Anda di halaman 1dari 102

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES


MELITUS TIPE II DI RUANG RAWAT INAP BAGINDO AZIZ
CHAN RS TK. III DR. REKSODIWIRYO PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Annisa

NIM:18311063

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES


MELITUS TIPE II DI RUANG RAWAT INAP BAGINDO AZIZ
CHAN RS TK. III DR. REKSODIWIRYO PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Padang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Ahli Madya Keperawatan

Annisa
NIM:183110163

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Diabetes
Melitus Tipe II Di Ruang Rawat Inap Bagindo Aziz Chan RS TK.III Dr.
Reksodiwiryo Padang 2021” Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk membuat Karya Tulis Ilmiah pada
Program Studi D-III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Penulis
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ns. Nova Yanti, S. Kep, M. Kep, Sp. KMB selaku pembimbing I dan
Bapak Ns. Hendri Budi, M. Kep. Sp. KMB selaku pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Hj. Reflita, S. Kp. M. Kes selaku ketua penguji dan Ibu Lola Felnanda
Amri, S. Kep, M. Kep selaku penguji 2, yang telah memberikan masukan dan
saran yang sangat bermanfaat pada karya tulis ilmiah yang penulis buat untuk
kebaikan penulis kedepannya.
3. Bapak Letnan Kolonel CKM dr. Faisal Rosady. Sp.An. selaku Kepala
Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang yang telah mengizinkan
untuk melakukan penelitian dan banyak membantu dalam usaha
memperoleh data yang penulis perlukan.
4. Bapak Dr.Burhan Muslim, SKM, M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI
Padang.
5. Ibu Ns. Sila Dewi Anggraini, M.Kep, Sp. KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Padang Politeknik Kementrian Kesehatan RI Padang.
6. Ibu Heppi Sasmita, SKp, M. Kep, Sp. Jiwa selaku Ketua Program Studi D-
III Keperawatan Padang Politeknik Kementrian Kesehatan RI Padang.

7. Bapak Ibu dosen serta staf yang telah membimbing dan membantu selama
perkuliahan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.

v
8. Teristimewa kepada Ibu saya Netri Yanti, bapak kandung saya Busra, dan
abang kandung saya Taufik Ramadhan yang telah memberikan dukungan
kepada saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Terimakasih atas dukungan dan bantuan teman-temanku yang senasib dan


seperjuangan Mahasiswa Politeknik Kesehatan Padang Program Studi DIII
Keperawatan Padang 2021.

Akhir kata penulis berharap Karya Tulis Ilmiah dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan pihak yang telah membacanya, dan semoga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat dilanjutkan kepada peneliti di bidang keperawatan. Serta penulis
mendoakan semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat balasan
dari Allah SWT. Aamiin.

Padang, 20 Juni 2021

Penulis

vi
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG

Karya Tulis Ilmiah, 20 Juni 2021


Annisa

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Diabetes Mellitus Tipe II Di


Ruang Rawat Inap Bagindo Aziz Chan di RS TK. III Dr. Reksodiwiryo
Padang

Isi : xiii + 51 halaman + 1 Tabel + 1 Bagan + 10 lampiran

ABSTRAK

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya


terus mengalami peningkatan di dunia. Berdasarkan survey data yang didapat
dari RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang, diabetes mellitus tipe II merupakan
penyakit yang cukup tinggi angka kejadian kasusnya sebanyak 660 kasus pada
tahun 2019 dan 526 kasus pada tahun 2020. Tujuan penelitian ini untuk
mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus
Tipe II di ruang rawat inap Bagindo Aziz Chan RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo
Padang.

Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini


dilakukan diruangan Bagindo Aziz Chan RS Tk.III Dr. Reksodiwiryo Padang
pada tanggal 12-16 April 2021. Populasi seluruh pasien dengan diagnosa
diabetes mellitus tipe II dan sampel satu orang yang sesuai dengan kriteria
inklusi dan ekslusi. Data dikumpulkan dengan metode wawancara,
pengukuran, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi. Menganalisa temuan
terhadap proses keperawatan dibandingkan dengan konsep dan teori.

Hasil penelitian pasien mengeluh badan terasa lemah dan letih, kepalanya
terasa pusing, pasien mudah haus, sering BAK, dan nafsu makan menurun.
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan hiperglikemia, defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, keletihan berhubungan dengan
kondisi fisiologis. Intervensi yang dilakukan manajemen hiperglikemia,
manajemen nutrisi, manajemen energi. Evaluasi keperawatan setelah 5 hari
didapatkan GDR 202 mg/dl, badan letih berkurang.

Melalui Direktur rumah sakit diharapkan perawat ruangan dapat lebih optimal
dalam melakukan tindakan monitoring gula darah secara kontiniu, dapat
mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan, memberikan promosi
kesehatan dan penatalaksaannya kepada keluarga agar dampak dari penyakit
ini bisa dicegah lebih lanjut.

Kata Kunci (keyword) : Diabetes Mellitus Tipe II, Asuhan Keperawatan


Daftar Pustaka : 38 (2010 – 2019)

vii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG

Scientific Writing, 20 june 2021


Annisa

Nursing Care for Patients with Type II Diabetes Mellitus in the Bagindo
Aziz Chan Inpatient Room at the Kindergarten Hospital. III Dr.
Reksodiwiryo Padang

Contents : xiii + 51 pages + 1 Table + 1 Chart + 10 attachments

ABSTRACT

Diabetes Mellitus Type II is a disease whose prevalence continues to increase


in the world. Based on survey data obtained from Tk Hospital. III Dr.
Reksodiwiryo Padang, type II diabetes mellitus is a disease with a high
incidence of 660 cases in 2019 and 526 cases in 2020. The purpose of this
study is to describe nursing care for patients with Type II Diabetes Mellitus in
the inpatient room of Bagindo Aziz Chan Hospital. Kindergarten III Dr.
Reksodiwiryo Padang.

This type of research is descriptive with a case study approach. This research
was conducted in the room Bagindo Aziz Chan Hospital Tk.III Dr.
Reksodiwiryo Padang on April 12-16, 2021. The population was all patients
with a diagnosis of type II diabetes mellitus and a sample of one person who
met the inclusion and exclusion criteria. Data were collected by interview,
measurement, physical examination, and documentation methods. Analyze the
findings of the nursing process compared to concepts and theories.

The results of the study patients complained of feeling weak and tired, the head
felt dizzy, the patient was thirsty, frequent urination, and decreased appetite.
Nursing diagnoses that are upheld are instability of blood glucose levels
associated with hyperglycemia, nutritional deficits associated with the inability
to absorb nutrients, fatigue associated with physiological conditions. The
interventions performed were hyperglycemia management, nutrition
management, energy management. Nursing evaluation after 5 days obtained
GDR 202 mg/dl, decreased fatigue.

Through the hospital director, it is hoped that room nurses can be more optimal
in carrying out continuous blood sugar monitoring actions, can document every
action taken, provide health promotion and management to families so that the
impact of this disease can be prevented further.

Keywords : Diabetes Mellitus Type II, Nursing Care


Bibliography : 38 (2010 – 2019)

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................i


PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
LEMBAR ORISINALITAS .......................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A...Latar Belakang .................................................................................. 1
B...Rumusan Masalah.............................................................................. 7
C...Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
D...Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A...Konsep Dasar Diabetes Mellitus Tipe II ......................................... 9
1....Pengertian Diabetes Mellitus Tipe II ............................................ 9
2....Klasifikasi ................................................................................... 9
3....Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II ................................................ 11
4....Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus Tipe II ................................. 13
5....Patofisiologis Diabetes Mellitus Tipe II ....................................... 13
6....WOC ........................................................................................... 15
7....Manifestasi Klinis ........................................................................ 16
8....Komplikasi .................................................................................. 16
9....Penatalaksaan .............................................................................. 20
10..Pemeriksaan Penunjang ............................................................... 21

B...Konsep Asuhan Keperawatan ......................................................... 23


1... Pengkajian Keperawatan .............................................................. 21
2... Diagnosa Keperawatan ................................................................ 25
3... Rencana Keperawatan ................................................................. 26
4... Impementasi Keperawatan ........................................................... 29
5....Evaluasi Keperawatan ................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN
A...Desain Penelitian ............................................................................... 30
B...Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 30
C...Populasi dan Sampel .......................................................................... 30
D...Alat atau Instrumen Pengumpulan Data ............................................. 32
E... Jenis – Jenis Data .............................................................................. 32
F... Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 33
G...Prosedur Penelitian ............................................................................ 33
H...Analisa Data ...................................................................................... 34
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS
A...Deskripsi Kasus ............................................................................... 35
1....Pengkajian Keperawatan.............................................................. 35
2....Diagnosis Keperawatan ............................................................... 37
3....Intervensi Keperawatan ............................................................... 38
4....Implementasi Keperawatan .......................................................... 38

ix
5....Evaluasi Keperawatan ................................................................. 39
B...Pembahasan ..................................................................................... 40
1....Pengkajian Keperawatan.............................................................. 40
2....Diagnosis Keperawatan ............................................................... 44
3....Intervensi Keperawatan ............................................................... 45
4....Implementasi Keperawatan .......................................................... 47
5....Evaluasi Keperawatan ................................................................. 48
BAB V PENUTUP
A...Kesimpulan ....................................................................................... 50
B...Saran ................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Bagan 2.1 Intervensi Keperawatan ................................................................ 26

x
DAFTAR BAGAN

Tabel 2.1 WOC Diabetes Mellitus Tipe II ..................................................... 15

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II


Lampiran 2 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 1
Lampiran 3 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 2
Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data dari Institusi Poltekkes Kemenkes RI
Padang
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes RI Padang
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Direktur RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo
Padang
Lampiran 7 Surat Persetujuan (Informed Consent)
Lampiran 8 Surat Persetujuan Menjadi Responden (Inform Consent)
Lampiran 9 Daftar Hadir Penelitian
Lampiran 10 Surat Selesai Penelitian dari Direktur RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo
Padang

xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Annisa

Nim : 183110163

Tempat/Tanggal Lahir : Padang / 04 Maret 2000

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Nama Orang Tua

Ayah : Busra

Ibu : Netri Yanti

Alamat : Jalan Lubuk Buaya RT 01/ RW 01 No. 12


Simpang Kalumpang
Riwayat Pendidikan

No Pendidikan Tahun lulus


1 TK Sabbihisma Padang 2006
2 SDN 14 Kampung Jambak 2012
3 SMPN 16 Padang 2015
4 MAN 3 Padang 2018
5 Poltekkes Kemenkes RI Padang 2021

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (Hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Komplikasi
yang berkaitan dengan diabetes mellitus di klasifikasikan sebagai
komplikasi akut dan kronik. Komplikasi akut terjadi akibat intoleransi
glukosa yang berlangsung dalam jangka waktu pendek, komplikasi kronik
biasanya terjadi 10-15 tahun komplikasinya mencakup Penyakit
Makrovaskuler yaitu mempengaruhi sirkulasi koroner, Penyakit
Mikrovaskuler yaitu retinopati dan nefropatik, dan penyakit neuropatik
mempengaruhi saraf sensori motorik dan otonom serta berperan
memunculkan sejumlah masalah seperti ulkus diabetikum (Smeltzer &
Bare, 2016). Kondisi hiperglikemia yang lama pada pasien diabetes
melitus menyebabkan arteroskelosis, penebalan membrane basalis dan
perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya ulkus
diabetikum (Handayani, 2016).

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran yang


menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain yang terdiri dari beberapa kelenjar
diantaranya adalah hipotalamus, gonad, adrenal, hipofise, tyroid,
parathyroid, dan pankreas (Manurung, Magdalena, & Nixson, 2017).
Santosa (2012) dalam simposium ilmiah perkembangan endokrin,
diagnosa dan terapi menyebutkan gangguan endokrin terbanyak terjadi di
kelenjar pankreas yang memunculkan penyakit diabetes, dimana diabetes
merupakan 75% penyakit dari gangguan endokrin secara keseluruhan.
Gangguan lainnya terjadi pada kelenjar tiroid, yaitu penyakit gondok
sebanyak 15-20%. Sisanya gangguan pada kelenjar lain yang
memunculkan berbagai penyakit, seperti disfungsi ereksi, gangguan
hormonal, gangguan hipofisis, bahkan kanker.
iabetes Melitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat

1 Poltekkes Kemenkes Padang


2
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Smeltzar &
Bare, 2016). Diabetes Melitus (DM) terbagi menjadi empat meliputi
Daibetes Melitus tipe I, Diabetes Melitus tipe II, Diabetes Melitus
gestasional dan Diabetes Melitus yang lainnya, dimana Diabetes Melitus
tipe II memiliki jumlah terbesar dari keseluruh Diabetes Melitus (Elsevier
2014).

World Health Organization (WHO) 2018, data yang dikumpulkan


menunjukkan bahwa 422 juta orang hidup dengan Diabetes Melitus
diseluruh dunia pada tahun 2018, dan bahwa jumlah ini akan meningkat
dua kali lipat pada tahun 2025, yang sebagian besar disebabkan oleh
Diabetes Melitus tipe II. Pevalensi Diabetes Tipe II jauh lebih umum dan
menyumbang 90% dari semua kasus diabetes di seluruh dunia.

Riskesdas (2018) melaporkan prevalensi kasus diabetes mellitus


berdasarkan pemeriksaan darah pada penduduk umur ≥15 tahun adalah
6,9% di tahun 2013 dan mengalami peningkatan 8,5% di tahun 2018.
Sedangkan prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosis dokter pada
penduduk usia ≥15 tahun di Indonesia juga mengalami peningkatan dari
1,5% pada tahun 2013 menjadi 2,0% pada tahun 2018. Prevalensi
tertinggi tahun 2018 terdapat di Ibu kota DKI Jakarta dengan prevalensi
3,4%, Kalimantan Timur 2,9% dan Yogyakarta 2,8%. Sementara itu
Sumatera Barat menempati urutan ke 22 dari 35 Provinsi di Indonesia.
Prevalensi tersebut mengalami peningkatan dari 1,3% di tahun 2013 dan
1,7% ditahun 2018.

Profil kesehatan kota Padang 2017 menyatakan bahwa pada tahun 2016
diabetes mellitus menempati urutan ke enam dari sepuluh penyakit
terbanyak di kota Padang, yaitu sebanyak 22.523 kasus. Sedangkan pada
tahun 2017 Diabetes Mellitus tanpa komplikasi menempati urutan ke 7

Poltekkes Kemenkes Padang


3

dari sepuluh penyakit terbanyak di kota Padang yaitu sebanyak 13.795


kasus. Sedangkan menurut profil Kesehatann kota Padang Tahun 2019
mengatakan penemuan kasus dari 171.594 orang penduduk berusia ≥ 15
tahun pada tahun 2019, ditemukan penderita Diabetes Melitus sebanyak
17.017 orang. Penderita yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar sebanyak 15.017 orang atau sebanyak 91,6%. Pelayanan kesehatan
sesuai standar yang didapatkan berupa pengukuran gula darah yang
dilakukan minimal satu kali sebulan di fasilitas pelayanan kesehatan,
edukasi perubahan gaya hidup dan nutrisi serta melakukan rujukan jika
diperlukan.

Komplikasi akut dari DM tipe II antara lain terjadinya hipoglikemia dan


koma asidosis. Hipoglikemia umum terjadi pada penderita DM tipe II
dengan prevalensi 70% - 80%. Komplikasi akut lainnya adalah terjadinya
ketoasidosis diabetik (KAD) yang ditandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah yang tinggi disertai tanda dan gejala asidosis dan plasma
keton (+) kuat (Perkeni, 2015). Ketoasidosis diabetik terjadi pada 34%
diabetes melitus tipe II (Huang, 2016). Komplikasi kronik diabetes melitus
tipe II terjadi pada semua organ tubuh dimana 50% mengakibatkan
penyakit jantung koroner dan 30% mengakibatkan gagal ginjal. Selain
kematian, DM tipe II juga dapat menyebabkan kecacatan. Sebanyak 3%
pasien DM tipe II mengalami kebutaan akibat komplikasi retinopati dan
10% mengalami amputasi tungkai kaki (Mashudi dalam Dalimunthe &
Nasution, 2016).

Diabetes melitus tipe II yang tidak dikelola dengan baik akan


menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi kronis. Untuk itu perlu
manajemen dan Penatalaksanaan yang tepat, yaitu edukasi, terapi nutrisi
medis (TNM), latihan jasmani, dan terapi farmakologis (PERKENI, 2015).
Menurut hasil penelitian Febty dkk (2014) mengenai gambaran perilaku
penatalaksanaan pada pasien DM tipe II di puskesmas Ciputat yaitu dari 58
responden 75,9% diantaranya berusaha mencari tahu mengenai edukasi

Poltekkes Kemenkes Padang


4

tentang penatalaksanaan DM tipe II dan 24,1% responden tidak berusaha


mencari tahu. Sementara itu berdasarkan kepatuhan dalam terapi
farmakologis 93,1% responden patuh minum obat dan melakukan kontrol
bila obat habis dan 6,9% diantaranya tidak melakukan kontrol bila obat
habis. Berdasarkan hasil penelitian Risnasari dkk (2014) tentang
Hubungan tingkat kepatuhan diet pasien diabetes mellitus dengan
munculnya komplikasi di puskesmas pesantren di Kota Kediri, dari 57
responden didapatkan 43,86% patuh terhadap diet dan 56,14% tidak patuh
terhadap diet. Hasil penelitian Bataha, (2017) menyebutkan bahwa pola
aktivitas pasien DM tipe II yaitu dari 75 responden 96,0% diantaranya
memiliki pola aktivitas yang ringan dan 4,0% memiliki pola aktivitas
sedang.

Price and Wilson (2011), menyatakan diabetes melitus tipe II berdampak


terhadap permasalahan seperti masalah fisiologis, psikologis, sosial, dan
ekonomi. Adapun dampak komplikasi diabetes melitus akut dan kronis
adalah Komplikasi akut terjadi akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung dalam jangka waktu pendek, sedangkan komplikasi kronik
biasanya terjadi 10-15 tahun setelah awitan diabetes melitus Komplikasi
(Smeltzer & Bare 2013). Komplikasi akut dari DM tipe II antara lain
terjadinya hipoglikemia dan koma asidosis Dampak fisiologis diabetaes
mellitus tipe II yang mengalami perubahan fisik terdiri dari sering buang
air, merasa lapar, merasa haus, dimana menurut Infodatin, (2014) 0,6%
penduduk usia 15 tahun keatas merasakan gejala tersebut namun belum
dipastikan apakah menderita DM atau tidak. Selain itu pasien DM juga
mengalami gejala hipoglikemia ringan seperti berkeringat dingin,
gemetaran dan pusing. Komplikasi kronik diabetes melitus tipe II terjadi
pada semua organ tubuh dimana 50% mengakibatkan penyakit jantung
koroner dan 30% mengakibatkan gagal ginjal. Selain kematian, DM tipe II
juga dapat menyebabkan kecacatan. Sebanyak 3% pasien DM tipe II
mengalami kebutaan akibat komplikasi retinopati dan 10% mengalami
amputasi tungkai kaki (Mashudi dalam Dalimunthe & Nasution, 2016)

Poltekkes Kemenkes Padang


5

Menurut hasil penelitian Sutawardana, Yulia, & Agung Waluyo (2016)


76% hipoglikemia yang dialami pasien DM terjadi akibat penggunaan
insulin, 45% akibat dari penggunaan konsumsi obat sulfonilurea, dan 3%
akibat tidak adekuatnya diet. Menurut PERKENI (2011) kondisi
hipoglikemia memiliki efek yang fatal bagi penderita DM dimana 2% - 4%
kematian penderita DM disebabkan oleh hipoglikemia. Hipoglikemia juga
umum terjadi pada penderita DM tipe II, dengan prevalensi 70 – 80%.

Sementara itu dampak psikologis yang muncul akibat diabetes mellitus


tipe II berupa beban psikologis (stress) bagi klien maupun keluarga. Hasil
penelitian Sari, (2018) menyebutkan dari 37 pasien DM 46% mengalami
stress ringan, 10,8% mengalami stress sedang, 35,1% mengalami stress
yang sangat berat dan 8,1% mengalami stress berat. Respon emosional
negatif terhadap diagnosis penyakit diabetes mellitus tipe II dapat berupa
penolakan atau tidak mau mengakui kenyataan, cemas, marah, merasa
berdosa dan depresi. Masalah sosial yang muncul akibat diabetes mellitus
tipe II yaitu berkurangnya intekrasi sosial dan hubungan interpersonal
terganggu akibat perasaan putus asa yang dialami oleh klien akibat
penyakit yang dideritanya. Sedangkan masalah ekonomi yang muncul
dapat berupa penurunan produktifitas akibat kerja yang akan berdampak
terhadap pendapatan selain itu pengendalian diabetes mellitus tipe II
dilakukan dalam jangka panjang waktu lama dan kompleks sehingga
membutuhkan biaya yang besar dan berdampak pada ekonomi keluarga.

Peran perawat untuk pada pasien dengan Diabetes Melitus Tipe II dengan
melakukan asuhan keperawatan yaitu pengkajian keperawatan,
merumuskan diagnosa keperawatan, membuat perencanaan keperawatan
melakukan implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Penetalaksanaan Daibetes Melitus Tipe II yaitu: manajemen diet, latihan
fisik, pengelolaan farmakologi, monitoring glukosa darah, dan penyuluhan
(Smeltzer & Bare, 2016)

Poltekkes Kemenkes Padang


6

Menurut hasil penelitian Vella (2017), tentang asuhan keperawatan pada


pasien dengan DM tipe II di RSI Ibnu Sina Padang diagnosa yang muncul
pada pasien DM tipe II yaitu resiko ketidakstabilan kadar gula darah
berhubungan dengan ketidakpatuhan manajemen diabetes dan resiko
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. Intervensi yang dilakukan
manajemen hiperglikemia, manajemen edema serebral, monitor TIK.

Berdasarkan data yang didapatkan di RS Tk III Dr. Reksodiwiryo Padang


merupakan salah satu rumah sakit di kota Padang. Pada tahun 2018,
penyakit DM di RS Tk III Dr. Reksodiwiryo Padang sebanyak 533 kasus,
kasus terbanyak pada bulan September yaitu 60 kasus yang menempati
nomor urut 2 dari 10 penyakit yang menonjol di RS Tk III Dr.
Reksodiwiryo Padang. Pada tahun 2019, penyakit DM sebanyak 660 kasus
dan kasus terbanyak pada bulan November yaitu 73 kasus yang DM
menempati nomor urut 2 dari 10 penyakit yang menonjol di RS Tk III Dr.
Reksodiwiryo Padang. Sedangkan pada tahun 2020 kasus DM sebanyak
526 kasus dimana kasus terbanyak pada bulan Februari yaitu sebanyak 80
kasus yang menempati nomor urut 2 dari 10 penyakit yang menonjol di RS
Tk III Dr. Reksodiwiryo Padang (Rekam Medik RS Tk III Dr.
Reksodiwiryo Padang).

Berdasarkan pada survey awal yang dilakukan tanggal 5 Maret 2021 di RS


TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang didapatkan 3 orang pasien diabetes
melitus tipe II dengan komplikasi yang sedang dirawat diruang rawat inap
Bagindo Aziz Chan RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang yaitu Tn. B umur
65 tahun dengan DM tipe II pasien mengatakan nafsu makan berkurang,
pandangan kabur, badan lemah, mual. Pasien kedua Ny. J mengatakan
kurang memahami penatalaksaan diabetes melitus tipe II, tidak memahami
cara mengatur pola makan. Pasien ketiga Ny. E keluhan utama badan
terasa sangat lemas dan tampak cemas dengan keadaannya saat ini. Dari
hasil survey didapatkan perawat sudah melakukan pengkajian dengan baik
tetapi pemeriksaan fisik secara head to too masih belum lengkap, perawat

Poltekkes Kemenkes Padang


7

menetapkan satu diagnosa sesuai dengan kondisi pasien. Evaluasi tindakan


yang dilakukan masih seperti evaluasi yang dilakukan sebelumnya.

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka peneliti telah


melakukan penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Diabetes Melitus Tipe II di Ruang rawat inap Bagindo Aziz Chan
RS Tk. III Dr. Reksodiworyo Padang 2021”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang peneliti merumuskan masalah yaitu
“Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus
Tipe II di RS TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2021?”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan
pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di ruang rawat inap Bagindo
Aziz Chan di RS TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan Diabetes
Melitus Tipe II di ruang rawat inap Bagindo Aziz Chan di RS
TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2021.
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Diabetes Melitus Tipe II di ruang rawat inap Bagindo Aziz
Chan di RS TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2021.
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien dengan
Diabetes Melitus Tipe II di ruang rawat inap di RS TK. III Dr.
Reksodiwiryo Padang tahun 2021.
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan
Diabetes Melitus Tipe II di ruang rawat inap Bagindo Aziz
Chan di RS TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2021.
e. Mendeskripsikan evaluasi pada pasien dengan Diabetes Melitus

Poltekkes Kemenkes Padang


8

Tipe II di ruang rawat inap Bagindo Aziz Chan di RS TK. III


Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Aplikatif
Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan
bahan rujukan atau perbandingan dalam pembuatan ataupun
pengaplikasian asuhan keperawatan diabetes melitus tipe II di RS Tk.
III Dr. Reksodiwiryo Padang bagi tenaga kesehatan.
2. Manfaat Pengembangan Keilmuan
Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran bagi peneliti selanjutnya dan mahasiswa untuk menambah
wawasan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang
keperawatan khususnya tentang asuhan keperawatan diabetes melitus
tipe II di RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar Diabetes Melitus


1. Pengertian
Diabetes mellitus adalah sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan
pada kerja insulin,sekresi insulin atau keduanya,tiga komplikasi akut tersebut
terkait ketidakseimbangan kadar glukosa yang berlangsung dalam jangka
waktu pendek (Brunner & Suddarth, 2017). Diabetes Melitus tipe II
dikarakteristikkan dengan hiperglikemia, resistensi insulin dan keruskan
relatif sekresi insulin (Damayanti, 2015) Diabetes Melitus tipe II atau dikenal
dengan diabetes melitus tidak tergantung insulin, dapat terjadi akibat obesitas,
atau penyakit seperti infeksi, trauma, dan infark miokard (Lee & Weaver,
2013). Faktor Resiko DM tipe II antara lain faktor keturunan dan obesitas, 80-
90% dm tipe II mengalami obesitas (Rahayu, 2015). Diabetes melitus tipe II
terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin atau akibat penurunan
produksi insulin. Diabetes melitus tipe II banyak terjadi pada usia dewasa
lebih dari 45 tahun, karena berkembang lambat dan terkadang tidak terdeteksi
(Tarwoto, 2012).

2. Klasifikasi
Menurut Smeltzer & Bare (2016) dan Hans Tandra (2017)
mengklasifikasikan Diabetes Melitus menjadi:

a. Diabetes Melitus tipe 1


Diabetes Melitus tipe 1 atau Insulin Dependen Diabetes Melitus
(INDDM) yaitu Diabetes Melitus yang bergantung pada insulin. Yang
menderita penyakit ini tidak banyak, namun jumlah nya terus
meningkat 3% setiap tahun. Diabetes Melitus tipe I ini disebab karena
kerusakan sel beta pankreas yang menghasilkan insulin.

9
Poltekkes Kemenkes Padang
10

Hal ini berhubungan dengan kombinasi antara faktor genetik,


imunologi dan lingkungan, seperti virus.

Terdapat juga hubungan terjadi Diabetes Melitus I dengan beberapa


antigen leukosit manusia (HLAs) dan adanya autoimun antibody sel
islet (ICAs) yang dapat merusak sel-sel beta pankreas.
Ketidakmampuan sel beta manghasilkan insulin megakibatkan
glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
dan tetap berada dalam darah sehingga menimbulkan hiperglikemia.

Peningkatan glukosa darah tinggi lebih dari 180 mg/100 ml,


menyebab kan glukosa keluar melalui urin (glukosuria), hal ini
disebabkan karena ketidakmampuan ginjal kembali menyerap glukosa
(reabsorpsi) yang telah difiltrasi melebihi ambang batas filtrasi
glukosa oleh glumelurus. Krtika glukosa yang berlebihan disekresikan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan karena
tubulus ginjal tidak mengabsorbsi air secara optimal, keadaan ini
disebut dieresis osmotik, sebagai akibat banyaknya urin yang
diproduksi maka akan mengalami peningkatan berkemih (poiuria)
serta rasa haus (polidipsia). Defesiensi insulin juga mengganggu
metabolisme protein dan lemak dan menurunkan simpangan atau
cadangan makanan, mengakibatkan kelaparan sel dan merangsang
selera makan (polifagia).

b. Diabetes Melitus tipe II


Diabetes Melitus tipe II atau Non Insulin Dependen Diabetes Melitus
(NIDDM). Kurang lebih 90% sampai 95% penderita Diabetes Melitus
adalah Diabetes Melitus tipe ini. Diabetes Melitus tipe II masih bisa
memproduksi insulin, tetapi kualitas insulinnya buruk, tidak dapat
berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan gula ke
dalam sel. Akibatnya, gula dalam darah meningkat, pasien biasanya
tidak perlu tambahan suntukan insulin dalam pengobatannya, tetapi

Poltekkes Kemenkes Padang


11

memerlukan obat untuk memperbaiki fungsi inslin, menurunkan


glukosa darah dan memperbaiki pengelolaan gula di hati. Normalnya
insulin terkait oleh reseptor khusus pada permukaan sel dan mulai
terjadi rangkaian reaksi termasuk metabolisme glukosa. Pada Diabetes
Melitus tipe II reaksi dalam sel kurang efektif karena kurangnya
insulin yang berperan dalam menstimulasi glukosa masuk ke jaringan
dan pengaturan pelepasan glukosa dihati.

c. Diabetes Melitus Gestasional


Diabetes Melitus Gestasional yaitu Diabetes Melitus yang terjadi pada
masa kehamilan, dapat di diagnosa dengan menggunakan test toleran
glukosa, terjadi kira-kira pada 24 minggu kehamilan. Individu
Diabetes Melitus gestasional 25% akan berkembang menjadi Diabetes
Melitus.

d. Diabetes Melitus tipe lain


Diabetes Melitus tipe lain adalah Diabetes Melitus sekunder atau
akibat dari penyakit lain, yang mengganggu produksi insulin atau
memengaruhi kerja insulin atau mengurangi kerja insulin. Penyebab
Diabetes Melitus ini seperti penyakit eksokrin pankreas (pankreatitis,
neoplasma, trauma atau pankreatectomy), endokrineopati (akromegali,
pheochromacytoma, dan cushing’s syndrome), obat-obatan atau zat
kimia (glikokortiroid, hormon tiroid, dan dilantin), penyakit infeksi
(congenital rubella, infeksi cytomegal rubella, infeksi
cytomegalovirus), serta syndrome genetik diabetes (syndrome down).

3. Etiologi dan faktor resiko Diabetes Melitus tipe II


Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
(Padila, 2012). Menurut Tarwoto (2012) faktor resiko yang menyebabkan
timbulnya penyakit DM tipe II antara lain:

Poltekkes Kemenkes Padang


12

1. Usia diatas 45 tahun, hal ini karena adanya perubahan anatomis,


fisiologis, dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel, kemudian
berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang
dapat mempengaruhi homoeostasis.
2. Obesitas atau kegemukan yaitu berat badan lebih dari 20% dari berat
badan ideal atau BMI (Body Mass Index). Obesitas menyebabkan
respon sel beta pankreas terhadap peningkatan glukosa darah berkurang,
selain itu reseptor insulin pada sel diseluruh tubuh termasuk di otot
berkurang jumlah dan keaktifannya.
3. Riwayat keluarga dengan DM tipe II.
4. Lingkungan seperti virus yang dapat memicu teerjadinya autoimun
danmenghancurkan sel-sel pancreas, obat-obatan dan zat kimia.
5. Riwayat adanya gangguan toleransi glukosa (IGT) atau gangguan
glukosapuasa (IFG).
6. Hipertensi, dengan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg atau
hiperlipidemia,kolestrol atau trigiserida lebih dari 150 mg/dl
7. Riwayat gestasional DM atau riwayat melahirkan bayi diatas 4 kg.
8. Polystic ovarium syndrome yang diakibatkan resistensi dari insulin.
9. Pada keadaan ini wanita tidak terjadi ovulasi (keluarnya sel telur
dari ovarium), tidak terjadi menstruasi, tumbuhnya rambut secara
berlebihan, tidak bisa hamil.
10. Etnik, banyak terjadi pada orang Amerika keturunan Afrika, Asia.
11. Kebiasaan diet dan kurang olahraga atau kurang beraktifitas fisik.

4. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus


Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu gejala akut
dan gejala kronik (PERKENI, 2015).
a. Gejala akut penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap penderita, bahkan mungkin
tidakmenunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu. Permulaan
gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (poli) yaitu banyak
makan (poliphagi), banyak minum (polidipsi), dan banyak kencing

Poltekkes Kemenkes Padang


13

(poliuri). Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati maka akan timbul
gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang
atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4
minggu), mudah lelah, dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa
mual (PERKENI, 2015).

b. Gejala kronik penyakit DM


Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah
kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa
tebal di kulit, kram, mudah mengantuk, mata kabur, biasanya sering
ganti kacamata, gatal di sekitar kemaluan terutama pada wanita, gigi
mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun, dan
para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg
(PERKENI, 2015).

5. Patofisiologi
Pada DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik
utama adalah terjadinya hiperglikemik kronik. Faktor genetik dikatakan
memiliki peranan yang sangat penting dalam munculnya DM tipe II.
Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan
seperti gaya hidup, obesitas, rendahnya aktivitas fisik, diet, dan tingginya
kadar asam lemak bebas (Smeltzer dan Bare, 2015). Diabetes melitus tipe
II sebelumnya disebut sebagai non insulin-dependent atau adult-onset
diabetes, ditandai dengan resistensi insulin, peningkatan pelepasan glukosa
hati, rusaknya penyimpanan glukosa, dan defisiensi insulin. Tujuan jangka
pendek dari manajemen diabetes yaitu untuk menyeimbangkan asupan
makanan dengan pengeluaran energi dan memastikan jumlah insulin yang
cukup (endogen atau eksogen) untuk mempertankan kadar glukosa darah
mendekati normal. Mekanisme terjadinya DM tipe I I umumnya
disebabkan karena resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan

Poltekkes Kemenkes Padang


14

sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi


suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi
insulin pada DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terjadi peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan (Smeltzer dan Bare, 2015).

Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat


sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan
pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika
sel-sel β tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi DM tipe II. Meskipun
terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II,
namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.
Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada DM tipe II. Diabetes
melitus tipe II disebabkan oleh intoleransi glukosa yang progresif dan
berlangsung perlahan dan mengakibatkan hiperglikemia jangka panjang,
dan berperan menyebabkan komplikasi mikrovaskular kronik seperti
penyakit mata, neuropati dan penyakit ginjal. Diabetes juga dikaitkan
dengan peningkatan insidensi penyakit makrovaskular seperti penyakit
arterisklerosis, penyakit serebrovaskular (stroke) dan luka ganggren.
Komplikasi ini dapat muncul sebelum diagnosis ditegakkan. Diagnosa
keperawatan yang diangkat saat pasien mengalami ulkus adalah resiko
infeksi. (Smeltzer & Bare, 2015).

Poltekkes Kemenkes Padang


15

poliuri

Sumber : Smeltzer dan Bare, 2015

15
16

6. Manifestasi Klinis
Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya seringkali tidak
dirasakan dan tidak disadari oleh penderita. Manifestasi klinis Diabetes
Melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Jika
hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka
timbul glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) jika melewati ambang ginjal
untuk ekskresi glukosa yaitu ± 180 mg/dl serta timbulnya rasa haus
(polidipsia). Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul
sebagai akibat kehilangan kalori (Price dan Wilson, 2012).

Pasien dengan diabetes melitus tipe II mungkin sama sekali tidak


memperlihatkan gejala apapun, dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan
pemeriksaan darah di laboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa.
Pada hiperglikemia yang lebih berat pasien tersebut mungkin menderita
polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen. Biasanya mereka tidak mengalami
ketoasidosis karena pasien ini tidak defisiensi insulin secara absolut namun
hanya relatif. Sejumlah insulin tetap disekresi dan masih cukup untuk
mnenghambat ketoasidosis (Price dan Wilson, 2012).

7. Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM tipe II akan
menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe II terbagi dua
berdasarkan lama terjadinya yaitu: komplikasi akut dan komplikasi kronik
(Smeltzer dan Bare, 2015, PERKENI, 2015).
1. Komplikasi akut
a. Ketoasidosis diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL),
disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton
(+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/mL) dan
terjadi peningkatan anion gap (PERKENI, 2015).

Poltekkes Kemenkes Padang


17

b. Hiperosmolar non ketotik (HNK)


Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi
(600-1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas
plasma sangat meningkat (330-380 mOs/mL), plasma keton (+/-),
anion gap normal atau sedikit meningkat (PERKENI, 2015).
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah
mg/dL. Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan
mengalami keadaan hipoglikemia. Gejala hipoglikemia terdiri dari
berdebar-debar, banyak keringat, gementar, rasa lapar, pusing,
gelisah, dan kesadaran menurun sampai koma (PERKENI, 2015).

2. Komplikasi kronik
Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi pada pasien
DM saat ini sejalan dengan penderita DM yang bertahan hidup lebih
lama. Penyakit DM yang tidak terkontrol dalam waktu yang lama
akan menyebabkan terjadinya komplikasi kronik.

Kategori umum komplikasi jangka panjang terdiri dari :

1) Komplikasi makrovaskular

Komplikasi makrovaskular pada DM terjadi akibat aterosklerosis


dari pembuluh-pembuluh darah besar, khususnya arteri akibat
timbunan plak ateroma. Makroangiopati tidak spesifik pada DM
namun dapat timbul lebih cepat, lebih sering terjadi dan lebih
serius. Berbagai studi epidemiologis menunjukkan bahwa angka
kematian akibat penyakit kardiovaskular dan penderita DM
meningkat 4-5 kali dibandingkan orang normal. Komplikasi
makroangiopati umumnya tidak ada hubungan dengan kontrol
kadar gula darah yang baik. Tetapitelah terbukti secara
epidemiologi bahwa hiperinsulinemia merupakan suatu faktor
resiko mortalitas kardiovaskular dimana peninggian kadar
insulin dapat menyebabkan terjadinya risiko kardiovaskular

Poltekkes Kemenkes Padang


18

menjadi semakin tinggi. Kadar insulin puasa > 15 mU/mL


akanmeningkatkan risiko mortalitas koroner sebesar 5 kali lipat.
Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar antara lain
adalah pembuluh darah jantung atau penyakit jantung koroner,
pembuluh darah otak atau stroke, dan penyakit pembuluh darah.
Hiperinsulinemia juga dikenal sebagai faktor aterogenik dan
diduga berperan penting dalam timbulnya komplikasi
makrovaskular (Smeltzer dan Bare, 2015).
2) Komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penyumbatan pada
pembuluh darah kecil khususnya kapiler yang terdiri dari
retinopati diabetik dan nefropati diabetik. Retinopati diabetik
dibagi dalam 2 kelompok, yaitu retinopati non proliferatif dan
retinopati proliferatif. Retinopati non proliferatif merupakan
stadium awal dengan ditandai adanya mikroaneurisma,
sedangkan retinopati proliferatif, ditandai dengan adanya
pertumbuhan pembuluh darah kapiler, jaringan ikat dan adanya
hipoksia retina. Seterusnya, nefropati diabetik adalah gangguan
fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah.
Nefropati diabetik ditandai dengan adanya proteinuria persisten
(>0,5 gr/24 jam), terdapat retinopati dan hipertensi. Kerusakan
ginjal yang spesifik pada DM mengakibatkan perubahan fungsi
penyaring, sehingga molekul-molekul besar seperti protein dapat
masuk ke dalam kemih (albuminuria). Akibat dari nefropati
diabetik tersebut dapat menyebabkan kegagalan ginjal progresif
dan upaya preventif pada nefropati adalah kontrol metabolisme
dan kontrol tekanan darah (Smeltzer dan Bare, 2015).
3) Neuropati
Diabetes neuropati adalah kerusakan saraf sebagai komplikasi
serius akibat DM. Komplikasi yang tersering dan paling penting
adalah neuropati perifer, berupa hilangnya sensasi distal dan
biasanya mengenai kaki terlebih dahulu, lalu ke bagian tangan.

Poltekkes Kemenkes Padang


19

Neuropati berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan


amputasi. Gejala yang sering dirasakan adalah kaki terasa
terbakar dan bergetar sendiri, dan lebih terasa sakit di malam
hari. Setelah diagnosis DM ditegakkan, pada setiap pasien perlu
dilakukan skrining untuk mendeteksi adanya polineuropatidistal.
Apabila ditemukan adanya polineuropati distal, perawatan kaki
yang memadai akan menurunkan risiko amputasi. Semua
penyandang DM yang disertai neuropati perifer harus diberikan
edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus kaki
(PERKENI, 2015).

8. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup
penderita diabetes melitus. Tujuan penatalaksanaan meliputi :
1. Tujuan jangka pendek : menghilangkan keluhan DM, memperbaiki
kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang : mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas
DM. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian
glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid (mengukur
kadar lemak dalam darah), melalui pengelolaan pasien secara
komprehensif.

Pada dasarnya, pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan


disertai dengan latihan jasmani yang cukup selama beberapa waktu (2-
4 minggu). Bila setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat
memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan, baru dilakukan
intervensi farmakologik dengan obat - obat anti diabetes oral atau
suntikan insulin sesuai dengan indikasi. Dalam keadaan dekompensasi
metabolik berat, misalnya ketoasidosis, DM dengan stres berat, berat
badan yang menurun dengan cepat, insulin dapat segera diberikan. Pada
keadaan tertentu obat-obat anti diabetes juga dapat digunakan sesuai

Poltekkes Kemenkes Padang


20

dengan indikasi dan dosis menurut petunjuk dokter. Pemantauan kadar


glukosa darah bila dimungkinkan dapat dilakukan sendiri di rumah,
setelah mendapat pelatihan khusus untuk itu (PERKENI, 2015).

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Glukosa darah. Pada pasien DM tipe II biasanya meningkat 100-200
mg/dl, atau lebih. Pemeriksaan gula darah terdiri dari:
1) Pemeriksaan gula darah puasa atau fasting blood sugar (FBS)
Pasien dalam keadaan puasa selama 12 jam, diperbolehkan
minum. Darah diambil dari pembuluh darah vena. Hasil normal
gulah darah puasa adalah 80-120 mg/100 ml serum. Pada pasien
DM tipe II biasanya meningkat 100- 200 mg/dl, atau lebih
2) Pemeriksaan gula darah postprandial
Bertujuan untuk menentukan gula darah setelah makan. Pasien
diberi makan kira-kira 100 gr karbohidrat, dua jam kemudian
diambil darah venanya. Nilai normal gula darah postprandial
adalah kurang dari 120 mg/100 ml serum
3) Pemeriksaan gula darah sewaktu bisa delakukan kapan saja, nilai
normalnya adalah 70 – 200 mg/dl.
4) Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan bebam glukosa 75 gram.
b. Pemeriksaan HbA1c > 6,5% dengan menggunakan metode High-
Performance Liquid Chromatography (HPLC) yang terstandarisasi
oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).
c. Aseton plasma (keton) didapat hasil positif secara menyolok.
d. Asam lemak bebas didapat kadar lipid dan kolestrol meningkat,
karena ketidakadekuatan kontrol glikemik.
e. Osmolitas serum meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/L
f. Natrium mungkin normal, meningkat atau menurun tergantung pada
jumlah cairan yang hilang (dehidrasi).
g. Kalium normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun Hemoglobin dan hematokrit menurun

Poltekkes Kemenkes Padang


21

disebabkan oleh kegagalan ginjal untuk melaksanakan fungsinya,


salah satu nya adalah menghasilkan eritropoetin, fungsi eritropoetin
adalah penghasil eritrosit. Hal ini mengakibatkan anemia sehingga
kadar hematokrit dan hemaglobin menurun
h. Amilase darah. Mungkinn meningkat yang mengindikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab dari Diabetes melitus (Diabetik
Ketodasidosis).
i. Pemeriksaan fungsi tiroid. peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
j. Pemeriksaan glukosa urin. Adanya glukosauria menunjukkan bahwa
ambang gilnjal terhadap glukosa terganggu. Biasanya didapat hasil
urine gula dan asetan positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat
k. Kultur dan sensitivitas, kemungkinan adanya infeksi saluran kemih,
infeksi pernafasan, dan infeksi pada luka
(PERKENI, 2015, Tarwoto, 2012 dan Sari, 2013)

B. Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus


1. Pengkajian
Menurut (Bararah, 2013) konsep asuhan keperawatan diabetes mellitus.
Data yang perlu didapatkan adalah:
1. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab)
Biasanya identitas klien/ penanggung jawab dapat meliputi:
nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku, bangsa,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa
medis, nomor registrasi, hubungan klien dan penanggungjawab.
2. Keluhan utama
Biasanya pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan utama gatal-
gatal pada kulit yang disertai bisul atau lalu tidak sembuh-sembuh,
kesemutan atau rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping
itu pasien juga mengeluh poliuri, polidipsi, anoreksia, mual dan
muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut,
kram otot, sakit kepala sampai penurunan kesadaran.

Poltekkes Kemenkes Padang


22

3. Riwayat kesehatan sekarang


a) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien datang degan keluhan yang dominan adalah
sering buang air kecil (poliuria), sering lapar dan haus (polidipsi
dan polifagia), sebelum pasien mempunyai berat badan yang
berlebih, biasanya pasien belum menyadari kalau itu merupakan
perjalanan penyakit diabetes mellitus. Pasien baru tahu kalau
sudah memeriksakan diri di pelayanan kesehatan.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien DM pernah dirawat karna kadar glukosa darah
tinggi. Adanya faktor resiko yang mempengaruhi seperti genetic,
obesitas, usia, minimnya aktivitas fisik, pola makan yang
berlebihan atau salah.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya dari genogram keluarga terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita diabetes mellitus.
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menurut Riyadi (2014) antara lain:
a) Status penampilan kesehatan
Biasanya yang sering muncul adalah kelemahan fisik.
b) Tingkat kesadaran
Biasanya normal, latergi, stupor, koma (tergantung kadar gula
darah yang dimiliki dan kondisi fisiologis untuk melakukan
kompensasi kelebihan gula darah).
c) Rambut
Biasanya lebat, tipis ( banyak yang rontok karena kekurangan
nutrisi dan sirkulasi yang buruk). Kulit kepala biasanya normal.
d) Mata
Sklera: biasanya normal dan ikterik
Conjungtiva: bisanya anemis pada pasien kekurangan nutrisi dan
pasien yang sulit tidur karena sering buang air kecil di malam
hari.

Poltekkes Kemenkes Padang


23

Pupil: biasanya miosis, midrosis atau anisokor.


e) Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan, gendang telinga biasanya
masih bisa berfungsi dengan baik apabila tidak ada mengalami
infeksi sekunder.
f) Hidung
Biasanya jarang terjadi polip dan sumbatan hidung kecuali ada
infeksi sekunder seperti influenza.
g) Mulut
Biasanya sianosis, pucat (apabila mengalami asidosis atau
penurunan perfusi jaringan).
h) Leher
Biasanya jarang distensi vena jugularis dan pembesaran kelenjar
limfe.
i) Thorak dan paru-paru
Auskultas terdengar stridor (penderitaa mengalami obstruksi
jalan nafas), whezzing (apabila penderita mempunyai riwayat
asma dan bronkithis kronik).
j) Sistem kardiovaskuler
Biasanya perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah, takikardi
atau bradikardi, hipertensi atau hipotensi, aritmia, dan
kardiomegalis merupakan tanda dan gejala penderita diabetes
mellitus.
k) Sistem gastrointestinal
Biasanya terdapat polifagia, polidipsi, mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan
lingkat abdomen, dan obesitas.
l) Sistem muskuloskletal
Biasanya terjadi penurunan massa otot,cepat lelah, lemah, nyeri,
dan adanya ganggren di ekstremitas.

m) Sistem neurologis

Poltekkes Kemenkes Padang


24

Biasanya terjadi penurunan sensoris, sakit kepala , latergi,


mengantuk, reflek lambat, dan disorientasi.
6. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan gula darah puasa atau fasting blood sugar (FBS)
b) Untuk menentukan jumlah glukosa darah pada saat puasa, klien
tidak makan dan boleh minum selama 12 jam sebelum test.
Hasil normal 80- 120 mg/ 100 mlserum dan abnormal 140
mg/100 ml atau lebih.
c) Pemeriksaan gula darah postprandial
d) Untuk menentukan gula darah 2 jam setelah makan, dengan
hasil normal kurang dari 120 mg/100 ml serum dalam abnormal
lebih dari 200 mg/100 dl atau indikasi Diabetes Melitus.
e) Pemeriksaan gula darah sewaktu bisa dilakukan kapan saja, nilai
normalnya adalah 70 – 20 mg/dl.
f) Pemeriksaan toleransi glukosa oral atau oral rolerance test
(TTGO) untuk menentukan toleransi terhadap respons
pemberian glukosa. Pasien tidak boleh makan selama 12 jam
sebelum test dan selama test, pasien boleh minum air putih,
tidak boleh merokok, ngopi atau minum teh selama
g) Pemeriksaan (untuk mengatur respon tubuh terhadap
karbohidrat) sedikit aktivitas, kurangi stress, (keadaan banyak
aktivitas dan stress menstimulasi epinephrine dan kartisol
karena berpengaruh terhadap peningkatan glukoneogenesis).
Hasil normal puncaknya 1 jam pertama setelah pemberian 140
mg/dl dan kembali normal 2 atau 3 jam kemudian dan abnormal
jika peningkatan tidak kembali setelah 2 atau 3 jam, urine positif
glukosa.
h) Pemeriksaan kolesterol dan kadar serum trigliserida, dapat
meningkat karena ketidakadekuatan kontrol glikemik.
i) Pemeriksaan hemoglobin glikat (HbAIc). Tes ini mengukur
presentase glukosa yang melekat pada hemoglobin selama hidup
sel darah merah. HbAIc digunakan untuk mengkaji kontrol

Poltekkes Kemenkes Padang


25

glukosa jangka panjang, sehingga dapat memprediksi resiko


komplikasi. Rentang normalnya adalah 5-6 %.
j) Urinalisa positif terhadap glukosa dalam keton. Pada respon
terhadap defisiensi intraseluler, protein lemak diubah menjadi
glukosa (glukoneogenesis) untuk energi. Selama proses
pengubahan ini, asam lemak bebas dipecah menjadi badan keton
oleh hepar. Ketoasidosis terjadi ditunjukkan oleh ketonuria.
Adanya ketonuria menunjukkan adanya ketoasidosis (Tarwoto,
2012).

C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017):
1. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan
Manajemen hiperglikemia
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tingkat pengetahuan.
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif.

Poltekkes Kemenkes Padang


26

D. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
(SLKI) (SIKI)
1 Resiko ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hiperglikemia
b/d kadar glukosa darah keperawatan, tingkat Observasi :
keletihan teratasi dengan 1. Identifikasi kemungkinan
Definisi : kriteria hasil: penyebab hiperglikemia
Resiko terhadap variasi - Mual berkurang 2. Identifikasi situasi yang
kadar glukosa darah dari - Perubahan status menyebabkan kebutuhan
rentang normal mental membaik insulin meningkat
- Peningkatan kadar mis : penyakit kambuhan
Faktor Risiko : glukosa darah membaik 3. Monitor kadar glukosa
a. Kurang terpapar - Kelemahan berkurang darah, jika perlu
informasi tentang - Pusing berkurang 4. Monitor intake dan output
manejemen diabetes cairan
b. Ketidaktepatan
pemantauan glukosa Terapeutik :
darah 1. Berikan asupan cairan
c. Kurang patuh pada oral
rencana manejemen 2. Konsultasi dengan medis
diabetes jika tanda dan gejala
d. Penambahan berat hiperglikemia tetap ada
badan atau buruk

Edukasi :
1. Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari
250 mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
3. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
4. Ajarkan pengelolan
diabetes, Mis :
penggunaan insulin, obat
oral

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu

Poltekkes Kemenkes Padang


27

2 Defisit Nutrisi b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutri :


ketidakmampuan keperawatan, status nutrisi Observasi :
menelan makanan. teratasi dengan kriteria 1. Identifikasi status nutrisi
hasil: 2. Identifikasi alergi dan
Definisi : - Porsi makanan yang intoleransi makanan
Asupan nutrisi tidak cukup dihabiskan meningkat 3. Identifikasi makanan yang
untuk memenuhi - Kekuatan otot disukai
kebutuhan metabolisme menelan meningkat 4. Identifikasi kebutuhan
- Perasaan cepat Kalori dan Jenis nutrient
Penyebab : kenyang menurun 5. Monitor asupan makan
Ketidakmampuan 6. Monitor berat badan
- Sariawan menurun
mengabsorbsi nutrien
- Diare menurun Terapeutik :
Tanda mayor : - Nafsu makan 1. Fasilitasi menentukan
a. Berat badan menurun membaik program diet
minimal 10% di - Berat badan membaik 2. Sajikan makanan secara
bawah rentang ideal - Membran mukosa menarik dan suhu yang
membaik sesuai
Gejala minor : 3. Berikan makanan yang
a. Cepat kenyang setelah tinggi kalori dan protein
makan 4. Berikan suplemen
b. Kram / nyeri abdomen makanan, jika perlu
c. Nafsu makan menurun

Tanda minor : Edukasi :


a. Bising usus hiperaktif 1. Ajarkan diet yang
b. Membran mukosa diprogramkan
pucat
c. Serum albumin turun
Kolaborasi :
d. Rambut rontok
berlebihan 1. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu.

3 Defisit Pengetahuuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan


berhubungan dengan keperawatan, diharapkan Observasi :
tingkat pengetahuan tingkat pengetahuan 1. Identifikasi kesipan dan
meningkat dengan kriteria kemampuan menerima
Definisi : hasil: informasi
Ketiadaan atau kurangnya - Perilaku sesuai 2. Identifikasi faktor-faktor
informasi kognitif yang anjuran meningkat yang dapat meningkatkan
berkaitan dengan topik - Kemampuan dan menurunkan motivasi
tertentu. menjelaskan perilaku hidup bersih dan
pengetahuan tentang sehat
suatu topik meningkat
- Perilaku sesuai

Poltekkes Kemenkes Padang


28

Penyebab : dengan pengetahuan Terapeutik :


a. Keteratasan kognitif meningkat 1. Sediakan materi dan
b. Gangguan fungsi - Pertanyaan tentang media pendidikan
kognitif masalah yang kesehatan
c. Kekeliruan mengikuti dihadapi menurun 2. Berikan kesempatan
anjuran - Persepsi yang keliru untuk bertanya
d. Kurang terpapar terhadap masalah
informasi menurun Edukasi :
e. Kurang mampu - Perilaku membaik 1. Jelaskan faktor resiko
mengingat yang dapat
mempemgaruhi kesehatan
Tanda Mayor : 2. Ajarkan perilaku hidup
a. Menanyakan masalah bersih dan sehat
yang dihadapi

Gejala Mayor :
a. Menunjukkan perilaku
tidak sesuai anjuran
b. Menunjukkan persepsi
yang keliru terhadap
masalah

Gejala Minor :
a. Menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat
b. Menunjukkan perilaku
berlebihan (mis.
Apatis, bermusuhan)

Poltekkes Kemenkes Padang


29

E. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan
dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencangkup
tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi (Tarwoto
& Wartonah, 2015).

F. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk
dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan.
Evaluasi pada dasarnya adalah membandingkan status keadaan
kesehatan dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan
(Tarwoto & Wartonah, 2015).

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain
penelitian studi kasus. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan
variable-variabel yang ada dalam penelitian berdasarkan hasil dari penelitian
yang diambil dari populasi secara sistematis, dan akurat mengenai populasi
atau mengenai bidang tertentu (Sujarweni, 2014). Jenis penelitian yang
digunakan adalah dengan pendekatan studi kasus dimana penelitian untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan Diabetes Mellitus Tipe II di RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo
Padang 2021.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Bagindo Aziz Chan RS Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang 2021. Waktu penelitian di mulai dari bulan Desember
tahun 2020 sampai dengan bulan Juni 2021.

C. Populasi dan Sample


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subyek yang
mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni, 2014).
Populasi saat dilakukan penelitian adalah pasien dengan diagnose medis
Diabetes Mellitus Tipe II di ruang rawat inap Bagindo Aziz Chan RS TK. III
Dr. Reksodiwiryo Padang. Pada saat dilakukan penelitian ditemukan 1 orang
pasien dengan diagnose diabetes mellitus tipe II.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
yang digunakan untuk peneliti. Untuk itu sampel yang diambil

30
Poltekkes Kemenkes Padang
31

dari populasi harus betul-betul mewakili dan harus valid, yaitu bisa
mengukur sesuatu yang harusnya diukur (Sujarweni,2014).

Adapun kriteria yang dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu :


a. Kriteria Inklusi:
a) Pasien dan keluarga bersedia menjadi responden dalam
penelitian.
b) Pasien kooperatif dan mampu berkomunikasi verbal dengan
baik dan benar.
c) Pasien dengan minimal perawatan hari pertama sampai hari
kelima.
d) Pasien dengan kesadaran compos mentis.

b. Kriteria Eklusi:
a) Pasien yang tidak mampu dan tidak kooperatif serta tidak
mengikuti kegiatan selama dilakukan.
b) Pasien yang masa rawatan kurang lima hari, disebabkan karena
pulang atau meninggal dunia.

Poltekkes Kemenkes Padang


32

D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data


Alat / instrument pengumpulan data berupa format pengkajian keperawatan
mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Instrumen pengumpulan data berupa
format tahapan proses keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II mulai dari
pengkajian sampai evaluasi dan alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari
tensimeter, stetoskop, termometer, pen light. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi langsung, dan studi
dokumentasi.
1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari : identitas pasien, identitas
penanggung jawab, riwayat kesehatan, keluhan utama, pemeriksaan
fisik, data psikologis, data ekonomi sosial, data spiritual, pemeriksaan
laboratorium/ pemeriksaan penunjang, dan program pengobatan.
2. Format analisa data terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medik, data,
masalah, dan etiologi.
3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam
medic, diagnosa keperawatan, tanggal ditemukannya masalah dan paraf,
serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.
4. Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor
rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi SDKI, SLKI, SIKI.
5. Format catatan perkembangan keperawatan terdiri dari : nama pasien,
nomor rekam medik, hari dan tanggal, jam dan implementasi
keperawatan serta paraf yang melakukan implementasi keperawatan.

E. Cara Pengumpulan Data


1. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara
mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam
penelitian (Sujarweni, 2014). Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan data tentang identitas pasien, riwayat kesehatan pasien
(sekarang, dahulu, dan riwayat kesehatan keluarga) dan aktivitas
sehari-hari pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


33

2. Pengukuran
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik responden.
Pengukuran yang dilakukan dalam asuhan keperawatan ini meliputi
pemeriksaan status fisiologis, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan di
fokuskan pada kadar glukosa darah.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara pengumpulan data dengan
melakukan pemeriksaan secara langsung kepada responden yang akan
diteliti untuk mencari dan melihat perubahan atau hal-hal yang tidak
sesuai dengan keadaan normal. Dalam metode pemeriksaan fisik
peneliti melakukan pemeriksaan kepada responden , pemeriksaan
dilakukan dengan cara IPPA (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi)
head to toe.
4. Studi Dokumentasi
Penelitian menggunakan dokumen dari rumah sakit untuk menunjang
penelitian yang dilakukan. Pengumpulan data dari dokumentasi
meliputi data dari rekam medik responden seperti tes laboratorium
darah (hemoglobin, leukosit, hematokrit dan trombosit).

F. Jenis-Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui
kesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara
peneliti dengan narasumber.Data yang diperoleh dari data primer ini
harus diolah lagi (Sujarweni, 2014).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari catatan, buku, majalah
berupa laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah,
artikel, buku-buku sebagai teori, majalah, dan lain sebagainya. Data
yang diperoleh dari data sekunder tidak boleh diolah lagi.

Poltekkes Kemenkes Padang


34

G. Analisis Data
Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan dianalisis
berdasarkan data subjektif dan objektif sehingga diagnosa keperawatan
dapat ditegakkan, kemudian menyusun rencana keperawatan serta
melakukan implementasi dan evaluasi keperawatan. Analisis selanjutnya
membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien
kelolaan dengan teori keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di ruang rawat inap Bagindo Aziz Chan di Rumah Sakit
TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang yang merupakan sebuah rumah sakit
pemerintah yang terletak di kota Padang Sumatera Barat.

B. Deskripsi Kasus
Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II dilakukan di
Ruang Rawat Inap Bagindo Aziz Chan di Rumah Sakit TK.III Dr.
Reksodiwiryo Padang dilakukan selama 5 hari dengan melibatkan satu orang
pasien yaitu Tn.M dengan dignosa Diabetes Mellitus tipe II. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung dengan partisipan
dan keluarga, observasi kondisi partisipan dan melalui studi dokumentasi
pada status pasien.
1. Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkaijian yang didapatkan peneliti melalui anamnesa observasi
dan studi dokumentasi pada partisipan adalah sebagai berikut : Tn.M
seorang laki-laki berusia 51 tahun, No.MR 150957 pendidikan terakhir
adalah SMA. Klien seorang swasta beralamat di Komplek indang alam
tunggul hitam Padang. Masuk dengan diagnosa medis Diabetes Mellitus
Tipe II dengan penanggung jawab Ny.Z seorang ibu rumah tangga istri
dari klien.

Klien masuk ke ruang rawat inap Bagindo Aziz Chan di Rumah Sakit
TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang. Pada hari Minggu 11 April 2021 pukul
09.30 dengan keluhan badan terasa lemah, kepala terasa pusing, gemetaran
serta berkeringat dingin.

Saat dilakukan pengkajian pada hari Senin, 12 April 2021, hari rawatan ke
2 pukul : 10.30 WIB klien mengatakan badan nya masih lemah dan letih,
kepalanya masih terasa pusing. Klien mengatakan mudah merasa haus,

35
Poltekkes Kemenkes Padang
36

sering BAK, penurunan BB dari 58kg menjadi 49kg sejak 3 bulan terakhir.
Klien mengatakan nafsu makan menurun, klien hanya menghabiskan
seperempat diet yang diberikan rumah sakit. Klien tampak lesu dan
dibantu keluarga ketika melakukan aktifitas.

Riwayat kesehatan dahulu klien mengatakan suka makan yang bersantan,


suka makan yang manis-manis, makan tidak teratur. Ny.Z mengatakan
klien sangat suka minum teh manis , kopi, dan minuman instan. Klien
mengatakan mengalami Diabetes Mellitus Tipe II sejak tahun 2014 dan
pernah dirawat dengan keluhan yang sama di Rumah Sakit Siti Ramah
padang pada tahun 2014.

Riwayat Kesehatan Keluarga klien mengatakan ayah klien juga mengalami


penyakit yang sama dengan klien mempunyai riwayat diabetes. Tidak ada
riwayat penyakit keturunan lainnya seperti hipertensi, Penyakit jantung
koroner, stroke dan lain-lainya.

Selama dirawat di rumah sakit pasien mendapakan diet dari rumah sakit
MBDD 1700 kkal, klien hanya menghabiskan ¼ porsi saja, sering merasa
haus, BAK lebih kurang 8-9 kali sehari. Klien mengatakan selama di rawat
di rumah sakit aktifitas dilakukan di tempat tidur hingga kamar mandi,
aktifitas dibantu oleh keluarga dan perawat.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap klien didapatkan hasil


kesadaran compementis, GCS : 15, tinggi badan 165 cm, berat badan : 49
kg, nadi : 88x/menit, pernapasan : 18x/menit, tekanan darah : 144 / 87
mmHg, suhu : 34,6 C, pemeriksaan mata : Mata kanan dan kiri simetris,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada lesi dan benjolan
abnormal, penglihatan mata klien sebelah kiri kabur ,pemeriksaan hidung :
Simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan dan tidak ada lesi, tidak ada
pernapasan cuping hidung, mulut : Bibir simetris kiri dan kanan, mukosa
bibir kering dan pecah-pecah, gigi tidak lengkap, ada karies gigi.

Poltekkes Kemenkes Padang


37

Pemeriksaan leher : Tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, tidak


ada pembengkakan kelenjer tiroid dan tidak terdapat pembesaran vena
jugularis, pemeriksaan thoraks : terlihat Simetris kiri dan kanan,
pergerakan dada sama kiri dan kanan, tidak ada massa , tidak ada lesi,
pemeriksaan Premitus dada kiri dan kanan sama, saat perkusi terdengar
sonor dan saat auskultasi tidak terdengar bunyi nafas tambahan, bunyi
nafas vesikuker. Pemeriksaan abdomen : abdomen tampak simetris kiri
dan kanan, tidak ada lesi, tidak asites, tidak teraba pembesaran hati dan
lima, terdengar bunyi tympani, bising usus 7x / menit. Pemeriksaan pada
ekstermitas atas : terpasang infus RL 8 jam/kolf di tangan kanan, tidak ada
edema, CRT < 2 detik, akral teraba hangat, dan pada ekstermitas bawah :
tidak terdapat edema, tidak terdapat lesi, CRT < 2 detik, akral teraba
hangat.

Status emosional pada klien tampak stabil, dan menerima keadaannya saat
ini. Pola koping klien baik, klien sering berdoa setelah sholat dan yakin
akan sembuh dari penyakitnya. Klien menggunakan bahasa minang dalam
berkomunikasi, komunikasi dengan klien terarah dan jelas.
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan ureum darah : 31 mg/dl,
kreatinin darah : 0,8 mg/dl, hemoglobin : 10,8 g/dl, leukosit: 7.300/mm3,
GDR 424 mg/dl. Hematokrit 42%, trombosit 400.000 mm. Terapi
pengobatan pada pasien diberikan IVFD RL 8 jam/kolf, ranitidin 2 x 1
amp, ceftriaxone 2 x 1 gr, noforapid 3 x 1.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan terhadap pasien, didapatkan
3 diagnosa keperawatan yang muncul. Diagnosa pertama yaitu
Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia
yang ditandai dengan pasien mengatakan badannya terasa lemah, lesu,
kepala pusing, nafsu makan menurun.

Poltekkes Kemenkes Padang


38

Diagnosa yang kedua yaitu Defisit nutrisi berhubungan dengan


ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien yang ditandai dengan pasien
mengatakan nafsu makan menurun, pasien mengatakan badannya terasa
lemah, lesu, membran mukosa klien tampak pucat.

Diagnosa yang ketiga yaitu Keletihan berhubungan dengan kondisi


fisiologis yang ditandai dengan pasien mengatakan badannya terasa lemah,
letih, klien mengatakan merasa kurang tenaga, aktfitas yang akan
dilakukan pasien dibantu oleh keluarga.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan tujuannya untuk mempertahankan tingkat
kesehatan optimal pasien dalam upaya menurunkan jumlah dan atau
keparahan gejala diabetes mellitus tipe II, hal ini meliputi tindakan
keperawatan mandiri seperti perilaku peningkatan kesehatan dan upaya
pencegahan. Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia / SLKI
(2019) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia / SIKI (2018).

a. Diagnosa pertama, yaitu Ketidakstabilan kadar glukosa darah


berhubungan dengan hiperglikemia dengan kriteria hasil yaitu
mengantuk menurun, pusing menurun, lelah/ lesu menurun, keluhan
lapar menurun, gemetar menurun, berkeringat menurun, mulut kering
menurun, rasa haus menurun, kadar glukosa dalam darah membaik.
Sedangkan rencana intervensi yang akan dilakukan sesuai dengan
SIKI manajemen hiperglikemia yaitu observasi : identifikasi
kemungkinan penyebab hiperglikemia, identifikasi situasi yang
menyebabkan kebutuhan insulin meningkat, monitor kadar glukosa
darah, monitor tanda dan gejala hiperglikemia, terapeutik : berikan
asupan cairan oral, konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau memburuk, edukasi : anjurkan
menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dl,
anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri, anjurkan
kepatuhan terhadap diet dan olahraga, anjurkan pengelolaan diabetes,

Poltekkes Kemenkes Padang


39

kolaborasi : kolaborasi pemberian insulin jika perlu, kolaborasi


pemberian cairan IV jika perlu, dan kolaborasi pemberian kalium jika
perlu.

b. Diagnosa kedua, yaitu Defisit nutrisi berhubungan dengan


ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien dengan kriteria hasil porsi
makanan yang dihabiskan meningkat, serum albumin meningkat,
verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat,
pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat,
pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat meningkat,
pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat,
perasaan cepat kenyang menurun, nyeri abdomen menurun, rambut
rontok menurun, berat badan membaik, indeks massa tubuh (IMT)
membaik, frekuensi makan membaik, dan nafsu makan membaik.
Sedangkan rencana intervensi yang akan dilakukan sesuai dengan
SIKI manajemen nutrisi yaitu observasi : identifikasi status nutrisi,
identifikasi alergi dan intoleransi makanan, identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrien, monitor asupan makanan, monitor berat
badan, monitor hasil pemeriksaan laboratorium, terapeutik : lakukan
oral hygiene sebelum makan, fasilitasi menentukan pedoman diet,
berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi, berikan
makanan tinggi kalori dan tinggi protein, edukasi : anjurkan posisi
duduk jika mampu, ajarkan diet yang diprogramkan, dan kolaborasi :
kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan.

c. Diagnosa ketiga, yaitu Keletihan berhubungan dengan kondisi


fisiologis dengan kriteria hasil lelah menurun, lesu menurun, sakit
kepala menurun, gelisah menurun, selera makan membaik, pola napas
membaik, pola istirahat membaik. Sedangkan rencana intervensi yang
akan dilakukan sesuai dengan SIKI manajemen energi yaitu
observasi : monitor kelelahan fisik dan emosional, monitor pola tidur
dan makan, terapeutik : berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan, edukasi : anjurkan melakukan aktivitas secara

Poltekkes Kemenkes Padang


40

bertahap, anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala


kelelahan tidak berkurang, kolaborasi : kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan makanan.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada


pasien sesuai dengan rencana tindakan yang telah dirumuskan berdasarkan
penerapan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia / SIKI (2018).
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 12 April 2021 sampai 16 April
2021. Dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ke lima pada
diagnosis keperawatan utama, yaitu :
Implementasi yang dilakukan pada pasien dengan diagnosa ketidakstabilan
kadar glukosa darah dilakukan dengan manajemen hiperglikemia yaitu
dengan memonitor ttv 2x/hari, memonitor kadar glukosa darah 3x/hari,
memberikan terapi insulin novorapid 8 unit kepada pasien sesuai anjuran
dokter , memonitor tanda dan gejala hiperglikemia : poliuria, polidipsi,
polifagi, dan kelemahan, memberikan obat ceftriaxone 2x1 gr secara iv.

Implementasi yang dilakukan pada pasien dengan diagnosa defisit nutrisi


dilakukan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien yaitu dengan
mengidentifikasi perubahan berat badan pasien : BB = 49kg, mengetahui
kesukaan pasien mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit, memonitor
warna konjungtiva pasien : anemis, memonitor hasil laboratorium pasien
penurunan hemoglobin = 10,8, dan hematokrit = 42%, memberikan obat
ranitidine 2x1 amp secara iv, menganjurkan pasien terkait dengan
kebutuhan diet untuk kondisi sakit, pastikan diet yang mencakup makanan
tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi.

Impelementasi yang dilakukan pada pasien dengan diagnosa keletihan


dilakukan dengan kondisi psikologis yaitu mengkaji status fisiologis pasien,
menganjurkan pasien untuk melakukan latihan jasmani secara bertahap dan
teratur, berjalan – jalan di sekitar ruangan, memonitor intake asupan nutrisi
pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


41

5. Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan intervensi pada pasien dengan diagnosa keperawatan
ketidakstabilan kadar glukosa darah didapatkan evaluasi yaitu pada hari
kelima masalah mulai teratasi dan intervensi dilanjutkan, ditandai dengan
pasien mengatakan letih berkurang, pasien mengatakan haus mulai berkurang,
pasien mengatakan BAK 7-8x/hari, pasien tampak mulai segar, TD : 133/80
mmHg, Nadi : 80x/i, pusingnya sudah berkurang. membutuhkan pelayanan
kesehatan Pernapasan : 20x/i, GDR 202 mg/dl.

Pada diagnosa keperawatan defisit nutrisi didapatkan evaluasi yaitu pada hari
kelima masalah teratasi dan intervensi dihentikan, ditandai dengan pasien
mengatakan mulai bertenaga, pasien mengatakan nafsu makan membaik,
pasien tampak menghabiskan diit yang diberikan rumah sakit.

Pada diagnosa keperawatan keletihan didapatkan evaluasi yaitu hari kelima


masalah teratasi intervensi dihentikan, ditandai dengan pasien mengatakan
letih mulai berkurang, pasien mengatakan nafsu makan mulai meningkat,
pasien mulai bertenaga, pasien tampak sudah melakukan beraktivitas secara
mandiri.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan medikal bedah peneliti akan


membahas antara teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan dengan masalah
penyakit diabetes mellitus tipe II yang telah dilakukan sejak 12 sampai 16 April
2021 diruang “Bagindo Aziz Chan”/Ruang 1 RST Tingkat III Dr. Reksodiwiryo
Padang. Kegiatan dalam penyusunan asuhan keperawatan peneliti melakukan
proses yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, membuat
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan melakukan evaluasi
keperawatan dengan uraian sebagai berikut:

Poltekkes Kemenkes Padang


42

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar dari proses keperawatan.


Data diperoleh dari wawancara dengan pasien, keluarga dan dokumentasi
rekam medik pasien.

a. Keluhan utama
Saat dilakukan pengkajian keluhan utama pada pasien yaitu badan terasa
lemas, kepala terasa pusing, gemetaran serta berkeringat dingin, GDR
pasien = 424 mg/dl.

Berdasarkan teori menurut Menurut PER KENI (2011), untuk


menentukan diagnosis diabetes melitus pada pasien yaitu dengan kadar
gula darah puasa > 126 mg/dl dan pada tes gula darah sewaktu >200
mg/dl.
b. Keluhan saat dikaji
Saat dilakukan pengkajian pada hari Senin, 12 April 2021 pukul 10.30
WIB. Pasien mengatakan kepala masih terasa pusing, badan lemah dan
letih, pasien mengatakan mudah merasa haus, sering BAK, penurunan
BB sejak dalam 3 bulam terakhir 59kg menjadi 49kg, pasien mengatakan
nafsu makan berkurang, pasien hanya menghabiskan seperempat diet
yang diberikan rumah sakit, pasien tampak lesu dan aktivitas dibantu
oleh keluarga.

Keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian sesuai dengan teori


(Manurung 2018) penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu
relative singkat harus menimbulkan kecurigaan, hal ini disebabkan
glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel
kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. untuk kelangsungan
hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak
dan otot. Akibatnya pasien kehilangan lemak dan otot sehingga menjadi
kurus.

Poltekkes Kemenkes Padang


43

Berdasarkan teori (Riyadi, Sukarmin 2008) Kelainan pada mata,


penglihatan kabur, pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia
menyebabkan aliran darah menjadi lambat, sirkulasi ke vaskuler tidak
lancar, termasuk pada mata yang merusak retina serta kekeruhan pada
lensa. Kelemahan dan keletihan, kurangnya cadangan energi, dan
kehilangan potassium menjadi akibat pasien mudah letih dan lelah.

Menurut Rakhmadany dalam (Manurung 2018) faktor resiko diabetes


yang dapat diubah atau berdasarkan gaya hidup salah satunya adalah
stress dan kecemasan, stress cenderung membuat seseorang mencari
makanan yang manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan serotonin
otak. Serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan
stress, tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang
beresiko terkena diabetes mellitus.

Teori ini juga ditemukan di dalam hasil penelitian (Riswana 2018)


dimana pasien mengeluhkan badan terasa lemas, pusing, mual, muntah
dan sering kesemutan. Menurut peneliti ada kesamaan antara teori
dengan yang dikeluhkan pada pasien saat pengkajian dalam penelitian.

c. Riwayat kesehatan dahulu


Pasien mengatakan suka makan yang bersantan, suka makan yang manis-
manis, makan tidak teratur, dan pasien suka ngemil. Ny.Z mengatakan
pasien sangat suka minum teh manis , kopi, dan minuman instan. Pasien
mengatakan mengalami Diabetes Melitus Tipe II sejak tahun 2014 dan
pernah dirawat dengan keluhan yang sama pada tahun 2014.
Menurut Rakhmadany dalam (Manurung 2018) salah satu factor resiko
dari diabetes adalah pola makan yang salah, pola makan yang salah dapat
mengakibatkan kurang gizi atau kelebihan berat badan keduanya
meningkatkan resiko diabetes mellitus. Kurang gizi dapat merusak
pancreas, sedangkan berat badan berlebih mengakibatkan gangguan kerja
insulin atau resistensi insulin.

Poltekkes Kemenkes Padang


44

d. Riwayat kesehatan keluarga


Pasien mengatakan ayah pasien juga mengalami penyakit yang sama
dengan ia mempunyai riwayat diabetes. Tidak ada riwayat penyakit
keturunan lainnya seperti hipertensi, Penyakit jantung koroner, stroke
dan lain-lainya.
Menurut (Manurung 2018) factor genetic memegang peranan dalam
proses terjadinya diabetes tipe II, dengan factor resiko diantaranya adalah
riwayat keluarga. Jika orang tua menderita diabetes tipe II, rasio diabetes
dan nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90% pasti membawa
carer diabetes tipe II.

e. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan hasil penelitian pada pemeriksaan fisik pasien yang
mengalami gangguan yaitu penglihatan kabur, konjungtiva anemis.
Berdasarkan teori (Bararah & Jauhar 2013) dalam pemeriksaan fisik pada
pasien diabetes mellitus terdapat gangguan dalam sistem neurologis
diantaranya teradi penurunan sensoris.

Menurut Riyadi (2008) pemeriksaan fisik pada penderita diabetes antara


lain: status penampilan kesehatan: biasanya yang sering muncul adalah
kelemahan fisik, tanda-tanda vital: hipertensi (karena peningkatan
viskositas darah oleh glukosa sehingga terjadi peningkatan tekanan pada
dinding pembuluh darah dan beresiko terbentuknya plak pada pembuluh
darah. Kondisi ini terjadi pada fase diabetes melitus yang sudah lama
atau penderita yang memeng mempunyai bakat hipertensi). Berat badan:
melalui penampilan atau pengukuran, biasanya kurus (pada diabetes
melitus pada fase lanjutan dan lama tidak mengalami terapi), gemuk
(pada fase awal penyakit tau penderita lanjutan dengan pengobatan yang
rutin dan pola makan yang masih tidak terkontrol). Mata : konjungtiva
anemis biasanya terjadi pada pasien yang mengalami gangguan nutrisi.
Sistem muskuloskletal : biasanya terjadi penurunan massa otot,cepat
lelah, lemah, nyeri, dan adanya ganggren di ekstremitas.

Poltekkes Kemenkes Padang


45

f. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium Hemoglobin : 10,8 g/dl, Hematokrit :
42 %, Leukosit : 7.300 mm3, Trombosit : 400.000 mm, Ureum darah : 31
mg/dl, Kreatin darah : 0,8 mg/dl, GDR : 424 mg/dl. Menurut analisis
peneliti kurangnya hemoglobin klien: 12,3 g/dl yang ditandai dengan
badan klien terasa lemah, nafsu makan berkurang, mual, muntah dan
tidak menghabiskan diit yang diberikan menyebabkan kemampuan darah
untuk membawa oksigen berkurang.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia ( SDKI ) tahun 2017,
diagnosa yang muncul pada hasil penelitian dan observasi yaitu sebanyak 3
diagnosa keperawatan diantaranya ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan hiperglikemia, defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, keletihan berhubungan dengan
kondisi fisiologis.
Pada diagnosis keperawatan pertama, ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan hiperglikemia, ditandai dengan data subjektif pasien
mengatakan sering merasa haus, pasien mengatakan sering buang air kecil,
pasien mengeluh nafsu makannya menurun, pasien mengatakan badan terasa
lemah dan letih dan data objektif pasien tampak lemah, GDR : 424 mg/dl,
memiliki riwayat diabetes semenjak 7 tahun yang lalu.
Teori dalam SDKI tahun 2017 dikatakan bahwa diagnosis ketidakstabilan
kadar glukosa darah adalah variasi kadar glukosa darah yang naik dari
rentang normal dengan tanda dan gejala mayor lelah dan lesu, kadar glukosa
darah urin tinggi , sedangkan untuk tanda gejala minor mulut kering, haus
meningkat. Menurut peneliti terdapat kesamaan antara masalah keperawatan
ketidakstabilan kadar glukosa darah pada pasien dengan teori yang ada

Pada diagnosis keperawatan kedua, defisit nutrisi berhubungan dengan


ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ditandai dengan data subjektif
pasien mengatakan nafsu makan berkurang, pasien mengeluh badan lemah

Poltekkes Kemenkes Padang


46

dan data objektif membran mukosa pasien tampak pucat dan kering,
konjungtiva pasien tampak anemis, IMT pasien berada dalam kategori kurus,
pasien mengalami penurunan BB dari 58 kg menjadi 49 kg dalam tiga bulan
terakhir.
Teori dalam SDKI tahun 2017 dapat ditegakkan bila ketidakmampuan
memakan makanan, kurang minat pada makanan, penurunan berat badan
dengan asupan makan adekuat, kurang informasi.

Pada diagnosis keperawatan ketiga, keletihan berhubungan dengan kondisi


fisiologis ditandai dengan data subjektif pasien mengatakan badan terasa
lemah dan letih dan data objektif pasien tampak lemas, pasien tampak
mengantuk, aktivitas pasien tampak dibantu keluarga, GDR : 424 mg/dl.
Teori dalam SDKI tahun 2017 menjelaskan bahwa diagnosis keletihan
adalah merupakan perasaan subjektif yang tidak teratasi dengan istirahat dan
intervensi keperawatan tidak difokuskan untuk meningkatkan daya tahan
beraktivitas (endurance), melainkan untuk membantu pasien beradaptasi
dengan kondisi yang dialaminya. Diharapkan dengan gejala dan tanda
mayor pasien mengungkapkan merasa energi tidak pulih walaupun telah
tidur, merasa kurang tenaga, mengeluh lelah, tidak mempu mempertahankan
aktivitas rutin, lesu. Menurut peneliti terdapat kesamaan diagnosis keletihan
pada pasien dengan teori yang ada.

3. Intervensi Keperawatan
a. Rencana keperawatan pada diagnosis ketidakstabilan kadar glukosa
darah berhubungan dengan hiperglikemia dapat mengidentiikasi factor
resiko, dengan kriteria hasil kestabilan kadar glukosa darah: tidak ada
mengantuk, tidak ada pusing, tidak ada lesu/lelah, tidak ada keluhan
lapar, tidak ada keluhan haus, kadar glukosa dalam darah dalam rentang
normal kadar, kadar glukosa dalam urine dalam rentang normal dan
palpitasi membaik .Kontrol resiko : menunjukkan kemampuan
mengidentifikasi faktor resiko meningkat, kemampuan melakukan
strategi control resiko meningkat, kemampuan modifikasi gaya hidup

Poltekkes Kemenkes Padang


47

meningkat, kemampuan menghindari factor resiko meningkat, dan


adanya penggunaan fasilitas kesehatan. Kontrol resiko : menunjukkan
kemampuan mengidentifikasi faktor resiko meningkat, kemampuan
melakukan strategi control resiko meningkat, kemampuan modifikasi
gaya hidup meningkat, kemampuan menghindari factor resiko
meningkat, dan adanya penggunaan fasilitas kesehatan.

Rencana tindakan meliputi manajemen hiperglikemi yaitu observasi :


identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemi, monitor kadar
glukosa darah monitor tanda dan gejala hiperglikemi, kadar glukosa
darah, elektorlit, tekanan darah ortostatik dan frekuensi. Terapeutik :
berikan asupan cairan oral, konsultasi dengan medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk. Edukasi : anjurkan
menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dl,
anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga, ajarkan pengelolaan
diabetes. kolaborasi: kolaborasi pemberian insulin, kolaborasi
pemberian cairan. Identifikasi resiko yaitu observasi: identifikasi resiko
biologis, lingkungan maupun perilaku, dan identifikasi risiko secara
berkala. Terapeutik: tentukan metode pengobatan resiko yang baik dan
ekonomis, dan lakukan pengelolaan resiko secara efektif.

b. Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan


diagnosis defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien intervensi yang direncanakan yaitu :
mengidentifikasi perubahan berat badan, mengidentifikasi pola makan
(mis : kesukaan/ketidaksukaan makanan cepat saji), memonitor warna
konjungtiva, memonitor asupan oral, memonitor hasil laboratorium,
menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan, menganjurkan pasien
terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit, pastikan diet yang
mencakup makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi.

Poltekkes Kemenkes Padang


48

c. Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan


diagnosis keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis intervensi
yang direncanakan yaitu : memonitor tanda tanda vital,
mengidentifikasi fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan,
memonitor kelelahan fisik dan emosional, memonitor pola makan dan
jam tidur, menganjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang, menganjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap, menganjurkan meningkatkan asupan makanan.

4. Implementasi Keperawatan
Peneliti melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya, yang dilaksanakan dari tanggal 12-16 April 2021,
untuk pelaksanaan tindakan keperawatan, tidak semua tindakan
dilaksanakan oleh peneliti, karena peneliti tidak merawat klien 24 jam
penuh. Namun untuk solusi peneliti mendelegasikan rencana tindakan
tersebut kepada perawat ruangan dan mahasiswa praktik yang sedang dinas
di ruangan tersebut dan selanjutnya peneliti melakukan studi dokumentasi
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan sesuai dengan
perencanaan.
Implementasi keperawatan yang dilakukan berkaitan dengan diagnosa
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia
yaitu mengukur kadar glukosa darah, mengukur tanda dan gejala
hiperglikemia, poliuria, polidipsia, polifagi, malaise, pandangan kabur, atau
sakit kepala, mengukur tanda-tanda vital, berkolaborasi dalam pemberian
injeksi insulin sebelum makan, edukasi pasien jika kekhawatiran atau stress
bisa menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat serta pelaksanaan
manajemen stress dengan teknik relaksasi mendengarkan tilawah Al Quran
dan dzikir.
Penelitian yang dilakukan oleh (Derek, Rottie & Kallo 2017) stress dapat
memicu kadar gula darah dalam tubuh yang semakin meningkat sehingga
semakin tinggi stress yang dialami oleh penderita diabetes mellitus maka
diabetes yang dialami akan semakin tambah buruk, maka diperlukan
manajemen relaksasi penurun stress. Menurut penelitian yang dilakukan

Poltekkes Kemenkes Padang


49

oleh (Labindjang, Kadir & Salamanja 2015) Kondisi yang relaks dapat
mengembalikan kotra-regulasi hormone stress dan memungkinkan tubuh
untuk menggunakan insulin lebih efektif.
Implementasi keperawatan yang dilakukan berkaitan dengan diagnosa pada
diagnosa defisit nutrisi yang berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien, tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
mengidentifikasi perubahan berat badan pasien, mengetahui kesukaan
pasien mengonsumsi makanan dari luar rumah sakit, memonitor warna
konjongtiva pasien : anemis, memonitor hasil laboratorium pasien,
memberikan obat rinitidine 2x1 amp secara iv menganjurkan pasien terkait
dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit, pastikan diet yang mencakup
makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi.

Implementasi keperawatan yang dilakukan berkaitan dengan diagnosa pada


diagnose keletihan yang berhubungan dengan kondisi fisiologis tindakan
keperawatan yang dilakukan yaitu mengkaji status fisiologis pasien,
menganjurkan pasien untuk melakukan latihan jasmani secara bertahap dan
teratur, berjalan – jalan di sekiitar ruangan, memonitor intake asupan nutrisi
pasien.
Menurut (Alfiani, Yulitah &Sutriningsih 2017) kepatuhan dalam diet dan
pengobatan pasien diabetes sangat dibutuhkan, kepatuhan terjadi bila aturan
menggunakan obat yang diresepkan serta pemberiannya diikuti dengan
benar. Penelitian yang dilakukan oleh (Essy dan Widiyaningsih 2013)
kepatuhan penderita dalam menaati diet diabetes mellitus sangat berperan
penting untuk menstabilkan kadar glukosa pada pasien diabetes mellitus,
kepatuhan membutuhkan dukungan agar menjadi biasa dengan perubahan
yang dilakukan dengan cara mengatur untuk meluangkan waktu dan
kesempatan yang dibutuhkan untuk menyesuaikan diri.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien
dari tanggal 12 – 16 April 2021 masalah mulai teratasi intervensi

Poltekkes Kemenkes Padang


50

dilanjutkan untuk diagnosa ketidakstabilan kadar glukosa darah


berhubungan dengan hiperglikemia antara lain, pada hari pertama pasien
mengatakan badan masih terasa letih, pasien mengatakan masih sering
BAK : 8-9x/hari, pasien mengatakan sering merasa haus, pasien masih
tampak lemah, TD : 144 / 87 mmHg, nadi : 82x/i, pernapasan : 20x/i, GDR :
424 mg/dl. Pada hari ke lima pasien mengatakan letih berkurang, pasien
mengatakan haus mulai berkurang, pasien mengatakan BAK 7-8x/hari,
pasien tampak mulai segar, tanda-tanda vital : TD : 133/80 mmHg, nadi :
80x/i, pernapasan : 20x/i. GDR : 202 mg/dl

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien
dari tanggal 12-16 April 2021 dengan defisit nutrisi yang berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien didapatkan evaluasi yaitu
pada hari kelima masalah teratasi dan intervensi dihentikan, pasien
mengatakan mulai bertenaga, pasien mengatakan nafsu makan membaik,
pasien tampak menghabiskan diit yang diberikan rumah sakit.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien
dari tanggal 12-15 April 2021 dengan diagnosa keletihan berhubungan
dengan kondisi fisiologis hari pertama sampai hari keempat dengan masalah
teratasi dan intervensi dihentikan, pasien mengatakan letih mulai berkurang,
pasien mengatakan nafsu makan mulai meningkat, pasien tampak mulai
bertenaga, pasien tampak beraktivitas secara mandiri.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe II di Ruang Rawat Inap Bagindo Aziz Chan di Rumah Sakit
TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2021, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian yang didapatkan badan pasien terasa lemah, kepala
terasa pusing, gemetaran serta berkeringat dingin, GDR pasien = 424
mg/dl, sering BAK, nafsu makan menurun, pasien memiliki riwayat
keluarga yang mengalami diabetes mellitus.
2. Diagnosis keperawatan yang muncul pada penelitian ini yaitu
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia,
defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien, keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis.
3. Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan
yang ditemukan dan sesuai dengan SDKI, SIKI-SLKI, diantaranya
manajemen hiperglikemia, manajemen nutrisi, manajemen energi.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan kepada pasien sesuai dengan
rencana tindakan yang telah disusun : mengidentifikasi penyebab
hiperglikemia, memonitor kadar glukosa darah, memonitor tanda dan
gejala hiperglikemia, mengidentifikasi perubahan berat badan,
mengidentifikasi pola makan, memonitor tanda tanda vital,
mengidentifikasi fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan selama lima hari dalam bentuk SOAP
terhadap tiga diagnosis keperawatan didapatkan hasil, diagnosis defisit
nutrisi teratasi pada hari kelima dengan tanda nafsu makan membaik,
pasien menghabiskan diit yang diberikan rumah sakit. Diagnosis
keletihan teratasi pada hari kelima dengan tanda letih mulai berkurang,
pasien tampak bertenaga, pasien mengatakan letih mulai berkurang, dan
diagnosis ketidakstabilan kadar glukosa darah mulai teratasi dan

51

Poltekkes Kemenkes Padang


52

intervensi dilanjutkan dengan pasien mengatakan letih berkurang,


pasien mengatakan haus berkurang, GDR : 202 mg/dl, TD : 133/80
mmHg.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian menambah kemampuan dan pengalaman
peneliti memberikan asuhan keperawatan khususnya asuhan keperawatan
pada pasien diabetes mellitus tipe II.
2. Bagi Rumah Sakit
Melalui kepala rumah sakit Bapak Jonsriwanto, S.Kep.,M.M Kapten
Ckm diharapkan perawat ruangan tetap memberikan promosi kesehatan
seperti manajemen hiperglikemia, manajemen nutrisi, manajemen energi
bagi pasien dan keluarganya.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu studi kepustakaan dan
menjadi masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa Poltekkes Kemenkes
Padang khususnya jurusan keperawatan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan intervensi dan pembanding dalam
menerapkan asuhan keperawatan yang lain.

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Alimatul, H. A. A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik


Analisis Data. Jakarta Selatan: Salemba Medika.

Anggraeni, D. ., & Saryono. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif


dan Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Arisman. (2010). Obesitas, Diabetes Melitus dan dislipidemia. Jakarta:


EGC

Bararah, T., & Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan


Lengkap Menjadi Perawat Profesional (1st ed.; U. A. Kurniati, Ed.).
Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Bataha, Y. B. (2017). Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus, 5.


http://download.portalgaruda.org. Diakses pada tanggal 15 november
2018Dalimunthe, D. Y., & Nasution, J. D. (2016). Jurnal Mutiara
Kesehatan Masyarakat Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat, 1(1),
53–61. http://download.portalgaruda.org. Diakses pada tanggal 15
november 2018

Damayanti. (2015). Diabetes Melitus & Penatalaksanaan Keperawatan


Yogyakarta: Nuha Medika.

Derek, Meivy, Julia Rottie, and Vandri Kallo. 2017. “Hubungan Tingkat
Stres Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus
Tipe 2 Di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIW Manado.” e-journal
keperawatan 5.

Diabetes IDF. (2012). IDF (International Diabetes Federation).

Dinas Kesehatan Kota Padang. (2017). Profil Kesehatan Kota Padang.

Dinas Kesehatan Kota Padang. (2018). Profil Kesehatan

Essy, Herlena, and Widiyaningsih. 2013. “Hubungan Antara Pengetahuan


Dan Sikap Penderita Diabetes Mellitus Dengan Kepatuhan Diet
Diabetes Melitus Di RSUD Am Parikesit Kalimantan Timur.”

Febty, I. K. A., Chiptarini, D., Studi, P., Keperawatan, I., Kedokteran, F.,
Ilmu D. A N., Jakarta, H. (2014). Penatalaksanaan Dm Pada Pasien
Dm Di Puskesmas.

Hestiana, D. W. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


Kepatuhan dalam Pengelolaan Diet pada Pasien Rawat Jalan
DIabetes Mellitus Tipe 2 di Kota Semarang. Journal of Health
Education, 2(2), 138–145. Retrieved from
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/ Diakses pada
tanggal 16 november 2018

Huang, I. (2016). Patofisiologi dan Diagnosis Penurunan Kesadaran pada


Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas
Pelita Harapan,Tangerang.JournalofHelathEducation.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu. Diakses pada
tanggal 16 november 2018

Joyce M. Black, & Jane Hokanson Hawks (2014). Keperawatan Medikal


Bedah (edisi 8). Singapore : Elsevier Pte Ltd.

Kemenkes, R. (2017). Profile Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Ministry


of Health Indonesia. https://doi.org/10.1002/qj

Kemenkes. (2016). PTM Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak


Menular di Indonesia.
Kurniati Amelia, et all. (2013). Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana
Sheehy. Singapore : ELSEVIER

Krisnatuti, D., dan Yenrina, R. 2008. Diabetes Sehat untuk Penderita


Diabetes Melitus. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.Penyakit Dalam
RSUD dr. Rasidin Kota Padang. (2018). Penyakit Dalam RSUD dr.
Rasidin Kota Padang.

Labindjang, Kadir, and Salamanja. 2015. “Hubungan Stres Dengan Kadar


Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Puskesmas
Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.”

Manurung, N. (2018). Keperawatan Medical Bedah Konsep Mind Maping


dan NANDA NIC NOC. Jakarta: CV. Trans Info Media.

PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes


Melitus Tipe 2 di Indonesia.

PERKENI. (2015). Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di


indonesia 2015.

Price, S.A. & Wilson, L. M (2013) Patofisiologi Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit. Edisi VI. Jakarta: EGC

Raharjo, Muji. 2018. “Asuhan Keperawatan Ny.N Dengan Diabetes Melitus


Di Ruang Kirana Rumah Sakit TK.III DR. Soetarto Yogyakarta.”
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta.
Rahayu, W. (2015). Mengenal & Mencegah Penyakit Diabetes, Hipertensi,

Poltekkes Kemenkes Padang


Jantung dan Stroke untuk Hidup Lebih Berkualitas. yogyakarta:
Media Ilmu.Sari, I. P. (2018). Gambaran tingkat stres pasien diabetes
mellitus, 2(1). https:// scholar.google.co.id diakses pada tanggal 16
november 2018

Rudianto, A. D. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes


Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015. Pengurus Besar Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (PB PERKENI).

Sari, K. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. (2013). Textbook of medical-surgical nursing.


Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. (2017). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : buku


kedokteran EGC

Steenstrup, S. E., Bakken, A., Bere, T., Patton, D. A., & Bahr, R. (2018).
Head Injury Mechanisms in FIS World Cup Alpine and Freestyle
Skiers and Snowboarders. British Journal of Sports Medicine, 52(1),
61–69. https://doi.org/10.1136/bjsports-2017-098240
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Jakarta: Alfabeta.

Sutawardana, J. H., Yulia, & Waluyo, A. (2016). Phenomenology Study


The Experience Of Persons With Diabetes Melli- Program Magister
Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah, 1(1).
https:// scholar.google.co.id diakses pada tanggal 16 november 2018

Tandra, H. (2017). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang


Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Tarwoto. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Trans Info Media.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia: Defenisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia: Defenisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan


Indonesia: Defenisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
A. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
1. Identitas Klien
Nama : Tn.M
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Alamat : Komplek indang alam padang, Tunggul
hitam

2. Identifikasi Penanggung jawab


Nama : Ny. Z
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Komplek indang alam padang, Tunggul
hitam
Hubungan : Istri

3. Diagnosa Dan Informasi Medik Yang Penting Waktu Masuk

Tanggal Masuk : 11 April 2021, pukul 09.30 WIB


No. Medical Record 150957
Ruang Rawat : Bagindo Aziz Chan
Diagnosa Medik : DM tipe II
Yang mengirim/merujuk : IGD
Alasan Masuk : badan terasa lemah, kepala terasa pusing,
gemetaran serta berkeringat dingin

Poltekkes Kemenkes Padang


4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Keluhan Utama Masuk : badan terasa lemah, kepala terasa pusing,
gemetaran serta berkeringat dingin. GDR pasien = 424 mg/dl.
- Keluhan Saat Ini (Waktu Pengkajian) : Saat dilakukan pengkajian awal
pada hari Sabtu tanggal 12 April 2021, pukul 10.30 WIB klien
mengatakan kepala masih terasa pusing, badan lemah dan letih. Klien
mengatakan mudah merasa haus, sering BAK, penurunan BB sejak 3
bulan terakhir dari 58 kg menjadi 49 kg. Klien mengatakan nafsu makan
menurun, klien hanya menghabiskan seperempat diet yang diberikan
rumah sakit. Klien tampak lesu dan dibantu keluarga ketika melakukan
aktifitas.

b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu : Klien mengatakan mengidap diabetes


melitus tipe II sejak tahun 2014. Klien mengatakan suka makan yang
bersantan, suka makan yang manis-manis, makan tidak teratur, dan klien
suka ngemil. Ny.Z mengatakan klien sangat suka minum teh manis , kopi,
dan minuman instan. Klien mengatakan mengalami Diabetes Melitus Tipe II
sejak tahun 2014 dan pernah dirawat dengan keluhan yang sama pada tahun
2014.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien mengatakan ayah pasien juga
mempunyai riwayat diabetes. Tidak ada anggota keluarga lainnya yang
memiliki penyakit yang sama seperti yang dialami klien saat ini ataupun
penyakit keturunan lainnya seperti hipertensi, penyakit jantung, stroke dan
lainnya.

5. Kebutuhan Dasar
a. Makan
- Sehat : Makan 2-3x/hari dengan porsi nasi, lauk dan terkadang sayur,
jarang mengkonsumsi buah-buahan. Klien rutin makan sebelum tidur.
- Sakit : Klien hanya menghabiskan ¼ porsi diet rumah sakit MBDD
1700 kkal dengan nasi, lauk, sayur dan buah.

Poltekkes Kemenkes Padang


b. Minum
- Sehat : Klien setiap pagi rutin minum teh kadang susu 1 gelas/hari,
minum air putih ±3500 cc / hari.
- Sakit : Klien minum air putih sekitar ±1800 cc setiap hari dan masih
sering merasa haus.

c. Tidur
- Sehat : Klien kadang-kadang tidur siang, dan tidur malam ±7 jam/hari.
- Sakit : Klien mengatakan tidur siang ±4 jam/hari dan tidur malam ±9
jam/hari.

d. Mandi
- Sehat : Klien biasanya mandi 2x/hari
- Sakit : Klien mandi 1x/hari

e. Eliminasi
- Sehat : Klien biasanya BAB 1x/hari dengan konsistensi padat, BAK 5-
6x/hari warna bening kekuningan
- Sakit : Klien BAB 1x/hari, BAK 8-9x/hari.

f. Aktifitas pasien
Sehat : Aktivitas dilakukan mandiri dan tidak pernah berolahraga.
Sakit : Aktivitas klien kadang dibantu oleh keluarga klien.

6. Pemeriksaan Fisik
- Tinggi / Berat Badan : 165 cm / 49 kg
- Tekanan Darah : 144/87 mmHg
- Suhu : 37,5 0C
- Nadi : 82x / Menit
- Pernafasan : 20x/ Menit

Poltekkes Kemenkes Padang


- Rambut : Tidak ada tampak benjolan dan tidak terdapat lesi pada
kepala, warna rambut hitam, sedikit berketombe dan rambut tidak mudah
rontok.
- Telinga : Kedua telinga simetris antara kiri dan kanan, bersih, klien
mengatakan pendengaran tidak terganggu dan masih terdengar jelas.
- Mata : Mata kiri dan kanan simetris, mata bersih, konjungtiva anemis,
sklera tidak ikterik, pupil isokor kiri dan kanan, klien mengatakan
penglihatan masih jelas.
- Hidung: Lubang hidung klien simetris kiri dan kanan, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada kotoran.
- Mulut : Mulut simetris, mukosa bibir agak kering dan agak pucat, tidak
ada karies gigi, tidak ada sariawan.
- Leher : Tidak ada ditemukan pembengkakan kelenjar tiroid dan tidak ada
pembesaran vena jugularis.
- Thoraks
I : Dada kiri dan kanan simetris, pergerakan dada sama antara kiri
dan kanan dan tidak ada lesi.
P : Fremitus kiri dan kanan sama
P : Hasil perkusi didapatkan sonor
A :Bunyi nafas vesikuler dan tidak terdengar bunyi suara napas
tambahan.
-
A
I : Perut datar, tidak ada lesi, tidak ada asites, tidak ada distensi
bdom
en abdomen, tidak ada nyeri tekan
P : Abdomen tidak teraba pembesaran hati dan limfa P : Terdengar
bunyi timpani
A :Bising usus 12x/menit
- Kulit : Tidak terdapat edema, tidak terdapat lesi, akral teraba hangat,
kulit tampak kering
- Ekstremitas
Atas : Terpasang infus RL 8 jam/kolf di tangan kanan, CRT <2
Detik

Poltekkes Kemenkes Padang


Bawah : Tidak terdapat edema, tidak terdapat lesi, CRT <2
detik dan akral teraba hangat.

7. Data Psikologis
Status emosional : Emosional klien tampak stabil, klien menerima keadaan
nya saat ini
Pola koping : Baik, klien mengatakan sering berdoa setelah sholat dan
yakin akan sembuh dari penyakitnya.
Gaya komunikasi : Klien berkomunikasi menggunakan bahasa minang

8. Data Ekonomi Sosial


Klien mengatakan hubungan dengan sesama terjalin baik, baik di keluarga
maupun temannya. Saat ini biaya rumah sakit klien ditanggung dari BPJS
kesehatan dan biaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.

9. Pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang


Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Pria Wanita
Hemoglobin 10.8 g/Dl 13.0 – 16.0 12.0 – 14.0
Hematokrit 42 % 45 - 55 40 - 50

Leukosit 7.300 mm3 5.000 10.000


Trombosit 400.000 Mm 150.000 400.000

Ureum darah 31 mg/dl

Kreatinin darah 0,8 mg/dl

GDR 424 mg/dl 200

10. Pemeriksaaa Diagnostik :

Pemeriksaan Radiologi :
Dll ....................................

Poltekkes Kemenkes Padang


11. Program Terapi Dokter
No Nama Obat Dosis Cara
1. IVFD RL 8 jam/kolf iv

2. Ranitidin 2 x 1 amp iv

3. Ceftriaxone 2 x 1 gr iv

4. Noforapid 3x1 im

Mahasiswa,

( )

Poltekkes Kemenkes Padang


ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Tn.M


NO. MR 150957

NO DATA PENYEBAB MASALAH


Ds :
a. Klien mengatakan sering
merasa haus
b. Klien mengatakan sering
buang air kecil
c. Klien mengeluh nafsu
makan menurun
d. Klien mengatakan badan Hiperglikemia : Ketidakstabilan
terasa lemah dan letih Resistensi insulin Kadar Gula Darah
Do :
a. Klien tampak lemah
b. IMT klien dalam
kategori kurus (18,1)
dengan TB/BB = 165
cm/49kg mengalami
penurunan berat badan
dari 58kg menjadi 49kg
sejak tiga bulan
terakhir.
c. GDR : 424 mg/dl

Ds :
a. Klien mengatakan nafsu
makan menurun
b. Klien mengeluh badan
lemah.
Do : Ketidakmampuan Defisit Nutrisi
a. Membran mukosa klien mengabsorbsi
tampak pucat dan kering nutrien
b. Konjungtiva klien
tampak anemis
c. IMT klien berada dalam
kategori kurus (18,1)
dengan TB/BB = 165
cm/49kg mengalami
penurunan berat badan
dari 58kg menjadi 49kg
sejak tiga bulan terakhir.

Poltekkes Kemenkes Padang


d. Klien mengalami
penurunan BB dari 58kg
menjadi 49kg dalam tiga
bulan terakhir.
e. GDR : 424 mg/dl

Ds :
a. Klien mengatakan badan
terasa lemah dan letih.
Do : Kondisi Fisiologis : Keletihan
a. Klien tampak lemas Penyakit kronis
b. Klien tampak
mengantuk
c. Aktivitas klien tampak
dibantu keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn.M
NO. MR 150957

Tanggal No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanda


Muncul Teratasi Tangan

12 April 1. Ketidakstabilan kadar gula darah


2021 berhubungan dengan hiperglikemia :
resistensi insulin

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan


ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

3. Keletihan berhubungan dengan kondisi


fisiologis : penyakit kronis

Poltekkes Kemenkes Padang


PERENCANAAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn.M
NO. MR 150957

Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi
( SLKI ) ( SIKI )
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah Setelah dilakukan Manajemen
berhubungan dengan hiperglikemia : tindakan keperawatan Hiperglikemia :
resistensi insulin 1x24 jam, diharapkan Observasi :
ketidakstabilan gula 1. Identifikasi penyebab
darah dapat teratasi hipergllikemia
dengan KH : 2. Identifikasi situasi
a. Kesadaran meningkat yang menyebabkan
b. Mengantuk menurun kebutuhan insulin
c. Pusing menurun meningkat
d. Lelah/lesu menurun 3. Monitor kadar
e. Keluhan lapar glukosa darah
menurun 4. Monitor tanda dan
f. Mulut kering gejala hiperglikemia
menurun (mis. poliuria,
g. Rasa haus menurun polidipsi,
h. Kadar glukosa dalam polifagia,kelemahan,
darah membaik penglihatan kabur,
sakit kepala)

Terapeutik :
1. Berikan asupan
cairan oral
2. Konsultasi dengan
medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk

Edukasi :
1. Anjurkan
menghindari
olahraga saar kadar
glukosa darah lebih
dari 250 mg/dl.
2. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga

Poltekkes Kemenkes Padang


Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian insulin,
Jika perlu
2. Kolaborasi
pemberian cairan
IV, Jika perlu

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi :


ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien tindakan keperawatan
1x24 jam, diharapkan Observasi :
defisit nutrisi dapat 1. Identifikasi
teratasi dengan Status perubahan berat
Nutrisi, dengan kriteria badan
hasil : 2. Identifikasi pola
a. Porsi makanan yang makan (mis,
dihabiskan kesukaan/ketidaksu
meningkat kaan makanan,
b. Pengetahuan tentang konsumsi makanan
pilihan makanan cepat saji)
yang sehat 3. Monitor warna
meningkat konjungtiva
c. Sikap terhadap 4. Monitor asupan
makanan/minuman oral
sesuai dengan tujuan 5. Monitor hasil
kesehatan meningkat laboratorium
d. Berat badan
membaik Terapeutik :
e. IMT membaik 1. Jelaskan tujuan dan
f. Frekuensi makan prosedur
membaik pemantauan.
g. Nafsu makan 2. Menganjurkan
membaik pasien terkait
h. Membran mukosa dengan kebutuhan
membaik diet untuk sakit

Edukasi :
1. Ajarkan diet yang
diprogramkan

Poltekkes Kemenkes Padang


Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrien
yang dibutuhkan,
Jika perlu.

3. Keletihan berhubungan dengan kondisi Setelah dilakukan Manajemen Energi :


fisiologis : penyakit kronis tindakan keperawatan
1x24 jam, diharapkan Observasi :
keletihan dapat teratasi 1. Monitor ttv,
dengan Tingkat identifikasi fungsi
Keletihan, dengan tubuh yang
kriteria hasil : mengakibatkan
a. Tenaga meningkat kelelahan
b. Kemampuan 2. Monitor kelelahan
melakukan aktivitas fisik dan emosional
rutin meningkat 3. Monitor pola dan
c. Verbalisasi lelah jam tidur
menurun
d. Lesu menurun Terapeutik :
e. Selera makan 1. Fasilitasi duduk
membaik ditempat tidur, jika
tidak dapat
berpindah atau
berjalan

Edukasi :
1. Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
2. Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang

Poltekkes Kemenkes Padang


Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan

Poltekkes Kemenkes Padang


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn.M


NO. MR 150957
Hari Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Keperawatan
/Tgl Keperawatan ( SOAP ) Paraf
12 Ketidakstabilan kadar 1. Memonitor ttv S:
April glukosa darah berhubungan 2. Memonitor kadar - Klien mengatakan badan
2021 dengan hiperglikemia : glukosa darah masih terasa letih
resistensi insulin 3. Memberikan - Klien mengatakan masih
terapi insulin sering BAK = 8-9x/hari
sesuai anjuran - Klien mengatakan sering
dokter merasa haus
4. Memonitor tanda
dan gejala O:
hiperglikemia : - Klien masih tampak lemah
poliuri, polidipsi, - TD : 144/87 mmHg
polifagi dan HR : 82x/i
kelemahan RR : 20x/i
5. Memberikan obat S : 37,5oc
ceftriaxone 2x1 gr - GDR : 424 mg/dl
secara iv
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Defisit nutrisi berhubungan 1. Mengidentifikasi


S:
dengan ketidakmampuan perubahan berat - Klien mengatakan badan
mengabsorbsi nutrien badan klien : BB masih lemah
= 49kg - Klien mengatakan nafsu
2. Mengetahui makan masih menurun
kesukaan klien - Klien hanya menghabiskan
mengkonsumsi ¼ diet yang diberikan
makanan dari rumah sakit
luar rumah sakit - Klien mengatakan badan
3. Memonitor masih terasa letih
warna
konjungtiva O:
klien : anemis - Aktivitas klien tampak
4. Memonitor hasil masih dibantu keluarga
laboratorium
klien:penurunan A : Masalah belum teratasi
hb = 10.8 dan ht P : intervensi dilanjutkan
= 42 %
5. memberikan
obat ranitidine
2x1 amp secara
iv

Poltekkes Kemenkes Padang


Keletihan berhubungan S:
dengan kondisi fisiologis : 1. Menggali - Klien mengatakan ragu
penyakit kronis pengetahuan mengenai pelaksanaan diet
klien mengenai diabetes melitus
penatalaksanaan
diabetes melitus O:
2. Memberikan - Klien masih tampak ragu
informasi
A : masalah belum teratasi
kepada klien
P : intervensi dilanjutkan
mengenai
penatalaksanaan
diabetes melitus
menggunakan
leaflet
3. Memberikan
kesempatan
klien untuk
bertanya.

13 Ketidakstabilan kadar 1. Memonitor ttv S:


April glukosa darah berhubungan 2. Memonitor kadar - Klien mengatakan badan
2021 dengan hiperglikemia : glukosa darah masih terasa letih
resistensi insulin 3. Memberikan - Klien mengatakan BAK
terapi insulin masih sering 8-9x/hari
sesuai anjuran - Klien mengatakan masih
dokter novorapid sering haus dan banyak
8 unit minum
4. Memberikan obat
ceftriaxone O:
kepada klien - Klien masih tampak lemah
- TD : 135/85 mmHg
HR : 80x/i
RR : 20x/i
S : 37oc
GDR : 370 mg/dl
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

S:
Defisit nutrisi berhubungan 1. Mengkaji
- Klien mengatakan badan
dengan ketidakmampuan makanan yang
masih terasa lemah
mengabsorbsi nutrien dihabiskan klien :
- Klien mengatakan nafsu
hanya
makan masih kurang
menghabiskan ¼
- Klien mengatakan hanya
makanan yang
menghabiskan ¼ makanan
diberikan pihak rs

Poltekkes Kemenkes Padang


2. Memonitor warna yang diberikan rs
konjungtiva
klien : tampak O :
masih anemis - Klien masih tampak lemah
- Konjungtiva klien masih
tampak anemis
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Keletihan berhubungan 1. Mengkaji


keletihan yang S : klien mengatakan badan
dengan kondisi fisiologis :
dialami klien masih lemah
penyakit kronis
2. Menganjurkan O : aktivitas klien sebagian
klien aktivitas tampak masih dibantu
fisik bertahap keluarga
3. Memonitor A : masalah belum teratasi
asupan nutrisi P : intervensi dilanjutkan
klien

Poltekkes Kemenkes Padang


14 Ketidakstabilan kadar 1. Memonitor ttv S:
April glukosa darah berhubungan klien - Klien mengatakan badan
2021 dengan hiperglikemia : 2. Memeriksa kadar letih
resistensi insulin glukosa random - Klien masih sering BAK 7-
klien 8x/hari
3. Memberikan - Klien mash mengeluh haus
terapi insulin
Novorapid kepada O:
klien sesuai - Klien masih tampak lemah
anjuran dokter 8 dan lesu
unit - Klien masih tampak sering
4. Memberikan obat ke kamar mandi
ceftriaxone - TD : 135/80mmHg
kepada klien HR : 82x/i
RR : 20x/i
S : 36,7oc
- GDR : 288 mg/dL

A : masalah belum teratasi


P : intervensi dilanjutkan

S:
Defisit nutrisi berhubungan 1. Memonitor
makanan yang - Klien mengatakan badan
dengan ketidakmampuan
dihabiskan klien : masih lemah
mengabsorbsi nutrien
hanya - Klien mengatakan masih
menghabiskan ¼ kurang nafsu makan
makanan yang O:
diberikan dari
- Klien tampak tidak
rumah sakit menghabiskan makanan
2. Memonitor warna
yang diberikan rumah sakit
konjungtiva klien
yang masih A : masalah belum teratasi
tampak anemis P : intervensi dilanjutkan

1. Memberikan
Keletihan berhubungan
informasi kepada
dengan kondisi fisiologis : S : klien mengatakan masih
klien mengenai
penyakit kronis letih
untuk mengikuti
O : klien tampak lesu
anjuran rumah
Dan aktivitas sebagian masih
sakit
tampak dibantu keluarga
2. Memberikan
A : masalah belum teratasi
kesempatan klien
P : intervensi dilanjutkan
bertanya

Poltekkes Kemenkes Padang


15 Ketidakstabilan kadar 1. Memonitor ttv S:
April glukosa darah berhubungan klien - Klien mengatakan badan
2021 dengan hiperglikemia : 2. Memeriksa kadar mulai bertenaga
resistensi insulin gula darah klien - Klien mengeluh haus masih
3. Memberikan obat sering merasa haus
ceftriaxone
kepada klien O:
4. Memberikan - Lesu pada klien tampak
terapi insulin berkurang
novorapid 8 unit - TD : 134/80 mmHg
sesuai yang HR : 81x/i
dianjurkan dokter RR : 20x/i
S : 36,8oc
- GDR : 243 mg/dL
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

S:
Defisit nutrisi berhubungan 1. Memonitor
dengan ketidakmampuan makanan diet - Klien mengatakan badan
rumah sakit yang masih lemah
mengabsorbsi nutrien
dihabiskan klien - Klien mengatakan nafsu
2. Memonitor warna makan mulai membaik
konjungtiva klien
O:
- Klien tampak mulai
menghabiskan diet yang
diberikan rumah sakit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Keletihan berhubungan S:
1. Mengkaji
dengan kondisi fisiologis : - Klien mengatakan letih
keletihan yang
penyakit kronis mulai berkurang
masih dialami
- Klien mengatakan nafsu
klien
makan mulai meningkat
2. Menganjurkan
klien beraktivitas O:
secara bertahap - Klien tampak mulai
bertenaga
- Klien tampak beraktivitas
secara mandiri
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Poltekkes Kemenkes Padang


16 Ketidakstabilan glukosa 1. Memonitor ttv S:
April darah berhubungan dengan klien - Klien mengatakan letih
2021 hiperglikemia : resistensi 2. Memeriksa kadar berkurang
insulin gula darah klien - Klien mengatakan haus
3. Memberikan obat mulai berkurang
ceftriaxone - Klien mengatakan BAK 7-
kepada klien 8x/hari
4. Memberikan
terapi insulin O:
novorapid 8 unit - Klien tampak mulai segar
sesuai yang - TTV
dianjurkan dokter TD : 133/80 mmHg
HR : 80x/i
RR : 20x/i
S : 36.7oc
- GDR : 202 mg/dL
A : masalah mulai teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Defisit nutrisi berhubungan 1. Memonitor diit S :


dengan ketidakmampuan rumah sakit yang - Klien mengatakan mulai
dihabiskan klien bertenaga
mengabsorbsi nutrien
2. Memonitor warna - Klien mengatakan nafsu
konjungtiva klien makan membaik
O:
Klien tampak menghabiskan
diit yang diberikan rumah
sakit
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai