Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

OLEH :

KELAS II/D

KELOMPOK 3

1. KORNALIA TAOPAN 1825 02721


2. KRISANTA C. RUNESI 1826 02721
3. MARIANI DES NANI 1828 02721
4. MARIO F. M. PUTRA 1829 02721
5. MARLINCE GULLING 1830 02721
6. MARTHA M. GORO 1831 02721
7. MARTAFINA SALKERY 1832 02721

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
anugerah yang diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyalasaikan makalah
yang berjudul “PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA” dengan baik.
Kami sadar bahwa dalam proses penyusunan makalah ini, banyak sekali
kekurangan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari
teman-teman semua sangat kami kami harapkan untuk proses penyusunan makalah
selanjutnya agar lebih baik lagi. Akhir kata kami mengucapkan Terima kasih.

Kupang, juni 2022

Penulis

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR………………………………………………………     ii    
BAB I    PENDAHULUAN...................................................................................4
1.1. Latar Belakang.................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah............................................................................5
1.3. Tujuan..............................................................................................5
1.3.1. Tujuan umum........................................................................5
1.3.2. Tujuan khusus.......................................................................5
1.4. Manfaat Penulisan............................................................................5
BAB II    PEMBAHASAN....................................................................................6
2.1.Pengertian Etika................................................................................6
2.2.Pengertian Nilai,Norma dan Moral...................................................7
2.3.Macam-macam noma yang ada di masyarakat.................................10
2.4.Hubungan Nilai,Norma dan Moral....................................................11
BAB III    PENUTUP............................................................................................14
3.1 Kesimpulan .......................................................................................14
3.2  Saran.................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Filsafat dibagi menjadi beberapa cabang menurut lingkungan bahasannya masing-
masing. Cabang-cabang itu dibagi menjadi dua kelompok bahasan pokok yaitu filsafat
teoritis dan filsafat praktis. Filsafat teoritis membahas tentang segala sesuatu yang ada,
sedangkan filsafat praktis membahas bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada
tersebut. Dalam hal ini filsafat teoritispun juga mempunyai maksud-maksud dan berkaitan
erat dengan hal-hal yang bersifat praktis.
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu
etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral.
Pancasila merupakan nilai dasar yang menjadi rambu-rambu bagi politik hukum nasional.
Nilai-nilai dasar itu kemudian melahirkan empat kaidah penuntun hukum yang harus
dijadikan pedoman dalam pembangunan hukum. Empat kaidah itu meliputi, pertama hukum
Indonesia harus bertujuan dan menjamin integrasi bangsa, baik secara teritorial maupun
ideologis.
Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara
ini. Di setiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap
tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila ke dua pada Pancasila, yaitu “Kemanusian yang
adil dan beradab” sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam
membangun etika bangsa ini sangat berandil besar.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.    Apakah etika itu?

2.    Apa pengertian nilai,norma dan moral?

3.    Apa saja norma yang dikenal masyarakat?

4.   Apa hubungan antara nilai, norma dan moral?


1.3.TUJUAN PENULISAN

1.3.1. Tujuan umum

Tujuan dari pembuatan makalah ini, agar mahasiswa dan pembaca mampu
memahami bagaimana nilai etika pancasila diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari serta lebih memahami bagaimana mahasiswa dan pembaca mengaplikasikan
nilai-nilai etika tersebut dalam diri masing-masing.

1.3.2. Tujuan khusus

1.    Untuk mengetahui apa itu etika

2.    Untuk mengetahui apa itu nilai,norma dan moral

3.    Untuk mengetahui mcam-macam norma didalam masyarkat

4.    Untuk mengetahui hubungan antara nilai norma dan moral

1.4.MANFAAT PENULISAN

Makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan


yang dimiliki khususnya mengenai cara mengaplikasikan nilai etika dalam kehidupan sehari-
hari khususnya dalam keperawatan. Makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah pancasila dalam keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.PENGERTIAN ETIKA
Filsafat dibagi menjadi beberapa cabang menurut lingkungan bahasannya masing-
masing. Cabang-cabang itu dibagi menjadi dua kelompok bahasan pokok yaitu filsafat
teoritis dan filsafat praktis. Filsafat teoritis membahas tentang segala sesuatu yang ada,
sedangkan filsafat praktis membahas bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada
tersebut. Dalam hal ini filsafat teoritispun juga mempunyai maksud-maksud dan berkaitan
erat dengan hal-hal yang bersifat praktis.
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu
etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang
membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau
bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan
berbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang
berlaku bagi setiap tindakan manusia, sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu
dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia (Suseno, 1987). Etika
khusus dibagi menjadi etika individual yang membahas tentang kewajiban manusia terhadap
diri sendiri dan etika sosial yang membahas tentang kewajiban manusia terhadap manusia
lain dalam hidup masyarakat, yang merupakan suatu bagian terbesar dari etika khusus.
Sebenarnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar
pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986). Dapat juga
dikatakan bahwa etika berkaitan dengan tingkah laku manusia.
Pancasila menjadi semacam etika perilaku para penyelenggara negara dan
masyarakat Indonesia agar sejalan dengan nilai normatif Pancasila itu sendiri. Pengalaman
sejarah pernah menjadikan Pancasila sebagai semacam norma etik bagi perilaku segenap
warga bangsa. Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang P4 dapat dianggap sebagai etika
sosial dan etika politik bagi bangsa Indonesia yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila
(Achmad Fauzi, 2003).
Di era sekarang ini, tampaknya kebutuhan akan norma etik untuk kehidupan
bernegara masih perlu bahkan penting untuk ditetapkan. Hal ini terwujud dengan keluarnya
ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa, Bernegara, dan
Bermasyarakat.
Etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat ini bertujuan untuk :
1. memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dalam menjalankan
kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek.
2. menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
3. menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral
dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Etika kehidupan berbangsa meliputi sebagai berikut:


a. etika sosial dan budaya
b. etika pemerintahan dan politik
c. etiaka ekonomi dan bisnis
d. etika penegakan hukum yang berkeadilan
e. etika keilmuan dan disiplin kehidupan
2.2.PENGERTIAN NILAI, NORMA, DAN MORAL
Secara etimologi, nilai berasal dari kata value (Inggris) yang berasal dari kata
valere (Latin) yang berarti : kuat, baik, berharga. Dengan demikian secara sederhana, nilai
adalah sesuatu yang berguna.
Nilai bersifat abstrak, seperti sebuah ide, dalam arti tidak dapat ditangkap melalui
indra, yang dapat ditangkap adalah objek yang memiliki nilai. Nilai juga mengandung
harapan akan sesuatu yang diinginkan. Jadi, nilai bersifat normative, suatu keharusan (das
sollen) yang menuntut diwujudkan dalam tingkah laku. Nilai menjadi pendorong / motivator
hidup manusia. Tindakan manusia digerakkan oleh nilai.
Di dalam Dictionary of Sosciology and Related Science dikemukakan bahwa
nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan
manusia. Jadi, nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu
objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas
yang melekat pada sesuati itu. dengan demikian maka nilai itu sebenarnya adalah suatu
kenyataan yang “tersembunyi” di balik kenyataan-kenyataan lainnya. ada nilai itu karena
adanya kenyataan-kenyataan lain sebagai pembawa nilai (wartrager).
Max sceler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama luhurnya dan
sama tingginya. Nilai-nilai itu secara senyatanya ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih
rendah dibandingkan nilai-nilai lainnya. menurut tinggi rendahnya, nilai-nilai dapat
dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu :
1. Nilai-nilai kenikmatan : terdapat deretan nilai-nilai yang mengenakan dan tidak
mengenakan (die Wertreihe des Angenehmen und Unangehmen), yang
menyebabkan orang senang atau tidak senang.
2. Nilai-nilai kehidupan : terdapat nilai-nilai yang penting bagi kehidupan (Werte des
vitalen Fuhlens), seperti : kesehatan, kebugaran jasmani, kesejahteraan, keadilan.
3. Nilai-nilai kejiwaan : terdapat nilai-nilai kejiwaan (geistige werte) yang sama
sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Misalnya:
keindahan, kebenaran.
4. Nilai-nilai kerohanian : terdapat modalitas nilai dari yang suci dan tak suci
(wermodalitat des Heiligen ung Unheiligen). Nilai semacam ini terdiri dari nilai-
nilai pribadi.

Walter G. Everet mengelompokkan nilai-nilai manusiawi kedalam delapan


kelompok, yaitu :

1. Nilai-nilai ekonomis : ditujukan oleh harga pasar dan meliputi semua benda yang
dapat dibeli.
2. Nilai-nilai kejasmanian : membantu pada kesehatan, efisiensi dan keindahan dari
kehidupan badan.
3. Nilai-nilai hiburan : nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat
menyumbangkan pada pengayaan kehidupan.
4. Nilai-nilai sosial : berasal mula dari keutuhan kepribadian dan sosial yang
diinginkan.
5. Nilai-nilai watak : keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial yang
diinginkan.
6. Nilai-nilai estetis : nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni.
7. Nilai-nilai intelektual : nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran kebenaran.
8. Nilai-nilai keagamaan.

Prof. Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :
1. Nilai material : segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau
kebutuhan material ragawi manusia.
2. Nilai vital : segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melaksanakan
kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai kerohanian : segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Nilai kerohanian dibagi menjadi empat macam, yaitu:


a. Nilai kebenaran : bersumber pada akal (rasio,budi,cipta) manusia.
b. Nilai keindahan atau nilai estetis : bersumber pada unsur perasaan manusia.
c. Nilai kebaikan atau nilai moral : bersumber pada unsur kehendak.
d. Nilai religious : bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Dalam ilmu filsafat, nilai dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Nilai logika yaitu nilai tentang benar-salah.
b. Nilai etika yaitu tentang baik-buruk.
c. Nilai estetika yaitu tentang indah-jelek.

Dalam filsafat pancasila, juga disebutkan bahwa ada tiga tingkatan nilai, yaitu:
1. Nilai Dasar
Nilai yang mendasari nilai instrumental. Nilai dasar ( dalam bahasa
ilmiahnya disebut dasar onotologis), yaitu merupakan hakikat, esensi, intisari atau
makana terdalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar ini bersifat universal karena
menyangkut hakikat kenyataan objektif segala sesuatu, misalnya: hakikat Tuhan,
manusia atau segala sesuatu lainnya.
b). Nilai Instrumental
Nilai instrumental merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan
dapat diarahkan. Nilai instrumental juga merupakan pelaksanaan umum dari nilai
dasar. Umumnya berbentuk norma social dan norma hokum yang selanjutnya akan
terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara.
c). Nilai Praksis
Nilai praksis pada hakikatnya merupakan penjabaran dari nilai
instrumental dalam suatu kehidupan yang nyata. Nilai praksis sesungguhnya
menjadi batu ujian, apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup
dalam masyarakat Indonesia.
Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai Ketuhanan Yang Maha
Esa, nilai Kemanusiaan Yang adil dan beradab, nilai persatuan Indonesia, nilai
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Norma atau kaidah adalah aturan pedoman bagi manusia dalam
berperilaku sebagai perwujudan dari nilai yaitu perwujudan martabat manusia
sebagai mahluk budaya, moral, religi, dan sosial. Norma merupakan suatu
kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi.

2.3.NORMA YANG KITA KENAL DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


ada empat, yaitu :
1. Norma agama
Norma ini disebut juga dengan norma religi atau kepercayaan. Norma ini ditunjukkan
kepada kehidupan beriman yaitu kewajiban manusia kepada Tuhan dan dirinya sendiri.
2. Norma etik atau moral
Norma ini disebut juga dengan norma kesusilaan atau etika atau budi pekerti. Norma
moral atau etik adalah norma yang paling dasar. Norma ini menentukan bagaimana kita
menilai seseorang, karena norma ini berkaitan dengan tingkah laku manusia. Norma
kesusilaan berhubungan dengan manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan
pribadi.
3. Norma kesopanan
Norma ini disebut juaga norma adat, sopan santun, tata karma atau norma fatsoen.
Norma ini didasarkan atas kebiasaan, kepatuhan atau kepantasan yang berlaku dalam
masyarakat.
4. Norma hukum
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yang
memaksakan kepada kita.
Moral berasal dari kata mos (mores) yang hampir sama dengan kesusilaan,
kelakuan. Moral adalah suatu ajaran-ajaran atau wejangan-wejangan, patokan-patokan,
kumpulan peraturan, baik lisan maupun tertulis tentang hal yang baik dan buruk, yang
menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.
2.4.HUBUNGAN NILAI, NORMA DAN MORAL
Sebagaimana dijelaskan diatas, nilai adalah bersifat abstrak, seperti sebuah ide,
dalam arti tidak dapat ditangkap melalui indra, yang dapat ditangkap adalah objek yang
memiliki nilai. Nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan. Agar nilai
tersebut lebih berguna dalam menuntun sikap dan tingkah laku manusia, maka perlu
dikongkritkan menjadi lebih objektif. Maka wujud yang lebih kongkrit dari nilai tersebut
adalah merupakan suatu norma.
Selanjutnya nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika. Makna
moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah
lakunya. Dalam pengertian inilah maka kita memasuki wilayah norma sebagai penuntun
sikap dan tingkah laku manusia.
Hubungan antara moral dan etika memang sangat erat sekali dan kadangkala kedua
hal tersebut disamakan begitu saja. Namun sebenarnya kedua hal tersebut memiliki
perbedaan.
Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara Republik
Indonesia
1.Dasar Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa
Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis. Oleh
karena itu sebagai suatu dasar filsafat maka sila-sila pancasila merupakan suatu kesatuan
yang bulat, hierarkhis dan sistematis.
Dasar pemikiran filosofis dari sila-sila Pancasila sebagai dasar filsafat negara
sebagai berikut. Pancasila sebai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia,
mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan
serta kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan , Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan dan Keadilan.
Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat maknanya yang
terdalam menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak, karena
merupakan suatu nilai.
2. Inti nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia dan mungking juga pada bangsa lain baik dalam adat kebiasaan,
kebudayaan, kenegaraan maupun dalam kehidupan keagamaan.
3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, menurut ilmu hukum
memenuhi syarat sebagai pokok kaidah yang fundamental negara sehingga
merupakan suatu sumber hukum positif di Indonesia.

Sebaliknya nilai-nilai Pancasila yang bersifat subjektif dijelaskan sebagai berikut:


1. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesia
sebagai kausa materialis.
2. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia
sehingga merupakan jati diri bangsa.
3. Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung ketujuh nilai-nilai kerokhanian yaitu
nilai kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis, dan religius.
2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Nilai Fundamental Negara
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya
merupakan suatu sumber dari segala sumber hukum dalam negara Indonesia. Sebagai
suatu sumber dari segala sumber hukum secara objektif merupakan suatu pandangan
hidup, kesadaran, cita-cita hukum serta cita-cita moral yang luhur yang meliputi suasana
kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18 Agustus 1945 telah
dipadatkan oleh para pendiri negara menjadi lima sila dan ditetapkan secara yuridis
formal menjadi dasar filsafat negara Republik Indonesia. Hal ini sebagaimana
ditetapkan dalam Ketetapan No. XX/MPRS/1966.
Nilai-nilai Pancasila terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 secara yuridis
memiliki kedudukan sebagai Pokok Kaidah Negara yang fundamental.
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana
dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus
mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral
(Suseno, 1987). Etika dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum dan etika khusus.
Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia,
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai
aspek kehidupan manusia (Suseno, 1987).
Hubungan antara nilai, norma, moral dan etika memang sangat erat sekali dan
kadangkala hal tersebut disamakan begitu saja. Namun sebenarnya hal tersebut memiliki
perbedaan.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia
pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis. Oleh karena itu
sebagai suatu dasar filsafat maka sila-sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat,
hierarkhis dan sistematis. Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan
universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3.2.Saran
1. Etika, nilai, norma dan moral harus senantiasa kita terapkan dalam bersikap dan
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terwujud perilaku yang sesuai
dengan adat, budaya dan karakter bangsa Indonesia. Karena nilai-nali itu akan tumbuh
dengan baik jika kita sebagai anak bangsa berusaha untuk menjaganya bersama dalam
kehidupan kita masing-masing.

2. Nilai-nilai Pancasila senantiasa harus diamalkan dalam setiap kehidupan bermasyarakat


berbangsa dan bernegara. Agar tercipta persatuan dan kesatuan antar warga Indonesia.
Karena Negara kita Indonesia adalah Negara yang menjujung tinggi persatuan antara
satu sama lain dan juga Negara yang kaya akan budaya dan adat istiadat dari berbagai
provinsi dan daerah. Maka dengan adanya makalh ini kia sebagai mahasiswa dan juga
para pembaca dapat membagikan dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
tentang bagaiamana kita menjaga nilai-nilai etika dalam kehidupan bersama.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan MS. 2002. Pendidikan pancasila. Edisi Reformasi. Yogyakarta : Paradigma.


Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Edisi Kedua.
Jakarta : PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai