Punah
April 22, 2018 Editor Choizes
Indonesia memiliki beragam fauna yang khas, namun beberapa di antaranya telah langka. Apa
saja hewan langka Nusantara yang terancam punah?
Dengan luas wilayah 735.400 mil persegi dan terletak di antara dua benua besar, Indonesia
menjadi negara yang memiliki beragam jenis flora dan fauna, baik itu yang berkarakter Asiatic,
Australis, maupun peralihan. Namun sayangnya, dari ribuan jenis flora dan fauna yang hidup di
wilayah Indonesia, ada sekitar 294 jenis flora dan fauna Indonesia yang masuk dalam daftar
spesies yang terancam punah (hewan langka) dan patut dilindungi. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Pemeintah No 7 Tahun 1999 tentang “Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang
Dilindungi”.
2. Harimau Sumatera
Mungkin saat ini jumlah populasi Harimau Sumatera tak lebih dari 300 ekor saja, sehingga
menurut WWF spesies yang merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan
hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis atau hewan langka yang
terancam punah (critically endangered). Warna kulit harimau Sumatera merupakan yang paling
gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua. Tubuhnya
juga relatif paling kecil dibandingkan semua sub-spesies harimau yang hidup saat ini. Semakin
sempitnya luas habitat karena aktivitas pembukaan lahan, membuat mereka semakin terancam
punah.
3. Komodo
Habitat komodo (Varanus komodoensis) di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia
dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan.
Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman
nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka. Habitat utama
kadal raksasa ini hanya ada di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di
Nusa Tenggara. Komodo pertama kali didokumentasikan oleh orang Eropa pada tahun 1910.
Nama hewan karnivora ini semakin dikenal dunia setelah tahun 1912 Pieter Antonie Ouwens,
direktur Museum Zoologi di Buitenzorg (kini Bogor), menerbitkan paper tentang komodo setelah
menerima foto dan kulit reptil ini.
4. Burung Jalak Bali
Jalak Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali dinamakan menurut
pakar hewan berkebangsaan Inggris, Walter Rothschild, sebagai orang pertama yang
mendeskripsikan spesies ini ke dunia pengetahuan pada tahun 1912. Jalak Bali hanya ditemukan
di hutan bagian barat Pulau Bali. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali
dan pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang fauna Provinsi Bali. Keberadaan hewan
endemik ini dilindungi undang-undang. Untuk mencegah terjadi ancaman kepunahan yang
makin erius, sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia menjalankan program penangkaran
jalak Bali (Leucopsar rothschildi).
6. Gajah Sumatera
Mungkin saat ini jumlah populasi Harimau Sumatera tak lebih dari 300
ekor saja, sehingga menurut WWF spesies yang merupakan satu dari enam sub-spesies harimau
yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis atau
hewan langka yang terancam punah (critically endangered). Warna kulit harimau Sumatera
merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga
oranye tua. Tubuhnya juga relatif paling kecil dibandingkan semua sub-spesies harimau yang
hidup saat ini. Semakin sempitnya luas habitat karena aktivitas pembukaan lahan, membuat
mereka semakin terancam punah.
8. Anoa
Kera Hitam Sulawesi atau dalam bahasa ilmiah disebut Macaca nigra
atau sering juga disebut monyet berjambul merupakan salah satu dari sekian jenis primata yang
keberadaannya mulai langka dan terancam mengalami kepunahan. Kera Hitam Sulawesi
merupakan satwa endemik pulau Sulawesi, tepatnya di daerah provinsi Sulawesi Utara. Ciri
utama yang pada monyet ini adalah jambul di atas kepalanya. Dalam bahasa Inggris primata
langka ini disebut dengan beberapa nama diantaranya Celebes Crested Macaque, Celebes Black
ape, Celebes Black Macaque, Crested Black Macaque, Gorontalo Macaque, dan Sulawesi
Macaque. Sementara itu, kera ini oleh masyarakat setempat biasa dipanggil dengan Yaki, Bolai,
Dihe. Dalam bahasa latin (ilmiah) Kera Hitam Sulawesi dinamai Macaca nigra yang bersinonim
dengan Macaca lembicus (Miller, 1931) Macaca malayanus (Desmoulins, 1824). Kera hitam
sulawesi ini semakin hari keberadaannya semakin langka dan terancam punah. Bahkan oleh
IUCN Redlist digolongkan dalam status konservasi Critically Endangered (Krisis).
18. Simakobu
Simakobu adalah monyet berhidung pesek yang status populasinya paling
mengkawatirkan dan orang jarang bahkan tidak mengenalnya. Simakobu adalah spesies
monoleptik dimana binatang ini tidak memiliki ‘saudara’ dalam marganya. Russel A.
Mittermeier, Presiden Conservation International (CI) juga menambahkan bahwa Simakobu
merupakan satu-satunya monyet pemakan daun yang mempunyai ekor melingkar pendek dan
mempunyai hidung tumpul seperti halnya monyet emas atau monyet berhidung pesek. Simakobu
atau yang bernama ilmiah Simias concolor ini menjadi penting karena statusnya dalam IUCN
yang dikategorikan sebagai spesies yang Critically Endangered atau status konservasi tingkat
keterancaman tinggi (hewan langka) dan dicap sebagai ‘The World’s 25 Most Endangered
Primates’. Hal ini terjadi karena populasi monyet ekor babi selama 10 tahun terakhir mengalami
penurunan hingga 80%.
Tarsius adalah primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari
famili Tarsiidae, satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes. Tarsius mempunyai
tubuh kecil dengan mata yang sangat besar; tiap bola matanya berdiameter sekitar 16 mm dan
keseluruhan berukuran sebesar otaknya. Kaki belakangnya juga sangat panjang. Sampai saat ini
populasi Tarsius cenderung mengalami penurunan (IUCN, 2012). Perkiraan kepadatan populasi
Tarsius di Tangkoko adalah 156/km2 (Gursky, 1997). Hal ini karena dipengaruhi oleh faktor-
faktor baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Faktor luar (eksternal) yang
mempengaruhi Tarsius antara lain adalah lingkungan(habitat,sarang, jenis vegetasi), iklim (suhu,
kelembaban, intensitas cahaya, dan curah hujan), predator (kucing hutan, ular dan manusia), dan
pakan.
Celepuk siau (Otus siaoensis) adalah salah satu burung langka yang
masuk dalam kategori terancam punah di dunia. Burung celepuk siau merupakan burung
endemik yang hanya terdapat di sebuah pulau kecil bernama “Siau” di Kabupaten Sangihe,
Propinsi Sulawesi Utara. Sesuai dengan namanya, Celepuk siau merupakan anggota burung
hantu (ordo Strigiformes) yang dalam bahasa Inggris biasa disebut sebagai Siau Scops-owl.
Sedangkan dalam nama ilmiah (latin) celepuk ini diberi nama Otus siaoensis. Populasi burung
endemik ini tidak diketahui dengan pasti, namun berdasarkan persebarannya yang hanya terbatas
di pulau dan penampakan langsung yang jarang sekali, celepuk siau dikategorikan oleh IUCN
Redlist dalam status konservasi Kritis (Critically Endangered) sejak tahun 2000. CITES juga
memasukkan celepuk ini dalam Apendix II sejak 1998.
Rusa Bawean yang dalam bahasa Latinnya Axis kuhlii merupakan hewan
endemik yang hidup di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Jenis rusa ini
merupakan rusa yang populasinya semakin langka dan terancam kepunahan. Rusa Bawean
merupakan hewan langka yang hidup nokturnal, lebih sering aktif di sepanjang malam.
Menyukai habitat di semak-semak pada hutan sekunder yang berada pada ketinggian hingga 500
mdpl. Rusa Bawean memiliki tubuh yang relatif lebih kecil dibandingkan rusa jenis lainnya.
Rusa Bawean mempunyai tinggi tubuh antara 60-70 cm dan panjang tubuh antara 105-115 cm.
Rusa ini mempunyai bobot antara 15-25 kg untuk rusa betina dan 19-30 kg untuk rusa jantan.
Selain itu, ciri lain dari rusa ini adalah memiliki ekor sepanjang 20 cm yang berwarna coklat dan
keputihan pada lipatan ekor bagian dalam. Rusa ini mempunyai kecepatan berlari yang sangat
cepat dan cerdik.
Merak hijau atau bahasa Latinnya Pavo muticus merupakan salah satu
burung dari tiga spesies merak. Seperti burung-burung lainnya yang ditemukan di suku
Phasianidae, merak hijau mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya berwarna hijau keemasan.
Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengkilap,
berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor. Burung jantan dewasa
berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai 300 cm, dengan penutup ekor yang sangat
panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak. Merak hijau terdapat di kepulauan Jawa dan
statusnya dilindungi oleh undang-undang karena sebagai hewan langka.
Hiu Gergaji atau bahasa ilmiahnya Pristis microdon adalah spesies ikan
yang hidup di lautan Indo-Pacific serta dapat juga hidup di sungai untuk melakukan siklus
hidupnya. Pada musim hujan antara bulan Desember-Maret, ikan ini akan hidup di sungai air
tawar. Sedangkan ketika memasuki musim kering (Mei-Oktober), ikan hiu sentani akan lebih
suka tinggal di muara atau teluk yang menyerupai habitat air laut. Selain di Australia, ikan ini
juga menyebar ke Kalimantan, Papua, Vietnam, India, Madagascar dan Afrika timur. Di
Indonesia sendiri ikan hiu gergaji (Pristis microdon) ini menjadi salah satu hewan endemik yang
terdapat di Danau Sentani, Papua. Jumlahnya yang menyusut membuat spesies ini masuk dalam
satwa yang patut dilestarikan.
Nah, demikianlah sederet satwa atau hewan langka yang ada di Indonesia. Sebagai warga negara
yang baik, sudah sepatutnya kita ikut menjaga kelestarian hidupnya dengan berbagai cara dan
upaya, misalnya mencegah perburuan dan menjaga habitatnya.