Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIOLOGI UMUM

ETIKA PEMANFAATAN HEWAN PERCOBAAN DALAM PENELITIAN


KESEHATAN

Disusun oleh :
Balqis Arche Nofinska

1406600281

Citra Karina Windarti 1406558336


Dary Putra Utama As

1206258351

Farahana Kresno

1406558342

Nurrahmi Fadhila

1406565152

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS INDONESIA
2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul " Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan
". Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah Biologi Umum Ibu
Andi Salamah dan Bapak Anom Bowolaksono, serta kepada seluruh anggota kelompok yang
telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat
dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Depok, 1 Desember 2014
Penulis

DAFTAR ISI
2

Kata Pengantar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
Abstrak. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1.2 Tujuan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1.3 Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
Bab II Isi
2.1 Teori. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2.2 Pembahasan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
Bab III Penutup
3.1Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
3.2 Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
Daftar Pustaka. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15

ABSTRAK
3

Suatu materi/obat yang akan digunakan pada manusia sebelumnya harus melalui
tahap pengujian dengan menggunakan hewan uji, jika menimbulkan dampak buruk bagi
heewan tersebut maka bahan tersebut tidak layak digunakan oleh manusia. Akan tetapi dalam
perjalanannya, tidak semua percobaan yang menggunakan hewan hewan uji telah
menerapkan perlakuan yang pantas terhadap hewan ujinya. Setiap penelitian yang
menggunakan hewan percobaan secara etis harus menerapkan prinsip umum etika penelitian
kesehatan dan prinsip 3R yaitu: replacement, reduction, dan refinemsent.

BAB I
4

PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan berdasarkan kaidah dan metode ilmia

secara matematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan dari subjek terkait,
dengan pemahaman teori dan pembuktian asumsi atau hipotesis. Hasil yang didapat
merupakan kesimpulan yang dapat diaplikasikan atau menjadi tambahan pengetahuan bagi
kemajuan ilmu pengetahuan. Walaupin demikian, kegiatan penelitian harus tetap
menghormati hak dan martabat subjek penelitian.
Penelitian kesehatan meliputi penelitian biomedik, epidemiologi, sosial, serta perilaku.
Banyak dari penilitian yang disebutkan dimanfaatkan untuk manusia. Maka dari itu
diperlukan penelitian lanjutan yang menggunakan bahan hidup dan untuk mengamati,
mempelajari, dan menyimpulkan seluruh kejadian pada makhluk hidup secara utuh
diperlukan hewan percobaan karena hewan percobaan mempunyai nilai pada setiap bagian
tubuh dan terdapat interaksi antara bagian tubuh tersebut.
Suatu penelitian yang dilakukan pada hewan sebagai objek, meskipun dirancang
dengan cermat dan teliti, akan tetap memiliki resiko terhadap hewan sebagai objek yang
diteliti. Resiko semacan ini harus tetap diperhitungkan bukan berdasarkan kepentingan
peneliti atau institusi peneliti semata, tetapi berdasarkan manfaat yang telah diberikan oleh
hewan yang diteliti terhadap ilmu pengetahuan. Namun dalam praktiknya pemanfaatan
hewan percobaan ini masih ada kekurangan dalam aspek penanganan dan perawatan hewan
percobaan tersebut sebagaimana mestinya yang diatur dalam etika pemanfaatan hewan
percobaan.
1.2

TUJUAN
Mengetahui etika penggunaan hewan uji untuk penelitian kesehatan.

1.3

RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa perlunya hewan uji untuk riset kesehatan?
2. Mengapa adanya pertentangan mengenai penggunaan hewan uji untuk riset
kesehatan?
3. Adakah alternatif untuk pemecahan masalah mengenai pertentangan penggunaan
hewan uji untuk riset kesehatan?

Bab II
5

ISI
2.1

TEORI

2.1.1

Etika
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika' yaitu ethos

sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu: tempat tinggal
yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara
berpikir. Sedangkan artita etha yaitu adat kebiasaan. Arti dari bentuk jamak inilah yang
melatar-belakangi terbentuknya istilah Etikayang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan
filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu
tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).
Biasanya bila kita mengalami kesulitan untuk memahami arti sebuah kata maka kita
akan mencari arti kata tersebut dalam kamus. Tetapi ternyata tidak semua kamus
mencantumkan arti dari sebuah kata secara lengkap. Hal tersebut dapat kita lihat dari
perbandingan yang dilakukan oleh K. Bertens terhadap arti kata 'etika' yang terdapat dalam
Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa Indonesia yang baru. Dalam
Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 - mengutip dari
Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : "ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral)". Sedangkan kata etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 - mengutip dari Bertens 2000), mempunyai
arti :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral;
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Dari perbadingan kedua kamus tersebut terlihat bahwa dalam Kamus Bahasa
Indonesia yang lama hanya terdapat satu arti saja yaitu etika sebagai ilmu. Sedangkan
Kamus Bahasa Indonesia yang baru memuat beberapa arti. Kalau kita misalnya sedang
membaca sebuah kalimat di berita surat kabar"Dalam dunia bisnis etika merosot terus" maka
kata etika di sini bila dikaitkan dengan arti yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia
yang lama tersebut tidak cocok karena maksud dari kata etika dalam kalimat tersebut bukan
etika sebagai ilmu melainkan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan
atau masyarakat. Jadi arti kata etika dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tidak
lengkap.

K. Bertens berpendapat bahwa arti kata etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata
ke-3 lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi seperti
berikut :
1. Nilai dan Norma Moral yang Menjadi Pegangan Bagi Seseorang atau Suatu
Kelompok dalam Mengatur Tingkah Lakunya.
Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa, etika agama Budha, etika
Protestan dan sebagainya, maka yang dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai
ilmu melainkan etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisaberfungsi dalam hidup
manusia perorangan maupun pada taraf sosial.
2. Kumpulan Asas atau Nilai Moral.
Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh : Kode Etik Jurnalistik
3. Ilmu Tentang yang Baik atau Buruk.
Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai
tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu
masyarakat dan sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian
sistematis dan metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral.
2.1.2

Penelitian
Penelitian(research) pada dasarnya adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan
pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan
penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh
penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera
manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.
Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkahlangkah yang tertentu yang bersifat logis. Para ahli pun telah banyak memberikan pengertian
atau definisi penelitian, beberapa diantaranya sebagai berikut:

Hill Way: Penelitian adalah suatu metode studi yang bersifat hati-hati dan mendalam

dari segala bentuk fakta yang dapat dipercaya atas masalah tertentu guna membuat
pemecahan masalah tersebut.

Winarno

Surachmad:

Penelitian

adalah

kegiatan

ilmiah

mengumpulkan

pengetahuan baru dari sumber-sumber primer, dengan tekanan tujuan pada penemuan
prinsip-prinsip umum, serta mengadakan ramalan generalisasi di luar sampel yang
diselidiki.

Soetrisno Hadi: Penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan

menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan


metode ilmiah.

