Anda di halaman 1dari 24

Makalah

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Dosen Pengampu: Irfandi S.Pd,.M.Pd

Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila

Oleh

Kelompok 6

Arianti Hasbullah 221230018

Nurul Masita 221230019

Eva Lutfiyah 221230020

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALOPO

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
"Pancasila Sebagai Sistem Etika" ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah pengetahuan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Palopo, 21 September 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................................
C. Tujuan...........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................

A. Pengertian Pancasila, Sistem, dan Etika.......................................................................


B. Pancasila Sebagai Sistem Etika....................................................................................
C. Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan.........................................
D. Konsep Pancasila Sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan.........................................
E. Esensi Pancasila Sebagai Sistem Etika dala Kehidupan..............................................
F. Mendeskripsikan Esensi Pancasila Sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan...............
G. Alasan diberlakukannya Pancasila Sebagai Sistem Etika............................................
H. Membangun Argumen tentang Dinamikan dan Tantangan Pancasila
sebagai Sistem Etika.....................................................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................................

Kesimpulan...............................................................................................................................

Saran.........................................................................................................................................

REFERENSI.............................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Aristoteles, pengertian etika menjadi dua yaitu Terminius Technickus


dan Manner and Custom. Terminius Technickus merupakan etika yang dipelajari
sebagai ilmu penegtahuan yang mempelajari suatu problema tindakan atau
pebuatan manusia. Sedangkan Manner and Custom merupakan suatu pembahasan
etika yang berhubungan atau berkaitan dengan tata cara dan adat kebiasaan yang
melekat dalam kodrat manusia atau in herent in human nature yang sangat terkait
dengan arti baik dan buru suatu perilaku, timgkah laku atau perbuatan manusia.

Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa


Indonesia, juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan
tuntunan atau panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan
bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk
mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki
kemampuan menampilkan sikap spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Pancasila sebagai sistem etika merupakan moral
guidance yang dapat diaktualisasikan ke dalam tindakan konkrit, yang melibatkan
berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-sila Pancasila perlu
diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam putusan tindakan sehingga mampu
mencerminkan pribadi yang saleh, utuh, dan berwawasan moral-akademis.

Pancasila sebagai sistem etika mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-
nilai pancasila, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan. Kelima nilai tersebut mebentuk perilaku manusia Indonesia dalam
semua aspek kehidupannya. Tujuan hal ini dilakukan agar tidak adanya
ketimpangan dalam etika agar dapat memiliki dasaran mana yang baik dan mana
yang buruk dinilai dari segi nilai luhur bangsa.
Meskipun nilai-nilai Pancasila merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam
realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun
sebenarnya nilai-nilai pancasila juga bersifat universal dapat diterima
olehsiapapun dan kapanpun.

Contoh yang sering ada adalah pemakaian etika pancasila dalam berkehidupan
beragama, jika ditinjau dari segi agama maka banyak sekali etika yang
bertentangan satu sama lain dan apabila menggunakan agama dalam kehidupan
(Bersosialisasi) maka akan susah dan tidak akan adanya bhineka tunggal ika,
tetapi pancasila memberikan sedikit wejangan kepada kita bahwasanya kita dapat
bersatu dalam bhineka tunggal ika dalam pacasila terutama etika

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pancasila, sistem, dan etika?
2. Bagaimana pancasila sebagai sistem etika?
3. Bagaimana urgensi pancasila sebagai sistem etika dalam kehidupan?
4. Bagaimana konsep pancasila sebagai sistem etika dalam kehidupan?
5. Bagaimana Esensi pancasila sebagai sistem etika dalam kehidupan?
6. Apa saja esensi dan urgensi pancasila sebagai sistem etika?
7. Apa alasan diberlakukannya pancasila sebagai sistem etika?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pancasila, sistem dan etika
2. Untuk mengetahui bagaimana pancasila sebagai sistem etika
3. Untuk mengetaui bagaimana urgensi pancasila sebagai sistem etika dalam
kehidupan
4. Untuk mengetahui bagaimana konsep pancasila sebagai sistem etika dalam
kehidupan
5. Untuk mengetahui bagaimana esensi pancasila sebagai sistem etika dalam
kehidupan
6. Untuk mengetahui apa saja esensi dan urgensi pancasila sebagai sistem
etika
7. Untuk mengetahui alasan diberlakukannya pancasila sebagai sistem etika
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila, Sistem dan Etika

Pengertian Pancasila
Pancasila berasal dari dua kata yaitu panca dan sila. Panca artinya lima,
sedangkan sila artinya dasar atau peraturan tingkah laku yang baik, yang penting
atau senonoh. Jadi, Pancasila adalah lima dasar yang dijadikan acuan dalam
bersikap dan bertingkah laku.
Pancasila sebagai ideologi negara berarti Pancasila dijadikan pedoman oleh
masyarakat Indonesia dalam menjalankan kehidupannya. Nilai-nilai yang
terkandung dalam kelima asas Pancasila menjadi landasan masyarakat dalam
bersosialisasi, kehidupan beragama, hak asasi manusia, dan bekerja sama.
Menurut Notonegoro Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia, sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi
negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai
pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan
negara Indonesia.
Menurut Muhammad Yamin Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima
dan sila yang berarti sendi, asas, dasar, atau pengaturan tingkah laku yang penting
dan baik. Dengan demikian pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman
atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik. Menurut Ir. Soekarno
pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun menurun yang sekian abad
lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan barat. Dengan demikian, Pancasila
tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia

Pengertian Sistem

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah


suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan
bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi untuk mencapai
suatu tujuan. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan suatu set entitas
yang berinteraksi, di mana suatu model matematika sering kali bisa dibuat.

Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang


berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum
misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen
kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk
suatu negara di mana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang
berada di negara tersebut.

Kata "sistem" banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam


forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan
pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam
pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang
memiliki hubungan di antara mereka.

Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi
untuk mencapai suatu tujuan. Sistem nilai dalam pancasila adalah satu kesatuan
nilai-nilai yang ada dalam pamcasila yang saling berkaitan satu sama lain, tidak
dapat dipisahkan ataupun ditukar tempatkan karena saling berkaitan antara satu
dengan yang lain. Nilai-nilai yang dimaksud ialah :
Pertama, Nilai Ketuhanan:
Secara hierarkis, nilai ini bisa dikatakan sebagai nilai yang tertinggi karena
menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai kebaikan diturunkan dari
nilai ini (nilai ketuhanan). Suatu perbuatan dikatakan baik apabila tidak
bertentangan dengan nilai, kaidah, dan hukum Tuhan. Pandangan demikian secara
empiris bisa dibuktikan bahwa setiap perbuatan yang melanggar nilai, kaidah, dan
hukum Tuhan, baik itu kaitannya dengan hubungan kasih sayang antarsesama,
akan menghasilkan konflik dan permusuhan. Dari nilai ketuhanan menghasilkan
nilai spiritualitas, ketaatan, dan toleransi. (Ngadino Surip, dkk, 2015: 180)

Kedua, Nilai Kemanusiaan:


Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan. Prinsip pokok dalam nilai kemanusiaan Pancasila adalah keadilan
dan keadaban. Keadilan mensyaratkan keseimbangan, antara lahir dan batin,
jasmani dan rohani, individu dan sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk
Tuhan yang terikat hukum-hukum Tuhan. Keadaban mengindikasikan keunggulan
manusia dibanding dengan makhluk lain seperti hewan, tumbuhan, dan benda tak
hidup. Karena itu, suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan yang didasarkan pada konsep keadilan dan keadaban. Dari nilai
kemanusiaan menghasilkan nilai kesusilaan contohnya seperti tolong menolong,
penghargaan, penghormatan, kerja sama, dan lain-lain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk,
2015: 180)

Ketiga, Nilai Persatuan:


Suatu perbuatan dikatakan baik apabila dapat memperkuat persatuan dan
kesatuan. Sikap egois dan menang sendiri merupakan perbuatan yang tidak baik,
demikian pula sikap yang memecah belah persatuan. Sangat mungkin seseorang
seakanakan mendasarkan perbuatannya atas nama agama (sila ke-1), namun
apabila perbuatan tersebut dapat memecah persatuan dan kesatuan maka menurut
pandangan etika Pancasila bukan merupakan perbuatan baik. Dari nilai persatuan
menghasilkan nilai cinta tanah air, pengorbanan, dan lain-lain. (Ibid, Ngadino
Surip, dkk, 2015: 180)

Keempat, Nilai Kerakyatan:


Dalam kaitannya dengan kerakyatan, terkandung nilai lain yang sangat penting,
yaitu nilai hikmat atau kebijaksanaan dan permusyawaratan. Kata hikmat atau
kebijaksanaan berorientasi pada tindakan yang mengandung nilai kebaikan
tertinggi. Atas nama mencari kebaikan, pandangan minoritas belum tentu kalah
dibandingkan dengan pandangan mayoritas. Pelajaran yang sangat baik misalnya
pada peristiwa penghapusan tujuh kata dalam sila pertama Piagam Jakarta.
Sebagian besar anggota PPKI menyetujui tujuh kata tersebut, namun
memerhatikan kelompok yang sedikit (dari wilayah Timur) yang secara
argumentatif dan realistis bisa diterima, maka pandangan minoritas
‘dimenangkan’ atas pandangan mayoritas. Dengan demikian, perbuatan belum
tentu baik apabila disetujui atau bermanfaat untuk orang banyak, namun perbuatan
itu baik jika atas dasar musyawarah yang didasarkan pada konsep hikmah atau
kebijaksanaan. Dari nilai kerakyatan menghasilkan nilai menghargai perbedaan,
kesetaraan, dan lainlain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015: 181)

Kelima, Nilai Keadilan:


Apabila dalam sila kedua disebutkan kata adil, maka kata tersebut dilihat dalam
konteks manusia selaku individu. Adapun nilai keadilan pada sila kelima lebih
diarahkan pada konteks sosial. Suatu perbutan dikatakan baik apabila sesuai
dengan prinsip keadilan masyarakat banyak. Menurut Kohlberg (1995: 37),
keadilan merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi dan masyarakat.
Keadilan mengandaikan sesama sebagai partner yang bebas dan sama derajatnya
dengan orang lain. Dari nilai ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu
dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain. Dari nilai keadilan juga
menghasilkan nilai kepedulian, kesejajaran ekonomi, kemajuan bersama, dan
lainlain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015: 181)

Pengertian Etika
Etika adalah aturan atau norma yang mengatur tentang tingkah laku manusia.
Etika berfungsi mengatur sikap seseorang kepada orang lain, sehingga tercipta
keadaan lingkungan yang harmonis. Individu yang beretika secara tidak langsung
sedang menunjukkan intelektualitasnya.
Pengertian Etika menurut para Pakar
Pengertian Etika Menurut Aristoteles
Filsuf asal Yunani yang merupakan murid dari Plato ini mendefinisikan etika
menjadi 2 bagian berbeda. Ada terminius technicus serta manner and
cutom. Terminus technicus adalah etika yang dipelajari sebagai ilmu
pengetahuan tentang perbuatan manusia. Sementara manner and cutom artinya
etika yang berkaitan dengan tata cara dan adat kebiasaan yang melekat pada diri
manusia.

W.J.S. Poerwadarminta

Sebagai salah satu tokoh sastra di Indonesia, Wilfridus. J. S Poerwadarminta


menerangkan bahwa etika adalah ilmu pengetahuan tentang perbuatan maupun
perilaku manusia, yang sisi baik dan buruknya ditentukan oleh pribadinya sendiri.

H. A. Mustafa

Etika artinya ilmu yang menyelidiki perilaku baik dan buruk, yang


memperhatikan sejauh mana perbuatan manusia diketahui oleh akal pikirannya
sendiri.

Louis O.Kattsoff

Hakikatnya, etika cenderung berhubungan dengan asas-asas pembenaran dalam


relasi tingkah laku yang terjadi antar manusia.

Ahmad Amin

Etika merupakan ilmu yang berkenaan dengan arti baik dan buruk dan hal yang
seharusnya dilakukan manusia. Etika juga menyatakan tujuan yang harus manusia
capai dari setiap perbuatannya.

Pendapat K. Bertens tentang Etika

K. Bertens berpendapat bahwa etika adalah nilai moral dan norma yang menjadi


pedoman bagi individu maupun kelompok. Etika mengatur tindakan atau perilaku
manusia dalam bermasyarakat. Etika juga berkaitan dengan moral dan kode etik.

Sumaryono
Etika berarti suatu kebenaran dari tindakan atau perilaku manusia terkait kodrat
yang memang melekat pada diri manusia sendiri

Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlaq), kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlaq, nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan masyarakat.
Secara garis besar etika dikelompokkan menjadi :

1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap


tindakan manusia.
2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam
hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai
individu (etika individual) maupun makhluk sosial (etika sosial)

B. Pancasila Sebagai Sistem Etika

Etika merupakan cabang filsafat Pancasila yang dijabarkan melalui sila-sila


Pancasila dalam mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di Indonesia. Etika Pancasila cenderung mendekati pada pengertian
etika kebajikan dalam sistem pemerintahan. Hal ini dikarenakan konsep
deontologis dan teologis terkandung di dalam Pancasila.
Deontologi artinya Pancasila mengandung kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh warga negara. Teleologi artinya Pancasila menjadi tujuan dari negara
Idonesia. Namun, Pancasila tetap bersumber pada etika kebajikan. Tidak hanya
berorientasi pada kewajiban dan tujuan.
Adapun pemaknaan tersebut di dapatkan dari jenis etika yang mana senantiasa
terkait erat dengan bagaimana manusia bertingkah laku yang baik. Etika bersifat
universal, berbeda dengan etiket yang berlaku pada tempat tertentu (misal adat
bertamu orang Jawa berbeda dengan adat bertamu orang Batak). Etika mencakup
norma moral yang bersumber dari hati nurani demi kenyamanan bersama.
Etika memiliki arti watak, sikap, adat atau cara berpikir. Secara etimologi, etika
mengandung arti ilmu mengenai segala sesuatu yang biasa dilakukan. Etika sangat
erat kaitannya dengan kebiasaan dan tata cara hidup yang baik pada diri sendiri
serta orang lain. Etika bertendensi dengan kata moral, berarti berasal dari hati
nurani setiap orang. Pada intinya, etika adalah struktur pemikiran yang disusun
guna memberi tuntunan kepada manusia dalam bersikap dan bertingkah laku.
Pancasila sebagai sistem etika bersumber dari kehidupan masyarakat berbagai
etnik di Indoensia. Selain itu, Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma
dasar (grundnorm) yang digunakan sebagai pedoman penyusunan peraturan.
Secara politis, Pancasila sebagai sistem etika mengatur masalah perilaku politikus
yang berhubungan dengan praktik institusi sosial, hukum, komunitas, struktur
sosial, politik dan ekonomi. Dengan kata lain, para penyelenggara negara harus
mencerminkan etika dari Pancasila.
Jika dilihat dari aliran-aliran etika, maka etika Pancasila lebih cenderung kepada
etika keutamaan, walaupun tidak meninggalkan dan tetap mengakui etika teologis
dan deontologis. Etika keutamaan lebih mendominasi, karena tercermin dalam
empat macam tabiat keshalehan, yaitu:
1. Kebijaksanaan, dimaknai sebagai pelaksaan suatu tindakan yang didorong
oleh keinginan, demi terwujudnya suatu kebaikan berdasarkan kesatuan
akal-rasa-kehendak Tuhan, dengan cara memelihara nilai-nilai religiusitas
kehidupan.
2. Kesederhanaan, dimaknai sebagai membatasi diri dari segala sesuatu yang
melampaui batas sehingga akhirnya akan menimbulkan akibat yang dinilai
salah.
3. Keteguhan, dimaknai sebagai membatasi diri dalam artian untuk
menhindari suatu penderitaan; dan
4. Keadilan, dimaknai sebagai pemberian rasa wajib kepada diri sendiri dan
orang lain dan terhadap Tuhan yang berkaitan dengan haknya. (Ristekdikti
Direktoral Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2016, 180-181)
C. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan

Urgensi Pancasila sebagai sistem etika antara lain ialah sebagai berikut ini:
1. Meletakkan sila-sila Pancasila sebagai sistem etika sama halnya dengan
menempatkan pancasila sebagai sumber moral dan inspirasi bagi penentu
sikap, tindakan, dan keputusan yang diambil setiap warga negara.
2. Pancasila sebagai sistem etika memberi guidance bagi setiap warga negara
sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan baik lokal,
nasional, regional, maupun internasional.
3. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis bagi berbagai
kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak keluar
dari semangat negara kebangsaan yang berjiwa pancasilais.
4. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk menyaring
pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai
dampak globalisasi yang mempengaruhi pemikiran warga negara.

Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan permaslahan yang


dihadapi oleh bangsa Indonesia diantaranya:
1. Masih terdapat kasus korupsi yang melemahkan sendi kehidupan negara
2. Masih terdapat kasus terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga
menurunkan sikap toleransi dan menghambat integrase nasional
3. Masih terjadinya pelanggaran atas arti HAM dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
4. Terdapat kesenjangan antara kelompok miskin dan kaya serta masih
terdapatnya kaum marginal di beberapa wilayah yang merasa terasingkan
5. Masih adanya ketidakadilan hukum dalam sistem peradilan di Indonesia
6. Banyak terjadi pengingkaran dalam pembayaran pajak, dan sebagainya.

D. Konsep Pancasila sebagai Sistem Ekonomi dalam Kehidupan


Pancasila sebagai sistem etika memerlukan kajian kritis-rasional terhadap nilai
moral yang hidup agar tidak terjebak dalam pandangan yang bersifat mitos.
Misalnya korupsi terjadi karena pejabat diberi hadiah oleh seorang yang
membutuhkan sehingga urusannya lancar. Dia menerima hadiah tanpa
memikirkan alasan orang tersebut memberikan bantuan. Sehingga tidak tahu kalua
perbuatannya dikategorikan dalam bentuk suap.
Hal yang sangat penting dalam mengembangkan Pancasila sebagai sistem etika
meliputi:
1. Menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan penentu sikap,
tindakan serta keputusan yang akan diambil setiap warga negara.
2. Pancasila memberikan pedoman bagi setiap warga negara agar memiliki
orientasi yang jelas dalam pergaulan regional, nasional dan internasional
3. Pancasila menjadi dasar analisis kebijakan yang dibuat penyelenggara
negara sehingga mencerminkan semangat kenegaraan berjiwa Pancasila
4. Pancasila menjadi filter terhadap pluralitas nilai yang berkembang dalam
berbagai bidag kehidupan

E. Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan

Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal berikut:

1. Sila Ketuhanan mencerminkan bahwa Tuhan merupakan penjamin prinsip


moral. Setiap perilaku warga negara didasarkan pada prinsip moral yang
bersumber pada norma agama. Ketika prinsip moral berlandaskan pada
norma agama, maka akan memberikan kekuatan pada prinsip agar
dilaksanakan oleh pengikutnya. Artinya, dengan demikian setiap perilaku
warga negara harus di dasarkan atas nilai-nilai moral yang bersumber
kepada norma agama atau ajaran agama.
2. Sila Kemanusiaan memiliki prinsip acta humanus. Tindakan kemanusiaan
diimplikasikan melalui sikap adil dan beradab guna menjamin tata
pergaulan antar manusia dan antar makhluk yang berdasar pada nilai
kemanusiaan tertinggi (kebajikan dan kearifan).
3. Sila Persatuan memiliki arti terletak pada kesediaan untuk hidup bersama
sebagai warga bangsa yang mementingkan masalah bangsa diatas
kepentingan individu atau kelompok dalam kehidupan bernegara. Sistem
etika yang berlandaskan pada semangat kebersamaan, solidaritas sosial
akan melahirkan kekuatan untuk menghadapi penetrasi nilai yang bersifat
memecah belahkan bangsa.
4. Sila Kerakyatan sebagai sistem etika terletak pada konsep musyawarah
untuk mufakat. Artinya, menghargai diri sendiri sama halnya menghargai
orang lain.
5. Sila Keadilan sebagai perwujudan dari sistem etika tidak menekankan
pada kewajiban saja (deontologi) atau menekankan pada tujuan belaka
(teleologi). Akan tetapi lebih menonjolkan pada kebijaksanaan (virtue
ethics) yang terkandung dalam nilai keadilan itu sendiri.
F. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika
Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika
Hakikat Pancasila sebagai system etika terletak pada hal-hal sebagai berikut :
1. Hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa
Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap perilaku
warga negara harus didasarkan atas nilai-nilai moral yang bersumber pada
norma agama. Setiap prinsip moral yang berlandaskan pada norma agama,
maka prinsip tersebut memiliki kekuatan untuk dilaksanakan oleh
pengikut-pengikutnya.

2. Hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan


manusai yang mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang
dibedakan dengan actus homini, yaitu tindakan manusia yang biasa.
Tindakan kemanusiaan yang mengandung implikasi moral diungkapkan
dengan cara dan sikap yang adil dan beradab sehingga menjamin tata
pergaulan antarmanusia dan antarmakhluk yang bersendikan nilai-nilai
kemanusiaan yang tertinggi, yaitu kebajikan dan kearifan.

3. Hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama


sebagai warga bangsa yang mementingkan masalah bangsa diatas
kepentingan individu atau kelompok. System etika yang berlandaskan
pada semangat kebersamaan, solidaritas social akan melahirkan kekuatan
untuk menghadapi penetrasi nilai yang bersifat memecah belah bangsa.

4. Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk mufakat,.


Artinya, menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai orang
lain.
5. Hakikat sila keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
perwujudan dari sistem etika yang tidak menekankan pada kewajiban
semata atau menekankan pada tujuan belaka, tetapi lebih menonjolkan
keutamaan yang terkandung dalam nilai keadilan itu sendiri.\

Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika


Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan Pancasila sebagai system
etika meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Meletakkan sila-sila Pancasila sebagai system etika berarti menempatkan
Pancasila sebagai sumber moral dan inspirasi bagi penentu sikap,
tindakan, dan keputusan yang diambil setiap warga negara.

2. Pancasila sebagai system etika memberi guidance bagi setiap warga negara
sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan, baik local,
nasional, regional, maupun internasional.

3. Pancasila sebagai system etika dapat menjadi dasar analisis bagi berbagai
kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak keluar
dari semangat negara kebangsaan yang berjiwa Pancasila.

4. Pancasila sebagai system etika dapat menjadi filter untuk menyaring


pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai
dampak globalisasi yang memengaruhi pemikiran warga negara.

G. Alasan dipelukannya Pancasila sebagai Sistem Etika

Pancasila sebagai sistem etika diperlukan dalam kehidupan politik untuk


mengatur sistem penyelenggaraan negara. Bayangkan apabila dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara tidak ada sistem etika yang menjadi
guidance atau tuntunan bagi para penyelenggara negara, niscaya negara akan
hancur. Beberapa alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan
dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia, meliputi hal-hal
sebagai berikut:

Pertama, korupsi akan bersimaharajalela karena para penyelenggara negara tidak


memiliki rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya. Para
penyelenggara negara tidak dapat membedakan batasan yang boleh dan tidak,
pantas dan tidak, baik dan buruk (good and bad). Pancasila sebagai sistem etika
terkait dengan pemahaman atas kriteria baik (good) dan buruk (bad). Archie
Bahm dalam Axiology of Science, menjelaskan bahwa baik dan buruk merupakan
dua hal yang terpisah. Namun, baik dan buruk itu eksis dalam kehidupan manusia,
maksudnya godaan untuk melakukan perbuatan buruk selalu muncul. Ketika
seseorang menjadi pejabat dan mempunyai peluang untuk melakukan tindakan
buruk (korupsi), maka hal tersebut dapat terjadi pada siapa saja. Oleh karena itu,
simpulan Archie Bahm, ”Maksimalkan kebaikan, minimalkan keburukan” (Bahm,
1998: 58).

Kedua, dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama generasi


muda sehingga membahayakan kelangsungan hidup bernegara. Generasi muda
yang tidak mendapat pendidikan karakter yang memadai dihadapkan pada
pluralitas nilai yang melanda Indonesia sebagai akibat globalisasi sehingga
mereka kehilangan arah. Dekadensi moral itu terjadi ketika pengaruh globalisasi
tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, tetapi justru nilai-nilai dari luar berlaku
dominan. Contoh-contoh dekadensi moral, antara lainpenyalahgunaan narkoba,
kebebasan tanpa batas, rendahnya rasa hormat kepada orang tua, menipisnya rasa
kejujuran, tawuran di kalangan para pelajar. Kesemuanya itu menunjukkan
lemahnya tatanan nilai moral dalam kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
Pancasila sebagai sistem etika diperlukan kehadirannya sejak dini, terutama dalam
bentuk pendidikan karakter di sekolah-sekolah.
Ketiga, pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan bernegara di
Indonesia ditandai dengan melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak
pihak lain. Kasus-kasus pelanggaran HAM yang dilaporkan di berbagai media,
seperti penganiayaan terhadap pembantu rumah tangga (PRT), penelantaran anak-
anak yatim oleh pihak-pihak yang seharusnya melindungi, kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT), dan lain-lain. Kesemuanya itu menunjukkan bahwa
kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika belum
berjalan maksimal. Oleh karena itu, di samping diperlukan sosialisasi sistem etika
Pancasila, diperlukan pula penjabaran sistem etika ke dalam peraturan perundang-
undangan tentang HAM.

Keempat, kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek


kehidupan manusia, seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi
yang akan datang, global warming, perubahan cuaca, dan lain sebagainya. Kasus-
kasus tersebut menunjukkan bahwa kesadaran terhadap nilai-nilai Pancasila
sebagai sistem etika belum mendapat tempat yang tepat di hati masyarakat.
Masyarakat Indonesia dewasa ini cenderung memutuskan tindakan berdasarkan
sikap emosional, mau menang sendiri, keuntungan sesaat, tanpa memikirkan
dampak yang ditimbulkan dari perbuatannya. Contoh yang paling jelas adalah
pembakaran hutan di Riau sehingga menimbulkan kabut asap. Oleh karena itu,
Pancasila sebagai sistem etika perlu diterapkan ke dalam peraturan perundang-
undangan yang menindak tegas para pelaku pembakaran hutan, baik pribadi
maupun perusahaan yang terlibat.

Membangun Argumentasi tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila


sebagai Sistem Etika
1. Argumen tentang Dinamika Pancasila sebagai Sistem Etika.
Beberapa argumen tentang dinamika Pancasila sebagai sistem etika dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertama, pada zaman Orde Lama, pemilu diselenggarakan dengan semangat
demokrasi yang diikuti banyak partai politik, tetapi dimenangkan empat
partaipolitik, yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Muslimin Indonesia
(PARMUSI), Partai Nahdhatul Ulama (PNU), dan Partai Komunis Indonesia
(PKI). Tidak dapat dikatakan bahwa pemerintahan di zaman Orde Lama
mengikuti sistem etika Pancasila, bahkan ada tudingan dari pihak Orde Baru
bahwa pemilihan umum pada zaman Orde Lama dianggap terlalu liberal karena
pemerintahan Soekarno menganut sistem demokrasi terpimpin, yang cenderung
otoriter.

Kedua, pada zaman Orde Baru sistem etika Pancasila diletakkan dalam bentuk
penataran P-4. Pada zaman Orde Baru itu pula muncul konsep manusiaIndonesia
seutuhnya sebagai cerminan manusia yang berperilaku dan berakhlak mulia sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Manusia Indonesia seutuhnya dalam pandangan Orde
Baru, artinya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
secara kodrati bersifat monodualistik, yaitu makhluk rohani sekaligus makhluk
jasmani, dan makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Manusia sebagai
makhluk pribadi memiliki emosi yang memiliki pengertian, kasih sayang, harga
diri, pengakuan, dan tanggapan emosional dari manusia lain dalam kebersamaan
hidup. Manusia sebagai mahluk sosial, memiliki tuntutan kebutuhan yang makin
maju dan sejahtera. Tuntutan tersebut hanya dapat terpenuhi melalui kerjasama
dengan orang lain, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itulah, sifat
kodrat manusia sebagai mahluk individu dan sosial harus dikembangkan secara
selaras, serasi, dan seimbang (Martodihardjo 1993: 171).
Manusia Indonesia seutuhnya (adalah makhluk mono-pluralis yang terdiri atas
susunan kodrat: jiwa dan raga; Kedudukan kodrat: makhluk Tuhan dan makhluk
berdiri sendiri; sifat kodrat: makhluk sosial dan mahluk individual. Keenam unsur
manusia tersebut saling melengkapi satu sama lain dan merupakan satu kesatuan
yang bulat. Manusia Indonesia menjadi pusat persoalan, pokok dan pelaku utama
dalam budaya Pancasila. (Notonagoro dalam Asdi, 2003: 17-18).
Ketiga, sistem etika Pancasila pada era reformasi tenggelam dalam eforia
demokrasi. Namun seiring dengan perjalanan waktu, disadari bahwa demokrasi
tanpa dilandasi sistem etika politik akan menjurus pada penyalahgunaan
kekuasaan, serta machiavelisme (menghalalkan segala cara untuk mencapi
tujuan). Sofian Effendi, Rektor Universitas Gadjah Mada dalam sambutan
pembukaan Simposium Nasional Pengembangan Pancasila sebagai Paradigma
Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan Nasional (2006: xiv) mengatakan sebagai
berikut.
“Bahwa moral bangsa semakin hari semakin merosot dan semakin hanyut
dalam arus konsumerisme, hedonisme, eksklusivisme, dan ketamakan
karena bangsa Indonesia tidak mengembangkan blueprint yang berakar
pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa”.

2. Argumen tentang Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika


Hal-hal berikut ini dapat menggambarkan beberapa bentuk tantangan terhadap
sistem
etika Pancasila.

Pertama, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Lama
berupa sikap otoriter dalam pemerintahan sebagaimana yang tercermin dalam
penyelenggaraan negara yang menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Hal
tersebut tidak sesuai dengan sistem etika Pancasila yang lebih menonjolkan
semangat musyawarah untuk mufakat.

Kedua, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Baru terkait
dengan masalah NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan
penyelenggaraan negara. Hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan sosial karena
nepotisme, kolusi, dan korupsi hanya menguntungkan segelintir orang atau
kelompok tertentu.
Ketiga, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada era Reformasi berupa
eforia kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma moral. Misalnya,
munculnya anarkisme yang memaksakan kehendak dengan mengatasnamakan
kebebasan berdemokrasi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Pancasila dan etika adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena
merupakan suatu sistem yang membentuk satu kesatuan yang utuh, saling
berkaitan satu dengan yang lain yang dijadikan pedoman dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Implementasi Pancasila sebagai sistem etika dapat terwujud apabila


pemerintah dan masyarakat dapat menerapkan nilai-nilai yang ada dalam
pancasila dengan mengedepankan prinsip keseimbangan antara hak dan
kewajiban.

Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika Pancasila terkandung nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai
tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek
kehidupannya. Pentingnya pancasia sebagai sistem etika bagi bangsa Indonesia
ialah menjadi rambu normatif untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Dengan demikian, pelanggaran dalam
kehidupan bernegara, seperti korupsi (penyalahgunaan kekuasaan) dapat
diminimalkan
.
Saran

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik tulisan
maupun bahasan kami sajikan oleh karena itu mohon diberikan sarannya agar
kami bisa membuat makalah lebih baik, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi kita semua, menjadi wawasan kita dalam memahami paragraf.
REFERENSI

https://www.google.com/search?
q=pancasila+sebagai+sistem+etika&oq=pancasila+sebagai+sistem+&aqs=chrome
.2.69i57j0i512l8.7952j0j4&client=ms-android-xiaomi-rvo2&sourceid=chrome-
mobile&ie=UTF-8

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/
1844390017/03TUGAS1_PANCASILA_RETNO
%2520INDRIANI_1844390017.pdf&ved=2ahUKEwi_meLv3qr6AhU5RmwGHd
fRDEAQFnoECA0QAQ&usg=AOvVaw2IJwJht5Py6R2zJLR-4r-M

https://sipejar.um.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=235592

https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-malang/pancasila-
education-pancasila-education/makalah-pancasila-sebagai-sistem-etika/23134423

https://kesbangpol.magelangkab.go.id/home/detail/pengertian-pancasila/381

https://osf.io/mept8/download/?format=pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem

file:///C:/Users/hp/Downloads/11%20Pancasila%20Sebagai%20Sistem
%20Etika.pdf

https://lms--paralel-esaunggul-ac-id.webpkgcache.com/doc/-/s/lms-
paralel.esaunggul.ac.id/mod/resource/view.php?id=208239

https://brainly.co.id/tugas/21050104

Anda mungkin juga menyukai