Dosen Pengampu:
Oleh Kelompok 5
FAKULTAS TARBIYAH
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,taufik serta
hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita bisa menyelesaikan tugas makalah “ Pancasila Sebagai
Sistem Etika” dan tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah ikut
berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari ibu Ziana Dhurrotul
Ainiyah, M.Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah pancasila. Selain itu,penyusun makalah ini juga
bertujuan untuk membantu para mahasiswa untuk mengetahui,memahami,bahkan menerapkannya.
Terlepas dari semua itu,kami sadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharap segala kritik dan saran yang membangun dan menjadikan
laporan ini jauh lebih baik lagi.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 5
A. PENGERTIAN ETIKA............................................................................................................. 5
PENUTUP ......................................................................................................................................... 15
3) Etika sosial meliputi cabang-cabang etika yang lebih khusus lagi seperti etika keluarga,
etika bisnis, etika lingkungan, etika pendidikan, etika kedokteran. Etika politik sebagai
cabang dari etika sosial dengan demikian membahas kewajiban dan norma-norma
dalam kehidupan politik, yaitu bagaimana seseorang dalam suatu masyarakat
kenegaraan (yang menganut sistem politik tertentu) berhubungan secara politik dengan
orang atau kelompok masyarakat lain.
Dalam melaksanakan hubungan politik itu seseorang harus mengetahui dan
memahami norma- norma dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi. Dan pancasila
memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini.
Disetiap saat dan dimana saja kita berada kitadiwajibkan untuk beretika disetiap tingkah
laku kita. Seperti tercantum di sila ke dua “ kemanusian yang adil dan beadab” tidak
dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat
berandil besar. Setiap sila pada dasarnya merupakan asas dan fungsi sendiri-sendiri,
namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematik.
B. Pengertian Etika Pancasila
Etika pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila pancasila untuk
mengatur perilakukehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di indonesia. Oleh
karena itu, dalam etika pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan,kerakyatan, dan keadilan (Putri, 2021)
1) Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang mendekatkan diri
kepada sang pencipta.
3) Sila persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan, cintah tanah air.
4) Sila kerakyatan mengandung nilai berupa sikap menghargai orang lain, mau mendengar
pendapat orang lain.
5) Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain, kesediaan
membantu kesulitan orang lain.
Situasi negara Indonesia saat ini begitu memprihatinkan. Begitu banyak masalah
menimpa bangsaini dalam bentuk krisis yang multidimensional. Krisis Ekonomi, Politik,
Budaya, Sosial, Hankam, Pendidikan, dan lain-lain, yang sebenarnya berhulu pada krisis
moral. Tragisnya, sumber krisis justru berasal dari badan-badan yang ada di negara ini,
baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif, yang notabene badan-badan inilah yang
seharusnya mengemban amanat rakyat. Setiap hari kita disuguhi berita-berita mal-
amanah yang dilakukan oleh orang-orang yang dipercaya rakyat untuk menjalankan
mesin pembangunan ini. Sebagaimana telah dikatakan bahwa moralitas memegang kunci
sangat penting dalam mengatasi krisis. Kalau krisis moral sebagai hulu dari semua
masalah, maka melalui moralitas pula krisis dapat diatasi. Indikator kemajuan bangsa
tidak cukup diukur hanya dari kepandaian warganegaranya, tidak juga dari kekayaan
alam yang dimiliki, namun hal yang lebih mendasar adalah sejauh mana bangsa tersebut
memegang teguh moralitas. Moralitas memberi dasar, warna sekaligus penentu arah
tindakan suatu bangsa. Moralitas dapat dibedakan menjadi tiga:
a. Moralitas individu.
Moralitas individu dan sosial memiliki hubungan sangat erat bahkan saling tarik-
menarik dan mempengaruhi. Moralitas individu dapat dipengaruhi moralitas sosial, demikian
pula sebaliknya. Seseorang yang moralitas individunya baik ketika hidup dilingkungan
masyarakat yang bermoral buruk dapat terpengaruh menjadi amoral. Kenyataan seperti ini
seringkali terjadi pada lingkungan pekerjaan. Ketika lingkungan pekerjaan berisi orang-orang
yang bermoral buruk, maka orang yang bermoral baikakan dikucilkan atau diperlakukan tidak
adil. Seorang yang moralitas individunya lemah akan terpengaruh untuk menyesuaikan diri dan
mengikuti. Namun sebaliknya, seseorang yang memiliki moralitas individu baik akan tidak
terpengaruh bahkan dapat mempengaruhi lingkungan yang bermoral buruk tersebut.
Moralitas dapat dianalogikan dengan seorang kusir kereta kuda yang mampu
mengarahkan kemanakereta akan berjalan. Arah perjalanan kereta tentu tidak lepas dari kemana
tujuan hendak dituju. Orangyang bermoral tentu mengerti mana arah yang akan dituju, sehingga
pikiran dan langkahnya akan diarahkan kepada tujuan tersebut, apakah tujuanya hanya untuk
kesenangan duniawi diri sendiri saja atau untuk kesenangan orang lain atau lebih jauh untuk
kebahagiaan ruhaniah yang lebih abadi, yaitu pengabdian pada Tuhan. Pelajaran yang sangat
berharga dapat diteladani dari para pendahulu kita yangberjuang demi meraih kemerdekaan.
Moralitas individu dan sosial yang begitu kuat dengan dipayungi Moralitas Mondial telah
membuahkan hasil dari cita-cita mereka, meskipun mereka banyak yang tidak sempat
merasakan buah perjuanganya sendiri. Dasar moral yang melandasi perjuangan mereka
terabaikan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
yang termuat dalam alinea-alineanya.
Alinea pertama, “Bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, oleh karena itu
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan
prikeadilan”. Alinea ini menjadi payung moral para pejuang kita bahwa telah terjadi
pelanggaran hak atas kemerdekaan pada bangsa kita. Pelanggaran atas hak kemerdekaan itu
sendiri merupakan pelanggaran atas moral mondial,yaitu peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Apapun bentuknya penjajahan telah meruntuhkan nilai-nilai hakiki manusia. Apabila ditilik dari
UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 tampak jelas bahwa moralitas sangat mendasari
perjuangan merebut kemerdekaan dan bagaimana mengisisnya.
Alasan dasar mengapa bangsa ini harus merebut kemerdekaan karena penjajahan
bertentangan dengan nilai kemanusiaan dan keadilan (alinea I). Secara eksplisit founding fathers
menyatakan bahwa kemerdekaan dapat diraih karena rahmat Allah SWT dan adanya keinginan
luhur bangsa (alinea III). Ada perpaduan antara nilai ilahiah dan nilai humanitas yang saling
berkelindan. Selanjutnya, di dalam membangun negara ke depan dapat diperlukan dasar-dasar
nilai yang bersifat universal, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan. Moralitas, saat ini menjadi barang yang sangat mahal karena semakin langka orang
yang masih betul-betul memegang moralitas tersebut. Namun, dapat juga dikatakan sebagai
barang murah karena banyak orang menggadaikan moralitas hanya dengan beberapa lembar
uang. Ada keterputusan (missing link) antara alinea I, II, III dengan alinea IV. Nilai-nilai yang
seharusnya menjadi dasar sekaligus tujuan negara ini telah digadaikan dengan nafsu berkuasa
dan kemewahan harta. Egoisme telah mengalahkan solidaritas dan kepedulian pada sesama.
Lalu bagaimana membangun kesadaran moral anti korupsi berdasarkan Pancasila? Korupsi
secaraharfiah diartikan sebagai kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap,
tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian (Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi, 2011
: 23).
Kasus korupsi yang terjadi di Indonesia semakin menunjukan ekskalasi yang begitu
tinggi. Oleh karenanya, penyelesaian korupsi harus diselesaikan melalui beragam cara/
pendekatan, yang dalam halini saya mengguankan istilah pendekatan eksternal maupun internal.
Pendekatan eksternal yang dimaksud adalah adanya unsur dari luar diri manusia yang memiliki
kekuatan ‘memaksa’ orang yang tidak korupsi. Kekuatan eksternal tersebut misalnya Hukum,
Budaya,dan Watak masyarakat. Dengan penegakan hukum yang kuat, baik dari aspek peraturan
maupun aparat penegak hukum, akan mengeliminir terjadinya korupsi. Demikian pula
terciptanya budaya dan watak masyarakat yang anti korupsi juga menjadikan seseorang enggan
untuk melakukan korupsi. Adapun kekuatan internal adalah kekuatan yang muncul dari dalam
diri individu dan mendapat penguatan melalui pendidikan dan pembiasaan. Pendidikan yang
kuat terutama dari keluarga sangat penting untuk menanamkan jiwa anti korupsi, diperkuat
dengan pendidikan formal disekolah maupun nonformal di luar sekolah. Maksud dari
membangun kesadaran moral anti korupsi berdasar pancasila adalah membangun mentalitas
melalui penguatan eksternal dan internal tersebut dalam diri masyarakat.
Nilai-nilai pancasila apabila betul-betul dipahami, dihayati dan diamalkan tentu mampu
menurunkan angka korupsi. Penanaman satu sila saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, apabila
bangsa Indonesia menyadari jati dirinya sebagai mahluk Tuhan, tentu tidak akan mudah
menjatuhkan martabat. Dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 ditegaskan lebih
lanjut, bahwa sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah:
a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup.
b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan
tindak melindungi dan membina lingkungan hidup.
c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.
d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
e. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
f. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan kegiatan
diluar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup.
1.1. KESIMPULAN
Simpulan dari hasil pembelajaran penulis selama penyusunan makalah ini, penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Etika merupakan perilaku yang pantas atau yang diharapkan dalam kebiasaan manusia dalam
pergaulan antar sesama dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
2. Etika pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila pancasila untuk mengatur
perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di indonesia.
3. Pancasila sebagai solusi problem bangsa seperti korupsi adalah nilai-nilai pancasila apabila betul-
betul dipahami, dihayati dan diamalkan tentu mampu menurunkan angka korupsi. Penanaman satu
sila saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, apabila bangsa Indonesia menyadari jati dirinya sebagai
mahluk Tuhan, tentu tidak akan mudah menjatuhkan martabat bangsa Indonesia dengan melakukan
perbuatan korupsi.
4. Pancasila Sebagai Solusi Problem Kerusakan Lingkungan Nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila dari Sila ke I sampai Sila ke V yang harus diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap
kegiatan pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai berikut:
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius.
Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai perikemanusiaan.
Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa, dalam arti dalam hal-hal yang
menyangkut persatuan bangsa .
Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan sosial.
5. Pancasila sebagai solusi problem bangsa seperti dekadensi moral adalah suatu kemunduran atau
kemrosotan yang dititikberatkan pada perilaku atau tingkah laku, kepribadian dan sifat atau sebuah
bentuk kemerosotan atau kemunduran dari kepribadian, sikap, etika dan akhlak seseorang.
1.2. SARAN
Demikian tugas penyusun makalah dari kami, harapan kami dengan adanya makalah ini
pembaca labih mengenali dan memahami. Khususnya mata kuliah Pancasila. Kami sadar dalam
makalah ini banyak kesalahan dalam penulisan maupun dalam penyampaian.Untuk itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami perlukan guna memperbaiki makalah kami selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
.
DAFTAR PUSTAKA