Disusun Oleh :
Fealintricia Kamalah Romadhona 1101180009
Puput Novitasari 1101180010
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam.
Atas karunianya dan nikmatnya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Pancasila dan Religi dalam Keberagaman
Masyarakat Indonesia” disusun dalam rangka memenuhi Tugas Kelomok Mata Kuliah
Filsafat Pancasila yang diampu oleh Bapak Dr. Mardi Widodo, M.Pd.
Besar harapan kami melalui makalah ini dapat digunakan sebagai penunjang ilmu
di masyarakat khususnya mahasiswa PPKn. Demikian apa yang bisa kami sampaikan,
semoga pembaca bisa mengambil manfaat dari penulisan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Religius merupakan suatu keadaan dan keyakinan yang ada dalam diri
seseorang yang dapat mendorong seseorang itu bertingkah laku, bersikap, berbuat
dan bertindak sesuai dengan ajaran agama yang telah dianutnya. Nilai religius
sangat mempengaruhi manusia dalam bertingkah laku dan bersikap, seseorang
bila tingkah laku dan sikapnya baik maka orang tersebut memiliki nilai religius
yang baik pula kepada agamanya. Religius sebagai pendorong manusia dalam
membangun keimanan kepada tuhan sehingga manusia dapat selalu berbuat
kebaikan dan selalu mengingat kebesaran tuhannya dan memiliki keyakinan yang
bertambah kepada tuhannya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka dapat ditarik suatu Rumusan
Masalah sebagai berikut :
Makalah ini saya susun untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah
Filsafat Pancasila yang diampu oleh Bapak Dr. Mardi Widodo, M.Pd.
b. Bagi Pembaca
Makalah ini kami susun untuk menambah wawasan pembaca terkait tentang
Apa sajakah makna nilai yang terkandung di dalam Pancasila dam Bagaimana
Pancasila dan Religi dalam keberagaman masyarakat Indonesia menurut
Driyarkara.
BAB II
PEMBAHASAN
Nilai adalah suatu ide atau konsep tentang apa yang seseorang pikirkan
merupakan hal yang penting dalam hidupnya. Nilai dapat berada di dua kawasan:
kognitif dan afektif. Nilai adalah ide, bisa dikatakan konsep dan bisa dikatakan
abstraksi (Simon, 1986). Nilai merupakan hal yang terkandung dalam hati nurani
manusia yang lebih memberi dasar dan prinsip akhlak yang merupakan standar
dari keindahan dan efisiensi atau keutuhan kata hati (potensi). Langkah-langkah
awal dari “nilai” adalah seperti halnya ide manusia yang merupakan potensi
pokok human being. Nilai tidaklah tampak dalam dunia pengalaman. Dia nyata
dalam jiwa manusia.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan sebagai perilaku kehidupan dan
berbangsa dan bernegara, artinya pancasila merupakan falsafah negara dan
pandangan hidup/cara hidup bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara untuk mencapai cita-cita nasional.
Sebagai dasar negara dan sebagai pandangan hidup, Pancasila mengandung nilai-
nilai luhur yang harus dihayati dan dipedomanioleh seluruh warga negara
Indonesia dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.
Nilai merupakan hal yang terkandung dalam hati nurani manusia yang
lebih memberi dasar dan prinsip akhlak yang merupakan standar dari keindahan
dan efisiensi atau keutuhan kata hati (potensi). Pancasila sebagai dasar filsafat
negara dan sebagai perilaku kehidupan dan berbangsa dan bernegara, artinya
pancasila merupakan falsafah negara dan pandangan hidup/cara hidup bagi
bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan
bernegara untuk mencapai cita-cita nasional. Sebagai dasar negara dan sebagai
pandangan hidup, Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang harus dihayati dan
dipedomanioleh seluruh warga negara Indonesia dalam hidup dan kehidupan
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Sebagai bangsa Indonesia yang baik
maka kita harus menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang
mengandung makna yang sangat baik bagi keutuhan bangsa.
Sepemahaman Driyarkara, Pancasila itu pada dasarnya dwisila. Yang lima itu
sesungguhnya hanya dua, yaitu kemanusiaan dan ketuhanan. Sila pertama itu
ketuhanan. Sementara itu, sila kedua sampai kelima itu kemanusiaan. Akan tetapi,
kalau ditelusuri lebih jauh, dwisila itu pun masih bisa disederhanakan menjadi
ekasila. Alasannya, kemanusiaan itu adalah implikasi logis dari orang yang
menjunjung ketuhanan. Cinta kasih pada sesama termuat dalam cinta kasih pada
Tuhan. Dengan demikian, yang lima itu sesungguhnya hanya satu, yaitu
ketuhanan. Cinta kasih yang mendasari Perikemanusiaan, Keadilan Sosial,
Kerakyatan, dan Kebangsaan adalah wujud konkret dari cinta kasih pada Tuhan.
Pancasila adalah potensi yang mengarah pada sikap saling menghormati,
saling menghargai, saling mengasihi, dan saling menerima dalam perbedaan,
keberagaman, dan kebhinekaan sebab dasarnya Pancasila itu adalah cinta kasih,
terutama cinta kasih kepada Tuhan dan cinta kasih kepada sesama. Pancasila
adalah potensi ke religi. Pancasila adalah dorongan ke religi. Manusia yang
memikirkan Pancasila sedang memikirkan religi. Manusia yang mengamalkan
Pancasila sedang bereligi. Bahkan, dapat dikatakan bahwa Pancasila memeroleh
konkretisasinya dalam tindakan hidup beragama. Dalam kaitannya dengan religi,
Pancasila harus dipandang sebagai falsafah.
Dengan keberagaman yang dimiliki masyarakat Indonesia pandangan
Pancasila dan Religi dapat diterapkan dengan baik sebagai manusia yang harus
hidup berdampingan dengan manusia yang lain. Sehingga tercipta cinta kasih yag
damai antar sesama manusia. Masyarakat Indonesia itu beragam. Masyarakat
Indonesia sudah memiliki falsafah yang mempersatukan keberagaman tersebut
yaitu Pancasila. Oleh karena itu, pengkotak-kotakan masyarakat berdasarkan
etnis, ras, suku, agama, adalah hal yang bertentangan terhadap makna Pancasila
itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA