Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pancasila

Dosen Pengampu : Mairda Sukma Fatichah, S.H.M.

Disusun Oleh :

Nama : Qonia Tuzzahrok

Kelas : AKS 1D

NIM : 235221140

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2023


KATA PENGANTAR

Pancasila sebagai sistem etika memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk dasar moral dan etika dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam Pancasila bukan hanya merupakan landasan
filosofis negara, tetapi juga mencerminkan ajaran-ajaran moral yang mendalam,
yang relevan untuk diterapkan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Makalah ini
bertujuan untuk menggali esensi dan substansi nilai-nilai etis dalam Pancasila,
serta mengeksplorasi bagaimana penerapan nilai-nilai ini dapat memperkuat
keutuhan moral dan sikap bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan sesama
dan lingkungan sekitar.

Dalam tulisan ini, saya akan menganalisis secara mendalam setiap sila
dalam Pancasila, dengan menyoroti relevansinya dalam membentuk sikap etis
individu, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan. Saya akan mengulas
bagaimana prinsip-prinsip Pancasila dapat menjadi panduan utama dalam
menangani berbagai isu moral yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Tulisan ini juga akan membahas implementasi nilai-nilai Pancasila dalam


kebijakan publik, pendidikan, dan budaya, serta menyoroti kontribusi pentingnya
dalam membangun kesadaran akan pentingnya norma dan moralitas dalam
mewujudkan masyarakat yang beradab, harmonis, dan bermartabat. Melalui
pemahaman yang mendalam mengenai Pancasila sebagai sistem etika, diharapkan
bahwa makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam memperkuat
kesadaran moral dan meningkatkan kualitas hidup bagi para pembaca.

Surakarta, 2 November 2023

Penyusun,

Qonia Tuzzahrok

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Pancasila, sistem, dan etika.........................................................................3

B. Konsep Pancasila Sebagai Sistem Etika.....................................................7

C. Sistem Etika Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara....9

D. Implementasi Pancasila Sebagai Sistem Etika.........................................10

BAB III..................................................................................................................16

PENUTUPAN.......................................................................................................16

A. Kesimpulan..................................................................................................16

B. Saran............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat kita sebagai warga


negara yang memiliki pedoman dan pandangan hidup tentu mengetahui
bahwa pancasila adalah pedoman sekaligus merupakan pandangan hidup
berbangsa dan bernegara. Sejarah yang bersertakan perjuangan bangsa
dalam mencapai kemerdekaan telah menghantarkan rakyat indonesia
kepada Negara Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat
berdasarkan pancasila. Maka hal ini sudah menjadi tugas dan tanggung
jawab kita sebagai warga negara untuk mengemban kelangsungan hidup
serta mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
(Nurgiansah, 2021 dalam Yulia et al., 2021)

Meskipun Pancasila telah menjadi dasar negara Indonesia sejak


kemerdekaan, pemahaman yang mendalam mengenai nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya masih kurang tersebar luas di kalangan
masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk menjelaskan dan menganalisis
nilai-nilai etika yang terkandung dalam Pancasila agar masyarakat dapat
mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari..

Dalam era globalisasi dan modernisasi, masyarakat dihadapkan


pada berbagai tantangan moral yang kompleks seperti,korupsi dan
kekuasaan yang berlebihan, ketidakadilansosial dan ekonomi, serta
intoleransi dan ketegangan sosial. Oleh karena itu, penting untuk
mengambil langkah-langkah strategis guna mengatasi problematika yang
dihadapi sistem etika Pancasila dalam perkembangan teknologi.

1
B. Rumusan Masalah

1. Pancasila, sistem, dan etika


2. Konsep dalam berpancasila sebagai sistem etika
3. Sistem etika pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
4. Implementasi pancasila sebagai sistem etika.

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Pancasila, sistem dan etika


2. Untuk Mengetahui konsep dalam berpancasila sebagai sistem etika
3. Untuk mengetahui peran sistem etika pancasila dalam kehidupan
berbngsa dan bernegara
4. Implementasi Pancasila sebagai sistem etika.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pancasila, sistem, dan etika

1. Pancasila

Pancasila berasal dari dua kata yaitu panca dan sila. Panca artinya
lima, sedangkan sila artinya dasar atau peraturan tingkah laku yang baik,
yang penting atau senonoh. Jadi, Pancasila adalah lima dasar yang
dijadikan acuan dalam bersikap dan bertingkah laku (Muzakki, 2023).

Nilai dasar Pancasila adalah hakikat (sifat) dari pelajaran Pancasila


yang bersifat universal, sehingga nilai-nilai inti tersebut meliputi cita-cita,
tujuan, dan nilai-nilai luhur yang sejati. Pembukaan UUD 1945 merupakan
norma dasar yang berfungsi sebagai sumber hukum positif, sehingga
negara yang berstatus sebagai norma dasar atau Pada sidang BPUPKI, Ir.
Soekarno adalah orang pertama yang menyebut Pancasila sebagai lima
pokok dasar negara. Sukarno menggunakan saran seorang ahli bahasa
untuk memberikan nama ini. Sebagaimana ditetapkan oleh para pendiri
dan pembentuk negara, dasar negara adalah tujuan utama pembangunan
negara. Pancasila berfungsi sebagai dasar negara. Filosofi menentukan
bangunan negara. Filosofi setiap negara didasarkan pada kutipan,
perspektif, dan cita-citanya. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa bangsa
dasar adalah landasan filosofis bangsa. Pemahaman tentang falsafah
bangsa tertentu menghilangkan watak dan individualitas masyarakat, dan
menjadi pedoman bagaimana setiap bangsa dan rakyat harus bertingkah
laku di depan umum. Sulit untuk sepenuhnya dan sepenuhnya meniru
filosofi negara lain karena satu negara memiliki kepribadian dan
kepribadian yang berbeda (Gracya & Najicha, n.d.).

3
2. Sistem

Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau


elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi,
materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. (Amri et al., 2018). Sistem
nilai dalam pancasila adlah satu kesatuan nilai yang saling berkaitan satu
sama lain, tidak dapat ditukar atau dipindah tempatkan. Nilai- nilai
tersebut antara lain :

Pertama, Nilai Ketuhanan: Secara hierarkis, nilai ini bisa dikatakan


sebagai nilai yang tertinggi karena menyangkut nilai yang bersifat mutlak.
Seluruh nilai kebaikan diturunkan dari nilai ini (nilai ketuhanan). Suatu
perbuatan dikatakan baik apabila tidak bertentangan dengan nilai, kaidah,
dan hukum Tuhan. Pandangan demikian secara empiris bisa dibuktikan
bahwa setiap perbuatan yang melanggar nilai, kaidah, dan hukum Tuhan,
baik itu kaitannya dengan hubungan kasih sayang antarsesama, akan
menghasilkan konflik dan permusuhan. Dari nilai ketuhanan menghasilkan
nilai spiritualitas, ketaatan, dan toleransi. (Ngadino Surip, dkk, 2015: 180
dalam Amri et al., 2018)

Kedua, Nilai Kemanusiaan: Suatu perbuatan dikatakan baik apabila


sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Prinsip pokok dalam nilai
kemanusiaan Pancasila adalah keadilan dan keadaban. Keadilan
mensyaratkan keseimbangan, antara lahir dan batin, jasmani dan rohani,
individu dan sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk Tuhan yang
terikat hukum-hukum Tuhan. Keadaban mengindikasikan keunggulan
manusia dibanding dengan makhluk lain seperti hewan, tumbuhan, dan
benda tak hidup. Karena itu, suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai
dengan nilai-nilai kemanusiaan yang didasarkan pada konsep keadilan dan
keadaban. Dari nilai kemanusiaan menghasilkan nilai kesusilaan
contohnya seperti tolong menolong, penghargaan, penghormatan, kerja

4
sama, dan lain-lain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015: 180 dalam
Amri et al., 2018)

Ketiga, Nilai Persatuan: Suatu perbuatan dikatakan baik apabila


dapat memperkuat persatuan dan kesatuan. Sikap egois dan menang
sendiri merupakan perbuatan yang tidak baik, demikian pula sikap yang
memecah belah persatuan. Sangat mungkin seseorang seakan-akan
mendasarkan perbuatannya atas nama agama (sila ke1), namun apabila
perbuatan tersebut dapat memecah persatuan dan kesatuan maka menurut
pandangan etika Pancasila bukan merupakan perbuatan baik. Dari nilai
persatuan menghasilkan nilai cinta tanah air, pengorbanan, dan lain-lain.
(Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015: 180 dalam Amri et al., 2018)

Keempat, Nilai Kerakyatan: Dalam kaitannya dengan kerakyatan,


terkandung nilai lain yang sangat penting, yaitu nilai hikmat atau
kebijaksanaan dan permusyawaratan. Kata hikmat atau kebijaksanaan
berorientasi pada tindakan yang mengandung nilai kebaikan tertinggi. Atas
nama mencari kebaikan, pandangan minoritas belum tentu kalah
dibandingkan dengan pandangan mayoritas. Pelajaran yang sangat baik
misalnya pada peristiwa penghapusan tujuh kata dalam sila pertama
Piagam Jakarta. Sebagian besar anggota PPKI menyetujui tujuh kata
tersebut, namun memerhatikan kelompok yang sedikit (dari wilayah
Timur) yang secara argumentatif dan realistis bisa diterima, maka
pandangan minoritas ‘dimenangkan’ atas pandangan mayoritas. Dengan
demikian, perbuatan belum tentu baik apabila disetujui atau bermanfaat
untuk orang banyak, namun perbuatan itu baik jika atas dasar musyawarah
yang didasarkan pada konsep hikmah atau kebijaksanaan. Dari nilai
kerakyatan menghasilkan nilai menghargai perbedaan, kesetaraan, dan
lain-lain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015: 181 dalam Amri et al., 2018)

Kelima, Nilai Keadilan: Apabila dalam sila kedua disebutkan kata


adil, maka kata tersebut dilihat dalam konteks manusia selaku individu.

5
Adapun nilai keadilan pada sila kelima lebih diarahkan pada konteks
sosial. Suatu perbutan dikatakan baik apabila sesuai dengan prinsip
keadilan masyarakat banyak. Menurut Kohlberg (1995: 37), keadilan
merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi dan masyarakat. Keadilan
mengandaikan sesama sebagai partner yang bebas dan sama derajatnya
dengan orang lain. Dari nilai ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang
lain. Dari nilai keadilan juga menghasilkan nilai kepedulian, kesejajaran
ekonomi, kemajuan bersama, dan lain-lain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk,
2015: 181 dalam Amri et al., 2018)

3. Etika

Etika dalam bahasa Yunani adalah Ethos yang merupakan istilah


untuk perasaan, kebiasaan, adat istiadat, watak, serta cara berpikir untuk
melakukan suatu perbuatan atau tindakan yang baik atau buruk, sedangkan
dalam pengertian etimologisnya etika merupakan ilmu yang membahas
tentang segala kebiasaan atau adat istiadat. Sementara itu, dalam bahasa
prancis yakni Etiquete yang memiliki arti sebuah peraturan yang mengatur
dan menetapkan segala tingkah laku dalam kehidupan sosial atau
kehidupan dengan orang lain (Hudiarini, 2017 dalam
Qurotul Aini & Anggraeni Dewi, n.d.)

Etika Pancasila sebagaimana dibahas Notonagom, di mulai dengan


pembahasan tentang manusia sebagai 'mono- dualis' maupun sebagai
'mono-pluralis'. Di dalamnya di- bahas juga mengenai hubungan hak dan
wajib, dengan le- bih ditekankan pada penunaian kewajiban. Manusia
bermo- ral adalah manusia yang menu naikan kewaji ban, baik terhadap
diri pribadi, masyarakat, Tuhan maupun alam lingkungan.
(Azhar Basyir, n.d.)

6
Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis
(asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang
begitu saja diterima dalam suatu masyarakat dan sering kali tanpa disadari
menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika
di sini sama artinya dengan filsafat moral. (Kholilah et al., n.d.)

B. Konsep Pancasila Sebagai Sistem Etika

Setiap negara di dunia memiliki dasar kebangsaannya masing-


masing, yang menjadi acuan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap basis
pemerintahan dari berbagai negara di dunia memiliki karakteristiknya
masing-masing sesuai dengan karakteristik negara tersebut. Sebagaimana
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, yang juga merupakan identitas
Indonesia di mata dunia. Pancasila juga merupakan sumber dari segala
sumber hukum di bawah UUD 1945 (Berbangsa & Susanto, 2016 dalam
Gracya & Najicha, n.d.) . Pancasila sebenarnya adalah ideologi negara
yang berasal dari budaya, tradisi, dan kebiasaan leluhur Indonesia. Itu
bukan hanya ide dari para pendiri negara. Dengan kata lain, pancasila
berasal dari bangsa Indonesia sendiri dan kemudian dijadikan pedoman
hidup untuk mencapai tujuan kolektif. Pancasila juga mengandung prinsip-
prinsip dasar yang berfungsi sebagai standar untuk menilai dan
menetapkan segala bentuk penyelenggaraan pemerintahan negara dan
masyarakat.

Pancasila sebagai dasar negara harus berlandaskan nilai-nilai


Pancasila. Dapat diartikan bahwa pancasila harus menjadi kekuatan untuk
menjiwai setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam membentuk negara.
Setijo mengemukakan bahwa konsep Pancasila sebagai dasar negara
diajukan oleh Bapak presiden Ir. Soekarno yakni dalam pidatonya pada
hari terakhir dalam sidang pertama BPUPKI tepatnya tanggal 1 juni 1945,
yang didalamnya berisi bahwa menjadikan Pancasila sebagai dasar negara
atau falsafah negara. Semua anggota yang hadir setuju dengan pernyataan

7
siding. Hasil siding selanjutnya hanya dibahas dalam panitia kecil, panitia
9 yang berujung pada penyusunan “Rancangan Hukum Dasar”. Namun
atas usul Muhammad Yamin, Namanya diubah menjadi Piagam Jakarta,
yang kemudian dimasukkan ke dalam pembukaan konstitusi oleh komisi
persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia dan sebelumnya mengalami
beberapa kali perubahan sekaligus. Agar Pancasila ditetapkan sebagai
dasar negara (Gracya & Najicha, n.d.)

Kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia sangat bergantung


pada Pancasila. Pancasila berfungsi sebagai dasar negara, sebagai cita-cita
bangsa, sebagai pedoman atau landasan hidup, dan sebagai jiwa bangsa
Indonesia. Meskipun gerakan reformasi diperlukan, beberapa bagian
masyarakat tampak lepas kendali dan terjerumus pada perilaku anarkis.
Banyak konflik sosial tidak terselesaikan, dan di berbagai tempat muncul
gerakan yang mengancam persatuan. kewarganegaraan Republik Indonesia
dan tidak dapat diganggu gugat. Bangsa Indonesia sedang mengalami
krisis yang sangat kompleks yang mencakup berbagai aspek kehidupan
masyarakatnya dan negaranya. Bahkan, menurut beberapa ahli dan politisi,
yang paling serius adalah krisis moral, dengan masyarakat dan negara
sedang mengalami demoralisasi.

Ini tidak akan terjadi jika setiap anggota masyarakat, khususnya


para penyelenggara negara dan para elit politik, melakukan reformasi
secara konsisten untuk mewujudkan Masa Depan Indonesia yang dicita-
citakan, senantiasa berdasarkan kesadaran dan komitmen yang kuat
terhadap Pembukaan UUD 1945, di mana nilai-nilai Pancasila menjadi
pedoman.

Etika adalah bidang yang mempelajari bagaimana seseorang


berperilaku dan berperilaku baik dalam lingkungan sosialnya, yang diatur
oleh prinsip dan aturan tentang apa yang dianggap sebagai perilaku yang
baik. Dalam falsafah, etika membahas struktur dan pemikiran mendasar

8
tentang prinsip dan keyakinan moral. Dalam ilmu, etika membahas
bagaimana dan mengapa orang mengikuti ajaran moral tertentu. Cabang
etika yang lebih khusus dari etika sosial termasuk etika keluarga, profesi,
bisnis, lingkungan, pendidikan, kedokteran, etika jurnalistik, etika seksual,
dan etika politik.Pancasila adalah prinsip dasar yang berfungsi sebagai
pedoman hidup bagi masyarakat Indonesia. Selanjutnya, prinsip-prinsip
dasar itu menghasilkan empat prinsip penuntun hukum yang harus
digunakan sebagai pedoman untuk pembangunan hukum. Tujuan hukum
Indonesia harus mencapai dan memastikan integrasi ideologis dan
geografis bangsa (Gracya & Najicha, n.d.)

Pancasila harus memiliki kemampuan untuk berfungsi sebagai


dasar bagi hukum lain karena statusnya sebagai hukum dasar. Sangat
penting bagi Pancasila untuk menerapkan sistem etika yang sesuai di
bidang ini. Pancasila sangat penting untuk membentuk etika bangsa ini,
terutama dalam hal budi pekerti seperti berbicara, berpakaian, dan sopan
santun, yang disebutkan dalam sila kedua Pancasila.

C. Sistem Etika Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.

Pancasila juga sebagai pedoman hidup masyarakat Indonesia


dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki tujuan agar
membentuk masyarakatnya menjadi pancasilais melalui setiap nilai
Pancasila. Masyarakat yang pancasilais dapat terlihat dari segala
tindakannya yang sesuai dengan setiap nilai Pancasila. Bukan hanya
kehidupan bermasyarakat saja yang harus mengacu pada Pancasila, juga
sistem kepemerintahan yang harus sejalan dengan ideologi bangsa, yakni
ideologi Pancasila. Pengimplementasian nilai-nilai Pancasila tersebut yang
merupakan perwujudan etika Pancasila berdasarkan prinsip nilai dalam
berkehidupan (Kurniawan, 2016 dalam
Qurotul Aini & Anggraeni Dewi, n.d.)

9
Pancasila telah menjadi kesepakatan nasional bangsa Indonesia
sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, meskipun dalam
upaya implementasinya mengalami berbagai hambatan. Gerakan reformasi
yang digulirkan sejak tumbangnya kekuasaan pemerintahan presiden
Soeharto, pada hakikatnya merupakan tuntutan untuk melaksanakan
demokratisasi di segala bidang, menegakkan hukum dan keadilan,
menegakkan hak asasi manusia (HAM), memberantas korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN), melaksanakan otonomi daerah dan perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, serta menata kembali peran
dan kedudukan TNI dan POLRI.

Dalam perkembngannya, meskipun reformasi yang nyata sangat


penting di masa depan, sebagian masyarakat seperti kehilangan kendali
dan berperilaku anarkis, timbul berbagai konflik sosial yang tidak kunjung
teratasi, dan bahkan ada gerakan yang mengancam persatuan dan kesatuan
bangsa dan keutuhan NKRI di beberapa tempat.

Bangsa Indonesia sedang dilanda krisis multidimensional di


segenap aspek kehidupan masyarakat dan bangsa, bahkan menurut
beberapa pakar dan pemuka masyarakat, yang sangat serius ialah krisis
moral, masyarakat dan bangsa sedang mengalami demoralisasi
(Amri et al., 2018).

Ini tidak akan terjadi jika setiap anggota masyarakat, khususnya


para penyelenggara negara dan para elit politik, melakukan reformasi
secara konsisten untuk mewujudkan Masa Depan Indonesia yang dicita-
citakan, senantiasa berdasarkan kesadaran dan komitmen yang kuat
terhadap Pembukaan UUD 1945, di mana nilai-nilai Pancasila menjadi
pedoman.

D. Implementasi Pancasila Sebagai Sistem Etika.

10
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional mempunyai
peranan penting dalam penyelenggaraan negara di Indonesia. Nilai-nilai
yang terkandung di dalam Pancasila mampu menjadi rumusan kehidupan.
(Handayani and Dewi 2021) Menjadi bukti dari semangat kebangsaan para
founding father kita yang selalu dijadikan landasan pokok dalam berpikir
dan bertindak.(Nurgiansah 2022) Pancasila juga telah menjadi kesepakatan
bangsa Indonesia dan menjadi sesuatu yang final, karena mampu
mempersatukan bangsa Indonesia dari kayanya suku, ras dan budaya.
(Khotimah 2020b dalam Muzakki, 2023)

Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam hal pengelolaan lingkungan


hidup atau bermasyarakat merupakan kesatuan yang bulat dan utuh yang
memberikan keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia, bahwa
kebahagiaan hidup akan tercapai jika didasarkan atas keselarasan,
keserasian dan keseimbangan, baik dalam hubungan manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa maupun manusia dengan manusia; manusia dengan
alam dan manusia sebagai pribadi, dalam rangka mencapai kemajuan lahir
dan kebahagiaan batin. (Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 575 dalam
Yulia et al., 2021) . Sebagaimana disebutkan di atas, pancasila memiliki
arti sebagai perspektif, etika, dan cara hidup bangsa. Untuk menerapkan
setiap aspek pancasila sebagai sistem etika dalam kehidupan masyarakat,
sila-sila berikut akan digunakan:

1. Sila Ketuhanan Yang Mahas Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha esa ini nilai-nilainya meliputi dan


menjiwai keempat sila lainnya. Dengan sila ini bangsa indonesia
menyatakan bahwa kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan oleh karenanya masyarakat indonesia percaya dan bertakwa
kepada Tuhan Maha Esa sesuai dengan agama dan kerpcayaan yang dianut
oleh seluruh masyarkat. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha esa terkandung
nilai bahwa negara yang didirikan merupakan pengejawantahan tujuan

11
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha esa.(Asep Sulaiman 2015:45
dalam Yulia et al., 2021)

Setelah menyadari bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan


Yang Maha Esa mengganggu hubungan pribadi seseorang dengan Tuhan,
seseorang harus mengembangkan sikap saling menghormati, menghargai,
dan toleran dalam hal memungkinkan seseorang untuk beribadah sesuai
dengan agama yang mereka pilih sendiri, tanpa memaksa seseorang untuk
menganut agama lain.

Oleh karena itu, segala hal yang berkaitan dengan kehidupan


manusia, baik dalam hal pelaksanaan dan penyelenggaraan negara,
termasuk moral negara, politik, pemerintahan, hukum dan peraturan
perundang-undangan, kebebasan dan hak asasi warga negara, harus dijiwai
oleh nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemudian nilai-nilai pancasila
sila ketuhanan akan diterapkan.

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Dengan Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, manusia


diterima dan diperlakukan sesuai dengan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dengan hak, hak, dan kewajiban yang sama tanpa
membedakan agama, ras, suku, atau status sosial mereka.

Kemanusiaan yang adil dan beradab menghargai nilai-nilai


manusia, suka melakukan hal-hal yang baik, dan berani membela
kebenaran dan keadilan. Setelah menyadari bahwa semua orang memiliki
derajat yang sama, bangsa Indonesia harus belajar untuk saling
menghormati dan bekerja sama. Kehidupan masyarakat, negara, dan
kebangsaan bergantung pada prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab.

Nilai kemanusiaan ini bersumber pada dasar filosofis antropologis


bahwa hakikat manusia adalah susunan kodrat rohani (jiwa) dan raga, sifat

12
kodrat individu dan makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk pribadi
berdiri sendiri, dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha esa.(Asep
Sulaiman 2015:45 dalam Yulia et al., 2021)

3. Persatuan Indonesia

Sesuai dengan yang dicetuskan oleh Ir. Soekarno yang mengatakan


bahwa prinsip negara adalah gotong royong, Ir.Soekarno mengatakan
bahwa tidak boleh ada lagi klaim-klaim diantara golongan, pribadi, dan
kelompok apapun yang hendak memperjuangkan kepentingan mereka
sendiri di atas kepentingan bersama (Agutinus:2015). Artinya, tidak boleh
ada klaim mayoritas atas minoritas. Tidak boleh ada klaim warga pribumi
atas peranakan.Tidak boleh ada klaim kaum kaya atas kaum miskin
(Yulia et al., 2021)

Sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan dari keempat sila


lainnya karena seluruh sila terintegrasi secara sistematis.Dengan sila ini,
orang Indonesia mengutamakan persatuan dan kesatuan serta kepentingan
dan keselamatan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi mereka
sendiri. Karena cinta tanah air, orang Indonesia mampu berkorban untuk
kepentingan bersama. Sikap rela berkorban ini menumbuhkan rasa
kebanggaan nasional dan nasional dalam upaya menjaga dan
mempertahankan perdamaian. Bhinneka Tunggal Ika adalah dasar dari
persatuan ini.

Negara adalah komunitas yang terdiri dari suku, ras, kelompok,


golongan, dan kelompok agama. Oleh karena itu, perbedaan adalah sifat
bawaan manusia dan merupakan karakteristik elemen-elemen yang
membentuk negara. Konsekuensinya, negara adalah beraneka ragam tetapi
satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam suatu
seloka Bhinneka Tunggal Ika. Tidak ada gunanya memecah perbedaan
menjadi konflik dan permusuhan; sebaliknya, perbedaan harus digunakan

13
untuk saling menguntungkan, yaitu untuk bersatu dalam kehidupan
bersama untuk mencapai tujuan bersama.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan /Perwakilan

Nilai-nilai yang terkandung dalam sila rakyat yang dipimpin oleh


kebijaksanaan permusyawaratan atau perwakilan. Orang Indonesia
memiliki hak, kewajiban, dan kedudukan yang sama. Dalam menjalakan
ataupun menggunakan haknya manusia indonesia menyadari bahwa
perlunya selalu memperhatikan kepentingan dan mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat. Pada dasarnya, suatu kehendak tidak
boleh dilaksanakan kepada pihak lain.

Manusia indonesia menghormati serta menjunjung tinggi setiap


keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan harus
menerimanya dan melaksanakannya dengan itikad baik dan dengan rasa
tanggung jawab. Hal yang utama di sini adalah kepentingan bersama yang
diatas atas kepentingan pribadi dan golongan (Dewantara & Nurgiansah,
2021 dalam Yulia et al., 2021)

Hakikat rakyat merupakan sekelompok manusia sebagai makhluk


Tuhan yang Maha esa, yang bersatu yang bertujuan mewujudkan harkat
dan martabat manusia dalam suatu wilayah negara. Rakyat merupakan
subjek pendukung pokok negara. Negara adalah dari, oleh, dan untuk
rakyat (Dewantara, Nurgiansah, et al., 2021 dalam Yulia et al., 2021)

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Orang Indonesia menyadari bahwa mereka semua memiliki hak


dan kewajiban yang sama untuk mewujudkan keadilan sosial dalam
kehidupan mereka berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Hal ini perlu dikembangan

14
perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap kekeluargaan dan gotong
royong.

Untuk mencapai hal ini, perlu dikembangkan sikap adil terhadap


sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan
menghormati hak orang lain. Selain itu, perlu dikembangkan sikap suka
membantu orang lain yang membutuhkan bantuan agar dapat berdiri
sendiri, sikap suka bekerja keras, dan sikap menghargai hasil karya orang
lain, yang semua ini berkontribusi pada kemajuan dan kesejahteraan
bersama. Semuanya digabungkan untuk mencapai kemajuan yang sama
dan keadilan sosial.

Dalam setiap nilai yang terkandung dalam sila pancasila memiliki


etika yang sangat ciri khas dan melekat dengan nilainilai pancasila. Ciri
khas itu terlihat jelas karena berkaitan dengan nilai dari setiap pancasila.
Pengalaman nilai pancasila yang senantiasa diwujudkan serta
diimplentasikan dalam kehidupan berbangsa,bernegara dan bermasyarakat
akan menimbulkan berkembangnya etika pancasila. Nila ketuhanan,
kemanusian, persatuan, musyawarah serta keadilan menjadi pedoman yang
berkontribusi tumbuhnya etika pancasila pada setiap manusia Indonesia.
(Yulia et al., 2021)

15
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum di bawah


UUD 1945 dan ideologi negara yang berasal dari budaya, tradisi, dan
kebiasaan leluhur Indonesia. Dengan kata lain, pancasila berasal dari
bangsa Indonesia sendiri dan kemudian dijadikan pedoman hidup
untuk mencapai tujuan kolektif. Pancasila juga mengandung prinsip-
prinsip dasar yang berfungsi sebagai standar untuk menilai dan
menetapkan segala bentuk penyelenggaraan pemerintahan negara dan
masyarakat.
2. Kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia sangat bergantung pada
Pancasila. Pancasila berfungsi sebagai dasar negara, sebagai cita-cita
bangsa, sebagai pedoman atau landasan hidup, dan sebagai jiwa bangsa
Indonesia

16
3. Pancasila harus memiliki kemampuan untuk berfungsi sebagai dasar
bagi hukum lain karena statusnya sebagai hukum dasar. Sangat penting
bagi Pancasila untuk menerapkan sistem etika yang sesuai di bidang
ini. Pancasila sangat penting untuk membentuk etika bangsa ini,
terutama dalam hal budi pekerti seperti berbicara, berpakaian, dan
sopan santun, yang disebutkan dalam sila kedua Pancasila.
4. Dalam hal pengelolaan lingkungan hidup atau masyarakat, nilai-nilai
Pancasila adalah kesatuan yang bulat dan utuh yang memberikan
keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia bahwa kebahagiaan
hidup dapat dicapai melalui keselarasan, keserasian, dan keseimbangan
dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, manusia
dengan alam, dan manusia dengan diri mereka sendiri, untuk mencapai
kemajuan lahir dan kebahagiaan batin.

B. Saran

1. Pancasila hendaknya menjadi dasar dan pedoman bagi bangsa Indonesia


untuk bertindak dan berperilaku sehingga masyarakatnya dapat menjadi
adil dan makmur sesuai dengan tujuan negara.
2. Pancasila harus menjadi dasar dan pedoman bagi masyarakat Indonesia
untuk bertindak dan berperilaku sehingga masyarakatnya dapat menjadi
adil dan makmur sesuai dengan tujuan negara.

17
DAFTAR PUSTAKA

Amri, S. R., Tetap, D., Akbid, Y., Palopo, M., Korespondensi, A., Pajalesang, P., Blok, P., &
Palopo, A. K. (2018). JURNAL VOICE OF MIDWIFERY PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
PANCASILA as an ETHICAL SYSTEM (Vol. 08, Issue 01).
Azhar Basyir, A. (n.d.). PERBANIlItG\N ANrARA ETIKA IBNU MJ:SKAiiAIH Jl.1\N
ETIKA PAr«::ASIIA.
Gracya, S. T., & Najicha, F. U. (n.d.). PENTINGNYA PERAN PANCASILA SEBAGAI
SISTEM ETIKA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA.
Kholilah, E., Stai, H., Arif, M. ", & Jambi, K. (n.d.). PANCASILA BERKEHIDUPAN
DALAM ETIKA KEBANGSAAN.
Muzakki, I. H. (2023). PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA DALAM
MENGIMPLEMENTASIKAN MODERASI BERGAMA DI INDONESIA (Vol. 3).
Qurotul Aini, N., & Anggraeni Dewi, D. (n.d.). Sistem Etika Pancasila dalam
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Yulia, L., Dinie, &, & Dewi, A. (2021). PENGAMALAN BUTIR PANCASILA:
PERWUJUDAN IMPLEMENTASI PANCASILA SEBAGAI ETIKA DALAM
HIDUP BERMASAYARAKAT. Jurnal Kewarganegaraan, 5(1).

18

Anda mungkin juga menyukai