Annisa
NIM:18311063
Annisa
NIM:183110163
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Diabetes
Melitus Tipe II Di Ruang Rawat Inap Bagindo Aziz Chan RS TK.III Dr.
Reksodiwiryo Padang 2021” Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk membuat Karya Tulis Ilmiah pada
Program Studi D-III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Penulis
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Nova Yanti, S. Kep, M. Kep, Sp. KMB selaku pembimbing I dan
Bapak Ns. Hendri Budi, M. Kep. Sp. KMB selaku pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Hj. Reflita, S. Kp. M. Kes selaku ketua penguji dan Ibu Lola Felnanda
Amri, S. Kep, M. Kep selaku penguji 2, yang telah memberikan masukan dan
saran yang sangat bermanfaat pada karya tulis ilmiah yang penulis buat untuk
kebaikan penulis kedepannya.
3. Bapak Letnan Kolonel CKM dr. Faisal Rosady. Sp.An. selaku Kepala
Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang yang telah mengizinkan
untuk melakukan penelitian dan banyak membantu dalam usaha
memperoleh data yang penulis perlukan.
4. Bapak Dr.Burhan Muslim, SKM, M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI
Padang.
5. Ibu Ns. Sila Dewi Anggraini, M.Kep, Sp. KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Padang Politeknik Kementrian Kesehatan RI Padang.
6. Ibu Heppi Sasmita, SKp, M. Kep, Sp. Jiwa selaku Ketua Program Studi D-
III Keperawatan Padang Politeknik Kementrian Kesehatan RI Padang.
7. Bapak Ibu dosen serta staf yang telah membimbing dan membantu selama
perkuliahan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
v
8. Teristimewa kepada Ibu saya Netri Yanti, bapak kandung saya Busra, dan
abang kandung saya Taufik Ramadhan yang telah memberikan dukungan
kepada saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap Karya Tulis Ilmiah dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan pihak yang telah membacanya, dan semoga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat dilanjutkan kepada peneliti di bidang keperawatan. Serta penulis
mendoakan semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat balasan
dari Allah SWT. Aamiin.
Penulis
vi
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG
ABSTRAK
Hasil penelitian pasien mengeluh badan terasa lemah dan letih, kepalanya
terasa pusing, pasien mudah haus, sering BAK, dan nafsu makan menurun.
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan hiperglikemia, defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, keletihan berhubungan dengan
kondisi fisiologis. Intervensi yang dilakukan manajemen hiperglikemia,
manajemen nutrisi, manajemen energi. Evaluasi keperawatan setelah 5 hari
didapatkan GDR 202 mg/dl, badan letih berkurang.
Melalui Direktur rumah sakit diharapkan perawat ruangan dapat lebih optimal
dalam melakukan tindakan monitoring gula darah secara kontiniu, dapat
mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan, memberikan promosi
kesehatan dan penatalaksaannya kepada keluarga agar dampak dari penyakit
ini bisa dicegah lebih lanjut.
vii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG
Nursing Care for Patients with Type II Diabetes Mellitus in the Bagindo
Aziz Chan Inpatient Room at the Kindergarten Hospital. III Dr.
Reksodiwiryo Padang
ABSTRACT
This type of research is descriptive with a case study approach. This research
was conducted in the room Bagindo Aziz Chan Hospital Tk.III Dr.
Reksodiwiryo Padang on April 12-16, 2021. The population was all patients
with a diagnosis of type II diabetes mellitus and a sample of one person who
met the inclusion and exclusion criteria. Data were collected by interview,
measurement, physical examination, and documentation methods. Analyze the
findings of the nursing process compared to concepts and theories.
The results of the study patients complained of feeling weak and tired, the head
felt dizzy, the patient was thirsty, frequent urination, and decreased appetite.
Nursing diagnoses that are upheld are instability of blood glucose levels
associated with hyperglycemia, nutritional deficits associated with the inability
to absorb nutrients, fatigue associated with physiological conditions. The
interventions performed were hyperglycemia management, nutrition
management, energy management. Nursing evaluation after 5 days obtained
GDR 202 mg/dl, decreased fatigue.
Through the hospital director, it is hoped that room nurses can be more optimal
in carrying out continuous blood sugar monitoring actions, can document every
action taken, provide health promotion and management to families so that the
impact of this disease can be prevented further.
viii
DAFTAR ISI
ix
5....Evaluasi Keperawatan ................................................................. 39
B...Pembahasan ..................................................................................... 40
1....Pengkajian Keperawatan.............................................................. 40
2....Diagnosis Keperawatan ............................................................... 44
3....Intervensi Keperawatan ............................................................... 45
4....Implementasi Keperawatan .......................................................... 47
5....Evaluasi Keperawatan ................................................................. 48
BAB V PENUTUP
A...Kesimpulan ....................................................................................... 50
B...Saran ................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR BAGAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Annisa
Nim : 183110163
Agama : Islam
Ayah : Busra
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (Hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Komplikasi
yang berkaitan dengan diabetes mellitus di klasifikasikan sebagai
komplikasi akut dan kronik. Komplikasi akut terjadi akibat intoleransi
glukosa yang berlangsung dalam jangka waktu pendek, komplikasi kronik
biasanya terjadi 10-15 tahun komplikasinya mencakup Penyakit
Makrovaskuler yaitu mempengaruhi sirkulasi koroner, Penyakit
Mikrovaskuler yaitu retinopati dan nefropatik, dan penyakit neuropatik
mempengaruhi saraf sensori motorik dan otonom serta berperan
memunculkan sejumlah masalah seperti ulkus diabetikum (Smeltzer &
Bare, 2016). Kondisi hiperglikemia yang lama pada pasien diabetes
melitus menyebabkan arteroskelosis, penebalan membrane basalis dan
perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya ulkus
diabetikum (Handayani, 2016).
Profil kesehatan kota Padang 2017 menyatakan bahwa pada tahun 2016
diabetes mellitus menempati urutan ke enam dari sepuluh penyakit
terbanyak di kota Padang, yaitu sebanyak 22.523 kasus. Sedangkan pada
tahun 2017 Diabetes Mellitus tanpa komplikasi menempati urutan ke 7
Peran perawat untuk pada pasien dengan Diabetes Melitus Tipe II dengan
melakukan asuhan keperawatan yaitu pengkajian keperawatan,
merumuskan diagnosa keperawatan, membuat perencanaan keperawatan
melakukan implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Penetalaksanaan Daibetes Melitus Tipe II yaitu: manajemen diet, latihan
fisik, pengelolaan farmakologi, monitoring glukosa darah, dan penyuluhan
(Smeltzer & Bare, 2016)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang peneliti merumuskan masalah yaitu
“Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus
Tipe II di RS TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2021?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan
pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di ruang rawat inap Bagindo
Aziz Chan di RS TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan Diabetes
Melitus Tipe II di ruang rawat inap Bagindo Aziz Chan di RS
TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2021.
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Diabetes Melitus Tipe II di ruang rawat inap Bagindo Aziz
Chan di RS TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2021.
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien dengan
Diabetes Melitus Tipe II di ruang rawat inap di RS TK. III Dr.
Reksodiwiryo Padang tahun 2021.
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan
Diabetes Melitus Tipe II di ruang rawat inap Bagindo Aziz
Chan di RS TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2021.
e. Mendeskripsikan evaluasi pada pasien dengan Diabetes Melitus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Aplikatif
Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan
bahan rujukan atau perbandingan dalam pembuatan ataupun
pengaplikasian asuhan keperawatan diabetes melitus tipe II di RS Tk.
III Dr. Reksodiwiryo Padang bagi tenaga kesehatan.
2. Manfaat Pengembangan Keilmuan
Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran bagi peneliti selanjutnya dan mahasiswa untuk menambah
wawasan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang
keperawatan khususnya tentang asuhan keperawatan diabetes melitus
tipe II di RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang.
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi
Menurut Smeltzer & Bare (2016) dan Hans Tandra (2017)
mengklasifikasikan Diabetes Melitus menjadi:
9
Poltekkes Kemenkes Padang
10
(poliuri). Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati maka akan timbul
gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang
atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4
minggu), mudah lelah, dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa
mual (PERKENI, 2015).
5. Patofisiologi
Pada DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik
utama adalah terjadinya hiperglikemik kronik. Faktor genetik dikatakan
memiliki peranan yang sangat penting dalam munculnya DM tipe II.
Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan
seperti gaya hidup, obesitas, rendahnya aktivitas fisik, diet, dan tingginya
kadar asam lemak bebas (Smeltzer dan Bare, 2015). Diabetes melitus tipe
II sebelumnya disebut sebagai non insulin-dependent atau adult-onset
diabetes, ditandai dengan resistensi insulin, peningkatan pelepasan glukosa
hati, rusaknya penyimpanan glukosa, dan defisiensi insulin. Tujuan jangka
pendek dari manajemen diabetes yaitu untuk menyeimbangkan asupan
makanan dengan pengeluaran energi dan memastikan jumlah insulin yang
cukup (endogen atau eksogen) untuk mempertankan kadar glukosa darah
mendekati normal. Mekanisme terjadinya DM tipe I I umumnya
disebabkan karena resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan
poliuri
15
16
6. Manifestasi Klinis
Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya seringkali tidak
dirasakan dan tidak disadari oleh penderita. Manifestasi klinis Diabetes
Melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Jika
hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka
timbul glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) jika melewati ambang ginjal
untuk ekskresi glukosa yaitu ± 180 mg/dl serta timbulnya rasa haus
(polidipsia). Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul
sebagai akibat kehilangan kalori (Price dan Wilson, 2012).
7. Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM tipe II akan
menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe II terbagi dua
berdasarkan lama terjadinya yaitu: komplikasi akut dan komplikasi kronik
(Smeltzer dan Bare, 2015, PERKENI, 2015).
1. Komplikasi akut
a. Ketoasidosis diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL),
disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton
(+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/mL) dan
terjadi peningkatan anion gap (PERKENI, 2015).
2. Komplikasi kronik
Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi pada pasien
DM saat ini sejalan dengan penderita DM yang bertahan hidup lebih
lama. Penyakit DM yang tidak terkontrol dalam waktu yang lama
akan menyebabkan terjadinya komplikasi kronik.
1) Komplikasi makrovaskular
8. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup
penderita diabetes melitus. Tujuan penatalaksanaan meliputi :
1. Tujuan jangka pendek : menghilangkan keluhan DM, memperbaiki
kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang : mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas
DM. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian
glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid (mengukur
kadar lemak dalam darah), melalui pengelolaan pasien secara
komprehensif.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Glukosa darah. Pada pasien DM tipe II biasanya meningkat 100-200
mg/dl, atau lebih. Pemeriksaan gula darah terdiri dari:
1) Pemeriksaan gula darah puasa atau fasting blood sugar (FBS)
Pasien dalam keadaan puasa selama 12 jam, diperbolehkan
minum. Darah diambil dari pembuluh darah vena. Hasil normal
gulah darah puasa adalah 80-120 mg/100 ml serum. Pada pasien
DM tipe II biasanya meningkat 100- 200 mg/dl, atau lebih
2) Pemeriksaan gula darah postprandial
Bertujuan untuk menentukan gula darah setelah makan. Pasien
diberi makan kira-kira 100 gr karbohidrat, dua jam kemudian
diambil darah venanya. Nilai normal gula darah postprandial
adalah kurang dari 120 mg/100 ml serum
3) Pemeriksaan gula darah sewaktu bisa delakukan kapan saja, nilai
normalnya adalah 70 – 200 mg/dl.
4) Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan bebam glukosa 75 gram.
b. Pemeriksaan HbA1c > 6,5% dengan menggunakan metode High-
Performance Liquid Chromatography (HPLC) yang terstandarisasi
oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).
c. Aseton plasma (keton) didapat hasil positif secara menyolok.
d. Asam lemak bebas didapat kadar lipid dan kolestrol meningkat,
karena ketidakadekuatan kontrol glikemik.
e. Osmolitas serum meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/L
f. Natrium mungkin normal, meningkat atau menurun tergantung pada
jumlah cairan yang hilang (dehidrasi).
g. Kalium normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun Hemoglobin dan hematokrit menurun
m) Sistem neurologis
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017):
1. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan
Manajemen hiperglikemia
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tingkat pengetahuan.
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif.
D. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
(SLKI) (SIKI)
1 Resiko ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hiperglikemia
b/d kadar glukosa darah keperawatan, tingkat Observasi :
keletihan teratasi dengan 1. Identifikasi kemungkinan
Definisi : kriteria hasil: penyebab hiperglikemia
Resiko terhadap variasi - Mual berkurang 2. Identifikasi situasi yang
kadar glukosa darah dari - Perubahan status menyebabkan kebutuhan
rentang normal mental membaik insulin meningkat
- Peningkatan kadar mis : penyakit kambuhan
Faktor Risiko : glukosa darah membaik 3. Monitor kadar glukosa
a. Kurang terpapar - Kelemahan berkurang darah, jika perlu
informasi tentang - Pusing berkurang 4. Monitor intake dan output
manejemen diabetes cairan
b. Ketidaktepatan
pemantauan glukosa Terapeutik :
darah 1. Berikan asupan cairan
c. Kurang patuh pada oral
rencana manejemen 2. Konsultasi dengan medis
diabetes jika tanda dan gejala
d. Penambahan berat hiperglikemia tetap ada
badan atau buruk
Edukasi :
1. Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari
250 mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
3. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
4. Ajarkan pengelolan
diabetes, Mis :
penggunaan insulin, obat
oral
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
Gejala Mayor :
a. Menunjukkan perilaku
tidak sesuai anjuran
b. Menunjukkan persepsi
yang keliru terhadap
masalah
Gejala Minor :
a. Menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat
b. Menunjukkan perilaku
berlebihan (mis.
Apatis, bermusuhan)
E. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan
dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencangkup
tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi (Tarwoto
& Wartonah, 2015).
F. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk
dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan.
Evaluasi pada dasarnya adalah membandingkan status keadaan
kesehatan dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan
(Tarwoto & Wartonah, 2015).
30
Poltekkes Kemenkes Padang
31
dari populasi harus betul-betul mewakili dan harus valid, yaitu bisa
mengukur sesuatu yang harusnya diukur (Sujarweni,2014).
b. Kriteria Eklusi:
a) Pasien yang tidak mampu dan tidak kooperatif serta tidak
mengikuti kegiatan selama dilakukan.
b) Pasien yang masa rawatan kurang lima hari, disebabkan karena
pulang atau meninggal dunia.
2. Pengukuran
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik responden.
Pengukuran yang dilakukan dalam asuhan keperawatan ini meliputi
pemeriksaan status fisiologis, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan di
fokuskan pada kadar glukosa darah.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara pengumpulan data dengan
melakukan pemeriksaan secara langsung kepada responden yang akan
diteliti untuk mencari dan melihat perubahan atau hal-hal yang tidak
sesuai dengan keadaan normal. Dalam metode pemeriksaan fisik
peneliti melakukan pemeriksaan kepada responden , pemeriksaan
dilakukan dengan cara IPPA (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi)
head to toe.
4. Studi Dokumentasi
Penelitian menggunakan dokumen dari rumah sakit untuk menunjang
penelitian yang dilakukan. Pengumpulan data dari dokumentasi
meliputi data dari rekam medik responden seperti tes laboratorium
darah (hemoglobin, leukosit, hematokrit dan trombosit).
F. Jenis-Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui
kesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara
peneliti dengan narasumber.Data yang diperoleh dari data primer ini
harus diolah lagi (Sujarweni, 2014).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari catatan, buku, majalah
berupa laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah,
artikel, buku-buku sebagai teori, majalah, dan lain sebagainya. Data
yang diperoleh dari data sekunder tidak boleh diolah lagi.
G. Analisis Data
Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan dianalisis
berdasarkan data subjektif dan objektif sehingga diagnosa keperawatan
dapat ditegakkan, kemudian menyusun rencana keperawatan serta
melakukan implementasi dan evaluasi keperawatan. Analisis selanjutnya
membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien
kelolaan dengan teori keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II.
B. Deskripsi Kasus
Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II dilakukan di
Ruang Rawat Inap Bagindo Aziz Chan di Rumah Sakit TK.III Dr.
Reksodiwiryo Padang dilakukan selama 5 hari dengan melibatkan satu orang
pasien yaitu Tn.M dengan dignosa Diabetes Mellitus tipe II. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung dengan partisipan
dan keluarga, observasi kondisi partisipan dan melalui studi dokumentasi
pada status pasien.
1. Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkaijian yang didapatkan peneliti melalui anamnesa observasi
dan studi dokumentasi pada partisipan adalah sebagai berikut : Tn.M
seorang laki-laki berusia 51 tahun, No.MR 150957 pendidikan terakhir
adalah SMA. Klien seorang swasta beralamat di Komplek indang alam
tunggul hitam Padang. Masuk dengan diagnosa medis Diabetes Mellitus
Tipe II dengan penanggung jawab Ny.Z seorang ibu rumah tangga istri
dari klien.
Klien masuk ke ruang rawat inap Bagindo Aziz Chan di Rumah Sakit
TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang. Pada hari Minggu 11 April 2021 pukul
09.30 dengan keluhan badan terasa lemah, kepala terasa pusing, gemetaran
serta berkeringat dingin.
Saat dilakukan pengkajian pada hari Senin, 12 April 2021, hari rawatan ke
2 pukul : 10.30 WIB klien mengatakan badan nya masih lemah dan letih,
kepalanya masih terasa pusing. Klien mengatakan mudah merasa haus,
35
Poltekkes Kemenkes Padang
36
sering BAK, penurunan BB dari 58kg menjadi 49kg sejak 3 bulan terakhir.
Klien mengatakan nafsu makan menurun, klien hanya menghabiskan
seperempat diet yang diberikan rumah sakit. Klien tampak lesu dan
dibantu keluarga ketika melakukan aktifitas.
Selama dirawat di rumah sakit pasien mendapakan diet dari rumah sakit
MBDD 1700 kkal, klien hanya menghabiskan ¼ porsi saja, sering merasa
haus, BAK lebih kurang 8-9 kali sehari. Klien mengatakan selama di rawat
di rumah sakit aktifitas dilakukan di tempat tidur hingga kamar mandi,
aktifitas dibantu oleh keluarga dan perawat.
Status emosional pada klien tampak stabil, dan menerima keadaannya saat
ini. Pola koping klien baik, klien sering berdoa setelah sholat dan yakin
akan sembuh dari penyakitnya. Klien menggunakan bahasa minang dalam
berkomunikasi, komunikasi dengan klien terarah dan jelas.
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan ureum darah : 31 mg/dl,
kreatinin darah : 0,8 mg/dl, hemoglobin : 10,8 g/dl, leukosit: 7.300/mm3,
GDR 424 mg/dl. Hematokrit 42%, trombosit 400.000 mm. Terapi
pengobatan pada pasien diberikan IVFD RL 8 jam/kolf, ranitidin 2 x 1
amp, ceftriaxone 2 x 1 gr, noforapid 3 x 1.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan terhadap pasien, didapatkan
3 diagnosa keperawatan yang muncul. Diagnosa pertama yaitu
Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia
yang ditandai dengan pasien mengatakan badannya terasa lemah, lesu,
kepala pusing, nafsu makan menurun.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan tujuannya untuk mempertahankan tingkat
kesehatan optimal pasien dalam upaya menurunkan jumlah dan atau
keparahan gejala diabetes mellitus tipe II, hal ini meliputi tindakan
keperawatan mandiri seperti perilaku peningkatan kesehatan dan upaya
pencegahan. Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia / SLKI
(2019) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia / SIKI (2018).
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan intervensi pada pasien dengan diagnosa keperawatan
ketidakstabilan kadar glukosa darah didapatkan evaluasi yaitu pada hari
kelima masalah mulai teratasi dan intervensi dilanjutkan, ditandai dengan
pasien mengatakan letih berkurang, pasien mengatakan haus mulai berkurang,
pasien mengatakan BAK 7-8x/hari, pasien tampak mulai segar, TD : 133/80
mmHg, Nadi : 80x/i, pusingnya sudah berkurang. membutuhkan pelayanan
kesehatan Pernapasan : 20x/i, GDR 202 mg/dl.
Pada diagnosa keperawatan defisit nutrisi didapatkan evaluasi yaitu pada hari
kelima masalah teratasi dan intervensi dihentikan, ditandai dengan pasien
mengatakan mulai bertenaga, pasien mengatakan nafsu makan membaik,
pasien tampak menghabiskan diit yang diberikan rumah sakit.
C. Pembahasan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Keluhan utama
Saat dilakukan pengkajian keluhan utama pada pasien yaitu badan terasa
lemas, kepala terasa pusing, gemetaran serta berkeringat dingin, GDR
pasien = 424 mg/dl.
e. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan hasil penelitian pada pemeriksaan fisik pasien yang
mengalami gangguan yaitu penglihatan kabur, konjungtiva anemis.
Berdasarkan teori (Bararah & Jauhar 2013) dalam pemeriksaan fisik pada
pasien diabetes mellitus terdapat gangguan dalam sistem neurologis
diantaranya teradi penurunan sensoris.
f. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium Hemoglobin : 10,8 g/dl, Hematokrit :
42 %, Leukosit : 7.300 mm3, Trombosit : 400.000 mm, Ureum darah : 31
mg/dl, Kreatin darah : 0,8 mg/dl, GDR : 424 mg/dl. Menurut analisis
peneliti kurangnya hemoglobin klien: 12,3 g/dl yang ditandai dengan
badan klien terasa lemah, nafsu makan berkurang, mual, muntah dan
tidak menghabiskan diit yang diberikan menyebabkan kemampuan darah
untuk membawa oksigen berkurang.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia ( SDKI ) tahun 2017,
diagnosa yang muncul pada hasil penelitian dan observasi yaitu sebanyak 3
diagnosa keperawatan diantaranya ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan hiperglikemia, defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, keletihan berhubungan dengan
kondisi fisiologis.
Pada diagnosis keperawatan pertama, ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan hiperglikemia, ditandai dengan data subjektif pasien
mengatakan sering merasa haus, pasien mengatakan sering buang air kecil,
pasien mengeluh nafsu makannya menurun, pasien mengatakan badan terasa
lemah dan letih dan data objektif pasien tampak lemah, GDR : 424 mg/dl,
memiliki riwayat diabetes semenjak 7 tahun yang lalu.
