DISUSUN OLEH:
FEBRIANA
202101096
KEPERAWATAN 1B
2022
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmatnya sehingga makalah ini bisa diselesaikan dengan
baik. Penyusunan makalah ini tidak bisa diselesaikan dengan baik tanpa bantuan
dari banyak pihak.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Heryani
Firman,S.Pd.,M.Pd. selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
memberikan tugas ini kepada saya. Ada banyak hal yang bisa saya pelajari
melalui penelitian dalam makalah ini. Makalah berjudul “PANCASILA
SEBAGAI SISTEM ETIKA” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia. Selain itu, makalah ini juga diharapkan bisa memberikan wawasan
serta pembelajaran bagi yang membuat dan membacanya.
Setelah berhasil menyelesaikan makalah ini, kami berharap apa yang sudah
saya teliti bisa bermanfaat bagi orang lain. Jika ada kritik dan saran terkait ide
tulisan maupun penyusunannya, saya akan menerimanya dengan senang hati.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2
2.1 Pengertian Pancasila sebagai Sistem Etika....................................... 2
2.2 Pengertian Nilai, Norma, dan Moral................................................. 2
2.3 Hubungan Nilai, Norma dan Moral................................................... 4
2.4 Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis........................................... 5
2.5 Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Sistem Etika..................... 6
2.6 Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika.............................................. 7
2.7 Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika............................................ 8
2.8 Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika........................................ 10
BAB III PENUTUP......................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 11
3.2 Saran.................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pancasila sebagai Sistem Etika
Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani. “Ethos” yang artinya tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan,
sikap, dan cara berpikir. Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang segala
sesuatu yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam arti ini,
etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik
pada diri seseorang maupun masyarakat. Etika sama maknanya dengan moral.
Dalam arti luas Etika adalah ilmu yang membahas tentang kriteria baik dan buruk
(Bertens, 1997: 4-6). Etika pada umumnya dimengerti sebagai pemikiran filosofis
mengenai segala sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia.
Keseluruhan perilaku manusia dengan norma dan prinsip-prinsip yang
mengaturnya itu kerap kali disebut moralitas atau etika (Sastrapratedja, 2002:
81).
2
a. Hierarkhi Nilai
Max Scheler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama
luhurnya dan tingginya. Nilai-nilai itu secara nyatanya ada yang lebih tinggi dan
ada yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai lainnya. Menurut tinggi
rendahnya, nilai-nilai dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan sebagai
berikut:(Irwan Gesmi dan Yun Hendri. 2018: 73-74)
1) Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai-nilai yang
mengenakkan dan tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau
menderita tidak enak.
2) Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapatlah nilai-nilai yang penting
bagi kehidupan, misalnya kesehatan, kesegaran jasmani, kesejahteraan umum.
3) Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan jasmani
maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam ini ialah keindahan, kebenaran, dan
pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.
4) Nilai-nilai kerohanian: dalam tingkat ini terdapatlah modalitas nilai dari yang
suci dan tidak suci. Nilai-nilai ini semacam nilai-nilai pribadi.
3
Sanksinya berupa sanksi moral, yang berasal dari hati nurani manusia itu
sendiri.
3) Norma agama, atau disebut juga norma religius. Norma ini dimaksudkan untuk
mencapai kesucian hidup beriman, dan sanksinya berasal dari Tuhan.
4) Norma hukum, adalah norma yang dimaksudkan untuk menciptakan
kedamaian hidup bersama, dan sanksinya berupa sanksi hukum, yang berasal
dari negara atau aparatur negara.
2.2.3 Pengertian Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan, tabiat
atau kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang
menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia (Achmad Muchji, dkk. 2006:
25-26).
Dengan demikian moral selalu mengacu kepada baik buruknya manusia
sebagai manusia (Suseno, 1989). Bidang moral adalah bidang kehidupan dilihat
dari segi kebaikannya sebagai manusia. Jadi moral itu berkaitan dengan penilaian
baik dan buruk menurut ukuran manusia, yang berlandaskan nilai-nilai yang
berlaku dalam suatu masyarakat manusia, dan yang dijunjung tinggi oleh
masyarakat manusia pula.
2.3 Hubungan Nilai, Norma dan Moral
Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu kenyataan yang
seharusnya tetap terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia.
Keterkaitan itu mutlak digaris bawahi bila seorang individu, masyaraka, bangsa
dan negara menghendaki fondasi yang kuat tumbuh dan berkembang(Achmad
Muchji, dkk. 2006: 27).
Sebagaimana tersebut di atas maka nilai adalah kualitas dari suatu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Dalam kehidupan
manusia nilai dijadikan landasan, alasan, atau motivasi dalam bersikap dan
bertingkah laku baik disadar maupun tidak. Agar nilai tersebut menjadi lebih
berguna dalam menuntun sikap dan tingkah laku manusia, maka perlu lebih
dikonkritkan lagi serta diformulasikan menjadi lebih objektif sehingga
memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam tingkah laku secara konkrit.
4
Maka wujud yang lebih kongkrit dari nilai tersebut adalah merupakan suatu
norma. Terdapat berbagai macam norma, dan dari berbagai macam norma tersebut
norma hukumlah yang paling kuat keberadaannya, karena dapat dipaksakan oleh
suatu kekuasaan eksternal misalnya penguasaan atau penegak hukum. Istilah
moral mengandung integral dan martabat pribadi manusia. Dengan demikian
kepribadian seseorang ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya. Makna moral
yang terkandung dalam kepribadian tercermin dari sikap dan tingkah lakunya.
Dalam pengertian inilah maka kita memasuki wilayah norma sebagai penuntun
sikap dan tingkah laku manusia(Irwan Gesmi dan Yun Hendri. 2018: 76).
5
Indonesia ini sehingga memerlukan penelitian yang mendalam (Misnan Munir,
Rizal Mustansyir, Encep Syarief Nurdin. 2016: 188).
2.4.3 Sumber Politis
Sumber politis pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma-norma
dasar (Grundnorm) sebagai sumber penyusunan berbagai peraturan perundang-
undangan di Indonesia. Hans Keslen mengatakan bahwa teori hukum itu suatu
norma yang berbentuk piramida. Norma yang lebih rendah memperoleh
kekuatannya dari suatu norma yang lebih tinggi. Semakin tinggi suatu norma,
akan semakin abstrak sifatnya, dan sebaliknya, semakin rendah kedudukannya,
akan semakin konkrit norma tersebut (Kaelan, 2011: 487). Pancasila sebagai
sistem etika merupakan norma tertinggi (Grundnorm) yang sifatnya abstrak,
sedangkan perundang-undangan merupakan norma yang ada di bawahnya bersifat
konkrit. (Misnan Munir, Rizal Mustansyir, Encep Syarief Nurdin. 2016: 189)
2.5 Alasan Diperlukannya Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila sebagai sistem etika diperlukan dalam kehidupan politik untuk
mengatur sistem penyelenggaraan negara. Beberapa alasan mengapa Pancasila
sebagai sistem etika itu diperlukan dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara
di Indonesia, meliputi hal-hal sebagai berikut:
6
7. Korupsi akan bersimaharajalela karena penyelenggara negara tidak memiliki
rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya. Para penyelenggara
negara tidak dapat membedakan batasan yang boleh dan tidak, pantas dan
tidak, baik dan buruk (good and bad).
8. Kurangnya rasa perlu berkontribusi dalam pembangunan melalui pembayaran
pajak. Dapat dilihat dari kepatuhan pajak yang masih rendah, padahal peranan
pajak dari tahun ke tahun semakin meningkatdalam membiayai APBN.
9. Pelangaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan bernegara di
Indonesia ditandai dengan melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak
pihak lain. Contohnya penganiayaan terhadap pembantu rumah tangga (PRT),
penelantaran anak-anak yatim oleh pihak-pihak yang seharusnya melindungi,
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dll.
10. Kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan
manusia, seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi yang
akan datang, global warning, perubahan cuaca, dll.
(Misnan Munir, Rizal Mustansyir, Encep Syarief Nurdin. 2016: 183-185)
7
yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan yang tertinggi, yaitu kebajikan dan
kearifan.
3) Hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama sebagai
warga yang mementingkan masalah bangsa di atas kepentingan individu atau
kelompok. Sistem etika yang berlandaskan pada semangat kebersamaan,
solidaritas sosial akan melahirkan kekuatan untuk menghadapi penetrasi nilai
yang bersifat memecahkan belah bangsa.
4) Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk mufakat.
Artinya, menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai orang lain.
5) Hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
perwujudan dari sistem etiak yang tidak menekankan pada kewajiban semata
(deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka (teleologis), tetapi lebih
menonjolkan keutamaan (virtue ethics) yang terkandung dalam nilai keadilan
itu sendiri. (Misnan Munir, Rizal Mustansyir, Encep Syarief Nurdin. 2016:
183-193)
2.7 Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika
Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan Pancasila sebagai
sistem etika meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Meletakkan sila-sila pancasila sebagai sistem etika berarti menempatkan
Pancasila sebagai sistem etika berarti menempatkan Pancasila sebagai sumber
moral dan inspirasi bagi penentu sikap, tindakan, dan keputusan yang diambil
setiap warga negara.
2) Pancasila sebagai sistem etika memberi guidance bagi setiap warga negara
sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan baik lokal,
nasional, regional, maupun internasional.
3) Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis bagi berbagai
kebijakan yang dibuat oleh penyelenggar negara sehingga tidak keluar dari
semangat negara kebangsaan yang berjiwa pancasilas.
4) Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk menyaring pluralitas
nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak
8
globalisasi yang memengaruhi pemikiran warga negara. (Misnan Munir,
Rizal Mustansyir, Encep Syarief Nurdin. 2016: 183-193)
Pancasila sebagai sistem etika ini adapun masalah yang terjadi bangsa
Indonesia, yakni:
1) Banyaknya masalah penggelapan yang mewabahi negeri Indonesia sehingga
akibatnya bisa melunturkan sendi-sendi kehidupan warga negara.
2) Masih terjadinya aksi pelaku teror atau terorisme yang menggunakan simbol
kepercayaan sehingga dapat menghambat semangat toleransi dalam kehidupan
antar umat beragama, budaya, golongan, mengancam disintegrasi bangsa dan
persatuan.
3) Masih banyak pelanggaran HAM dalam kehidupan berbangsa.
4) Kesenjangan antara kelompok sosial masyarakat antara yang kaya dan miskin
masih menandai kehidupan warga Indonesia sehingga tidak sama rata.
5) Ketidakadilan aturan yang masih terjadi pada proses peradilan di Indonesia,
masih terjadi pada proses peradilan di Indonesia, masih ada hukum yang tidak
seimbang dan kadang melihat jabatan dan adanya kesenjangan antara miskin
dan kaya. (Fannia Sulistiani, Dinie Anggtaeni Dewi. 2021. vol 3, 181-182)
2.8 Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Etika
Berikut ini gambaran beberapa bentuk tantangan terhadap sistem etika
pancasila:
1) Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman orde lama berupa
sikap otoriter dalam pemerintahan sebagaimana yang tercermin dalam
penyelenggaraan negara yang menerapkan sistem demokrasi terpimpin.
2) Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Baru terkait
dengan masalah NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan
penyelenggaraan negara.
3) Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada era Reformasi berupa eforia
kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma moral. (Misnan
Munir, Rizal Mustansyir, Encep Syarief Nurdin. 2016: 183-193)
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila dan etika adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena
merupakan suatu sistem yang membentuk satu kesatuan yang utuh, saling
berkaitan satu dengan yang lain untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu, Implementasi Pancasila
sebagai sistem etika dapat terwujud apabila pemerintah dan masyarakat dapat
menerapkan nilai-nilai yang ada dalam pancasila dengan mengedepankan prinsip
keseimbangan antara hak dan kewajiban.
3.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sri Rahayu. (2018). PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA. JURNAL VOICE OF
MIDWIFERY, 08, 760 - 768.
Gesmi, Irwan dan Yun Hendri. (2018). PENDIDIKAN PANCASILA. Ponorogo: Uwais
Inspirasi Indonesia.
Munir, Misnan, Rizal Mustansyir dan Encep Syarief Nurdin. (2016). PENDIDIKAN
PANCASILA Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: RISTENDIKTI.
Putri, Fannia Sulistiani dan Dinie Anggtaeni Dewi. (2021). IMPLEMENTASI PANCASILA
SEBAGAI SISTEM ETIKA. Journal of Education, Psychology and Counseling, 03,
176-184.
11