Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PANCASILA DAN RELIGI

“Pancasila dan Religi dalam Keberagaman Masyarakat Indonesia”

Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok


dalam Mata Kuliah Filsafat Pancasila

Dosen Pengampu : Dr. Mardi Widodo, M.Pd.

Disusun Oleh :
Fealintricia Kamalah Romadhona 1101180009
Puput Novitasari 1101180010

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam.
Atas karunianya dan nikmatnya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Pancasila dan Religi dalam Keberagaman
Masyarakat Indonesia” disusun dalam rangka memenuhi Tugas Kelomok Mata Kuliah
Filsafat Pancasila yang diampu oleh Bapak Dr. Mardi Widodo, M.Pd.

Dalam penyusunannya makalah ini melibatkan berbagai elemen sebagai


penyongsong isi materi di makalah ini baik secara lisan maupun secara elektronik maupun
web-web yang ada di internet. Oleh sebab itu kami mengucapkan banyak terima kasih
atas segala kontribusinya dalam membantu penyusunan makalah ini. Meski telah disusun
sebaik mungkin secara maksimal, namun penulis hanyalah manusia biasa menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Karenanya penulis mengharapkan kritik
maupun saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Besar harapan kami melalui makalah ini dapat digunakan sebagai penunjang ilmu
di masyarakat khususnya mahasiswa PPKn. Demikian apa yang bisa kami sampaikan,
semoga pembaca bisa mengambil manfaat dari penulisan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia, menjadi dasar pedoman


dalam segala pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia
termasuk peraturan perundang-undangan. Pancasila merupakan cerminan bangsa
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai
Pancasila yang terkandung di dalam Pancasila menjadi tolak ukur bagi bangsa
Indonesia dalam penyelenggaraan bernegara. Karena konsekuensi dari hal itu
bahwa penyelenggaraan bernegara tidak boleh menyimpang dari nilai ketuhanan,
nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

Di dalam Pancasila terkandung banyak nilai dimana dari keseluruhan nilai


tersebut terkandung di dalam 5 garis besar dalam kehidupan berbangsa bernegara.
Perjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan tak lepas dari nilai Pancasila.
Sejak zaman penjajahan sampai sekarang, kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai
Pancasila tersebut. Indonesia hidup di dalam berbagai keberagaman, baik itu
suku, bangsa, budaya dan agama. Dari semuanya itu, Indonesia berdiri dalam
suatu keutuhan.

Menjadi kesatuan dan bersatu di dalam persatuan yang kokoh di bawah


naungan Pancasila dan semboyannya, Bhineka Tunggal Ika. Pancasila membuat
Indonesia tetap teguh dan bersatu di dalam keberagaman budaya. Dan menjadikan
pancasila sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan budaya dengan yang lain.
Karena ikatan yang satu itulah. Pancasila menjadi inspirasi berbagai macam
kebudayaan yang ada di Indonesia.

Religius merupakan suatu keadaan dan keyakinan yang ada dalam diri
seseorang yang dapat mendorong seseorang itu bertingkah laku, bersikap, berbuat
dan bertindak sesuai dengan ajaran agama yang telah dianutnya. Nilai religius
sangat mempengaruhi manusia dalam bertingkah laku dan bersikap, seseorang
bila tingkah laku dan sikapnya baik maka orang tersebut memiliki nilai religius
yang baik pula kepada agamanya. Religius sebagai pendorong manusia dalam
membangun keimanan kepada tuhan sehingga manusia dapat selalu berbuat
kebaikan dan selalu mengingat kebesaran tuhannya dan memiliki keyakinan yang
bertambah kepada tuhannya.

Religius menyangkut diri pribadi seseorang, tingkat kereligiusan seseorang


itu berbeda-beda, religius memiliki hubungan yang sangat khusyuk antara
manusia dengan tuhannya. Nilai-nilai religius ini memiliki tujuan untuk mendidik
dan mendorong manusia berjalan di jalan Tuhan, membuat manusia berbuat baik
dan meningkatkan iman hanya kepada Tuhan

Dengan kondisi masyarakat yang memiliki keberagaman baik keberagaman


ras, budaya, suku bangsa, dan juga agama dan kepercayaan. Pancasila dan religi
dapat dipandang sebagai penyatuan nilai-nilai yang baik, apalagi pancasila
dikatakan sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia, Pancasila ada untuk
memelihara keberagaman yang ada.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pancasila memiliki nilai-nilai


yang mengandung banyak makna didalamnya. Salah satunya nilai religi.
Hubungan pancasila dan religi dapat digali lebih dalam lagi apalagi dengan
kondisi masyarakat indonesia yang memiliki keberagaman yang khas. Untuk itu
penulis sangat tertarik untuk membahas tentang “Pancasila dan Religi dalam
Keberagaman Masyarakat Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas maka dapat ditarik suatu Rumusan
Masalah sebagai berikut :

1. Apa sajakah makna nilai yang terkandung di dalam Pancasila ?


2. Bagaimana Pancasila dan Religi dalam keberagaman masyarakat Indonesia
menurut Driyarkara?
C. Tujuan Pembahasan
a. Bagi Penulis

Makalah ini saya susun untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah
Filsafat Pancasila yang diampu oleh Bapak Dr. Mardi Widodo, M.Pd.

b. Bagi Pembaca

Makalah ini kami susun untuk menambah wawasan pembaca terkait tentang
Apa sajakah makna nilai yang terkandung di dalam Pancasila dam Bagaimana
Pancasila dan Religi dalam keberagaman masyarakat Indonesia menurut
Driyarkara.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Nilai yang Terkandung dalam Pancasila

Nilai adalah suatu ide atau konsep tentang apa yang seseorang pikirkan
merupakan hal yang penting dalam hidupnya. Nilai dapat berada di dua kawasan:
kognitif dan afektif. Nilai adalah ide, bisa dikatakan konsep dan bisa dikatakan
abstraksi (Simon, 1986). Nilai merupakan hal yang terkandung dalam hati nurani
manusia yang lebih memberi dasar dan prinsip akhlak yang merupakan standar
dari keindahan dan efisiensi atau keutuhan kata hati (potensi). Langkah-langkah
awal dari “nilai” adalah seperti halnya ide manusia yang merupakan potensi
pokok human being. Nilai tidaklah tampak dalam dunia pengalaman. Dia nyata
dalam jiwa manusia.

Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, memiliki


fungsi yang sangat fundamental. Selain bersifat yuridis formal yang
mengharuskan seluruh peraturan perundang undangan berdasarkan pada
Pancasila yang sering disebut sebagai sumber dari segala sumber hukum,
Pancasila bersifat filosofis.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan sebagai perilaku kehidupan dan
berbangsa dan bernegara, artinya pancasila merupakan falsafah negara dan
pandangan hidup/cara hidup bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara untuk mencapai cita-cita nasional.
Sebagai dasar negara dan sebagai pandangan hidup, Pancasila mengandung nilai-
nilai luhur yang harus dihayati dan dipedomanioleh seluruh warga negara
Indonesia dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.

Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi:

a. ke-Tuhanan, yaitu sebagai kausa prima;


b. kemanusiaan, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial;
c. kesatuan, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri;
d. kerakyatan, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong;
dan
e. keadilan, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang
menjadi haknya.

Bangsa Indonesia sejak awal mendirikan negara, berkonsensus untuk


memegang dan menganut Pancasila sebagai sumber inspirasi, nilai dan moral
bangsa. Konsensus bahwa Pancasila sebagai anutan untuk pengembangan nilai
dan moral bangsa ini secara ilmiah filosofis merupakan pemufakatan yang
normatif. Secara epistemological, bangsa Indonesia punya keyakinan bahwa nilai
dan moral yang terpancar dari asas Pancasila ini sebagai suatu hasil sublimasi dan
kritalisasi dari sistem nilai budaya bangsa dan agama yang kesemuanya bergerak
vertikal dan horizontal serta dinamis dalam kehidupan masyarakat.

Refleksi filsafat yang dikembangkan oleh Notonegoro untuk menggali nilai-


nilai abstrak, hakikat nilai-nilai Pancasila, ternyata kemudian dijadikan pangkal
tolak pelaksanaannya yang berujud konsep pengamalan yang bersifat subjektif
dan objektif. Pengamalan secara objektif adalah pengamalan di bidang kehidupan
kenegaraan atau kemasyarakatan yang penjelasannya berupa suatu perangkat
ketentuan hukum yang secara hierarkis berupa pasal-pasal UUD, Ketetapan MPR,
Undang-undang Organik dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya.

Pengamalan secara subjektif adalah pengamalan yang dilakukan oleh manusia


individual, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat ataupun
sebagai pemegang kekuasaan yang penjelmaannya berupa tingkah laku dan sikap
dalam hidup sehari-hari. Nilai-nilai yang bersumber dari hakikat Tuhan, manusia,
satu rakyat dan adil dijabarkan menjadi konsep Etika Pancasila, bahwa hakikat
manusia Indonesia adalah untuk memiliki sifat dan keadaan yang
berperiKetuhanan Yang Maha Esa, berperi-Kemanusiaan, berperi-Kebangsaan,
berperi-Kerakyatan, dan berperi-Keadilan Sosial.

Makna nilai yang terkandung didalam Pancasila dapat diuraikan sebagai


berikut:
1. Nilai Ketuhanan
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti adanya pengakuan dan
keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan pencipta alam semesta. Dengan nilai
ini menyatakan bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius bukan
bangsa atheis. Nilai ketuhanan juga memiliki arti adanya pengakuan akan
kebebasan memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada
paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antar umat beragama.
2. Nilai Kemanusiaan
Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab memiliki arti kesadaran sikap
dan perilaku sesuai dengan nilai moral-moral dalam hidup bersama atas dasar
tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana
mestinya.
3. Nilai Persatuan
Nilai Persatuan Indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu
dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan
menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa
Indonesia.
4. Nilai Kerakyatan
Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui
lembaga-lembaga perwakilan.
5. Nilai Keadilan
Nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengandung makna
sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang
Adil dan Makmur secara lahiriah ataupun batiniah. Nilai-nilai dasar itu sifatnya
abstrak dan normatif. Karena sifatnya abstrak dan normatif, isinya belum dapat
dioperasionalkan. Agar dapat bersifat operasional dan eksplisit, perlu
dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai instrumental tersebut
adalah UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya.
B. Pancasila dan Religi dalam keberagaman masyarakat Indonesia menurut
Driyarkara
Pancasila sebagai falsafah yang terberi, yang digali dari dalam manusia
Indonesia, dan yang sudah senantiasa ada dalam kepribadian manusia Indonesia
adalah penjamin bagi ‘kebhinekaan’ supaya tetap ‘tunggal ika’. Pancasila adalah
potensi yang mengarah pada sikap saling menghormati, saling menghargai, saling
mengasihi, dan saling menerima dalam perbedaan, keberagaman, dan
kebhinekaan sebab dasarnya Pancasila itu adalah cinta kasih, terutama cinta kasih
kepada Tuhan dan cinta kasih kepada sesama.
Pengenalan Pancasila sebagai falsafah cinta kasih yang menjamin
langgengnya keberagaman masyarakat Indonesia ini telah dirumuskan dengan
baik oleh Prof. Dr. N. Driyarkara, SJ. Driyarkara dikenal dan dikenang sebagai
pejuang Pancasila. Ia memandang Pancasila sebagai falsafah hidup dan nilai
religius yang mampu menyatukan bangsa pada suatu tujuan yang luhur.
Driyarkara, sebagai seorang rohaniwan, negarawan, dan filsuf telah memberi
sumbangan yang besar bagi negara Indonesia, khususnya bagi Pancasila.
Sepemahaman Driyarkara, Pancasila itu pada dasarnya dwisila. Yang lima itu
sesungguhnya hanya dua, yaitu kemanusiaan dan ketuhanan. Sila pertama itu
ketuhanan. Sementara itu, sila kedua sampai kelima itu kemanusiaan. Akan tetapi,
kalau ditelusuri lebih jauh, dwisila itu pun masih bisa disederhanakan menjadi
ekasila. Alasannya, kemanusiaan itu adalah implikasi logis dari orang yang
menjunjung ketuhanan. Cinta kasih pada sesama termuat dalam cinta kasih pada
Tuhan. Dengan demikian, yang lima itu sesungguhnya hanya satu, yaitu
ketuhanan. Cinta kasih yang mendasari Perikemanusiaan, Keadilan Sosial,
Kerakyatan, dan Kebangsaan adalah wujud konkret dari cinta kasih pada Tuhan.
Manusia tidak dapat membicarakan cinta kasih tanpa melibatkan Tuhan. Max
Scheler mengatakan bahwa makhluk adalah kristalisasi cinta kasih Tuhan. Di
dunia ini manusia dipanggil untuk ikut mengambil bagian dalam karya Tuhan.
Cinta kasih manusia itu tidak lain adalah pancaran cinta kasih Tuhan Maha
Pengasih.
Segeralah dapat ditemukan paralel antara Pancasila sebagai ekasila
(Ketuhanan) dan religi. Pancasila adalah potensi ke religi. Pancasila adalah
dorongan ke religi. Manusia yang memikirkan Pancasila sedang memikirkan
religi. Manusia yang mengamalkan Pancasila sedang bereligi. Bahkan, dapat
dikatakan bahwa Pancasila memeroleh konkretisasinya dalam tindakan hidup
beragama. Dalam kaitannya dengan religi, Pancasila harus dipandang sebagai
falsafah (weltanschauung). Memang Driyarkara membedakan filsafat dari
falsafah.
Filsafat tinggal di wilayah teori dalam ranah pengertian abstrak. Sementara
itu, falsafah lebih jauh merupakan pendirian, pandangan hidup, atau sikap dan
tindakan yang nyata. Falsafah dengan sendirinya mengandung filsafat. Akan
tetapi, filsafat belum tentu terwujud menjadi falsafah. Pancasila sebagai
religiusitas bangsa (pusat dan tujuan seluruh hidup bangsa) harus dipandang
sebagai weltanschauung (sikap hidup) yang melahirkan amalan-amalan nyata
dalam hidup bersama.
Jika demikian, Perikemanusiaan, Keadilan Sosial, Kerakyatan, dan
Kebangsaan yang terpadatkan dalam sila ada-bersama-dengan-cinta-kasih
sesungguhnya dapat dikatakan juga sebagai ada-bersama-dengan-cinta-kasih dari
dan kepada Tuhan. Dorongan untuk cinta pada sesama sebenarnya adalah
dorongan untuk cinta pada Tuhan, melalui sesama. Struktur manusia mencintai
secara alamiah membutuhkan subjek dan objek. Manusia (subjek)
mengungkapkan cintanya pada Tuhan yang adalah objek abstrak, melalui sesama
yang konkret sebagai yang diciptakan serupa dengan-Nya.
BAB IV
KESIMPULAN

Nilai merupakan hal yang terkandung dalam hati nurani manusia yang
lebih memberi dasar dan prinsip akhlak yang merupakan standar dari keindahan
dan efisiensi atau keutuhan kata hati (potensi). Pancasila sebagai dasar filsafat
negara dan sebagai perilaku kehidupan dan berbangsa dan bernegara, artinya
pancasila merupakan falsafah negara dan pandangan hidup/cara hidup bagi
bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan
bernegara untuk mencapai cita-cita nasional. Sebagai dasar negara dan sebagai
pandangan hidup, Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang harus dihayati dan
dipedomanioleh seluruh warga negara Indonesia dalam hidup dan kehidupan
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Sebagai bangsa Indonesia yang baik
maka kita harus menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang
mengandung makna yang sangat baik bagi keutuhan bangsa.
Sepemahaman Driyarkara, Pancasila itu pada dasarnya dwisila. Yang lima itu
sesungguhnya hanya dua, yaitu kemanusiaan dan ketuhanan. Sila pertama itu
ketuhanan. Sementara itu, sila kedua sampai kelima itu kemanusiaan. Akan tetapi,
kalau ditelusuri lebih jauh, dwisila itu pun masih bisa disederhanakan menjadi
ekasila. Alasannya, kemanusiaan itu adalah implikasi logis dari orang yang
menjunjung ketuhanan. Cinta kasih pada sesama termuat dalam cinta kasih pada
Tuhan. Dengan demikian, yang lima itu sesungguhnya hanya satu, yaitu
ketuhanan. Cinta kasih yang mendasari Perikemanusiaan, Keadilan Sosial,
Kerakyatan, dan Kebangsaan adalah wujud konkret dari cinta kasih pada Tuhan.
Pancasila adalah potensi yang mengarah pada sikap saling menghormati,
saling menghargai, saling mengasihi, dan saling menerima dalam perbedaan,
keberagaman, dan kebhinekaan sebab dasarnya Pancasila itu adalah cinta kasih,
terutama cinta kasih kepada Tuhan dan cinta kasih kepada sesama. Pancasila
adalah potensi ke religi. Pancasila adalah dorongan ke religi. Manusia yang
memikirkan Pancasila sedang memikirkan religi. Manusia yang mengamalkan
Pancasila sedang bereligi. Bahkan, dapat dikatakan bahwa Pancasila memeroleh
konkretisasinya dalam tindakan hidup beragama. Dalam kaitannya dengan religi,
Pancasila harus dipandang sebagai falsafah.
Dengan keberagaman yang dimiliki masyarakat Indonesia pandangan
Pancasila dan Religi dapat diterapkan dengan baik sebagai manusia yang harus
hidup berdampingan dengan manusia yang lain. Sehingga tercipta cinta kasih yag
damai antar sesama manusia. Masyarakat Indonesia itu beragam. Masyarakat
Indonesia sudah memiliki falsafah yang mempersatukan keberagaman tersebut
yaitu Pancasila. Oleh karena itu, pengkotak-kotakan masyarakat berdasarkan
etnis, ras, suku, agama, adalah hal yang bertentangan terhadap makna Pancasila
itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, P. (2016). PEMBUDAYAAN NILAI-NILAI PANCASILA BAGI


MASYARAKAT SEBAGAI MODAL DASAR PERTAHANAN
NASIONAL NKRI. Jurnal Moral Kemasyarakatan, 1(1), 37-50.
https://doi.org/10.21067/jmk.v1i1.1185.
Semadi, Y. P. (2019). FILSAFAT PANCASILA DALAM PENDIDIKAN DI
INDONESIA MENUJU BANGSA BERKARAKTER. Jurnal Filsafat
Indonesia, 2(2), 82-29.
Yuwono, M. P. (2020). PANCASILA : CINTA KASIH YANG
MEMPERSATUKAN.Jurnal Focus, 1(2), 25-32.
https://doi.org/10.26593/focus.v1i2.4530.65-74.

Anda mungkin juga menyukai