STHEZIA.F.PATTY

KLS :B

JURUSAN :KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

FAKULTAS KESEHATAN

2016

Anda mungkin juga menyukai