2.1.3

Hewan Uji Riset


Hewan uji riset adalah hewan-hewan yang digunakan untuk mencari tau tingkat

keberhasilan sebuah eksperimen yang tidak bisa langsung dicoba pada manusia, hewan
dipergunakan pada sebuah penelitian biologis dan biomedis yang dipilih berdasarkan syarat
atau standar dasar yang diperlukan dalam penelitian tersebut.
Eksperimen yang dihasilkan tentunya berguna bagi kesejahteraan manusia, hewanhewan yang di uji sesuai dengan etika dan hukum yang sudah ditetapkan agar hewanhewan yang di uji tidak tersiksa. Penggunaan hewan sebagai uji riset paling banyak
diterapkan pada bidang medis. Mulai dari pengujian obat, pengujian teknik/cara bedah,
hingga riset reaksi perilaku dan psikologis pada kondisi tertentu. Walaupun banyak
pertentangan tentang penggunaan hewan sebagai uji eksperimen, pembenaran atas hal ini
asalkan sesuai dengan etika harus dibenarkan karena keberhasilan dari penggunaan hewan
eksperimen berdampak baik pada manusia dan hewan itu tersendiri.
Hewan yang sering digunakan untuk eksperimen dalam bidang medis adalah
mencit, tikus dan hewan primata lainnya. Jumlah penggunaan hewan uji sebagai riset
dapat membuktikan ke aktifan riset di negara tersebut, sayangnya Indonesia belum
mempublikasikan jumlah hewan yang digunakan sebagai uji riset.
Berikut tabel dari jumlah penggunaan hewan sebagai uji riset di Inggris dan
Amerika untuk satu tahunnya untuk memberi gambaran banyaknya hewan eksperimen
yang digunakan:
Jenis Hewan

Negara
Inggris

Amerika
8

Mencit
Tikus
Kelinci
Anjing
Primata
Kucing
Jumlah

2.017.189
866.347
109.858
10.853
5.078
4.935
3.631.393

554.385
180.169
61.392
50.145
1.969.122

Jumlah mencit dan tikus yang digunakan di Amerika tidak diharuskan untuk
dilaporkan sesuai undang-undang sehingga tidak dicantumkan. Namun biasanya jumlah
mencit dan tikus yang digunakan 85% dari seluruh hewan yang digunakan.
Penggunaan hewan untuk menguji eksperimen medis tidak sepenuhnya dapat
berlaku sama pada manusia, hal ini disampaikan oleh beberapa dokter dan para ahli.
Seperti obat meclizine (obat penghilang rasa mual dalam perjalanan) yang menimbulkan
efek yang sangat terlihat pada tikus tetapi tidak pada manusia dan obat talidomid (obat
sedatif) yang menimbulkan efek pada manusia tetapi tidak pada tikus. Hal ini membuat
beberapa orang yakin bahwa penggunaan hewan eksperimen bukan akan menambah
pengetahuan kita tentang kesehatan namun menghambat kita.
Dilema penggunaan hewan eksperimen semakin membesar karena penerapan etika
yang sesuai dengan undang-undang sangatlah jarang, dan hewan-hewan sering tidak
dirawat dengan baik selama eksperimen tersebut.
2.1.4

Etika Penggunaan Hewan Uji untuk Riset


Hewan

percobaan

untuk

penelitian

akan

mengalami

ketidaknyamanan,

ketidaksenangan, kesusahan, rasa nyeri, dan terkadang berakhir dengan kematian pada saat
penelitian. Berdasarkan hal tersebut, hewan yang dikobankan dalam penelitian patut
mendapat perlakuan yang manusiawi, dipelihara dengan baik, dan diusahakan agar pola
kehidupannya seperti di alam. Peneliti yang akan memanfaatkan hewan percobaan
padapenelitian kesehatan harus mengkaji kelayakan dan alasan pemanfaatan hewan dengan
mempertimbangkan penderitaan yang akan dialami oleh hewan percobaan dan manfaat
yang akan diperoleh untuk manusia.
Dalam pelaksanan penelitian, peneliti harus menyesuaikan protokol dengan standar
yang berlaku. Etik penelitian kesehatan tercantum dalam World Medical Association, yaitu:
1.

Respect: menghormati hak dan martabat makhluk hidup, kebebasan memilih dan
berkeinginan, serta bertanggung jawab terhadap dirinya, termasuk di dalamnya hewan
coba

2.

Beneficiary: bermanfaat bagi manusia dan makhluk lain, manfaat yang didapatkan harus
9

lebih besar dibandingkan dengan risiko yang diterima


3.

Justice: bersikap adil dalam memanfaatkan hewan percobaan.


Dalam penelitian kesehatan yang memanfaatkan hewan coba, juga harus diterapkan

prinsip 3R dalam protokol penelitian, yaitu:

Replacement, keperluan memanfaatkan hewan percobaan sudahdiperhitungkan secara


seksama,

baik

dari

pengalamanterdahulu

maupun

literatur

untuk

menjawab

pertanyaanpenelitian dan tidak dapat digantikan oleh mahluk hidup lainseperti sel atau

biakan jaringan.
Reduction, pemanfaatan hewan dalam, penelitian sesedikit mungkin, tetapi tetap

mendapatkan hasil, yang optimal.


Refinement, pemanfaatan hewan dalam penelitian sesedikit mungkin, tetapi tetap
mememperlakukan hewan percobaansecara manusiawi (humane), memelihara hewan
dengan baik, tidak menyakiti hewan, serta meminimalisasi perlakuan yang menyakitkan
sehingga menjamin kesejahteraan hewan coba sampai akhir penelitian.ndapatkan hasil
yang optimal.

2.2 PEMBAHASAN
Penggunaan hewan dalam eksperimen sudah dilakukan sejak jaman romawi. Penggunaan
hewan dalam eksperimen awalnya dimaksudkan untuk memahami anatomi dan cara kerja
tubuh, serta fungsi bagian tubuh makhluk hidup. Seiring berjalannya waktu, ada pula
penggunaan hewan untuk tes obat-obatan, kosmetik dan produk-produk yang dikonsumsi
manusia supaya kita mengetahui apakah produk tersebut aman di konsumsi atau tidak.
Penggunaan hewan dalam eksperimenpun seakan-akan menjadi standar dalam riset ilmiah.
Pada awalnya, masyarakat tidak mempermasalahkan penggunaan hewan dalam eksperimen.
Masyarakat pada umumnya memandang hewan sebagai makhluk yang lebih rendah dari
manusia, oleh karena itu pembunuhan, penyiksaan dan segala macam perlakuan pada hewan
tidak dianggap sebagai tindakan yang bermasalah secara etis. Pertimbangan masyarakat pada
saat itu adalah kemampuan bernalar secara rasional. Berbeda dengan hewan, manusia
dianggap makhluk yang memiliki kemampuan bernalar paling tinggi, sehingga hanya
manusialah yang berhak diperlakukan secara etis, manusialah yang memiliki hak asasi.
Pandangan umum masyarakat kemudian mulai berubah sejak filsuf bernama Jeremy Bentham
mengkritik pertimbangan masyarakat tentang siapa yang memiliki hak asasi. Bentham
mengatakan jika pertimbangan masyarakat adalah kemampuan bernalar, maka bayi tidak

10

memiliki hak asasi karena bayi belum memiliki kemampuan tersebut. Pemikiran Bentham ini
tentu saja mengejutkan, karena ia menunjukan prinsip yang digunakan masyarakat umum
ternyata memiliki konsekuensi yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Bentham mengajukan prinsip lain untuk menentukan apakah sesuatu memiliki hak
asasi atau tidak. Dimulai dari pertanyaan apakah hewan mampu menderita?, Bentham
mengajukan prinsip bahwa hak asasi ditentukan berdasarkan kemampuan untuk menderita.
Hewan, berdasarkan penelitian, ternyata juga mampu merasakan sakit dan penderitaan. Oleh
karena itu, berdasarkan etika Bentham, hewan juga memiliki hak asasi yang harus
dipertimbangkan.
Pertimbangan hak asasi hewan akan menimbulkan berbagai pertanyaan, seperti
apakah kita tidak boleh menggunakan hewan dalam eksperimen sama sekali? Apakah kita
tidak boleh membunuh hewan untuk dimakan?. Bentham menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut sesuai dengan prinsip etika utilitarian, yaitu apakah ada keuntungan yang didapat
dari penggunaan hewan dalam eksperimen dan memakan hewan. Bentham tidak membantah
bahwa hewan dapat dibunuh untuk dimakan atau digunakan dalam eksperimen asalkan
dengan pertimbangan keuntungan yang diperoleh masyarakat dan kemungkinan untuk
mencapai tujuan yang ingin diraih dari penggunaan hewan. Penggunaan dan pembunuhan
hewan tanpa mempertimbangkan kedua hal tersebut dianggap Bentham hanya kekejaman
semata dan tidak etis.
Pemikiran Bentham memiliki pengaruh sampai sekarang. Prinsip 3R dan etik
penelitian kesehatan dalam World Medical Association terlihat terpengaruh oleh Bentham.
Penggunaan hewan dalam eksperimen dalam prinsip 3R dan etik penelitan kesehatan harus
mempertimbangkan keuntungannya pada masyarakat dan meminimalisasi penggunaan hewan
sehingga penggunaan hewan menjadi optimal.
Berdasarkan data penggunaan hewan dalam eksperimen, hewan yang digunakan
sebagian besar adalah mencit dan tikus. Beberapa negara memiliki peraturan tentang
penggunaan hewan dalam eksperimen yang mewajibkan publikasi laporan tentang hewan apa
yang digunakan dan berapa jumlahnya. Namun beberapa Negara, seperti contohnya Amerika
Serikat, tidak mewajibkan laporan bagi beberapa jenis hewan.
Tidak adanya peraturan yang mewajibkan laporan penggunaan hewan memberi celah
bagi eksperimen yang menggunakan hewan untuk tidak memperlakukan hewan sesuai prinsip
etika yang sudah ditentukan. Sebagai contohnya penggunaan hewan dalam uji radiasi di
Amerika Serikat, pada tikus digunakan segala macam obat dan penyakit. Amerika Serikat
tidak mewajibkan laporan bagi tikus dan mencit sehingga tidak bisa diketahui apa saja yang
11

dilakukan terhadap tikus dan berapa tikus yang digunakan selama penelitian. Kita hanya
mengetahui bagaimana tikus digunakan dalam penelitian. Bagaimana tikus digunakan dalam
penelitian tidak memberi informasi yang cukup tentang jumlah tikus dan perlakuan terhadap
tikus secara keseluruhan selama penelitian.
Walaupun ada prinsip etika tentang penggunaan hewan dalam eksperimen, seringkali
ditemukan penggunaan hewan yang membuat kita bertanya apakah prinsip etika tersebut
dipertimbangkan dengan serius. Pada contoh uji radiasi di Amerika Serikat, hewan-hewan
yang ditemukan berada dalam kondisi yang sangat buruk. Selain pengujian dengan penyakitpenyakit mematikan, pada penelitian tersebut juga ditemui pengujian untuk pelatihan medis
yang melibatkan luka tembak, kerusakan jaringan, kehilangan darah, luka bakar dan segala
cedera yang sangat menyakitkan.
Pertanyaan pertama yang harus diajukan pada penelitian tersebut adalah keuntungan
apa yang diperoleh dari pengujian hewan yang dilakukan. Jika kita melihat ukuran dan
perbedaan jaringan tubuh pada hewan yang digunakan dengan manusia, dapat membawa
pemahaman yang keliru tentang luka tembak. Daripada menggunakan hewan, lebih baik
menggunakan human patient simulator yang sudah tersedia. Keuntungan yang diperoleh dari
menggunakan hewan dalam penelitian tersebut tidak sebanding dengan penderitaan yang
dialami hewan yang digunakan. Pengganti hewanpun sudah tersedia. Oleh karena itu,
penelitian tersebut secara etis tidak dapat dibenarkan.
Dengan melihat kasus tersebut, kita dapat bertanya mengapa menggunakan hewan
sementara keuntungannya tidak seberapa dan terdapat alternatif lain. Kenapa sebagian
peneliti dalam menggunakan hewan di penelitian mereka tidak mempertimbangkan prinsip
etika dengan serius? Kita dapat menemukan beberapa jawabannya dalam pandangan
masyarakat pada jaman Jeremy Bentham dan tradisi turun menurun dalam penelitian ilmiah.
Pandangan bahwa hanya manusialah yang memiliki hak asasi masih terdapat dalam
masyarakat kontemporer. Beberapa kasus penyiksaan hewan masih terjadi di masyarakat
sehari-hari. Beberapa penyiksaan bahkan di upload ke sosial media, seperti kasus
pembunuhan anak kucing oleh seseorang yang ingin menguji airsoft gun miliknya. Walaupun
tulisan Jeremy Bentham sudah menyebar luas, dan sudah ada beberapa organisasi pembela
animal rights, pemahaman masyarakat tentang hak hewan masih belum sepenuhnya berubah.
Prasangka spesiesisme masih menjamur pada masyarakat. Prasangka spesiesisme mirip
dengan rasisme atau seksisme. Perbedaannya adalah spesiesisme memandang perbedaan
spesies.

12

Tradisi turun menurun dalam penelitian ilmiah juga menjadi permasalahan karena uji
coba menggunakan hewan sudah seperti prosedur wajib dalam penelitian. Hewan memang
diperlukan untuk penelitian, namun penggunaannya harus mematuhi prinsip etika. Tradisi
seperti ini perlu di kontrol melalui pertimbangan etis dalam penggunaan hewan. Penggunaan
hewan dianggap etis jika memenuhi prinsip 3R dan etik penelitian kesehatan. Alternatif untuk
menggantikan hewan sudah mulai muncul, seperti contohnya human patient simulator.
Seiring dengan munculnya alternative, maka penggunaan hewan dapat terus dikurangi.

BAB III
PENUTUP
3.1

KESIMPULAN
Penulis menyimpulkan bahwa tidak adanya peraturan yang mewajibkan laporan

penggunaan hewan memberi celah bagi eksperimen yang menggunakan hewan untuk tidak
13

memperlakukan hewan sesuai prinsip etika yang sudah ditentukan. Selain itu, penerapan
prinsip etika penggunaan hewan dalam eksperimen juga terhambat oleh pandangan
masyarakat dan tradisi penelitian ilmiah yaitu sebuah pemikiran bahwa menggunakan hewan
sudah seperti prosedur wajib dalam penelitian. Hewan memang diperlukan untuk penelitian,
namun penggunaannya harus mematuhi prinsip etika. Tradisi seperti ini perlu di kontrol
melalui pertimbangan etis dalam penggunaan hewan. Penggunaan hewan dianggap etis jika
memenuhi prinsip 3R dan etik penelitian kesehatan.
3.2

SARAN
Peraturan mengenai penggunaan hewan dalam eksperimen perlu ditinjau kembali

supaya mempermudah deteksi pelanggaran etika penggunaan hewan uji untuk riset. Selain
itu, perlu diimplementasikan prinsip 3R yaitu replacement, reduction, dan refinement dalam
penelitian-penelitian kesehatan.

LAMPIRAN
Gambar 1

14

Gambar 2

Sumber: http://www.intechopen.com/source/html/19618/media/image2_w.jpg
s
DAFTAR PUSTAKA

15

Bentham, Jeremy. An Introduction to the Principles of Morals and Legislation, Adamant


Media Corporation, 2005.
Bentham, Jeremy. Introduction to the Principles of Morals and Legislation, Second Edition,
1823.
http://plato.stanford.edu/entries/moral-animal/
http://www.neavs.org/research/military
Ridwan, Endi. 2013. Etika pemanfaatan hewan percobaan dalam penelitian
kesehatan. J indon med assoc. 63(3): 112-116.
Bentham, Jeremy. 2005. An Introduction to the Principle of Moral Legislation. Adamant
Media Corporation.
Yulinda, Adriana. Masalah Penggunaan Hewan dalam Eksperimen. UNIMED Jurnal, 1997.

16

Anda mungkin juga menyukai