Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“pancasila sebagai sistem etika “

Oleh kelompok 2 :

NOVRAMLI (2210005313022)

Abdul Karim (2210005313001)

Dosen Pengampu:

Patmawati S.H M.H

AGRIBISNIS

UNIVERSITAS TAMAN SISWA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-NYA
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Banyak rintangan dan hambatan
yang kami hadapi dalam penyusunan makalah ini.Namun berkat bantuan dan dukungan dari
teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing, sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak lupa
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
dorongan dan doa.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Untukitu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah dimasa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca.

Padang, 11 Desember 2022

Hormat saya
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...........................................................................................................................5
A. Latar Belakang........................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
BAB III..........................................................................................................................................17
KESIMPULAN DAN HASIL.......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari
Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan
dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sebagai pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara, tentu saja pancasila memuat
aturan aturan dan larangan larangan. Pancasila sarat akan nilai nilai seperti nilai ketuhanan,
kemanusiaan, pesatuan, kerakyatan, dan keadilan. Oleh karena itu, secara normatif, Pancasila
dapat dijadikan acuan atas tindakan baik, dan secara filosofis dapat dijadikan sebagai persperktif
kajian atas nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. Nilai dan norma tersebut
bersifat universal, dapat ditemukan dimanapun dan kapanpun, sehingga memberikan ciri khusus
ke-Indonesia-an karena merupakan komponen yang terdapat dalam Pancasila.

Nilai, norma, dan moral adalah konsep konsep yang saling berkaitan. Ketiganya akan
memberikan pemahaman yang saling melengkapi sebagai sistem etika dalam kaitannya dengan
Pancasila. Pancasila merupakan sumber dari penjabaran segala norma, baik norma hukum,
norma moral, maupun norma kenegaraan lainnya.

Nilai-nilai Pancasila tersebut kemudian dikembangkan dalam masyarakat secara praktis


atau kehidupan nyata sehingga menjadi norma yang pada akhirnya menjadi pedoman dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Namun seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, nilai-nilai, pedoman kehidupan,
norma-norma, dan sistem etika Pancasila semakin terlupakan dalam kehidupan bangsa. Sehingga
identitas atau ciri ke-Indonesiaan yang telah disebutkan sebelumnya semakin lama pun semakin
terkikis atau bahkan meghilang.

Namun masih ada upaya untuk meluruskan kembali sistem etika tersebut.

Perkembangan jaman yang semakin maju dan terbukanya akses terhadap dunia luar
mengharuskan kita untuk mengupayakan pancasila sebagai sistem etika, agar kita, bangsa
Indonesia, tidak kehilangan identitas kita sebagai bangsa yang bermoral, memiliki etika, dan
bermartabat.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam jurnal ini
adalah :

 Apakah pengertian Pancasila itu?


 Apakah pengertian sistem itu?
 Bagaimaknakah peran Pancasila sebagai sistem etika?

1.3 Tujuan Penulisan

 Untuk mengetahui pengertian dari Pancasila.


 Untuk mengetahui pengertian dari sistem
 Untuk mengetahui peran Pancasila sebagai sistem etika.
BAB III

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan
way of life bangsa Indonesia, juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk
memberikan tuntunan atau panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan
bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi
moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap
spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila sebagai sistem
etika merupakan moral guidance yang dapat diaktualisasikan ke dalam tindakan konkrit, yang
melibatkan berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-sila Pancasila perlu diaktualisasikan
lebih lanjut ke dalam putusan tindakan sehingga mampu mencerminkan pribadi yang saleh, utuh,
dan berwawasan moral-akademis.

Pengertian Pancasila Pancasila berasal dari dua kata yaitu panca dan sila. Panca artinya lima,
sedangkan sila artinya dasar atau peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau senonoh.
Jadi, Pancasila adalah lima dasar yang dijadikan acuan dalam bersikap dan bertingkah laku.

Pengertian Sistem Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai
suatu tujuan. Sistem nilai dalam pancasila adalah satu kesatuan nilai-nilai yang ada dalam
pamcasila yang saling berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan ataupun ditukar
tempatkan karena saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Nilai-nilai yang dimaksud ialah :

Pertama, Nilai Ketuhanan: Secara hierarkis, nilai ini bisa dikatakan sebagai nilai yang
tertinggi karena menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai kebaikan diturunkan dari
nilai ini (nilai ketuhanan). Suatu perbuatan dikatakan baik apabila tidak bertentangan dengan
nilai, kaidah, dan hukum Tuhan. Pandangan demikian secara empiris bisa dibuktikan bahwa
setiap perbuatan yang melanggar nilai, kaidah, dan hukum Tuhan, baik itu kaitannya dengan
hubungan kasih sayang antarsesama, akan menghasilkan konflik dan permusuhan. Dari nilai
ketuhanan menghasilkan nilai spiritualitas, ketaatan, dan toleransi. (Ngadino Surip, dkk, 2015:
180)

Kedua, Nilai Kemanusiaan: Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan. Prinsip pokok dalam nilai kemanusiaan Pancasila adalah keadilan dan keadaban.
Keadilan mensyaratkan keseimbangan, antara lahir dan batin, jasmani dan rohani, individu dan
sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk Tuhan yang terikat hukum-hukum Tuhan. Keadaban
mengindikasikan keunggulan manusia dibanding dengan makhluk lain seperti hewan, tumbuhan,
dan benda tak hidup. Karena itu, suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan yang didasarkan pada konsep keadilan dan keadaban. Dari nilai kemanusiaan
menghasilkan nilai kesusilaan contohnya seperti tolong menolong, penghargaan, penghormatan,
kerja sama, dan lain-lain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015: 180)

Ketiga, Nilai Persatuan: Suatu perbuatan dikatakan baik apabila dapat memperkuat persatuan
dan kesatuan. Sikap egois dan menang sendiri merupakan perbuatan yang tidak baik, demikian
pula sikap yang memecah belah persatuan. Sangat mungkin seseorang seakanakan mendasarkan
perbuatannya atas nama agama (sila ke-1), namun apabila perbuatan tersebut dapat memecah
persatuan dan kesatuan maka menurut pandangan etika Pancasila bukan merupakan perbuatan
baik. Dari nilai persatuan menghasilkan nilai cinta tanah air, pengorbanan, dan lain-lain. (Ibid,
Ngadino Surip, dkk, 2015: 180)

Keempat, Nilai Kerakyatan: Dalam kaitannya dengan kerakyatan, terkandung nilai lain yang
sangat penting, yaitu nilai hikmat atau kebijaksanaan dan permusyawaratan. Kata hikmat atau
kebijaksanaan berorientasi pada tindakan yang mengandung nilai kebaikan tertinggi. Atas nama
mencari kebaikan, pandangan minoritas belum tentu kalah dibandingkan dengan pandangan
mayoritas. Pelajaran yang sangat baik misalnya pada peristiwa penghapusan tujuh kata dalam
sila pertama Piagam Jakarta. Sebagian besar anggota PPKI menyetujui tujuh kata tersebut,
namun memerhatikan kelompok yang sedikit (dari wilayah Timur) yang secara argumentatif dan
realistis bisa diterima, maka pandangan minoritas ‘dimenangkan’ atas pandangan mayoritas.
Dengan demikian, perbuatan belum tentu baik apabila disetujui atau bermanfaat untuk orang
banyak, namun perbuatan itu baik jika atas dasar musyawarah yang didasarkan pada konsep
hikmah atau kebijaksanaan. Dari nilai kerakyatan menghasilkan nilai menghargai perbedaan,
kesetaraan, dan lainlain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015: 181)

Kelima, Nilai Keadilan: Apabila dalam sila kedua disebutkan kata adil, maka kata tersebut
dilihat dalam konteks manusia selaku individu. Adapun nilai keadilan pada sila kelima lebih
diarahkan pada konteks sosial. Suatu perbutan dikatakan baik apabila sesuai dengan prinsip
keadilan masyarakat banyak. Menurut Kohlberg (1995: 37), keadilan merupakan kebajikan
utama bagi setiap pribadi dan masyarakat. Keadilan mengandaikan sesama sebagai partner yang
bebas dan sama derajatnya dengan orang lain. Dari nilai ini dikembangkanlah perbuatan yang
luhur mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu
dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
serta menghormati hak-hak orang lain. Dari nilai keadilan juga menghasilkan nilai kepedulian,
kesejajaran ekonomi, kemajuan bersama, dan lainlain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015: 181)

Pengertian Etika

Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlaq), kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlaq, nilai mengenai benar
dan salah yang dianut suatu golongan masyarakat. Secara garis besar etika dikelompokkan
menjadi :

1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia.

2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya dengan berbagai
aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun makhluk sosial (etika
sosial)

Pancasila sebagai Sistem Etika

Etika merupakan cabang filsafat Pancasila yang dijabarkan melalui sila-sila Pancasila dalam
mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia. Etika
Pancasila cenderung mendekati pada pengertian etika kebajikan dalam sistem pemerintahan. Hal
ini dikarenakan konsep deontologis dan teologis terkandung di dalam Pancasila.
Deontologi artinya Pancasila mengandung kewajiban yang harus dilaksanakan oleh warga
negara. Teleologi artinya Pancasila menjadi tujuan dari negara Idonesia. Namun, Pancasila tetap
bersumber pada etika kebajikan. Tidak hanya berorientasi pada kewajiban dan tujuan.

Adapun pemaknaan tersebut di dapatkan dari jenis etika yang mana senantiasa terkait erat
dengan bagaimana manusia bertingkah laku yang baik. Etika bersifat universal, berbeda dengan
etiket yang berlaku pada tempat tertentu (misal adat bertamu orang Jawa berbeda dengan adat
bertamu orang Batak). Etika mencakup norma moral yang bersumber dari hati nurani demi
kenyamanan bersama.

Etika memiliki arti watak, sikap, adat atau cara berpikir. Secara etimologi, etika mengandung arti
ilmu mengenai segala sesuatu yang biasa dilakukan. Etika sangat erat kaitannya dengan
kebiasaan dan tata cara hidup yang baik pada diri sendiri serta orang lain. Etika bertendensi
dengan kata moral, berarti berasal dari hati nurani setiap orang. Pada intinya, etika adalah
struktur pemikiran yang disusun guna memberi tuntunan kepada manusia dalam bersikap dan
bertingkah laku.

Pancasila sebagai sistem etika bersumber dari kehidupan masyarakat berbagai etnik di Indoensia.
Selain itu, Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma dasar (grundnorm) yang
digunakan sebagai pedoman penyusunan peraturan.

Secara politis, Pancasila sebagai sistem etika mengatur masalah perilaku politikus yang
berhubungan dengan praktik institusi sosial, hukum, komunitas, struktur sosial, politik dan
ekonomi. Dengan kata lain, para penyelenggara negara harus mencerminkan etika dari Pancasila.

Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan

Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan permaslahan yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia diantaranya:

1. Masih terdapat kasus korupsi yang melemahkan sendi kehidupan negara

2. Masih terdapat kasus terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga menurunkan sikap
toleransi dan menghambat integrase nasional
3. Masih terjadinya pelanggaran atas arti HAM dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara

4. Terdapat kesenjangan antara kelompok miskin dan kaya serta masih terdapatnya kaum
marginal di beberapa wilayah yang merasa terasingkan

5. Masih adanya ketidakadilan hukum dalam sistem peradilan di Indonesia

6. Banyak terjadi pengingkaran dalam pembayaran pajak, dan sebagainya.

Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan

Pancasila sebagai sistem etika memerlukan kajian kritis-rasional terhadap nilai moral yang hidup
agar tidak terjebak dalam pandangan yang bersifat mitos. Misalnya korupsi terjadi karena pejabat
diberi hadiah oleh seorang yang membutuhkan sehingga urusannya lancar. Dia menerima hadiah
tanpa memikirkan alasan orang tersebut memberikan bantuan. Sehingga tidak tahu kalua
perbuatannya dikategorikan dalam bentuk suap.

Hal yang sangat penting dalam mengembangkan Pancasila sebagai sistem etika meliputi:

1. Menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan penentu sikap, tindakan serta keputusan
yang akan diambil setiap warga negara.

2. Pancasila memberikan pedoman bagi setiap warga negara agar memiliki orientasi yang jelas
dalam pergaulan regional, nasional dan internasional

3. Pancasila menjadi dasar analisis kebijakan yang dibuat penyelenggara negara sehingga
mencerminkan semangat kenegaraan berjiwa Pancasila

4. Pancasila menjadi filter terhadap pluralitas nilai yang berkembang dalam berbagai bidag
kehidupan
Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan

Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal berikut:

1. Sila Ketuhanan mencerminkan bahwa Tuhan merupakan penjamin prinsip moral. Setiap
perilaku warga negara didasarkan pada prinsip moral yang bersumber pada norma agama. Ketika
prinsip moral berlandaskan pada norma agama, maka akan memberikan kekuatan pada prinsip
agar dilaksanakan oleh pengikutnya.

2. Sila Kemanusiaan memiliki prinsip acta humanus. Tindakan kemanusiaan diimplikasikan


melalui sikap adil dan beradab guna menjamin tata pergaulan antar manusia dan antar makhluk
yang berdasar pada nilai kemanusiaan tertinggi (kebajikan dan kearifan).

3. Sila Persatuan memiliki arti kesediaan hidup bersama di atas kepentingan individu dan
kelompok dalam kehidupan bernegara. Landasannya adalah nilai solidaritas dan semangat
kebersamaan yang melahirkan kekuatan dalam menghadapi ancaman pemecah belah bangsa.

4. Sila Kerakyatan sebagai sistem etika terletak pada konsep musyawarah untuk mufakat.

5. Sila Keadilan sebagai perwujudan dari sistem etika tidak menekankan pada kewajiban saja
(deontologi) atau tujuan saja (teleologi). Akan tetapi lebih menonjolkan pada kebijaksanaan
(virtue ethics).

Sumber Historis, Sosiologis, Politis Tentang Pancasila

Sumber Historis

Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika masih berbentuk sebagai Philosofische
Grondslag atau Weltanschauung. Artinya, nilai-nilai Pancasila belum ditegaskan ke dalam sistem
etika, tetapi nilai-nilai moral telah terdapat pandangan hidup masyarakat. Masyarakat dalam
masa orde lama telah mengenal nilai-nilai kemandirian bangsa yang oleh Presiden Soekarno
disebut dengan istilah berdikari (berdiri di atas kaki sendiri).
Pada zaman orde baru, Pancasila sebagai system etika disosialisasikan melalui penataran P-4 dan
diinstusionalkan dalam wadah BP-7, Ada banyak butir Pancasila yang dijabarkan dari kelima sila
Pancasila sebagai hasil temuan dari para peneliti BP-7, sebagai berikut :

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, cara pengamalannya :

a. Manusia Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

b. Hormat menghormati dan bekerja sama antar para pemeluk agama dan para penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan


kepercayaannya.

d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, cara pengamalannya :

a. Mengakiu persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban asasi antar sesame
manusia sesuai dengan harkat dan martabatnyasebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

b. Saling mencintai sesame manusia.

c. Mengembangkan sikap tenggang rasa.

d. Tidak semena-mena terhadap orang lain.

e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

g. Berani membela kebenaran dan keadilan.


3. Sila Persatuan Indonesia, cara pengamalnnya :

a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, keselamatan bangsa dan bernegara di atas


kepentingan pribadi atau golongan.

b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

c Cinta tanah air dan bangsa.

d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.

e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang berbhineka tunggal ika.

4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan, cara pengamalannya :

a. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

b. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

c. Dengan itikad yang baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil putusan
musyawarah.

d. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, cara pengamalannya :

a. Bersikap adil.

b. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

c. Menghormati hak-hak orang lain.

d. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.

e. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.


Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem etika tenggelam dalam hiruk-pikuk perebutan
kekuasaan yang menjurus kepada pelanggaran etika politik. Salah satu bentuk pelanggaran etika
politik adalah abuse of power, baik oleh penyelenggara negara di legislatif, eksekutif, maupun
yudikatif. Penyalahgunaan kekuasaan atau kewenangan inilah yang menciptakan korupsi di
berbagai kalangan penyelenggara negara.

Sumber Sosiologis

Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat
berbagai etnik di Indonesia. Misalnya, orang Minangkabau dalam hal bermusyawarah memakai
prinsip “bulat air oleh pembuluh, bulat kata oleh mufakat”. Masih banyak lagi mutiara kearifan
local yang bertebaran di bumi Indonesia sehingga memerlukan penelitian yang mendalam.

Sumber Politis

Sumber politis Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma-norma dasar sebagai sumber
penyusunan berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia. Hans Kelsen mengatakan
bahwa teori hokum itu suatunorma yang membentuk piramida. Norma yang lebih rendah
memperoleh kekuatannya dari suatu norma yang lebih tinggi. Semakin tinggi suatu norma, akan
semakin abstrak sifatnya, dan sebaliknya, semakin rendah kedudukannya, akan semakin konkrit
norma tersebut. Pancasila sebagai system etika merupakan norma tertinggi yang sifatnya abstrak,
sedangkan perundang-undangan merupakan norma yang ada di bawahnya bersifat konkrit.

Etika politik mengatur masalah perilaku politikus, berhubungan juga dengan praktik institusi
social, hokum, komunitas, struktur-struktur social, politik, ekonomi. Etika politik memiliki tiga
dimensi, yaitu :

1. Dimensi Tujuan, terumuskan dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat dan hidup
damai yang didasarkan pada kebebasan dan keadilan.

2. Dimensi Sarana, memungkinkan pencapaian tujuan yang meliputi system dan prinsipprinsip
dasar pengorganisasian praktik penyelenggaraan negara dan yang mendasari institusi-institusi
sosial.
3. Dimensi Aksi Politik, berkaitan dengan pelaku pemegang peran sebagai pihak yang
menentukan rasionalitas politik.Rasionalitas politikterdiri atas rasionalitas tindakan dan
keutamaan. Tindakan politik dinamakan rasional bila pelaku mempunyai orientasi situasi dan
paham permasalahan.

Mendeskripsikan Esensi Dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika

Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika Hakikat Pancasila sebagai system etika terletak pada hal-
hal sebagai berikut :

1. Hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan sebagai
penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap perilaku warga negara harus didasarkan atas
nilai-nilai moral yang bersumber pada norma agama. Setiap prinsip moral yang berlandaskan
pada norma agama, maka prinsip tersebut memiliki kekuatan untuk dilaksanakan oleh pengikut-
pengikutnya.

2. Hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan manusai yang
mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang dibedakan dengan actus homini, yaitu
tindakan manusia yang biasa. Tindakan kemanusiaan yang mengandung implikasi moral
diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil dan beradab sehingga menjamin tata pergaulan
antarmanusia dan antarmakhluk yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan yang tertinggi, yaitu
kebajikan dan kearifan.

3. Hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama sebagai warga bangsa
yang mementingkan masalah bangsa diatas kepentingan individu atau kelompok. System etika
yang berlandaskan pada semangat kebersamaan, solidaritas social akan melahirkan kekuatan
untuk menghadapi penetrasi nilai yang bersifat memecah belah bangsa.

4. Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk mufakat,. Artinya,
menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai orang lain.
5. Hakikat sila keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan perwujudan dari sistem
etika yang tidak menekankan pada kewajiban semata atau menekankan pada tujuan belaka, tetapi
lebih menonjolkan keutamaan yang terkandung dalam nilai keadilan itu sendiri.

Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika

Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan Pancasila sebagai system etika meliputi
hal-hal sebagai berikut :

1. Meletakkan sila-sila Pancasila sebagai system etika berarti menempatkan Pancasila sebagai
sumber moral dan inspirasi bagi penentu sikap, tindakan, dan keputusan yang diambil setiap
warga negara.

2. Pancasila sebagai system etika memberi guidance bagi setiap warga negara sehingga memiliki
orientasi yang jelas dalam tata pergaulan, baik local, nasional, regional, maupun internasional.

3. Pancasila sebagai system etika dapat menjadi dasar analisis bagi berbagai kebijakan yang
dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak keluar dari semangat negara kebangsaan yang
berjiwa Pancasila.

4. Pancasila sebagai system etika dapat menjadi filter untuk menyaring pluralitas nilai yang
berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak globalisasi yang memengaruhi
pemikiran warga negara.

Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Sistem Etika Pancasila sebagai sistem etika diperlukan
dalam kehidupan politik untuk mengatur sistem penyelenggaraan negara. Bayangkan apabila
dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara tidak ada sistem etika yang menjadi guidance atau
tuntunan bagi para penyelenggara negara, niscaya negara akan hancur. Beberapa alasan mengapa
Pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara di
Indonesia, meliputi hal-hal sebagai berikut:

Pertama, korupsi akan bersimaharajalela karena para penyelenggara negara tidak memiliki
rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya. Para penyelenggara negara tidak dapat
membedakan batasan yang boleh dan tidak, pantas dan tidak, baik dan buruk (good and bad).
Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan pemahaman atas kriteria baik (good) dan buruk
(bad). Archie Bahm dalam Axiology of Science, menjelaskan bahwa baik dan buruk merupakan
dua hal yang terpisah. Namun, baik dan buruk itu eksis dalam kehidupan manusia, maksudnya
godaan untuk melakukan perbuatan buruk selalu muncul. Ketika seseorang menjadi pejabat dan
mempunyai peluang untuk melakukan tindakan buruk (korupsi), maka hal tersebut dapat terjadi
pada siapa saja. Oleh karena itu, simpulan Archie Bahm, ”Maksimalkan kebaikan, minimalkan
keburukan” (Bahm, 1998: 58).

Kedua, dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama generasi muda sehingga
membahayakan kelangsungan hidup bernegara. Generasi muda yang tidak mendapat pendidikan
karakter yang memadai dihadapkan pada pluralitas nilai yang melanda Indonesia sebagai akibat
globalisasi sehingga mereka kehilangan arah. Dekadensi moral itu terjadi ketika pengaruh
globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, tetapi justru nilai-nilai dari luar berlaku
dominan. Contoh-contoh dekadensi moral, antara lainpenyalahgunaan narkoba, kebebasan tanpa
batas, rendahnya rasa hormat kepada orang tua, menipisnya rasa kejujuran, tawuran di kalangan
para pelajar. Kesemuanya itu menunjukkan lemahnya tatanan nilai moral dalam kehidupan
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem etika diperlukan kehadirannya sejak
dini, terutama dalam bentuk pendidikan karakter di sekolah-sekolah.

Ketiga, pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan bernegara di Indonesia
ditandai dengan melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak pihak lain. Kasus-kasus
pelanggaran HAM yang dilaporkan di berbagai media, seperti penganiayaan terhadap pembantu
rumah tangga (PRT), penelantaran anak-anak yatim oleh pihak-pihak yang seharusnya
melindungi, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan lain-lain. Kesemuanya itu
menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika
belum berjalan maksimal. Oleh karena itu, di samping diperlukan sosialisasi sistem etika
Pancasila, diperlukan pula penjabaran sistem etika ke dalam peraturan perundang-undangan
tentang HAM.

Keempat, kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan manusia,
seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi yang akan datang, global warming,
perubahan cuaca, dan lain sebagainya. Kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa kesadaran
terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika belum mendapat tempat yang tepat di hati
masyarakat. Masyarakat Indonesia dewasa ini cenderung memutuskan tindakan berdasarkan
sikap emosional, mau menang sendiri, keuntungan sesaat, tanpa memikirkan dampak yang
ditimbulkan dari perbuatannya. Contoh yang paling jelas adalah pembakaran hutan di Riau
sehingga menimbulkan kabut asap. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem etika perlu
diterapkan ke dalam peraturan perundang-undangan yang menindak tegas para pelaku
pembakaran hutan, baik pribadi maupun perusahaan yang terlibat.

Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika

1. Argumen tentang Dinamika Pancasila sebagai Sistem Etika. Beberapa argumen tentang
dinamika Pancasila sebagai sistem etika dalam penyelenggaraan pemerintahan di
Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertama, pada zaman Orde Lama, pemilu diselenggarakan dengan semangat demokrasi yang
diikuti banyak partai politik, tetapi dimenangkan empat partaipolitik, yaitu Partai Nasional
Indonesia (PNI), Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI), Partai Nahdhatul Ulama (PNU), dan
Partai Komunis Indonesia (PKI). Tidak dapat dikatakan bahwa pemerintahan di zaman Orde
Lama mengikuti sistem etika Pancasila, bahkan ada tudingan dari pihak Orde Baru bahwa
pemilihan umum pada zaman Orde Lama dianggap terlalu liberal karena pemerintahan Soekarno
menganut sistem demokrasi terpimpin, yang cenderung otoriter.

Kedua, pada zaman Orde Baru sistem etika Pancasila diletakkan dalam bentuk penataran P-4.
Pada zaman Orde Baru itu pula muncul konsep manusiaIndonesia seutuhnya sebagai cerminan
manusia yang berperilaku dan berakhlak mulia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Manusia
Indonesia seutuhnya dalam pandangan Orde Baru, artinya manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa, yang secara kodrati bersifat monodualistik, yaitu makhluk rohani
sekaligus makhluk jasmani, dan makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Manusia sebagai
makhluk pribadi memiliki emosi yang memiliki pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan,
dan tanggapan emosional dari manusia lain dalam kebersamaan hidup. Manusia sebagai mahluk
sosial, memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera. Tuntutan tersebut hanya
dapat terpenuhi melalui kerjasama dengan orang lain, baik langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itulah, sifat kodrat manusia sebagai mahluk individu dan sosial harus dikembangkan
secara selaras, serasi, dan seimbang (Martodihardjo 1993: 171).

Manusia Indonesia seutuhnya (adalah makhluk mono-pluralis yang terdiri atas susunan kodrat:
jiwa dan raga; Kedudukan kodrat: makhluk Tuhan dan makhluk berdiri sendiri; sifat kodrat:
makhluk sosial dan mahluk individual. Keenam unsur manusia tersebut saling melengkapi satu
sama lain dan merupakan satu kesatuan yang bulat. Manusia Indonesia menjadi pusat persoalan,
pokok dan pelaku utama dalam budaya Pancasila. (Notonagoro dalam Asdi, 2003: 17-18).

Ketiga, sistem etika Pancasila pada era reformasi tenggelam dalam eforia demokrasi. Namun
seiring dengan perjalanan waktu, disadari bahwa demokrasi tanpa dilandasi sistem etika politik
akan menjurus pada penyalahgunaan kekuasaan, serta machiavelisme (menghalalkan segala cara
untuk mencapi tujuan). Sofian Effendi, Rektor Universitas Gadjah Mada dalam sambutan
pembukaan Simposium Nasional Pengembangan Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan
dan Pembangunan Nasional (2006: xiv) mengatakan sebagai berikut.

“Bahwa moral bangsa semakin hari semakin merosot dan semakin hanyut dalam arus
konsumerisme, hedonisme, eksklusivisme, dan ketamakan karena bangsa Indonesia tidak
mengembangkan blueprint yang berakar pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa”.

2. Argumen tentang Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika

Hal-hal berikut ini dapat menggambarkan beberapa bentuk tantangan terhadap sistem etika
Pancasila.

Pertama, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Lama berupa sikap
otoriter dalam pemerintahan sebagaimana yang tercermin dalam penyelenggaraan negara yang
menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Hal tersebut tidak sesuai dengan sistem etika Pancasila
yang lebih menonjolkan semangat musyawarah untuk mufakat.

Kedua, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Baru terkait dengan masalah
NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan penyelenggaraan negara. Hal tersebut
tidak sesuai dengan keadilan sosial karena nepotisme, kolusi, dan korupsi hanya menguntungkan
segelintir orang atau kelompok tertentu.

Ketiga, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada era Reformasi berupa eforia kebebasan
berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma moral. Misalnya, munculnya anarkisme yang
memaksakan kehendak dengan mengatasnamakan kebebasan berdemokrasi.
BAB II

PENUTUP

2.8 Pancasila sebagai Sistem Etika

Pancasila disamping sebagai way of life bangsa Indonesia, juga merupakan struktur pemikiran yang
disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap
dan bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi
moralitas dalam diri sendiri sehingga dapat memiliki kemampuan untuk menampilkan sikap yang benar
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pancasila sebagai sistem etika merupakan tuntunan moral yang dapat diwujudkan dalam tindakan nyata,
yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Oleh karnanya, sila-sila dalam Pancasila perlu diwujudkan
dengan lebih lanjut ke dalam keputusan setiap tindakan sehingga mampu mencerminkan pribadi yang
saleh, utuh, dan berwawasan moral-akademis.
Pancasila menjadi sistem etika karena dalam Pancasila terdapat nilai, norma, dan moral yang merupakan
konsep yang saing berkaitan dan akan memberikan pemahaman yang saling melengkapi satu sama lain.
Pancasila sebagai satu sistem filsafat pada dasarnya merupakan suatu nilai yang menjadi sumber bagi
segala penjabaran norma baik norma hukum , norma moral, maupun norma kenegaraan lainnya. Selain
itu, dalam Pancasila juga terkandung pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional,
sistematis, dan komperhensif.
Pancasila memegang pernanan penting dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik bagi Indonesia.
Di setiap saat dan di manapun kita berada, etika wajib kita sertakan bersama kita. Setiap sila dalam
Pancasila mengandung arti yang besar dalam membangun etika bangsa. Pancasila memegang berbagai
aspek kehidupan bangsa. Dalam dunia internasional, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang
beetika, ramah, sopan, dan yang lainnya. Semua itu tidak lepas dari tuntunan Pancasila sebagai pedoman
beretika.
3. Kesimpulan

Pancasila merupakan dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Sebagai dasar negara,
Pancasila mengandung banyak nilai moral dan kebaikan. Oleh karena itulah Pancasila dijadikan sebagai
sistem etika. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-
pandangan moral. Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nlai-nilai
yang terkandung dalam pancasila, yaitu niai Ketuhanan, Kemanusiaan, persatuan, Kerakyatan, dan
Keadilan. Jika suatu perbuatan telah mencaup nilai-nilai dan meninggikan nilai-nilai tersebut, maka
perbuatan tersebut dapat dikatakan baik, dan berlaku sebaliknya. Pancasila sebagai sistem etika
memegang peranan penting dalam perkembanga bangsa ini karena Pancasla membentuk pla pikir bangsa
sehinga bangsa kita dapat dianggap sebagai bangsa yang bermoral dan beradab di mata dunia.
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/32889592/6._Bagaimana_Pancasila_Menjadi_Sistem_Etika

https://www.academia.edu/29707247/
A._NILAI_DASAR_NILAI_INSTRUMENTAL_DAN_NILAI_PRAKSIS

http://budisma1.blogspot.com/2011/07/pancasila-sebagai-sistem-etika.html?m=1

https://www.academia.edu/13000228/Pancasila_Sebagai_Sistem_Etika

http://sinarmentari4u.blogspot.com/2011/07/makalah-pancasila-sebagai-sistem-etika.html

http://es182.blogspot.com/2013/02/pancasila-sebagai-sumber-nilai_6.html

Anda mungkin juga menyukai