Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Dosen Pengampu:

Ziana Dhurrotul Ainiyah, M.Pd.

Oleh Kelompok 5

Anang Fatkurrohman (2211089)


Siti Muk’alimah (2211018)
Dewi Purwani (2211010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ TUBAN


TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,taufik serta
hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita bisa menyelesaikan tugas makalah “ Pancasila Sebagai
Sistem Etika” dan tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah ikut
berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari ibu Ziana Dhurrotul
Ainiyah, M.Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah pancasila. Selain itu,penyusun makalah ini juga
bertujuan untuk membantu para mahasiswa untuk mengetahui,memahami,bahkan menerapkannya.

Terlepas dari semua itu,kami sadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharap segala kritik dan saran yang membangun dan menjadikan
laporan ini jauh lebih baik lagi.

Tuban 15 nopember 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... 3

BAB I ................................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 4

I.I LATAR BELAKANG ................................................................................................................. 4

I.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................... 4

I.3 TUJUAN PENULIS .................................................................................................................... 4

BAB II .................................................................................................................................................. 5

PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 5

A. PENGERTIAN ETIKA............................................................................................................. 5

B. PENGERTIAN ETIKA PANCASILA ...................................................................................... 6

C. PENGERTIAN PANCASILA SEBAGAI SOLUSI PROBLEM BANGSA SEPERTI


KORUPSI ......................................................................................................................................... 6

D. PANCASILA SEBAGAI SOLUSI PROBLEM BANGSA SEPERTI KERUSAKAN


LINGKUNGAN ............................................................................................................................... 9

BAB III .............................................................................................................................................. 15

PENUTUP ......................................................................................................................................... 15

1.1. KESIMPULAN ................................................................................................................... 15

1.2. SARAN ............................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 16


BAB I
PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG


Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai sehingga
merupakan sumber dari segala penjabaran baik norma hukum, norma moral maupun norma
kenegaraan lainnya. Dalam filsafat pancasila terkandung di dalamnya suatu pemikiran-pemikiran
yang bersifat kritis,mendasar,rasional,sistematis dan komperhensif (menyeluruh) dan sistem
pemikiran ini merupakan suatu nilai yang mendasar yang memberikan landasan bagi manusia
dalam hidup masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praktis atau kehidupan yang
nyata dalam masyarakat,bangsa maupun negara maka diwujudkan dalam norma-norma yang
kemudian menjadi pedoman. Norma-norma itu meliputi
1. Norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat dikukur dari sudut
baik maupun buruk,sopan ataupun tidak sopan,susila atau tidak susila.
2. Norma hukum yaitu suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di indonesia.
Dalam pengertian inilah pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum.
Dengan demikian,pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu pedoman yang
langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika
yang merupakan sumbernorma.

I.2 RUMUSAN MASALAH

a. Apa pengertian etika?

b. Bagaimana pengertian etika pancasila?

c. Bagaimana pengertian pancasila sebagai solusi problem bangsa seperti korupsi,

d. Bagaimana pancasila sebagai kerusakan lingkungan?

e. Bagaimana pancasila sebagai dekadensi moral?

I.3 TUJUAN PENULIS

a. Untuk menjelaskan pengertian etika.

b. Untuk menjelaskan pengertian etika pancasila.

c. Untuk menjelaskan pancasila sebagai solusi problem bangsa seperti korupsi.

d. Untuk menjelaskan pancasila sebagai kerusakan lingkungan

e. Untuk menjelaskan pancasila sebagai dekadensi moral.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Pengertian Etika berasal dari bahasa yunani adalah “Ethos” yang berarti hati nurani atau
perilaku yang pantas (yang diharapkan). Secara etimologi memiliki arti tentang segala sesuatu
yang biasa dilakukan,atau bisa disebut dengan kebiasaan.
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antar sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan
etika atau lazim juga disebut etik,berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti norma-norma,
nilai-nilai, kaidah- kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik dan buruk
(Basuki, 2019).
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat menjelaskan bahwa etika merupakan perilaku
yang pantas atau yang diharapkan dalam kebiasaan manusia dalam pergaulan antar sesama
dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika
umum dan etika khusus, Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-
ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapakita mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus
mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral. Secara
garis besar etika dikelompokkan menjadi dua,yaitu:
a. Etika umum
Membahas prinsip-prinsip umum yang berlaku bagi setiap tindakan manusia. pada
prinsipnya etika umum membicarakan asas-asas dari tindakan dan perbuatan manusia, serta
sistem nilai apa yang terkandung di dalamnya.
b. Etika khusus dibagi menjadi dua yaitu etika individual dan etika sosial.
1) Etika indvidual
Membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan dengan kepercayaan agama
yang dianutnya serta panggilan nuraninya, kewajibannya dan tanggung jawabnya
terhadap Tuhannya.
2) Etika sosial di lain hal membahas kewajiban serta norma-norma social yang
seharusnya dipatuhi dalam hubungan sesama manusia, masyarakat, bangsa dan
negara.

3) Etika sosial meliputi cabang-cabang etika yang lebih khusus lagi seperti etika keluarga,
etika bisnis, etika lingkungan, etika pendidikan, etika kedokteran. Etika politik sebagai
cabang dari etika sosial dengan demikian membahas kewajiban dan norma-norma
dalam kehidupan politik, yaitu bagaimana seseorang dalam suatu masyarakat
kenegaraan (yang menganut sistem politik tertentu) berhubungan secara politik dengan
orang atau kelompok masyarakat lain.
Dalam melaksanakan hubungan politik itu seseorang harus mengetahui dan
memahami norma- norma dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi. Dan pancasila
memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini.
Disetiap saat dan dimana saja kita berada kitadiwajibkan untuk beretika disetiap tingkah
laku kita. Seperti tercantum di sila ke dua “ kemanusian yang adil dan beadab” tidak
dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat
berandil besar. Setiap sila pada dasarnya merupakan asas dan fungsi sendiri-sendiri,
namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematik.
B. Pengertian Etika Pancasila

Etika pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila pancasila untuk
mengatur perilakukehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di indonesia. Oleh
karena itu, dalam etika pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan,kerakyatan, dan keadilan (Putri, 2021)

1) Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang mendekatkan diri
kepada sang pencipta.

2) Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya menjadikan manusia lebih


manusiawi yaitu upaya meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan antar sesama.

3) Sila persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan, cintah tanah air.

4) Sila kerakyatan mengandung nilai berupa sikap menghargai orang lain, mau mendengar
pendapat orang lain.

5) Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain, kesediaan
membantu kesulitan orang lain.

C. Pengertian Pancasila Sebagai Solusi Problem Bangsa Korupsi

Situasi negara Indonesia saat ini begitu memprihatinkan. Begitu banyak masalah
menimpa bangsaini dalam bentuk krisis yang multidimensional. Krisis Ekonomi, Politik,
Budaya, Sosial, Hankam, Pendidikan, dan lain-lain, yang sebenarnya berhulu pada krisis
moral. Tragisnya, sumber krisis justru berasal dari badan-badan yang ada di negara ini,
baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif, yang notabene badan-badan inilah yang
seharusnya mengemban amanat rakyat. Setiap hari kita disuguhi berita-berita mal-
amanah yang dilakukan oleh orang-orang yang dipercaya rakyat untuk menjalankan
mesin pembangunan ini. Sebagaimana telah dikatakan bahwa moralitas memegang kunci
sangat penting dalam mengatasi krisis. Kalau krisis moral sebagai hulu dari semua
masalah, maka melalui moralitas pula krisis dapat diatasi. Indikator kemajuan bangsa
tidak cukup diukur hanya dari kepandaian warganegaranya, tidak juga dari kekayaan
alam yang dimiliki, namun hal yang lebih mendasar adalah sejauh mana bangsa tersebut
memegang teguh moralitas. Moralitas memberi dasar, warna sekaligus penentu arah
tindakan suatu bangsa. Moralitas dapat dibedakan menjadi tiga:
a. Moralitas individu.

Moralitas individu lebih merupakan kesadaran tentang prinsip baik yang


bersifat ke dalam, tertanam dalam diri manusia yang akan mempengaruhi cara berpikir
dan bertindak. Seorang yang memiliki moralitas individu yang baik akan muncul dalam
sikap danperilaku seperti sopan, rendah hati, tidak suka menyakiti orang lain, toleran,
suka menolong, bekerja keras, rajin belajar, rajin ibadah, dan lain-lain. Moralitas ini
muncul dari dalam, bukan karena dipaksa dari luar. Bahkan, dalam situasi amoral yang
terjadi di luar dirinya, seseorang yang memiliki moralitas individu kuat akan tidak
terpengaruh. Moralitas individu ini terakumulasi menjadi moralitas sosial, sehingga akan
tampak perbedaan antara masyarakat yang bermoral tinggi dan rendah.
b. Moralitas sosial.
Moralitas sosial juga tercermin dari moralitas individu dalam melihat kenyataan
sosial. Bisa jadi seorang yang moral individunya baik tapi moral sosialnya kurang,hal ini
terutama terlihat pada bagaiman mereka berinteraksi dengan masyarakat yang majemuk.
Sikap toleran, suka membantu seringkali hanya ditunjukan kepada orang lain yang
menjadi bagian kelompoknya, namun tidak toleran kepada orang diluar kelompoknya.
Sehingga bisa dikatakan bahwa moral sosial tidak cukup sebagai kumpulan dari moralitas
individu, namun sesungguhnya lebih pada bagaimana individu melihat orang lain sebagai
manusia yang memiliki harkat dan martabat kemanusiaan yang sama.
c. Moralitas mondial
Moralitas mondial adalah moralitas yang bersifat universal yang berlaku dimanapun dan
kapanpun, moralitas yang terkait dengan keadilan, kemanusiaan, kemerdekaan, dan
sebagainya.

Moralitas individu dan sosial memiliki hubungan sangat erat bahkan saling tarik-
menarik dan mempengaruhi. Moralitas individu dapat dipengaruhi moralitas sosial, demikian
pula sebaliknya. Seseorang yang moralitas individunya baik ketika hidup dilingkungan
masyarakat yang bermoral buruk dapat terpengaruh menjadi amoral. Kenyataan seperti ini
seringkali terjadi pada lingkungan pekerjaan. Ketika lingkungan pekerjaan berisi orang-orang
yang bermoral buruk, maka orang yang bermoral baikakan dikucilkan atau diperlakukan tidak
adil. Seorang yang moralitas individunya lemah akan terpengaruh untuk menyesuaikan diri dan
mengikuti. Namun sebaliknya, seseorang yang memiliki moralitas individu baik akan tidak
terpengaruh bahkan dapat mempengaruhi lingkungan yang bermoral buruk tersebut.

Moralitas dapat dianalogikan dengan seorang kusir kereta kuda yang mampu
mengarahkan kemanakereta akan berjalan. Arah perjalanan kereta tentu tidak lepas dari kemana
tujuan hendak dituju. Orangyang bermoral tentu mengerti mana arah yang akan dituju, sehingga
pikiran dan langkahnya akan diarahkan kepada tujuan tersebut, apakah tujuanya hanya untuk
kesenangan duniawi diri sendiri saja atau untuk kesenangan orang lain atau lebih jauh untuk
kebahagiaan ruhaniah yang lebih abadi, yaitu pengabdian pada Tuhan. Pelajaran yang sangat
berharga dapat diteladani dari para pendahulu kita yangberjuang demi meraih kemerdekaan.
Moralitas individu dan sosial yang begitu kuat dengan dipayungi Moralitas Mondial telah
membuahkan hasil dari cita-cita mereka, meskipun mereka banyak yang tidak sempat
merasakan buah perjuanganya sendiri. Dasar moral yang melandasi perjuangan mereka
terabaikan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
yang termuat dalam alinea-alineanya.

Alinea pertama, “Bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, oleh karena itu
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan
prikeadilan”. Alinea ini menjadi payung moral para pejuang kita bahwa telah terjadi
pelanggaran hak atas kemerdekaan pada bangsa kita. Pelanggaran atas hak kemerdekaan itu
sendiri merupakan pelanggaran atas moral mondial,yaitu peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Apapun bentuknya penjajahan telah meruntuhkan nilai-nilai hakiki manusia. Apabila ditilik dari
UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 tampak jelas bahwa moralitas sangat mendasari
perjuangan merebut kemerdekaan dan bagaimana mengisisnya.

Alasan dasar mengapa bangsa ini harus merebut kemerdekaan karena penjajahan
bertentangan dengan nilai kemanusiaan dan keadilan (alinea I). Secara eksplisit founding fathers
menyatakan bahwa kemerdekaan dapat diraih karena rahmat Allah SWT dan adanya keinginan
luhur bangsa (alinea III). Ada perpaduan antara nilai ilahiah dan nilai humanitas yang saling
berkelindan. Selanjutnya, di dalam membangun negara ke depan dapat diperlukan dasar-dasar
nilai yang bersifat universal, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan. Moralitas, saat ini menjadi barang yang sangat mahal karena semakin langka orang
yang masih betul-betul memegang moralitas tersebut. Namun, dapat juga dikatakan sebagai
barang murah karena banyak orang menggadaikan moralitas hanya dengan beberapa lembar
uang. Ada keterputusan (missing link) antara alinea I, II, III dengan alinea IV. Nilai-nilai yang
seharusnya menjadi dasar sekaligus tujuan negara ini telah digadaikan dengan nafsu berkuasa
dan kemewahan harta. Egoisme telah mengalahkan solidaritas dan kepedulian pada sesama.
Lalu bagaimana membangun kesadaran moral anti korupsi berdasarkan Pancasila? Korupsi
secaraharfiah diartikan sebagai kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap,
tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian (Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi, 2011
: 23).

Kasus korupsi yang terjadi di Indonesia semakin menunjukan ekskalasi yang begitu
tinggi. Oleh karenanya, penyelesaian korupsi harus diselesaikan melalui beragam cara/
pendekatan, yang dalam halini saya mengguankan istilah pendekatan eksternal maupun internal.
Pendekatan eksternal yang dimaksud adalah adanya unsur dari luar diri manusia yang memiliki
kekuatan ‘memaksa’ orang yang tidak korupsi. Kekuatan eksternal tersebut misalnya Hukum,
Budaya,dan Watak masyarakat. Dengan penegakan hukum yang kuat, baik dari aspek peraturan
maupun aparat penegak hukum, akan mengeliminir terjadinya korupsi. Demikian pula
terciptanya budaya dan watak masyarakat yang anti korupsi juga menjadikan seseorang enggan
untuk melakukan korupsi. Adapun kekuatan internal adalah kekuatan yang muncul dari dalam
diri individu dan mendapat penguatan melalui pendidikan dan pembiasaan. Pendidikan yang
kuat terutama dari keluarga sangat penting untuk menanamkan jiwa anti korupsi, diperkuat
dengan pendidikan formal disekolah maupun nonformal di luar sekolah. Maksud dari
membangun kesadaran moral anti korupsi berdasar pancasila adalah membangun mentalitas
melalui penguatan eksternal dan internal tersebut dalam diri masyarakat.

Nilai-nilai pancasila apabila betul-betul dipahami, dihayati dan diamalkan tentu mampu
menurunkan angka korupsi. Penanaman satu sila saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, apabila
bangsa Indonesia menyadari jati dirinya sebagai mahluk Tuhan, tentu tidak akan mudah
menjatuhkan martabat. Dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 ditegaskan lebih
lanjut, bahwa sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah:

a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup.
b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan
tindak melindungi dan membina lingkungan hidup.
c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.
d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
e. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
f. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan kegiatan
diluar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup.

