KELAS PANCASILA 72
Disusun oleh:
Kelompok X
1. Aji Wulan Rahayu 190810301159
2. Bila Eprilita Intriani 190810301120
3. Kameliatul Riskiyah 190210401049
4. Pri Ariyanto 190803104057
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pancasila Sebagai Sistem
Etika ini selesai tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah pendidikan pancasila. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pancasila bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Adzkiyak selaku dosen yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………...vi
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….….vi
1.3 Tujuan & Manfaat……………………………………………………………..…vi
Bab 2 Tinjauan………………………………………………………………………….…vii
Bab 3 Isi Pembahasan
A. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai
Sistem Etika…………………………………………………………………....…1
B. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika……...…….2
C. Rangkuman tentang Pengertian dan Pentignya Pancasila sebagai Sistem Etika.....3
Bab 4 Penutup………………………………………………………………………………5
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………7
iii
Pengantar
Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk
mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Oleh
karena itu, dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia
Indonesia dalam semua aspek kehidupannya. Sila ketuhanan mengandung dimensi moral
berupa nilai spritualitas yang mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan
kepada nilai agama yang dianutnya. Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus,
artinya menjadikan manusia menjadi lebih manusiawi, yaitu upaya meningkatkan kualitas
kemanusiaan dalam pergaulan antarsesama.
Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sitem etika masih berbentuk sebagai
Philosofische Grondslag atau Weltanschauung, artinya nilai-nilai Pancasila belum
ditegaskan di dalam sistem etika, tetapi nilai-nilai moral telah terdapat pandangan hidup
masyarakat. Pada zaman Orde Baru, Pancasila sebagai sitem etika disosialisasikan melalui
penataran P-4 dan diinstitusionalkan dalam wadah BP-7. Ada banyak butir Pancasila yang
dijabarkan dari kelima sila Pancasila sebagai hasil temuan dari para peneliti BP-7.
Pada era reformasi, pancasila sebagai sistem etika tenggelam dalam hiruk-pikuk
perebutan kekuasaan yang menjurus kepada pelanggaran etika politik. Salah satu bentuk
pelanggaran etika politik adalah abuse of power. Baik oleh penyelenggara negara di
legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Penyalahguaan kekuasaan atau kewenangan inilah
yang menciptakan korupsi di berbagai kalangan penyalahgunaan negara.
Etika merupakan hal yang sangat diperlukan dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara, karena dengan memiliki etika maka kita mampu menjalankan
kehidupan bernegara dengan baik sebagai masyarakat yang mempunyai perilaku yang
baik, kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi
yang lain. Dalam artian ini, etika sama maknanya dengan moral.
Nilai-nilai Pancasila, meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam
realita sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun sebenarnya
juga nilai-nilai yang bersifat universal dapat diterima oleh siapa pun dan kapan pun. Etika
Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia.
Etika juga merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran
dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita
iv
harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral
(Suseno, 1987).
Etika dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum dan etika khusus. Etika
umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia,
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai
aspek kehidupan manusia (Suseno, 1987).
Di dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia
dalam semua aspek kehidupannya. Pentingnya pancasia sebagai sistem etika bagi bangsa
Indonesia ialah menjadi rambu normatif untuk mengatur perilaku kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Dengan demikian, pelanggaran
dalam kehidupan bernegara, seperti korupsi (penyalahgunaan kekuasaan) dapat
diminimalkan.
v
BAB 1 PENDAHULUAN
vi
BAB 2 TINJAUAN
Etika merupakan hal yang sangat diperlukan dalam menjalankan kehidupan berbangsa
dan bernegara, karena dengan memiliki etika maka kita mampu menjalankan kehidupan
bernegara dengan baik sebagai masyarakat yang mempunyai perilaku yang baik, kebiasaan
hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam
arti ini, etika sama maknanya dengan moral.
Nilai-nilai Pancasila merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam realita sosial,
keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun sebenarnya juga nilai-nilai
yang bersifat universal dapat diterima oleh siapapun dan kapanpun. Etika Pancasila
berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia.
Etika juga merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana
dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus
mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai moral (Suseno,
1987).
Etika dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum dan etika khusus. Etika umum
mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia, sedangkan
etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai aspek
kehidupan manusia (Suseno,1987).
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia
pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis. Oleh karena itu,
sebagai suatu dasar filsafat maka sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan bulat,
hierarkis dan sistematis. Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan
universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Di dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia
dalam semua aspek kehidupannya. Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika bagi bangsa
Indonesia ialah menjadi rambu normatif untuk mengatur perilaku kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Dengan demikian, pelanggaran
dalam kehidupan bernegara, seperti korupsi (penyalahgunaan kekuasaan) dapat
diminimalkan.
vii
BAB 3 ISI PEMBAHASAN
1
2. Argumen tentang Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika
Hal-hal berikut ini dapat menggambarkan beberapa bentuk tantangan terhadap
sistem etika Pancasila; pertama, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman
Orde Lama berupa sikap otoriter dalam pemerintahan sebagaimana yang tercermin
dalam penyelenggaraan negara yang menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Hal
tersebut tidak sesuai dengan sistem etika Pancasila yang lebih menonjolkan semangat
musyawarah untuk mufakat.
Kedua, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Baru terkait
dengan masalah KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) yang merugikan
penyelenggaraan negara. Hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan sosial karena
nepotisme, kolusi, dan korupsi hanya menguntungkan segelintir orang atau kelompok
tertentu. Ketiga, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada era Reformasi berupa
euforia kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma moral. Misalnya,
munculnya anarkisme yang memaksakan kehendak dengan mengatasnamakan
kebebasan berdemokrasi.
2
sosial akan mekahirkan kekuatan untuk menghadapi penetrasi nilai yang bersifat
memecah belah bangsa.
Keempat, hakikat sila kerakyatan yang terletak pada prinsip musyawarah untuk
mufakat. Artinya, menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai orang lain.
Kelima, hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
perwujudan dari sistem etika yang tidak menekankan pada kewajiban semata
(deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka (teleologis), tetapi lebih
menonjolkan keutamaan (virtue ethics) yang terkandung dalam nilai keadilan itu
sendiri.
3
bernegara di Indonesia. Dengan demikian, pelanggaran dalam kehidupan bernegara,
seperti korupsi (penyalahgunaan kekuasaan) dapat diminimalkan.
4
BAB 4 PENUTUP
5
kelima yaitu “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Sila kedua disebutkan kata
adil, maka kata tersebut dilihat dalam konteks manusia selaku individu. Adapun nilai
keadilan pada sila kelima lebih diarahkan pada konteks sosial. Suatu perbutan dikatakan
baik apabila sesuai dengan prinsip keadilan masyarakat banyak.sikap adil terhadap sesama,
menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
Dari nilai keadilan juga menghasilkan nilai kepedulian, kesejajaran ekonomi, dan
kemajuan bersama.
Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran Pancasila dalam membangun
etika bangsa ini sangat berandil besar. Dengan menjiwai butir-butir Pancasila masyarakat
dapat bersikap sesuai etika baik yang berlaku dalam masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam melaksanakan kehidupan, tentunya kita akan mengalami banyak tantangan.
Tantangan yang dibuat untuk dimenangkan, begitu pula tantangan Pancasila sebagai sistem
etika. Jika kita sudah menerapkan etika di setiap butir Pancasila, maka tantangan Pancasila
sebagai sistem etika dapat terselesaikan.
Kemajuan- kemajuan yang membawa progres untuk sebuah bangsa tidaklah tanpa
dampak buruk. Kemajuan inilah yang dapat menjadi tantangan Pancasila sebagai sistem
etika. Banyak kemajuan yang malah menjerumuskan generasi penerus bangsa ke hal yang
negatif. Hal ini disebabkan karena generasi muda tidak menyaring kemajuan itu, mereka
hanya mengikuti tren model yang berkembang diluar tanpa memikirkan dampaknya baik
untuk diri sendiri maupun orang sekitar. Contohnya kemajuan teknologi : kondisi dimana
anak-anak dibawah umur sudah diperbolehkan menggunakan telepon genggam tanpa
pengawasan orang tua, yang mana mereka dapat mengakses situs yang mengandung
konten pornografi, kemajuan tren model pakaian , banyak anak muda Indonesia mengikuti
kemajuan model pakaian luar negeri yang mana anak bangku sekolah berani memakai
pakaian yang terbuka yang belum sewajarnya. Hal ini dapat menimbulkan kejahatan
seksual yang merugikan anak tersebut. Kemajuan itu dapat merusak etika generasi muda
bangsa Indonesia yang seharusnya menjadi penerus bangsa yang memiliki dedikasi tinggi.
Dengan demikian marilah kita sebagai generasi muda bangsa Indonesia memilah dan
memilih mana perilaku yang patut kita contoh dengan adanya kemajuan teknologi yang
memberikan dampak positif dan negative. Kita harus berusaha mengamalkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dimana Pancasila sebagai sistem etika
bagi bangsa Indonesia.
6
DAFTAR PUSTAKA
Mukholif, S. (n.d.). Pancasila Sebagai Sistem Etika . Retrieved from Academia Edu:
https://www.academia.edu/13000228/Pancasila_Sebagai_Sistem_Etika ( Diakses
pada 4 Maret 2020)
7
RESUME KELOMPOK 10
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
9
2. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika
Pertama,meletakkan sila-sila Pancasila sebagai sistem etika berarti menempatkan
Pancasila sebagai sumber moral dan inspirasi bagi penentu sikap, tindakan, dan
keputusan yang diambil setiap warga negara.
Kedua, Pancasila sebagai sistem etika memberi guidance bagi setiap warga negara
sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan baik lokal, nasional,
regional, maupun internasional.
Ketiga, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis bagi berbagai
kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak keluar dari
semangat negara kebangsaan yang berjiwa Pancasila.
Keempat, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk menyaring
pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak
globalisasi yang memengaruhi pemikiran warga negara.
10
POWER POINT
Slide 1
Slide 2
11
Slide 3
Slide 4
Slide 5
12
Slide 6
Slide 7
13
Slide 8
Slide 9
14
Slide 10
Slide 11
15
Slide 12
Slide 13
16
Slide 14
Slide 15
17
Slide 16
18