DISUSUN OLEH :
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa
ada pertolongan-Nya makalah ini tidak sanggup kami selesaikan dengan baik dan
tepat waktu.
Harapan kami agar makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat di
jadikan bahan pembelajaran mengenai pancasila sebagai etika politik. Kami
menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
kami terima kritik dan saran yang membangun.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
3.1 Kesimpulan.................................................................................................8
3.2 Saran............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti
watak, adat ataupun kesusilaan. Jadi etika pada dasarnya dapat diartikan sebagai
suatu kesediaan jiwa seseorang untuk senantiasa patuh kepada seperangkat aturan-
aturan kesusilaan (Kencana Syafiie, 1993). Etika adalah ilmu yang
membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran
tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai
ajaran moral.
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok
yaitu etika umum dan etika khusus. Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip
yang berlaku bagi setiap tindakan manusia, sedangkan etika khusus membahas
prinsip-prinsip itu dalam hubungannya denga pelbagai aspek kehidupan manusia.
Etika khusus dibagi menjadi etika individual yang membahas kewajiban manusia
terhadap diri sendiri dan etika sosial yang membahas tentang kewajiban manusia
terhadap manusia lain dalam hidup masyarakat, yang merupakan suatu bagian
terbesar dari etika khusus. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita
harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai
ajaran moral (Suseno, 1987).
1
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan nilai, norma dan moral ?
2) Apa pengertian dari etika politik ?
3) Apakah ada hubungannya antara etika politik dan Pancasila ?
1.3 Tujuan
1) Memahami maksud dari nilai, norma dan moral.
2) Dapat memahami makna dari etika politik.
3) Mampu menjelaskan ada atau tidaknya hubunga antara etika politik
dengan nilai-nilai Pancasila.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu
benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan
menarik minat seseorang atau kelompok. Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah
sifat dan kualitas yang melekat pada suatu obyeknya. Dengan demikian, maka
nilai itu adalah suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan
lainnya.
Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan,
tabiat atau kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang
menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang pribadi yang taat
kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam
masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika sebaliknya
yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral.
3
2.1.1 Hierarkhi Nilai
Max Sceler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama luhurnya
dan tingginya. Menurut tinggi rendahnya, nilai-nilai dapat dikelompokkan dalam
empat tingkatan sebagai berikut:
1) nilai-nilai ekonomi (ditujukan oleh harga pasar dan meliputi semua benda
yang dapat dibeli)
2) nilai-nilai kejasmanian (kesehatan, efisiensi dan keindahan)
3) nilai-nilai hiburan (nilai-nilai permainan dan waktu senggang)
4) nilai-nilai sosial (berasal dari kebutuhan pribadi dan sosial)
5) nilai-nilai watak (keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial)
6) nilai-nilai estetis (nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni)
7) nilai-nilai intelektual (nilai-nilai pengetahuan)
8) nilai keagamaan.
1) nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia,
2) nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
mengadakan suatu aktivitas atau kegiatan,
4
3) nilai kerokhanian yaitu segala sesuatu yang bersifat rokhani manusia yang
dibedakan dalam empat tingkatan sebagai berikut :
a) nilai kebenaran yaitu nilai yang bersumber pada rasio, budi, akal atau
cipta manusia.
b) nilai keindahan/estetis yaitu nilai yang bersumber pada perasaan
manusia.
c) nilai kebaikan atau nilai moral yaitu nilai yang bersumber pada unsur
kehendak manusia.
d) nilai religius yaitu nilai kerokhanian tertinggi dan bersifat mutlak.
a) Nilai Dasar: merupakan hakikat, esensi, intisari atau makna yang terdalam
dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar ini bersifat universal, misalnya hakikat
Tuhan, manusia atau segala sesuatu lainnya.
b) Nilai Instrumental: merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan
dapat diarahkan.
c) Nilai Praksis: penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam
kehidupan yang nyata.
5
dimengerti, dan dihayati oleh manusia. Agar nilai tersebut menjadi lebih berguna
dalam menuntun sikap dan tingkah laku manusia, maka perlu lebih dikongkritkan
lagi serta diformulasikan menjadi lebih objektif sehingga memudahkan manusia
untuk menjabarkannya dalam tingkah laku secara kongkrit.
Selanjutnya, nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika.
Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari
sikap dan tingkah lakunya. Dalam pengertian inilah maka kita memasuki wilayah
norma sebagai penuntun sikap dan tingkah laku manusia.
Pengertian politik berasal dari kosa kata politics yang memiliki makna
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang
menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan
pelaksanaan tujuan-tujuan itu. Berdasarkan pengertian-pengertian pokok tentang
politik maka secara operasional bidang politik menyangkut konsep-konsep pokok
yang berkaitan dengan negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan
(decision making), kebijakan (policy), pembagian (distribution), serta alokasi
(allocation).
6
2.2.2 Nilai-nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik
Selain sila I, sila II Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab juga merupakan
sumber nilai-nilai moralitas dalam kehidupan negara. Manusia pada hakikatnya
merupakan asas yang bersifat fundamental dalam kehidupan negara. Dalam
kehidupan negara kemanusiaan harus mendapat jaminan hukum, maka hal inilah
yang diistilahkan dengan jaminan atas hak-hak dasar (asasi) manusia.
Negara adalah berasal dari rakyat dan seglaa kebijaksanaan dan kekuasaan
yang dilakukan senantiasa untuk rakyat (sila IV). Oleh karena itu, dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara segala kebijakan dan kekuasaan serta
kewenangan dikembalikan kepada rakyat sebagai pendukung pokok negara.
Selain itu dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus berdasarkan
legitimasi hukum yaitu prinsip legalitas. Negara Indonesia adalah negara
hukum, oleh karena itu prinsip keadilan dalam hidup bersama (sila V) adalah
merupakan tujuan dalam kehidupan negara. Pelanggaran atas prinsip-prinsip
keadilan dalam kehidupan kenegaraan akan menimbulkan ketidakseimbangan
dalam kehidupan negara.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung
jawab dengan berbagai ajaran moral. Dalam hal ini etika erat kaitannya dengan
nilai, norma dan moral yang menjadi landasan pokok terlaksananya sebuah
kebijakan politik yang baik. Adapun nilai-nilai Pancasila yang tidak dapat
dilepaskan dari etika politik sebagaimana dijelaskan diatas. Dengan demikian,
Pancasila adalah sumber etika politik yang mesti direalisasikan. Para pejabat
eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, pelaksana aparat dan penegak hukum
harus menyadari bahwa selain legitimasi hukum dan legitimasi demokratis juga
harus berdasar pada legitimasi moral yang memang pembentukan dari nilai-nilai
serta dikongkretisasi oleh norma.
3.2 Saran
Masalah etika yang terjadi saat ini merupakan masalah yang semakin
mendapat perhatian di dunia, bahwa cita-cita reformasi untuk membangun
Indonesia baru haruslah dilakukan dengan cara membangun dari hasil
perombakan terhadap keseluruhan kehidupan yang dibangun oleh Orde Baru. Inti
dari cita-cita tersebut adalah sebuah masyarakat sipil demokratis, adanya dan
ditegakannya hukum untuk supremasi keadilan, pemerintahan yang bersih dari
adanya KKN, terwujudnya keteraturan sosial dan rasa aman dalam masyarakat
yang menjamin kelancaran produktivitas warga masyarakat, dan kehidupan
ekonomi yang mensejahterakan rakyat Indonesia.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://mohamadhidayatulloh.wordpress.com/2014/11/05/pancasila-dalam-sistem-
etika-dan-pengertian-nilai-norma-serta-moral/
https://meliawatii.wordpress.com/2015/12/17/pancasila-sebagai-sistem-etika/
Diakses pada 14 November 2017, pukul 16:00 WIB.