D. Pancasila Sebagai Solusi Problem Kerusakan Lingkungan


Penjabaran, pengamalan atau aplikasi nilai-nilai Pancasila dalam aspek pembangunan
berwawasan lingkungan tidak bisa dipisahkan, sebab Pancasila , seperti dijelaskan dalam
Penjelasan Umum Undang- Undang No. 23 Tahun 1997 di atas, merupakan kesatuan yang bulat
dan utuh yang memberikan keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia, bahwa kebahagiaan
hidup akan tercapai jika didasarkan atas keselarasan, keserasian dan keseimbangan, baik dalam
hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun manusia dengan manusia, manusia
dengan alam, dan manusia sebagai pribadi, dalam rangka mencapai kemajuan lahir dan kemajuan
batin. Antara manusia, masyarakat dan lingkungan hidup terdapat hubungan timbal balik, yang
harus selalu dibina dan dikembangkan agar dapat tetap dalam keselarasan, keserasian dan
keseimbangan yang dinamis (Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 575).
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dari Sila ke I sampai Sila ke V yang harus
diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap kegiatan pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai
berikut ( Soejadi, 1999 : 88- 90) : Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius,
antara lain : Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta segala sesuatu
dengan sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Adil, Maha
Bijaksana dan sebagainya; Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua
perintah- NYA dan menjauhi larangan-larangannya. Dalam memanfaatkan semua potensi yang
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah manusia harus menyadari, bahwa setiap benda dan
makhluk yang ada di sekeliling manusia merupakan amanat Tuhan yang harus dijaga dengan
sebaik-baiknya; harus dirawat agar tidak rusak dan harus memperhatikan kepentingan orang lain
dan makhluk-makhluk Tuhan yang lain.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengaplikasikan Sila ini dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya menyayangi binatang; menyayangi tumbuhtumbuhan dan merawatnya; selalu
menjaga kebersihan dan sebagainya. Dalam Islam bahkan ditekankan, bahwa Allah tidak suka pada
orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, tetapi Allah senang terhadap orang-orang
yang selalu bertakwa dan selalu berbuat baik. Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahkan
Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-NYA
yang wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber dan
penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia serta makhluk hidup lainya demi kelangsungan
dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri.
Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai perikemanusiaan
yang harus diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini antara lain sebagai berikut :
Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan sehala hak dan kewajiban asasinya;
Perlakuan yang adil terhdap sesama manusia, terhadap diri sendiri, alam sekitar dan terhadap
Tuhan; Manusia sebagai makhluk beradab atau berbudaya yang memiliki daya cipta, rasa, karsa
dan keyakinan. Penerapan, pengamalan/ aplikasi sila ini dalam kehidupan sehari hari dapat
diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk memperoleh lingkungan hidup
yang baik dan sehat; hak setiap orang untuk mendapatkan informasi lingkungan hidup yang
berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup; hak setiap orang untuk berperan
dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum yang
berlaku dan sebagainya (Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 558).
Dalam hal ini banyak yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mengamalkan Sila
ini, misalnya mengadakan pengendalian tingkat polusi udara agar udara yang dihirup bisa tetap
nyaman; menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar; mengadakan
gerakan penghijauan dan sebagainya.
Nilai-nilai Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab ini ternyata mendapat
penjabaran dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1997 di atas, antara lain dalam Pasal 5 ayat (1)
sampai ayat (3); Pasal 6 ayat (1) sampai ayat (2) dan Pasal 7 ayat (1) sampai ayat (2). Dalam Pasal
5 ayat (1) dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat; dalam ayat (2) dikatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak atas informasi
lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup; dalam ayat
(3) dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Pasal 6 ayat
(1) dikatakan, bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dan dalam ayat
(2) ditegaskan, bahwa setiap orang yang melakukan usaha dan/ atau kegiatan berkewajiban
memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup. Dalam
Pasal 7 ayat (1) ditegaskan, bahwa masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-
luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup; dalam ayat (2) ditegaskan, bahwa
ketentuan pada ayat (1) di atas dilakukan dengan cara : Meningkatkan kemandirian, keberdayaan
masyarakat dan kemitraan; Menumbuhkembangkan kemampauan dan kepeloporan masyarakat;
Menumbuhkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial, Memberikan
saran pendapat, Menyampaikan informasi dan/atau menyam-paikan laporan.
Dalam Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa, dalam arti dalam
hal-hal yang menyangkut persatuan bangsa patut diperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :
Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia serta wajib
membela dan menjunjung tinggi (patriotisme); Pengakuan terhadap kebhinekatunggalikaan suku
bangsa (etnis) dan kebudayaan bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah
dalam pembinaan kesatuan bangsa; Cinta dan bangga akan bangsa dan Negara Indonesia
(nasionalisme). Aplikasi atau pengamalan sila ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
dengan melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus selalu diperhitungkan dalam
pengambilan kebijaksanaan dan pengendalian pembangunan lingkungan di daerah dan
mengembangkannya melalui pendidikan dan latihan serta penerangan dan penyuluhan dalam
pengenalan tata nilai tradisional dan tata nilai agama yang mendorong perilaku manusia untuk
melindungi sumber daya dan lingkungan (Salladien dalam Burhan Bungin dan Laely Widjajati ,
1992 : 156-158).
Di beberapa daerah tidak sedikit yang mempunyai ajaran turun temurun mewarisi nilai-
nilai leluhur agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh ketentuan-ketentuan
adat di daerah yang bersangkutan, misalnya ada larangan untuk menebang pohon-pohon tertentu
tanpa ijin sesepuh adat, ada juga yang dilarang memakan binatang-bintang tertentu yang sangat
dihormati pada kehidupan masyarakat yang bersangkutan dan sebagainya. Secara tidak langsung
sebenarnya ajaran-ajaran nenek leluhur ini ikut secara aktif melindungi kelestarian alam dan
kelestarian lingkungan di daerah itu. Dalam Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan terkandung nilai-nilai kerakyatan. Dalam hal
ini ada beberapa hal yang harus dicermati, yakni: Kedaulatan negara adalah di tangan rakyat,
Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi akal sehat, Manusia Indonesia
sebagai warga negara dan warga masyarakat mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang
sama, Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat oleh wakil-wakil rakyat.
Penerapan sila ini bisa dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan, antara lain (Koesnadi
Hardjasoemantri, 2000 : 560) : Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan
kesadaran dan tanggung jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup;
Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran akan hak dan
tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup; Mewujudkan, menumbuhkan,
mengembangkan dan meningkatkan kemitraan masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam
upaya pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan
sosial. Dalam hal ini harus diperhatikan beberapa aspek berikut, antara lain: Perlakuan yang adil di
segala bidang kehidupan terutama di bidang politik, ekonomi dan sosial budaya, Perwujudan
keadilan sosial itu meliputi seluruh rakyat Indonesia, Keseimbangan antara hak dan kewajiban,
Menghormati hak milik orang lain, Cita-cita masyarakat yang adil dan makmur yang merata
material spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia, Cinta akan kemajuan dan pembangunan.
Pengamalan sila ini tampak dalam ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur masalah lingkungan
hidup. Sebagai contoh, dalam Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN), Bagian H yang mengatur aspek-aspek pengelolaan lingkungan hidup dan
pemanfaatan sumber daya alam. Dalam ketetapan MPR ini hal itu diatur sebagai berikut (Penabur
Ilmu, 1999 : 40) : Mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar bermanfaat
bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi, Meningkatkan pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan melakukan konservasi, rehabilitasi dan
penghematan pengunaan dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan; Mendelegasikan secara
betahap wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam pelaksanaan pengelolaan
sumber daya alam secara selektif dan pemeliharaan lingkungan hidup, sehingga kualitas ekosistem
tetap terjaga yang diatur dengan undangundang, Mendayagunakan sumber daya alam untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan
lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat
lokal serta penataan ruang yang pengaturannya diatur dengan undang-undang, Menerapkan
indikator-indikator yang memungkinkan pelestarian kemampuan keterbaruan dalam pengelolaan
sumber daya alam yang dapat diperbaharui untuk mencegah kerusakan yang tidak dapat balik.
Adanya berbagai kegiatan yang mengarah pada kerusakan lingkungan hidup hanya
akan merugikan masyarakat luas, sehingga akan menimbulkan keresahan dan berbagai konflik
yang dapat memicu ketidaksenangan masyarakat. Sebagai contohnya adalah praktek illegal logging
yang jelas-jelas merugikan kelestarian hutan yang ujung-ujungnya bisa menimbulkan bahaya banjir
dan tanah longsor, kasus pencemaran oleh berbagai perusahaan terhdap lingkungan masyarakat
sekitar, juga bisa memicu kemarahan masyarakat. Sebagai contoh, adanya protes keras dari
masyarakat Jaten, Karanganyar terhadap pencemaran lingkungan dari limbah pabrik tekstil PT.
Sekar Bengawanteks, PT. Sari Warna Asli, PT. Suburteks dan PT. Sawah Karunia Agung.
Akhirnya kasus ini bisa dibawa juga ke meja hijau untuk mendapat hukuman sesuai dengan tingkat
kesalahan masing-masing (Solopos, 26 Mei 2005).

E. Pancasila Sebagai Solusi Problem Bangsa Dekadensi Moral


Kata dekadensi berasal dari bahasa Inggris yaitu "Decadence"yang artinya kemunduran,
kehancuran. Dekadensi secara etimologis berarti kemunduran, kemerosotan tentang kebudayaan.
Dekadensi moral remaja sering dipakai istilah kenakalan remaja yaitu suatu kelainan tingkah laku,
perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat a-sosial, bahkan anti so. Dekadensi moral merupakan
pengikisan jati diri yang terkait merosotnya tentang nilai-nilai keagamaan, nasionalisme, nilai sosial
budaya bangsa dan perkembangan moralitas individu (Nurcahya, 2019). Pengertian dekadensi moral
adalah kemunduran atau kemrosotan yang dititikberatkan pada perilaku atau tingkah laku,
kepribadian dan sifat. Dalam istilah lain, bahwa dekadensi moral adalah sebuah bentuk kemerosotan
atau kemunduran dari kepribadian, sikap, etika dan akhlak seseorang. (Daradjat, 2000) sosial yang
melanggar norma sosial, agama serta ketentuan yang berlaku dalam masyarakat).Santrock (2008)
menuturkan bahwa perkembangan moral adalah berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai-
nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain.
perkembangan moral dalam pandangan pembelajaran sosial kognitif memberikan penekanan pada
adanya perbedaan antara kompetensi moral remaja (kemampuan untuk melakukan tingkah laku
moral) dan performa moral remaja (tingkah laku yang dimunculkan pada situasi yang spesifik).
Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia yang terdiri dari dasar-dasar pedoman atau
aturan mengenai tingkah laku yang penting dan baik bagi seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini juga
menjadi salah satu fungsi dan peranan Pancasila sebagai pandangan hidup masyarakat dalam
berbangsa dan bernegara. Namun dewasa ini masyarakat Indonesia cenderung tidak menjadikan
Pancasila sebagai pedoman hidupnya, sehingga banyak permasalahan-permasalahan yang timbul.
Salah satu permasalahan yang timbul yakni dekadensi moral (penurunan moral). Dekadensi moral
ini akan menimbulkan permasalahan yang lebih besar lagi seperti permasalahan KKN (Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme), permasalahan narkoba, dan lain-lain. Sehingga efek jangka panjang dari
dekadensi moral ini dapat menjadikan kedudukan suatu bangsa dipertaruhkan. Moralitas masyarakat
Indonesia menurun karena berbagai perkembangan teknologi.
Pada dasarnya teknologi diciptakan untuk hal baik, tetapi segala hal di dunia ini pasti memiliki
kelebihan dan kekurangan. Salah satu kekurangan teknologi yaitu berdampak pada menurunnya
moralitas masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia yang terdampak dekadensi moral ini bukan
hanya remaja saja, tetapi hampir seluruh masyarakat Indonesia. Dekadensi moral tidak akan terjadi
jika masyarakat Indonesia mengaktualisasikan butir-butir Pancasila dalam setiap elemen
kehidupannya. Contohnya jika masyarakat Indonesia mengaktualisasikan sila ke-1 Pancasila, ketika
dia akan melakukan hal-hal yang menyimpang, dia akan mengingat bahwa Tuhan-nya melihat apa
yang dia lakukan.
Jika masyarakat Indonesia mengaktualisasikan sila ke-2 Pancasila, tidak akan ada masalah
bullying di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Jika masyarakat Indonesia
mengaktualisasikan sila ke-3 Pancasila, tidak akan ada lagi permasalahan SARA (Suku, Agama, Ras
dan Antargolongan) di Indonesia. Jika masyarakat Indonesia mengaktualisasikan sila ke-4 Pancasila,
tidak akan ada konflik mengenai perbedaan pendapat pada musyawarah. Jika masyarakat Indonesia
mengaktualisasikan sila ke-5 Pancasila, tidak akan ada lagi hukum yang berat sebelah. Semua contoh
pengaktualisasian Pancasila di atas, tentunya indah untuk dibayangkan tetapi nyatanya contoh
tersebut sangat sulit untuk diaplikasikan. Tetapi apakah tidak ada tindakan yang dapat kita lakukan
untuk mencegah dan menanggulangi dekadensi moral ini? Tentu ada. Tindakan yang dapat dilakukan
yaitu seluruh masyarakat Indonesia harus berusaha mengaktualisasikan Pancasila dalam setiap
elemen kehidupannya. Perlu adanya usaha, agar bangsa Indonesia ini tidak mengalami kemunduran
kedaulatan bangsa dan negara. Setidaknya ada usaha untuk mempertahankan bangsa Indonesia yang
kita cintai.
BAB III
PENUTUP

