Anda di halaman 1dari 46

Kode Etik Profesi Akuntan Menuju Era Global dan Kode Etik Profesi Lainnya

Tugas Mata Kuliah

Etika Bisnis dan Profesi

Oleh:

1. Ananda Febrina Choirunnisak (190810301058)


2. Dewi Ainun Fauziah (190810301085)
3. Aji Wulan Rahayu (190810301159)

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Jember

2020
BAB I

PENDAHULUAN

Era globalisasi pada saat ini banyak terjadi kasus pelanggaran etika, dimana
pelanggaran ini terjadi hampir pada setiap kalangan, baik kalangan atas, menengah
maupun kalangan bawah. Pelanggaran-pelanggaran etika yang terjadi tentunya
sangat beragam baik dari hal yang sepele misalnya seperti membuang sampah
sembarangan, hal ini telah termasuk kedalam kategori pelanggaran etika terhadap
lingkungan yang tentunya berdampak besar bagi masyarakat itu sendiri, hingga
pelanggaran-pelanggaran besar misalnya kasus korupsi, suap, nepotisme dan
sebagainya yang telah marak saat ini, dan sudah bukan menjadi rahasia umum bahwa
setiap pelanggaran tentu saja memiliki dampak yang dapat merugikan semua pihak

Pelanggaran-pelanggaran etika juga dapat terjadi pada suatu profesi,oleh karena


itu setiap profesi tentunya memiliki sebuah etika yang harus dipatuhi, dengan adanya
sebuah etika maka setiap tindakan dan perbuatan dapat dikontrol sehingga dapat
membedakan hal yang harus dilakukan maupun hal yang harus dihindarkan agar
setiap tindakan dan perbutan yang dilakukan tidak sewenang-wenang. Etika sangat
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, dimana kebiasaan-kebiasaan baik
tersebut akan melahirkan etika yang baik pada diri seseorang karena etka berkaitan
dengan nilai-nilai, tatacara hidup yg baik, aturan hidup yg baik dan segala kebiasaan
yg dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke
generasi yang lain sehingga dimanapun dia berada tentunya dapat bersosialisasi
dengan baik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tantangan Provesi Akuntan Global

Komunikasi telah ikut mendorong perkembangan ekonomi menuju penyatuan


sistemekonomi global. Penyatuan sistem ekonomi global ini makin mendorong
tumbuhnyaperusahaan multinasional yang beroperasi melampaui batas-batas suatau
Negara.Berbagai kesepakatan dan kerja sama politik yang dicapai oleh para pemimpin
Negara-negara di dunia antara lain perjanjian ASEAN, APEC, Uni Eropa (European
Union-EU), danterkahir perjanjian WTO, makin mendorong kea rah penyatuan sistem
ekonomi dunia.Pada abad ke-20, dapat dikatakan ada tiga aliran akuntansi dan audit
yang dominanditerapkan oleh perusahaan atau organisasi, yaitu:

1) Sistem Anglo-Saxon yang dimotorioleh AS;


2) sistem continental yang berlaku di Belanda, Jerman, dan beberapa
NegaraEropa lainnya; dan
3) sistem yang berlaku di Inggris dan Negara-negara persemakmuran.

Perbedaan sistem dan prinsip akuntansi serta audit ini tentu saja sangat
menyulitkanperusahaan multinasional-perusahaan yang telah beroperasi melampaui
batas wilayahNegara-untuk menyusun laporan keuangan gabungan atau laporan
keuangan konsolidasisebagai satu kesatuan entitas.

Memasuki abad ke-21, profesi akuntan di dunia tercoreng oleh berbagai skandal
dibidang akuntansi dan audit yang sangat merusak citra profesi akuntan itu sendiri.
Bagaitersentak, pemerintah, badan pengatur profesi, dan organisasi profesi akuntan
mulaimenyadari pentingnya upaya penegakan dan pengembangan standar kode etik
profesi yanglebih ketat, di samping upaya untuk mengembangkan standar teknis audit
dan akuntansi itusendiri. Kelambatan dan kesulitan dalam mengembangkan standar
teknis audit, akuntansi dan kode etik profesi akuntan global, antara lain disebabkan
oleh banyaknya pihak yang berkepentingan dan banyaknya badan/lembaga yang
merasa punya otoritas untuk mengembangkan, membina, dan mengawaso profesi
akuntan itu sendiri.
Pihak-pihak, badan, atau lembaga yang selama ini berkaitan langsung dengan
profesiakuntansi, antara lain:

a. Pemerintah dan Lembaga Legeslatif melalui produk peraturan dan perundang-


undangan
b. Badan pengatur/otoritas pasar modal (Bapepam LK, BEI, SEC, NYSE, dan lain-
lain)
c. Organisasi profesi akuntan di masing-masing negara (IAI, IAPI, AICPA, AAA,
CICA,IMA, dan lain-lain)d.Badan atau Organisasi mandiri Internasional (IFAC
dan IASB)e.Para pemakai/pengguna laporan keuangan dan sebagainya

Meskipun mengalami banyak hambatan, diharapkan melalui kesadaran


semuapihak tentang pentingnya standar akuntansi, audit, dank ode etik bertaraf
internasional,serta melalui berbagai bentuk kerja sama untuk meningkatkan citra
profesi akuntan sedunia,dapat segera dihasilkan dan disepakati bersama prinsip dan
standar audit, akuntansi, dankode etik profesi yang berlaku sama di seleuruh du

B. Kode Etik Profesi Akuntan di AS

Dikatakan oleh Duska dan Duska (2005), sedikitnya ada enam manfaat dari kode
etik profesi,yaitu:

1. Dapat memberikan motivasi melalui penggunaan tekanan dari rekan sejawat


(peer pressure) dengan memelihara seperangkat harapan perilaku yang diakui
umum yang harus dipertimbangkan dalam proses keputusan.
2. Dapat memberikan pedoman yang lebih stabil tentang benar atau salah
daripada mengandalkan kepribadian manusiawi atau keputusan yang selalu
bersifat ad hoe.
3. Dapat memberikan tuntunan, terutama dalam menghadapi situasi yang abu-
abu (ambiguous situational).
4. Kode etik tidak saja dapat menuntun perilaku karyawan (employees), namun
dapat juga mengawasi kekuasaan otokrasi atasan (employers).
5. Kode etik dapat merinci tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri.
6. Kode etik sebenarnya untuk kepentingan bisnis itu sendiri, kalau bisnis tidak
mau mengewasi perilaku dirinya sendiri, maka pihak lain yang akan bertindak.

Ada dua organisasi profesi akuntan yang berpengaruh di AS yang telah


memberikan kontribusi bagi penyusunan kode etik profesi akuntan, yaitu American
Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dan Institute of Management
Accountants (IMA). Kode etik AICPA lebih ditujukan untuk para akuntan yang
berpraktik pada kantor akuntan publik, sedangkan kode etik IMA lebih ditujukan bagi
para akuntan yang berprofesi sebagai akuntan manajemen di suatu organisasi
perusahaan.mengawasinya.

Tabel 8.1
Ringkasan Prinsip-Prinsip dan Aturan Etika AICPA

Prinsip – Prinsip
1. Tanggung Jawab : Dalam menjalankan tanggung jawab sebagai seorang profesional,
anggota harus menjalankan perimbangan moral dan profesional secara sensitif
( Artikel I )
2. Kepentingan Publik : Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak
sedemikian rupa demi melayani kepentingan publilk, menghormati kepercayaan
publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme ( Artikel II )
3. Integritas : Untuk memelihara dan memperluas keyakinan publik, anggota harus
melaksanakan semua tanggung jawabprofesional dengan rasa integritas tertinggi
( Artikel III )
4. Objektivitas dan Independensi : Seorang anggota harus memiliki objektivitas dan
bebas dari konflik kepentingan dalam menunaikan tanggung jawab profesional.
Seorang anggota dalam praktek publik seharusnya menjaga independensi dalam
fakta dan penampilan saat memberikan jasa auditing dan atestasi lainnya ( Artikel
IV )
5. Kehati-hatian ( due care ) : Seorang anggota harus selalu mengikuti standar-standar
etika dan teknis profesi, terdorong untuk secara terus-menerus mengembangkan
kompetensi dan kualitas jasa, dan menunaikan tanggung jawab profesional sampai
tingkat tertinggi kemamkkkkpuan anggota yang bersangkutan ( Artikel V )
6. Ruang Lingkup dan sifat Jasa : Seorang anggota dalam praktik praktik publik harus
mengikuti Prinsip-prinsip Kode Perilaku Profesional dalam menetapkan ruang
Lingkup dan sifat jasa yang diberikan ( Artikel VI )
Aturan Etika Interpretasi/Isu Penting yang Cukup :
101 Independensi  Akan dipengaruhi oleh beragam transaksi,
hubungan, dan kepentingan, termasik :
kepentingan finansial yang materi dan
langsung, pelaksanaan jasa non-atestasi
tertentu, investasi bersama, pinjaman,
hubungan keluarga, jabatan resmi-seperti
direktur, pejabat, pegawai, promotor,
penjamin, trustee, peminjam ( kecuali untuk
persyaratan normal dari lembaga keuangan
untuk mobil, rumah tangga, karu kredit ) dan
ancaman litigasi.
102 Integritas dan Objektivitas  Tidaka ada konflik kepentingan
 Tidak salah saji pelaporan ketentuan untuk
menghindari subordinasi penelitian
201 Standar Umum  Kompetensi Profesional
 Kehati-hatian profesional
 Perencanaan dan Supervisi
 Data relevan yang memadai
202 Kesesuaian dengan Standar  Keharusan jika jasa meliputi auditing, review,
kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan,
atau jasa profesional lainnya.
203 Prinsip Akuntansi  Tidak ada penyimpangan dan Prinsip-prinsip
Akuntansi Berterima Umum. Bila
penyajiannya menimbulakan salah pengertian,
maka harus dinyatakan mengapa diperlukan
penyimpangan dan apa pengaruhnya –
diotorisasi oleh pernyataan FASB, GASB,
FASAB.
301 Informasi Klien Rahasia  Tidak boleh diungkapkan tanpa persetujuan,
kecuali untuk perkara pengadilan atau CPA
Proceeding
 Tidak boleh digunakan untuk kepentingan
pribadi
302 free Kontinjen  Tidak diperbolehkan untuk audit, review,
Kompilasi, Pemeriksaan informasi keuangan
prospektif, perhitungan pajak, dan klaim
restitusi pajak beberapa pengecualian
diberikan daftarnya.
501 Tindakan Mendiskreditkan  Tidak diperbolehkan : diskriminasi,
kekerasan, penyimpangan dari setandar
pemerintah, ketidak pedulian.
502 Advertensi dan Solisitasi  Tidak boleh memalsukan, menyesatkan,
menipu, memaksa, upaya berlebihan, atau
dengan kekerasan.
503 Komisi dan Free Rujukan  Tidak diperbolehkan untuk audit, review,
Kompilasi, Pemeriksaan informasi keuangan
prospektif, kecuali memerlukan
pengungkapan.
505 Bentuk dan Nama Organisasi  Diizinkan kepemilikan minoritas non-CPA,
asal tanggung jawab akhir tetap pada anggota
CPA, secara finansial dan lainnya untuk
pekerjaan atestasi yang dilakukan untuk
melindungi kepentingan publik, tetapi tidak
boleh di luar CPA, danharus mengikuti kode
etik CPA.

C. Kode Etik Profesi Akuntan di beberapa Negara di Luar AS

Ada banyak contoh kode etik profesi akuntan yang berlaku di banyak Negara.
Beberapa kode etik yang berlaku di beberapa Negara, seperti AS, Inggris, Jerman,
Kanada, dan Australia tidak banyak berbeda. Berikut ini salah satu ringkasan etika
yang berlaku di Kanada yang juga dikutip dari buku yang ditulis oleh Brooks (2007).
Ringkasan kode etik ini dapat dilihat pada Tabel 8.2

Tabel 8.2
Ringkasan Kode Etik Profesi Akuntan Kanda

Pendahuluan Meliputi Filosofi yang melandasi Aturan yang


mengikat tanggung jawab seorang Chartered
Accountant.
Karakter seorang profesional Delapan unsur, termasuk subordinasi
kepentingan pribadi atas kepentingan publik.
Prinsi-prinsip yang mengatur perilaku  Berasal dari kepercayaan publilk atas
anggota dan mahasiswa kewajaran laporan keuangan dan nasihat
yang kompeten atas berbagai masalah
bisnis.
 Memelihara reputasi, baik profesi maupun
kemampuannya untuk melayani
kepentingan publik.
 Menjalankan integritas, kehati-hatian,
kompetensi profesional yang cukup, dan
mematuhi berbagai peraturan.
 Tidak ada pengaruh, kepentingan, atau
hubungan yang dapat mencederai penilai
profesional atau objektivitas, atau kasan
demikian dari pengamat yang berkala
sehat.
 Kewajiban tuntuk merahasiakan dan tidak
memanfaatkan informasi yang berkaitan
dangan unsur klien.
 Pengembangan praktik berdasarkan
keunggulan profesional, bukan atas dasar
promosi pribadi.
 Menunjukan rasa hormat dan
pertimbangan dalam berhubungan dengan
rekan sejawat.
 Memperhatikan kewajiban fidusia dan
kewajiban profesional yang diperlukan.
Prinsip-prinsip yang mengatur  Menciptakan, memelihara, serta
tanggung jawab firma mempertahankan kebijakan dan prosedur
yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
 Kegagalan dalam mematuhi peraturan
akan memicu sanksi untuk firma secara
keseluruhan atau untuk partner yang
mengetahui dan yang bertanggung jawab.
Karakter pribadi dan kode etik  Mengikuti Prinsip-prinsip dan Aturan
Etika, perilaku terhormat melampaui
larangan-larangan tertulis.
Penerapan Aturan Etika  Untuk semua anggota yang berpraktik
sebagai akuntan publik, dan/atau di mana
publik dan/atau asosiasi mengandalkan
individu berdasarkan keanggotaannya di
ICAO.
 Kepada kebukan anggota yang diawasi
oleh atau bersekutu dengan anggota.
 Di dalam yurisdiksi di luar Ontario,
anggota harus menghormati peraturan
lokal, tetapi tidak menjelekkan ICAO.
Interpretasi Aturan Etika  Aturan Etika haru diinterprestasikan
sejalan dengan persoalan yang
dikemukakan pada Pendahuluan.
Aturan Etika Interprestasi/Isu yang Diliput :
Umum :
101 Kepatuhan terhadap hukum dan  Bersifat “mandatory”, berlaku juga untuk
peraturan mahasiswa.
102 Tuduhan kriminal atau serangan  Bisa berakibat dituntut karena melanggar
sejenis kode perilaku profesional
102.2. Melaporkan penghentian  Pemberitahuan secara tegas setiap ada
sementara ( suspensi) karena penghentian sementara.
pertimbangan disiplin
103 Tidak dikaitkan dengan salah siji  Pada surat, laporan, pernyataan, atau
representasi, atau dikaitkan dengan
kandidat sebagai mahasiswa atau anggota.
104 Harus secara tertulis dalam
melakukakan koresponden dengan
Institut
Setandar-setandar yang memengaruhi
kepentingan Publik;
201 Memelihara reputasi baik profesi  Selamanya, baik anggota maupun
dan kemampuan melayani publik mahasiswa.
 Pelanggaran diluar yurisdiksi Kanada
dapat menyeret ICAO.
 Dukungan terhadap persyaratan.
202 Integritas dan kehati-hatian
203 Memelihara kompetensi
propesional
203.2. Kerja sama dalam  Harus bekerja sengan petugas yang
pemnyelidikan dan investigasi ditunjuk Institut dalam melaksanakan
penyelidikan atau investigasi perilaku
profesional.
204 Independensi dan objektivitas  Mereka yang memberikan opini atas
laporan keuangan atau dalam penugasan
tentang ancaman ketidak mampuan (
insolvency ) harus dari pengaruh,
kepentingan, atau hubungan yang dapat
mencederai penilaian profesional atau
objektivitas, atau ada kesan seperti itu.
 Harus ada pengungkapan tulis atas
segalasesuatu yang dianggap dari sedut
pengamat berakal sehat mencederai
independensi dengan objek.
205 Pernyataan palsu atau  Tidak dikaitkan meskipun bila pendapat
menyesatkan disclaimer diberikan.
 Meliputi surat-menyurat, laporan,
representasi, pernyataan, laporan
keuangan, baik lisan maupun tertulis.
 Meliputi penghilangan, salah saji materi,
dan ketidaktahuan.
206 Kepatuhan dengan Standar  Dengan prinsip akutansi berterima umum
Profesional dan standar auditing berterima umum yang
di tetapkan oleh buku pedoman CICA.
207 Tiak ada imbalan yang tidak  Dari klien atau atasan.
diorientasi
208 Memelihara kerahsiaan informasi  Tidak ada pengungkapan kecuali seizin
tentang urusan klien dan sepengetahuan klien, atau kalau
diwajibkan oleh otoritas penegak hukum,
pengadilan, atau Komite Kode Etik
Profesional.
 Tidak boleh menyalah gunakan untuk
keuntungan pribadi, keuntungan pihak
ketiga, atau merugikan klien.
 Tanggung jawab untuk agen
subkontraktor.
210 Konflik kepentingan  Bertanggung jawab untuk mencegah
sebelum menerima pengikat tugas.
 tidak boleh ada tugas yang mengandung
konflik kepentingan (pribadiversus klien,
atau klien versus klien) oleh anggota,
mahasiswa, atau firma, kecuali semua
pihak terpengaruh diberitahu dan
mengizinkan.
211 Kewajiban melaporkan  Tentang aturan Etika.
pelanggaran anggota mahasiswa,  Tentang setiap informasi yang
pelamar, atau firma menimbulkan keaguan menyangkut
kompetensi, reputasi, atau integritas.
 Kecuali ada pengecualian, atau akan
melanggar kewajiban status, atau
privelege pencari klien, dan sebagainya.
212 Menangani dan trust dan  Sesuai dengan peraturan
kekayaan lain  Pemisahan dan pencatatan
213 Tidak boleh ada kegiatan yang  Asosiasi orang-orang, nama, atau jasa-jasa
melanggar hukum
214 Penawaran free  Hanya bila diminta oleh klien dan setelah
memperoleh informasi yang memadai
tentang penugasan.
215 Fee kontinjen  Tidak diizinkan, kecuali untuk perikatan
insolvency, atau dalam kondisi yang sangat
spesifik
216 Tidak ada fee rujukan atau  Tidak diperbolehkan, kecuali dalam
kompensasi penjualan atau pembelian suatu praktik
akutansi.
217 Pembatas advertensi  Advertensi tidak boleh bohong atau
menyesatkan, mengandung selera rendah,
bertentangan dengan keagungan
profesional, mencerminkan kesan tidak
baik tentang kompetensi atau integritas,
dan memasukkan pernyataan yang tidak
substantif
 Tidak boleh memburu klien
 Dukungan dimungkinkan dalam kondisi
yang ketat, dan setelah melalui investigasi
yang cukup
218 Penahanan dokumen dan kertas  Untuk periode waktu yang masuk akal
kerja
Hubungan dengan anggota atau firma
sejawat dan perikatan dengan non
anggota dalam akuntansi publik
302 Penerimaan penugasan bila ada  Tidak dibolehkan tanpa menanyakan
auditor penanggung jawab sebelumnya auditor sebelumnya jika ada hal hal yang
harus dipertimbangkan
 Diperlukan respons dari auditor
sebelumnya, penipuan harus dilaporkan
bila ada kecurigaan
303 Kerjasama dengan pengganti  Diperlukan jika ada permintaan tertulis
304 Penugasan bersama  Melaksanakan kerja sama dan beberapa
kewajiban
 Harus menasehati akuntan lain tentang
kegiatannya
305 Komunikasi penugasan khusus  Harus berkomunikasi dengan auditor
dengan auditor sebelumnya sebelumnya, kecuali klien telah membuat
permintaan tertulis sebelum perikatan
dimulai
306 Tanggung jawab dalam penugasan  Tidak boleh ada tindakan yang
khusus mencemarkan posisi akuntan lainnya
 Tidak boleh ada jasa yang melebihi
perjanjain rujukan awal, kecuali ada
kesepakatan dengan anggota yang merujuk
Organisasi dan perilaku seorang
praktisi profesional
401 Nama kantor  Setera yang baik, disetujui oleh institusi ,
tidak menyesatkan, atau memuji diri
404 langgung jawab yang membawa  Akuntan publik harus menggunakan
corak mode tertentu , operasi kantor "Chartered Accountant (s)” atau “Public
Accountant (S)”
 Kantor harus di bawah tanggung jawab
seorang yang berliseni akuntan publik
yang umumnya hadir
 Kantor tidak boleh beroperasi paruh waktu
, kecuali diizinkan oleh peraturan
 Tidak bisa menggunakan “Chartered
Accountants” jika seorang non-CA
mempunyai suatu kepentingan kekayaan.
405 Asosiasi dengan firma-firma  Hanya jika paling sedikit satu partner
adalah seorang Chartered Accountant
406 Tanggung jawab untuk non -  Akuntan publik bertanggung jawab atas
anggota kegagalan non-anggota dalam mematuhi
Kode Etik
407 Bisnis dan praktik terkait  Kode Etik diterapkan

408 Asosiasi dengan non-anggota  Hanya jika memelihara reputasi profesi


dalam praktik umum yang baik dan mematuhi kode etik.
409 Kantor perwakilan  Tidak dijalankan jika seorang anggota
hanya diwakili oleh seorang bukan
anggota/firma, atau sebaliknva
410 Praktik akuntan publik berbentuk  Dilarang, kecuali dalam kondisi khusus-
Perseroan merujuk pada kode etik terkini.
Aturan yang berlaku bagi firma
501 Pendirian , pemeliharaan  Harus memiliki yang dipandang perlu
502 dan penegakan kebijakan dan menurut Aturan Kode Etik
prosedur  Dan segala sesuatu yang diperlukan untuk
mematuhi kompetensi dan kode perilaku
anggota firma
503 Asosiasi dengan Firma  Hanya jika paling sedikit satu partner dari
firma lain adalah Chartered Accountant.

D. Sarbans-Oxley Act

Badai skandal keuangan yang mempertontonkan pelanggaran etika secara


nyatayang dilakukan oleh para eksekutif puncak perusahaan public multinasional yang
berkantorpusat di AS yang juga melibatkan profesi akuntan public ternama, sempat
menggoncangbursa saham dan perekonomian AS. Akibat berbagai skandal ini,
pemerintah dan lembagalegislative AS segera mengeluarkan undang-undang yang
sangat terkenal dengan nama Sarbanes-Oxley Act (SOX).

Tabel 8.3.
Ringkasan Sarbanes-Oxley Act 2002 dan Dampaknya
1. Sarbanes Oxley Act 2002 ditujukan untuk memberikan kejelasan dan kepastian tentang
beberapa isu yang sering diperdebatkan:
1.1. Membentuk dewan pengawas independen ( Public Company Accounting Oversight
Board) yang betugas sepenuhnya untuk mengawasi pelaku pasar modal. Dewan ini
akan diawasi oleh SEC.
1.2. Menetapkan tanggung jawab baru terhadap komite audit dan pejabat perusahaan.
1.3. Menetapkan beberapa aturan atau keharusan baru untuk pelaporan perusahaan .
1.4. Mendefinisikan jasa non-audit yang dapat diberikan oleh kantor akuntan publik
kepada audit klien.
1.4.1. Melarang kantor akuntan publik melakukan delapan jenis non-jasa audit
kepada klien audit, (sebagian besar telah dieliminasi tahun-tahun
sebelumnya), termasuk: pembukuan , desain dan implementasi sistem
informasi keuangan, jasa penilai , serta jasa aktuaris. Outsourcing jasa
internal audit, fungsi manajemen atau sumber daya manusia, serta broker-
pialang. Penasihat investasi atau jasa investment banking, jasa hukum, dan
jasa profesional lainnya yang tidak berhubungan dengan audit
1.4.2. Jasa non-audit yang dilarang tersebut akan efektif berlaku pada tahun 2003.
1.4.3. Mengizinkan pemberian jasa lainnya dengan persetujuan terlebih dahulu dan
kom1te audit (dewan berhak menetapkan jasa non-audit lainnya yang tidak
dapat diberikan).
1.5. Memperberat hukuman atas kecurangan (fraud) yang dilakukan perusahaan .
1.6. Mengharuskan adanya peraturan yang mengatur benturan kepentingan .
1.7. Meningkatkan tanggung jawab dan anggaran SEC secara signifikan
2. Sarbanes-Oxley Act memerlukan interpretasi melalui proses aturan SEC dan Public
Company Accounting Oversight Board.

DAMPAK SARBANES-OXLEY ACT 2002


1. TERHADAP MANAJEMEN
1.1. Mengharuskan adanya sertifikasi CEO/CFO atas laporan berkala yang disampaikan
ke SEC.
1.2. Laporan Internal Control
1.2.1. Setiap laporan tahunan harus melampirkan laporan dari manajemen mengenai
penaksiran internal control.
1.2.2. .Auditor independen diharuskan untuk melakukan atestasi dan melaporkan
penaksiran manajemen.
1.3. Pengungkapan baru yang diharuskan:
1.3.1. Terhadap keharusan bagi direktur, pejabat perusahaan, dan pihak yang
memiliki saham perusahaan dengan jumlah minimum 10 % untuk
menyampaikan perubahan ekuitas yang dimiliki.
1.3.2. Pelaporan performa tidak menyesatkan dan direkonsiliasi dengan hasil
GAAP.
1.3.3. Pengungkapan tambahan untuk keuangan off-balance-sheet dan kontinjensi .
1.3.4. Pengungkapan oleh perusahaan secara "real time".
1.4. Reformasi Corporate Governance :
1.4.1. Pelaporan keuangan sesuai dengan undang-undang pasar modal.
1.4.2. Surat pemberitahuan pajak perusahaan disarankan untuk ditandatangani oleh
CEO.
1.4.3. Pembatasan perdagangan selama "pension fund blackout periods".
1.5. Meningkatkan tinjauan atas penyampaian (fillings) oleh SEC.
2. TERHADAP KOMITE AUDIT
2.1. Interaksi dengan auditor-komite audit bertangung jawab secara langsung
mengenai penunjukan, persetujuan terlebih dahulu, kompensasi, dan pengawasan
akuntan publik, termasuk penyelesaian perselisihan antara manajemen dan auditor
sehubungan dengan pelaporan keuangan.
2.2. Independensi dan keahlian komite audit: .
2.2.1. Anggota komite audit independen (misalnya: tidak boleh menerima
konsultasi atau kompensasi dari perusahaan melebihi yang dibayarkan
kepada dewan direksi dan anggota komite, atau berafiliasi/anak perusahaan).
2.2.2. Ahli keuangan-komite audit harus mengungkapkan apakah di dalam komite
audit terhadap sedikitnya satu anggota keuangan.
2.3. Keluhan dan saran-Komite audit diharuskan menyusun prosedur untuk:
2.3.1. Menerima, menyimpan, dan menindaklanjuti keluhan yang diterima oleh
perusahaan sehubungan dengan akuntansi, internal contral, dan audit.
2.3.2. Menerima kritik yang disampaikan secara rahasia dan tanpa nama oleh
karyawan perusahaan sehubungan dengan akuntansi dan audit yang
dipertanyakan.
2.4. Persetujuan terdahulu .
2.4.1. Semua jasa yang diberikan oleh auditor, baik audit atau non-audit, harus
terdahulu memperoleh persetujuan. Persetujuan terdahulu atas semua jasa
non-audit harus diungkapkan oleh komite audit.
2.4.2. Semua jasa non-audit, kecuali yang dilarang dalam Sarbanes-Oxley Act,
dapat dilakukan oleh kantor akuntan publik . dengan persetujuan terdahulu
dari komite audit.
3. TERHADAP AKUNTAN PUBLIK
3.1. Membentuk Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) yang
bertujuan untuk mengawasi audit atas perusahaan publik dan melindungi
kepentingan investor.
3.2. Melarang jasa nonaudit- Secara spesifik, hukum telah melarang KAP untuk
melakukan delapan jasa non-audit.
3.3. Perputaran partner-Pemimpin (lead) atau coordinating partner audit atau
concurring reviewer tidak dapat memberikan jasa audit kepada klien yang sama
selama lebih dari lima tahun berturut-turut.
3.4. Laporan kepada komite audit-Auditor diharuskan untuk melaporkan kepada
komite audit tentang semua kebijakan akuntansi yang berlaku, perlakuan
informasi keuangan, dan informasi penting lainnya yang telah didiskusikan
dengan manajemen.
3.5. Penugasan auditor-Dibutuhkan satu tahun "cooling-·off period"
3.6. Studi tentang kewajiban perputaran kantor akuntan publik akan dilakukan oleh
General Accounting Office (GAO).

E. Kode Etik Profesi Akuntan: International Federation of Accountants (IFAC)

Pada bulan Juni 2005, organisasi profesi IFAC telah menerbitkan kode etik secara
lengkap dan sangat rinci. Pedoman kode etik ini tersiri atas tiga bagian: Bagian A berisi
prinsip-prinsip fundamental Etika Profesi yang berlaku untuk seluruh profesi akuntan
dan juga berisi kerangka konsep untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut; Bagian B
berisi penjelasan lebih lanjut mengenai penerapan kerangka konsep dan prinsip-
prinsip fundamental pada bagian A untuk situasi-situasi khusus, terutama bagi mereka
yang berpraktik sebagai akuntan publik; dan bagian C berisi penjelasan lebih lanjut
mengenai kerangka konsep dan prinsip-prinsip fundamental pada bagian A untuk
diterapkan pada situasi-situasi khusus, terutama bagi profesi akuntan bisnis (akuntan
manajemen).

 Struktur dan Kerangka Dasar Kode Etik IFAC

Misi dari Internasional of Accountants sebagaimana dicantumkan dalam konstitusinya


adalah “mengembangkan dan menyempurnakan profesi akuntansi secara global
dengan standar-standar yang harmonis sehingga dapat memberikan pelayanan
dengan kualitas tinggi secara konsisten untuk kepentingan public”. (IFAC Code of
Ethics for Professional Accountants, Juni 2005). Sebagaimana dikatakan oleh Boorks
(2007), kode etik yang ditetapkan oleh IFAC memberikan perlakuan terkini tentang
ketentuan yang berkaitan dengan independensi dan konflik kepentingan. Oleh karena
misi IFAC adalah melakukan harmonisasi standar diantara negara-negara anggota
IFAC di masa mendatang, maka sangat pantas bila kode etik IFAC ini mendpat
perhatian yang sungguh-sungguh. Indonesia sendiri melalui organisasi profesi IAI telah
mencanangkan tekadnya untuk mengadopsi standar teknis dan kode etik yang
tetapkan oleh IFAC selambat-lambatnya tahun 2012. Untuk lebih memahami kode etik
yang ditetapkan oleh IFAC ini, maka Boorks (2007) memberikan pendekatan cara
memahami filosofi kode etik IFAC sebagai berikut:

1. Memahami struktur kode etik.


2. Memahami kerangka dasar kode etik untuk melakukan penilaian yang bijak.
3. Proses menjamin independensi pikiran (independence in mind) dan
independensi penampilan (independence in appearance).
4. Pengamanan untuk mengurangi risiko situasi konflik kepentingan.

Kerangka dasar kode etik IFAC dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ciri yang membedakan profesi akuntan yaitu kesadaran bahwa kewajiban


akuntan adalah untuk melayani kepentingan publik.
2. Harus dipahami bahwa tanggungjawab akuntan tidak secara eklusif hanya
melayani klien (dari sudut pandang akuntan publik), atau hanya melayani
atasan (dari sudut pandang akuntan bisnis), melainkan melayani kepentingan
public dalam arti luas.
3. Tujuan (objective) dari profesi akuntan adalah memenuhi harapan
profesionalisme, kinerja, dan kepentingan publik.
4. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan empat kebutuhan dasar, yaitu
kredibilitas, profesionalisme, kualitas jasa tertinggi, dan kerahasiaan.
5. Keseluruhan hal tersebut hanya dapat dicapai bila profesi akuntan dilandasi
oleh prinsip-prinsip perilaku fundamental, yang terdiri atas integritas,
objektivitas, kompetensi professional dan kehati-hatian, kerahasiaan, perilaku
profesional, dan standar teknis.
6. Namun, prinsip-prinsip fundamental pada butir (5) hanya dapat diterapkan jika
akuntan mempunyai sikap independen, baik independensi dalam pikiran
(independence in mind) maupun independen dalam penampilan (independence
in appearance).
Struktur Kode Etik IFAC

Kebijakan kepada Masyarakat Pelayanan Kepnetingan Publik


Objektif:
Memenuhi Harapan Profesionalisme, Kinerja, dan Kepentingan Publik.
Kebutuhan Dasar:
Kredibilitas, Profesionalisme, Jasa Kualitas Tertinggi, Kerhasiaan.
Prinsi-Prinsip Fundamental: Integritas, Objektivitas, Kompetensi Profesional,
dan Kehati-hatian, Perilaku Profesional, dan Standar Teknis.

Karangka Dasar Kode Etik IFAC

1. Melindungi Kepentingan Publik


2. Jasa Profesional kepada Klien

Penilaian

Skeptime
Integritas Objektivitas
Profesional

Indepedensi Pikiran dan Penampilan

Proses Menjamin Indepedensi Pikiran dan Indepedensi Penampilan

Identifikasi dan evaluasi Eliminasi ancaman atau kurangi


keadaan dan hubungan yang sampai ke tingkat yang dapat
diterima dengan:
menciptakan ancaman
terhadap indepedensi: Menerapkan Pengamanan
Profesi
Review Diri
Legislasi
Advokasi
Regulasi
Kekraban Di dalam Klien

Intimidasi Di dalam Firma

Konsep-konsep yang memerlukan penjelasan antara lain:


1. Prinsip-Prinsip Fundamental Etika.
2. Independensi.
3. Ancaman Terhadap Independensi.
4. Pengamanan Terhadap Ancaman Independensi.

Pengaman untuk Mengurangi Risiko Situasi Konflik Kepentingan

 Pengamanan melalui Profesi, Legislasi dan Regulasi.


 Persyaratan pendidikan, pelatihan dan pengalaman.
 Standar professional, pemantauan, dan proses disiplin.
 Pendidikan berkelanjutan.
 Review eksternal atas sistem control kualitas Firma.
 Legislasi yang berhubungan dengan ketentuan independensi Firma.
IFAC Code, 8.37
 Pengamanan di dalam Klien.
 Penunjukan auditor disetujui oleh pihak selain manajemen.
 Klien mempunyai saraf yang kompeten untuk mengambil keputusan.
 Prosedur internal untuk menjamin pilihan objektif dalam mengawasi
perikatan bukan penjaminan (nonassurance engagement)
 Suatu struktur tata kelola perusahaan, seperti komite audit, yang dapat
memberikan pandangan dan komunikasi mengenai jasa yang diberikan
firma.
IFAC Code, 8.38
 Pengamanan yang menyangkut sistem dan prosedur di dalam firma.
 Kepemimpinan yang menekankan pentingnya idependensi dan harapan
jasa/tindakan demi kepentingan publik.
 Kebijkan dan prosedur untuk mengimplementasikan dan memantau
pengawasan atas perikatan penjaminan.
 Kebijakan independensi yang terdokumentasi menyangkut identifikasi
dan evaluasi atas ancaman independensi ; penerapan pengamanan
untuk mengeliminasi atau mengurangi ancaman sampai tingkat yang
dapat diterima.
 Kebijakan dan prosedur untuk memantau dan mengelola kenadalan
pendapatan dari satu klien tunggal penjaminan.
 Memanfaatkan partner dengan garis pelaporan terpisah untuk
memberikan jasa bukan penjaminan (nonassurance servic) kepada
klien penjaminan (assurance client).
IFAC Code, 8.41.2
 Prinsip-Prinsip Fundamental Etika

Prinsip-prinsip fundamental etika terdiri atas:

a. Integritas. Seorang akuntan professional harus bertindak tegas dan jujur dalam
semua hubungan bisnis dan profesionalnya.
b. Objektivitas. Seorang akuntan professional seharusnya tidak boleh membiarkan
terjadinya bias, konflik kepentingan atau di bawah pengaruh orang lain
sehingga mengesampingkan pertimbangan bisnis dan profesional.
c. Kompetensi professional dan kehati-hatian. Seorang akuntan professional
mempunya kewajiban untuk memelihara pengetahuan dan keterampilan
professional secara berkelanjutan pada tingkat yang diperlukan untuk menjamin
seorang klien atau atasan menerima jasa professional yang kompeten yang
didasarkan atas perkembangan praktik, legislasi dan teknik terkini. Seorang
akuntan professional harus bekerja secara tekun serta mengikuti standar-
standar professional dan teknik yang berlaku dalam memberikan jasa
professional.
d. Kerahasiaan. Seorang akuntan professional harus menghormati kerahasiaan
informasi yang diperolehnya sebagai hasil dari hubungan professional dan
bisnis serta tidak boleh mengungkapkan informasi apapun kepada pihak ketiga
tanpa izin yang benar dan spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum atau
terdapat hak professional untuk mengungkapnya. Informasi rahasia yang
diperoleh dari hasil hubungan bisnis dan professional tidak boleh digunakan
untuk keuntungan pribadi akuntan professional atau pihak ketiga.
e. Perilaku professional. Seorang akuntan professional harus patuh pada hukum
dan perundang-undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang
dapat mendiskreditkan profesi.
 Independensi

Sebagaimana telah diketahui, ada dua jenis independensi yang dikenal, yaitu
independensi dalam fakta dan independensi dalam penampilan. Untuk independensi
dalam fakta, IFAC menggunakan istilah lain, yaitu independensi dalam pikiran.
Independensi dalam pikiran adalah suatu keadaan pikiran yang memungkinkan
pengungkapan suatu kesimpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat
mengkompromikan penilaian profesional, memungkinkan seorang individu bertindak
bedasarkan integritas, serta menerapkan objektivitas dan skeptisme professional.
Independensi dalam penampilan adalah penghindaran fakta dan kondisi yang
sedemikian signifikan sehingga pihak ketiga yang paham dan berpikir rasional dengan
memiliki pengetahuan akan semua informasi yang relevan, termasuk pencegahan
yang diterapkan akan tetap dapat menarik kesimpulan bahwa skeptisme professional,
objektivitas dan itegritas anggota firma, atau tim penjaminan telah dikompromikan.
Prinsip-prinsip fundamental etika tidak dapat dinegosiasikan atau dikompromikan bila
seorang akuntan ingin tetap menjaga citra profesinya yang luhur.

 Ancaman Terhadap Independensi

Seperti telah diungkapkan sebelumnya, ancaman terhadap independensi dapat


terbentuk:

a. Kepentingan diri (self-interest)


b. Review diri (self-review)
c. Advokasi (advocacy)
d. Kekerabatan (familiarity)
e. Intimidasi (intimidation)
 Ancaman Independensi Akuntan Publik

Ancaman kepentingan diri dapat timbul akibat ada kepentingan keuangan, atau
ada kepentingan dari keluarga langsung atau keluarga dekat, atau kepentingan lain
dari akuntan yang bersangkutan. Kepentingan diri adalah wujud sifat yang lebih
mengutamakan kepentingan pribadi atau keluarga dibandingkan dengan kepentingan
public yang luas. Contoh langsung ancaman kepentingan diri untuk akuntan public,
antara lain, namun tidak terbatas pada:

 Kepentingan keuangan dalam perusahaan klien, atau kepentingan keuangan


bersama pada suatu perusahaan klien.
 Ketergantungan yang tidak wajar pada total fee dari suatu klien.
 Memiliki hubungan bisnis yang sangat erat dengan klien.
 Kekhawatiran berlebihan bila kehilangan suatu klien.
 Potensi akan dipekerjakan oleh suatu klien.
 Fee kontinjensi sehubungan dengan perikatan penjaminan.
 Ada pinjaman dari atau kepada klien penjaminan, atau kepada dari direktur
atau pejabat dari klien. (IFAC, 200.4)

Contoh langsung ancaman kepentingan diri untuk akuntan bisnis (namun tidak
terbatas pada hal-hal berikut), anata lain:

 Kepentingan keuangan, pinjaman dan garansi.


 Perjanjian kompensasi insentif.
 Penggunaan harta perusahaan yang tidak tepat.
 Tekanan komersial dari pihak di luar perusahaan (IFAC, 300.8).

Ancaman review diri dapat timbul jika pertimbangan sebelumnya dievaluasi ulang
oleh akuntan professional yang sama dan yang telah melakukan penilaian
sebelumnya tersebut. contoh ancaman review diri untuk akuntan public antara lain,
namun tidak terbatas pada:

 Temuan kesalahan material saat dilakukan evaluasi ulang.


 Pelaporan operasi sistem keuangan setelah terlibat dalam perancangan dan
implementasi sistem tersebut.
 Terlibat dalam pemberian jasa pencatatan akuntansi sebelum perikatan
penjaminan.
 Menjadi anggota tim penjaminan setelah baru saka menjadi karyawan/pejabat
di perusahaan klien yang memiliki pengaruh langsung berkaitan dengan
perikatan penjaminan tersebut.
 Memberikan jasa kepada klien yang berpengaruh langsung pada materi
perikatan penjaminan tersebut (IFAC, 200.5).

Salah satu contoh ancaman review diri untuk akuntan bisnis namun tidak terbatas
pada hal ini saja), yaitu keputusan bisnis atau data yanh sedang ditinjau oleh akuntan
professional yang sama yang membuat keputusan bisnis atau penyiapan data tersebut
(IFAC, 300.9).

Ancaman advokasi dapat timbul bila akuntan profesional mendukung suatu posisi
atau pendapat sampai titik dimana objektivitas dapat dikompromikan.

Contoh langsung ancaman advokasi untuk akutan public, antara lain, namun tidak
terbatas pada:
 Mempromosikan saham perushaan public dari klien, dimana perushaan
tersebut merupakan klien audit.
 Bertindak sebagai pengacara (penasihat hukum) untuk klien penjaminan dalam
suatu litigasi perkara perselisihan dengan ihak ketiga (IFAC, 200.6).

Ancaman kekerabatan timbul dari kedekatan hubungan sehingga akuntan


professional menjadi terlalu bersimpati terhadap kepentingan orang lain yang
mempunyai hubungan dekat dengan akuntantersebut. Contoh langsung ancaman
kekerabatan untuk akuntan public, antara lain, namun todak terbatas pada:

 Anggota tim mempunyai hubungan keluarga dekat dengan seorang direktur


atau pejabat perushaan klien.
 Anggota tim mempunyai hubungan keluarga dekat dengan seorang karyawan
klien yang memiliki jabatan yang berpengaruh langsung dan signifikan terhadap
pokok dari penugasan.
 Mantan rekan (partner) dari kantor akuntan yang menjadi direktur atau pejabat
klien atau karyawan pada posisi yang berpengaruh atas pokok suatu
penugasan.
 Menerima hadiah atau perlakuan istimewa dari klien, kecuali nilainya tidak
signifikan.
 Hubungan yang terjalin lama dengan karyawan senior perusahaan klien (IFAC,
200.7).

Contoh ancaman kekerabatan yag dapat timbul, antara lain, namun tidak terbatas
pada:

 Seorang akuntan professional dalam posisi yang dapat memengaruhi


pelaporan keuangan dan non keuangan keputusan bisnis karena mempunyai
hubungan keluarga dekat dengan seseorang yang dlam posisi memperoleh
manfaat dari pengaruh tersebut.
 Hubungan yang lama dengan rekan bisnis yang mempunyai pengaruh pada
keputusan bisnis.
 Penerimaan hadiah atau perlakuan khusus, kecuali nilainya tidak signifikan
(IFAC, 300.11).

Ancaman intimidasi dapat timbul jika akuntan professional dihalangi untuk


bertindak objektif, baik secara nyata maupun dipersepsikan. Contoh ancaman
intimidasi untuk akuntan public, antara lain, namun tidak terbatas pada:
 Diancam di pecat atau diganti dalam hubungannya dengan penugasan pada
klien.
 Diancam dengan tuntutan hukum.
 Ditekan secara tidak wajar untuk mengurangi ruang lingkup pekerjaan dengan
maksud untuk mengurangi fee (IFAC, 200.8).

Contoh ancaman intimidasi untuk akuntan bisnis dapat timbul, anatara lain, namun
tidak terbatas pada:

 Ancaman pemecatan atau penggantian posisi akuntan professional dalam


bisnis atau anggota keluarga dekat atas ketidaksetujuan penerapan akuntansi
atau cara pelaporannya.
 Seseorang yang mempunyai kepribadian yang dominan berusaha untuk
memengaruhi proses pengambilan keputusan. Contohnya dalm hal pemberian
kontrak atau penerapan akuntansi.
 Situasi-situasi untuk lainnya yang tidak dapat dikategorikan (IFAC, 300.12).
 Pengamanan Terhadap Ancaman

Ada dua kategori pokok pengamanan terhadap ancaman independensi, yaitu:

1. Pengamanan melalui profesi, legislasi atau regulasi.


2. Pengamanan lingkungan kerja (IFAC, 100.11).

Berikut ini merupakan hal-hal yang termasuk dalam pengamanan melalui profesi,
legislasi dan regulasi, namun tidak terbatas pada:

 Persyaratan pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja.


 Persyaratan pengembangan profesi berkelanjutan.
 Peraturan tata kelola korporasi.
 Standar-standar professional.
 Prosedur pemantauan dan pendisiplinan profesi atau peraturan.
 Rebiew eksternal oleh pihak ketiga yang berwenang atas laporan,
pemberitahuan, komunikasi dan informasi yang dihasilkan oleh akuntan
professional (IFAC, 100.12).

Pengamanan lingkungan ditempat kerja bisa sangat bervariasi dan sangat luas,
bergantung pada keadaan di tempat kerja tersebut. Beberapa contoh pengamanan
untuk akuntan public, antara lain, namun tidak terbatas pada :
a. Pengamanan di kantor firma dalam arti luas:
 Dukungan kepemimpinan (pemimpin yang taat pada prinsip dan selalu
mengedepankan kepentingan umum.
 Sistem dan prosedur kendali mutu.
 Dokumentasi kebijakan yang berhubungan dengan ancaman.
 Dokumentasi kebijkan yang independensi.
 Dokumen kebijkan tentang prinsip-prinsip etika.
 Penggunaan rekan dan tim terpisah untuk penguasaan penjaminan dan
non penjaminan.
 Memberitahu semua rekan dan staf tentanf klien-klien penjaminan
dimana diperlukan independensi.
 Komunikasi tepat waktu kepada semua rekan dan staf tentang berbagai
kebijakan dan prosedur, termasuk perubahannya.
 Kebijkan dan prosedur pemantauan, dan jika diperlukan mengelola
ketergantungan pendapatan dari satu klien tertentu.
 Penunjukkan anggota senior untuk mengawasi keefektifan berjalannya
sistem kendali mutu.
 Mekanisme disiplin untuk mendukung kepatuhan terhadap kebijkan dan
prosedur.
 Mempublikasikan berbagai kebijakan dan prosedur untuk mendorong
komunikasi antara staf dengan staf senior tentangisu-isu yang
berkaitan dengan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip etika (IFAC,
200.12).
b. Pengamanan perikatan khusus dilingkuangan kerja:
 Melibatkan tambahan seseorang akuntan professional untuk meninjau
pekerjaan yang dilakukan atau memberi nasihat yang diperlukan.
 Konsultasi dengan pihak ketiga yang independen, seperti komite
direktur independen, badan pengatur atau akuntan professional lain.
 Diskusikan masalah etika dengan pejabat klien yang berwenang tentang
masalah tata kelola.
 Mengungkapkan kepada pejabat klien yang bertanggung jawab atas
tata kelola tentang sifat jasa dan fee yang dikenakan.
 Melibatkan firma lain untuk melaksanakan atau melaksanakan kembali
dengan bagian dari penugasan.
 Rotasi staf senior dari tim penugasan penjaminan (IFAC, 200.13).
c. Pengamanan di dalam sistem dan prosedur klien:
 Penunjukkan firma diratifikasi oleh pihak selain manajemen.
 Klien memiliki karyawan yang kompeten.
 Klien memiliki prosedur internal untuk menjamin obejktivitas penugasan
non penjaminan.
 Klien memiliki tata kelola korporasi yang dapat memberikan
pengawasan dan komunikasi yang memadai terkait dengan jasa-jasa
firma (IFAC, 200.15).

Pengamanan ancaman di tempat kerja untuk akuntan bisnis, antara lain,


namun tidak terbatas pada:

 Penerapan struktur pengawasan korporasi.


 Pedoman kode etik perilaku organisasi.
 Pedoman perekrutan yag menekankan pentingnya merekrut tenaga dengan
kompetensi tinggi.
 Pengendalian internal yang kuat.
 Proses pendisiplinan yang memadai.
 Kepemimpinan yang berbasis etika.
 Kebijakan dan prosedur pelaksanaan dan pemantauan kinerja karyawan.
 Komunikasi tepat waktu tentang berbagai kenijakan dan prosedur termasuk
perubahannya ke seluruh karyawan disertai pelatihan dan pendidikan yang
memadai tentang kebijakan dan prosedur yang ada (IFAC, 300.16).
 BAGIAN B: KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK

Penerapan prinsip-prinsip etika fundamental untuk profesi akuntan public


dijabarkan secara rinci pada bagian B kode etik IFAC dengan diberi kode 200. Daftar
isi dank ode bagian B ini adalah:

 200 Pendahuluan
 210 Penunjukkan Profesional dan Penerimaan Klien
 220 Konflik Kepentingan
 230 Pendapat Kedua
 240 Fee dan Jenis Imbalan Lainnya
 250 Pemasaran Jasa Profesional
 260 Hadiah dan Keramahtamahan
 270 Penyimpanan Aset Klien
 280 Objektivitas Semua Jasa
 290 Independensi Perikatan Penjaminan
 BAGIAN C : KODE ETIK AKUNTAN BISNIS

Penerapan prinsip-prinsip etika fundamental untuk profesi akuntan bisnis (Akuntan


Manajemen) dijabarkan secara rinci pada bagian C kode etik IFAC dengan diberi kode
300. Daftar isi dank kode bagian C ini adalah:

 300 Pendahuluan
 310 Potensi Konflik
 320 Penyusunan dan Pelaporan Informasi
 330 Bertindak dengan Keahlian yang Memadai
F. Profesi Akuntan Indonesia dan IFAC

Saat ini profesi akuntan di Indonesia, baik akuntan publik maupun akuntan
manajemen, mengikuti standar kompetensi yang beralku di AS. Namun dengan
kecenderungan terjadinya penyatuan sistem perekonomian dunia, mau tidak mau
seluruh profesi akuntan di dunia juga harus mendukung ke arah penyatuan sistem
ekonomi global tersebut. Saat ini, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,
kecenderungan timbulmya kesatuan sistem ekonomi global ini belum diikuti oleh
keseragaman atau keharmonisan penerapan standar-standar teknis akuntansi,
auditing, dan kode etik profesi akuntan di seluruh dunia.

Menyadari hal tersebut, para pengurus dan anggota IAI telah berkali-kali
mengadakan diskusi dan pembicaraan sekitar kesiapan IAI untuk mengadopsi standar-
standar teknis dan kode etik internasional dengan memanfaatkan berbagai forum,
seperti kongres, seminar, lokakarya, pelatihan, dan sejenisnya. Kabar terakhir,
pengurus IAI bertekad untuk sesegera mungkin agar profesi akuntan Indonesia
mengadopsi standar teknis dan perilaku yang dikeluarkan oleh International
Federation of Accountans (IFAC).

G. Keberadaan Berbagai Profesi

Dewasa ini makin banyak banyak bermunculan organisasi profesi dari


kelompok profesi sejenis dan setiap organisasi makin menyadari perlunya membuat
kode etik untuk menjadi pedoman perilaku bagi para anggotanya.
Tujuan khusus dari setiap organisasi profesi adalah untuk mengembangkan
kompetensi para anggota secara berkelanjutan sekaligus untuk melakukan
pengendalian perilaku para anggotanya dengan berpedoman pada kode etik yang
telah disepakati bersama. Kelompok-kelompok organisasi profesi seperti ini tidak
membeda-bedakan latar belakang status para anggota mereka, baik dari sektor swasta
atau sektor publik.
Setiap organisasi profesi mempunyai pedoman kode etik untuk menjadi
standar/acuan perilaku bagi para anggotanya. Karena banyaknya organisasi profesi
yang ada, maka pada kesempatan ini hanya akan dibahas beberapa contoh kode etik
dari beberapa organisasi profesi, yaitu profesi Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK-RI), Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII), Himpunan
Psikologi Indonesia, dan Advokat Indonesia.
Setelah mempelajari masing-masing kode etik profesi ini, dapat diketahui
bahwa: (1) tidak ada sistematika baku dalam penulisan kode etik; (2) terdapat banyak
istilah dan konsep yang sama, tetapi pemaknaan atas istilah-istilah atau konsep
tersebut bias jadi berbeda; dan (3) banyak konsep dan istilah yang maknanya
tumpang-tindih. Mengingat adanya perbedaan dalam sistematika, substansi, konsep,
dan istilah yang dipergunakan, maka untuk lebih memudahkan pemahaman atas
masing-masing kode etik akan digunakan model penalaran kode etik berdasarkan
acuan pada unsur-unsur pokok suatu profesi sebagaimana terlihat pada gambar
berikut!
Model Penlaran Kode Etik Profesi

Kepentingan
Tanggung Jawab
Umum

Kompetensi

Pengertahuan Keterampilan Sikap-Perilaku


(Knoledge) (Skill) (Attitude)
H. Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI)

Kode  Etik BPK dituangkan dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2007, serta telah diumumkan dalam Lembaran Berita
Negara Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2007. Kode Etik ini berlaku untuk
Anggota dan Pemeriksa BPK.
Anggota BPK dan Pemeriksa BPK mempunyai pengertian yang berbeda menurut
pasal 1 ayat 2 dan 3 Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2007, yaitu:
 Anggota BPK adalah pejabat Negara pada BPK yang dipilih oleh DPR dan
diresmikan berdasarkan Keputusan Presiden.
 Pemeriksa BPK adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan
pengeloaan dan tanggung jawab keuangan Negara untuk dan atas nama BPK.
Proses penalaran atas kode etik BPK-RI ini dengan mengacu pada cirri-ciri utama
suatu profesi. Pasal 2 kode etik BPK mengatur tentang nilai-nilai dasar yang wajib
dimiliki oleh anggota dan pemeriksa BPK. Nilai-nilai dasar ini terdiri atas:
 Mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang
berlaku.
 Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi atau
golongan.
 Menjunjung tinggi indepedensi, integritas, dan profesionalitas.
 Menjunnjung tinggi martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK.
Proses Penalaran Kode Etik BK
CIRI PROFESI KODE ETIK BPK
1.      Kepentingan Publik Mengutamakan kepentingan Negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan (Pasal 2b)
2.      Tanggung Jawab Mengembangkan standar kompetensi tinggi yang
menyangkut knowledge, skill, dan attitude
3.      Kompetensi Dilihat dari tiga unsure kompetensi (knowledge, skill,
attitude):
a.       Pengetahuan (knowledge) Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian tertentu (Pasal 1 ayat 8)
b.      Keterampilan (skill) Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
merupakan patokan pemeriksaan yang menyangkut
standar umum, standar pelaksanaan pekerjaan, dan
standar pelatoran (Pasal 1 ayat 5)
c.       Sikap perilaku (attitude) Menyangkut diri (pribadi) dan hubungan dengan
lembaga/pihak lain.
         Menyangkut diri (pribadi) Bagi setiap anggota dan pemeriksa wajib mematuhi,
memiliki, dan menjunjung nilai-nilai dasar (Pasal 2):
o Taat pada peraturan (ayat 2)
o Mengutamakan kepentingan Negara (ayat
b)
o Menjunjung tinggi indepedensi, integritas,
dan profesionalitas (ayat c)
o Menjujung tinggi martabat, kehormatan,
citra, dan kredibilitas BPK
         Hubungan rekan sejawat Menghormati dan memercayai serta saling membantu
di antara pemeriksa sehingga dapat bekerja sama
dengan baik dalam melaksanakan tugas (Pasal 8 ayat
1g)
         Hubungan klien  Menghindari terjadinya benturan kepentingan
(Pasal 6 ayat 1b)
 Dilarang menerima pemberian dalam bentuk
apa pun baik langsung maupun tidak langsung
yang diduga atau patut diduga dapat
memengaruhi pelaksanaan tigas dan
wewenangnya (Pasal 4 ayat 2 dan Pasal 7
ayat 2a)
 Dilarang membocorkan informasi yang
diperolehnya dari auditee (Pasal 6 ayat 2d)
         Hubungan Lain  Dilarang merangkap jabatan pada badan,
lembaga, atau perusahaan lain untuk anggota
dan pemeriksa (Pasal 3 ayat 2a dan Pasal 6
ayat 2a)
 Dilarang menjadi anggota partai politik bagi
anggota BPK (Pasal 3 ayat 2b)
         Pengawasan Melalui Majelis Kehormatan Kode Etik (Bab III Pasal
9-32)

Indepedensi, Integritas, dan Profesionalitas BPK


NILAI DASAR ANGGOTA BPK PEMERIKSA
Indepedensi    -Memegang sumpah jabatan    -Netral dan tidak berpihak
   -Netral dan tidak berpihak    -Menghindari benturan
   -Menghindari banturan kepentingan
kepentingan    -Menghindari hal-hal yang dapat
   -Menghindari hal-hal yang dapat memengaruhi objektivitas
memengaruhi objektivitas    -Mempertimbangkan informasi,
pandangan, dan tanggapan
pihak lain diperiksa
   -Bersikap tenang dan mampu
mengendalikan diri

Dilarang: Dilarang:
   -Merangkap jabatan    -Merangkap jabatan
   -Menjadi anggota partai politik    -Menunjukkan sikap dan perilaku
   -Menunjukkan sikap dan perilaku yang menyebabkan orang lain
yang menyebabkan orang lain meragukan indepedensinya
meragukan indepedensinya    -Tunduk pada intimidasi/tekanan
orang lain
   -Membocorkan informasi auditee
   -Dipengaruhi oleh prasangka,
interpretasi atau kepentingan
tertentu baik untuk kepentingan
pribadi pemeriksa maupun
pihak lain
Integritas    -Bersikap tegas    -Bersikap tegas
   -Jujur    -Jujur
   -Memegang rahasia pihak yang   -Memegang rahasia pihak yang
diperiksa diperiksa
   -Dilarang menerima pemberian
dalam bentuk apa pun, baik Dilarang:
langsung maupun tidak langsung   -Menerima pemberian dalam
bentuk apa pun, baik langsung
maupun tidak langsung
   -Menyalahgunakan wewenang
Profesionalita    -Prinsip kehati-hatian, ketelitian,    -Prinsip kehati-hatian, ketelitian,
s kecermatan kecermatan
   -Menyimpan rahasia Negara dan    -Menyimpan rahasia Negara dan
jabatan jabatan
   -Tidak menyalahgunakan rahasia    -Tidak menyalahgunakan rahasia
-Negara untuk kepentingan -Negara untuk kepentingan
pribadi dan golongan/pihak lain pribadi dan golongan/pihak lain
    -Menghindari perbuatan di luar    -Menghindari perbuatan di luar
tugas dan wewenangnya tugas dan wewenangnya
   -Komitmen tinggi
   -Meningkatkan kemampuan
   -Profesionalisme secara
berkelanjutkan
   -Kerja sama saling menghormati
dan memercayai antar rekan
sejawat
   -Berkomunikasi dan berdiskusi
antar rekan sejawat
   -Menggunakan sumber daya
publik secara efisien, efektif,
dan ekonomis

I. Kode Etik Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII)

Ada dua kategori kode etik yang diterapkan oleh PAII, yaitu kode etik PAII dan
kode etik Qualified Internal Auditor (QIA). Kode etik PAII berlaku bagi organisasi
profesi dan semua anggota PAII yang bekerja pada departemen/bagian audit internal
suatu organisasi/perusahaan.  Kode etik QIA adalah kode etik bagi anggota yang telah
memperoleh sertifikasi QIA melalui suatu pendidikan formal yang diterapkan oleh
PAII. Perlu dipahami bahwa saat ini yang berprofesi pada departemen/bagian audit
internal tidak seluruhnya mempunyai kualifikasi gelar atau sertifikat QIA. Kode etik QIA
ditetapkan oleh Dewan Sertifikasi QIA. Pasal-pasal dalam kode etik QIA adalah sama
dengan kode etik PAII, kecuali dalam kode etik QIA tidak memasukkan Pasal 1 dan 9
dari kode etik PAII.
Tabel 9.3
Ringkasan proses penalaran kode etik PAII
Ciri profesi Kode etik PAII
1.      Kepentingan Publik Untuk mempertahankan kepercayaan dari
pemberi tugas, para anggota harus menunjukkan
loyalitas kepada pemberi tugas ( manajemen ).
Anggota dilarang untuk mengambil bagian dalam
kegiatan-kegiatan yang menyimpang.
2.      Tanggung Jawab Mengembangkan standar kompetensi tinggi yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku.
3.      Kompetensi : Dilihat dari tiga unsur kompetensi ( pengetahuan,
keterampilan, dan prilaku ).
a.       Pengetahuan ( Knowledge ) Tidak secara eksplisit diungkapkan.
b.      Keterampilan ( Skill ? 1. Para anggota harus terus berusaha untuk
meningkatkan keahlian dan keefektifan
dalam melakukan pekerjaannya.
2. Dalam berpendapat, para anggota harus
menggunakan semua kemampuannya
untuk memperoleh bukti yang memadai
yang dapat mendukung pernyataannya.
c.       Sikap prilaku ( attitude )
         Menyangkut Diri 1. PAII berasaskan pancasila dan UUD 1945
( pasal 2)
2. Para anggota diwajibkan bersikap jujur,
objektif, dan hati-hati dalam menjalankan
tugas maupun kewajibannya ( pasal 3 )
3. Para anggota harus menghindari untuk
terlibat kegiatan yang dapat menimbulkan
konflik dengan kepentingan pemberi
tugas, atau yang dapat menimbulkan
prasangka yang meragukan
kemampuannya untuk secara objektif
menyelesaikan tugas dan kewajibannya
(pasal 5 )
4. Para anggota harus mematuhi peraturan
dan mendukung pencapaian tujuan PAII.
Dalam menjalankan profesinya, para
anggota harus sadar akan kewajibannya
untuk memelihara standar yang tinggi
tentang kompetensi, moralitas, dan
kehormatan yang telah ditetapkan oleh
PAII dan para anggotanya ( pasal 10 )
         Hubungan rekan sejawat Tidak diatur.
         Hubungan klien 1. Para anggota dilarang untuk menerima
imbalan atau hadiah dari pemberi tugas,
klien, pelanggan, atau relasi bisnis
pemberi tugas, kecuali yang menjadi
haknya ( pasal 6 )
2. Para anggota harus bersikap bijaksana
dan hati-hati dalam menggunakan
informasi yang diperoleh dalam
melaksanakan tugasnya. Para anggota
dilarang untuk menggunakan informasi
rahasia untuk kepentingan pribadi, atau
merugikan kepentingan pemberi tugas
( pasal 7 )
         Hubungan lain Tidak diatur.
         Pengawasan Tidak diatur.

Kode etik PAII terlihat sangat singkat dan sederhana. Karena terlalu singkat
dan sederhana, ada beberapa hal yang pengaturannya tidak jelas dan/atau tidak
lengkap, yaitu:
1.      Kompetensi yang menyangkut persyaratan pengetahuan minimal yang diperlukan
melalui  pendidikan formal tidak diatur secara eksplisit.
2.      Tanggung jawab profesi auditor internal hanya disebutkan kepada pemberi tugas,
tidak ada pernyataan yang menyebutkan hubunganya dengan atau dampaknya bagi
kepentingan umum yang lebih luas.
3.      Tidak ada pasal yang mengatur hubungan dengan rekan sejawat dan hubungan
lainnya.
4.      Tidak ada pasal yang mengatur tentang pengawasan dalam hal timbulnya
penyimpangan terhadap kode etik yang dilakukan oleh anggotanya.
Hal yang patut dicatat adalah dalam kode etik PAII dicantumkan asas Panasila
dan Undang-Undang Dasar 1945, sesuatu yang jarang dijumpai kode etik profesi
lainnya.
J. Kode Etik Psikologi Indonesia

Kode etik yang berlaku bagi Ilmuwan psikologi dan psikolog dibedakan
berdasarkan latar belakang pendidikan mereka, di mana latar belakang pendidikan ini
menetukan boleh atau tidaknya seseorang melakukan prakyik psikologi. Para Ilmuwan
psikologi dalam batas-batas tertentu dapat memberika jasa psikologi, tetapi tidak boleh
menjalankan praktik psikologi. Prakti psikologi hanya boleh dilakukan ileh para psikolig.
Dengan menggunakan model penalaran pada gambar 9.1 esensi dari kode etik
psikolgi dapat dirangkum seperti terlihat pada Tabel 9.4 berikut ini:
Tabel 9.4
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Psikolog
Ciri Profesi Kode Etik Psikologi
1.    Kepentingan publik  Mengabdikan pengetahuan tentang perilaku
manusia bagi kesejahteraan manusia
(pembukaan)
 Mengutamakan kepentingan umum daripada
pribadi atau golongan ( Pasal 14a)
2.    Tanggung Jawab  Pentingnya setiap Ilmuwan psikologi mempunyai
rasa tanggung jawab menyangkut kompetensi,
objektivitas, kejujuran, integritas, bersikap bijak,
dan hati-hati.
3.    Kompetensi
3.1  Pengetahuan  Ilmuwan Psikologi adalah para lulusan perguruan
(Knowladge) tinggi dan universitas di dalam maupun luar
negeri, yaitu mereka yang telah mengikuti
pendidikan dengan kurikulum nasional (SK
Mendikbud Nomor 18/D/0/1993 untuk pendidikan
program akademik (Sarjana Psikologi); lulusan
pendidikan tinggi strata 2 (S2) dan strata 3 (S3)
dalam bidang psikologi, yang pendidikan strata
(S1) diperoleh bukan dari fakultas psikologi.
Ilmuwan Psikologi yang tergolong kriteria
tersebut dinyatakan dapat memberika jasa
psikologi, tetapi tidak berhak dan tidak
berwenang untuk melakukan praktik psikologi di
Indonesia.
3.2 Keterampilan (skill)  Psikolog adalah Sarjana Psikologi yang telah
mengikuti pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1)
dengan kurikulum lama (Sistem Paket Murni)
Perguruan Tinggi Negeri (PTN); atau sistem
Kredit Semester (SKS) PTN; atau pendidikan
program akademik (Sarjana Psikologi) dan
program pendidikan profesi (Psikologi); atau
kurikulum lama Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
yang sudah mengikuti ujian negara sarjana
psikologi; atau pendidikan tinggi psikologi di luar
negeri yang sudah mendapat akreditasi dan
disetarakan dengan psikologi Indonesia oleh
Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas RI). Sarjana
Psikologi dengan kriteria tersebut dinyatakan
berhak dan berwenang untuk melakukan praktik
psikologi di wilayah hukum Negara Republik
Indonesi. Sarjana Psikolog menurut kriteria ini
juga dikenal dan disebut sebagai psikolog. Untuk
melakukan praktik psikologi , Sarjana Psikolog
yang tergolong kriteria ini diwajibkan memiliki izin
praktik psikolog sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
3.3     Sikap perilaku
(attitude)
·      Menyangkut diri  Kesadaran diri tentang Pancasila dan UUD 1945
(Pribadi)  Mengindahkan etika dan nilai-nilai moral yang
berlaku di masyarakat (Pasal 4a)
 Menjaga citra profesi (Pasal 4b)
 Memiliki objektivitas, kejujuran, integritas,
bersikap bijak, dan hati-hati (Pasal 2)
·      Hubungan rekan  Saling menghormati dan menjaga hak-hak serta
sejawat nama baik rekan sejawat (Pasal 5a)
 Saling memberi umpan balik (Pasal 5b)
 Saling mengingatkan untuk mencegah
pelanggaran kode etik (Pasal 5c)
 Menghargai karya cipta rekan sejawat/pihak lain
(Pasal 15)
·      Hubungan klien  Melindungi klien dari akibat yang merugikan
sebagai dampak pemberian jasa/praktik yang
dilakukan (Pasal 8c)
 Melindungli kerahasiaan data klien, kecuali ada
persetujuan dari klien, atau ada hubungannya
dengan pihak berwenang (Pasal 12)
 Mengutamakan ketidakberpihakan dalam
kepentingan pemakai jasa, atau klien dan pihak-
pihak terkait (Pasal 8d)
·      Hubungan lain  Menghargai kompetensi profesi lain (Pasal 6a)
 Mencegah pemberian jasa dari pihak yang tidak
berkompeten (Pasal 6b)
·      Pengawasan  Melalui Majelis Psikologi (Pasal 18)

K. Kode Etik Profesi Advokat

Advokat merupakan salah satu subprofesi di bidang hukum. Sebagaimana


dikatakan oleh Abdulkadir Muhammad (2006), peraturan hukum mengatur dan
menjelaskan bagaimana seharusnya:
a)      Legislator menciptakan hukum
b)      Pejabat melaksanakan administrasi Negara
c)      Notaris merumuskan kontrak-kontrak harta kekayaan
d)     Polisi dan jaksa menegakkan ketertiban hokum
e)      Pengacara membela kliennya dalam menginterpretasikan hokum
f)       Hakim menerapkan hukum dan menetapkan keputusannya
g)      Pengusaha menjalankan kegiatan bisnisnya
h)      Konsultan hukum memberikan nasihat hukum kepada kliennya
i)        Pendidik hukum menghasilkan ahli hukum
Selanjutnya dikatakan bahwa pekerjaan yang ditangani oleh para profesional
hukum tersebut merupakan bidang-bidang profesi hukum, yang jika dirinci adalah
sebagai berikut:
a) Profesi legislator
b) Profesi administrator hukum
c) Profesi notaris
d) Profesi polisi
e) Profesi jaksa
f) Profesi advokat (pengacara)
g) Profesi hakim
h) Profesi hukum bisnis
i) Profesi konsultan hukum
j) Profesi dosen hukum
Menurut Notohamidjojo (dalam Abdulkadir Muhammad, 2006), seorang
profesional di bidang hukum perlu memiliki :
a.       Sikap manusiawi, artinya tidak hanya menghadapi hukum secara formal, melainkan
kebenaran yang sesuai dengan hati nurani.
b.      Sikap adil, artinya mencari kelayakan yang dengan perasaan masyarakat.
c.       Sikap patut, artinya mencari pertimbangan untuk menentukan keadilan dalam suatu
perkara konkret.
d.      Sikap jujur, artinya menyatakan suatu hal benar menurut apa adanya, serta menjauhi
yang tidak benar dan tidak patut.
Di Indonesia terdapat lebih dari satu organisasi profesi advokat. Kode Etik
Profesi Advokat berlaku sejak tanggal ditetapkan pada tanggal 23 Mei 2002 dan
disepakati berlaku bersama untuk organisasi profesi advokat yang tergabung dalam
Komite Kerja Sama Advokat Indonesia (KKAI), yang terdiri atas tujuh organisasi, yaitu:
Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan
Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI),
Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM), Serikat Pengacara Indonesia
(SPI), dan Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI).
Tabel 9.5
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat Indonesia
Ciri Profesi Kode Etik Advokat
1.      Kepentingan publik a) Tidak bertujuan semata-mata untuk memperoleh
imbalan materi, tetapi lebih mengutamakan tegaknya
hukum, kebenaran, dan keadilan (Pasal 3b)
b) Wajib memberikan bantuan hukum cuma-cuma bagi
orang yang tidak mampu (Pasal 7h)
2.      Tanggung jawab Menjaga citra dan martabat kehormatan profesi,
menjunjung tinggi kode etik dan sumpah jabatan
(pembukaan), dan memelihara kompetensi
3.      Kompetensi : Mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
a.       Pengetahuan Berpraktik memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di
(knowledge) luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan
undang-undang yang berlaku (Pasal 1a)
b.      Keterampilan (skill) Sama dengan Pasal 1a.
c.       Sikap perilaku
(attitude) :
  Menyangkut diri a) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap
(kepribadian) satria, jujur, serta menjunjung tinggi hukum dan
Undang Undang Dasar (Pasal 2)
b) Bersedia memberi nasehat dan bantuan hukum tanpa
membedakan agama, suku, keturunan, kedudukan
sosial, keyakinan politik (Pasal 3a)
c) Bekerja dengan bebas dan mandiri serta tidak
dipengaruhi oleh siapa pun dan wajib menjunjung
tinggi hak asasi manusia dalam negara hukum
Indonesia (Pasal 3c)
d) Tidak dibenarkan melakukan pekeraan lain yang
dapat merugikan kebebasan, derajat, dan martabat
advokat (Pasal 3f)
e) Bersikap sopan terhadap semua pihak (Pasal 3h)

Tabel 9.5
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat Indonesia (lanjutan)
Ciri Profesi Kode Etik Advokat
  Hubungan rekan sejawat a) Memegang teguh rasa solidaritas sesama advokat
dan wajib membela secara cuma -cuma teman
sejawat yang diajukan sebagai tersangka dalam
perkara pidana (Pasal 3d dan 3e)
b) Hubungan antara teman sejawat advokat
berdasarkan sikap saling menghormati,
menghargai, dan memercayai (Pasal 5a)
c) Tidak menggunakan kata-kata tidak sopan atau
yang menyakitkan hati (Pasal 5b)
d) Keberatan terhadap tindakan teman sejawat harus
diadukan kepada Dewan Kehormatan (Pasal 5c)
e) Tidak diperkenankan menarik klien teman sejawat
(Pasal 5d)
f) Advokat baru hanya dapat menerima perkara
setelah menerima bukti pencabutan pemberian
kuasa kepada advokat terdahulu (Pasal 5e)
g) Advokat lama wajib memberikan kepada avokat
yang baru semua surat dan keterangan penting
untuk mengurus perkara itu (Pasal 5f)
  Hubungan klien a. Mengutamakan penyelesaian damai dalam
perkara perdata (Pasal 4a)
b. Tidak memberikan keterangan yang dapat
menyesatkan klien (Pasal 4b)
c. Tidak dibenarkan menjamin kepada klien bahwa
perkaranya akan menang (Pasal 4c)
d. Penetapan honor berdasarkan kemampuan klien
(Pasal 4d)
e. Tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-
biaya yang tidak perlu (Pasal 4e)
f. Perhatian yang sama diberikan terhadap perkara
yang diurus secara cuma-cuma (Pasal 4f)
g. Harus menolak mengurus perkara yang tidak ada
dasar hukumnya (Pasal 4g)
h. Wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal
yang menyangkut klien(Pasal 4h)
i. Dilarang melepaskan tugas yang dibebankan
kepadanya pada saat yangtidak menguntungkan
klien atau akan merugikan klien yang tidak dapat
diperbaiki lagi (Pasal 4i)
j. Mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan
kepentingan bersama dua pihak atau lebih apabila
kemudian timbul pertentangan kepentingan
diantara pihak-pihak yang bersangkutan (Pasal 4j)
k. Mempunyai hak retensi terhadap klien tetapi tidak
dapat digunakan apabila dengan retensi itu
kepentingan klien akan dirugikan yang tidak dapat
diperbaiki lagi (Pasal 4k)

Tabel 9.5
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat Indonesia (lanjutan)
Ciri Profesi Kode Etik Advokat
Ø  Hubungan lain a. Sebagai profesi mulia, advokat dalam menjalankan
profesinya di bawah perlindungan hukum, undang-
undang, dan kode etik (Pasal 8a)
b)   b. Tidak diperkenankan memasang iklan, termasuk
pemasangan papan nama dengan ukuran yang
berlebihan (Pasal 8b)
c)   c. Tidak mengadakan kantor cabang di tempat yang
merugikan kedudukan advokat, misalnya di rumah
atau di kantor seorang yang bukan advokat (Pasal 8c)
d)  d. Tidak mengizinkan pencantuman namanya di
papan nama, iklan, atau cara lain oleh orang bukan
advokat, tetapi memperkenalkan diri sebagai wakil
advokat (Pasal 8d)
e)  e. Tidak mengizinkan karyawan yang tidak berkualitas
untuk mengurus sendiri perkara, memberi nasihat
kepada klien secara lisan atau tertulis (Pasal 8e)
f)   f. Tidak memublikasikan diri melalui media massa
untuk menarik perhatian masyarakat mengenai
perkara yang sedang ditanganinya, kecuali untuk
menegakkan prinsip hukum yang wajib diperjuangkan
oleh semua advokat(Pasal 8f)
g)   g. Advokat dapat mengundurkan diri dari per yang
diurusnya bila dicapai kesepakatan dengan kliennya
(Pasal 8g)
h)  h. Tidak mengizinkan advokat mantan hakim/panitera
menangani perkara di pengadilan yang bersangkutan
selama tiga tahun sejak ia berhenti dari pengadilan
tersebut  (Pasal h)
Ø  Pengawasan Pengawasan atas pelaksanaan kode etik ini dilakukan
oleh Dewan Kehormatan (Pasal 9)

L. Perbandingan Kode Etik


1. Semua profesi berdampak atau bermanfaat bagi kepentingan umum,
meskipun arti umum mempunyai tingkat keluasan yang berbeda.Contoh
pengertian umum untuk :
a. BPK adalah kepentingan negara.
b. Auditor Internal adalah manajemen suatu entitas (suatu bisnis).
c. Psikologi adalah klien (individu, kelompok, institusi).
d. Advokat adalah klien dan demi penegakan hukum dan keadilan.
2. Untuk menjaga kepercayaan publik dalam setiap kode etik profesi pada
umumnya ditekankan pentingnya memelihara kompetensi tinggi secara
berkelanjutan.
3. Kompetensi mencakup pengetahuan melalui pendidikan formal sesuai
dengan latar belakang profesinya, keterampilan teknis, dan sikap perilaku.
Meskipun kompetensi yang menyangkut pengetahuan ada yang secara
eksplisit diatur dalam kode etik (misalnya, kode etik psikologi, ada juga yang
tidak diatur dalam kode etik karena sudah diatur dalam
peraturan/perundangan (misalnya, kode etik advokat dan BPK), atau tidak
diatur dalam kode etik tetapi diserahkan pada kebijakan/peraturan
perusahaan (misalnya, kode etik auditor internal).
4. Aturan mengenai sikap perilaku umumnya menyangkut tanggung jawab dan
kesadaran diri sebagai pribadi, hubungan dengan rekan sejawat, hubungan
dengan klien, dan hubungan lainnya.
5. Tanggung jawab dan kesadaran diri berkaitan dengan karakter utama,
prinsip-prinsip, atau nilai-nilai dasar yang harus dimiliki seorang profesional
untuk menunjang citra dan martabat rofesinya yang luhur. Semua kode etik
menjelaskan karakter utama, prinsip-prinsip, atau nilai dasar ini, walaupun
tidak ada keseragaman mengenai jumlah, konsep, atau istilah yang
digunakan. Berikut adalah contoh karakter, prinsip, atau nilai-nilai dasar dari
beberapa profesi.
Perbandingan Kode Etik
Institusi/Profes Penekanan Kode Etik
i
BPK Independensi, integritas, dan profesionalitas
PAII Bersikap jujur,objektif, hati-hati, dan menghindari konflik
kepentingan
Psikologi Menjaga kompetensi, objektivitas, kejujuran, integritas, bersikap
bijak, dan hati-hati
Advokat Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria, jujur,
tidak membeda-bedakan agama, suku, keturunan, kedudukan
sosial, keyakinan politik, mandiri, serta tidak dipengaruhi oleh siapa
pun dan menjunjung tinggi hak asasi manusia

M. Profesi dan Hakikat Manusia Utuh

Hakikat manusia utuh adalah hidup dengan menyeimbangkan pemenuhan EQ, IQ, SQ,
dan PQ. Kesadaran untuk terus-menerus memelihara unsur kompetensi ilmu
pengtahuan dan keterampilan teknis mencerminkan upaya untuk meningkatkan IQ.
Kesadaran untuk menumbuhkan sikap perilaku yang baik dalam menjalankan profesi
sebenarnya sekaligus untuk memupuk EQ, dan SQ. Membangun karakter, prinsip-
prinsip, dan nilai-nilai dasar seperti bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menanamkan integritas, kejujuran, independensi, objektivitas, dan sejenisnya
merupakan fondasi untuk membangun SQ. Melayani klien dengan kompentesi tinggi,
menjaga hubungan harmonis dengan rekan sejawat atas dasar saling menghormati,
mengahargai, dan mempercayai, berbicara sopan dengan siapa pun, merupakan dasar
bagi pembangunan EQ.

Dengan demikian, walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit di dalam setiap kode etik,
seorang profesional yang benar-benar telah mematuhi dan mengikuti kode etik profesi
dalam menjalankan profesinya, sebenarnya disadari atau tidak, ia telah mejalani
kehidupan sebagai manusia seutuhnya.

BAB III

KESIMPULAN

Pedoman kode etik IFAC terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian A berisi prinsip-
prinsip fundamental etika profesi yang berlaku untuk seluruh profesi akuntan dan juga
berisi kerangka konsep untuk menerapkan prinsi-prinsip tersebut, bagian B berisi
penjelasan lebih lanjut mengenai penerapan kerangka konsep dan prinsip-prinsip
fundamental pada bagian A untuk situasi-situasi khusus terutama bagi mereka yang
berpraktik sebagai akuntan publik, dan bagian C berisi penjelasan lebih lanjut
mengenai kerangkan konsep dan prinsip-prinsip fundamental pada bagian A untuk
diterapkan pada situasi-situasi khusus terutama bagi profesi akuntan bisnis (akuntan
manajemen). Pengurus IAI bertekad untuk segera mungkin agar profesi akuntan
Indonesia megadopsi standar teknis dan perilaku yang dikeluarkan oleh International
Federation od Accountants (IFAC).
Tujuan khusus dari setiap organisasi profesi adalah untuk mengembangkan
kompetensi para anggota secara berkelanjutan sekaligus untuk melakukan
pengendalian perilaku para anggotanya dengan berpedoman pada kode etik yang
telah disepakati bersama. Salah satu contoh kode etik yaitu Kode Etik Badan
Pemeriksa Keuangan Reupblik Indonesia (BPK-RI) yang dituangkan dalam Peraturan
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007.

Kesadaran untuk terus-menerus memelihara unsur kompetensi ilmu pengtahuan dan


keterampilan teknis mencerminkan upaya untuk meningkatkan IQ. Kesadaran untuk
menumbuhkan sikap perilaku yang baik dalam menjalankan profesi sebenarnya
sekaligus untuk memupuk EQ, dan SQ. Membangun karakter, prinsip-prinsip, dan nilai-
nilai dasar seperti bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menanamkan integritas,
kejujuran, independensi, objektivitas, dan sejenisnya merupakan fondasi untuk
membangun SQ. Melayani klien dengan kompentesi tinggi, menjaga hubungan
harmonis dengan rekan sejawat atas dasar saling menghormati, mengahargai, dan
mempercayai, berbicara sopan dengan siapa pun, merupakan dasar bagi
pembangunan EQ.

Dengan demikian, walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit di dalam setiap kode etik,
seorang profesional yang benar-benar telah mematuhi dan mengikuti kode etik profesi
dalam menjalankan profesinya, sebenarnya disadari atau tidak, ia telah mejalani
kehidupan sebagai manusia seutuhnya.
BAB IV

REFERENSI

Agoes, S. dan Ardana, C. 2014. ETIKA BISNIS DAN PROFESI Tantangan


Membangun Manusia Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat.

Aero’s, R. 2018. PRINSIP DAN KODE ETIK DALAM BERBISNIS, diakses dari
https://www.academia.edu/7198074/PRINSIP_DAN_KODE_ETIK_DALAM_BISNIS.
[Diakses pada 29 Oktober 2020].

Anda mungkin juga menyukai