Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ETIKA ILMU : PROBLEM NILAI DALAM ILMU


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu: Putri Rizqiyah Rahmawati, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 10
1. Naufalano Hanifah Nugroho (223151083)
2. Dina Rahmawati (223151091)
3. Mohammad Agus Hanif (223151104)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas izin, rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika Ilmu”.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Filsafat Ilmu pada semester ini. Melalui makalah ini, kami berharap agar kami
serta pembaca mampu mengetahui dan memahami materi yang telah disampaikan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Filsafat
Ilmu yaitu Ibu Putri Rizqiyah Rahmawati, M.Pd. yang telah memberikan tugas ini
sehingga kami dapat belajar dan mendapat pengetahuan mengenai “Etika Ilmu”.
Demikian makalah ini kami buat dengan segala kelebihan dan kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini sangat
kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan pengetahuan
bagi pembaca. Terima kasih.

Surakarta, 12 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2
A. Definisi Etika Ilmu ............................................................................ 2
B. Etika dan Moralitas Ilmu ................................................................... 3
C. Macam – Macam Etika ...................................................................... 6
D. Sikap Ilmuan dan Kesadaran Moral ................................................... 7
E. Objek Etika ...................................................................................... 8
F. Sistem Dalam Ilmu Pengetahuna ....................................................... 9
G. Hubungan Etika dan Ilmu Pengetahuan ............................................. 9
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 10
A. Kesimpulan ....................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah perkembangan ilmu, filsafat etika merupakan aliran
pertama dalam filsafat, dengan Socrates sang mahaguru para filsuf sebagai
pelopornya. Etika merupakan cabang Aksiologi yang pada pokoknya
membicarakan masalah predikat – predikat nilai betul dan salah dalam arti
susila serta tidak susila. Etika atau moralitas merupakan suatu fenomena
manusiawi yang universal, menjadi ciri yang membedakan manusia dari
binatang. Pada binatang tidak ada kesadaran tentang baik dan buruk, yang
boleh dan yang dilarang, tentang yang harus dan tidak pantas dilakukan.
Keharusan mempunyai dua macam arti: keharusan alamiah (terjadi dengan
sendirinya sesuai hukum alam) dan keharusan moral (hukum yang
mewajibkan manusia melakukan atau tidak melakukan sesuatu). Jadi, pada
intinya alasan pemilihan judul makalah ini yakni menjadi acuan manusia
untuk lebih baik dalam bertindak. Yang pastinya, manusia berperilaku
berlandaskan dengan etika, yang seolah menjadi batas pembeda manusia
dengan makhluk lainnya dalam berperilaku.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka beberapa pertanyaan yang
terangkum sebagai rumusan masalah yang akan dibahas, diantaranya:
1. Apa definisi etika ilmu?
2. Apa saja macam-macam etika?
3. Apa definisi objek etika?
4. Apa saja sistem dalam ilmu pengetahuan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan definisi etika ilmu
2. Menjelaskan macam-macam etika ilmu
3. Menjelaskan objek etika
4. Menjelaskan sistem dalam ilmu pengetahuan

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Etika Ilmu
Istilah Etika atau ethics (bahasa inggris) memiliki banyak arti,
secara etimologi istilah etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu ethos
atau ethkos, yang mempunyai arti tempat tinggal yang biasa, padang
rumput, kadang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara
berfikir. Adapun dalam bentuk jamaknya ta etha menjadi latar belakang
terbentuknya istilah “etika” yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles
sudah di pakai untuk menunjukan filsafat moral.
Selain secara etimologis, kita dapat melihat pengertian etika dari
Kamus Umum Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta), etika di
jelaskan ilmu pengetahuamn tentang asas-asas akhlak (moral). Adapun
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesa, etika dirumuskan dalam tiga arti
sebagai berikut:
1. Ilmu tentang apa yang baik dan tentang apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yanng di anut suatu golongan atau
masyarakat.
Menanggapi tiga pengertian etika diatas, Bertens mengemukakan
bahwa etika dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Etika dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Arti ini disebut juga sebagai “sistem nilai” dalam hidup
manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat.
2. Etika dipakai dalam arti kumpulan asas atau nilai moral. Yang
dimaksud di sini adalah kode etik. Misalnya Kode Etik Advokat,
Kode Etik PGRI, Kode Etik IDI, dan lain sebagainya.
3. Etika dipakai dalam arti ilmu tentang yang baik dan yang buruk.
Artinya etika disini sama dengan filsafat moral.
Etika juga disebut ilmu normatif, maka dengan sendirinya berisi
ketentuan-ketentuan (norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat di gunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam praktiknya, kita juga sering
mendengar istilah descriftive ethics, normative ethics, dan philosophy
ethics.
Beberapa ahli lain menyoroti makna etika lebih lengkap dan detail
seperti yang dikemukakan oleh Wiramiharja dan Abdullah. Menurut
Wiramiharja pada dasarnya etika meliputi empat pengertian, yaitu:

2
1. Sistem nilai kebiasaan yang penting dalam kehidupan kelompok
khusus manusia.
2. Etika digunakan pada suatu di antara sistem-sistem khusus tersebut
yaitu “moralitas” yang melibatkan makna dari kebenaran dan
kesalahan seperti salah dan malu.
3. Etika adalah sistem moralitas itu sendiri mengacu pada prinsip-
prinsip moral aktual.
4. Etika adalah suatu daerah dalam filsafat yang memperbincangkan
telaahan etika dalam pengertian-pengertian lain.
Etika menurut Abdullah dalam kenyataannya dapat di pakai dalam arti
berikut:
1. Nilai-nilai yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya.
2. Asas norma tingkah laku, tata cara melakukan, sistem perilaku, tata
krama (kode etik).
3. Perilaku baik buruk, boleh tidak boleh, suka-tidak suka, senang-
tidak senang.
4. Ilmu yang tentang perbuatan baik-buruk.

Ilmu berarti : (1) Pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun


secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu; (2)
Pengetahuan atau kepandaian (tentang soal dunia, akhirat, lahir, batin, dan
sebagainya).
Bila dikaitkan dengan ilmu (akhlak = moral = etika), maka berarti
pengetahuan tentang tabiat manusia; akhlak; budi pekerti; kelakukan.
Etika ilmu adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana
yang buruk pada amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui akal
pikiran.
Tujuan mempelajari etika ilmu untuk mendapatkan cita yang sama
bagi seluruh manusia mengenai penilaian baik dan buruk, di tempat mana
saja dan kapan saja. Etika menentukan ukuran atas perbuatan manusia
sebab itu dinamakan ilmu pengetahuan normatif, dan norma yang
dipergunakan ialah norma tentang baik dan buruk. Jadi tidak sama dengan
norma dalam logika tentang benar dan salah.

B. Etika dan Moralitas Ilmu


Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis
tentang adat kebiasaan, nilai-nilai, dan norma perilaku manusia yang
dianggap baik atau tidak baik. Dalam etika masih dijumpai banyak teori
yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku
yang sama dari sudut pandang perspektif yang berlainan.

3
Berikut beberapa teori etika:
1. Egoisme
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan
dengan egoisme. Pertama, egoisme psikologis, adalah suatu teori yang
menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh
kepentingan berkutat diri (self servis). Menurut teori ini, orang boleh
saja yakin ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka
berkorban, namun semua tindakan yang terkesan luhur dan atau
tindakan yang suka berkorban tersebut hanyalah sebuah ilusi. Pada
kenyataannya, setiap orang hanya peduli pada dirinya sendiri. Menurut
teori ini, tidak ada tindakan yang sesungguhnya bersifat altruisme,
yaitu suatu tindakan yang peduli pada orang lain atau mengutamakan
kepentingan orang lain dengan mengorbankan kepentingan dirinya.
Kedua, egoisme etis, adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan
diri sendiri (self-interest).

2. Utilitarianisme
Menurut teori ini, suatu tindakan dikatakan baik jika membawa
manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat (the greatest
happiness of the greatest number). Paham utilitarianisme sebagai
berikut: (1) Ukuran baik tidaknya suatu tindakan dilihat dari akibat,
konsekuensi, atau tujuan dari tindakan itu, apakah memberi manfaat
atau tidak. (2) Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-
satunya parameter yang penting adalah jumlah kebahagiaan dan
jumlah ketidakbahagiaan. (3) Kesejahteraan semua orang sama
pentingnya.
Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis
terletak pada siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat
dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham
utilitarianisme melihat dari sudut pandang kepentingan orang banyak.

3. Deontologi
Paham deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya tindakan tidak
ada kaitannya sama sekali dengan tujuan, konsekuensi atau akibat dari
tindakan tersebut. Konsekuensi suatu tindakan tidak boleh menjadi
pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu tindakan.
Kant berpendapat bahwa kewajiban moral harus dilaksanakan demi
kewajiban itu sendiri, bukan karena keinginan untuk memperoleh
tujuan kebahagiaan, bukan juga karena kewajiban moral itu
diperintahkan oleh Tuhan. Moralitas hendaknya bersifat otonom dan
harus berpusat pada pengertian manusia berdasarkan akal sehat yang

4
dimiliki manusia itu sendiri, yang berarti kewajiban moral mutlak itu
bersifat rasional.

4. Teori Hak
Menurut Bentens (2001), teori hak merupakan suatu aspek dari
deontologi (teori kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dengan
kewajiban. Apabila suatu tindakan merupakan hak bagi seseorang,
maka sebenarnya tindakan yang sama merupakan kewajiban bagi
orang lain. Teori hak sebenarnya didasarkan atas asumsi bahwa
manusia mempunyai martabat dan semua manusia mempunyai
martabat yang sama.
Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas yaitu:
(1) Hak hukum (legal right), adalah hak yang didasarkan atas
sistem/yurisdiksi hukum suatu negara, di mana sumber hukum
tertinggi suatu negara adalah Undang-Undang Dasar negara yang
bersangkutan. (2) Hak moral atau kemanusiaan (moral, human right),
dihubungkan dengan pribadi manusia secara individu, atau dalam
beberapa kasus dihubungkan dengan kelompok bukan dengan
masyarakat dalam arti luas. Hak moral berkaitan dengan kepentingan
individu sepanjang kepentingan individu itu tidak melanggar hak-hak
orang lain. (3) Hak Kontraktual (contractual right), mengikat individu-
individu yang membuat kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud
hak dan kewajiban masing-masing kontrak.

5. Teori Keutamaan (Virtue Theory)


Teori keutamaan berangkat dari manusianya (Bertens, 1993). Teori
keutamaan tidak menanyakan tindakan mana yang etis dan tindakan
mana yang tidak etis. Teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu
tindakan, tetapi berangkat dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau
karakter yang harus dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut sebagai
manusia utama, dan sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan
manusia hina. Karakter atau sifat utama dapat didefinisikan sebagai
disposisi sifat/watak yang telah melekat, dimiliki oleh seseorang dan
memungkinkan dia untuk selalu bertingkah laku yang secara moral
dinilai baik. Mereka yang selalu melakukan tingkah laku buruk secara
moral disebut manusia hina. Bertens (1993) memberikan contoh sifat
utama, antara lain: bijaksana, jujur, adil, dan rendah hati.

6. Teori Etika Teonom


Sebagaimana dianut oleh semua penganut agama di dunia bahwa
ada tujuan akhir yang ingin dicapai umat manusia selain tujuan yang
bersifat duniawi, yaitu untuk memperoleh kebahagiaan surgawi. Teori
etika teonom dilandasi oleh filsafat Kristen, yang mengatakan bahwa

5
karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian
hubungannya dengan kehendak Tuhan. Perilaku manusia secara moral
dianggap baik jika sepadan dengan kehendak Allah, dan perilaku
manusia dianggap tidak baik bila tidak mengikuti aturan/perintah Allah
sebagaimana dituangkan dalam kitab suci.
Sebagaimana teori etika yang memperkenalkan konsep kewajiban
tak bersyarat diperlukan untuk mencapai tujuan tertinggi yang bersifat
mutlak. Kelemahan teori etika Kant terletak pada pengabaian adanya
tujuan mutlak, tujuan tertinggi yang harus dicapai umat manusia,
walaupun ia memperkenalkan etika kewajiban mutlak. Moralitas
dikatakan bersifat mutlak hanya bila moralitas itu dikatakan dengan
tujuan tertinggi umat manusia. Segala sesuatu yang bersifat mutlak
tidak dapat diperdebatkan dengan pendekatan rasional karena semua
yang bersifat mutlak melampaui tingkat kecerdasan rasional yang
dimiliki manusia.

C. Macam– Macam Etika


Menurut Sudarminta (Susanto, dkk, ed., 1992: 21), Etika terbagi
menjadi tiga bagian utama, yaitu sebagai berikut:
1. Meta-Etika
Meta-Etika sebagai suatu jalan menuju konsepsi atas benar
atau tidaknya suatu tindakan atau peristiwa. Dalam meta-etika,
tindakan atau peristiwa yang dibahas dipelajari berdasarkan hal itu
sendiri dan dampak yang dibuatnya. Sebagai contoh, “Seorang
anak menendang bola hingga kaca jendela pecah”. Secara meta-
etis, baik-buruknya tindakan tersebut harus dilihat menurut sudut
pandang yang netral. Pertama, dari sudut pandang si anak,
bukanlah suatu kesalahan apabila ia menendang bola ketika sedang
bermain, karena memang dunianya (dunia anak-anak) memang
salah satunya adalah bermain, apalagi ia tidak sengaja
melakukannya. Akan tetapi kalau dilihat dari pihak pemilik
jendela, tentu ia akan mendefinisikan hal ini sebagai kesalahan
yang telah dibuat oleh si anak. Si pemilik jendela berasumsi
demikian karena ia merasa dirinya telah dirugikan.
Bagaimanapun juga hal-hal seperti ini tidak akan pernah
menemui kejelasannya hingga salah satu pihak terpaksa kalah atau
mungkin masalah menjadi berlarut-larut. Mungkin juga kedua
pihak dapat saling memberi maklum. Menyikapi persoalan-
persoalan yang semacam inilah, maka meta-etika dijadikan bekal
awal dalam mempertimbangkan suatu masalah, sebelum penetapan
hasil pertimbangan dibuat.

6
2. Etika Normatif
Etika normatif tidak berbicara lagi tentang gejala-gejala,
melainkan tentang apa yang sebenarnya harus merupakan tindakan
kita. Dalam etika normatif, norma-norma dinilai, dan sikap
manusia ditentukan (Hamersma, 1994: 24). Jadi, etika normatif
berbicara mengenai berbagai norma yang menuntun tingkah laku
manusia. Etika Normatif memberi penilaian dan himbauan kepada
manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan
norma-norma. Ia menghimbau manusia untuk bertindak yang baik
dan menghindari yang jelek.
Hal yang sama juga dirumuskan Bertens (1993:18), dengan
mengatakan bahwa etika normatif itu tidak deskriptif melainkan
preskriptif (memerintahkan), tidak melukiskan melainkan
menentukan benar-tidaknya tingkah laku atau anggapan moral.
Untuk itu ia mengadakan argumentasi-argumentasi. Jadi, ia
mengemukakan alasan-alasan mengapa suatu anggapan moral
dapat dianggap benar atau salah.

3. Etika Terapan
Etika Terapan adalah etika yang mencoba membangun
jembatan antara prinsip-prinsip moral dasar yang masih cukup
abstrak dan umum yang diberikan oleh etika umum dan
penanganan masalah-masalah moral konkret dalam praksis
kehidupan, baik pribadi maupun sosial. Etika sendiri sebagai
cabang ilmu filsafat atau teologi sebenarnya sudah merupakan ilmu
yang menyangkut praksis kehidupan. Akan tetapi sifat terapannya
masih dapat lebih dipertajam lagi dengan mencoba berdasarkan
informasi yang diperoleh dari ilmu-ilmu khusus yang tersangkut
memberikan prinsip-prinsip dan norma-norma moral yang lebih
operasional.

D. Sikap Ilmuan dan Kesadaran Moral


1. Sikap Ilmuan
Sikap keilmuan dalam hal ini merupakan sikap ilmiah dari seorang
peneliti atau ilmuan. Sikap ilmiah adalah sikap-sikap yang seharusnya
dimiliki oleh setiap ilmuwan dalam melakukan tugasnya untuk
mempelajari meneruskan, menolak atau menerima serta merubah atau
menambah suatu ilmu. Menurut Harsojo (1967: 112), menyebutkan,
ada enam macam sikap ilmiah diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Obyektivitas; dalam peninjauan yang penting adalah obyeknya.
b. Sikap serba relatif; ilmu tidak mempunyai maksud mencari
kebenaran mutlak, ilmu berdasarkan kebenaran-kebenaran ilmiah

7
atas beberapa postulat, secara priori telah diterima sebagai suatu
kebenaran. Malahan teori-teori dalam ilmu sering untuk
mematahkan teori yang lain.
c. Sikap Skeptis; adalah sikap untuk selalu ragu-ragu terhadap
pernyataan-pernyataan yang belum cukup kuat dasar-dasar
pembuktiannya.
d. Kesabaran Intelektual; sanggup menahan diri dan kuat untuk tidak
menyerah pada tekanan agar dinyatakan suatu pendirian ilmiah ,
karena memang belum selesainya dan cukup lengkapnya hasil dari
penelitian , adalah sikap seorang ilmuwan.
e. Kesederhanaan; adalah sikap cara berfikir, menyatakan, dan
membuktikan.

2. Kesadaran Moral
Kesadaran moral adalah nilai dan norma yang harus berada pada
etika keilmuan. Bagi seorang ilmuan nilai dan norma moral yang
dimilikinya akan menjadi penentu, apakah ia sudah menjadi ilmuwan
yang baik atau belum. Ilmuan yang tidak memiliki moral akan
menyalahgunakan ilmu yang dimilikinya.

E. Objek Etika
Objek penyelidikan etika adalah pernyataan-pernyataan moral yang
merupakan perwujudan dari pandangan-pandangan dan persoalan dalam
bidang moral. Poedjawiyatna mengungkapkan bahwa yang menjadi objek
etika adalah sebagai berikut: Tindakan Manusia, yaitu dimana suatu
tindakan yang dilakukan dengan sengaja sadar atas pilihannya maka
kesengajaan ini mutlak untuk penilaian baik buruk yang disebut dengan
penilaian etis atau morar. Kehendak bebas, yaitu suatu kesenjangan yang
meminta adanya pilihan dan pilihan berarti adanya penentuan dari pihak
manusia sendiri untuk bertindak atau tidak bertindak.
Determinisme, yaitu aliran yang mengingkari adanya kehendak
bebas dalam fisalat. Dan di bagi menjadi dua golongan yaitu sebagai
berikut: Determinisme Materialisme: Materialisme ini bermacam-macam
coraknya. tetapi semuanya hanya menerima materi sebagai kesungguhan.
Materi di sini adalah yang selalu berubah-ubah dan tidak tetap
Determinisme Religius: Pandangan yang cukup sederhana jalan
pikirannya adalah pendapat yang mengatakan bahwa Tuhan itu maha
kuasa Ada kehendak bebas, yaitu kemampuan memilih kalau la melakukan
suatu tindakkan. Gejala-gejala tindakan, yaitu tidak hanya dalam
kehidupan sehari- hari, dalam ilmu psikologi juga dibedakan adanya
tindakan yang sengaja dan tidak sengaja. Penentuan istimewah, yaitu jika
dikatakan bahwa ada kehendak bebas pada manusia artinya manusia dapat
menentukan tindakanya yaitu ia dapat memilih.

8
F. Sistem Dalam Ilmu Pengetahuan
Ada enam sistem yang lazim dikenal dalam ilmu pengetahuan
yaitu sebagai berikut: Sistem tertutup yaitu sistem ini tidak memungkinkan
masuknya unsur-unsur baru ke dalamnya, Sistem terbuka yaitu sistem ini
dimasukan untuk memberikan peluang bagi masuknya unsur-unsur agar
keberadaan sesuatau hal kemungkinan bisa tetap berlangsung. Sisem alami
yaitu sistem yang sejak awal merupakan suatu kesatuan yang utuh dalam
rangka mencapai tujuan yang juga telah ditentukan sejak awal.
Sistem buatan yaitu hasil dari karya manusia, hal ini tercipta atau
diciptakan secara sengaja untuk memenuhi segala macam kbutuhan hidup
sehari-hari yang semakin komfleks yang disebabkan oleh perkembangan
kualitas menusia itu sendiri. Sistem yang berbentuk lingkaran yaitu sistem
ini merupakan perkembangan dari sistem buatan, yang dibuat agar lebih
memudahkan tercapainya salah salah satu tujuan hidup. Dalam sistem ini
masalah sentralnya sengaja di letakkan pada sentral dari suatu lingkaran.
Dari sini orang mulai menjelaskan sejauh mana masalah itu dapat
mempengaruhi bidang-bidang lainya. Sistem yang berbentuk garis lurus
yaitu sistem ini juga merupakan perkembangan dari sistem buatan. Agar
dapat mencapai tujuan yang lebih mudah, sistem ini di susun menurut
jenjang- jenjang atau tingkat-tingkat mulai dan yang paling tinggi ke
jenjang yang paling rendah. Susunan ini memperlihatkan suatu tatanan
bahwa jenjang yang lebih rendah mendasarkan diri kepada jenjang yang
lebih tinggi.

G. Hubungan Etika dan Ilmu Pengetahuan


Pada dasamya manusia memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk
tujuan praktis, mereka hanya memfungsikan ilmu pengetahuan dalam arah
yang tidak terbatas sehingga dapat di pastikan bahwa manfaat pengetahuan
mungkin akan diarahkan untuk hal-hal yang destruktit. Jadi hubungan
antara etika dengan ilmu pengetahuan yang bersifat tidak terbatas dalam
penggunaanya hendaknya selalu berlandaskan pada etika yang berfungsi
memberikan pertimbangan mengenai baik atau buruk, benar atau salah
dari pemanfaatan ilmu, maka etika mejadi acuan atau panduan bagi ilmu
pengetahuan dalam realisasi pengembangannya.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Definisi Etika Ilmu
Etika ilmu adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana
yang buruk pada amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui
akal pikiran.

2. Etika dan Moralitas Ilmu


Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk
menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari
sudut pandang perspektif yang berlainan. Beberapa teori etika yaitu
egoisme, utilitarianisme, teori hak, teori keutamaan dan teori etika
teonom.

3. Macam – Macam Etika


Menurut Sudarminta (Susanto, dkk, ed., 1992: 21), Etika terbagi
menjadi tiga bagian utama, yaitu meta-etika, etika normative, etika
terapan.

4. Sikap Ilmuan dan Kesadaran Moral


Sikap ilmiah adalah sikap-sikap yang seharusnya dimiliki oleh
setiap ilmuwan dalam melakukan tugasnya untuk mempelajari
meneruskan, menolak atau menerima serta merubah atau menambah
suatu ilmu. Dan kesadaran moral adalah nilai dan norma yang harus
berada pada etika keilmuan.

5. Objek Etika
Objek penyelidikan etika adalah pernyataan-pernyataan moral yang
merupakan perwujudan dari pandangan-pandangan dan persoalan
dalam bidang moral.

6. Sistem Dalam Ilmu Pengetahuan


Ada enam sistem yang lazim dikenal dalam ilmu pengetahuan
yaitu sistem tertutup, sistem terbuka, sistem alami, sistem buatan,
sistem yang berbentuk lingkaran dan sistem yang berbentuk garis
lurus.

7. Hubungan Etika dan Ilmu Pengetahuan


Hubungan antara etika dengan ilmu pengetahuan yang bersifat
tidak terbatas dalam penggunaanya hendaknya selalu berlandaskan
pada etika yang berfungsi memberikan pertimbangan mengenai baik

10
atau buruk, benar atau salah dari pemanfaatan ilmu, maka etika mejadi
acuan atau panduan bagi ilmu pengetahuan dalam
realisasi pengembangannya.

B. Saran
Demikian pembahasan dari kelompok kami mengenai Etika Ilmu.
Kami sebagai penyusun makalah sangat menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan dan kekeliruan baik dari segi kata-kata bahasa
maupun kalimat., oleh karena itu kami sangat berharap sekali masukan,
kritik, maupun saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan
makalah kami kedepannya. Demikian makalah yang kami susun, atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

11
DAFTAR PUSTAKA
Sumarto.2017.Filsafat Ilmu.Jambi: Pustaka Ma’arif Press.
Hidayat, Ade.2020.Filsafat Ilmu: Sejarah, Konsep, dan Strategi Pengembangan
Iptek. Bandung: alfabeta, cv.

12

Anda mungkin juga menyukai