Teori dalam SDKI tahun 2017 dikatakan bahwa diagnosis ketidakstabilan
kadar glukosa darah adalah variasi kadar glukosa darah yang naik dari
rentang normal dengan tanda dan gejala mayor lelah dan lesu, kadar glukosa
darah urin tinggi , sedangkan untuk tanda gejala minor mulut kering, haus
meningkat. Menurut peneliti terdapat kesamaan antara masalah keperawatan
ketidakstabilan kadar glukosa darah pada pasien dengan teori yang ada
dan data objektif membran mukosa pasien tampak pucat dan kering,
konjungtiva pasien tampak anemis, IMT pasien berada dalam kategori kurus,
pasien mengalami penurunan BB dari 58 kg menjadi 49 kg dalam tiga bulan
terakhir.
Teori dalam SDKI tahun 2017 dapat ditegakkan bila ketidakmampuan
memakan makanan, kurang minat pada makanan, penurunan berat badan
dengan asupan makan adekuat, kurang informasi.
3. Intervensi Keperawatan
a. Rencana keperawatan pada diagnosis ketidakstabilan kadar glukosa
darah berhubungan dengan hiperglikemia dapat mengidentiikasi factor
resiko, dengan kriteria hasil kestabilan kadar glukosa darah: tidak ada
mengantuk, tidak ada pusing, tidak ada lesu/lelah, tidak ada keluhan
lapar, tidak ada keluhan haus, kadar glukosa dalam darah dalam rentang
normal kadar, kadar glukosa dalam urine dalam rentang normal dan
palpitasi membaik .Kontrol resiko : menunjukkan kemampuan
mengidentifikasi faktor resiko meningkat, kemampuan melakukan
strategi control resiko meningkat, kemampuan modifikasi gaya hidup
4. Implementasi Keperawatan
Peneliti melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya, yang dilaksanakan dari tanggal 12-16 April 2021,
untuk pelaksanaan tindakan keperawatan, tidak semua tindakan
dilaksanakan oleh peneliti, karena peneliti tidak merawat klien 24 jam
penuh. Namun untuk solusi peneliti mendelegasikan rencana tindakan
tersebut kepada perawat ruangan dan mahasiswa praktik yang sedang dinas
di ruangan tersebut dan selanjutnya peneliti melakukan studi dokumentasi
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan sesuai dengan
perencanaan.
Implementasi keperawatan yang dilakukan berkaitan dengan diagnosa
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia
yaitu mengukur kadar glukosa darah, mengukur tanda dan gejala
hiperglikemia, poliuria, polidipsia, polifagi, malaise, pandangan kabur, atau
sakit kepala, mengukur tanda-tanda vital, berkolaborasi dalam pemberian
injeksi insulin sebelum makan, edukasi pasien jika kekhawatiran atau stress
bisa menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat serta pelaksanaan
manajemen stress dengan teknik relaksasi mendengarkan tilawah Al Quran
dan dzikir.
Penelitian yang dilakukan oleh (Derek, Rottie & Kallo 2017) stress dapat
memicu kadar gula darah dalam tubuh yang semakin meningkat sehingga
semakin tinggi stress yang dialami oleh penderita diabetes mellitus maka
diabetes yang dialami akan semakin tambah buruk, maka diperlukan
manajemen relaksasi penurun stress. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh (Labindjang, Kadir & Salamanja 2015) Kondisi yang relaks dapat
mengembalikan kotra-regulasi hormone stress dan memungkinkan tubuh
untuk menggunakan insulin lebih efektif.
Implementasi keperawatan yang dilakukan berkaitan dengan diagnosa pada
diagnosa defisit nutrisi yang berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien, tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
mengidentifikasi perubahan berat badan pasien, mengetahui kesukaan
pasien mengonsumsi makanan dari luar rumah sakit, memonitor warna
konjongtiva pasien : anemis, memonitor hasil laboratorium pasien,
memberikan obat rinitidine 2x1 amp secara iv menganjurkan pasien terkait
dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit, pastikan diet yang mencakup
makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien
dari tanggal 12 – 16 April 2021 masalah mulai teratasi intervensi
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien
dari tanggal 12-16 April 2021 dengan defisit nutrisi yang berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien didapatkan evaluasi yaitu
pada hari kelima masalah teratasi dan intervensi dihentikan, pasien
mengatakan mulai bertenaga, pasien mengatakan nafsu makan membaik,
pasien tampak menghabiskan diit yang diberikan rumah sakit.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien
dari tanggal 12-15 April 2021 dengan diagnosa keletihan berhubungan
dengan kondisi fisiologis hari pertama sampai hari keempat dengan masalah
teratasi dan intervensi dihentikan, pasien mengatakan letih mulai berkurang,
pasien mengatakan nafsu makan mulai meningkat, pasien tampak mulai
bertenaga, pasien tampak beraktivitas secara mandiri.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe II di Ruang Rawat Inap Bagindo Aziz Chan di Rumah Sakit
TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2021, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian yang didapatkan badan pasien terasa lemah, kepala
terasa pusing, gemetaran serta berkeringat dingin, GDR pasien = 424
mg/dl, sering BAK, nafsu makan menurun, pasien memiliki riwayat
keluarga yang mengalami diabetes mellitus.
2. Diagnosis keperawatan yang muncul pada penelitian ini yaitu
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia,
defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien, keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis.
3. Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan
yang ditemukan dan sesuai dengan SDKI, SIKI-SLKI, diantaranya
manajemen hiperglikemia, manajemen nutrisi, manajemen energi.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan kepada pasien sesuai dengan
rencana tindakan yang telah disusun : mengidentifikasi penyebab
hiperglikemia, memonitor kadar glukosa darah, memonitor tanda dan
gejala hiperglikemia, mengidentifikasi perubahan berat badan,
mengidentifikasi pola makan, memonitor tanda tanda vital,
mengidentifikasi fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan selama lima hari dalam bentuk SOAP
terhadap tiga diagnosis keperawatan didapatkan hasil, diagnosis defisit
nutrisi teratasi pada hari kelima dengan tanda nafsu makan membaik,
pasien menghabiskan diit yang diberikan rumah sakit. Diagnosis
keletihan teratasi pada hari kelima dengan tanda letih mulai berkurang,
pasien tampak bertenaga, pasien mengatakan letih mulai berkurang, dan
diagnosis ketidakstabilan kadar glukosa darah mulai teratasi dan
51
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian menambah kemampuan dan pengalaman
peneliti memberikan asuhan keperawatan khususnya asuhan keperawatan
pada pasien diabetes mellitus tipe II.
2. Bagi Rumah Sakit
Melalui kepala rumah sakit Bapak Jonsriwanto, S.Kep.,M.M Kapten
Ckm diharapkan perawat ruangan tetap memberikan promosi kesehatan
seperti manajemen hiperglikemia, manajemen nutrisi, manajemen energi
bagi pasien dan keluarganya.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu studi kepustakaan dan
menjadi masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa Poltekkes Kemenkes
Padang khususnya jurusan keperawatan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan intervensi dan pembanding dalam
menerapkan asuhan keperawatan yang lain.
Derek, Meivy, Julia Rottie, and Vandri Kallo. 2017. “Hubungan Tingkat
Stres Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus
Tipe 2 Di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIW Manado.” e-journal
keperawatan 5.
Febty, I. K. A., Chiptarini, D., Studi, P., Keperawatan, I., Kedokteran, F.,
Ilmu D. A N., Jakarta, H. (2014). Penatalaksanaan Dm Pada Pasien
Dm Di Puskesmas.
Steenstrup, S. E., Bakken, A., Bere, T., Patton, D. A., & Bahr, R. (2018).
Head Injury Mechanisms in FIS World Cup Alpine and Freestyle
Skiers and Snowboarders. British Journal of Sports Medicine, 52(1),
61–69. https://doi.org/10.1136/bjsports-2017-098240
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Jakarta: Alfabeta.
5. Kebutuhan Dasar
a. Makan
- Sehat : Makan 2-3x/hari dengan porsi nasi, lauk dan terkadang sayur,
jarang mengkonsumsi buah-buahan. Klien rutin makan sebelum tidur.
- Sakit : Klien hanya menghabiskan ¼ porsi diet rumah sakit MBDD
1700 kkal dengan nasi, lauk, sayur dan buah.
c. Tidur
- Sehat : Klien kadang-kadang tidur siang, dan tidur malam ±7 jam/hari.
- Sakit : Klien mengatakan tidur siang ±4 jam/hari dan tidur malam ±9
jam/hari.
d. Mandi
- Sehat : Klien biasanya mandi 2x/hari
- Sakit : Klien mandi 1x/hari
e. Eliminasi
- Sehat : Klien biasanya BAB 1x/hari dengan konsistensi padat, BAK 5-
6x/hari warna bening kekuningan
- Sakit : Klien BAB 1x/hari, BAK 8-9x/hari.
f. Aktifitas pasien
Sehat : Aktivitas dilakukan mandiri dan tidak pernah berolahraga.
Sakit : Aktivitas klien kadang dibantu oleh keluarga klien.
6. Pemeriksaan Fisik
- Tinggi / Berat Badan : 165 cm / 49 kg
- Tekanan Darah : 144/87 mmHg
- Suhu : 37,5 0C
- Nadi : 82x / Menit
- Pernafasan : 20x/ Menit
7. Data Psikologis
Status emosional : Emosional klien tampak stabil, klien menerima keadaan
nya saat ini
Pola koping : Baik, klien mengatakan sering berdoa setelah sholat dan
yakin akan sembuh dari penyakitnya.
Gaya komunikasi : Klien berkomunikasi menggunakan bahasa minang
Pemeriksaan Radiologi :
Dll ....................................
2. Ranitidin 2 x 1 amp iv
3. Ceftriaxone 2 x 1 gr iv
4. Noforapid 3x1 im
Mahasiswa,
( )
Ds :
a. Klien mengatakan nafsu
makan menurun
b. Klien mengeluh badan
lemah.
Do : Ketidakmampuan Defisit Nutrisi
a. Membran mukosa klien mengabsorbsi
tampak pucat dan kering nutrien
b. Konjungtiva klien
tampak anemis
c. IMT klien berada dalam
kategori kurus (18,1)
dengan TB/BB = 165
cm/49kg mengalami
penurunan berat badan
dari 58kg menjadi 49kg
sejak tiga bulan terakhir.
Ds :
a. Klien mengatakan badan
terasa lemah dan letih.
Do : Kondisi Fisiologis : Keletihan
a. Klien tampak lemas Penyakit kronis
b. Klien tampak
mengantuk
c. Aktivitas klien tampak
dibantu keluarga
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi
( SLKI ) ( SIKI )
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah Setelah dilakukan Manajemen
berhubungan dengan hiperglikemia : tindakan keperawatan Hiperglikemia :
resistensi insulin 1x24 jam, diharapkan Observasi :
ketidakstabilan gula 1. Identifikasi penyebab
darah dapat teratasi hipergllikemia
dengan KH : 2. Identifikasi situasi
a. Kesadaran meningkat yang menyebabkan
b. Mengantuk menurun kebutuhan insulin
c. Pusing menurun meningkat
d. Lelah/lesu menurun 3. Monitor kadar
e. Keluhan lapar glukosa darah
menurun 4. Monitor tanda dan
f. Mulut kering gejala hiperglikemia
menurun (mis. poliuria,
g. Rasa haus menurun polidipsi,
h. Kadar glukosa dalam polifagia,kelemahan,
darah membaik penglihatan kabur,
sakit kepala)
Terapeutik :
1. Berikan asupan
cairan oral
2. Konsultasi dengan
medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk
Edukasi :
1. Anjurkan
menghindari
olahraga saar kadar
glukosa darah lebih
dari 250 mg/dl.
2. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
Edukasi :
1. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Edukasi :
1. Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
2. Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
S:
Defisit nutrisi berhubungan 1. Mengkaji
- Klien mengatakan badan
dengan ketidakmampuan makanan yang
masih terasa lemah
mengabsorbsi nutrien dihabiskan klien :
- Klien mengatakan nafsu
hanya
makan masih kurang
menghabiskan ¼
- Klien mengatakan hanya
makanan yang
menghabiskan ¼ makanan
diberikan pihak rs
S:
Defisit nutrisi berhubungan 1. Memonitor
makanan yang - Klien mengatakan badan
dengan ketidakmampuan
dihabiskan klien : masih lemah
mengabsorbsi nutrien
hanya - Klien mengatakan masih
menghabiskan ¼ kurang nafsu makan
makanan yang O:
diberikan dari
- Klien tampak tidak
rumah sakit menghabiskan makanan
2. Memonitor warna
yang diberikan rumah sakit
konjungtiva klien
yang masih A : masalah belum teratasi
tampak anemis P : intervensi dilanjutkan
1. Memberikan
Keletihan berhubungan
informasi kepada
dengan kondisi fisiologis : S : klien mengatakan masih
klien mengenai
penyakit kronis letih
untuk mengikuti
O : klien tampak lesu
anjuran rumah
Dan aktivitas sebagian masih
sakit
tampak dibantu keluarga
2. Memberikan
A : masalah belum teratasi
kesempatan klien
P : intervensi dilanjutkan
bertanya
S:
Defisit nutrisi berhubungan 1. Memonitor
dengan ketidakmampuan makanan diet - Klien mengatakan badan
rumah sakit yang masih lemah
mengabsorbsi nutrien
dihabiskan klien - Klien mengatakan nafsu
2. Memonitor warna makan mulai membaik
konjungtiva klien
O:
- Klien tampak mulai
menghabiskan diet yang
diberikan rumah sakit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Keletihan berhubungan S:
1. Mengkaji
dengan kondisi fisiologis : - Klien mengatakan letih
keletihan yang
penyakit kronis mulai berkurang
masih dialami
- Klien mengatakan nafsu
klien
makan mulai meningkat
2. Menganjurkan
klien beraktivitas O:
secara bertahap - Klien tampak mulai
bertenaga
- Klien tampak beraktivitas
secara mandiri
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan