Anda di halaman 1dari 12

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah pendidikan pancasila

DOSEN PENGAMPU : SARIF

DISUSUN OLEH :

1. AKHMAD FERDIANSYAH 5011711018


2. ANISA NUR FAJRI 5011711041
3. EVI SETIAWATI 5011711008
4. GILANG SETYO PERMADI 5011711030
5. GITA FITRIYANTI 5011711010
6. SRI RAHAYU 5011711050

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa
ada pertolongan-Nya makalah ini tidak sanggup kami selesaikan dengan baik dan
tepat waktu.

Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan


tentang Pancasila sebagai etika politik, yang kami sajikan dari berbagai sumber.
Walaupun mungkin pembahasan dalam makalah ini masih terbatas.

Harapan kami agar makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat di
jadikan bahan pembelajaran mengenai pancasila sebagai etika politik. Kami
menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
kami terima kritik dan saran yang membangun.

Balunijuk, 21 November 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar belakang............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Pengertian Nilai, Norma dan Moral............................................................3

2.1.1 Hierarkhi Nilai....................................................................................4

2.1.2 Hubungan Nilai, Norma dan Moral....................................................5

2.2 Etika Politik.................................................................................................6

2.2.1 Pengertian Politik................................................................................6

2.2.2 Nilai-nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik.............................7

BAB III PENUTUP..................................................................................................8

3.1 Kesimpulan.................................................................................................8

3.2 Saran............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti
watak, adat ataupun kesusilaan. Jadi etika pada dasarnya dapat diartikan sebagai
suatu kesediaan jiwa seseorang untuk senantiasa patuh kepada seperangkat aturan-
aturan kesusilaan (Kencana Syafiie, 1993). Etika adalah ilmu yang
membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran
tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai
ajaran moral.

Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok
yaitu etika umum dan etika khusus. Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip
yang berlaku bagi setiap tindakan manusia, sedangkan etika khusus membahas
prinsip-prinsip itu dalam hubungannya denga pelbagai aspek kehidupan manusia.
Etika khusus dibagi menjadi etika individual yang membahas kewajiban manusia
terhadap diri sendiri dan etika sosial yang membahas tentang kewajiban manusia
terhadap manusia lain dalam hidup masyarakat, yang merupakan suatu bagian
terbesar dari etika khusus. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita
harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai
ajaran moral (Suseno, 1987).

1
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan nilai, norma dan moral ?
2) Apa pengertian dari etika politik ?
3) Apakah ada hubungannya antara etika politik dan Pancasila ?

1.3 Tujuan
1) Memahami maksud dari nilai, norma dan moral.
2) Dapat memahami makna dari etika politik.
3) Mampu menjelaskan ada atau tidaknya hubunga antara etika politik
dengan nilai-nilai Pancasila.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nilai, Norma dan Moral

Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu
benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan
menarik minat seseorang atau kelompok. Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah
sifat dan kualitas yang melekat pada suatu obyeknya. Dengan demikian, maka
nilai itu adalah suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan
lainnya.

Norma adalah aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat


warga masyarakat atau kelompok tertentu dan menjadi panduan, tatanan, padanan
dan pengendali sikap dan tingkah laku manusia. Norma merupakan sebuah
perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya, sosial, moral, dan religi.
Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata
nilai untuk dipatuhi. Agar manusia mempunyai harga, moral mengandung
integritas dan martabat pribadi manusia. Sedangkan derajat kepribadian sangat
ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya, maka makna moral yang terkandung
dalam kepribadian seseorang tercermin dari sikap dan tingkah lakunya.

Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan,
tabiat atau kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang
menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang pribadi yang taat
kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam
masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika sebaliknya
yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral.

3
2.1.1 Hierarkhi Nilai

Max Sceler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama luhurnya
dan tingginya. Menurut tinggi rendahnya, nilai-nilai dapat dikelompokkan dalam
empat tingkatan sebagai berikut:

1) nilai kenikmatan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan indra yang


memunculkan rasa senang, menderita atau tidak enak,
2) nilai kehidupan yaitu nilai-nilai penting bagi kehidupan yakni : jasmani,
kesehatan serta kesejahteraan umum,
3) nilai kejiwaan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kebenaran,
keindahan dan pengetahuan murni,
4) nilai kerohanian yaitu tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai dari yang
suci

Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusiawi kedalam delapan


kelompok yaitu:

1) nilai-nilai ekonomi (ditujukan oleh harga pasar dan meliputi semua benda
yang dapat dibeli)
2) nilai-nilai kejasmanian (kesehatan, efisiensi dan keindahan)
3) nilai-nilai hiburan (nilai-nilai permainan dan waktu senggang)
4) nilai-nilai sosial (berasal dari kebutuhan pribadi dan sosial)
5) nilai-nilai watak (keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial)
6) nilai-nilai estetis (nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni)
7) nilai-nilai intelektual (nilai-nilai pengetahuan)
8) nilai keagamaan.

Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam yaitu:

1) nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia,
2) nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
mengadakan suatu aktivitas atau kegiatan,

4
3) nilai kerokhanian yaitu segala sesuatu yang bersifat rokhani manusia yang
dibedakan dalam empat tingkatan sebagai berikut :
a) nilai kebenaran yaitu nilai yang bersumber pada rasio, budi, akal atau
cipta manusia.
b) nilai keindahan/estetis yaitu nilai yang bersumber pada perasaan
manusia.
c) nilai kebaikan atau nilai moral yaitu nilai yang bersumber pada unsur
kehendak manusia.
d) nilai religius yaitu nilai kerokhanian tertinggi dan bersifat mutlak.

Dalam pelaksanaanya, nilai-nilai dijabarkan dalam wujud norma, ukuran dan


kriteria sehingga merupakan suatu keharusan anjuran atau larangan, tidak
dikehendaki atau tercela. Oleh karena itu, nilai berperan sebagai pedoman yang
menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai manusia berada dalam hati nurani,
kata hati dan pikiran sebagai suatu keyakinan dan kepercayaan yang bersumber
pada berbagai sistem nilai.

Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis

a) Nilai Dasar: merupakan hakikat, esensi, intisari atau makna yang terdalam
dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar ini bersifat universal, misalnya hakikat
Tuhan, manusia atau segala sesuatu lainnya.
b) Nilai Instrumental: merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan
dapat diarahkan.
c) Nilai Praksis: penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam
kehidupan yang nyata.

2.1.2 Hubungan Nilai, Norma dan Moral

Dalam kehidupan manusia nilai dijadikan landasan, alasan, atau motivasi


dalam bersikap dan bertingkah laku baik disadari maupun tidak. Nilai berbeda
dengan fakta di mana fakta dapat diobservasi melalui suatu verifikasi empiris,
sedangkan nilai bersifat abstrak yang hanya dapat dipahami, dipikirkan,

5
dimengerti, dan dihayati oleh manusia. Agar nilai tersebut menjadi lebih berguna
dalam menuntun sikap dan tingkah laku manusia, maka perlu lebih dikongkritkan
lagi serta diformulasikan menjadi lebih objektif sehingga memudahkan manusia
untuk menjabarkannya dalam tingkah laku secara kongkrit.

Selanjutnya, nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika.
Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari
sikap dan tingkah lakunya. Dalam pengertian inilah maka kita memasuki wilayah
norma sebagai penuntun sikap dan tingkah laku manusia.

2.2 Etika Politik

Secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan


subjek sebagai pelaku etika, yakni manusia. Oleh karena itu etika politik berkaitan
erat dengan bidang pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa
pengertian moral senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika.
Dapat disimpulkan bahwa dalam hubungannya dengan masyarakat bangsa
maupun negara, etika politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai
manusia. Dasar ini lebih meneguhkan akar etika politik bahwa kebaikan
senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk beradab dan
berbudaya.

2.2.1 Pengertian Politik

Pengertian politik berasal dari kosa kata politics yang memiliki makna
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang
menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan
pelaksanaan tujuan-tujuan itu. Berdasarkan pengertian-pengertian pokok tentang
politik maka secara operasional bidang politik menyangkut konsep-konsep pokok
yang berkaitan dengan negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan
(decision making), kebijakan (policy), pembagian (distribution), serta alokasi
(allocation).

6
2.2.2 Nilai-nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik

Sebagai dasar filsafat negara Pancasila tidak hanya merupakan sumber


derivasi peraturan perundang-undangan, melainkan juga merupakan sumber
moralitas terutama dalam hubungannya dengan legitimasi kekuasaan. Negara
Indonesia yang berdasarkan sila I Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah negara
Teokrasi yang mendasarkan kekuasaan negara dan penyelenggara negara pada
legitimasi religius. Asas sila ke-I lebih berkaitan dengan legitimasi moral, yakni
secara moralitas kehidupan negara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal
dari Tuhan terutama hukum serta moral dalam kehidupan negara.

Selain sila I, sila II Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab juga merupakan
sumber nilai-nilai moralitas dalam kehidupan negara. Manusia pada hakikatnya
merupakan asas yang bersifat fundamental dalam kehidupan negara. Dalam
kehidupan negara kemanusiaan harus mendapat jaminan hukum, maka hal inilah
yang diistilahkan dengan jaminan atas hak-hak dasar (asasi) manusia.

Negara adalah berasal dari rakyat dan seglaa kebijaksanaan dan kekuasaan
yang dilakukan senantiasa untuk rakyat (sila IV). Oleh karena itu, dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara segala kebijakan dan kekuasaan serta
kewenangan dikembalikan kepada rakyat sebagai pendukung pokok negara.
Selain itu dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus berdasarkan
legitimasi hukum yaitu prinsip legalitas. Negara Indonesia adalah negara
hukum, oleh karena itu prinsip keadilan dalam hidup bersama (sila V) adalah
merupakan tujuan dalam kehidupan negara. Pelanggaran atas prinsip-prinsip
keadilan dalam kehidupan kenegaraan akan menimbulkan ketidakseimbangan
dalam kehidupan negara.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung
jawab dengan berbagai ajaran moral. Dalam hal ini etika erat kaitannya dengan
nilai, norma dan moral yang menjadi landasan pokok terlaksananya sebuah
kebijakan politik yang baik. Adapun nilai-nilai Pancasila yang tidak dapat
dilepaskan dari etika politik sebagaimana dijelaskan diatas. Dengan demikian,
Pancasila adalah sumber etika politik yang mesti direalisasikan. Para pejabat
eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, pelaksana aparat dan penegak hukum
harus menyadari bahwa selain legitimasi hukum dan legitimasi demokratis juga
harus berdasar pada legitimasi moral yang memang pembentukan dari nilai-nilai
serta dikongkretisasi oleh norma.

3.2 Saran

Masalah etika yang terjadi saat ini merupakan masalah yang semakin
mendapat perhatian di dunia, bahwa cita-cita reformasi untuk membangun
Indonesia baru haruslah dilakukan dengan cara membangun dari hasil
perombakan terhadap keseluruhan kehidupan yang dibangun oleh Orde Baru. Inti
dari cita-cita tersebut adalah sebuah masyarakat sipil demokratis, adanya dan
ditegakannya hukum untuk supremasi keadilan, pemerintahan yang bersih dari
adanya KKN, terwujudnya keteraturan sosial dan rasa aman dalam masyarakat
yang menjamin kelancaran produktivitas warga masyarakat, dan kehidupan
ekonomi yang mensejahterakan rakyat Indonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, 2010, Pendidikan Pancasila, Paradigma Offset, Yogyakarta.

https://mohamadhidayatulloh.wordpress.com/2014/11/05/pancasila-dalam-sistem-
etika-dan-pengertian-nilai-norma-serta-moral/

Diakses pada 14 November 2017, pukul 16:20 WIB.

https://meliawatii.wordpress.com/2015/12/17/pancasila-sebagai-sistem-etika/
Diakses pada 14 November 2017, pukul 16:00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai