Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Makalah ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu: Sahrona Harahap, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 12
1. Yulia (20220101058)
2. Cecep Nurcahaya (20220101072)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS CIPASUNG TASIKMALAYA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA...................................... 3
1. Pengertian Etika ............................................................................. 3
2. Pengertian Nilai, Norma dan Moral ............................................... 4
B. MACAM-MACAM ETIKA .............................................................. 5
1. Etika Deskriptif .............................................................................. 5
2. Etika Normatif ............................................................................... 5
C. ETIKA PANCASILA DALAM KETETAPAN MPR RI ............... 5

BAB III ........................................................................................................... 12

A. KESIMPULAN................................................................................... 12
B. SARAN ................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“ PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA” ini dengan tepat waktu. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila,
selain itu makalah ini dapat digunakan sebagai wahana untuk menambah pengetahuan,
sebagai teman belajar, dan sebagai referensi baca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sahrona Harahap M.Pd, Selaku dosen
mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat
menambah wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Tak lupa juga kami
ucapkan terimakasih kepadaa rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga
dapat terselesaikannya makalah ini. Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua, baik di kalangan masyarakat luas, dalam hal ini
dapat menambah wawasan kita mengenai Pasar Monopoli.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari kata
kesempurnaan baik dari segi isi, bentuk, maupun penerapannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat terutama bagi mahasiswa dan calon pendidik khususnya.

Tasikmalaya, 12 Januari 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila memiliki peran-peran yang sangat penting bagi masyarakat
berbangsa dan bernegara di indonesia. Peran pancasila sebagai dasar negara,
pancasila sebagai sistem etika tujuannya untuk mengembangkan dimensi moral
pada setiap individu sehingga dapat mewujudkan sikap yang baik dalam berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat. Etika pancasila adalah cabang yang terkandung
dalam sila pancasila digunakan untuk mengatur kehidupan masyarakatberbangsa,
dan bernegara di Indonesia dalam etika pancasila dikemukakan nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa
Indonesia juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan
tuntunan atau panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan
bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika, dimaksusdkan untuk
mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki
kemampuan menampilkan sikap spiritualis dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila sebagai sistem etika merupakan moral guidance yang dapat
diaktualisasikan kedalam tindakan konkrit, yang melibatkan berbagai aspek
kehidupan. Oleh karena itu, sila-sila pancasila perlu diaktualisasikan lebih lanjut ke
dalam putusan tindakan sehingga mampu mencerminkan pribadi yang saleh, utuh,
dan berwawasan moral akademis.
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu Etika?
b. Apa Nilai norma dan moral dalam pancasila
c. Apa saja macam-macam dari Etika?
d. Kapan ketetapan etika dalam MPR terjadi?
C. Tujuan
a. Untuk Mengetahui Pancasila Sebagai Sistem Etika
b. Untuk Mengetahui Nilai, Norma dan Moral dalam Pancasila
c. Untuk Mengetahui Macam-Macam Etika
d. Untuk Mengetahui Etika dalam Keteatapan MPR RI
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai sistem Etika


1) Pengertian Etika
Etika Berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat.
Etika merupakan teori tentang perbuatan manusia yang menimbang baik dan buruk
sifat adasar manusia. Dalam bentuk jamaknya (taethe) berartinya adat kebiasaan.
Kata ethe kemudian menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah etika.
Menurut Aristoteles (284-322). kata tersebut menunjukan pada filsafat moral. Jadi,
dapat dikatakan bahwa etika dimaknai sebagai ilmu tentang yang biasa dilakukan
atau ilmu tentang adat kebiasaan. Menurut Wilfridus. J.S Poerwadarminta Etika
merupakan salah satu tokoh sastra Indonesia, mengemukakan bahwa etika adalah
ilmu pengetahuan terkait perbuatan dan perilaku manusia dilihat dari sisi baik dan
buruknya ditentukan oleh manusia pula.
Menurut kat soff Etika memberikan pandangan bahwa etika pada hakikatnya lebih
cenderung berkaitan dengan asas-asas pembenaran dalam relasi tingkah laku antar
manusia.
Etika merupakan cabang dari filsafat yang membicarakan tentang nilai baik-
buruk. Etika yang disebut filsafat moral, membicarakan tentang pertimbangan
tentang tindakan baik dan buruk, susila dan tidak susila dalam hubungan antar
manusia. Kajian mengenai etika sebagai cabang dari filsafat membahas sistem nilai,
norma dan moral yang berlaku.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Etika Mencakup nilai yang berhubungan
dengan akhlak seseorang terkait benar dan salahnya. Dengan begitu Etika adalah
ilmu yang mempelajari baik dan buruk serta kewajiban,hak,dan tanggung jawab,
baik itu secara sosial maupun moral, pada setiap individu di dalam kehidupan
bermasyarakatnya (Reksiana,2018:11-22).

Pancasila sebagai sistem etika merupakan way of life bangsa Indonesia, juga
merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau
panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku.
2) Pengertian Nilai,Norma dan Moral
1) Nilai
Nilai pada dasarnya merupakan kajian filsafat, yang disebut aksiologi, yang
dalam bahasa Inggris disebut “value” biasa diartikan sebagai harga, penghargaan,
atau taksiran. Menurut (Bambang Daroeso:986), nilai dapat dimaknai sebagai suatu
kualitas atau penghargaan terhadap sesuatu, yang dapat menjadi dasar penentu
tingkah laku seseorang. Pengertian nilai bersifat subjektif artinya bahwa nilai dari
suatu objek tergantung pada subjek yang menilainya. Suatu objek akan dinilai
secara berbeda oleh berbagai orang, sehingga nilai tidak ada ukuran pastinya
tergantung oleh subjek yang menilainya. Berbeda halnya dengan pendapat Plato
dan Aristoles, menurut mereka nilai itu bersifat objektif. Artinya, nilai suatu objek
melekat pada objeknya dan tidak tergantung pada subjek yang menilainya. Hakikat
nilai lebih utama dari pada pemahaman psikologis seseorang yang melihatnya.
Melihat perbedaan pemaknaan tersebut, maka nilai diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu:
 Nilai Instrumental, yaitu nilai yang dianggap baik karena bernilai untuk sesuatu
yang lain. Nilai ini dikategorikan sebagai nilai yang bersifat relatif dan subjektif
 Nilai instrinsik, yaitu nilai yang dianggap baik, tidak untuk sesuatu yang lain
melainkan didalam dan dirinya sendiri. Nilai ini lebih tinggi daripada nilai
instrumental. Kualitas nilai secara aksiologis, dibagi menjadi ke dalam nilai baik
dan buruk yang dipelajari oleh etika, dan nilai indah dan tidak indah yang
dipelajari oleh estetika. Nilai kemudian berkembang menjadi beraneka ragam,
tergantung pada kategori penggolongannya. Seperti nilai kemanusiaan, nilai
sosial, nilai budaya, nilai ekonomis, nilai praktis, nilai teorits, dll.

Notonegoro (1974) membagi nilai menjadi tiga macam, yaitu:

a) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani
manusia
b) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
mengadakan kegiatan atau aktivitas
c) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia,
meliputi;
 Nilai kebenaran atau kenyataan-kenyataan yang bersumber pada unsur
akal manusia (rasio, budi, cipta);
 Nilai keindahan yang bersumber pada rasa manusia (perasaan, estetis);
 Nilai kebaikan atau moral yang bersumber pada kehendak atau kemauan
manusia (karsa, etis); dan
 Nilai relegius yang merupakan nilai Ketuhanan, nilai kerohanian yang
tertinggi dan mutlak. (Nilai dan Norma, Nilai Kemanusiaan Nilai Sosial

2) Norma
Norma memiliki arti ukuran, garis pengarah, aturan, kaidah pertimbangan
dan penilaian. Norma dimaknai sebagai nilai yang menjadi milik bersama dalam
suatu masyarakat yang telah tertanam menjadi kesepakatan bersama. klasifikasi
norma seperti norma sopan santun, norma hukum, norma kesusilaan (moral), dan
norma agama. Menurut Durkheim dan Weber, norma merupakan sesuatu yang
fundamental bagi semua kelompok sosial dalam masyarakat baik yang bersifat
mekanik maupun organik atau tradisional maupun rasional.jika dilihat dari
perspektif sosiologi, norma merupakan “rules” yang diharapkan diikuti oleh
masyarakat. Norma-norma ini pada umumnya tidak dinyatakan secara eksplisit
seperti dalam kitab undang-undang. Biasanya diteruskan melalui proses sosialisasi
tentang bagaimana orang harus berperilaku secara wajar. Di dalam norma, ada tiga
elemen yang termuat yakni; Nilai (value), memuat ide-ide yang penting bagi dan
oleh masyarakat; penghargaan (rewards), dan sanksi (punishment), bersifat konkrit
kerena langsung menentukan perilaku manusia ( Ruman, 2009).
Norma adalah untuk memberikan petunjuk kepada manusia bagaimana
seseorang harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang
harus dijadikannnya, dan perbuatan-perbuatan mana yang yang harus dihindari
(kansil,1989:81). Norma-norma itu dapat dipertahankan melalui sanksi-sanksi yaitu
dapat berupa ancaman hukuman bagi siapa saja yang melanggarnya. Tetapi dalam
kehidupan masyarakat yang terikat oleh peraturan hidup yang disebut norma, tanpa
atau dikenakan sanksi atas pelanggaran, bila seseorang melanggar suatu norma,
maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat dan sifatnya suatu pelanggaran
yang terjadi.
Norma dalam pergaulan hidup terdapat empat kaidah yaitu:
a) Norma Kepercayaan /Keagamaan
Dasar norma ini adalah kitab suci. Tujuannya yaitu agar manusia mempunyai
keimanan, yang akan mendapatkan sanksi baik di dunia maupun diakhirat.
o Jangan berbuat kejahatan
o Berbuatlah kebaikan
b) Norma Kesusilaan
Berhubungan dengan manusia sebagai pribadi. Pendukung dari norma yang
dimaksud adalah hati nurani manusia. Hati nurani sangat berperan dalam
perilaku lahiran manusia. Pelanggaran terhadap norma ini adalah penyelesaian,
karena tidak ada kekuasaan dari luar diri manusia yang mengancam. Tujuannya
adalah penyempurnaan manusia sebagai manusia. Contoh: Setiap manusia harus
meneggakan kejujuran.
c) Norma Kesopanan
Norma sopan santun didasarkan atas kebiasaan, kesopanan, kepantasan atau
kepautan yang berlaku dalam masyarakat. Tujuannya untuk kesempurnaan
manusia sebagai masyarakat yaitu:
o Kedamaian
o Ketertiban
o Keamanan

Dalam Kehidupan bersama antar manusia, ancaman dari pelanggaran kaidah


yang dimaksud tersebut berupa penghinaan, pencemoohan dari masyarakat.
Seringkali sangsi tidak dalam bentuk lisan atau diucapkan, melainkan hanya
dengan perbuatan:

o Menghormati orang yang lebih tua


o Menghormati pimpinan
d) Norma Hukum
Norma hukum pelaksanaannya dapat dituntut dan dipaksakan. Sedangkan
pelanggarannya ditindak dengan pasti oleh penguasa yang sah dalam
masyarakat, landasan dasarnya adalah peraturan perundang-undangan yang
dapat dipastikan mulai kapan berlakunya. Contohnya penyebaran paham
tertentu yang dilarang berdasarkan peraturan pemerintah.
3) Moral

Moral berasal dari kata “mores” yang berarti cara hidup atau adat, yang
tertuju pada tindakan atau perbuatan yang sedang dinilai, dan bisa juga dimaknai
sebagai sistem ajaran tentang nilai baik buruk. Menurut Gilligan dalam
“Implications for Moral Theory” mengatakan bahwa moral memiliki keterkaitan
dengan kepedulian seseorang terhadap orang lain, tidak hanya terkait tingkah laku
tetapi lebih luas lagi yaitu mengarahkan seseorang untuk dapat berbuat baik kepada
oranglain. Moral melibatkan emosi, kognisi dan tindakan yang saling berkaitan.
(Gilligan,2009) Moralitas bersifat universal, dimana seharusnya menjadi spirit dan
mempunyai kekuatan yang amat besar sebagai landasan tindakan manusia.
Kekuatan moral dibutuhkan untuk mengendalikan akal dan nafsu sehingga
kehidupan manusia menjadi lebih bermakna. Oleh karena itu ssensi pembeda antara
manusia dan makhluk lain adalah pada aspek moralnya. Moralitas merupakan
kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip
moral. Nilai-nilai moral tersebut, yaitu:
a. Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan
keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain.
b. Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan
berjudi.

Soejono Soekanto menerangkan bahwa norma-norma yang ada dalam masyarakat


mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Normanorma yang mengikat
tersebut secara sosiologis dibagi menjadi empat pengetian, yaitu: cara (usage),
kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom). Seseorang
dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-
nilai moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sehingga tugas penting yang
harus dikuasai adalah mempelajari sesuatu yang diharapkan oleh masyarakat dan
kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa
terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami
waktu anak-anak (Jahroh:2016).
B. Macam-Macam Etika
Secara umum, etika diklasifikasikan menjadi dua jenis:
a. Etika Deskriptif
Etika ini menekan pada pengkajian ajaran moral yang berlaku,
membicarakan masalah baik-buruk tindakan manusia dalam hidup bersama.
Menurut (Katt soft:1992) bahwa etika deskriftif merupakan etika bersangkutan
dengan nilai dan ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah baik dan
buruknya tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Etika deskriptif dapat disimpulkan sebagai bentuk implementasi perbuatan
serta perilaku yang diterapkan setiap manusia merupakan landasan pergaulan
kehidupan antar manusia dalam ruang lingkup lingkungan masyarakat.
b. Etika Normatif,
Merupakan kajian terhadap ajaran norma baik-buruk sebagai suatu fakta,
tidak untuk diajukan secara rasional tetapi merefleksikan sebagai suatu
keharusan. Etika ini terbagi menjadi dua yaitu etika umum yang membicarakan
tentang kebaikan secara umum, dan etika khusus yang membicarakan
pertimbangan baik-buruk dalam bidang tertentu.
(Sri Rahayu:2011). Sebagai ilmu, etika mencari kebenaran dan sebagai
filsafat mencari keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya. Sebagai ilmu dan
filsafat, etika menghendaki ukuran yang umum, tidak berlaku untuk sebagian
dari manusia, tetapi untuk semua manusia. Penemuan yang dilakukan oleh etika
akan menjadi pedoman bagi seseorang, namun tujuan utamanya bukan untuk
memberi pedoman, tetapi untuk tahu (mengetahui). Secara umum dapat
dikatakan bahwa etika merupakan filsafat tentang situasi atau kondisi ideal
yang harus dimiliki atau dicapai manusia. Orientasinya tertuju pada cara
pandang tentang bagaimana harusnya manusia bertingkah laku di masyarakat
(Reksiana:2018). Sedangkan Menurut (Ruslan,2002:38) Etika yang menetapkan
berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia
atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang
bernilai dalam hidup ini jadi etika normatif merupakan norma-norma yang
dapat menentukan agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-
hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku
di masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa Etika Normatif sebagai ilmu yang mempelajari
perilaku manusia yang berkaitan dengan baik buruknya perbuatan atau tingkah
laku dalam kehidupan bermasyarakat.
Etika Normatif ditinjau berdasarkan dari teori terdiri dari 2 yaitu:
a. Teori Deontologis
Deontologis berasal dari bahasa Yunani Deon artinya kewajiban. etika
deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik,
suatu tindakan itu baik bukan dinilai dari tindakan tersebut, melainkan
berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya, motivasi,
kemauan dengan niat baik dan dilaksanakan berdasarkan kewajiban dan
bernilai moral.
b. Teori Teleologis
Teologis berasal dari Bahasa Yunani dengan kata Telos berarti tujuan yaitu
menjelaskan bahwa benar salahnya tindakan tersebut justru tergantung dari
tujuan yang hendak dicapai atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh
tindakan tersebut. Suatu tindakan dinilai baik kalau berakibat atau bertujuan
mencapai sesuatu yang baik pula (Zuhri:2007).

C. Etika Pancasila dalam Ketetapan MPR RI


Dalam Kedudukan sebagai dasar filsafat negara, maka nilai pancasila harus
dijabarkan kedalam norma yang menjadi pedoman dalam penyelenggaraan
bernegara,berbangsa, dan bermasyarakat. Ada dua norma dalam hidup bernegara,
yakni norma hukum dan norma moral atau etik. (Kaelan:2013). Nilai pancasila
terjabarkan kedalam norma etik bernegara, dalam pengalaman sejarah bernegara di
indonesia, ketetapan MPR RI No.II/MPR/1978 Tentang penghayatan dan
pengamalan pancasila.
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Perlunya Pancasila sebagai sistem etika dala kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara bertujuan untuk:
a. Memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dan
menjalankan kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek.
b. Menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa,bernegara dan
bermasyarakat.
c. Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika
dan moral dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.

B. Saran
Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, untuk kedepannya
kami sebagai penulis akan berusaha untuk membuat makalah dengan baik lagi.
Demikianlah makalah ini kami buat,semoga dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan pembaca sekalian. Kami mohon maaf jika ada banyak kesalahan baik
dalam ejaan maupun penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, kurang
dimegerti dan lugas. Dan kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
sekalian demi kesempurnaannya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Aristoteles (284-322), Sya’roni, Mokh. 2016, Etika Keilmuan: Sebuah kajian filsafat
ilmu.” Jurnal Theologia”

Wilfridus. J.S Poerwadarminta, 1994, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka

Reksiana,Jurnal Thaqafiyyat, No.1 Juni 2018, (11-22)

Bambang Daroeso,1986, Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila, Surabaya:


Aneka Ilmu.

Notonegoro, 1974, Pancasila Dasar Filsafat Negara, Cetakan ke-4, Panijuruan Tudjuh.
Jakarta.

Ruman, Jurnal Hukum Prioris, No. 2, Februari 2009, (109-111)

C.S.T Kansil,1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka

Gilligan, Chicago Junal 2009, (474-476)

Jahroh, Prosiding Seminar Nasional Inovasi Pendidikan, 2016, (398-399)

Katt Soft Louis, O, 1992, Pengantar Filsafat Alih Bahasa Soejono Soemargono,Tiara
Wacana, Yogyakarta.

Sri Rahayu Wilujeng, Filsafat,2011, Etika dan Ilmu: Upaya memahami Hakikat Ilmu
dalam Konteks Keindonesiaan

Reksiana,Jurnal Thaqafiyyat, No.1 Juni 2018,(11-22)

Ruslan Rosady, 2002, Etika Kehumasan Konsep dan Aplikasi, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Zuhri, Syaifuddin,2007, Etika Profesi Public Relation.

Kaelan 2013, Etika Pancasila dalam ketetapan MPR RI

Anda mungkin juga menyukai