Dosen Pendamping:
Oleh:
2204551006
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga saya dapat menyusun makalah
Pendidikan Pancasila guna menyelesaikan Ulangan Akhir Semester ini dengan
baik.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.Aktualisasi Pancasila...................................................................................................3
A. Simpulan......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan saya bahas pada makalah kali ini
adalah:
1
1. Bagaimana aktualisasi Pancasila sebagai seorang mahasiswa , sebagai
anggota keluarga, sebagai masyarakat, dan juga merupakan bagian dari
berbangsa dan bernegara?
2. Bagaimana Pancasila sebagai suatu sistem filsafat ,etika, dan Pancasila
sebagai dasar negara, ideologi bangsa dan juga sumber dari segala sumber
hukum?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penyelesaian masalah pada makalah saya kali ini adalah:
1. Untuk menjelaskan bagaimana aktualisasi Pancasila sebagai seorang
mahasiswa , sebagai anggota keluarga, sebagai masyarakat, dan juga
merupakan bagian dari berbangsa dan bernegara?
2. Untuk menjelaskan bagaimana Pancasila sebagai suatu sistem
filsafat ,etika, dan Pancasila sebagai dasar negara, ideologi bangsa dan
juga sumber dari segala sumber hukum?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
tetapi, jika pada nilai praksisnya rumusan tersebut tidak dapat diaktualisasikan,
maka ideologi tersebut akan kehilangan kredibilitasnya. Untuk menjaga
konsistensi dalam mengaktualisasikan nilai Pancasila ke dalam praktik hidup
berbangsa dan bernegara, maka perlu Pancasila formal yang abstrak-umum
universal itu ditransformasikan menjadi rumusan Pancasila yang umum kolektif,
dan bahkan menjadi Pancasila yang khusus individual. Artinya, Pancasila menjadi
sifat-sifat dari subjek kelompok dan individual, sehingga menjiwai semua tingkah
laku dalam lingkungan praksisnya dalam bidang kenegaraan, politik, dan pribadi.
4
Jadi pancasila adalah lima dasar yang dijadikan acuan dalam bersikap dan
bertingkah laku. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau
elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi
atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem nilai dalam pancasila adalah satu
kesatuan nilai-nilai yang ada dalam pancasila yang saling berkaitan satu sama
lain, tidak dapat dipisahkan ataupun ditukar tempatkan karena saling berkaitan
antara satu dengan yang lain.
5
4. Sistem demokrasi melalui musyawarah demi tercapainya mufakat untuk
menghindari dikotomi mayoritas dan minoritas
5. Semestinya tidak ada kemiskinan dalam negara merdeka dan adil secara
sosial.
6
dijabarkan melalui sila-sila pancasila dalam mengatur perilaku kehidupan
bermasyrakat, berbangsa dan bernegara. Konsep deontologis dan teologis
yang terkandung dalam pancasila merupakan etika kebijakan dalam sistem
pemerintahan. Deontologis artinya pancasila mengandung kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh warga negara. Teologi artinya pancasila menjadi
tujuan dari negara Indonesia.
Namun, pancasila tetap bersumber pada etika kebijakan. Etika senantiasa
terkait erat dengan bagaimana manusia bertingkah laku yang baik. Pancasila
sebagai sistem etika bersumber dari kehidupan masyarakat berbagai etnik di
Indonesia. Selain itu, pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma
dasar yang digunakan sebagai pedoman penyusunan peraturan. Secara politis,
pancasila sebagai sistem etikamengatur masalah perilaku politikus yang
berhubungan dengan praktik institusi sosial, hukum, komunitas, struktur
sosial, politik dan ekonomi. Oleh karena itu, para penyelenggara negara harus
mencerminkan etika dari pancasila. Pancasila sebagai sistem etika diperlukan
dalam kehidupan politik untuk mengatur sistem penyelenggaraan negara.
Bayangkan apabila dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara tidak ada
sistem etika yang menjadi guidance atau tuntunan bagi para penyelenggara
negara, niscaya negara akan hancur.
1.3 Pancasila Sebagai Dasar Negara
Negara merupakan sesuatu yang hidup, tumbuh, mekar dan dapat mati
atau
lenyap, maka pengertian dasar Negara meliputi arti: basis atau fundament,
tujuan yang menentukan arah Negara, pedoman yang menentukan dan
mencapai tujuan Negara. Dalam kedudukannya sebagai dasar Negara,
pancasila menetukan bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang menjadi
pendukung antara Tuhan, manusia, persatuan, rakyat serta adil yang
merupakan penguat dasar Negara. Pancasila sebagai dasar Negara berarti
setiap sendi-sendi ketatanegaraan pada Negara Republik Indonesia harus
berlandaskan pada nilai-nilai pancasila. Artinya, pancasila harus senantiasa
menjadi ruh atau power yang menjiwai kegiatan dalam membentuk Negara.
7
Konsep pancasila sebagai dasar Negara dianjurkan oleh Ir. Soekarno dalam
pidatonya pada hari terakhir
sidang pertama BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, yang isinya untuk menjadikan
pancasila sebagai dasar Negara falsafah Negara atau filosophische gromdslag
bagi Negara Indonesia merdeka. Usulan tersebut ternyata dapat diterima oleh
seluruh anggota sidang. Sejak saat itu pancasila sebagai dasar Negara yang
mempunyai kedudukan sebagai berikut:
1. Sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
2. Meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar 1945.
3. Menciptakan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.
4. Menjadi sumber semangat bagi UUD 1945, dan
5. Mengandung norma-norma yang mengharuskan UUD untuk mewajibkan
perintah maupun penyelenggara Negara yang lain untuk memelihara budi
pekerti luhur.
Pancasila sebagai ideologi juga mengandung sistem nilai yang bersifat
menyuruh. Pancasila merupakan dasar kehidupan dasar sehari-hari, baik
berdasarkan realita kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan cita-cita
bangsa Indonesia, masyarakat harus lebih dahulu memahami dasar falsafah
dan ideologi negara itu, yang selanjutnya akan mendorong perilaku warga
negara, rakyat maupun penyelenggara negara dalam suasana realitas.
Pancasila juga merupakan ideologi terbuka. Artinya, yang dikandung oleh
sila-sila pancasila hanyalah terbatas pada nilai-nilai dasar dan prinsip-prinsip
dasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
1.4 Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa
Ideologi merupakan suatu ide atau gagasan. Ideologi adalah sistem
pemikiran abstrak yang bukan hanya sekedar pembentukan ide yang
diterapkan pada masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti
politik. Pancasila sebagai ideologi berarti pancasila merupakan landasan atau
gagasan yang fundamental dalam proses penyelengaraan tata pemerintahan
suatu negara, mengatur bagaimana suatu sistem itu dijalankan. Seluruh bangsa
Indonesia menjadikan pancasila sebagai dasar sistem kenegaraan. Pancasila
sebagai ideologi bangsa Indonesia bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
8
ideologi pancasila itu menjadi cita-cita normatif bagi penyelenggaraan
bernegara.
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara
Indonesia, bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan
oleh seseorang namun proses terbentuknya pancasila melalui proses yang
cukup panjang dalam sejarah Indonesia. Oleh karena itu, pancasila pada
hakikatnya adalah sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, yang jauh
sebelum bangsa Indonesia membentuk negara, nilai-nilai tersebut telah
tercermin dan teramalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai ideologi
bangsa Indonesia, pancasila sebagai ikatan budaya yang berkembang secara
alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan bukan secara paksaan.
Adapun fungsi pancasila sebagai ideologi yaitu:
1. Mempersatukan bangsa, memelihara dan mengukuhkan persatuan dan
kesatuan itu. ini sangat penting bagi bangsa Indonesia karena sebagai
masyarakat majemuk sering kali terancam perpecahan.
2. Membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya
3. Memberikan tekad untuk memelihara dan mengembangkan identitas
bangsa
4. Menyoroti kenyataan yang ada dan mengkritisi upaya perwujudan cita-cita
yang terkandung dalam pancasila
Nilai-nilai pancasila
1.5 Pancasila Sebagai Sumber Dari Segala Sumber Hukum
Sumber hukum pada hakikatnya adalah tempat kita dapat menemukan dan
menggali hukumnya. Pancasila termasuk dalam sumber hukum materiil. Pancasila
sebagai sumber hukum materil ditentukan oleh muatan atau bobot materi yang
terkandung dalam pancasila. Terdapat tiga kualitas materi pancasila yaitu:
pertama, muatan pancasila merupakan muatan filosofis Indonesia. Kedua, muatan
pancasila sebagai identitas hukum nasional. Dan yang ketiga, pancasila tidak
menentukan perintah, larangan dan sanksi melainkan hanya menentukan asas-asas
fundamental bagi pembentukan hukum. Adanya sumber hukum sebagai tempat
untuk menggalli dan menemukan hukum dalam suatu masyarakat dan negara,
mengakibatkan hukum memiliki tatanan tersendiri. Menurut Hans Kelsen, norma
9
yang validasinya tidak dapat diperoleh dari norma lain yang lebih tinggi disebut
sebagai norma dasar. Semua norma yang validitasnya dapat ditelusuri ke satu
norma dasar yang sama membentuk suatu sistem norma, atau sebuah tatanan
norma. Norma dasar yang menjadi sumber utama ini merupakan pengikat diantara
semua norma yang berbeda-beda yang membentuk suatu tatanan norma. Menurut
Achmad Ali, stufenbautheorie Kelsen merupakan peraturan hukum
keseluruhannya dari norma dasar yang berada di puncak piramida, dan semakin ke
bawah semakin beragam dan menyebar. Norma dasar teratas adalah bersifat
abstrak dan semakin ke bawah semakin konkrit. Dalam proses itu, apa yang
semula berupa sesuatu yang “seharusnya”, berubah menjadi sesuatu yang “dapat”
dilakukan.
Teori Kelsen tentang hirarkis norma kemudian dikembangkan oleh
muridnya Nawiasky dalam bukunya Allgemeine Rechtslehere. Nawiasky
menegaskan bahwa sistem norma hukum di negara manapun selalu berlapis-lapis
dan berjenjangjenjang. Norma yang di bawah berlaku, bersumber dan berdasar
pada norma yang lebih tinggi lagi, sampai pada suatu norma yang tertinggi yang
disebut norma dasar. Nawiasky kemudian memberi gagasan baru tentang sistem
norma tersebut yaitu dengan adanya pengelompokan norma. Menurut Nawiasky,
pengelompokan norma dalam suatu negara terdiri atas empat kelompok besar
yaitu: kelompok pertama, Staatfundamentalnorm atau norma fundamental negara.
Kelompok kedua, Staatgrundgesetz (aturan dasar/pokok negara). Kelompok
ketiga, Formell Gesetz (UndangUndang). Kelompok keempat, Verordnung &
Autonome Satzung (aturan pelaksana & aturan otonom).
Bedasarkan gagasan Kelsen dan Nawiasky di atas tentang stufenbautheory
atau teori tata urutan norma, dapat dipahami bahwa norma dasar atau norma
fundamental negara berada pada puncak piramida. Oleh karena itu, Pancasila
sebagai norma dasar berada pada puncak piramida norma. Dengan demikian,
Pancasila kemudian menjadi sumber tertib hukum atau yang lebih dikenal sebagai
sumber dari segala sumber hukum. Hal demikian, telah dikukuhkan oleh
memorandum DPR-GR yang kemudian diberi landasan yuridis melalui Ketetapan
MPR No. XX/MPRS/1966 jo Ketetapan MPR No. V/MPR/1973 jo Ketetapan
10
MPR No. IX/MPR/1978.15 Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
dimaksudkan sebagai sumber dari tertib hukum negara Indonesia.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
Hans Kelsen. 2014. Teori Umum Tentang Hukum Dan Negara (diterjemahkan
dari buku Hans Kelsen, Generaly Theory of Law and State. New York: Russel and
Russel, 1971), Bandung: Nusa Media.
12