1.1. KESIMPULAN

Simpulan dari hasil pembelajaran penulis selama penyusunan makalah ini, penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Etika merupakan perilaku yang pantas atau yang diharapkan dalam kebiasaan manusia dalam
pergaulan antar sesama dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.

2. Etika pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila pancasila untuk mengatur
perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di indonesia.
3. Pancasila sebagai solusi problem bangsa seperti korupsi adalah nilai-nilai pancasila apabila betul-
betul dipahami, dihayati dan diamalkan tentu mampu menurunkan angka korupsi. Penanaman satu
sila saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, apabila bangsa Indonesia menyadari jati dirinya sebagai
mahluk Tuhan, tentu tidak akan mudah menjatuhkan martabat bangsa Indonesia dengan melakukan
perbuatan korupsi.
4. Pancasila Sebagai Solusi Problem Kerusakan Lingkungan Nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila dari Sila ke I sampai Sila ke V yang harus diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap
kegiatan pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai berikut:
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius.
Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai perikemanusiaan.
Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa, dalam arti dalam hal-hal yang
menyangkut persatuan bangsa .
Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan sosial.
5. Pancasila sebagai solusi problem bangsa seperti dekadensi moral adalah suatu kemunduran atau
kemrosotan yang dititikberatkan pada perilaku atau tingkah laku, kepribadian dan sifat atau sebuah
bentuk kemerosotan atau kemunduran dari kepribadian, sikap, etika dan akhlak seseorang.

1.2. SARAN

Demikian tugas penyusun makalah dari kami, harapan kami dengan adanya makalah ini
pembaca labih mengenali dan memahami. Khususnya mata kuliah Pancasila. Kami sadar dalam
makalah ini banyak kesalahan dalam penulisan maupun dalam penyampaian.Untuk itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami perlukan guna memperbaiki makalah kami selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

.
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, S. (2019). Etika Informasi. Media Pustakawan, 26(1), 1-8.


Daradjat, Zakiyah.2000. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Hardjasoemantri, K. (1990). Hukum tata lingkungan.
Nurcahya, D. K. (2019). Analisis Dekadensi Moral dalam Proses Pembelajaran PPKn. Hurnal
Civic Hukum, 4, 114-121.
Putri, F. S., & Dewi, D. A. (2021). Implementasi Pancasila sebagai Sistem Etika. EduPsyCouns:
Journal of Education, Psychology and Counseling, 3(1), 176-184.
Santrock, J.W., 2008, Psikologi Pendidikan, Alih Bahasa TriWibowo B.S., Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai