Anda di halaman 1dari 31

Nama : Lu’lu’il Maknun

Kelas : XI-BAHASA
No. Absen : 16
‘’Suku Ambon’’
Bahasa Ambon sendiri merupakan perkembangan
dari bahasa asli yang dipengaruhi oleh bahasa
Melayu.
Ada juga yang menyebut bahasa Ambon sebagai
bahasa Melayu Ambon atau Nusalaut.
Pemakai bahasa ini sekarang berjumlah sekitar
100.000 jiwa, belum termasuk yang berada di
Negeri Belanda.
Melihat daerah pemakaiannya bahasa Ambon
dibagi ke dalam dialek-dialek : Nusalaut, Saparua,
Haruku, Hila, Asilulu, Hatu, Wakasihu, dan lain-
lain.
Sekarang bahasa Ambon menjadi bahasa
pengantar bagi masyarakat yang berbeda-beda
suku bangsa di daerah Provinsi Maluku.
Bahasa orang Ambon sangat mirip dengan bahasa
Jerman , Belanda dan Inggris . Kata yang sering
ucapkan setelah menerima sebuah hadiah atau
oleh - oleh adalah " Danke", kata ini mirip sekali
dengan bahasa Jerman. Kata - kata bahasa Maluku
sangat mudah diingat asal kita ingat suku katanya
saja,
Kita=katong asal kata dari “kita orang”,
mereka=dong asal kata dari “dia orang”.
Punya disingkat menjadi “pung”.
Contohnya, “rumah saya” maka menjadi “beta
pung rumah”.
Ada beberapa hal yang perlu diingat antara lain,
mereka cenderung menyingkat kata.
Bunyi vokal “e” dibaca “e’ “, dan untuk kata yang
berakhiran dengan “n” selalu menjadi “ng”.
Dengan demikian dapat dipahami kenapa kata
“punya” menjadi “pung” dan “pergi” menjadi
“pi”, “jangan” menjadi “jang”, “dengan” menjadi
“deng”, “teman” menjadi “tamang”, dan “makan”
menjadi “makang”.
 Upacara Nae Baileu
Sekarang orang Ambon sudah memeluk agama
Islam atau Kristen. Jumlah pemeluk agama Islam
sedikit lebih banyak, dan mereka umumnya lebih
terampil dalam bidang perdagangan dan ekonomi
umumnya.
Sedangkan orang Ambon pemeluk agama Kristen
lebih banyak memilih pekerjaan sebagai pegawai
negeri, guru, dan tentara.
Namun kehidupannya sehari-hari mereka masih
menjalankan kegiatan adat tertentu dari
kebudayaan lama, dan menjadi salah satu identitas
kesukubangsaan yang menonjol, seperti
mengadakan upacara Nae Baileu atau upacara Cuci
Negeri.
Dalam menangani masalah kematian dan
pelaksanaan upacaranya mereka selesaikan lewat
kesatuan sosial adat yang disebut mubabet.
 Pertanian

Orang-orang Ambon pada umumnya mayoritas


mereka bertani di ladang.
Mereka juga menanam tebu, singkong, jagung, dan
kacang-kacangan. Sedangkan buah-buahan yang
ditanam antara lain pisang, mangga, manggis,
gandaria, durian, pala, dan cengkih.
 Berburu

Di samping pertanian orang Ambon kadang-


kadang juga memburu rusa, babi hutan, dan
burung kasuari dengan menggunakan jerat dan
lembing yang dilontarkan dengan jebakan.
 Nelayan

Penduduk di daerah pantai mayoritas mereka adalah nelayan


dan menangkap ikan.
Perahu mereka dibuat dengan satu batang kayu dan
dilengkapi dengan cadik, perahu ini dinamakan dengan
perahu semah.
Perahu yang baik adalah perahu yang terbuat dari papan dan
dibuat oleh orang Ternate, dinamakan pakatora.
Perahu perahu besar untuk berdagang dinamakan jungku atau
orambi.
Hubungan kekeluargaan atau persaudaraan
yang terbentuk secara adat dan merupakan
budaya orang Maluku atau Ambon yang sangat
dikenal oleh orang luar itu dinamakan dengan
istilah “PELA”.
PELA adalaah suatu ikatan persaudaraan atau
kekeluargaan antara dua desa atau lebih
dengan tujuan saling membantu atau menolong
satu dengan yang lain dan saling merasakan
senasib penderitaan.
Berikut adalah beberapa ”Sanitri” atau
pejabat tradisional dalam kehidupan
sosial masyarakat Suku Ambon :
Tuan tanah : Seseorang yang ahli dalam
bidang pertanahan dan kependudukan
Kapitan : Seseorang yang ahli dalam
peperangan
Kewang : Seseorang yang bertugas untuk
menjaga hutan
Marinyo : Seseorang yang bertugas
memberikan berita dan pengumuman.
Dalam kemasyarakatan Suku Ambon, banyak dijumpai Organisasi-organisasi
kemasyarakatan yang memiliki berbagi macam visi dan misi.
Berikut beberapa contoh organisasi kemasyarakatan Suku Ambon :
Patalima : Lima bagian, merupakan orang-orang yang tinggal di sebelah timur. Namun
dilihat dari sejarah di mana Suku Ambon pernah dikuasai oleh Ternate dan Tidore,
organisasi ini nampaknya dibentuk untuk menunjukkan pengaruh kerajaan Ternate dan
Tidore, dan juga untuk membantu pertahanan dari serangan musuh.
Jajaro : Organisasi kewanitaan Suku Ambon
Ngungare : Organisasi kepemudaan
Pela Keras : Organisasi antar Soa yang fokus pada kegiatan kerjasama suatu proyek
antar Soa, peperangan, dan lain-lain.
Pela Minum Darah : Hampir sama dengan Pela Keras. Organisasi ini mengikat
persatuan mereka dengan cara meminum, darah mereka masing-masing yang
dicampur menjadi satu.
Pela Makan Sirih : Organisasi antar Soa yang fokus pada bidang pembangunan masjid,
gereja, dan sekolah
Muhabet : Organisasi yang mengurus semua kegiatan upacara kematian
Patasiwa : Terdiri dari sembilan bagian, merupakan kelompok orang-orang Alifuru
yang bertempa tinggal di sebelah baratsungai mala sampai ke Teluk upa putih di
sebelah selatan. Patasiwa dibagi menjadi dua kelompok yaitu patasiwa hitam dan
patasiwa putih. Patasiwa hitam wargawarganya di tato, sedangkan patasiwa putih
tidak.
 Tarian Bambu Gila
Tarian ini juga dikenal dengan nama Buluh Gila
atau Bara Suwen.
Untuk memulai pertunjukan ini sang pawang
membakar kemenyan di dalam tempurung kelapa
sambil membaca mantra dalam ‘bahasa tanah’
yang merupakan salah satu bahasa tradisional
Maluku. Kemudian asap kemenyan dihembuskan
pada batang bambu yang akan digunakan.
Jika menggunakan jahe maka itu dikunyah oleh
pawang sambil membacakan mantra lalu
disemburkan ke bambu.
Fungsi kemenyan atau jahe ini untuk memanggil
roh para leluhur sehingga memberikan kekuatan
mistis kepada bambu tersebut. Roh-roh inilah yang
membuat batang bambu seakan-akan menggila
atau terguncang-guncang dan semakin lama
semakin kencang serta sulit untuk dikendalikan.
 Tarian Cakalele
Tari Cakalele adalah salah satu tarian
tradisional sejenis tarian perang yang berasal
dari Provinsi Maluku Utara. Tarian ini umumnya
ditarikan oleh para penari pria, namun ada
juga beberapa para penari wanita sebagai
penari pendukung.
Tari Cakalele merupakan salah satu tarian
tradisional dari Maluku Utara yang cukup
terkenal dan sering ditampilkan diberbagai
acara adat maupun hiburan. Selain itu juga
tarian ini sering ditampilkan di berbagai acara
budaya serta promosi pariwisata baik itu
tingkat daerah, nasional, atau internasional.
A. Rumah Adat

 Rumah adat Baileo


Rumah adat Suku Ambon dinamakan Baileo,
dipakai untuk tempat pertemuan, musyawarah
dan upacara adat yang disebut seniri negeri.
Rumah tersebut merupakan panggung dan
dikelilingi oleh serambi. Atapnya besar dan
tinggi terbuat dari daun rumbia, sedangkan
dindingnya dari tangkai rumbia yang disebut
gaba-gaba.
B. Pakaian Tradisonal
Prianya memakai pakaian adat berupa setelan
jas berwarna merah dan hitam, baju dalam
yang berenda dan ikat pinggang.
Sedangkan wanitanya memakai baju cele,
semacam kebaya pendek, dan berkanji yang
disuji. Perhiasannya berupa anting-anting,
kalung dan cincin.
C. Makanan Tradisional

 Papeda
Belum lengkap makan tanpa Papeda, makanan yang
berasal dari sagu mentah. Papeda biasanya dimakan
dengan ikan kuah kuning, jangan tanya rasanya,
kalau kata orang ambon “Paleng Sadap Seng Ada
Lawang” yang artinya “Sangat enak dan tidak ada
tandingannya”.
Papeda merupakan makanan Tradisional Ambon.
Makanan ini sudah menjadi turun temurun bagi anak
cucu orang ambon, orang ambon biasanya sebelum
makan nasi terlebih dahulu memakan papeda,
selanjutnya baru makan nasi.
D. Senjata Tradisional

 Parang Salawuku
Parang salawaku merupakan satu pasang senjata
tradisional dari Maluku yang terdiri dari Parang
(pisau panjang) dan Salawaku (perisai) yang pada
saat jaman dulu merupakan senjata yang dipakai
para pahlawan Indonesia untuk berperang
melawan penjajah.
Senjata tradisional ini, juga merupakan lambang
pemerintah kota Ambon. Parang dan salawaku
bagi masyarakat Maluku yaitu simbol
kemerdekaan rakyat Maluku. Jika kamu hendak
berkunjung ke Maluku, kamu dapat melihat
senjata tradisional Maluku ini dalam tarian
Cakelele.
 Kalawai
Kata kalawai sendiri berasal dari kata bahasa
asli daerah Maluku, terkhusus daerah Maluku
Tengah ( Ambon, Haruku, Pulau Seram,
Nusalaut, Buru dll ).
Kata kalawai yaitu berasal dari dua kata,
yakni “kala” dan “wai”. “Kala” mempunyai
arti tikam dan “wai” mempunyai arti air. Jadi
secara harfiah kata “kalawai” berarti
menikam air. Kalawai merupakan senjata
tradisional khas daerah Maluku.
E. Alat Musik Tradisional

 Arababu
Arababu adalah alat musik tradisional yang
terbuat dari bambu, Alat musik ini berjenis
rebab. Wadah gemanya terbuat dari kayu
atau tempurung.
 Korno
Korno merupakan alat musik yang terbuat
dari siput yang dinamakan Fuk-fuk. Alat
musik ini dimainkan dengan cara ditiup.
 Orang Ambon mengenal upacara cuci negeri
yang pada umumnya sama dengan upacara
bersih desa yang dilakukan orang di pulau
Jawa. Bangunan bangunan yang harus
dibersihkan adalah Baileu, rumah-rumah
warga dan pekarangan. Bila tidak dilakukan
dengan benar maka akan ada sangsinya yaitu
mereka akan jatuh sakit, terkena wabah, dan
panennya gagal.
 Orang Maluku Tengah pada umumnya
mengenal upacara pembayaran kain berkat,
yang dilakukan oleh klen penganten laki laki,
kepada kepala adat dari desa penganten
perempuan, pembayaran itu berupa kain
putih serta minuman keras atau tuak, kalau
hal ini dilupakan keluarga muda ini akan
menjadi sakit dan mati.
IPTEK ini meyakinkan mereka bahwa jika
mereka tidak melakukan adat dengan benar
maka akan terkena sial. Dengan kepercayaan
ini maka mereka mau membersihkan Baileu
dengan cara-cara tertentu sampai bersih dan
melakukan pembayaran dengan kain saat
menikah.

Anda mungkin juga menyukai