Anda di halaman 1dari 28

PANCASIA SEBAGAI SISTEM ETIKA

MAKALAH

Sebagai tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu Hariyanto, S.H.,M.H,

Oleh Kelompok 4 :

NUR MELIANA : A0C022134

NI NYOMAN SANTHI MAHAYUNI : A0C022131

RONATIO PRATAMA PUTRA HAMIN : A0C022154

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran tuhan yang Maha Esa yang telah


memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kelompok saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul pencasila
sebagai sistem etika tepat pada waktunya.

adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk


memenuhi tugas dari dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Pancasila. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
membawa wawasan tentang Pancasila sebagai sistem etika.

Kami ucapkan terima kasih kepada bapak Hariyanto,


S.H.,M.H, selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetaahuan pada bidang Pendidikan Pancasila.
Saya ucapkan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
meyelesaikan tugas ini.

Kami meyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih


jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami meminta kritik
dan saran diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dan
kami berharap semoga para pembaca dapat menambah
pengetahuan dari makalah yang kami buat.

Mataram, 9 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................3

BAB I.............................................................................................................4

PENDAHULUAN............................................................................................4

1.1 Latar Belakang..................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................4

BAB II............................................................................................................5

PEMBAHASAN...............................................................................................5

2.1 Pembahasan Rumusan Masalah ke-1............................................................5

2.2 Pembahasan Rumusan Masalah ke-2............................................................6

2.3 Pembahasan Rumusan Masalah ke-3............................................................8

2.4 Pembahasan Rumusan Masalah ke-4..........................................................12

BAB III........................................................................................................14

PENUTUP....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila memeiliki peran-peran yang sangat penting bagi


masyarakat berbangsa dan bernegara di Indonesia. Peran Pancasila
sebagai dasar negara, pencasila sebagai cita-cita bangsa, pancasial
sebagai pedoman atau landasan hidup bagi bangsa Indonesia, dan
pencasila sebagai pedoman atau landasan hidup bagi bangsa
Indonesia, dan Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia. Pancasila
sebagai sistem etika tujuannya untuk mengembangkan dimensi
moral pada setiap individu sehingga dapat mewujudkan sikap yang
baik dalam berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Menurut Aristoteles, pengertian etika menjadi dua yaitu
Terminius Technikus dan Manner and Custom. Terminius
Technikus merupaka etika yang dipelajari sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari suatu problema tindakan atau
perbuatan manusia. SedangkanManner and Custom merupakan suatu
pembahasan etika yang berhubungan atau berkaitandengan tata cara
dan adat kebiasaan yang melekat dalan kodrat manusia atau in herent
inhuman nature yang sangat terkait denag arti baik dan buruk suatu
perilaku, tingkah laku atauperbuatan manusia.
Etika Pancasila adalah cabang yang terkandung dalam sila
Pancasila digunakan untukmengatur kehidupan masyarakat
berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Dalam etikaPancasila
dikemukakan nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
dan keadilan

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana konsep etika ?


2) Bagaimana konsep dan Urgensi Pancasial sebagai sistem etika?
3) Apa alasan di perlukannya Pancasila sebagai sistem etika?
4) Apa sumber Historis, Sosiologis, Politik sebagai sestem etika?
5) Bagaimana esensi dan urgensi pencasila sebagai sistem etika,
sebagai solusi problem bangsa seperti korupsi, kerusana
lingkungan, dekadensi moral.

1.3 Tujuan Penulisan

1) Mengetahui konsep etika


2) Mengetahui konsep dan urgensi pancasial sebagai sistem etika
3) Menegetahui alasan di perlukannya pancasia sebagai sistem
etika
4) Mengetahui sumber Historis, Sosiologis, Politis sebagai sistem
etika
5) Mengetahui esensi dan urgensi Pancasila sebagai sistem etika
sebagai solusi problem bangsa seperti korupsi, kerusakan
lingkungan, dekadensi moral.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan Rumusan Masalah ke-1

A. Pengertian Etika

Kata etika berasal dari kata ethos(bahasa yunani) yang


berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu
subjek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh
individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan –
tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk
atau baik. Etika adalah refleksi dari self control karena segala
sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan
kelompok itu sendiri. Etika disebut juga filsafat moral, cabang
dari filsafat yang berbicara tentang tindakan manusia.

Menurut para ahli, etika adalah aturan perilaku, adat


kebiasaan manusia dalam pergaulan antar sesamanya dan
menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Etika
dalam perkembanagnnya sangat mempengaruhi perkembangan
manusia. Etika memberi manusia orientasi cara ia menjalani
hidupnya melalui rangkaian kehidupan sehari – hari. Ada dua
macam etika yang harus kita pahami bersama dengan
menentukan baik dan buruknya perilaku manusia:

1. Etika Deskriptif

Mendiskripsikan tingkah laku moral dalam arti luas, seperti adat


kebiasaan, anggapan tentang baik dan buruk, tindakan –
tindakan yang diperbolehkan. Objek penelitiannya adalah
individu – individu, kebudayaan – kebudayaan

2. Etika Normatif
Dalam hal ini, sesorang dapat dikatakan sebagai participation
approach karena yang bersangkutan telah melibatkan diri
dengan mengemukakkan penilaian tentang perilaku manusia. Ia
tidak netral karena berhak untuk mengatakan atau menolak
suatu etika tertentu.

3. Metaetika

Awalan meta (Yunani), berarti “melebihi”, “melampaui”. Metaetika


bergerak seolah – olah pada taraf lebih tinggi dari perilaku etis, yaitu
pada taraf “bahasa etis” atau bahasa yang digunakan dibidang
moral.

Etika selalu berhubungan dengan hal – hal baik dan buruk,


antara hal – hal yang susila dan tidak susila, ataupun antara
hal–hal yang tidak boleh dilakukan. Ada beberapa mazhab
dalam etika antara lain sebagai berikut:

1. Egoisme, adalah tindakan taua perbuatan memberi hasil atau


manfaat bagi diri sendiri untuk jangka waktu selama diperlukan
atau dalam waktu yang

lama. Egoisme secara praktis tampak dalam aliran berikut:


hedonisme,

eudaemonisme.

2. Deontologisme, berpendapat bahwa baik-buruknya atau


benar-salahnya suatu tindakan tidak diukur berdasarkan akibat
yang ditimbulkannya, tetapi berdasarkan sifat – sifat tertentu
dari tindakan dan perbuatan yang dilakukan. Bentuk
deontologisme ada dua, yaitu: deontologisme tindakan,
deontologisme peraturan.

3. Utilitarianisme, adalah jabaran dari kata latin utilis, yang


berarti bermanfaat. Utilisme mengatakan bahwa ciri pengenal
kesusilaan adalah manfaat suatu perbuatan. Ada dua bentuk
utilitarianisme, yaitu: utilitarianisme tindakan, utilitarianisme
peraturan.

4. Theonom, mazhab ini berpendapat bahwa kehendak Allah


merupakan ukuran baik-buruknya suatu tindakan yang terbagi
dua yaitu, teori theonom murni dan teori umum kodrat.Etika
secara umum dibagi menjadi sebagai berikut:

a. Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar cara


manusia bertindak secara etis, teori-teori etika dan prinsip-
prinsip moraldasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam
bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya
suatu tindakan. Etika umum dapat dianalogkan dengan ilmu
pengetahuan, yang membahas pengertian umum dan teori-
teori.

b. Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral


dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa
berwujud:Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak
dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya
lakukan, yang didasari oleh cara, teori atau prinsip-prinsip
moral dasar, bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang
lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang
dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia
bertindak etis? Cara bagaimana manusia mengambil suatu
keputusan atau tindakan, dan teori serta prinsip moral dasar
yang ada di baliknya.

Etika khusus dibagi menjadi dua bagian:

a. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap


manusia terhadap dirinya sendiri.

b. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan


pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia. Perlu
diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dengan tajam karena kewajiban
manusia terhadap diri sendiri sebagai anggota umat manusia
saling berkaitan.

B. Selintas Sejarah Etika di Yunani

Untuk pertama kalinya etika dikaji secara rasional dan


berdasarkan pada ilmu pengetahuan, oleh bangsa Yunani. Ahli
–ahli filsafat Yunani kuno tidak banyak memperhatikan etika,
tetapi kebanyakan kajiannya mengenai alam sehingga datang
Sophisticians(seorang yang bijaksana). Mereka adalah golongan
ahli filsafat, dan menjadi guru di beberapa negeri. Buah pikiran
dan pendapat mereka berbeda-beda, tetapi tujuan mereka
adalah satu, yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani,

angar menjadi nasionalis yang tidak lagi merdeka dan


mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya.Tidak
banyak perbedaan yang terdapat pada setiap ajaran para filsuf
dalam menentukan sesuatu, baik dan buruknya. Akan tetapi,
perbedaan yang terpenting adalah mengenai dorongan jiwa
untuk melakukan perbaikan. Menurut ahli filsafat Yunani,
pendorong untuk melakukan perbuatan baik adalah
pengetahuan atau kebijaksanaan.

C. Antara Etika dan Moral

Etika perlu dibedakan dengan moral. Ajaran moral memuat


pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat pada
sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan cara
seseorang harus hidup. Ajaran moral merupakan rumusan
sistematik terhadap anggapan tentang hal-hal yang bernilai
serta kewajiban manusia. Etika merupakan ilmu tentang norma,
nilai dan ajaran moral. Etika merupakan filsafat yang merefleksi
ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai 5 ciri, yaitu bersifat
rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif(tidak sekadar
melaporkan pandangan moral melainkan menyelediki
bagaimana pandangan moral yang sebenarnya). Paling tidak
ada 3 pandangan moral yang berbeda-beda, yaitu:

1. Pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya


perbedaan suku, daerah dan agama yang hidup berdampingan.

2. Modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan


nilai kebutuhan masyarakat yang akibatnya menantang
pandangan moral tradisional.

3. Berbagi ideologi menawarkan diri sebagai penuntun


kehidupan, masing-masing dengan ajarannya sendiri tentang
cara manusia harus hidup.

D. Pendasaran Konseptual Etika dan Moral


Dapat dikatakan bahwa perbedaan makna antara moral, sopan,
santun, dan etiket denga etika, bila moral memiliki makna cara
sesorang berperilaku sesuai dengan tuntutan norma-norma
atau nilai-nilai yang diakui oleh individu atau kelompok etika
bergaul dengan individu atau kelompok lainnya, pada etika atau
filsafat moral, selain sesorang dituntut dapat berperilaku sesuai
dengan norma-norma atau nilai-nilai tertentu, juga dituntut
untuk mengetahui dan memahami sistem, alasan-alasan dan
dasar-dasar moral serta konsep-konsepnya secara rasional
guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Dengan kata lain,
dalam etika atau filsafat moral, berperilaku moral sama
pentingya dengan mengetahui dan memahami alasan-alasan
dan dasar-dasar norma-norma moral.

E. Tujuan Moralitas bagi Manusia

Moralitas ditentukan oleh kesesuaiannya dengan alam realitas


yang berada disekitarnya. Disinilah letak pentingnya sikap
kemandirian dalam pencarian nilainilai moral. Mesipun terdapat
perbedaan pandangan ahli dalam wilayah epistemologi moral
yang meniscayakan perbedaan pula dalam cara mendekati dan
mengarahkan dirinya pada tujuan moralnya, tetapi pada
prinsipnya mereka menginginkan tujuan yang sama, yaitu
kebahagiaan yang sejati.

2.2 Pembahasan Rumusan Masalah ke-2

Etika merupakan ilmu tentang kesusilaan dan


perilaku manusia yangberhubungan dengan orang lain sesuai
prinsip dan aturan tentang tingkah laku yang benar. Secara
etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu "Ethikos"
yangartinya berasal dari suatu kebiasaan. Etika berkaitan
dengan nilai yang baik maupunburuk perilaku manusia, dan
kebiasaan seseorang melakukan hal yang baik. Etikameliputi
norma-norma yang berasal dari nurani setiap manusia
untuk kebaikanbersama dimana norma tersebut akan menjadi
pedoman atau aturan manusia dalambertingkah laku.
Pancasila sebagai sistem etika berasal dari nilai- nilai
yang terkandung dalam kelima sila di Pancasila mulai dari
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,dan keadilan.
Pada nilai ketuhanan menciptakan nilai spiritual dan taat
beribadahuntuk mendekatkan diri kepada Tuhan, serta
toleransi kepada yang berbedakeyakinan. Pada nilai
kemanusiaan menciptakan kerjasama dan tolong
menolongkepada orang lain. Pada nilai persatuan menciptakan
sikap solidaritas dan cinta tanahair. Pada sila kerakyatan
menciptakan nilai untuk menghargai setiap
perbedaankarena Indonesia yang sangat beragam. Sedangkan
pada nilai keadilan menciptakansikap peduli terhadap
sesama. Nilai- nilai yang terkandung dalam
Pancasilamerupakan cita- cita bangsa Indonesia,
sehingga bangsa Indonesia harusmewujudkan dalam
kehidupan sehari- hari. Etika pancasila akan
membetukkepribadian dengan nilai dan kebiasaan yang akan
tumbuh dalam masyarakat. Dalam etika terdapat tiga
aliran yaitu :
1. Aliran Deontologi yang menjelaskan tentang perilaku yang
baik atau buruk dansesuai atau tidak dengan kewajiban yang
harus dilakukan.
2. Aliran Teleologi yang menjelaskankan bahwa berdasarkan
tujuan atau akibatperbuatan dapat mengetahui baik ataupun
buruknya perilaku.
3. Aliran Keutamaan yang menjelaskan dalam diri seseorang
terdapat pengembangankualitas moral.
Pancasila sangatlah penting sebagai sistem etika
karena dapat menjadi aturanuntuk semua bangsa Indonesia
sesuai dengan nilai- nilai Pancasila sehingga terwujudcita-cita
bangsa, dan memberikan kenyamanan serta kesejahteraan
bersama. Namunsaat ini masih banyak sekali pelanggaran atau
kejahatan yang tidak sesuai dengannilai- nilai Pancasila seperti
pejabat yang korupsi, pelanggaran HAM, dll

2.3 Pembahasan Rumusan Masalah ke-3

Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Sistem Etika


Pancasila sebagai sistem etika diperlukan dalam kehidupan
politik untuk mengatur sistem penyelenggaraan negara.
Bayangkan apabila dalam penyelenggaraan kehidupan
bernegara tidak ada sistem etika yang menjadi guidance atau
tuntunan bagi para penyelenggara negara, niscaya negara akan
hancur. Beberapa alasan mengapa Pancasila sebagai sistem
etika itu diperlukan dalam penyelenggaraan kehidupan
bernegara di Indonesia,
meliputi hal-hal sebagai berikut:
 Pertama, korupsi akan bersimaharajalela karena para
penyelenggara negara tidak memeiliki rambu-rambu normative
dalam menjalankan tugasnay. Para penyelenggara negara tidak
dapat membedakan batasan yang boleh dan tidak, pantas dan
tidak, baik dan buruk (good and bad). Pancasila sebagai sistem
etika terkait dengan pemahaman atas kriteria baik (good) dan
buruk (bad). Archie bahm dalam Axiology of science,
mejelaskan bahwa baik dan buruk merupakan dua hal yang
terpisah. Namun, baik dan buruk itu eksis dalam kehidupan
manusia, maksudnya
godaan untuk melakukan perbuatan buruk selalu muncul. Ketika
seseorang menjadi pejabat dan mempunyai peluang untuk
melakukan tindakan buruk (korupsi), maka hal tersebut dapat
terjadi pada siapa saja. Oleh karena itu, simpulan archie
bahm,”maksimalkan kebaikan, minimalkan keburukan”
(bahm, 1998:58).
 Kedua, dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat,
terutama generasi muda sehingga membahayakan
kelangsungan hidup bernegara. Generasi muda yang tidak
mendapat Pendidikan karakter yang memada di hadapkan pada
pluralitas niali yang melanda Indonesia sebagai akibat
globalisasi shingga mereka kehilangan arah. Dekadensi moral
itu terjadi ketika penegaruh globalisasi tidak sejalan dangan
nilai-nilai Pancasila, tetapi justru nilai-nilai dari luar berlaku
dominan. Contoh-contoh dekadensi moral, antara
lainpenyalahgunaan narkoba, kebebasan tanpa batas,
rendahnya rasa hormat kepada orang tau, menipisnya rasa
kejujuran, tawuran di kalangan para pelajar. Kesemuanya itu
menunjukkan lemahnya tatanan nilai moral dalam kehidupan
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem
etika diperlukan kehadirannya sejak dini, terutama dalam
bentuk Pendidikan karakter di sekolah-sekolah.
 Ketiga, pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam
kehidupan bernegara di Indonesia ditandai dengan
melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak pihak lain.
Kasus-kasus
pelanggaran HAM yang dilaporkan di berbagai media, seperti
penganiayaan terhadap pembantu rumah tangga (PRT),
penelantaran anak-anak yatim oleh pihak-pihak yang
seharusnya melindungi, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),
dan lain-lain. Kesemuanya itu menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika
belum berjalan maksimal. Oleh karena itu, di samping
diperlukan sosialisasi sistem etika Pancasila, diperlukan pula
penjabaran sistem etika ke dalam peraturan perundang-
undangan tentang HAM.
 Keempat, kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap
berbagai aspek kehidupan manusia, seperti kesehatan,
kelancaran penerbangan, Nasib generasi yang akan datang,
gelobal warming, perubahan cuaca, dan lain sebagainya. Kasus-
kasus tersebut menunjukkan bahwa kesadaran terhadap nilai-
nilai Pancasila sebagai sistem etika belum mendapat tempat
yang tepat di hati masyarakat. Masyarakat Indonesia dewasa
ini cenderung memutuskan tindakan berdasarkan sikap
emosional, mau menang sendiri, keuntungan sesaat, tanpa
memikirkan dampak yang ditimbulkan dari perbuatannya.
Contoh yang paling jelas adalah pembakaran hutan di Riau
sehingga menimbulkan kabut asap. Oleh karena itu, Pancasila
sebagai sistem etika perlu
diterapkan ke dalam peraturan perundang-undangan yang
menindak tegas para pelaku pembakaran hutan, baik pribadi
maupun perusahaan yang terlibat.
Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan
Pancasila sebagai Sistem Etika
1. Argumen tentang Dinamika Pancasila sebagai Sistem Etika.
Beberapa argumen tentang dinamika Pancasila sebagai sistem
etika dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dapat
diuraikan sebagai berikut:
 Pertama, pada zaman Orde Lama, pemilu diselenggarakan
dengan semangat demokrasi yang diikuti banyak partai politik,
tetapi dimenangkan empat partaipolitik, yaitu Partai Nasional
Indonesia (PNI), Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI), Partai
Nahdhatul Ulama (PNU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Tidak dapat dikatakan bahwa pemerintahan di zaman Orde
Lama mengikuti sistem etika Pancasila, bahkan ada tudingan
dari pihak Orde Baru bahwa pemilihan umum pada zaman Orde
Lama dianggap terlalu liberal karena pemerintahan Soekarno
menganut sistem demokrasi terpimpin, yang cenderung otoriter.
 Kedua, pada zaman Orde Baru sistem etika Pancasila
diletakkan dalam bentuk penataran P-4. Pada zaman Orde Baru
itu pula muncul konsep manusiaIndonesia seutuhnya sebagai
cerminan
manusia yang berperilaku dan berakhlak mulia sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila. Manusia Indonesia seutuhnya dalam
pandangan Orde Baru, artinya manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa, yang secara kodrati bersifat
monodualistik, yaitu makhluk rohani sekaligus makhluk jasmani,
dan makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Manusia sebagai
makhluk pribadi memiliki emosi yang memiliki pengertian, kasih
sayang, harga diri, pengakuan, dan tanggapan emosional dari
manusia lain dalam kebersamaan hidup. Manusia sebagai
mahluk sosial, memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju
dan sejahtera. Tuntutan tersebut hanya dapat terpenuhi melalui
kerjasama dengan orang lain, baik langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itulah, sifat kodrat manusia sebagai
mahluk individu dan sosial harus dikembangkan secara selaras,
serasi, dan seimbang (Martodihardjo 1993: 171). Manusia
Indonesia seutuhnya (adalah makhluk mono-pluralis yang terdiri
atas susunan kodrat: jiwa dan raga; Kedudukan kodrat:
makhluk Tuhan dan makhluk berdiri sendiri; sifat kodrat:
makhluk sosial dan mahluk individual. Keenam unsur manusia
tersebut saling melengkapi satu sama lain dan merupakan satu
kesatuan yang bulat. Manusia Indonesia menjadi pusat
persoalan, pokok dan pelaku utama dalam budaya Pancasila.
(Notonagoro dalam Asdi, 2003: 17-18).
 Ketiga, sistem etika Pancasila pada era reformasi tenggelam
dalam eforia demokrasi. Namun seiring dengan perjalanan
waktu, disadari bahwa demokrasi tanpa dilandasi sistem etika
politik akan menjurus pada penyalahgunaan kekuasaan, serta
machiavelisme (menghalalkan segala cara untuk mencapi
tujuan). Sofian Effendi, Rektor Universitas Gadjah Mada dalam
sambutan pembukaan Simposium Nasional Pengembangan
Pancasila sebagai paradigma ilmu penegetahuan dan
pemebangaunan Nasional (2006: xiv) mengatakan sebagai
berikut. “Bahwa moral bangsa semakin hari semakin merosot
dan semakin hanyut dalam arus konsumerisme, hedonisme,
eksklusivisme, dan ketamakan karena bangsa Indonesia tidak
mengembangkan blueprint yang berakar pada sila Ketuhanan
Yang Maha Esa”.

2.4 Pembahasan Rumusan Masalah ke-4

 Sumber Historis
Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika
masih
berbentuk sebagai Philosofische Grondslag atau
Weltanschauung.
Artinya, nilai-nilai Pancasila belum ditegaskan ke dalam sistem
etika, tetapi nilai-nilai moral telah terdapat pandangan hidup
masyarakat. Masyarakat dalam masa orde lama telah mengenal
nilai-nilai kemandirian bangsa yang oleh Presiden Soekarno
disebut dengan istilah berdikari (berdiri di atas kaki sendiri).
Pada zaman orde baru, Pancasila sebagai system etika
disosialisasikan melalui penataran P-4 dan diinstusionalkan
dalam wadah BP-7, Ada banyak butir Pancasila yang dijabarkan
dari kelima sila Pancasila sebagai hasil temuan dari para peneliti
BP-7, sebagai berikut :
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, cara pengamalannya :
a. Manusia Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. Hormat menghormati dan bekerja sama antar para pemeluk
agama dan para penganut kepercayaan yang berbeda-beda
sehingga terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada
orang lain.
2.Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, cara pengamalannya :
a. Mengakiu persamaan derajat, persamaan hak, dan
persamaan kewajiban asasi antar sesame manusia sesuai
dengan harkat dan martabatnyasebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Saling mencintai sesame manusia.
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
d. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
g. Berani membela kebenaran dan keadilan.
3. Sila Persatuan Indonesia, cara pengamalnnya :
a.Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan,
keselamatan bangsa dan bernegara di atas kepentingan pribadi
atau golongan.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c. Cinta tanah air dan bangsa.
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air
Indonesia.
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa
yang berbhineka tunggal ika.
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan /Perwakilan, cara pengamalannya :
a. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
b. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
c. Dengan itikad yang baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil putusan musyawarah.
d. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan
hati nurani yang luhur.
5. Sila keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia, cara
pengamalannya:
a. Bersikap adil.
b. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
c. Menghormati hak-hak orang lain.
d. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
e. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.

Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem etika


tenggelam dalam hiruk-pikuk perebutan kekuasaan yang
menjurus kepada pelanggaran etika politik. Salah satu bentuk
pelanggaran etika politik adalah abuse of power, baik oleh
penyelenggara negara di legislatif, eksekutif, maupun yudikatif.
Penyalahgunaan kekuasaan atau kewenangan inilah yang
menciptakan korupsi di berbagai kalangan penyelenggara
negara.
 Sumber Sosiologis
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat
ditemukan dalam kehidupan masyarakat berbagai etnik di
Indonesia. Misalnya, orang Minangkabau dalam hal
bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh pembuluh,
bulat kata oleh mufakat”. Masih banyak lagi mutiara kearifan
local yang bertebaran di bumi Indonesia sehingga memerlukan
penelitian yang mendalam. Sumber Politis Sumber politis
Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma-norma
dasar sebagai sumber penyusunan berbagai peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Hans Kelsen mengatakan
bahwa teori hokum itu suatunorma yang membentuk piramida.
Norma yang lebih rendah memperoleh kekuatannya dari suatu
norma yang lebih tinggi. Semakin tinggi suatu norma, akan
semakin abstrak sifatnya, dan sebaliknya, semakin rendah
kedudukannya, akan semakin konkrit norma tersebut. Pancasila
sebagai system etika merupakan norma tertinggi yang sifatnya
abstrak, sedangkan perundang-undangan merupakan norma
yang ada di bawahnya bersifat konkrit.
Etika politik mengatur masalah perilaku politikus, berhubungan
juga dengan praktik institusi social, hokum, komunitas,
struktur-struktur social, politik, ekonomi. Etika politik memiliki
tiga dimensi, yaitu :
1. Dimensi Tujuan, terumuskan dalam upaya mencapai
kesejahteraan masyarakat dan hidup
damai yang didasarkan pada kebebasan dan keadilan.
2. Dimensi Sarana, memungkinkan pencapaian tujuan yang
meliputi system dan prinsip-prinsip dasar pengorganisasian
praktik penyelenggaraan negara dan yang mendasari institusi-
institusi sosial.
3. Dimensi Aksi Politik, berkaitan dengan pelaku pemegang
peran sebagai pihak yang menentukan rasionalitas
politik.Rasionalitas politikterdiri atas rasionalitas tindakan dan
keutamaan. Tindakan politik dinamakan rasional bila pelaku
mempunyai orientasi situasi dan paham permasalahan.

2.5 Pembahasan Rumusan Masalah ke-5


 Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika
Hakikat Pancasila sebagai system etika terletak pada hal-hal
sebagai berikut :
1. Hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa
Indonesia bahwa Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral.
Artinya, setiap perilaku warga negara harus didasarkan atas
nilai-nilai moral yang bersumber pada norma agama. Setiap
prinsip moral yang berlandaskan pada norma agama, maka
prinsip tersebut memiliki kekuatan untuk dilaksanakan oleh
pengikut-pengikutnya.
2. Hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu
tindakan manusai yang mengandung implikasi dan konsekuensi
moral yang dibedakan dengan actus homini, yaitu tindakan
manusia yang biasa. Tindakan kemanusiaan yang mengandung
implikasi moral diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil
dan beradab sehingga menjamin tata pergaulan antarmanusia
dan antarmakhluk yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan
yang tertinggi, yaitu kebajikan dan kearifan.
3. Hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup
bersama sebagai warga bangsa yang mementingkan masalah
bangsa diatas kepentingan individu atau kelompok. System
etika yang berlandaskan pada semangat kebersamaan,
solidaritas social akan melahirkan kekuatan untuk menghadapi
penetrasi nilai yang bersifat memecah belah bangsa.
4. Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah
untuk mufakat,. Artinya, menghargai diri sendiri sama halnya
dengan menghargai orang lain.
5. Hakikat sila keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
merupakan perwujudan dari sistem etika yang tidak
menekankan pada kewajiban semata atau menekankan pada
tujuan belaka, tetapi lebih menonjolkan keutamaan yang
terkandung dalam nilai keadilan itu sendiri.
 Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika
Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan
Pancasila sebagai system etika meliputi
hal-hal sebagai berikut :
1. Meletakkan sila-sila Pancasila sebagai system etika berarti
menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan inspirasi
bagi penentu sikap, tindakan, dan keputusan yang diambil
setiap
warga negara.
2. Pancasila sebagai system etika memberi guidance bagi setiap
warga negara sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata
pergaulan, baik local, nasional, regional, maupun internasional.
3. Pancasila sebagai system etika dapat menjadi dasar analisis
bagi berbagai kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara
sehingga tidak keluar dari semangat negara kebangsaan yang
berjiwa Pancasila.
4. Pancasila sebagai system etika dapat menjadi filter untuk
menyaring pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan
masyarakat sebagai dampak globalisasi yang memengaruhi
pemikiran warga negara.
 Sistem etika sebagai soliusi problem bangsa
Beberapa alasan mengapaPancasila sebagai sistem etika itu
diperlukan dalam penyelenggaraan kehidupan bernegaradi
Indonesia, meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Dekadensi moral yang melanda kehidupan
masyarakat, terutama generasi mudasehingga
membahayakan kelangsungan hidup bernegara.Generasi
muda yang tidakmendapat pendidikan karakter yang memadai
dihadapkan pada pluralitas nilai yangmelanda Indonesia
sebagai akibat globalisasi sehingga mereka kehilangan
arah.Dekadensi moral itu terjadi ketika pengaruh globalisasi
tidak sejalan dengan nilai-nilaiPancasila, tetapi justru nilai-nilai
dari luar berlaku dominan. Contoh-contoh dekadensimoral,
antara lain: penyalahgunaan narkoba, kebebasan tanpa batas,
rendahnya rasahormat kepada orang tua, menipisnya rasa
kejujuran, tawuran di kalangan para pelajar.Kesemuanya itu
menunjukkan lemahnya tatanan nilai moral dalam kehidupan
bangsaIndonesia. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem
etika diperlukan kehadirannyasejak dini, terutama dalam
bentuk pendidikan karakter di sekolah-sekolah.
2. Korupsi akan semakin merajalela karena para
penyelenggara
Negara tidak memilikirambu-rambu normatif dalam
menjalankan tugasnya. Para penyelenggara negara tidakdapat
membedakan batasan yang boleh dan tidak, pantas dan
tidak, baik dan buruk(good and bad). Pancasila sebagai sistem
etika terkait dengan pemahaman atas kriteriabaik (good) dan
buruk (bad). Archie Bahm dalam Axiologi of Science,
menjelaskan bahwa baik buruk merupakan dua hal yang
terpisah. Namun, baik dan buruk itueksis dalam kehidupan
manusia, maksudnya godaan untuk melakukan
perbuatanburuk selalu muncul. Ketika seseorang menjadi
pejabat dan mempunyai peluang untuk4 melakukan tindakan
buruk (korupsi), maka hal tersebut dapat terjadi pada siapa
saja.Oleh karena itu, simpulan Archie Bahm,
”Maksimalkan kebaikan, minimalkankeburukan” (Bahm,
1998: 58).
3. Kurangnya rasa perlu berkontribusi dalam pembangunan
melalui pembayaran pajak.Hal tersebut terlihat dari
kepatuhan pajak yang masih rendah, padahal peranan
pajakdari tahun ke tahun semakin meningkat dalam
membiayai APBN. Pancasila sebagaisistem etika akan
dapat mengarahkan wajib pajak untuk secara sadar
memenuhikewajiban perpajakannya dengan baik. Dengan
kesadaran pajak yang tinggi makaprogram pembangunan
yang tertuang dalam APBN akan dapat dijalankan
dengansumber penerimaan dari sektor perpajakan. Berikut ini
diperlihatkan gambar tentangiklan layanan masyarakat
tentang pendidikan yang dibiayai dengan pajak.
4. Pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam
kehidupan bernegara di Indonesiaditandai dengan
melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak pihak lain.
Kasus-kasus pelanggaran HAM yang dilaporkan di berbagai
media, seperti penganiayaanterhadap pembantu rumah
tangga (PRT), penelantaran anak-anak yatim oleh pihak-
pihak yang seharusnya melindungi, kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT), dan lain-lain. Kesemuanya itu menunjukkan
bahwa kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilaiPancasila
sebagai sistem etika belum berjalan maksimal. Oleh karena
itu, di sampingdiperlukan sosialisasi sistem etika Pancasila,
diperlukan pula penjabaran sistem etikake dalam peraturan
perundang-undangan tentang HAM (Lihat Undang-Undang No.
39Tahun 1999 tentang HAM).
5. Kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai
aspek kehidupan manusia,seperti kesehatan, kelancaran
penerbangan, nasib generasi yang akan datang,
globalwarming, perubahan cuaca, dan lain sebagainya.
Kasus-kasus tersebut menunjukkanbahwa kesadaran terhadap
nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika belum
mendapattempat yang tepat di hati masyarakat. Masyarakat
Indonesia dewasa ini cenderungmemutuskan tindakan
berdasarkan sikap emosional, mau menang sendiri,
keuntungansesaat, tanpa memikirkan dampak yang
ditimbulkan dari perbuatannya. Contoh yangpaling jelas
adalah pembakaran hutan di Riau sehingga menimbulkan
kabut asap. Olehkarena itu, Pancasila sebagai sistem
etika perlu diterapkan ke dalam peraturanperundang-
undangan yang menindak tegas para pelaku
pembakaran hutan, baikpribadi maupun perusahaan
yang terlibat. Selain itu, penggiat lingkungan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
juga perlu mendapatpenghargaan. Lingkungan hidup yang
nyaman melahirkan generasi muda yang sehatdan bersih
sehingga kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara menjadilebih bermakna
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
a. Pancasila dan etika adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan karena merupakan suatu sistem yang
membentuk satu kesatuan yang utuh, saling berkaitan satu
dengan yang lain yang dijadikan pedoman dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b. Implementasi Pancasila sebagai sistem etika dapat
terwujud apabila pemerintah dan masyarakat dapat
menerapkan nilai-nilai yang ada dalam pancasila dengan
mengedepankan prinsip keseimbangan antara hak dan
kewajiban. Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang
filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk
mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika
Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut
membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek
kehidupannya. Pentingnya pancasia sebagai sistem etika
bagi bangsa Indonesia ialah menjadi rambu normatif untuk
mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara di Indonesia. Dengan demikian, pelanggaran
dalam kehidupan bernegara, seperti korupsi
(penyalahgunaan kekuasaan) dapat diminimalkan.
3.2 Saran
Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata
sempurna, untuk ke depannya kamisebagai penulis
akan berusaha untuk membuat makalah dengan
lebih baik lagi.Demikianlah makalah ini kami buat,
semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuanpembaca sekalian. Kami mohon maaf jika ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dankalimat yang
kurang jelas, kurang dimengerti dan lugas. Dan kami juga
mengharapkansaran dan kritik dari pembaca sekalian demi
kesempurnaan makalah ini10
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKAAnneke Sato: Dinamika dan Tantangan


Pancasila sebagai sistem Etika serta Pancasila dan
IdeologiNasional (annekesato2330.blogspot.com)Dinamika
Pancasila Era Orde Lama, Orde Baru, & Reformasi - Pustaka
Pemikirhttps://www.dosenpendidikan.co.id/etika-adalah/https://
www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-etika.htmlhttps://
ummaspul.e-journal.id/Edupsycouns/article/view/1327http://
septianludy.blogspot.com/2014/07/pancasila-sebagai-sistem-
etika-part-2.html#:~:text=Nilai%20dasar%20yang%20menjadi
%20sumber,nilai%20yang%20terkandung%20dalam
%20Pancasila.&text=Dalam%20kajian%20etika%20dikenal
%20tiga,yaitu%20deontologi%2C%20teleologi%20dan
%20keutamaan11

Anda mungkin juga menyukai