Oleh:
Universitas Jember
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Era globalisasi pada saat ini banyak terjadi kasus pelanggaran etika, dimana
pelanggaran ini terjadi hampir pada setiap kalangan, baik kalangan atas, menengah
maupun kalangan bawah. Pelanggaran-pelanggaran etika yang terjadi tentunya
sangat beragam baik dari hal yang sepele misalnya seperti membuang sampah
sembarangan, hal ini telah termasuk kedalam kategori pelanggaran etika terhadap
lingkungan yang tentunya berdampak besar bagi masyarakat itu sendiri, hingga
pelanggaran-pelanggaran besar misalnya kasus korupsi, suap, nepotisme dan
sebagainya yang telah marak saat ini, dan sudah bukan menjadi rahasia umum bahwa
setiap pelanggaran tentu saja memiliki dampak yang dapat merugikan semua pihak
PEMBAHASAN
Perbedaan sistem dan prinsip akuntansi serta audit ini tentu saja sangat
menyulitkanperusahaan multinasional-perusahaan yang telah beroperasi melampaui
batas wilayahNegara-untuk menyusun laporan keuangan gabungan atau laporan
keuangan konsolidasisebagai satu kesatuan entitas.
Memasuki abad ke-21, profesi akuntan di dunia tercoreng oleh berbagai skandal
dibidang akuntansi dan audit yang sangat merusak citra profesi akuntan itu sendiri.
Bagaitersentak, pemerintah, badan pengatur profesi, dan organisasi profesi akuntan
mulaimenyadari pentingnya upaya penegakan dan pengembangan standar kode etik
profesi yanglebih ketat, di samping upaya untuk mengembangkan standar teknis audit
dan akuntansi itusendiri. Kelambatan dan kesulitan dalam mengembangkan standar
teknis audit, akuntansi dan kode etik profesi akuntan global, antara lain disebabkan
oleh banyaknya pihak yang berkepentingan dan banyaknya badan/lembaga yang
merasa punya otoritas untuk mengembangkan, membina, dan mengawaso profesi
akuntan itu sendiri.
Pihak-pihak, badan, atau lembaga yang selama ini berkaitan langsung dengan
profesiakuntansi, antara lain:
Dikatakan oleh Duska dan Duska (2005), sedikitnya ada enam manfaat dari kode
etik profesi,yaitu:
Tabel 8.1
Ringkasan Prinsip-Prinsip dan Aturan Etika AICPA
Prinsip – Prinsip
1. Tanggung Jawab : Dalam menjalankan tanggung jawab sebagai seorang profesional,
anggota harus menjalankan perimbangan moral dan profesional secara sensitif
( Artikel I )
2. Kepentingan Publik : Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak
sedemikian rupa demi melayani kepentingan publilk, menghormati kepercayaan
publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme ( Artikel II )
3. Integritas : Untuk memelihara dan memperluas keyakinan publik, anggota harus
melaksanakan semua tanggung jawabprofesional dengan rasa integritas tertinggi
( Artikel III )
4. Objektivitas dan Independensi : Seorang anggota harus memiliki objektivitas dan
bebas dari konflik kepentingan dalam menunaikan tanggung jawab profesional.
Seorang anggota dalam praktek publik seharusnya menjaga independensi dalam
fakta dan penampilan saat memberikan jasa auditing dan atestasi lainnya ( Artikel
IV )
5. Kehati-hatian ( due care ) : Seorang anggota harus selalu mengikuti standar-standar
etika dan teknis profesi, terdorong untuk secara terus-menerus mengembangkan
kompetensi dan kualitas jasa, dan menunaikan tanggung jawab profesional sampai
tingkat tertinggi kemamkkkkpuan anggota yang bersangkutan ( Artikel V )
6. Ruang Lingkup dan sifat Jasa : Seorang anggota dalam praktik praktik publik harus
mengikuti Prinsip-prinsip Kode Perilaku Profesional dalam menetapkan ruang
Lingkup dan sifat jasa yang diberikan ( Artikel VI )
Aturan Etika Interpretasi/Isu Penting yang Cukup :
101 Independensi Akan dipengaruhi oleh beragam transaksi,
hubungan, dan kepentingan, termasik :
kepentingan finansial yang materi dan
langsung, pelaksanaan jasa non-atestasi
tertentu, investasi bersama, pinjaman,
hubungan keluarga, jabatan resmi-seperti
direktur, pejabat, pegawai, promotor,
penjamin, trustee, peminjam ( kecuali untuk
persyaratan normal dari lembaga keuangan
untuk mobil, rumah tangga, karu kredit ) dan
ancaman litigasi.
102 Integritas dan Objektivitas Tidaka ada konflik kepentingan
Tidak salah saji pelaporan ketentuan untuk
menghindari subordinasi penelitian
201 Standar Umum Kompetensi Profesional
Kehati-hatian profesional
Perencanaan dan Supervisi
Data relevan yang memadai
202 Kesesuaian dengan Standar Keharusan jika jasa meliputi auditing, review,
kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan,
atau jasa profesional lainnya.
203 Prinsip Akuntansi Tidak ada penyimpangan dan Prinsip-prinsip
Akuntansi Berterima Umum. Bila
penyajiannya menimbulakan salah pengertian,
maka harus dinyatakan mengapa diperlukan
penyimpangan dan apa pengaruhnya –
diotorisasi oleh pernyataan FASB, GASB,
FASAB.
301 Informasi Klien Rahasia Tidak boleh diungkapkan tanpa persetujuan,
kecuali untuk perkara pengadilan atau CPA
Proceeding
Tidak boleh digunakan untuk kepentingan
pribadi
302 free Kontinjen Tidak diperbolehkan untuk audit, review,
Kompilasi, Pemeriksaan informasi keuangan
prospektif, perhitungan pajak, dan klaim
restitusi pajak beberapa pengecualian
diberikan daftarnya.
501 Tindakan Mendiskreditkan Tidak diperbolehkan : diskriminasi,
kekerasan, penyimpangan dari setandar
pemerintah, ketidak pedulian.
502 Advertensi dan Solisitasi Tidak boleh memalsukan, menyesatkan,
menipu, memaksa, upaya berlebihan, atau
dengan kekerasan.
503 Komisi dan Free Rujukan Tidak diperbolehkan untuk audit, review,
Kompilasi, Pemeriksaan informasi keuangan
prospektif, kecuali memerlukan
pengungkapan.
505 Bentuk dan Nama Organisasi Diizinkan kepemilikan minoritas non-CPA,
asal tanggung jawab akhir tetap pada anggota
CPA, secara finansial dan lainnya untuk
pekerjaan atestasi yang dilakukan untuk
melindungi kepentingan publik, tetapi tidak
boleh di luar CPA, danharus mengikuti kode
etik CPA.
Ada banyak contoh kode etik profesi akuntan yang berlaku di banyak Negara.
Beberapa kode etik yang berlaku di beberapa Negara, seperti AS, Inggris, Jerman,
Kanada, dan Australia tidak banyak berbeda. Berikut ini salah satu ringkasan etika
yang berlaku di Kanada yang juga dikutip dari buku yang ditulis oleh Brooks (2007).
Ringkasan kode etik ini dapat dilihat pada Tabel 8.2
Tabel 8.2
Ringkasan Kode Etik Profesi Akuntan Kanda
D. Sarbans-Oxley Act
Tabel 8.3.
Ringkasan Sarbanes-Oxley Act 2002 dan Dampaknya
1. Sarbanes Oxley Act 2002 ditujukan untuk memberikan kejelasan dan kepastian tentang
beberapa isu yang sering diperdebatkan:
1.1. Membentuk dewan pengawas independen ( Public Company Accounting Oversight
Board) yang betugas sepenuhnya untuk mengawasi pelaku pasar modal. Dewan ini
akan diawasi oleh SEC.
1.2. Menetapkan tanggung jawab baru terhadap komite audit dan pejabat perusahaan.
1.3. Menetapkan beberapa aturan atau keharusan baru untuk pelaporan perusahaan .
1.4. Mendefinisikan jasa non-audit yang dapat diberikan oleh kantor akuntan publik
kepada audit klien.
1.4.1. Melarang kantor akuntan publik melakukan delapan jenis non-jasa audit
kepada klien audit, (sebagian besar telah dieliminasi tahun-tahun
sebelumnya), termasuk: pembukuan , desain dan implementasi sistem
informasi keuangan, jasa penilai , serta jasa aktuaris. Outsourcing jasa
internal audit, fungsi manajemen atau sumber daya manusia, serta broker-
pialang. Penasihat investasi atau jasa investment banking, jasa hukum, dan
jasa profesional lainnya yang tidak berhubungan dengan audit
1.4.2. Jasa non-audit yang dilarang tersebut akan efektif berlaku pada tahun 2003.
1.4.3. Mengizinkan pemberian jasa lainnya dengan persetujuan terlebih dahulu dan
kom1te audit (dewan berhak menetapkan jasa non-audit lainnya yang tidak
dapat diberikan).
1.5. Memperberat hukuman atas kecurangan (fraud) yang dilakukan perusahaan .
1.6. Mengharuskan adanya peraturan yang mengatur benturan kepentingan .
1.7. Meningkatkan tanggung jawab dan anggaran SEC secara signifikan
2. Sarbanes-Oxley Act memerlukan interpretasi melalui proses aturan SEC dan Public
Company Accounting Oversight Board.
Pada bulan Juni 2005, organisasi profesi IFAC telah menerbitkan kode etik secara
lengkap dan sangat rinci. Pedoman kode etik ini tersiri atas tiga bagian: Bagian A berisi
prinsip-prinsip fundamental Etika Profesi yang berlaku untuk seluruh profesi akuntan
dan juga berisi kerangka konsep untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut; Bagian B
berisi penjelasan lebih lanjut mengenai penerapan kerangka konsep dan prinsip-
prinsip fundamental pada bagian A untuk situasi-situasi khusus, terutama bagi mereka
yang berpraktik sebagai akuntan publik; dan bagian C berisi penjelasan lebih lanjut
mengenai kerangka konsep dan prinsip-prinsip fundamental pada bagian A untuk
diterapkan pada situasi-situasi khusus, terutama bagi profesi akuntan bisnis (akuntan
manajemen).
Penilaian
Skeptime
Integritas Objektivitas
Profesional
a. Integritas. Seorang akuntan professional harus bertindak tegas dan jujur dalam
semua hubungan bisnis dan profesionalnya.
b. Objektivitas. Seorang akuntan professional seharusnya tidak boleh membiarkan
terjadinya bias, konflik kepentingan atau di bawah pengaruh orang lain
sehingga mengesampingkan pertimbangan bisnis dan profesional.
c. Kompetensi professional dan kehati-hatian. Seorang akuntan professional
mempunya kewajiban untuk memelihara pengetahuan dan keterampilan
professional secara berkelanjutan pada tingkat yang diperlukan untuk menjamin
seorang klien atau atasan menerima jasa professional yang kompeten yang
didasarkan atas perkembangan praktik, legislasi dan teknik terkini. Seorang
akuntan professional harus bekerja secara tekun serta mengikuti standar-
standar professional dan teknik yang berlaku dalam memberikan jasa
professional.
d. Kerahasiaan. Seorang akuntan professional harus menghormati kerahasiaan
informasi yang diperolehnya sebagai hasil dari hubungan professional dan
bisnis serta tidak boleh mengungkapkan informasi apapun kepada pihak ketiga
tanpa izin yang benar dan spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum atau
terdapat hak professional untuk mengungkapnya. Informasi rahasia yang
diperoleh dari hasil hubungan bisnis dan professional tidak boleh digunakan
untuk keuntungan pribadi akuntan professional atau pihak ketiga.
e. Perilaku professional. Seorang akuntan professional harus patuh pada hukum
dan perundang-undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang
dapat mendiskreditkan profesi.
Independensi
Sebagaimana telah diketahui, ada dua jenis independensi yang dikenal, yaitu
independensi dalam fakta dan independensi dalam penampilan. Untuk independensi
dalam fakta, IFAC menggunakan istilah lain, yaitu independensi dalam pikiran.
Independensi dalam pikiran adalah suatu keadaan pikiran yang memungkinkan
pengungkapan suatu kesimpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat
mengkompromikan penilaian profesional, memungkinkan seorang individu bertindak
bedasarkan integritas, serta menerapkan objektivitas dan skeptisme professional.
Independensi dalam penampilan adalah penghindaran fakta dan kondisi yang
sedemikian signifikan sehingga pihak ketiga yang paham dan berpikir rasional dengan
memiliki pengetahuan akan semua informasi yang relevan, termasuk pencegahan
yang diterapkan akan tetap dapat menarik kesimpulan bahwa skeptisme professional,
objektivitas dan itegritas anggota firma, atau tim penjaminan telah dikompromikan.
Prinsip-prinsip fundamental etika tidak dapat dinegosiasikan atau dikompromikan bila
seorang akuntan ingin tetap menjaga citra profesinya yang luhur.
Ancaman kepentingan diri dapat timbul akibat ada kepentingan keuangan, atau
ada kepentingan dari keluarga langsung atau keluarga dekat, atau kepentingan lain
dari akuntan yang bersangkutan. Kepentingan diri adalah wujud sifat yang lebih
mengutamakan kepentingan pribadi atau keluarga dibandingkan dengan kepentingan
public yang luas. Contoh langsung ancaman kepentingan diri untuk akuntan public,
antara lain, namun tidak terbatas pada:
Contoh langsung ancaman kepentingan diri untuk akuntan bisnis (namun tidak
terbatas pada hal-hal berikut), anata lain:
Ancaman review diri dapat timbul jika pertimbangan sebelumnya dievaluasi ulang
oleh akuntan professional yang sama dan yang telah melakukan penilaian
sebelumnya tersebut. contoh ancaman review diri untuk akuntan public antara lain,
namun tidak terbatas pada:
Salah satu contoh ancaman review diri untuk akuntan bisnis namun tidak terbatas
pada hal ini saja), yaitu keputusan bisnis atau data yanh sedang ditinjau oleh akuntan
professional yang sama yang membuat keputusan bisnis atau penyiapan data tersebut
(IFAC, 300.9).
Ancaman advokasi dapat timbul bila akuntan profesional mendukung suatu posisi
atau pendapat sampai titik dimana objektivitas dapat dikompromikan.
Contoh langsung ancaman advokasi untuk akutan public, antara lain, namun tidak
terbatas pada:
Mempromosikan saham perushaan public dari klien, dimana perushaan
tersebut merupakan klien audit.
Bertindak sebagai pengacara (penasihat hukum) untuk klien penjaminan dalam
suatu litigasi perkara perselisihan dengan ihak ketiga (IFAC, 200.6).
Contoh ancaman kekerabatan yag dapat timbul, antara lain, namun tidak terbatas
pada:
Contoh ancaman intimidasi untuk akuntan bisnis dapat timbul, anatara lain, namun
tidak terbatas pada:
Berikut ini merupakan hal-hal yang termasuk dalam pengamanan melalui profesi,
legislasi dan regulasi, namun tidak terbatas pada:
Pengamanan lingkungan ditempat kerja bisa sangat bervariasi dan sangat luas,
bergantung pada keadaan di tempat kerja tersebut. Beberapa contoh pengamanan
untuk akuntan public, antara lain, namun tidak terbatas pada :
a. Pengamanan di kantor firma dalam arti luas:
Dukungan kepemimpinan (pemimpin yang taat pada prinsip dan selalu
mengedepankan kepentingan umum.
Sistem dan prosedur kendali mutu.
Dokumentasi kebijakan yang berhubungan dengan ancaman.
Dokumentasi kebijkan yang independensi.
Dokumen kebijkan tentang prinsip-prinsip etika.
Penggunaan rekan dan tim terpisah untuk penguasaan penjaminan dan
non penjaminan.
Memberitahu semua rekan dan staf tentanf klien-klien penjaminan
dimana diperlukan independensi.
Komunikasi tepat waktu kepada semua rekan dan staf tentang berbagai
kebijakan dan prosedur, termasuk perubahannya.
Kebijkan dan prosedur pemantauan, dan jika diperlukan mengelola
ketergantungan pendapatan dari satu klien tertentu.
Penunjukkan anggota senior untuk mengawasi keefektifan berjalannya
sistem kendali mutu.
Mekanisme disiplin untuk mendukung kepatuhan terhadap kebijkan dan
prosedur.
Mempublikasikan berbagai kebijakan dan prosedur untuk mendorong
komunikasi antara staf dengan staf senior tentangisu-isu yang
berkaitan dengan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip etika (IFAC,
200.12).
b. Pengamanan perikatan khusus dilingkuangan kerja:
Melibatkan tambahan seseorang akuntan professional untuk meninjau
pekerjaan yang dilakukan atau memberi nasihat yang diperlukan.
Konsultasi dengan pihak ketiga yang independen, seperti komite
direktur independen, badan pengatur atau akuntan professional lain.
Diskusikan masalah etika dengan pejabat klien yang berwenang tentang
masalah tata kelola.
Mengungkapkan kepada pejabat klien yang bertanggung jawab atas
tata kelola tentang sifat jasa dan fee yang dikenakan.
Melibatkan firma lain untuk melaksanakan atau melaksanakan kembali
dengan bagian dari penugasan.
Rotasi staf senior dari tim penugasan penjaminan (IFAC, 200.13).
c. Pengamanan di dalam sistem dan prosedur klien:
Penunjukkan firma diratifikasi oleh pihak selain manajemen.
Klien memiliki karyawan yang kompeten.
Klien memiliki prosedur internal untuk menjamin obejktivitas penugasan
non penjaminan.
Klien memiliki tata kelola korporasi yang dapat memberikan
pengawasan dan komunikasi yang memadai terkait dengan jasa-jasa
firma (IFAC, 200.15).
200 Pendahuluan
210 Penunjukkan Profesional dan Penerimaan Klien
220 Konflik Kepentingan
230 Pendapat Kedua
240 Fee dan Jenis Imbalan Lainnya
250 Pemasaran Jasa Profesional
260 Hadiah dan Keramahtamahan
270 Penyimpanan Aset Klien
280 Objektivitas Semua Jasa
290 Independensi Perikatan Penjaminan
BAGIAN C : KODE ETIK AKUNTAN BISNIS
300 Pendahuluan
310 Potensi Konflik
320 Penyusunan dan Pelaporan Informasi
330 Bertindak dengan Keahlian yang Memadai
F. Profesi Akuntan Indonesia dan IFAC
Saat ini profesi akuntan di Indonesia, baik akuntan publik maupun akuntan
manajemen, mengikuti standar kompetensi yang beralku di AS. Namun dengan
kecenderungan terjadinya penyatuan sistem perekonomian dunia, mau tidak mau
seluruh profesi akuntan di dunia juga harus mendukung ke arah penyatuan sistem
ekonomi global tersebut. Saat ini, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,
kecenderungan timbulmya kesatuan sistem ekonomi global ini belum diikuti oleh
keseragaman atau keharmonisan penerapan standar-standar teknis akuntansi,
auditing, dan kode etik profesi akuntan di seluruh dunia.
Menyadari hal tersebut, para pengurus dan anggota IAI telah berkali-kali
mengadakan diskusi dan pembicaraan sekitar kesiapan IAI untuk mengadopsi standar-
standar teknis dan kode etik internasional dengan memanfaatkan berbagai forum,
seperti kongres, seminar, lokakarya, pelatihan, dan sejenisnya. Kabar terakhir,
pengurus IAI bertekad untuk sesegera mungkin agar profesi akuntan Indonesia
mengadopsi standar teknis dan perilaku yang dikeluarkan oleh International
Federation of Accountans (IFAC).
Kepentingan
Tanggung Jawab
Umum
Kompetensi
Kode Etik BPK dituangkan dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2007, serta telah diumumkan dalam Lembaran Berita
Negara Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2007. Kode Etik ini berlaku untuk
Anggota dan Pemeriksa BPK.
Anggota BPK dan Pemeriksa BPK mempunyai pengertian yang berbeda menurut
pasal 1 ayat 2 dan 3 Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2007, yaitu:
Anggota BPK adalah pejabat Negara pada BPK yang dipilih oleh DPR dan
diresmikan berdasarkan Keputusan Presiden.
Pemeriksa BPK adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan
pengeloaan dan tanggung jawab keuangan Negara untuk dan atas nama BPK.
Proses penalaran atas kode etik BPK-RI ini dengan mengacu pada cirri-ciri utama
suatu profesi. Pasal 2 kode etik BPK mengatur tentang nilai-nilai dasar yang wajib
dimiliki oleh anggota dan pemeriksa BPK. Nilai-nilai dasar ini terdiri atas:
Mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang
berlaku.
Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi atau
golongan.
Menjunjung tinggi indepedensi, integritas, dan profesionalitas.
Menjunnjung tinggi martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK.
Proses Penalaran Kode Etik BK
CIRI PROFESI KODE ETIK BPK
1. Kepentingan Publik Mengutamakan kepentingan Negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan (Pasal 2b)
2. Tanggung Jawab Mengembangkan standar kompetensi tinggi yang
menyangkut knowledge, skill, dan attitude
3. Kompetensi Dilihat dari tiga unsure kompetensi (knowledge, skill,
attitude):
a. Pengetahuan (knowledge) Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian tertentu (Pasal 1 ayat 8)
b. Keterampilan (skill) Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
merupakan patokan pemeriksaan yang menyangkut
standar umum, standar pelaksanaan pekerjaan, dan
standar pelatoran (Pasal 1 ayat 5)
c. Sikap perilaku (attitude) Menyangkut diri (pribadi) dan hubungan dengan
lembaga/pihak lain.
Menyangkut diri (pribadi) Bagi setiap anggota dan pemeriksa wajib mematuhi,
memiliki, dan menjunjung nilai-nilai dasar (Pasal 2):
o Taat pada peraturan (ayat 2)
o Mengutamakan kepentingan Negara (ayat
b)
o Menjunjung tinggi indepedensi, integritas,
dan profesionalitas (ayat c)
o Menjujung tinggi martabat, kehormatan,
citra, dan kredibilitas BPK
Hubungan rekan sejawat Menghormati dan memercayai serta saling membantu
di antara pemeriksa sehingga dapat bekerja sama
dengan baik dalam melaksanakan tugas (Pasal 8 ayat
1g)
Hubungan klien Menghindari terjadinya benturan kepentingan
(Pasal 6 ayat 1b)
Dilarang menerima pemberian dalam bentuk
apa pun baik langsung maupun tidak langsung
yang diduga atau patut diduga dapat
memengaruhi pelaksanaan tigas dan
wewenangnya (Pasal 4 ayat 2 dan Pasal 7
ayat 2a)
Dilarang membocorkan informasi yang
diperolehnya dari auditee (Pasal 6 ayat 2d)
Hubungan Lain Dilarang merangkap jabatan pada badan,
lembaga, atau perusahaan lain untuk anggota
dan pemeriksa (Pasal 3 ayat 2a dan Pasal 6
ayat 2a)
Dilarang menjadi anggota partai politik bagi
anggota BPK (Pasal 3 ayat 2b)
Pengawasan Melalui Majelis Kehormatan Kode Etik (Bab III Pasal
9-32)
Dilarang: Dilarang:
-Merangkap jabatan -Merangkap jabatan
-Menjadi anggota partai politik -Menunjukkan sikap dan perilaku
-Menunjukkan sikap dan perilaku yang menyebabkan orang lain
yang menyebabkan orang lain meragukan indepedensinya
meragukan indepedensinya -Tunduk pada intimidasi/tekanan
orang lain
-Membocorkan informasi auditee
-Dipengaruhi oleh prasangka,
interpretasi atau kepentingan
tertentu baik untuk kepentingan
pribadi pemeriksa maupun
pihak lain
Integritas -Bersikap tegas -Bersikap tegas
-Jujur -Jujur
-Memegang rahasia pihak yang -Memegang rahasia pihak yang
diperiksa diperiksa
-Dilarang menerima pemberian
dalam bentuk apa pun, baik Dilarang:
langsung maupun tidak langsung -Menerima pemberian dalam
bentuk apa pun, baik langsung
maupun tidak langsung
-Menyalahgunakan wewenang
Profesionalita -Prinsip kehati-hatian, ketelitian, -Prinsip kehati-hatian, ketelitian,
s kecermatan kecermatan
-Menyimpan rahasia Negara dan -Menyimpan rahasia Negara dan
jabatan jabatan
-Tidak menyalahgunakan rahasia -Tidak menyalahgunakan rahasia
-Negara untuk kepentingan -Negara untuk kepentingan
pribadi dan golongan/pihak lain pribadi dan golongan/pihak lain
-Menghindari perbuatan di luar -Menghindari perbuatan di luar
tugas dan wewenangnya tugas dan wewenangnya
-Komitmen tinggi
-Meningkatkan kemampuan
-Profesionalisme secara
berkelanjutkan
-Kerja sama saling menghormati
dan memercayai antar rekan
sejawat
-Berkomunikasi dan berdiskusi
antar rekan sejawat
-Menggunakan sumber daya
publik secara efisien, efektif,
dan ekonomis
Ada dua kategori kode etik yang diterapkan oleh PAII, yaitu kode etik PAII dan
kode etik Qualified Internal Auditor (QIA). Kode etik PAII berlaku bagi organisasi
profesi dan semua anggota PAII yang bekerja pada departemen/bagian audit internal
suatu organisasi/perusahaan. Kode etik QIA adalah kode etik bagi anggota yang telah
memperoleh sertifikasi QIA melalui suatu pendidikan formal yang diterapkan oleh
PAII. Perlu dipahami bahwa saat ini yang berprofesi pada departemen/bagian audit
internal tidak seluruhnya mempunyai kualifikasi gelar atau sertifikat QIA. Kode etik QIA
ditetapkan oleh Dewan Sertifikasi QIA. Pasal-pasal dalam kode etik QIA adalah sama
dengan kode etik PAII, kecuali dalam kode etik QIA tidak memasukkan Pasal 1 dan 9
dari kode etik PAII.
Tabel 9.3
Ringkasan proses penalaran kode etik PAII
Ciri profesi Kode etik PAII
1. Kepentingan Publik Untuk mempertahankan kepercayaan dari
pemberi tugas, para anggota harus menunjukkan
loyalitas kepada pemberi tugas ( manajemen ).
Anggota dilarang untuk mengambil bagian dalam
kegiatan-kegiatan yang menyimpang.
2. Tanggung Jawab Mengembangkan standar kompetensi tinggi yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku.
3. Kompetensi : Dilihat dari tiga unsur kompetensi ( pengetahuan,
keterampilan, dan prilaku ).
a. Pengetahuan ( Knowledge ) Tidak secara eksplisit diungkapkan.
b. Keterampilan ( Skill ? 1. Para anggota harus terus berusaha untuk
meningkatkan keahlian dan keefektifan
dalam melakukan pekerjaannya.
2. Dalam berpendapat, para anggota harus
menggunakan semua kemampuannya
untuk memperoleh bukti yang memadai
yang dapat mendukung pernyataannya.
c. Sikap prilaku ( attitude )
Menyangkut Diri 1. PAII berasaskan pancasila dan UUD 1945
( pasal 2)
2. Para anggota diwajibkan bersikap jujur,
objektif, dan hati-hati dalam menjalankan
tugas maupun kewajibannya ( pasal 3 )
3. Para anggota harus menghindari untuk
terlibat kegiatan yang dapat menimbulkan
konflik dengan kepentingan pemberi
tugas, atau yang dapat menimbulkan
prasangka yang meragukan
kemampuannya untuk secara objektif
menyelesaikan tugas dan kewajibannya
(pasal 5 )
4. Para anggota harus mematuhi peraturan
dan mendukung pencapaian tujuan PAII.
Dalam menjalankan profesinya, para
anggota harus sadar akan kewajibannya
untuk memelihara standar yang tinggi
tentang kompetensi, moralitas, dan
kehormatan yang telah ditetapkan oleh
PAII dan para anggotanya ( pasal 10 )
Hubungan rekan sejawat Tidak diatur.
Hubungan klien 1. Para anggota dilarang untuk menerima
imbalan atau hadiah dari pemberi tugas,
klien, pelanggan, atau relasi bisnis
pemberi tugas, kecuali yang menjadi
haknya ( pasal 6 )
2. Para anggota harus bersikap bijaksana
dan hati-hati dalam menggunakan
informasi yang diperoleh dalam
melaksanakan tugasnya. Para anggota
dilarang untuk menggunakan informasi
rahasia untuk kepentingan pribadi, atau
merugikan kepentingan pemberi tugas
( pasal 7 )
Hubungan lain Tidak diatur.
Pengawasan Tidak diatur.
Kode etik PAII terlihat sangat singkat dan sederhana. Karena terlalu singkat
dan sederhana, ada beberapa hal yang pengaturannya tidak jelas dan/atau tidak
lengkap, yaitu:
1. Kompetensi yang menyangkut persyaratan pengetahuan minimal yang diperlukan
melalui pendidikan formal tidak diatur secara eksplisit.
2. Tanggung jawab profesi auditor internal hanya disebutkan kepada pemberi tugas,
tidak ada pernyataan yang menyebutkan hubunganya dengan atau dampaknya bagi
kepentingan umum yang lebih luas.
3. Tidak ada pasal yang mengatur hubungan dengan rekan sejawat dan hubungan
lainnya.
4. Tidak ada pasal yang mengatur tentang pengawasan dalam hal timbulnya
penyimpangan terhadap kode etik yang dilakukan oleh anggotanya.
Hal yang patut dicatat adalah dalam kode etik PAII dicantumkan asas Panasila
dan Undang-Undang Dasar 1945, sesuatu yang jarang dijumpai kode etik profesi
lainnya.
J. Kode Etik Psikologi Indonesia
Kode etik yang berlaku bagi Ilmuwan psikologi dan psikolog dibedakan
berdasarkan latar belakang pendidikan mereka, di mana latar belakang pendidikan ini
menetukan boleh atau tidaknya seseorang melakukan prakyik psikologi. Para Ilmuwan
psikologi dalam batas-batas tertentu dapat memberika jasa psikologi, tetapi tidak boleh
menjalankan praktik psikologi. Prakti psikologi hanya boleh dilakukan ileh para psikolig.
Dengan menggunakan model penalaran pada gambar 9.1 esensi dari kode etik
psikolgi dapat dirangkum seperti terlihat pada Tabel 9.4 berikut ini:
Tabel 9.4
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Psikolog
Ciri Profesi Kode Etik Psikologi
1. Kepentingan publik Mengabdikan pengetahuan tentang perilaku
manusia bagi kesejahteraan manusia
(pembukaan)
Mengutamakan kepentingan umum daripada
pribadi atau golongan ( Pasal 14a)
2. Tanggung Jawab Pentingnya setiap Ilmuwan psikologi mempunyai
rasa tanggung jawab menyangkut kompetensi,
objektivitas, kejujuran, integritas, bersikap bijak,
dan hati-hati.
3. Kompetensi
3.1 Pengetahuan Ilmuwan Psikologi adalah para lulusan perguruan
(Knowladge) tinggi dan universitas di dalam maupun luar
negeri, yaitu mereka yang telah mengikuti
pendidikan dengan kurikulum nasional (SK
Mendikbud Nomor 18/D/0/1993 untuk pendidikan
program akademik (Sarjana Psikologi); lulusan
pendidikan tinggi strata 2 (S2) dan strata 3 (S3)
dalam bidang psikologi, yang pendidikan strata
(S1) diperoleh bukan dari fakultas psikologi.
Ilmuwan Psikologi yang tergolong kriteria
tersebut dinyatakan dapat memberika jasa
psikologi, tetapi tidak berhak dan tidak
berwenang untuk melakukan praktik psikologi di
Indonesia.
3.2 Keterampilan (skill) Psikolog adalah Sarjana Psikologi yang telah
mengikuti pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1)
dengan kurikulum lama (Sistem Paket Murni)
Perguruan Tinggi Negeri (PTN); atau sistem
Kredit Semester (SKS) PTN; atau pendidikan
program akademik (Sarjana Psikologi) dan
program pendidikan profesi (Psikologi); atau
kurikulum lama Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
yang sudah mengikuti ujian negara sarjana
psikologi; atau pendidikan tinggi psikologi di luar
negeri yang sudah mendapat akreditasi dan
disetarakan dengan psikologi Indonesia oleh
Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas RI). Sarjana
Psikologi dengan kriteria tersebut dinyatakan
berhak dan berwenang untuk melakukan praktik
psikologi di wilayah hukum Negara Republik
Indonesi. Sarjana Psikolog menurut kriteria ini
juga dikenal dan disebut sebagai psikolog. Untuk
melakukan praktik psikologi , Sarjana Psikolog
yang tergolong kriteria ini diwajibkan memiliki izin
praktik psikolog sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
3.3 Sikap perilaku
(attitude)
· Menyangkut diri Kesadaran diri tentang Pancasila dan UUD 1945
(Pribadi) Mengindahkan etika dan nilai-nilai moral yang
berlaku di masyarakat (Pasal 4a)
Menjaga citra profesi (Pasal 4b)
Memiliki objektivitas, kejujuran, integritas,
bersikap bijak, dan hati-hati (Pasal 2)
· Hubungan rekan Saling menghormati dan menjaga hak-hak serta
sejawat nama baik rekan sejawat (Pasal 5a)
Saling memberi umpan balik (Pasal 5b)
Saling mengingatkan untuk mencegah
pelanggaran kode etik (Pasal 5c)
Menghargai karya cipta rekan sejawat/pihak lain
(Pasal 15)
· Hubungan klien Melindungi klien dari akibat yang merugikan
sebagai dampak pemberian jasa/praktik yang
dilakukan (Pasal 8c)
Melindungli kerahasiaan data klien, kecuali ada
persetujuan dari klien, atau ada hubungannya
dengan pihak berwenang (Pasal 12)
Mengutamakan ketidakberpihakan dalam
kepentingan pemakai jasa, atau klien dan pihak-
pihak terkait (Pasal 8d)
· Hubungan lain Menghargai kompetensi profesi lain (Pasal 6a)
Mencegah pemberian jasa dari pihak yang tidak
berkompeten (Pasal 6b)
· Pengawasan Melalui Majelis Psikologi (Pasal 18)
Tabel 9.5
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat Indonesia (lanjutan)
Ciri Profesi Kode Etik Advokat
Hubungan rekan sejawat a) Memegang teguh rasa solidaritas sesama advokat
dan wajib membela secara cuma -cuma teman
sejawat yang diajukan sebagai tersangka dalam
perkara pidana (Pasal 3d dan 3e)
b) Hubungan antara teman sejawat advokat
berdasarkan sikap saling menghormati,
menghargai, dan memercayai (Pasal 5a)
c) Tidak menggunakan kata-kata tidak sopan atau
yang menyakitkan hati (Pasal 5b)
d) Keberatan terhadap tindakan teman sejawat harus
diadukan kepada Dewan Kehormatan (Pasal 5c)
e) Tidak diperkenankan menarik klien teman sejawat
(Pasal 5d)
f) Advokat baru hanya dapat menerima perkara
setelah menerima bukti pencabutan pemberian
kuasa kepada advokat terdahulu (Pasal 5e)
g) Advokat lama wajib memberikan kepada avokat
yang baru semua surat dan keterangan penting
untuk mengurus perkara itu (Pasal 5f)
Hubungan klien a. Mengutamakan penyelesaian damai dalam
perkara perdata (Pasal 4a)
b. Tidak memberikan keterangan yang dapat
menyesatkan klien (Pasal 4b)
c. Tidak dibenarkan menjamin kepada klien bahwa
perkaranya akan menang (Pasal 4c)
d. Penetapan honor berdasarkan kemampuan klien
(Pasal 4d)
e. Tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-
biaya yang tidak perlu (Pasal 4e)
f. Perhatian yang sama diberikan terhadap perkara
yang diurus secara cuma-cuma (Pasal 4f)
g. Harus menolak mengurus perkara yang tidak ada
dasar hukumnya (Pasal 4g)
h. Wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal
yang menyangkut klien(Pasal 4h)
i. Dilarang melepaskan tugas yang dibebankan
kepadanya pada saat yangtidak menguntungkan
klien atau akan merugikan klien yang tidak dapat
diperbaiki lagi (Pasal 4i)
j. Mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan
kepentingan bersama dua pihak atau lebih apabila
kemudian timbul pertentangan kepentingan
diantara pihak-pihak yang bersangkutan (Pasal 4j)
k. Mempunyai hak retensi terhadap klien tetapi tidak
dapat digunakan apabila dengan retensi itu
kepentingan klien akan dirugikan yang tidak dapat
diperbaiki lagi (Pasal 4k)
Tabel 9.5
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat Indonesia (lanjutan)
Ciri Profesi Kode Etik Advokat
Ø Hubungan lain a. Sebagai profesi mulia, advokat dalam menjalankan
profesinya di bawah perlindungan hukum, undang-
undang, dan kode etik (Pasal 8a)
b) b. Tidak diperkenankan memasang iklan, termasuk
pemasangan papan nama dengan ukuran yang
berlebihan (Pasal 8b)
c) c. Tidak mengadakan kantor cabang di tempat yang
merugikan kedudukan advokat, misalnya di rumah
atau di kantor seorang yang bukan advokat (Pasal 8c)
d) d. Tidak mengizinkan pencantuman namanya di
papan nama, iklan, atau cara lain oleh orang bukan
advokat, tetapi memperkenalkan diri sebagai wakil
advokat (Pasal 8d)
e) e. Tidak mengizinkan karyawan yang tidak berkualitas
untuk mengurus sendiri perkara, memberi nasihat
kepada klien secara lisan atau tertulis (Pasal 8e)
f) f. Tidak memublikasikan diri melalui media massa
untuk menarik perhatian masyarakat mengenai
perkara yang sedang ditanganinya, kecuali untuk
menegakkan prinsip hukum yang wajib diperjuangkan
oleh semua advokat(Pasal 8f)
g) g. Advokat dapat mengundurkan diri dari per yang
diurusnya bila dicapai kesepakatan dengan kliennya
(Pasal 8g)
h) h. Tidak mengizinkan advokat mantan hakim/panitera
menangani perkara di pengadilan yang bersangkutan
selama tiga tahun sejak ia berhenti dari pengadilan
tersebut (Pasal h)
Ø Pengawasan Pengawasan atas pelaksanaan kode etik ini dilakukan
oleh Dewan Kehormatan (Pasal 9)
Hakikat manusia utuh adalah hidup dengan menyeimbangkan pemenuhan EQ, IQ, SQ,
dan PQ. Kesadaran untuk terus-menerus memelihara unsur kompetensi ilmu
pengtahuan dan keterampilan teknis mencerminkan upaya untuk meningkatkan IQ.
Kesadaran untuk menumbuhkan sikap perilaku yang baik dalam menjalankan profesi
sebenarnya sekaligus untuk memupuk EQ, dan SQ. Membangun karakter, prinsip-
prinsip, dan nilai-nilai dasar seperti bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menanamkan integritas, kejujuran, independensi, objektivitas, dan sejenisnya
merupakan fondasi untuk membangun SQ. Melayani klien dengan kompentesi tinggi,
menjaga hubungan harmonis dengan rekan sejawat atas dasar saling menghormati,
mengahargai, dan mempercayai, berbicara sopan dengan siapa pun, merupakan dasar
bagi pembangunan EQ.
Dengan demikian, walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit di dalam setiap kode etik,
seorang profesional yang benar-benar telah mematuhi dan mengikuti kode etik profesi
dalam menjalankan profesinya, sebenarnya disadari atau tidak, ia telah mejalani
kehidupan sebagai manusia seutuhnya.
BAB III
KESIMPULAN
Pedoman kode etik IFAC terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian A berisi prinsip-
prinsip fundamental etika profesi yang berlaku untuk seluruh profesi akuntan dan juga
berisi kerangka konsep untuk menerapkan prinsi-prinsip tersebut, bagian B berisi
penjelasan lebih lanjut mengenai penerapan kerangka konsep dan prinsip-prinsip
fundamental pada bagian A untuk situasi-situasi khusus terutama bagi mereka yang
berpraktik sebagai akuntan publik, dan bagian C berisi penjelasan lebih lanjut
mengenai kerangkan konsep dan prinsip-prinsip fundamental pada bagian A untuk
diterapkan pada situasi-situasi khusus terutama bagi profesi akuntan bisnis (akuntan
manajemen). Pengurus IAI bertekad untuk segera mungkin agar profesi akuntan
Indonesia megadopsi standar teknis dan perilaku yang dikeluarkan oleh International
Federation od Accountants (IFAC).
Tujuan khusus dari setiap organisasi profesi adalah untuk mengembangkan
kompetensi para anggota secara berkelanjutan sekaligus untuk melakukan
pengendalian perilaku para anggotanya dengan berpedoman pada kode etik yang
telah disepakati bersama. Salah satu contoh kode etik yaitu Kode Etik Badan
Pemeriksa Keuangan Reupblik Indonesia (BPK-RI) yang dituangkan dalam Peraturan
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007.
Dengan demikian, walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit di dalam setiap kode etik,
seorang profesional yang benar-benar telah mematuhi dan mengikuti kode etik profesi
dalam menjalankan profesinya, sebenarnya disadari atau tidak, ia telah mejalani
kehidupan sebagai manusia seutuhnya.
BAB IV
REFERENSI
Aero’s, R. 2018. PRINSIP DAN KODE ETIK DALAM BERBISNIS, diakses dari
https://www.academia.edu/7198074/PRINSIP_DAN_KODE_ETIK_DALAM_BISNIS.
[Diakses pada 29 Oktober 2020].