Disusun Oleh :
NPM : 21752038
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Allah Swt., karena atas rahmatnya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PANCASILA SEBAGAI SISTEM
ETIKA” tanpa halangan apapun, penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
Mata Kuliah pancasila. Makalah ini berisi tentang pengertian pancasila sebagai sistem
etika dan manfaatnya dan lain sebagainya. Makalah ini saya lengkapi dengan
pendahuluan sebagai pembukaan yang menjelaskan latar belakang dan tujuan pembantu
makalah.Pembahasan ini yang menjelaskan tentang materi pancasila sebagai sistem
etika. Penutup yang berisi tentang kesimpulan yang menjelaskan tentang isi dari
makalah saya.Makalah ini juga saya lengakapi dengan daftar pustaka yang menjelaskan
sumber dan referensi bahan dalam penyusunan.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan saya terima. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik yang menyusun maupun yang
membaca.
2
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 4
BAB II .......................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 6
2.7 Aplikasi Nilai, Norma, dan Moral dalam Kehidupan Sehari-Hari .............................. 21
PENUTUP ................................................................................................................................. 26
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Nilai, norma, dan moral adalah konsep konsep yang saling berkaitan. Ketiganya
akan memberikan pemahaman yang saling melengkapi sebagai sistem etika dalam
kaitannya dengan Pancasila. Pancasila merupakan sumber dari penjabaran segala
norma, baik norma hukum, norma moral, maupun norma kenegaraan lainnya.
4
Perkembangan jaman yang semakin maju dan terbukanya akses terhadap dunia
luar mengharuskan kita untuk mengupayakan pancasila sebagai sistem etika, agar kita,
bangsa Indonesia, tidak kehilangan identitas kita sebagai bangsa yang bermoral,
memiliki etika, dan bermartabat.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam jurnal
ini adalah :
5
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologis (asal kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang
artinya watak kesusilaan atau adat. Istilah ini identik dengan moral yang berasal dari
bahasa Latin, mos yang jamaknya mores, yang juga berarti adat atau cara hidup.
Meskipun kata etika dan moral memiliki kesamaan arti, dalam pemakaian sehari hari
kata ini digunakan secara berbeda. Moral atau moralitas digunakan untuk perbuatan
yang sedang dinilai, sedangkan etika digunakan untuk mengkaji sistem yang ada
(Zubair, 1987: 13). Dalam bahasa Arab, padanan kata etika adalah akhlak yang
merupakan kata jamak khuluk yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat (Zakky,
2008: 20).
Secara keseluruhan, etika membahas mengenai tingkah laku, watak, dan segala sesuatu
perbuatan manusia yang dibutuhkan dan dinilai dalam kehidupan bermasyarakat.
6
Dalam kajian etika dikenal tiga teori/aliran besar, yaitu deontologi, teleologi dan
keutamaan. Setiap aliran memiliki sudut pandang sendiri-sendiri dalam menilai apakah
suatu perbuatan dikatakan baik atau buruk. Berikut adalah ketiga aliran tersebut :
Kewajiban moral sebagai manifestasi dari hukum moral adalah sesuatu yang
sudah tertanam dalam setiap diri pribadi manusia yang bersifat universal. Manusia
dalam dirinya secara kategoris sudah dibekali pemahaman tentang suatu tindakan itu
baik atau buruk, dan keharusan untuk melakukan kebaikan dan tidak melakukan
keburukan harus dilakukan sebagai perintah tanpa syarat (imperatif kategoris).
7
itu, dan tindakan yang baik adalah didasarkan atas otonomi bebasnya tanpa ada paksaan
dari luar.
a. Etika Teleologi
8
dan kedua dari kemanfaatan itu mana yang paling menguntungkan bagi banyak
orang, karena bisa jadi kemanfaatannya besar namun hanya dapat dinikmati oleh
sebagian kecil orang saja. Etika utilitarianisme ini tidak terpaku pada nilai atau
norma yang ada karena pandangan nilai dan norma sangat mungkin memiliki
keragaman. Namun setiap tindakan selalu dilihat apakah akibat yang ditimbulkan
akan memberikan manfaat bagi banyak orang atau tidak.
Kalau tindakan itu hanya akan menguntungkan sebagian kecil orang atau bahkan
merugikan maka harus dicari alternatif-alternatif tindakan yang lain. Etika
utilitarianisme lebih bersifat realistis, terbuka terhadap beragam alternatif tindakan dan
berorientasi pada kemanfaatan yang besar dan yang menguntungkan banyak
orang. Utilitarians try to produce maximum pleasure and minimum pain, counting their
own pleasure and pain as no more or less important than anyone else’s (Wenz, 2001:
86).
Etika utilitarianisme ini menjawab pertanyaan etika egoisme, bahwa kemanfaatan
banyak oranglah yang lebih diutamakan. Kemanfaatan diri diperbolehkan sewajarnya,
karena kemanfaatan itu harus dibagi kepada yang lain. Utilitarianisme, meskipun
demikian, juga memiliki kekurangan. Sonny Keraf (2002: 19-21) mencatat ada
enam kelemahan etika ini, yaitu:
(1) Karena alasan kemanfaatan untuk orang banyak berarti akan ada sebagian
masyarakat yang dirugikan, dan itu dibenarkan. Dengan demikian utilitarianisme
membenarkan adanya ketidakadilan terutama terhadap minoritas.
(2) Dalam kenyataan praktis, masyarakat lebih melihat kemanfaatan itu dari sisi
yang kuantitasmaterialistis, kurang memperhitungkan manfaat yang non-material seperti
kasih sayang, nama baik, hak dan lain-lain.
(3) Karena kemanfaatan yang banyak diharapkan dari segi material yang tentu
terkait dengan masalah ekonomi, maka untuk atas nama ekonomi tersebut hal-hal yang
ideal seperti nasionalisme, martabat bangsa akan terabaikan, misalnya atas nama
memasukkan investor asing maka aset-aset negara dijual kepada pihak asing, atau atas
nama meningkatkan devisa negara maka pengiriman TKW ditingkatkan. Hal yang
menimbulkan problem besar adalah ketika lingkungan dirusak atas nama untuk
menyejahterakan masyarakat.
9
(4) Kemanfaatan yang dipandang oleh etika utilitarianisme sering dilihat dalam
jangka pendek, tidak melihat akibat jangka panjang. Padahal,misalnya dalam persoalan
lingkungan, kebijakan yang dilakukan sekarang akan memberikan dampak negatif pada
masa yang akan datang.
(5) Karena etika utilitarianisme tidak menganggap penting nilai dan norma, tapi
lebih pada orientasi hasil, maka tindakan yang melanggar nilai dan norma atas nama
kemanfaatan yang besar, misalnya perjudian/prostitusi, dapat dibenarkan.
(6) Etika utilitarianisme mengalami kesulitan menentukan mana yang lebih
diutamakan kemanfaatan yang besar namun dirasakan oleh sedikit masyarakat atau
kemanfaatan yang lebih banyak dirasakan banyak orang meskipun kemanfaatannya
kecil.
Menyadari kelemahan itu etika utilitarianisme membedakannya dalam dua
tingkatan, yaitu utilitarianisme aturan dan tindakan. Atas dasar ini, maka :
Pertama, setiap kebijakan dan tindakan harus dicek apakah bertentangan dengan
nilai dan norma atau tidak. Kalau bertentangan maka kebijakan dan tindakan tersebut
harus ditolak meskipun memiliki kemanfaatan yang besar.
Kedua, kemanfaatan harus dilihat tidak hanya yang bersifat fisik saja tetapi juga
yang non-fisik seperti kerusakan mental, moralitas, kerusakan lingkungan dan
sebagainya.
Ketiga, terhadap masyarakat yang dirugikan perlu pendekatan personal dan
kompensasi yang memadai untuk memperkecil kerugian material dan non-material.
b. Etika Keutamaan
Etika ini tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan, tidak juga mendasarkan
pada penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum moral universal, tetapi pada
pengembangan karakter moral pada diri setiap orang. Orang tidak hanya melakukan
tindakan yang baik, melainkan menjadi orang yang baik. Karakter moral ini dibangun
cara meneladani perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh para tokoh besar.
Internalisasi ini dapat dibangun melalui cerita, sejarah yang di dalamnya mengandung
nilai-nilai keutamaan agar dihayati dan ditiru oleh masyarakatnya. Kelemahan etika ini
10
adalah ketika terjadi dalam masyarakat yang majemuk, maka tokoh-tokoh yang
dijadikan panutan juga beragam sehingga konsep keutamaan menjadi sangat beragam
pula, dan keadaan ini dikhawatirkan akan menimbulkan benturan sosial.
c. Etika Pancasila
11
hubungan kasih sayang antar sesama akan menghasilkan konflik dan permusuhan.
Pelanggaran kaedah Tuhan untuk melestarikan alam akan menghasilkan bencana alam,
dan lain-lain
Nilai yang kedua adalah Kemanusiaan. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila
sesuai dengan nilai-nilaiKemanusiaan. Prinsip pokok dalam nilai KemanusiaanPancasila
adalah keadilan dan keadaban. Keadilanmensyaratkan keseimbangan antara lahir dan
batin, jasmani dan rohani, individu dan sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk
Tuhan yang terikat hukum-hukum Tuhan. Keadaban mengindikasikan keunggulan
manusia dibanding dengan makhluk lain, yaitu hewan, tumbuhan, dan benda tak hidup.
Karena itu perbuatan itu dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan
yang didasarkan pada konsep keadilan dan keadaban.
Nilai yang ketiga adalah Persatuan. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila
dapat memperkuat persatuan dan kesatuan. Sikap egois dan menang sendiri merupakan
perbuatan buruk, demikian pula sikap yang memecah belah persatuan. Sangat mungkin
seseorang seakan-akan mendasarkan perbuatannya atas nama agama (sila ke-1), namun
apabila perbuatan tersebut dapat memecah persatuan dan kesatuan maka menurut
pandangan etika Pancasila bukan merupakan perbuatan baik. Nilai yang keempat adalah
Kerakyatan. Dalam kaitan dengan kerakyatan ini terkandung nilai lain yang sangat
penting yaitu nilai hikmat/kebijaksanaan dan permusyawaratan. Kata
hikmat/kebijaksanaan berorientasi pada tindakan yang mengandung nilai kebaikan
tertinggi.
Atas nama mencari kebaikan, pandangan minoritas belum tentu kalah dibanding
mayoritas. Pelajaran yang sangat baik misalnya peristiwa penghapusan tujuh kata dalam
sila pertama Piagam Jakarta. Sebagian besar anggota PPKI menyetujui tujuh kata
tersebut, namun memperhatikan kelompok yang sedikit (dari wilayah Timur) yang
secara argumentatif dan realistis bisa diterima, maka pandangan minoritas
“dimenangkan” atas pandangan mayoritas. Dengan demikian, perbuatan belum tentu
baik apabila disetujui/bermanfaat untuk orang banyak, namun perbuatan itu baik jika
atas dasar musyawarah yang didasarkan pada konsep hikmah/kebijaksanaan.
12
Nilai yang kelima adalah Keadilan. Apabila dalam sila kedua disebutkan kata
adil, maka kata tersebut lebih dilihat dalam konteks manusia selaku individu. Adapun
nilai keadilan pada sila kelima lebih diarahkan pada konteks sosial. Suatu perbuatan
dikatakan baik apabila sesuai dengan prinsip keadilan masyarakat banyak. Menurut
Kohlberg (1995: 37), keadilan merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi dan
masyarakat. Keadilan mengandaikan sesama sebagai partner yang bebas dan sama
derajatnya dengan orang lain.
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat
seseorang atau kelompok. Jadi nilai itu pada hakekatnya adalah sifat dan kualitas yang
melekat pada suatu obyeknya. Dengan demikian, maka nilai itu adalah suatu kenyataan
yang tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan lainnya.
13
Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan
sesuatu dengan sesuatu yang lain kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan.
Keputusan itu adalah suatu nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna,
benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, dan seterusnya. Penilaian itu pastilah
berhubungan dengan unsur indrawi manusia sebagai subyek penilai, yaitu unsur
jasmani, rohani, akal, rasa, karsa dan kepercayaan.
Ada dua pandangan tentang cara beradanya nilai, yaitu sebagai berikut :
Nilai sebagai sesuatu yang ada pada obyek itu sendiri. Menurut filusuf Max
Scheler dan Nocolia Hartman, nilai merupakan suatu hal yang obyektif membentuk
semacam “dunia nilai”, yang menjadi ukuran tertinggi dari perilaku manusia.
Nilai sebagai sesuatu yang bergantung kepada penangkapan dan perasaan orang
(subyektif). Menurut Nietzche, yang dimaksudkan adalah tingkat atau derajat yang
diinginkan oleh manusia. Nilai merupakan tujuan dari kehendak manusia yang benar,
sering ditata menurut susunan tingkatannya yang dimulai dari bawah, yaitu : nilai
hedois (kenikmatan), nilai utilitaris (kegunaan), nilai biologis (kemuliaan), nilai diri
estetis (keindahan, kecantikan), nilai-nilai pribadi (sosial), dan yang paling atas ialah
nilai religius (kesucian).
14
Para ahli mengidentifikasikan nilai dalam beberapa macam atau tingkatan. Para
ahli mengidentifikasikannya secara berbeda, karena nilai ini bersifat abstrak dan idealis.
Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat pada
enam macam, yaitu : nilai teori, nilai ekonomi, nilai estetika, nilai sosial, nilai politik
dan nilai religi.
Max Scheler mengelompokkan nilai-nilai menjadi enam tingkatan, yaitu: nilai
kenikmatan, nilai kehidupan, nilai kejiwaan, dan nilai kerohanian.
Sementara Notonargo membedakan nilai menjadi tiga, yaitu : nilai material, nilai vital,
dan nilai kerohanian.
Nilai bersumber pada budi yang bersifat mendorong dan mengarahkan sikap dan
perilaku manusia, atau lebih jelasnya kita sebut sebagai motivator. Nilai sebagai suatu
sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan, disamping sistem sosial dan karya.
Dalam pelaksanaanya, nilai-nilai dijabarkan dalam wujud norma, ukuran dan
kriteria, sehingga merupakan suatu keharusan, anjuran atau larangan, tidak dikehendaki
atau tercela. Oleh karena itu, nilai berperan sebagai pedoman yang menentukan
kehidupan setiap manusia.Nilai manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran
sebagai suatu keyakinan dan kepercayaan yang bersumber pada berbagai sistem nilai.
15
norma moral. Sementara nilai yang berkaitan dengan suatu organisasi atau
negara, maka nilai tersebut menjadi sebuah arahan, kebijakan, dan strategi yang
bersumber pada nilai dasar. Dalam kehidupan ketatanegaraan di repunlik
Indonesia, nilai instrumental dapat ditemukan di dlam pasal-pasal UUD yang
merupakan penjelasan dari nilai dasar, yaitu Pancasila.
Nilai Praksis, yaitu nilai yang lebih menjabarkan nilai-nilai instrumental. Nilai
praksis ini terdapat dalam kehidupan nyata sehari-hari. Nilai ini bersifat
fleksibel, sehingga dapat diubah sesuai dengan perkembangan jaman selama
tidak menyimpang dari nilai dasar maupun nilai instrumental.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai
keempat sila lainnya. Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara yang didirikan
adalah pengejawantahan tujuan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha esa.
Konsekuensi yang muncul kemudian adalah realisasi kemanusiaan terutama dalam
kaitannya dengan hak-hak dasar kemanusiaan (hak asasi manusia) bahwa setiap warga
negara memiliki kebebasan untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai
dengan keimanan dan kepercayaannya masing-masing. Hal itu telah dijamin dalam
16
Pasal 29 UUD. Di samping itu, di dalam negara Indonesia tidak boleh ada paham yang
meniadakan atau mengingkari adanya Tuhan (atheisme).
Kemanusian berasal dari kata manusia yaitu makhluk yang berbudaya dengan
memiliki potensi pikir, rasa, karsa dan cipta. Potensi itu yang mendudukkan manusia
pada tingkatan martabat yang tinggi yang menyadari nilai-nilai dan norma-norma.
Kemanusiaan terutama berarti hakekat dan sifat-sifat khas manusia sesuai dengan
martabat. Adil berarti wajar yaitu sepadan dan sesuai dengan hak dan kewajiban
seseorang. Beradab sinonim dengan sopan santun, berbudi luhur, dan susila, artinya,
sikap hidup, keputusan dan tindakan harus senantiasa berdasarkan pada nilai-nilai
keluhuran budi, kesopanan, dan kesusilaan. Dengan demikian, sila ini mempunyai
makna kesadaran sikap dan perbuatan yang didasarkan kepada potensi budi nurani
manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kesusilaan umumnya, baik terhadap
diri sendiri, sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan.
c. Persatuan Indonesia
17
merdeka dan berdaulat. Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam
kehidupan bangsa Indonesia dan bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Kerakyatan berasal dari kata rakyat yaitu sekelompok manusia yang berdiam
dalam satu wilayah negara tertentu. Dengan sila ini berarti bahwa bangsa Indonesia
menganut sistem demokrasi yang menempatkan rakyat di posisi tertinggi dalam hirarki
kekuasaan.
Hikmat kebijasanaan berarti penggunaan ratio atau pikiran yang sehat dengan
selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan
dilaksanakan dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab serta didorong dengan itikad
baik sesuai dengan hati nurani. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas
kepribadian Indonesia untuk merumuskan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan
kehendak rakyat sehingga tercapai keputusan yang bulat dan mufakat. Perwakilan
adalah suatu sistem, dalam arti, tata cara mengusahakan turut sertanya rakyat
mengambil bagian dalam kehidupan bernegara melalui lembaga perwakilan.
18
Dengan demikian sila ini mempunyai makna bahwa rakyat dalam melaksanakan
tugas kekuasaanya ikut dalam pengambilan keputusan. Sila ini merupakan sendi asas
kekeluargaan masyarakat sekaligus sebagai asas atau prinsip tata pemerintahan
Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang
berbunyi:”..maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang berkedaulatan
rakyat ...”
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang
kehidupan, baik materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti untuk setiap
orang yang menjadi rakyat Indonesia.
Pengertian itu tidak sama dengan pengertian sosialistis atau komunalistis karena
keadilan sosial pada sila kelima mengandung makna pentingnya hubungan antara
manusia sebagai pribadi dan manusia sebagai bagian dari masyarakat. Konsekuensinya
meliputi :
a) Keadilan distributif yaitu suatu hubungan keadilan antara negara dan warganya
dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan
membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup
bersama yang didasarkan atas hak dan kewajiaban.
b) Keadilan legal yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap
negara, dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk
mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara.
c) Keadilan komutatif yaitu suatu hubungan keadilan antara warga atau dengan
lainnya secara timbal balik. Dengan demikian, dibutuhkan keseimbangan dan
keselarasan diantara keduanya sehingga tujuan harmonisasi akan dicapai. Hakekat sila
ini dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu :”dan perjuangan kemerdekaan
kebangsaan Indonesia ... Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur”.
19
2.4 Pengertian Moral
Moral berasal dari kata mos(mores) yang bersinonim dengan kesusilaan, tabiat
atau kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut
tingkah laku dan perbuatan manusia.Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan,
kaedah-kaedah dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan
bertindak benar secara moral. Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap
tidak bermoral.
2.5Pengertian Norma
Norma agama : adalah ketentuan hidup masyarakat yang bersumber pada Tuhan
(agama).
Norma kesusilaan : adalah ketentuan hidup masyarakat yang bersumber pada
diri sindiri seperti hati nurani, moral, atau filsafat hidup.
20
Norma hukum : adalah ketentuan ketentuan tertulis yang berlaku dan bersumber
pada UU suatu negara tertentu.
Norma sosial : adalah ketentuan hidup yang berlaku pada hubungan
bermasyarakat antar umat manusia.
Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu kenyataan yang seharusnya
tetap terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia. Keterkaitan itu
mutlak digarisbawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa dan negara
menghendaki fondasi yang kuat tumbuh dan berkembang. Sebagaimana tersebut di atas
maka nilai akan berguna menuntun sikap dan tingkah laku manusia bila dikonkritkan
dan diformulakan menjadi lebih obyektif sehingga memudahkan manusia untuk
menjabarkannya dalam aktivitas sehari-hari. Dalam kaitannya dengan moral maka
aktivitas turunan dari nilai dan norma akan memperoleh integritas dan martabat
manusia. Derajat kepribadian itu amat ditentukan oleh moralitas yang mengawalnya.
Sementara itu, hubungan antara moral dan etika kadang-kadang atau seringkali
disejajarkan arti dan maknanya. Namun demikian, etika dalam pengertiannya tidak
berwenang menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang.
Wewenang itu dipandang berada di tangan pihak yang memberikan ajaran moral.
21
landasan, alasan atau motivasi untuk berbuat sesuatu. Nilai mencerminkan kualitas
suatu tindakan dan pandangan hidup sesorang dalam bermasyarakat.
Norma sosial juga dapat dijelaskan sebagai pedoman perilaku dalam suatu
kelompok masyarakat tertentu. Norma sering diistilahkan peraturan sosial. Norma
mengandung aturan tidak tertulis tentang sesuatu yang pantas dilakukan dalam
berinteraksi sosial. Keberadaan norma bersifat memaksa suatu individu atau kelompok
untuk mematuhinya. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara masyarakat
dapat berlangsung tertib dan damai.
Tingkat norma dasar dalam masyarakat dibedakan menjadi 4, yaitu : cara, kebiasaan,
tata kelakuan, dan adat istiadat.
Moral adalah istilah seseorang menyebut orang lain dalam tindakan yang
memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki normal disebut dengan amoral,
yang berarti ia tidak memiliki nilai positif dalam pandangan manusia lain. Manusia
harus memiliki moral jika ia ingin dihargai dan dihormati oleh orang lain. Moral
merupakan hal mutlak yang harus dimiliki manusia. Moral secara jelas merupakan hal-
hal yang berkaitan dengan proses sosialisai. Tanpa moral, proses sosialisasi terebut
tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Namun moral dalam kehidupan kini
mengandung nilai yang tidak jelas atau implisit. Banyak orang memandang moral dari
sudut pandang yang sempit.
22
kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu
negara di mana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara
tersebut.
Setiap sistem selalu terdiri atas ampat elemen, yaitu sebagai berikut :
a) Objek. Objek dapat berupa bagian, elemen, atau variabel. Dapat berwujud
sebagai benda fisik, abstrak, atau keduanya sekaligus.
b) Atribut. Hal ini menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan
objeknya.
c) Hubungan internal. Merupakan hubungan di antara objek-objek di dalam
sistem
d) Lingkungan. Merupakan tempat dimana sistem tersebut berada atau
dijalankan.
2. Elemen Sistem
Terdapat beberapa elemen yang dapat bergabung menjadi sebuah sistem, yaitu :
1. Tujuan. Setiap sistem tentulah memiliki sbuah tujuan. Entah tujuan trsebut
hanya satu, atau banyak. Tujuan ini menjadi sebuah motivasi bagi bergeraknya
suatu sistem. Tanpa sebuah tujuan, sistem bergerak tak terkendali. Tujuan setiap
sistem berbeda antara sistem satu dengan yang lain.
23
2. Masukan. Merupakan segala sesuatu yang memeasuki sebuah sistem untuk pada
akhirnya diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang nampak maupun tak
nampak.
3. Proses. Merupakan bagian yang menjalankan perubahan atau transformasi dari
suatu masukan yang berupa bahan mentah menjadi sesuatu yang lebih bernilai.
4. Keluaran. Adalah hasil akhir dari masukan, setelah melewati sebuah proses.
5. Batas. Merupakan pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem. Batas ini
menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sebuah sistem. Batas
sistem ini dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan merubah perilaku
sistem.
6. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik. Mekanisme pengendalian dapat
terwujud dengan menggunakan umpan balik, yang mencakup keluaran. Umpan
balik dilakukan untuk mengontrol masukan maupun proses. Tujuannya adalah
untuk mengatur sistem tetap bekerja sesuai tujuan.
7. Lingkungan. Merupakan segala sesuatu yang berada di luar sistem. Dapat
mempengaruhi sistem, baik itu secra positif maupun negatif (menguntungkan
atau merugikan).
3. Jenis-Jenis Sistem
24
Pancasila disamping sebagai way of life bangsa Indonesia, juga merupakan
struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan kepada
setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku. Pancasila sebagai
sistem etika, dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas dalam diri sendiri
sehingga dapat memiliki kemampuan untuk menampilkan sikap yang benar dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pancasila menjadi sistem etika karena dalam Pancasila terdapat nilai, norma, dan
moral yang merupakan konsep yang saing berkaitan dan akan memberikan pemahaman
yang saling melengkapi satu sama lain. Pancasila sebagai satu sistem filsafat pada
dasarnya merupakan suatu nilai yang menjadi sumber bagi segala penjabaran norma
baik norma hukum , norma moral, maupun norma kenegaraan lainnya. Selain itu, dalam
Pancasila juga terkandung pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional,
sistematis, dan komperhensif.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Sebagai
dasar negara, Pancasila mengandung banyak nilai moral dan kebaikan. Oleh karena
itulah Pancasila dijadikan sebagai sistem etika. Etika merupakan suatu pemikiran kritis
dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika Pancasila
adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nlai-nilai yang
terkandung dalam pancasila, yaitu niai Ketuhanan, Kemanusiaan, persatuan,
Kerakyatan, dan Keadilan. Jika suatu perbuatan telah mencaup nilai-nilai dan
meninggikan nilai-nilai tersebut, maka perbuatan tersebut dapat dikatakan baik, dan
berlaku sebaliknya. Pancasila sebagai sistem etika memegang peranan penting dalam
perkembanga bangsa ini karena Pancasla membentuk pla pikir bangsa sehinga bangsa
kita dapat dianggap sebagai bangsa yang bermoral dan beradab di mata dunia.
26
DAFTAR PUSTAKA
https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/1844390017/03TUGAS1_PANCASI
LA_RETNO%20INDRIANI_1844390017.pdf
https://law.uii.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Buku-Pendidikan-Pancasila.pdf
27