Anda di halaman 1dari 10

KELIMPAHAN DAN SEBARAN BURUNG CENDRAWASIH (Paradisaea apoda)

DI PULAU ARU KABUPATEN KEPULAUAN ARU PROPINSI MALUKU

Lesly Latupapua
Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon

Abstract

The study was conducted in Aru Island, which has taken in two location of observa-
tions, i.e. Tunguwatu and Jabulenga. The study was aim to detect abundance and
distribution of Cendrawasih (bird of paradise) and to find out habitat condition that
supported the abundance and the distribution of Cendrawasih bird. The observation
on Cendrawasih bird conducted with line transects method. While, the observation
of vegetation as the habitat of Cendrawasih bird using the track combination method
with partitioned line.
The observation result show quantity of Cendrawasih bird is 22 birds with population
estimation are 6.722 birds with 6,7 bird/Km2 densities. Appearance of Cendrawasih
related to the abundance of vegetation in the location of study, i.e. in Tunguwatu con-
sist of 42 kinds which dominated by Myristica fatua HouTT, Canarium Vulgare Leenh,
Diospyros lolin Bakh, Inocarpus fagiferus Fobs and Parinarium corymbosum MIQ while
in the location of Jabulenga consist of 35 kinds which dominated by Eugenia rumphii
MERR, Canarium vulgare Leenh, Parinarium corymbosum MIQ, Podocarpus rumphii
BL and Diospyros lolin Bakh. Cendrawasih bird spread in group.
The result of regression analysis consist of the correlation between Cendrawasih bird
population (Y) and vegetation density (X1) and diversity of vegetation (X2) with the
correlation value (r) = 0,91 and determination value (R2) = 84.1% and this obviously
give effects with F value estimations is 18.448>4.74.

Keywords: population, habitat, abudance, cendrawasih bird

PENDAHULUAN memberi manfaat bagi manusia.


Latar belakang Pembukaan wilayah hutan untuk berbagai
keperluan seperti pemukiman, pertanian, perke-
Hutan merupakan sumberdaya alam
bunan, eksploitasi hutan dan keperluan lainnya,
yang menyimpan banyak manfaat bagi manusia,
menyebabkan luas hutan makin berkurang, serta
hutan sering juga dikenal dengan istilah “emas
flora dan fauna di dalamnya juga mengalami
hijau”. Hal ini mengandung arti bahwa di dalam
gangguan. Pengaruh pemanfaatan hutan terha-
hutan terkandung kekayaan, yang berupa kayu
dap komunitas satwa liar terjadi, dengan adanya
dan hasil hutan lainnya atau terdapat beraneka
gangguan terhadap habitat dan bahkan terjadi
ragam jenis flora dan fauna yang semuanya
kehilangan habitat satwa. Ruang gerak satwa
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.
makin sempit dan kehilangan sumber pakan,
Fungsi hutan yang berkaitan dengan konservasi
dengan kata lain aktivitas satwa dapat terganggu
plasma nutfah baik flora maupun fauna serta
baik makan, istirahat maupun aktivitas lainnya.
perlindungan kesuburan tanah, tata air perlu tetap
Hal ini dapat menyebabkan keseim­bangannya
diperhatikan agar dapat menciptakan lingkungan
terganggu dan ketika situasi ini terus berlangsung
hidup yang sehat dan serasi bagi manusia itu
maka bukan tidak mungkin, jumlah satwa di alam
sendiri. Namun jika hutan dieksploitasi tanpa
berkurang dan dapat menjadi ancaman bahaya
memperhitungkan batasan-batasan tertentu maka
kepunahan spesies. Kondisi ini diperparah den-
fungsi hutan dapat bergeser dan justru tidak dapat
Jurnal Agroforestri Volume I Nomor 3 Desember 2006 41

gan semakin tingginya per­dagangan satwa dan itu, burung Cendrawasih harus tetap dilindungi
perburuan liar. dan dijaga keberadaannya agar tidak sampai
Khusus untuk keragaman jenis satwa mengalami penurunan dalam populasinya atau
burung, di Maluku terdapat 344 spesies atau terhindar dari ancaman bahaya kepunahan.
kira-kira 22,46 % dari jumlah spesies burung Mengingat keberadaan jenis burung
yang ada di Indonesia. Jenis-jenis flora yang Cendrawasih ini penting sebagai potensi yang
terdapat di Maluku merupakan jenis flora yang strategis, maka upaya pelestariannya perlu untuk
lebih banyak dipengaruhi oleh spektrum biolo- dilakukan. Untuk itu kelimpahan dan sebaran
gis Asia dan sedikit dipengaruhi oleh spektrum populasi jenis satwa burung ini pada berbagai
biologis Australia. Sedangkan untuk jenis-jenis tipe habitatnya penting untuk diketahui sehingga
faunanya sedikit berbeda dari fauna Asia, dimana langkah-langkah pengelolaan yang tepat dapat
lebih memperlihatkan ciri-ciri dari zone Wal- dilakukan untuk menyelamatkan jenis satwa
laceae yang dipengaruhi oleh spektrum biologis burung ini dari bahaya kepunahan.
Australia, terutama jenis-jenis burung. Hal ini
Perumusan Masalah
disebabkan karena letak geografis Provinsi
Maluku (Balai Konservasi Sumber Daya Alam Burung Cendrawasih (Paradisaea apoda)
Wilayah VIII, 1993). merupakan jenis burung yang banyak diminati
orang, khususnya karena keindahan bulu dan
Pulau Aru yang terletak dalam gugusan
warnanya yang menyolok, sehingga sering men-
Kepulauan Maluku memiliki potensi fauna
jadi incaran banyak orang. Burung Cendrawasih
yang cukup besar, salah satu potensi berharga
(Paradisaea apoda) hanya terdapat di Kabupaten
adalah burung Cendrawasih (Paradisaea apoda),
Kepulauan Aru dan tidak dijumpai di tempat lain
yang khas dan dikenal sebagai burung yang
di seluruh wilayah Maluku.
dilindungi, serta beberapa jenis burung lain dan
satwa liar lainnya. Jenis ini merupakan jenis Akibat berbagai kegiatan manusia seperti:
satwa burung yang diminati karena memiliki pembukaan hutan untuk eksploitasi hutan oleh
bulu yang indah dan warna yang mencolok. HPH yang memiliki wilayah konsesi di Kepu-
Kabupaten Kepulauan Aru merupakan wilayah lauan Aru, perladangan berpindah, serta pen-
di Provinsi Maluku yang memiliki potensi jenis angkapan secara liar maka populasi dari burung
burung Cendrawasih (Paradisaea apoda). Jenis ini mengalami penurunan, demikian juga terjadi
ini hidup di daratan rendah di Irian dan Maluku, kerusakan pada habitatnya sehingga komponen
khususnya di Kepulauan Aru. Habitat burung yang dibutuhkan oleh satwa untuk hidup dan
Cendrawasih di Irian dan Pulau Aru hampir sama berkembang biak menjadi terganggu.
(Widyastuti, 1993). Berbagai upaya untuk perlindungan dan
Burung Cendrawasih (Paradisaea apoda) penyelamatan satwa ini diperlukan agar dapat
merupakan salah satu jenis burung yang dilindun- dicari langkah-langkah yang tepat untuk men-
gi oleh pemerintah, berdasarkan Undang-Undang gantisipasi penurunan jumlah satwa ini di alam.
No. 5 tahun 1990 dan dipertegas dengan Surat Untuk itu diperlukan penelitian-penelitian yang
Keputusan Menteri Kehutanan No. 301/Kpts- lebih mendalam tentang potensi dan habitat satwa
II/1992, karena adanya dugaan bahwa populasi ini sehingga dapat dipakai sebagai acuan untuk
satwa burung ini mengalami penurunan secara berbagai langkah pengelolaannya di waktu-
terus menerus atau terancam bahaya kepunahan, waktu mendatang.
akibat pengrusakan habitat atau perburuan liar. Dengan demikian beberapa masalah yang
Ditinjau dari tingkat kelangkaannya, ses- dapat dirumuskan dalam penelitian ini antara
uai dengan kategori yang digunakan oleh IUCN lain: bagaimana kelimpahan dan sebaran popu-
Red Data Book, burung Cendrawasih (Paradis- lasi burung Cendrawasih (Paradisaea apoda)
aea apoda) termasuk kategori 2, yaitu satwa yang saat ini, dan bagaimana kondisi habitat dari
populasinya jarang atau terbatas dan mempunyai burung Cendrawasih (Paradisaea apoda).
resiko punah (Restricted/Rare). Oleh karena

Lesly Latupapua
42 Jurnal Agroforestri Volume I Nomor 3 Desember 2006
Tujuan Penelitian data, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menge- 1. Pengumpulan Data
tahui kelimpahan dan sebaran populasi burung a. Pengumpulan Data Sekunder
Cendrawasih (Paradisaea apoda) di Kepulauan Untuk melengkapi data primer perlu
Aru, 2) mengetahui kondisi habitat yang menun- untuk diketahui data sekunder. Data
jang kelimpahan dan sebaran burung Cendrawa- sekunder ini berupa: keadaan umum
sih (Paradisaea apoda). wilayah penelitian, Peta lokasi Pulau
Manfaat Penelitian Aru dan keadaan sosial ekonomi ma-
syarakat (kependudukan, mata penca-
Dalam penelitian ini diharapkan dapat
harian).
memberikan sumbangan informasi baik kepada
b. Pengumpulan Data Primer
masyarakat maupun pemerintah mengenai: po-
Data primer yang diperlukan dalam
tensi burung Cendrawasih (Paradisaea apoda)
penelitian ini berupa:
sebagai salah satu jenis satwa yang dilindungi
b.1. Populasi Burung Cendrawasih
dan keberadaan habitat yang diguna­kan oleh
Pengambilan data populasi burung
burung Cendrawasih (Paradisaea­ apoda) untuk
Cendrawasih (Paradisaea apoda) di-
melakukan berbagai aktifitasnya.
laksanakan dengan metode inven­tarisasi
METODOLOGI PENELITIAN dan sensus satwa. Teknik pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan
Waktu dan Lokasi Penelitian metode garis transek, pengambilan
Penelitian ini telah berlangsung pada data dilakukan dengan menggunakan
bulan Agustus – September 2005, berlokasi di jalur-jalur pengamatan. Jalur-jalur
Kabupaten Kepulauan Aru Propinsi Maluku. pengamatan ini dilakukan pada 2 lokasi
Lokasi pengambilan data di Tunguwatu dan yaitu di desa Tunguwatu dan Jabulenga.
Jabulenga yang terletak di Kecamatan Pulau- Pada tiap lokasi dibuat 5 jalur pen-
Pulau Aru. gamatan dengan panjang jalur 1000 m
dan lebar jalur 100 m dengan jarak antar
Bahan dan Materi Penelitian jalur 500 m.
Dalam penelitian ini digunakan metode Pengambilan data burung dilakukan
survey dengan pendekatan kuantitatif dan kuali- pada pagi hari : jam 7.°° - 9.°° WIT dan
tatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan sore hari : jam 15.°° - 17.°° sesuai den-
mengambil sampel dari populasi burung Cendra- gan waktu aktifitas burung Cendrawasih
wasih (Paradisaea apoda) dan vegetasi sebagai dan juga hasil wawancara yang dilaku-
habitatnya. Sedangkan pendekatan kualitatif kan terhadap penduduk setempat yang
dengan pengamatan langsung dilapangan. mengatakan bahwa burung Cendrawasih
Materi utama dalam penelitian ini adalah: hanya akan terlihat pada waktu-waktu
sebaran dan kelimpahan populasi burung Cendra- tersebut.
wasih (Paradisaea apoda) dan vegetasi sebagai b.2. Data Vegetasi
habitat burung Cendrawasih (Paradisaea apoda). Vegetasi bagi burung Cendrawasih
Sedangkan aalat-alat yang digunakan dalam (Paradisaea apoda) diketahui dengan
penelitian ini sebagai berikut: kompas, tally melakukan inventarisasi terhadap
sheet, teropong, altimeter, kamera foto, phyband, komposisi jenis dan keragaman je-
roll meter, Peta Kepulauan Aru, alat tulis menulis nis. Pengambilan data vegetasi, meng­
dan buku Panduan Lapangan. gunakan jalur yang sama dengan jalur
pengamatan satwa burung.
Metode Pengambilan Data
Pengambilan sampel digunakan cara
Penelitian berlangsung dalam 2 tahap garis berpetak, yang merupakan modi-
kegiatan yaitu ; pengumpulan data primer dan fikasi cara petak ganda dan cara jalur.
data sekunder dari daerah penelitian serta analisis Jalur yang dibuat dibagi dalam petak-

Kelimpahan Dan Sebaran Burung Cendrawasih (Paradisaea apoda) Di Pulau Aru


Kabupaten Kepulauan Aru Propinsi Maluku
Jurnal Agroforestri Volume I Nomor 3 Desember 2006 43

petak yang kontinyu dengan ukuran Dimana:


tertentu untuk mengukur tingkat po- ni = Nilai penting individu jenis ke-I
hon, tiang, sapihan dan semai, dengan N = Nilai penting seluruh jenis
ketentuan-ketentuan sebagai berikut: b. Analisa Data Burung
Tingkat pohon diameter 20 cm keatas, Untuk mengetahui populasi burung Cen-
dengan ukuran petak pengamatan 20 x drawasih (Paradisaea apoda) dianalisis
20 m, tingkat tiang diameter 10 – 19 cm, dengan menggunakan rumus King’s
dengan ukuran petak pengamatan 10 x (1963) dalam Lavieren (1982) sebagai
10 m, tingkat sapihan diameter 4 – 9 berikut:
cm, dengan ukuran petak pengamatan
5 x 5 m dan tingkat semai diameter < 4 P=
A.Z
D =
∑d i

cm dan tinggi < 1,5 m, dengan ukuran 2 . x . D , apabila Z


petak pengamatan 2 x 2 m. Dimana:
2. Analisa Data P = Populasi satwa
Dalam pelaksanaan penelitian, data dianali- A = Luas areal
sis dengan menggunakan analisis kuantita- Z = Jumlah satwa
tif. x = Panjang jalur pengamatan
D = Rata-rata jumlah jarak tempat terlihat-
a. Analisa Data Vegetasi
nya satwa burung
 Indeks Nilai Penting (INP)
di = Jumlah jarak antara pengamat dengan
Vegetasi yang telah di inventarisasi
satwa
kemudian dianalisis untuk mengetahui
Sedangkan untuk densitas (kerapatan), dihi-
nilai : Kerapatan, Kerapatan Relatif,
tung berdasarkan rumus Lavieren (1982):
Frekuensi, Frekuensi Relatif, Domi-
nansi, Dominansi Relatif dan Indeks Z
Nilai Penting, dengan rumusnya sebagai
D=
2. x.D
berikut:
Dimana:
D = Densitas
Jumlah individu satu jenis pohon Z = Jumlah satwa yang terlihat
Kerapatan =
Luas semua petak sampel x = Panjang jalur
D = Rata-rata jumlah jarak tempat terlihat-
Kerapatan satu jenis nya satwa burung
Kerapatan relatif = × 100 %
Kerapatan seluruh jenis Sedangkan untuk mengetahui hubungan an-
Jumlah plot ditemukan satu jenis tara populasi satwa burung dengan vegetasi
Frekuensi =
Jumlah plot ditemukan seluruh jenis dianalisis dengan menggunakan persamaan
regresi linier, dengan rumus sebagai beri-
Frekuensi satu jenis kut:
Frekuensi relatif = × 100 %
Frekuensi seluruh jenis
Y = a + bx1 + bx2
Jumlah bidang dasar Dimana:
Dominansi =
Luas petak contoh Y = Populasi burung
X1 = Kerapatan vegetasi
Dominansi satu jenis
Dominansi relatif = × 100 % X2 = Keragaman vegetasi
Dominansi
INP = KR + FR + DRseluruh jenis

 Keragaman Jenis Vegetasi HASIL DAN PEMBAHASAN


Keragaman jenis, menggunakan rumus Kelimpahan Burung Cendrwasih
Indeks Shannon Winner: Burung Cendrawasih (Paradisaea apoda)
H = - “ Pi log2 Pi yang terdapat di Kepulauan Aru merupakan salah
Pi = (ni/N) satu jenis dari 43 jenis burung Cendrawasih yang
hidup di dunia, dan merupakan jenis yang en-
Lesly Latupapua
44 Jurnal Agroforestri Volume I Nomor 3 Desember 2006
demik di Kepulauan Aru karena tidak ditemukan tempat untuk berkembang biak dan cover.
di daerah lain di Maluku. Burung Cendrawasih Perjumpaan burung Cendrawasih lebih efektif
yang ditemukan di Kepulauan Aru khususnya pada pagi hari (7.00-9.00 WIT) dan sore hari
pada lokasi penelitian Tunguwatu dan Jabulenga, (15.00-17.00). Jumlah perjumpaan Cendrawasih
dapat dilihat pada gambar 1. lebih banyak terlihat soliter tetapi juga dalam
kelompok dan biasanya dari perjumpaan tersebut
dijumpai jenis jantan dan betina, yang terdiri dari
jantan ± 5-10 ekor dan betina ± 1-2 ekor dan bi-
asanya terlihat pada saat musim kawin atau saat
burung melakukan aktivitas untuk kawin.
Hasil analisis menunjukan estimasi
populasi Cendrawasih adalah sekitar 6.722 ekor
dengan densitas 6,7 ekor/km2. Dari hasil analisis
ini menunjukkan bahwa populasi dan kepadatan
burung Cendrawasih di Kepulauan Aru terutama
pada Tunguwatu dan Jabulenga relatif kecil.
Gambar 1. Cendrawasih Jantan dan Betina Yang Hal ini disebabkan karena walaupun vegetasi
Terdapat Di Aru penyedia sumber pakan ataupun tempat untuk
Hasil penelitian menunjukkan jumlah bersarang, beristirahat/bertengger dan tempat
burung Cendrawasih yang ditemukan pada lo- untuk berkembangbiak/kawin masih cukup
kasi penelitian sebanyak 22 ekor, yang terdiri tersedia, tetapi karena jenis burung Cendrawasih
dari 12 ekor yang dijumpai di Tunguwatu dan merupakan jenis burung dengan bulu-bulu yang
10 ekor yang dijumpai di Jabulenga. Burung indah dan terkenal dengan julukan sebagai “bu-
Cendrawasih lebih banyak dijumpai di Tun- rung surga” terutama Cendrawasih jantan dan
guwatu walaupun perbedaannya relatif kecil sering di cari oleh orang-orang tertentu untuk
dengan yang ditemukan di Jabulenga, karena diperdagangkan, baik untuk dipelihara ataupun
berhubungan dengan ketersediaan komponen diawetkan untuk dijadikan sebagai cinderamata,
habitat yang dibutuhkan oleh satwa burung teru- akibatnya penduduk sekitar mulai berburu Cen-
tama kelimpahan jenis Myristica fatua HouTT drawasih untuk dijual dengan harga tertentu dan
yang digunakan oleh satwa burung Cendrawasih biasanya sekitar Rp 100.000,- untuk Cendra-
sebagai tempat untuk kawin. Sedangkan lokasi wasih yang telah mati sedangkan untuk yang
Jabulenga, ketersediaan komponen habitat cukup masih hidup lebih dari harga tersebut. Akibatnya
tersedia (sumber pakan, cover), tetapi karena populasi burung Cendrawasih yang merupakan
jarak hutan pada lokasi Jabulenga yang relatif salah satu jenis endemik di Aru mulai berkurang
dekat dengan pemukiman penduduk mengaki- keberadaannya.
batkan burung Cendrawasih banyak diburu oleh Dari hasil wawancara dengan penduduk
penduduk untuk diperdagangkan selain itu juga setempat, juga ditemukan bahwa beberapa tahun
karena jarak hutan yang dekat maka penduduk yang lalu sebelum adanya alat-alat berburu yang
banyak membuka hutan untuk dijadikan areal moderen seperti sekarang ini (senjata) populasi
bercocok tanam, akibatnya habitat burung ini burung Cendrawasih masih cukup besar, karena
terganggu. Burung Cendrawasih merupakan jenis penduduk yang berburu Cendrawasih hanya
yang sangat peka terhadap lingkungan, bila ling- menangkap Cendrawasih dengan menggunakan
kungan kebera­daannya terusik atau terganggu, jerat atau sejenis getah dari pohon hutan. Burung
maka jenis ini akan mencari lingkungan baru Cendrawasih merupakan jenis yang peka terha-
yang lebih aman. dap lingkungan, bila mendengar suara-suara ribut
Perjumpaan burung Cendrawasih ber- tertentu saja langsung meninggalkan vegetasi
hubungan dengan kondisi habitat dan aktivitas yang akan digunakan untuk tempat kawin.
harian. Burung akan berada pada habitat yang Oleh karena itu untuk mempertahankan
memenuhi kebutuhan hidupnya seperti pakan, populasi burung Cendrawasih yang ada sekarang
Kelimpahan Dan Sebaran Burung Cendrawasih (Paradisaea apoda) Di Pulau Aru
Kabupaten Kepulauan Aru Propinsi Maluku
Jurnal Agroforestri Volume I Nomor 3 Desember 2006 45

ini di Kepulauan Aru perlu untuk dilakukan Bakh dan Eugenia rumphii MERR. Jenis-jenis
berbagai usaha konservasi oleh pemerintah kabu- ini mempunyai ketinggian pohon 50-60 m dan
paten setempat, dengan memberikan pembinaan burung Cendrawasih menyukai dahan yang
kepada penduduk di sekitar habitat burung Cen- tinggi untuk melakukan aktifitas kawinnya.
drawasih tentang pentingnya menjaga kelestarian Cendrawasih jantan yang mempunyai bulu-
populasi Cendrawasih yang merupakan salah bulu yang indah dan menawan berusaha untuk
satu jenis yang endemik di Kepulauan Aru, agar menarik lawan jenis. Tarian Cendrawasih jantan
keberadaannya tetap terjaga dan dapat diketahui sangat memukau. Sambil bernyanyi di atas da-
ataupun tetap dapat dinikmati keindahan bulu- han, Cendrawasih jantan bergoyang-goyang ke
bulunya, baik oleh generasi kini maupun generasi berbagai arah sambil memamerkan keindahan
yang akan datang. bulu-bulunya dan kadang bergantung terbalik
sambil bertumpu pada dahan untuk menarik
Habitat Burung Cendrawasih
lawan jenisnya.
Hasil analisis vegetasi pada daerah peneli-
tian dilokasi Tunguwatu menunjukan kelimpahan 3. Habitat Bersarang
yang tinggi dimana terdapat 31-42 jenis vegetasi Burung Cendrawasih biasanya bersarang
sedangkan lokasi Jabulenga terdapat 32-35 jenis diatas kanopi pohon yang tinggi besar dan sa-
vegetasi. rangnya dibangun di dahan-dahan pohon atau
dilubang-lubang pohon. Sarang dari burung Cen-
Jenis-jenis pohon di lokasi Tunguwatu
drawasih terletak di pohon yang tinggi dan sulit
dan Jabulenga dapat dilihat pada tabel untuk dijangkau, hal ini dilakukan untuk meng-
1. hindar dari predator, terlebih menghindar dari
Tabel 1. Jenis-jenis Pohon Dominan di Lokasi penangkapan yang dilakukan oleh manusia.
Penelitian
Jenis vegetasi yang biasanya digunakan
sebagai tempat bersarang dari burung Cendra-
wasih yaitu : Myristica fatua HouTT, Canarium
vulgare Leenh, Eugenia rumphii MERR, Dios-
pyros lolin Bakh.
4. Habitat Istirahat
1. Habitat Makan
Habitat istirahat sangat berhubungan
Burung Cendrawasih, tergolong sebagai dengan fungsinya sebagai pelindung atau cover.
satwa jenis omnivora dengan memakan buah, Untuk itu struktur vegetasi sangat berperan dan
biji-bijian, serangga, siput dan kadal kecil. Jenis merupakan salah satu bentuk pelindung. Struktur
pohon yang sangat digemari oleh burung Cen- vegetasi ini biasanya ditentukan oleh bentuk tajuk
drawasih sebagai penyedia sumber pakan, yang dan percabangannya. Hasil pengamatan di lapan-
terdapat pada lokasi penelitian seperti Areca cat- gan menunjukkan bahwa burung Cendrawasih
echu dan Eugenia spp. Jenis-jenis vegetasi inilah terlihat bertengger diatas puncak pepohonan
yang lebih sering digunakan dan dimanfaatkan atau pada tajuk-tajuk pohon bagian atas dengan
oleh burung Cendrawasih sebagai sumber pakan- ketinggian 50-60 m, tetapi kadangkala juga dapat
nya terlebih khusus pada saat musim buah dari ditemukan di semak belukar yang rendah namun
jenis-jenis tersebut, sebab pada saat tersebutlah hal ini sulit ditemukan karena Cendrawasih akan
makanannya cukup tersedia. segera menghindar dan mencari tempat yang
2. Habitat Kawin aman bila ada gangguan yang dilakukan terhadap
Jenis pohon yang biasanya digunakan lingkungannya. Burung Cendrawasih biasanya
oleh burung Cendrawasih sebagai tempat untuk istirahat pada pohon : Areca catechu, Diospyros
kawin atau berkembang biak yaitu : Myristica lolin Bakh, Pometia pinnata, Ficus benjamina,
fatua HouTT, Ficus benjamina, Diospyros lolin Canarium vulgare Leenh.

Lesly Latupapua
46 Jurnal Agroforestri Volume I Nomor 3 Desember 2006
Hubungan Antara Populasi Burung Cen- Cendrawasih lebih banyak ditemukan pada
drawasih dengan Vegetasi sebagai Habitat- Tunguwatu dibandingkan dengan Jabulenga, wa-
nya laupun relatif tidak jauh berbeda. Selain karena
Hubungan antara vegetasi dengan popu- faktor tersebut, faktor lainnya adalah karena
lasi burung Cendrawasih dapat diketahui dengan keadaan lingkungan pada lokasi ini yang dapat
menggunakan analisis regresi. Hasil analisis mendukung kehidupan burung Cendrawasih, di-
regresi, menunjukkan bahwa interaksi antara mana tersedianya jenis-jenis vegetasi yang dapat
populasi burung Cendrawasih (Y) dan kerapatan dimanfaatkan oleh Cendrawasih dalam melaku-
vegetasi (X1) dan keragaman jenis vegetasi (X2) kan aktivitas seperti tersedianya sumber pakan
memberikan pengaruh yang nyata pada tingkat yang cukup, adanya tempat untuk melakukan
kepercayaan 95 % dengan F hitung 18,448 > F proses perkawinan dan lain sebagainya.
tabel 4,74. Hal ini disebabkan karena vegetasi Menurut informasi yang diperoleh dari
merupakan komponen habitat yang penting bagi penduduk di sekitar lokasi penelitian, beberapa
kelangsungan hidup satwa, yang dapat digunakan tahun yang lalu keberadaan Cendrawasih pada
sebagai sumber pakan, tempat berkembang biak, lokasi penelitian Tunguwatu maupun Jabulenga,
tempat istirahat maupun sebagai tempat ber- masih cukup banyak tetapi akibat dari areal hutan
lindung. pada kedua lokasi ini dijadikan areal pengusa-
Hubungan yang signifikan antara popu- haan oleh HPH Budhi Nyata mengakibatkan
lasi burung Cendrawasih dan kerapatan dan habitat dari Cendrawasih menjadi terusik dan
keragaman jenis vegetasi, ditunjukkan dengan semakin menyempit mengakibatkan saat ini
nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,91 dengan kebera­daannya cukup sulit untuk ditemukan.
persamaan ; Y= 4,719 – 0,313 X1 + 0,048 X2. Burung Cendrawasih yang ditemukan
Persamaan ini memperlihatkan bahwa kerapatan pada lokasi penelitian, terlihat pada umumnya
vegetasi dan keragaman jenis vegetasi mempen- tersebar secara kelompok walaupun ada juga
garuhi kelimpahan burung Cendrawasih. Nilai yang soliter. Dimana pada saat pengamatan
koefisien determinasi (R2) = 84,1 %, artinya ditemukan lebih dari 1 ekor baik jantan maupun
jumlah burung Cendrawasih dipengaruhi oleh betina serta lebih banyak ditemukan pada saat
kerapatan vegetasi dan keragaman jenis vegetasi Cendrawasih melakukan aktivitas kawin.
sebesar 84,1 % dan hanya 15,9 % dipengaruhi
Pergerakan burung Cendrawasih juga
oleh faktor lain.
tergantung kepada kondisi cuaca dimana Cen-
Analisis varians antara populasi burung drawasih berada. Kondisi cuaca di Kepulauan
Cendrawasih dengan kerapatan vegetasi (X1) Aru yang sewaktu-waktu dapat berubah me-
dan keragaman jenis vegetasi (X2) dapat dilihat nyebabkan sulit untuk ditemukan burung ini
pada tabel 2. pada habitatnya, keadaan ini ditemui pada saat
Tabel 2. Analisis Varians Antara Populasi Burung pengamatan dimana pada saat telah ditemukan
Cendrawasih (Y) Dengan Kerapatan Vegetasi (X1) Cendrawasih tetapi karena berubahnya kondisi
dan Keragaman Jenis Vegetasi (X2) cuaca, dari angin timur tiba-tiba berubah menjadi
angin barat ataupun karena keadaan yang tiba-
tiba turun hujan mengakibatkan Cendrawasih
langsung menghindar untuk mencari lingkungan
Keterangan : ** : Sangat Nyata yang dapat melindungi dirinya dari keadaan
cuaca yang tidak menentu tersebut.
Sebaran Burung Cendrawasih
Tunguwatu dan Jabulenga merupakan KESIMPULAN DAN SARAN
habitat yang cukup potensial bagi Cendrawasih.
Namun dari hasil pengamatan menunjukkan A. Kesimpulan
lokasi Tunguwatu lebih potensial dibandingkan 1. Jumlah burung Cendrawasih yang ditemu-
dengan lokasi Jabulenga, hal ini disebabkan kan pada lokasi penelitian, baik itu pada lo-
karena pada saat dilakukan penelitian burung kasi Tunguwatu dan Jabulenga sebanyak 22

Kelimpahan Dan Sebaran Burung Cendrawasih (Paradisaea apoda) Di Pulau Aru


Kabupaten Kepulauan Aru Propinsi Maluku
Jurnal Agroforestri Volume I Nomor 3 Desember 2006 47

ekor, dengan populasi dugaan atau estimasi taraf uji 95 % F hitung (18,448) lebih besar
populasi sebesar 6.722 dan densitas atau dari F tabel (4,74).
kepadatannya sebesar 6,7 ekor per km2.
B. Saran
2. Kelimpahan vegetasi sebagai habitat satwa
1. Perlu adanya upaya untuk tetap memper-
burung Cendrawasih, pada lokasi penelitian
tahankan keberadaan burung Cendrawasih
cukup tinggi dengan 49 jenis yang didomi-
yang ada di Kepulauan Aru, yang meru-
nasi oleh jenis-jenis vegetasi pala hutan (
pakan salah satu jenis endemik di Maluku
Myristica fatua HouTT), kayu merah (Euge-
dan lebih khusus di Kepulauan Aru sebagai
nia rumphii MERR), kayu arang (Diospyros
aset bagi pembangunan di daerah tersebut.
lolin Bakh) dan kenari (Canarium vulgare
Leenh). 2. Perlu adanya berbagai upaya yang harus
dilakukan oleh pemerintah setempat ke-
3. Burung Cendrawasih yang ditemukan pada
pada penduduk di sekitar habitat burung
lokasi penelitian, lebih banyak ditemukan
Cendrawasih, akan pentingnya menjaga
pada saat sedang melakukan aktivitas untuk
dan memelihara hutan sebagai habitat bagi
kawin, dimana Cendrawasih jantan me-
Cendrawasih dan juga bagi jenis satwa lain-
mamerkan keindahan bulu-bulunya untuk
nya yang hidup di hutan.
menarik betina.
3. Diharapkan adanya penelitian-penelitian
4. Hasil analisis varians menunjukkan bahwa
lanjutan tentang potensi yang dimiliki
variabel X dalam hal ini kerapatan vegetasi
burung Cendrawasih seperti perilaku pada
dan keragaman jenis vegetasi memberikan
saat Cendrawasih melakukan aktivitas
pengaruh yang sangat nyata terhadap popu-
hariannya.
lasi burung Cendrawasih (Y), dimana pada

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S. 1979. Dasar-Dasar Pembinaan Margasatwa. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian


Bogor. Bogor.
Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Penelaah Ishemat Soerianegara. Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar
Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor.
Anselmus, J. 1998. Kelimpahan Dan Distribusi Jenis-Jenis Burung Berdasarkan Fragmentasi Dan
Stratifikasi Habitat Hutan Cagar Alam Langgaliru Sumba. Program Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor. (Thesis Tidak Dipublikasikan). Bogor.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Tenggara, 2004. Kepulauan Aru Dalam Angka. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Maluku Tenggara. Tual.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah VIII, 1993. Mengenal Kawasan Konservasi Sumber
Daya Alam di Maluku. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah VIII (Maluku – Irian
Jaya). Ambon.
Beehler, B. M, Thane, K. P, Zimmerman, D. A. 2001. Burung-Burung Di Kawasan Papua. Papua,
Papua Niugini Dan Pulau-Pulau Satelitnya. Birdlife International Indonesia Programme.
PT Ghalia Indonesia. Jakarta.
Cahyono, G. A. 1981. Keragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Lingkungan Di Lingkungan
IPB Darmaga. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Colin, J. B, N. D. Burges and D. A. Hill. 1992. Bird Census Tecniques. University Press. Cambridge.
New York.
Lesly Latupapua
48 Jurnal Agroforestri Volume I Nomor 3 Desember 2006
Departemen Kehutanan, 1992. Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan Republik Indonesia.
Jakarta
Departemen Pertanian, 1975. Daftar Nama Pohon-Pohonan Maluku Utara dan Selatan. Departemen
Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Lembaga Penelitian Hutan.
Bagian Botani Hutan. Bogor
Direktorat Perlindungan Hutan, 1992. Buku Saku Pengenalan Jenis Satwa Liar (Aves). Departemen
Kehutanan Dirjen Perlindungan Hutan Dan Pelestarian Alam Direktorat Perlindungan
Hutan. Bogor.
Deshmukh, I. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Terjemahan : Kuswata Kartawinta dan Sarkat
Danimiharja. Edisi Pertama. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Djuwantoko. 1986. Pemanfaatan Satwa Liar Di Hutan Tanaman Industri. Makalah Seminar Fakultas
Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I – IV. Badan LITBANG Departemen
Kehutanan.
Hernowo, J. B. 1989. Suatu Tinjauan Terhadap Keanekaragaman Jenis Burung Dan Peranannya
Dalam Hutan Lindung Bukit Soeharto Kalimantan Timur. Media Konservasi 2 (2) 19-
32.
Kompas. 2002. Burung Cendrawasih. Http://www.Iwf.or.id/Cendrawasih.htm. diakses tanggal 12
Juli 2002.
Republika. 2003. Cendrawasih. Http://www.Iwf.or.Id/Cendrawasih.htm. diakses tanggal 16 September
2003.
Westpapua. 2004. Berita Burung Cendrawasih. Http://www. Westpapua.net/news. Diakses tanggal
26 Maret 2004.
Dephut. 2005. Cendrawasih Kuning Besar. Http://www:Dephut.Go. Id/informasi/brg Cendra.htm.
diakses tanggal 19 Maret 2005.
Lavieren, L. P. 1981. Wildlife Management Tecniques. School of Enviromental Management.
Ciawi.
Mac Kinnon, J. 1982. Rencana Konservasi Nasional I. Pendahuluan. Metode Evaluasi dan Tinjuan
Kekayaan Alam. UNDP/FAO National Park Development Project. Bogor.
Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Penerjemah Ir. Tjahyono Samingan, MSc.
Penyunting Ir. B. Srigandono, MSc. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Oszaer, R dan Kaya, M. 1994. Studi Tentang Keragaman Jenis Satwa Langka Dan Satwa Endemik
Serta Upaya Konservasi Di Pulau Buru, Kabupaten Maluku Tengah. Direktorat Pembinaan
Penelitian Dan Pengabdian Pada Masyarakat, Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Ambon.
O’Brien, G. T., and M. F. Kinnaird. 1996. Effects of Forest Size and Structure on the Distribution of
Sumba Wreathed Hornbills (Aceros everetti). Wildlife Conservation Society and Birdlife
and Birlife International Indonesia Programme. Bogor.
Robiah, S. 2005. Studi Habitat Belibis Kecil (Dendrocygna javanica Horsfield, 1821) di Muara
Kali Progo dan Rawa Sen Daerah Istimewa Yogyakarta. (Thesis tidak dipublikasikan).
Yogyakarta.

Kelimpahan Dan Sebaran Burung Cendrawasih (Paradisaea apoda) Di Pulau Aru


Kabupaten Kepulauan Aru Propinsi Maluku
Jurnal Agroforestri Volume I Nomor 3 Desember 2006 49

Sutjanika, P. Jepson, T. R, Soehartono, M. J. Crosby, dan A. Mardiastuti. 1995. Melestarikan


Keanekaragam Hayati Indonesia. PT Karya Sukses Sejahtera. Jakarta.
Shaw, J. H. 1985. Introduction to Wildlife Management. Associate Professor of Wildlife Ecology.
Oklahoma State University.
Smith, R. L. 1980. Ecology and Field Biology. Harper and Row, Publisher. New York.
Singgih, S. 2001. SPSS Versi 10. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. AlfaBeta. Bandung.
Tjondronegoro, P. D. 1979. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Widyastuti, Y. E. 1993. Flora Fauna Maskot Nasional Dan Propinsi. PT Penebar Swadaya.
Jakarta.

Lesly Latupapua

Anda mungkin juga menyukai