Anda di halaman 1dari 17

PANCASILA SEBAGAI SUMBER MORAL DAN ETIKA BAGI BANGSA

INDONESIA SERTA CONTOH KASUS PERILAKU JUJUR

Disusun Oleh:

KELOMPOK

 Suci Mega M (1121210182)


 Marsela Ika (3021210263)
 Sudhira Nandiwardhana W (6021210012)
 Raihan Fawazi (4121210017)
 Thaareq Rahmandhanu I (1121210142)

Dosen Pengampu:

Zulfadli Barus, SH., MH., MM

UNIVERSITAS PANCASILA

PANCASILA A20

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah yang
berjudul “Pancasila Sebagai Sumber Moral Dan Etika Serta Contoh Kasus Perilaku Jujur”
dengan baik.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Zulfadli Barus, SH., MH., MM
Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Tak lupa kepada
berbagai pihak yang bersangkutan, kami ucapkan terima kasih karena telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Saya tentu menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya berharap kepada pembaca untuk bersedia
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik. Demikian, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca
untuk menambah pengetahuan.

Jakarta, 01 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................3
C. Tujuan dan Manfaat.................................................................................................3
D. Metode Penelitian....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5
1. Kerangka Teori........................................................................................................5
a. Pancasila Sebagai Ideologi,...............................................................................5
b. Pancasila Sebagai Dasar Negara........................................................................7
c. Pancasila Sebagai Falsafah................................................................................8
d. Oligarki..............................................................................................................10
2. Analisis....................................................................................................................11
BAB III PENUTUP.............................................................................................................14
1. Kesimpulan..............................................................................................................14
2. Saran........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
a. Das Sollen
Pancasila dibentuk sebagai dasar negara karena ,5Pancasila lah yang menjadi
cerminan dari bangsa indonesia itu sendiri. Pancasila berasal dari 2 kata yakni
“panca” dan “sila”. Panca yang berarti lima dan sila yang berarti aturan. Salah satu
alasan Pancasila dibentuk pada zaman dulu adalah untuk mengatur masyarakat atau
rakyatnya yang begitu banyak dan memiliki keanekaragaman budaya.
Pancasila sebagai sumber moral dan etika adalah “way of life” atau “jalan
hidup” bangsa Indonesia. Maka dari itu diharapkan Pancasila menjadi bentuk jati
diri dari rakyat Indonesia, guna menjaga perilaku dalam bermasyarakat. Dalam
pembuatan Pancasila hingga di tetapkannya pada tahun 1945 bertujuan untuk
mengatur masyarakatnya dengan cara yang bisa di terima oleh masyarakat itu
sendiri tanpa adanya penolakan dari masyarakat.
Etika dapat diartikan sebagai aturan yang mengatur perilaku yang berkaitan
dengan Tindakan seseorang ataupun suatu kelompok masyarakat terhadap suatu
budaya ataupun sebagainya. Jika dilihat dari sudut pandang filsafat Pancasila, etika
masihlah menjadi bagian dari filasat Pancasila yang dijabarkan melalui sila sila yang
terdapat didalam Pancasila. Guna mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Sedangkan moral bisa dikatakan sebagai
suatu prinsip yang berhubungan dengan perilaku benar atau salah.
Jika dilihat secara garis besar, peran Pancasila Sebagai Sumber Moral dan
Etika bagi Bangsa Indonesia adalah sebagai pengatur perilaku masyarakat agar
menjaga tindakannya agar tidak keluar dari norma ataupun aturan aturan yang
berlaku dimasyarakat. 1

ii
i
b. Das Sein
Tujuan asli dari Pancasila adalah sebagai pengatur perilaku masyarakat. Tapi
semakin majunya zaman banyak juga ideologi baru yang muncul dan terkadang
dapat menggantikan ideologi yang ada sejak lama. Tidak dapat dipungkili kalau
zaman terus berkembang menggikuti kemajuan zaman ataupun tekonologi. Budaya
budaya baru yang bukan budaya asli Indonesia juga mulai masuk dan menggangu
beberapa budaya Indonesia itu sendiri. Bukan hanya sedekar budaya makanan,
pakaian ataupun cara berbicara saja yang masuk ke Indonesia tapi etika dan moral
juga mengikutinya.
Jika budaya yang dibawa dapat menjadikan Indonesia menjadi lebih baik itu
mungkin masih bisa diterima tapi bagaimana jika hanya membawa dampak buruk
saja. Pancasila yang berguna untuk mengatur etika dan moral masyarakat sudah
mulai dilupakan. Bagi beberapa masyarakat mungkin hal itu hanya hal sepele yang
tidak begitu diperhatikan tapi sedikit demi sedikit hal ini mulai terasakan terbukti
dengan semakin banyaknya pelanggar aturan di masyarakat.
Etika dan moral yang dianggap benar seperti berkata jujur, sopan santun,
saling menghormati, gotong royong dan sebagainya yang di ambil berdasarkan
prinsip Pancasila mulai pudar. Mungkin hanya orang orang yang mengerti dengan
makna dari Pancasila saja yang mengerti dengan hal itu dan masih
mempertahankannya. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti, bagaimana
Pancasila Sebagai Sumber Moral Dan Etika Bagi Bangsa Indonesia, di zaman yang
terus berkembang ini, lalu bagaimana agar konsep Pancasila Sebagai Sumber Moral
Dan Etika Bagi Bangsa Indonesia dapat kita pertahankan,

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang ingin
dibahas dalam makalah ini adalah:
a. Apa yang dimaksud Pancasila sebagai sumber moral dan etika bagi Bangsa
Indonesia?
b. Bentuk pelaksaan moral dan etika berdasarkan Pancasila?

i
v
c. Cara agar kita dapat mempertahankan Pancasila sebagai moral dan etika bagi
bangsa Indonesia di zaman yang terus berkembang ini?

3. Tujuan Dan Manfaat

Tujuan dari penelitian makalah ini adalah:


a. Mengerti Pancasila sebagai moral dan etika bagi bangsa Indonesia
b. Dapat mempraktekan atau melaksanakan ,5moral dan etika yang sesuai
dengan norma atau aturan yang ada.
c. Dapat mempertahankan ataupun mengikuti perkembangan zaman agar
Pancasila sebagai moral dan etika bagi bangsa Indonesia tidak hilang.

4. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
deksriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi pustaka. Hal tersebut dapat
menunjang penambahan referensi yang dapat digunakan dalam proses penyusunan sebuah
penelitian. “Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk
mendekati problem dan mencari jawaban” (Mulyana, 2008: 145). Menurut Sugiyono (2007:
1), metode penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian kualitatif
bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-
kualitasnya, alih-alih mengubahnya menjadi entitas-entitas kuantitatif (Mulyana, 2008:
150). Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki.2

2
Dhita prasanti, [JURNAL LONTAR VOL. 6 NO 1 JANUARI-JUNI 2018, 13-21]
file:///C:/Users/Suci%20Mega/Downloads/645-Article%20Text-1889-1-10-20180630.pdf
v
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kerangka Teori

A. Pancasila sebagai Ideologi

Pancasila sebagai ideologi bangsa Ideologi bangsa Indonesia mengandung nilai-


nilai dan gagasan-gagasan dasar yang dapat dilihat dalam sikap, perilaku, dan kepribadian
bangsa Indonesia.
Menurut Alfian, suatu ideologi yang baik harus mengandung tiga dimensi agar
supaya dapat memelihara relevansinya yang tinggi/kuat terhadap perkembangan aspirasi
masyarakat dan tuntutan perubahan zaman. Kehadiran ketiga dimensi yang saling
berkaitan, saling mengisi, dan saling memperkuat itu menjadikan ideologi yang kenyal
dan tahan uji dari masa ke masa. Dimensi-dimensi sebagai mana tersebut di atas dapat
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
b. Dimensi Idealitas
Ideologi ini mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang
kehidupan bermasyarakat, bebangsa, dan bernegara. Dengan demikian, bangsa yang
memiliki ideologi adalah adalah bangsa yang telah mengetahui kearah mana mereka akan
membangun bangsa dan negaranya.
c. Dimensi Fleksibilitas
Ideologi harus memberikan ruang yang memungkinkan berkembangnya pemikiran-
pemikiran baru tentang ideologi tersebut, tanpa menghilangkan hakikat yang terkandung
didalamnya.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan
zaman, dan dinamika internal. Dinamika internal tersebut memberi peluang kepada
penganutnya untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran baru yang relevan dan sesuai
dengan perkembangan dari masa ke masa. Dengan demikian,ideologi tersebut tetap
aktual,selalu berkembang dan menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat.

Sandra, Andrew Shandy Utama Vol.13, No.1 April 2018

v
i
B. Pancasila Sebagai Dasar Negara

Pancasila mempunyai Arti lima dasar atau 5 asas yaitu nama dari dasar negara
kirta, Negara Republik Indonesia. Istilah Pancasila ini, Sudah dikenal sejak zaman
majapahit pada abad XIV yang terdapat dalam buku “Nagara Kertagama” karangan Mpu
Tantular, dalam buku sutasoma tersebut, Pancasila merupakan sebuah landasan dan
pedoman utama bagi masyarakat indonesia dalam melaksanakan segala kegiatan
bermasyarakat Indonesia dalam melaksanakan segala kegiatan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Pancasila Sebagai Dasar negara artinya adalah Sebagai
Pondasi negara dan Pegangan Bangsa yang kuat sehingga bangsa indonesia memiliki
Ideologi sendiri dan mampu berdiri menjadi bangsa yang kokoh tanpa dipengaruhi oleh
bangsa bangsa lainnya. Makna Makna Pancasila diantaranya sebagai berikut, diantaranya
yaitu :
Sebagai dasar negara: Pancasila merupakan sebuah landasan dan pedoman utama bagi
masyarakat Indonesiadalam melaksanakan segala kegiatanbermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Pancasila juga menjadi sumber dari segala sumber hukum di Indonesia yang
memiliki nilai nilai khas Negara Kesatuan RepublikIndonesia.Sebagai pandangan hidup:
Pancasila merupakan sebuah landasan fundamental sebagai suatu petunjuk yang
digunakan masyarakat Indonesia dalam melaksanakan berbagai bidang aktifitas dengan
mencakup nilai- nilai moral, religius dan kebudayaan untuk menyelesaikan segala
permasalahan secara tepat Setiap negara pasti mempunyai dasar negara. Dasar negara
merupakan fundamen atau pondasi dari bangunan negara. Kuatnya fundamen sebuah
negara akan menguatkan berdirinya negara itu. Sedangkan kerapuhan fundamen suatu
negara yaitu disebabkan oleh lemahnya negara tersebut.

v
ii
Puji Ayu Handayani & Dinie Anggraeni Dewi Jurnal Kewarganegaraan Vol. 5 No.1 Juni 2021

Sebagai dasar negara indonesia pancasila sering disebut sebagai dasar falsafah
negara (filosofische gronslad dari negara), dan staatsfundamentele norm, weltanschauug
dapat diartikan sebagai ideologi negara (staatsidee). Negara indonesia ini, dalam
pengelolaan atau pengaturan kehidupan bernegara sangat dilandasi oleh filsafat atau
ideologi pancasila. Fundamen suatu negara harus tetap kuat dan kokoh serta tidak
memungkinkan untuk diubah. Mengubah fundamen, dasar, atau ideologi berarti
mengubah eksistensi dan sifat suatu negara. Keutuhan suatu negara dan bangsa bertolak
dari sudut kuat atau lemahnya bangsa itu berpegang kepada dasar negaranya Kedudukan
pancasila sebagai dasar negara berarti pancasaila sebagai dasar dari suatu
penyelenggaraan kehidupan bernegara bagi negara indonesia. Kedudukan pancasila
sebagai dasar negara tersebut sesuai dengan yang tersusun dalam UUD 1945 alinea ke 4.
Dengan kedudukan yang istimewa tersebut, maka dalam proses penyelenggaraan
kehidupan bernegara memiliki fungsi yang kuat juga. Pasal pasal dalam UUD 1945
menggariskan ketentuan ketentuan yang menunjukkan fungsi pancasila dalam proses
pelaksanaan kehidupan bernegara. Dibawah ini dikemukakan ketentuan ketentuan yang
menunjukan fungsi dari masing masing sila dalam proses pelaksanaan kehidupan
bernegara.Ketentuan yang menunjukan fungsi dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
yaitu: kehidupan bernegara bagi bangsa indonesia berdasarkan pada ketuhanan yang
maha esa. Negara menjamin setiap warganya untuk memeluk agama dan beribadah
sesuai agamanya masing masing, serta memberikan toleransi dari setiap umat beragama.
Dan negara juga memberikan kebabasan untuk setiap agama yang dianut oleh warga
negaranya.Selanjutnya, ketentuan yang menunjukkan fungsi dari sila Kemanusiaan Yang
Adil dan Beradab, yaitu : pengakuan oleh negara terhadap hak bagi setiap bangsa untuk
menentukan nasibnya sendiri, negara mengkehendaki agar warga negara indonesia tidak
melakukan tindakan yang sewenangnya kepada sesama manusia sebagai manisfestasi
sifat bangsa yang berbudaya tinggi. Jaminan kedudukan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan serta berkewajiban untuk menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan
yang ada bagi setiap warga negaranya.

v
ii
Puji Ayu Handayani & Dinie Anggraeni Dewi Jurnal Kewarganegaraan Vol. 5 No.1 Juni 2021

C. Pancasila Sebagai Falsafah

Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia, sehingga dapat diambil


kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang
diharapkan menjadipandangan hidup bangsa Indonesia sebagai pemersatu, lambang
persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara. Pancasila
sebagai pandangan hidup Pancasila dianggap memiliki nilai-nilai kehidupan paling
baik. Pancasila dijadikan dasar dan motivasi dalam sikap, tingkah laku dan
perbuatan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semua sila dari
Pancasila tidak dapat dilaksanakan secara terpisah-pisah karena Pancasila
merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan. Dalam sejarah indonesia,
telah mencatat bahwa diantara tokoh tokoh perumus pancasila itu diantaranya
adalah Mr.Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Maka, dapat
dikemukakan mengapa pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan
kisruh politik di negara indonesia ini, yaitu yang pertama adalah karena secara
intrinsik dalam pancasila itu mengandung toleransi, dan barang siapa yang
menentang pancasila, maka ia menentang toleransi.Karena itu, pancasila merupakan
wadah yang cukup fleksibel, dimana dapat meambung atau mencangkup paham
paham positif yang dianut oleh negara indonesia. Selanjutnya, karena sila sila dalam
pancasila itu terdiri dari nilai nilai serta norma norma yang positif dan sesuai dengan
pandangan hidup bangsa negara indonesia, sedangkan nilai dan norma yang
bertentangan dengan pancasila, pasti akan di tolak. Contohnya seperti atheisme.
Karena, pancasila itu benar dan tidak bertentangan dengan keyakinan
sertaagamanya.Pancasila sebagai dasar negara didapat dari pembukaan uud 1945
alinea ke 4 dan tertuang dalam memorandum DPR-GR 9 juni 1966 yang menandakan
pancasila sebagai pandangan hidup yang telah didapatkan dan dimurnikan oleh
ppki, atas nama rakyat indonesia menjadi dasar negara republik indonesia.

Puji Ayu Handayani & Dinie Anggraeni Dewi Jurnal Kewarganegaraan Vol. 5 No.1 Juni 2021
i
x
Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh MPRS dengan ketetapan No.
XX/MPRS/1966. ketetapan MPR No.V/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan
pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumbeer dari tertib
hukum di indonesia.Dasar pancasila yang pertama dan utama, yaitu sebagai dasar
negara indonesia. Penerapan pancasila sebagai dasar negara memberikan
pengertianbahwa negara indonesia itu merupakan negara pancasila. Hal itu
mengandung arti bahwa negara harus tunduk padanya, membela serta
melaksanakan seluruh perundang undangan. Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan
negara pancasila adalah suatu negara yang didirikan, dipertahankan, dan
dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat
serta hak hak asasi semua warga negara indonesia. Agar semua warga negara
indonesia dapat hidup dengan layak di indonesia.Pandangan tersebut melikiskan
pancasila secara integral (utuh dan menyeluruh) sehingga menjadikan penopang
yang kokoh dan kuat terhadap negara yang didirikan diatasnya, dipertahankan dan
dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat dari
hak hak asasi semua warga indonesia ini. Perlindungan dan pengembangan martabat
serta hak hak asasi semua warga negara, perlindungan dan pengembangan martabat
kemanusiaan itu merupakan kewajiban negara, yakni dengan memandang
manusia.manusia adalah manusia sesuai dengan principium identitasnya.Dengan
demikian maka dapat kita ringkas bahwa pancasila sebagai dasar negara itu,
sesungguhnya berisi Ketuhanan yang maha esa, yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab,yang berpersatuan indonesia, danberkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmad, kebijaksanaan dalam permusyawaratan/peradilan, serta berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat indonesia. Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berketuhanan yang maha esa, yang berpersatuan indonesia, yang berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalampermusyawaratan/ perwakilan, dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Puji Ayu Handayani & Dinie Anggraeni Dewi Jurnal Kewarganegaraan Vol. 5 No.1 Juni 2021

x
Persatuan Indonesia, yangberketuhanan yang maha esa, dan berkemanusiaan
yang adil dan beradab,berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaandalam permusyawaratan/perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, yang
berketuhanan yang maha esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan indonesia, dan berkerakyatanyang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Pancasila berkaitan erat
dengan pendidikan pada umumnya, dan secara khusus pada pendidikan pancasila
serta kewarganegaraan (ppkn).
Mengartikan pancasila kedalam implementasinya, untuk membangun
karakter bangsa merupakan upaya merevitalisasi pancasila kedalam bentuk
fungsional dalam membentuk karakter bangsa indonesia. Secara kultural dasar
pemikiran tentang pancasila dan nilai nilai pancasila muncul pada nilai kebudayaan
dan nilai religius yang dimiliki indonesia sendiri. Nilai pancasila merupakan das
sollen bagi bangsa indonesia, sehingga seluruh derivasi normatif serta praktis
berbasis pada nilai nilai pancasila. Integrasi pancasila sebagai sistem filsafat menjadi
asas kerohanian bangsa harus dijadikan basis dan inti dalam membangun karakter
bangsa yang sinergi dengan pembangunan sistem nasional

Puji Ayu Handayani & Dinie Anggraeni Dewi Jurnal Kewarganegaraan Vol. 5 No.1 Juni 2021

x
i
D. Oligarki

kemunculan dan kebangkitan kelompok-kelompok agamis yang bertautan dengan


oligark dan kelompok oligarki yang bertransformasi dalam dukungan pada Pilkada di
daerah. Sebagian sarjana memahami fenomena tersebut sebagai kemunculan varian
oligarki yang berboncengan dengan populisme agama.1 Tidak hanya itu, fenomena lain
seperti kemunculan sosok dan figur dalam proses elektoral, yang secara historis tidak
memiliki rekam jejak kedekatan dengan kelompok oligarki, terutama pada kelompok
oligarki warisan Orde Baru, tetapi bisa memenangi kontestasi elektoral. Fenomena yang
oleh sebagian sarjana menyebutnya sebagai kemunculan figur reformasi anti-oligarki
konsep oligarki yang selama ini diturunkan oleh Jeffrey A. Winters perlu disesuaikan
dengan konteks di Indonesia. Salah satunya, perkembangan kapitalisme di Indonesia
yang relatif masih terbelakang, membuat konfigurasi oligarki memiliki ciri yang tentu
saja tidak serupa dengan apa yang telah diamati oleh pemikir oligarki di tempat lain.
Selain itu, dominan debat yang berlangsung selama ini masih terhenti pada tataran
melihat oligarki sebagai tradisi Weberian, yang menempatkan agency sebagai fokus
utama pengamatan.6 Imbasnya, oligarki sebagai kacamata analisis lebih banyak
bertumpu pada para elit dan konglomerat, yang hanya melihat oligarki dalam hal; Jika
tidak memperluas kekayaannya secara ekonomi, maka konsep oligarki ditempatkan
sebagai upaya pertahanan ekonomi elit dan para konglomerat.
Buku yang berjudul Oligarki: Kritik dan Teori dengan editor Abdis Mughis
Mudhoffir dan Coen Husain Pontoh hadir sebagai alternatif dalam memahami
perkembangan oligarki yang secara kontekstual berlangsung di Indonesia.
Menyuguhkan sembilan artikel dengan sudut pandang penulis yang berbeda menjadi
kelebihan yang disajikan buku ini, seperti bangunan kokoh yang disusun dari beberapa
penulis yang sangat kompeten. Secara garis besar, buku ini berangkat dari kritik
terhadap konsep oligarki.

Abdis Mughis Mudhoffir dan Coen Husain Pontoh Jurnal Politik Profetik Volume 8, No. 2 Tahun 2020

x
ii
Abdis Mughis Mudhoffir dan Coen Husain Pontoh Jurnal Politik Profetik Volume 8, No.
2 Tahun 2020

kemudian menawarkan argumen besar


dari kritik terhadap konsep oligarki, bahwa oligarki bisa eksis di Indonesia karena
ditopang oleh relasi kapital yang dominan. Buku ini sangat relevan untuk dijadikan
sebagai salah satu bahan bacaan, terlebih bagi mereka yang ingin lebih paham tentang
konsep dan perkembangan oligarki di Indonesia.oligarki di Indonesia bukan karena para
konglomerat atau elit memiliki banyak pundi-pundi kekayaan, tetapi lebih dari itu,
oligarki di Indonesia bisa eksis dan tetap mampu bertahan dalam setiap keadaan karena
ditopang oleh relasi sosial, dalam hal ini adanya relasi kapital yang paling dominan.
Situasi ini membuat para konglomerat punya ruang lebih besar untuk bertahan dan
memperluas jejaring ekonominya dengan memanfaatkan instrumen-instrumen politik.
Mudhoffir dan Coen menganggap jika oligarki di Indoensia bukan usang, tetapi perlu
didekati dengan perspektif yang lebih kontesktual. Tawaran perspektif tentang oligarki
yang relevan untuk konteks di Indonesia bagi penulis adalah mendekati oligarki dengan
berangkat pada tradisi Marxisme, melihat oligarki sebagai produk dari relasi kapital
Selain itu, tradisi modernitas dalam melihat kondisi ekonomi-politik di
Indonesia bernuansa politik pengetahuan nampak pada peminggiran secara sistematis
pendekatan Marxisme dalam memahami kondisi ekonomi-politik, kemudian di saat
bersamaan menawarkan konsep-konsep lain, seperti konsep pemerintahan yang baik,
konsep pertumbuhan ekonomi, konsep transisi demokrasi, sayangnya tawaran konsep
konsep ini bagi Mudhoffir dan Coen jarang bahkan nyaris tidak pernah menyentuh akar
persoalan ekonomi-politik di Indonesia, yaitu tentang ketimpangan. Hasilnya, premis
premis yang ditawarkan pun semakin bias dari penyelesaian situasi sosial di Indonesia
yang banyak ditopang oleh keadaan ekonomi.

Abdis Mughis Mudhoffir dan Coen Husain Pontoh Jurnal Politik Profetik Volume 8, No. 2 Tahun 2020

x
ii
2. Analisis

A. Manusia Indonesia beriman yaitu meyakini adanya Tuhan yang diwujudkan


dalam ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ketaatan iman terlihat dari
menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan Tuhan. Nilai adalah salah
satu tujuan negara yaitu mewujudkan tata masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila. Sebagai warga negara indonesia yang baik,
hendaknya kita sebagai warga negara indonesia, mempelajarai dan memahami
kembali implementasi bahwa pancasila sangat penting bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara. Dan merupakan dasar negara bagi kita semua.

B. Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia, sehingga dapat diambil


kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang
diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai pemersatu,
lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara.
Pancasila sebagai pandangan hidup Pancasila dianggap memiliki nilai-nilai
kehidupan paling baik. Pancasila dijadikan dasar dan motivasi dalam sikap, tingkah
laku dan perbuatan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

C. bahwa oligarki di Indonesia bukan karena para konglomerat atau elit memiliki banyak
pundi-pundi kekayaan, tetapi lebih dari itu, oligarki di Indonesia bisa eksis dan tetap mampu
bertahan dalam setiap keadaan karena ditopang oleh relasi sosial, dalam hal ini adanya relasi
kapital yang paling dominan. Situasi ini membuat para konglomerat punya ruang lebih besar
untuk bertahan dan memperluas jejaring ekonominya dengan memanfaatkan instrumen-
instrumen politik.

BAB III
x
i
PENUTUP

1. Kesimpulan

Pancasila merupakan falsafah dan dasar negara Republik Indonesia sebagai pedoman bagi
segala kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila terdiri atas lima sila yang mengandung nilai-nilai di dalamnya, nilai-nilai tersebut
diwujudkan sebagai pengamalan dalam kehidupan masyarakat. Seiring dengan arus
globalisasi penerapan nilai-nilai Pancasila kian memudar ditengah-tengah masyarakat,
sehingga Pancasila tidak mampu lagi menjadi pandangan bagi masyarakat Indonesia, hal ini
juga meliputi para generasi muda Indonesia. Generasi muda sebagai generasi penerus
bangsa diharapkan membawa perubahan yang lebih baik bagi bangsa ini dengan
berpedoman pada Pancasila.

Oligarki adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya secara efektif dipegang
oleh kelompok elit kecil dari masyarakat, baik dibedakan menurut kekayaan, keluarga, atau
militer.

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis


memberikan saran sebagai berikut :

1. Disarankan untuk lebih meningkatkan kesadaran akan menerapkan nilai-nilai


Pancasila agar sikap yang dilakukan oleh masyarakat dapat sesuai dengan
nilai dari pancasila tersebut, yaitu menciptakan manusia yang berjiwa
Pancasila dan senantiasa menjadi pemuda-pemuda yang berguna bagi bangsa
dan Negara Indonesia.

2. Perlunya pendekatan dengan perspektif yang lebih kontesktual.

x
v
DAFTAR PUSAKA

x
v

Anda mungkin juga menyukai