Oleh
Balqis Arche Nofinska
1406600281
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2017
USULAN PENELITIAN NON EKSPERIMENTAL
3. TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus)
Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) adalah satu dari tiga subspesies gajah
asia dan merupakan satwa endemik di Pulau Sumatera. Dua spesies gajah yang lain
yaitu Elephas maximus maximus dan Elephas maximus indicus hidup di Sri Lanka dan
Borneo. Gajah asia memiliki genus yang berbeda dengan gajah afrika, gajah asia
bergenus Elephas sedangkan gajah afrika bergenus Loxodonta. Berikut ini merupakan
klasifikasi dari gajah sumatra:
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Mammalia
ordo : Proboscidea
famili : Elephantidae
genus : Elephas
spesies : Elephas maximus
subspesies : Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847
(Integrated Taxonomic Information System (ITIS)).
4. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan feses gajah, pengukuran keliling bolus, serta pencatatan lokasi sampel
yang digunakan pada penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
pada bulan Juli 2017. Penelitian molekular untuk identifikasi seks dan penentuan rasio seks
dilakukan di laboratorium COE Pertamina Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Indonesia.
4.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada saat pengambilan sampel yaitu Queen’s Buffer
(20% DMSO; 0,25M EDTA; 100mM Tris; pH 7,5; dijenuhkan dalam NaCl),
lembar data, sarung tangan, dan kertas label.
4.3.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada identifikasi jenis kelamin yaitu sampel DNA feses,
Buffer ASL, Proteinase-K, InhibitEX, Buffer AL, etanol absolut, qiagen spin
column, collecting tube, Buffer AW1, Buffer AW2, Buffer AE, tips, 1X Amplitaq
Gold® 360 DNA Polymerase (PCR Kit), primer SRY1 forward, primer SRY1
reverse, primer AMELY2 forward, primer AMELY2 reverse, primer PLP1
forward, primer PLP1 reverse, gel agarosa SeaKem LE, Buffer TBE, etidium
bromida.
4.3.3. Cara Kerja
4.3.3.1. Ekstraksi DNA
Ekstraksi DNA dilakukan selama dua hari, tahapan hari pertama ialah
sebanyak 800 μL sampel ditambahkan dengan Buffer ASL sebanyak 1000
μL dan 50 μL Proteinase-K, kemudian sampel diikubasi minimal 16 jam
dalam waterbath pada suhu 55°C.
Tahapan hari kedua ialah sampel hasil inkubasi disentrifugasi pada
kecepatan 14000 rpm selama 1 menit, diambil supernatant sebanyak 1400
μL kemudian ditambahkan InhibitEX lalu divorteks. Sampel disentrifugasi
pada kecepatan 14000 rpm selama 5 menit, semua supernatant dipipet ke
tabung mikrosentrifus yang telah dilabeli sebelumnya, kemudian
disentrifugasi pada 14000 rpm selama 3 menit.
Sebanyak 600 μL supernatant sampel ditambahkan 600 μL Buffer AL
kemudian diinkubasi dalam thermomixer pada suhu 70°C, waktu 10 menit
dan kecepatan 350 rpm, setelah inkubasi sampel ditambah 600 μL ethanol
absolut. Sebanyak 600 μL sampel dimasukkan ke qiagen spin column,
kemudian disentrifugasi pada kecepatan 14000 rpm selama 1 menit. Setelah
itu, collecting tube yang berisi supernatan dibuang dan qiagen spin column
dipasang pada collecting tube baru lalu 600 μL sisa sampel dimasukkan ke
qiagen spin column kemudian disentrifugasi pada kecepatan 14000 rpm
selama 1 menit. Setelah itu, dibuang collecting tube yang berisi supernatant
dan qiagen spin column dipasang pada collecting tube yang baru, sisa sampel
dimasukkan ke qiagen spin column, kemudian disentrigugasi dengan
kecepatan 14000 rpm selama 1 menit. Qiagen spin column dipasang pada
collecting tube baru lalu ditambah 500 μL Buffer AW1 dan disentrifugasi
pada kecepatan 14000 rpm selama 1 menit. Setelah itu, qiagen spin column
dilepas dari collecting tube kemudian sisa Buffer AW1 dibuang dari
collecting tube dan dipasang kembali. Buffer AW2 sebanyak 500 μL
ditambahkan ke qiagen spin column kemudian disentrifugasi pada kecepatan
14000 rpm selama 3 menit. Setelah itu, qiagen spin column dipasang pada
collecting tube baru untuk disentrifugasi pada kecepatan 14000 rpm selama
2 menit. Qiagen spin column dilepas dari collecting tube lalu qiagen spin
column dipasang pada tube 1.5 mL.
Sebanyak 50 μL Buffer AE dipipet kedalam qiagen spin column,
kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu ruang dan disentrifugasi
dengan kecepatan 10000 rpm selama 1 menit. Setelah itu, qiagen spin
column dilepas dari tube 1,5 mL dan dipasang pada collecting tube untuk
disimpan pada suhu ruang.
4.3.3.2. Kuantifikasi dan Amplifikasi DNA
Kuantifikasi dilakukan dengan menggunakan alat Nanodrop
Spectrophotometer ND-1000. Tabung mikrosentrifus 1,5 mL yang berisi
DNA kemudian dikuantifikasi dengan menggunakan Nanodrop
Spectrophotometer ND-1000 lalu DNA disimpan didalam freezer pada suhu
-20° C.
Amplifikasi menggunkan metode multipleks PCR yang terdiri atas
campuran 1X Amplitaq Gold® 360 DNA Polymerase (PCR Kit), 0,4 pmol
primer SRY1 forward, 0,4 pmol primer SRY1 reverse, 0,4 pmol primer
AMELY2 forward, 0,4 pmol primer AMELY2 reverse, 0,4 pmol primer
PLP1 forward, 0,4 pmol primer PLP1 reverse, 2,0 mM MgCl2 dan DNA
template. Proses amplifikasi sebanyak 40 siklus, dengan predenaturasi pada
95°C selama 10 menit, denaturasi pada 95°C selama 30 detik, tahap
annealing pada 59°C selama 30 detik, dan tahap ekstensi pada 72°C selama
45 detik. Selanjutnya tahap ekstensi akhir pada 4°C selama 10 menit.
4.5. Penentuan Struktur Usia Pada Populasi Gajah Sumatra di Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan
Seluruh data keliling bolus yang diperoleh disimpan dengan perangkat lunak
Microsoft Excel 2013. Seluruh data diubah menjadi informasi usia individu gajah,
sesuai kategori sebagai berikut:
a) rata-rata keliling bolus feses <30 cm = anak (juvenile)
b) rata-rata keliling bolus feses 30 -- 42 cm = muda (sub-adult)
c) rata-rata keliling bolus feses >42 cm = dewasa(adult)
(Alhering dkk. 2010).
Ahlering MA, Hailer F, Roberts MT, Foley C. 2011. A simple and accurate method to sex
savannah forest, and asian elephants using noninvasive sampling techniques. Mol. Ecol.
Res. 11: 831-834.
Deni. 2011. Analisis Perambahan Hutan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Kasus
Desa Tirom Kecamatan Pematang Sawa Kabupaten Tanggamus). Jurnal Ilmu
Kehutanan V(1): 9—20.
Fernando, P., Pfrender, M.E., Enclada, S.E., and Lande, R. 2000. Mithocondrial DNA
variation, phylogeography and population structure of the Asian elephant.
Heredity 84: 362--372.
Gopala, A., Hadian, O., Sunarto, ., Sitompul, A., Williams, A., Leimgruber, P., Chambliss,
S.E. & Gunaryadi, D. 2011. Elephas maximus ssp. sumatranus. The IUCN Red List of
Threatened Species 2011:
e.T199856A9129626. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2011-
2.RLTS.T199856A9129626.en., diakses pada 4 Juni 2017 pk. 22.00.
Granados, A. 2011. Local attitude and elephant spatial distribution in the Benove region,
Cameroon: implication for human-elephant conflict and conservatation. Tesis.
Concordia University. Montreal, Quabec, Canada: ix+70 hlm.
Hedges, S., Martin J. Tyson., A.F. Sitompul,.M.F. Kinnaird., D. Gunaryadi.,Aslan. 2005.
Distribution, status, and conservation needs of Asian elephants (Elephas maximus) in
Lampung Province, Sumatra, Indonesia. Biological Conservation 124, 35–48.
Herlambang, N., H. Gunawan, H. Sudoyono. 2015. Rasio Seks dan Sebaran Spasial Populasi
Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Taman Nasional Tesso Nilo, Riau.
JOM FMIPA 2(1): 35 – 41.
Integrated Taxonomic Information System (ITIS). 2017.
Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847.
https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=72
7610#null, diakses pada 27 Juni 2017 pk. 20.20 WIB
International Elephant Foundation. 2017. Elephant.
https://elephantconservation.org/elephants/elephants/, diakses pada 27 Juni 2017 pk.
19.00 WIB.
Marthy, W. 2017. Bukit Barisan. http://www.teamnetwork.org/site/bukit-barisan, diakses
pada 27 Juni 2017 pk. 19.19 WIB.
Santiapillai, C. 1997. The Asian elephant conservation: A global strategy. Gajah 18:21—39.
Saidah, S. H.. 2014. Rasio Seks, Struktur Usia, dan Sebaran Spasial pada Populasi Gajah
Sumatra (Elephas maximus sumatranus) di Taman Nasional Way Kambas. Skripsi S1
Biologi FMIPA-UI, Depok : xiii + 65 hlm.
Utami, B.L.. 2013. Analisis mikrosatelit pada sampel feses populasi gajah sumatera (Elephas
maximus sumatranus) di Taman Nasional Way Kambas. Skripsi S1 Biologi FMIPA-UI,
Depok : xiii + 88 hlm.