Mereka umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar
dan kuat serta profil tubuh yang lebih atletis dibanding dengan suku-suku lain di
Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku kepulauan yang mana aktivitas laut
seperti berlayar dan berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria.
Sejak zaman dahulu, banyak di antara mereka yang sudah memiliki darah campuran
dengan suku lain, perkawinan dengan suku Minahasa, Sumatra, Jawa, Madura,
bahkan kebanyakan dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda dan Portugal)
kemudian bangsa Arab, India sudah sangat lazim mengingat daerah ini telah dikuasai
bangsa asing selama 2300 tahun dan melahirkan keturunan keturunan baru, yang
mana sudah bukan ras Melanesia murni lagi.
Karena adanya percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa inilah maka
Maluku merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang digolongkan sebagai daerah
Mestizo. Bahkan hingga sekarang banyak marga di Maluku yang berasal bangsa
asing seperti Belanda (Van Afflen, Van Room, De Wanna, De Kock, Kniesmeijer,
Gaspersz, Ramschie, Payer, Ziljstra, Van der Weden dan lain-lain) serta Portugal (Da
Costa, De Fretes, Que, Carliano, De Souza, De Carvalho, Pareira, Courbois,
Frandescolli dan lain-lain). Ditemukan pula marga bangsa Spanyol (Oliviera, Diaz,
De Jesus, Silvera, Rodriguez, Montefalcon, Mendoza, De Lopez dan lain-lain) serta
Arab (Al-Kaff, Al Chatib, Bachmid, Bakhwereez, Bahasoan, Al-Qadri, Alaydrus,
Assegaff dan lain-lain). Cara penulisan marga asli Maluku pun masih mengikuti ejaan
asing seperti Rieuwpassa (baca: Riupasa), Nikijuluw (baca: Nikiyulu), Louhenapessy
(baca: Louhenapesi), Kallaij (baca: Kalai) dan Akyuwen (baca: Akiwen).
Dewasa ini, masyarakat Maluku tidak hanya terdapat di Indonesia saja
melainkan tersebar di berbagai negara di dunia. Kebanyakan dari mereka yang hijrah
keluar negeri disebabkan olah berbagai alasan. Salah satu sebab yang paling klasik
adalah perpindahan besar-besaran masyarakat Maluku ke Eropa pada tahun 1950-an
dan menetap disana hingga sekarang. Alasan lainnya adalah untuk mendapatkan
kehidupan yang labih baik, menuntut ilmu, kawin-mengawin dengan bangsa lain,
yang dikemudian hari menetap lalu memiliki generasi-generasi Maluku baru di
belahan bumi lain. Para ekspatriat Maluku ini dapat ditemukan dalam komunitas yang
cukup besar serta terkonsentrasi di beberapa negara seperti Belanda, Inggris, Amerika
Serikat, Rusia, Perancis, Belgia, Jerman dan berbagai benua lainnya.
Bahasa yang digunakan di provinsi Maluku adalah Bahasa Melayu Ambon, yang
merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Sebelum bangsa Portugis menginjakan
kakinya di Ternate (1512), bahasa Melayu telah ada di Maluku dan dipergunakan
sebagai bahasa perdagangan. Bahasa Indonesia, seperti di wilayah Republik
Indonesia lainnya, digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi seperti di
sekolah-sekolah dan di kantor-kantor pemerintah.
Maluku merupakan wilayah kepulauan terbesar di seluruh Indonesia.
Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang lainnya, juga mengakibatkan
semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di provinsi ini. Jika diakumulasikan,
secara keseluruhan, terdapat setidaknya 132 bahasa di kepulauan Maluku. Dua bahasa
yang telah punah adalah Palamata dan Moksela.
Sebelum bangsa-bangsa asing (Arab, Cina, Portugis, Belanda dan Inggris)
menginjakan kakinya di Maluku (termasuk Maluku Utara), bahasa-bahasa tersebut
sudah hidup setidaknya ribuan tahun.
Bahasa Indonesia, seperti di wilayah Republik Indonesia lainnya, digunakan dalam
kegiatan-kegiatan publik yang resmi seperti di sekolah-sekolah dan di kantor-kantor
pemerintah, mengingat sejak 1980-an berdatangan 5000 KK (lebih) transmigran dari
Pulau Jawa. Dengan banyaknya penduduk dari pulau lain tersebut, maka khazanah
bahasa di Pulau Seram (dan Maluku) juga bertambah, yaitu kini ada banyak pemakai
bahasa-bahasa Jawa, Bali dan sebagainya.
- Batu Pamali
Batu Pamali adalah simbol material adat masyarakat Maluku. Selain Baileo,
rumah tua, dan teung soa, batu Pamali juga termasuk mikrosmos dalam negeri-negeri
yang ditempati masyarakat adat Maluku. Batu Pamali merupakan batu alas atau batu
dasar berdirinya sebuah negeri adat yang selalu diletakkan di samping rumah Baileo,
sekaligus sebagai representasi kehadiran leluhur (Tete Nene Moyang) di dalam
kehidupan masyarakat. Batu Pamali sebagai bentuk penyatuan soa-soa dalam negeri
adat, dengan demikian batu Pamali adalah milik bersama setiap soa. Di beberapa
negeri adat Maluku, batu Pamali dimiliki secara kolektif, termasuk negeri adat yang
masyarakatnya memeluk agama yang berbeda. Seiring dengan perkembangan agama
di masyarakat, terjadi pergeseran praktik ritus dan keberadaan batu Pamali. Dengan
adanya UU No. tahun 1979, adat asli negeri-negeri diganti dengan penyeragaman
sistem pemerintahan desa.
Pakaian Adat
Prianya memakai pakaian adat berupa setelann jas berwarna merah dan
hitam, baju dalam yang berenda dan ikat pinggang. Sedangkan wanitanya memakai
baju Cele, semacam kebaya pendek, dan berkain yang disuji. Perhiasannya berupa
anting anting, kalung dan cincin. Pakaian ini berdasarkan adat Ambon.
Baju Cele bermotif garis-garis geometris atau berkotak-kotak kecil. Biasanya,
baju Cele dikombinasikan dengan kain sarung yang warnanya tidak terlalu jauh
berbeda, yang penting harus seimbang dan serasi.
Kapan masyarakat Ambon menggunakan baju adat itu? Baju cele dipakai
dalam upacara-upacara adat (acara pelantikan raja, acara cuci negeri, acara pesta
negeri, acara panas pela, dan lain-lain.).
Supaya lebih terlihat serasi, baju Cele pun dikombinasi dengan kain pelekat
yang dinamakan disalele. Pemakaian sarung ini ada di luar dan melapisi baju yang
ada di dalamnya.
Sarung dipakai sampai batas lutut dan menggunakan lenso, yaitu sapu tangan
yang diletakan di pundak. Biasanya pakaian ini digunakan tanpa alas kaki tapi ada
juga masyarakat yang menggunakan selop sebagai gantinya.
a. Tari Lenso, merupakan tari pergaulan bagi segenap lapisan masyarakat Maluku.
b. Tari Cakalele, adalah tari perang yang melukiskan jiwa kepahlawanan yang gagah
perkasa.
c. Tari Cakaola, merupakan jenis tari pergaulan yang digarap berdasarkan unsur unsur
gerak
tari tradisional Orlapei dan Saureka reka. Tari ini biasannya ditarikan untuk
memeriahkan pesta pesta atau dipertunjukkan dalam rangka manjamu tamu tamu
terhormat.
Cakalele merupakan tarian tradisional Maluku yang dimainkan oleh sekitar
30 laki-laki dan perempuan. Para penari cakalele pria biasanya menggunakan parang
dan salawaku sedangkan penari wanita menggunakan lenso (sapu tangan). Cakelele
merupakan tarian tradisional khas Maluku.
Para penari laki-laki mengenakan pakaian perang yang didominasi oleh warna
merah dan kuning tua. Di kedua tangan penari menggenggam senjata pedang (parang)
di sisi kanan dan tameng (salawaku) di sisi kiri, mengenakan topi terbuat dari
alumunium yang diselipkan bulu ayam berwarna putih. Sementara, penari perempuan
mengenakan pakaian warna putih sembari menggenggam sapu tangan (lenso) di
kedua tangannya. Para penari Cakalele yang berpasangan ini, menari dengan diiringi
musik beduk (tifa), suling, dan kerang besar (bia) yang ditiup.
Tari Cakalele
Alat music
Alat Musik Daerah Maluku adalah Tifa. Tifa merupakan alat music yang
paling terkenal dari Maluku. Alat music ini bentuknya menyerupai kendang dan
terbuat dari kayu yang di lubangi tengahnya. Ada beberapa macam jenis alat musik
Tifa seperti Tifa Jekir, Tifa dasar, Tifak Potong, Tifa Jekir potong, dan tifa Bas. Alat
music lainnya yang berasal dari Maluku adalah cc. Alat musik ini merupakan
serangkaian gong-gong yang kecil bentuknya dan biasanya di taruh pada sebuah meja
dengan beberapa lubang sebagai penyanggah. Sedangkan alat music kulit bia
merupakan alat music tiup yang terbuat dari kulit kerang.
TIFA
Kulit bia
Bahasa Maluku
Karena provinsi Maluku memiliki banyak sekali pulau, disini juga terdapat
berbagai macam bahasa. Tapi biasanya di pakai di Maluku adalah jenis bahasa
melayu Ambon, yang masih satu dialek bahasa melayu. Berikut nama-nama bahasa
yang berasal dari Maluku:
- bahasa Wamale (di Seram Barat)
- bahasa Alune (di Seram Barat)
- bahasa Nuaulu (dipergunakan oleh suku Nuaulu di Seram selatan; antara teluk El-
Paputih dan teluk Telutih)
- bahasa Koa (di pegunungan Manusela dan Kabauhari)
- bahasa Seti (di pergunakan oleh suku Seti, di Seram Utara dan Telutih Timur)
- bahasa Gorom (bangsa yang turun dari Seti dan berdiam di Seram Timur)
Suku di Daerah Maluku
Suku dan marga yang terdapat didaerah Maluku adalah :
- Ranas
- Alifuru
- Togitil
- Furu Aru, dan lain lain
Lagu Daerah
Lagu daerah yang terdapat pada Maluku ialah :
- Kole kole
- Mande mande
- Rasa Sayang Sayange.ss