Anda di halaman 1dari 56

KARYA TULIS ILMIAH

LITERATURE REVIEW : EFEKTIVITAS PEMBERIAN AIR


REBUSAN DAUN KELOR TERHADAP PENURUNAN KADAR
GULA DARAH PADA LANSIA PENDERITA
DM TIPE II TAHUN 2020

GRACEELLA BEATRIX PARDEDE


NIM.P07520117073

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PRODI D-III JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KARYA TULIS ILMIAH
LITERATURE REVIEW : EFEKTIVITAS PEMBERIAN AIR
REBUSAN DAUN KELOR TERHADAP PENURUNAN KADAR
GULA DARAH PADA LANSIA PENDERITA
DM TIPE II TAHUN 2020

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi


Diploma III

GRACEELLA BEATRIX PARDEDE


NIM.P07520117073

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PRODI D-III JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : Literature Review : Efektivitas Pemberian Air Rebusan


Daun Kelor Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada
Lansia Penderita DM Tipe II Tahun 2020
NAMA : Graceella Beatrix Pardede
NIM : P07520117073

Telah Diterima dan Disetujui Untuk Diseminarkan Dihadapan Penguji.


Medan 2020

Menyetujui
Pembimbing

(Dr. Megawati, S.Kep., Ns., M.Kes)


NIP. 196310221987032002

Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

(Johani Dewita Nasution, SKM., M.Kes)


NIP. 196505121999032001

i
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Literature Review : Efektivitas Pemberian Air Rebusan


Daun Kelor Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada
Lansia Penderita DM Tipe II Tahun 2020
NAMA : Graceella Beatrix Pardede
NIM : P07520117073
Karya Tulis Ilmiah ini Telah Diuji Pada Sidang Ujian Akhir Program
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Medan, Juni 2020
Menyetujui
Penguji I Penguji II

(A Hanif Siregar, SKM., M.Pd) (Dr. Megawati, S.Kep., Ns., M.Kes)


NIP. 195608121980031011 NIP. 196310221987032002

Ketua Penguji

(Dina Yusdiana D, S.Kep, Ns., M.Kes)


NIP . 197606241998032001

Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

(Johani Dewita Nasution. SKM., M.Kes)


NIP. 196505121999032001

ii
POLTEKKES KEMENKES MEDAN
JURUSAN KEPERAWATAN
KTI, JUNI 2020
GRACEELLA BEATRIX PARDEDE

EFEKTIVITAS PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN KELOR TERHADAP


PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA LANSIA PENDERITA DM
TIPE II TAHUN 2020
ABSTRAK
Latar Belakang : Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting,
menjadi salah satu dari lima penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target
tindak lanjut oleh para pemimpin di dunia . Jumlah kasus dan prevalensi diabetes
terus meningkat selama beberapa dekade terakhir. Melihat bahwa diabetes
mellitus akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan
peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka sangat diperlukan
program pengendalian diabetes melitus tipe II dengan menggunakan terapi
komplementer. Daun kelor merupakan salah satu tanaman yang telah
dimanfaatkan masyarakat dalam pengobatan tradisional dan memiliki kandungan
antioksidan yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dan dipercaya memiliki
manfaat untuk mengobati penyakit diabetes mellitus.
Tujuan : Mencari persamaan, kelebihan dan kekurangan tentang efektivitas
pemberian air rebusan daun kelor terhadap penurunan kadar gula darah pada
lansia penderita DM tipe II berdasarkan dengan studi literature review.
Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan
melalui metode studi literature review, yaitu peneliti menelaah secara tekun akan
kepustakaan yang diperlukan sesuai dengan topik penelitian secara online.
Hasil : Berdasarkan hasil dari studi literature review yang telah dilakukan,
diperoleh hasil yaitu peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan atau pemberian
air rebusan daun kelor memiliki pengaruh atau efektivitas terhadap perubahan
atau penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus khususnya
lansia. Karena ekstrak daun kelor memiliki antihiperglikemik yang berfungsi untuk
menurunkan kadar glukosa didalam darah.

iii
Saran : Diharapkan hasil literature review ini dapat digunakan sebagai materi
tambahan dalam pendidikan keperawatan serta dapat dijadikan sebagai bahan
acuan untuk mengembangkan penelitian mahasiswa keperawatan. Dan juga
peneliti dapat meneruskan penelitian ini dengan menganalisis lebih dalam lagi
terkait jenis kelamin, usia dan mengontrol variabel perancu dalam mempengaruhi
penurunan kadar glukosa darah dalam penelitian.

Kata Kunci : Rebusan Daun Kelor, Kadar Gula Darah, Diabetes Mellitus Tipe II

iv
ABSTRACT

Background : Diabetes is an important public health problem, being one of the


five priority non-communicable diseases targeted by follow-up leaders in the
world. The number of cases and the prevalence of diabetes has continued to
increase over the past few decades. Seeing that diabetes mellitus will have an
impact on the quality of human resources and a significant increase in health
costs, it is necessary to control type II diabetes mellitus programs using
complementary therapy. Moringa leaves are one of the plants that have been
used by the community in traditional medicine and contain antioxidants that can
reduce blood glucose levels and are believed to have benefits for treating
diabetes mellitus.
Objective : Looking for similarities, strengths and weaknesses about the
effectiveness of giving Moringa leaf boiled water to decrease blood sugar levels
in elderly people with type II DM based on a literature review study.
Research Method : The type of research used is descriptive with an approach
through the study method of literature review, that is, the researcher examines
diligently the literature needed in accordance with the research topic online.
Results : Based on the results of literature review studies that have been
conducted, the results obtained are the researchers concluded that the use or
administration of Moringa leaf boiled water has an influence or effectiveness on
changes or decreases in blood sugar levels in people with diabetes mellitus
especially the elderly. Because Moringa leaf extract has antihyperglycemic which
serves to reduce glucose levels in the blood.
Suggestion : It is hoped that the results of this literature review can be used as
additional material in nursing education and can be used as a reference material
for developing nursing student research. And researchers can also continue this
research by analyzing more closely related to gender, age and controlling for
confounding variables in influencing the decrease in blood glucose levels in the
study.

Keywords : Moringa Leaf Decoction, Blood Sugar Level, Type II Diabetes


Mellitus

v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini dengan judul “LITERATURE REVIEW : EFEKTIVITAS PEMBERIAN AIR
REBUSAN DAUN KELOR TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH
PADA LANSIA PENDERITA DM TIPE II TAHUN 2020”. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada ibu Dr. Megawati,
S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini yang telah
banyak memberi bimbingan dengan penuh kesabaran, dukungan dan arahan
kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan tepat
waktu.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Dra. Hj. Ida Nurhayati, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan
2. Ibu Hj. Johani Dewita Ns SKM, M.Kes selaku ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan yang telah memberi kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ibu Afniwati, S.Kep, Ns, M.Kes selaku K-Prodi D-III Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan.
4. Seluruh dosen dan seluruh staf Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan Program Studi D-III.
5. Teristimewa penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis.
6. Terimakasih juga untuk teman angkatan XXXI.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dan hal ini disebabkan karena
keterbatasan wawasan ataupun karena kesilapan penulis. Maka dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun serta masukan dari semua pihak demi kesempurnaan karya tulis
ilmiah ini.
Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan
kepada penulis mendapat berkat dari Tuhan yang maha Esa. Harapan penulis,
semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan
pengembangan profesi keperawatan.

vi
Medan, April 2020
Penulis

Graceella Beatrix Pardede


NIM. P07520117073

vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Tabel Hasil

viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii
ABSTRAK .......................................................................................................... iii
ABSTRACT ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
1. Tujuan Umum ........................................................................................... 4
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
1. Bagi Pelayanan Kesehatan ....................................................................... 5
2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan .................................................... 5
3. Bagi Penulis.............................................................................................. 5
BAB II.................................................................................................................. 6
LANDASAN TEORI............................................................................................. 6
A. Daun Kelor ................................................................................................... 6
1. Beragam Daun Kelor ................................................................................ 6
2. Klasifikasi.................................................................................................. 7
3. Kandungan Daun Kelor............................................................................. 7
B. Diabetes Melitus .......................................................................................... 9
1. Defenisi Diabetes Melitus ......................................................................... 9
2. Klasifikasi Diabetes................................................................................... 9
3. Faktor Resiko DM ................................................................................... 10
4. Etiologi .................................................................................................... 12
5. Patofisiologi ............................................................................................ 13
6. Tanda dan Manifestasi Klinis Diabetes Melitus ....................................... 15
7. Komplikasi .............................................................................................. 16
C. Kadar Gula Darah ...................................................................................... 17

ix
1. Pengertian .............................................................................................. 17
2. Macam – macam Pemeriksaan Gula Darah............................................ 17
3. Pemeriksaan Penyaring .......................................................................... 17
4. Nilai Normal Kadar Gula Darah............................................................... 18
D. Lansia ........................................................................................................ 19
1. Defenisi Lansia ....................................................................................... 19
2. Batasan Lansia ....................................................................................... 19
3. Ciri-Ciri Lansia ........................................................................................ 19
4. Perkembangan Lansia ............................................................................ 20
5. Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia ............................................ 21
6. Pendekatan Perawatan Lansia ............................................................... 21
E. Kerangka Konsep ...................................................................................... 22
1. Variabel Independen ............................................................................... 22
2. Variabel Dependen ................................................................................. 22
BAB III............................................................................................................... 23
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 23
A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ...................................................... 23
B. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........................................................... 23
a. Jenis pengumpulan data ......................................................................... 23
b. Cara pengumpulan data ......................................................................... 23
C. Pengolahan dan Analisa data .................................................................... 23
BAB IV .............................................................................................................. 24
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 24
A. Hasil .......................................................................................................... 24
B. Pembahasan.............................................................................................. 31
1. Persamaan ............................................................................................. 34
2. Kelebihan................................................................................................ 34
3. Kekurangan ............................................................................................ 35
BAB V ............................................................................................................... 37
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 37
A. Kesimpulan ................................................................................................ 37
B. Saran ......................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 38

x
xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas . Lansia merupakan kelompok
umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Lanjut Usia (Lansia) adalah
seorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas . Saat ini diseluruh dunia
jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60
tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Padila
2013).
Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang World
Population Ageing, diperkirakan pada tahun 2015 terdapat 901 juta jiwa
penduduk lanjut usia di dunia. Jumlah tersebut diproyeksikan terus
meningkat mencapai 2 (dua) miliar jiwa pada tahun 2050 (UN, 2015). Seperti
halnya yang terjadi di negara-negara dunia, Indonesia juga mengalami
penuaan penduduk. Tahun 2019, jumlah lansia Indonesia diproyeksikan
akan meningkat menjadi 27,5 juta atau 10,3% dan 57,0 juta jiwa atau 17,9%
pada tahun 2045 (BPS, Bappenas, UNFPA, 2018). Proporsi penduduk usia
mencapai 60 tahun di provinsi Sumatera Utara pada tahun 2015 adalah
6,7%. (Supas 2015 BPS (2016) . Setiap tahun, jutaan manusia meninggal
karena beragam penyakit. Kondisi tersebut juga dialami Indonesia. Data
Riset Kesehatan (Riskesdas) 2018, Indonesia mengalami peningkatan
dalam prevalensi penyakit tidak menular dan menjadi penyebab kematian
tertinggi masyarakat Indonesia. Ada lima jenis penyakit yang memerlukan
perhatian khusus di Indonesia, yaitu hipertensi, diabetes mellitus, stroke,
gagal ginjal kronis, dan kanker.
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormone yang mengatur gula darah atau

1
glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang
penting, menjadi salah satu dari lima penyakit tidak menular prioritas yang
menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin di dunia . Jumlah kasus dan
prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir.
(WHO Global Report, 2016). Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu
penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah (hiperglikemia) disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari
kelainan sekresi insulin. (American Diabetes Association (ADA), 2010).
Penurunan hormon insulin mengakibatkan seluruh glukosa dalam darah
yang ada didalam tubuh akan meningkat.
Saat ini DM tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih umum dan lebih
banyak penderitanya dibandingkan dengan DM tipe I. Penderita DM tipe II
mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes (Depkes RI,
2013). Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu
yang berusia >65 tahun, 8,6% menderita DM tipe II. Angka ini mencakup
15% populasi pada panti lansia.
Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan
diabetes pada tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta pada tahun 1980.
Prevalensi diabetes di dunia (dengan usia yang distandarisasi) telah
meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7%
menjadi 8,5% pada populasi orang dewasa. Hal ini mencerminkan
peningkatan faktor resiko terkait seperti kelebihan kelebihan berat badan
atau obesitas. Selama beberapa dekade terakhir, prevalensi diabetes
meningkat lebih cepat di negara berpenghasilan rendah dan menengah
daripada di negara berpenghasilan tinggi.
Prevalensi Diabetes Melitus berdasarkan diagnosis dokter pada
penduduk umur ≥15 tahun hasil riskesdas 2018 di Indonesia adalah
sebanyak 2,0 %.Prevalensi DM pada tahun 2018 berdasarkan diagnosis
dokter, jenis kelamin, dan daerah domisili. Berdasarkan kategori usia,
penderita DM terbesar berada pada rentang usia 55-64 tahun dan 65-75
tahun. Selain itu, penderita DM di Indonesia lebih banyak berjenis kelamin
perempuan (1,8%) daripada laki-laki (1,2%). Kemudian untuk daerah domisili
2
lebih banyak penderita diabetes melitus yang berada di perkotaan (1,9%)
dibandingkan dengan di perdesaan (1,0%).
Tanaman merupakan beberapa jenis organisme yang dibudidayakan
pada suatu ruang atau media untuk dipanen pada masa ketika sudah
mencapai tahap pertumbuhan tertentu. Pada masa ini telah banyak
digunakan ekstrak dari sumber tanaman untuk pengobatan pada berbagai
penyakit. Jenis tanaman obat yang telah terbukti berkhasiat jumlahnya
sangat banyak, khususnya obat tradisional yang digunakan untuk
menurunkan kadar glukosa darah yaitu tanaman daun kelor . Daun kelor
mengandung antioksidan seperti flavonoid, vitamin A, vitamin E, vitamin C
dan juga mengandung selenium yang membantu menurunkan kadar glukosa
darah. Kandungan senyawa flavonoid dalam bentuk terpenoid dalam daun
kelor sangat efektif dan lebih aman dalam penurunan kadar gula darah
(Jaiswal, Dolly, et al. 2009).
Kelor merupakan salah satu tanaman yang dimanfaatkan masyarakat
dalam pengobatan tradisional. Senyawa yang terkandung dalam daun kelor
adalah alkaloid moringin,moringinin, saponin, polifenol, dan minyak atsiri.
Kelor merupakan tanaman yang dapat menerima berbagai kondisi
lingkungan, sehingga mudah tumbuh meski dalam kondisi ekstrim seperti
temperatur yang sangat tinggi. Kelor dapat bertahan pada musim kering
yang panjang dan dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan
tahunan. Meskipun daun kelor lebih suka tanah kering lempung, kelor tetap
dapat hidup di tanah liat (Krisnadi, A.D., 2015)
Melihat bahwa diabetes mellitus akan memberikan dampak terhadap
kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup
besar, maka sangat diperlukan program pengendalian diabetes melitus tipe
II. Daun kelor yang merupakan salah satu tanaman yang telah dimanfaatkan
masyarakat dalam pengobatan tradisional dan mempunyai kandungan
antioksidannya sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah dan
dipercaya memiliki manfaat untuk mengobati penyakit diabetes mellitus dan
merupakan salah satu bahan yang sering dijumpai dan tidak menghabiskan
biaya yang banyak.
Daun Kelor adalah tanaman herbal yang dipercaya memiliki manfaat
untuk mengobati penyakit Diabetes Melitus. Keadaan hiperglikemia pada DM
3
memicu terjadinya autooksidasi glukosa yang menghasilkan ROS. Jumlah
ROS yang yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu yaitu tidak seimbangnya jumlah antara radikal bebas dengan
autooksidan dalam tubuh. Kadar enzim antioksidan sangat mempengaruhi
kerentanan berbagai jaringan pada stress oksidatif dan dikaitkan dengan
perkembangan komplikasi dalam diabetes.
Daun Kelor mengandung antioksidan seperti flavonoid, vitamin A, vitamin
E, vitamin C, dan juga mengandung selenium yang membantu menururnkan
kadar glukosa darah. Kandungan senyawa flavonoid dalam bentuk terpenoid
dalam daun kelor sangat efektif dan lebih aman dalam penurunan kadar gula
darah. Kandungan antioksidan pada daun kelor membantu melindungi tubuh
dari kerusakan sel-sel oleh radikal bebas. (Krisnadi, 2013)
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan literature
review tentang Efektivitas Pemberian Air Rebusan Daun Kelor terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah pada Lansia Penderita DM Tipe II Tahun 2020
.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dirumuskan masalah
sesuai dengan literature review yaitu apakah ada Efektivitas Pemberian Air
Rebusan Daun Kelor Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Lansia
Penderita DM Tipe II Tahun 2020.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Melakukan literature review untuk mengetahui Efektivitas Pemberian
Air Rebusan Daun Kelor Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada
Lansia Penderita DM Tipe II.
2. Tujuan Khusus
a).Untuk mencari persamaan penelitian dengan literature review.
b). Untuk mencari kelebihan penelitian dengan literature review.
c). Untuk mencari kekurangan penelitian dengan literature review.

4
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai pengembangan keilmuan dibidang keperawatan
komplementer untuk pemegang program DM pada lansia.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu
keperawatan medikal bedah dan gerontik khususnya dalam
pengembangan ilmu terapi komplementer pada lansia.
3. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi pengetahuan ,
pengalaman, serta wawasan di dalam ilmu keperawatan dibidang terapi
komplementer.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Daun Kelor
1. Beragam Daun Kelor
Nama Latin : Moringa Oliefera Lam
Nama Indonesia : Kelor
Nama Inggris : Moringa, Ben-oil tree, Drumstick tree
Di Indonesia tanaman kelor dikenal dengan nama yang beragam di
setiap daerah diantaranya kelor (Jawa, Sunda, Bali, Lampung), maronggih
(Madura), molting (Flores), keloro (Bugis), onnge (Bima), murong atau
barunggai (Sumatera) dan hau fo (Timur) (Aminah et al. 2015).

(Gambar 2A.1 Daun Kelor)

6
2. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembulu)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/ dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa Oleifera Lam
(Krisnadi, 2015)

3. Kandungan Daun Kelor


a). Antioksidan
Menurut Krisnadi 2015, kelor mengandung 46 antioksidan kuat,
senyawa yang melindungi tubuh terhadap efek merusak dari radikal bebas
dengan menetralkannya sebelum dapat menyebabkan kerusakan sel dan
menjadi penyakit. Senyawa antioksidan terkandung dalam kelor diantaranya
adalah vitamin A, vitamin B, vtamin C, vitamin E, vitamin K, vitamin B
(choline), vitamin B3 (thiamin), vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niacin),
vitamin B6, alanine, alpha-carotene, arginine, beta-caroten, beta-sitosterol,
caffeoylquinic acid, campesterol, carotenoids, chlorophyll, chromium, delta-5-
avenasterol, delta-7-avenasterol, glutathione, histisine, indole acetic acid,
indoleacetonotrile, kaempferal, leucine, lutein, methionine, myristic-acid,
palmitic-acid, prolamine, proline, quercetin, rutin, selenium, threonine,
trpthopan, xanthins, xanthophyll, zeatin, zeaxanthin, zinc. Daun kelor
mengandung antioksidan seperti flavonoid, vitamin A, vitamin E, vitamin C
dan juga mengandung selenium yang membantu menurunkan kadar glukosa
darah. Kandungan senyawa flavonoid dalam bentuk terpenoid dalam daun
kelor sangat efektif dan lebih aman dalam penurunan kadar gula darah
(Jaiswal, Dolly, et al. 2009).
7
b). Vitamin
Zat organik yang bertindak sebagai koenzim atau pengatur proses
metabolisme dan sangat penting bagi banyak fungsi tubuh yang vital.
(Krisnadi, 2015)
c). Mineral
Mineral adalah nutrisi yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan.
Elemen seperti tembaga, besi, kalsium, dll yang diperlukan oleh tubuh dalam
jumlah tertentu (sering dalam jumlah kecil). Mineral merupakan zat
anorganik (unsur atau senyawa kimia) yang ditemukan di alam. Mineral yang
terdapat pada kelor adalah kalsium, kromium, tembaga, besi, mangan,
magnesium, molybdenum, fosfor, kalium, sodium, selenium, sulphur, zinc
(Krisnadi, 2015).
d). 8 Asam Amino Esensial dan 10 Asam Amino lainnya.
Asam amino sering disebut sebagai blok kehidupan. Semua proses
kehidupan tergantung pada protein yang berperan penting dalam tubuh
sebagai struktur, pengirim pesan, enzim, dan hormon. Dua puluh jenis asam
amino alami adalah blok bangunan protein, yang terhubung satu sama lain
dalam bangunan rantai. DNA memberitahu tubuh bagaimana membuat
rantai asam amino dan bagaimana mengurutkannya menjadi jenis protein
tertentu. Delapan dari dua puluh asan amino itu, yang disebut asam amino
esensial, tidak dapat disintesis dalam sel-sel manusia dan harus dikonsumsi
sebagai bagian dari diet. Dua belas yang tersisa adalah asam amino
nonesensial.
Kelor mengandung 18 asam amino yang terdiri dari 8 asam amino
esensial (isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, valin)
dan 10 asam amino non-esensial (alanin, arginine, asam aspartat, sistin,
glutamin, glycine, histidine,proline, serine, tyrosine).
e). Anti-inflamasi
Peradangan atau inflamasi adalah bengkak kemerahan, panas, dan
nyeri pada jaringan karena cedera fisik, kimiawi, infeksi atau reaksi alergi.
Sedangkan anti-inflamasi adalah obat-obatan yang mengurangi tanda-tanda
dan gejala inflamasi.

8
B. Diabetes Melitus
1. Defenisi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronik yang melibatkan
kelainan metabolisme karbohidrat, protein, lemak serta berkembangnya
komplikasi makrovaskular neurologis (Soegondo, Soegondo & Subekti
2015). Menurut American Diabetes Association (ADA) (2014), Diabetes
Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai
dengan terjadinya hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronis pada DM dikaitkan dengan
terjadinya kerusakan jangka panjang pada disfungsi , dan kegagalan
berbagai organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh
darah. DM merupakan penyakit jangka lama dan bersifat permanen
(Riskesdas, 2013). Oleh karena itu, penderita DM harus melakukan
pengobatan dan perawatan diri secara mandiri dan berkelanjutan seumur
hidupnya (Rondhianto, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO) 2016 menyebutkan bahwa
penyakit ini ditandai dengan munculnya gejala khas yaitu poliphagia,
polidipsia, dan poliuria serta sebagian mengalami kehilangan berat badan.
DM merupakan penyakit kronis yang sangat perlu diperhatikan dengan
serius. DM yang tidak terkontrol dapat menyebabkan beberapa komplikasi
seperti kerusakan mata, ginjal, pembuluh darah, saraf, dan jantung.

2. Klasifikasi Diabetes
Menurut ADA (American Diabetes Association) dan telah disahkan oleh
WHO (World Health Organization), beberapa klasifikasi DM yaitu :
a). DM tipe 1 (Juvenil omet dan tipe dependen insulin) dengan angka
kejadian 5-10%. Terjadi akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel
beta pada pancreas, penyakit giperglikemia akibat ketiadaan absolut insulin.
Pada tipe ini disebut DM dependen insulin atau Insulin Dependen Diabetes
Melitus (IDDM). Tipe ini sering menyerang pada etnik keturunan Afrika-
Amerika, Asia. Terjadi di segala usia, tetapi biasanya terjadi pada usia muda
<30 tahun (Smeltzer 2010).
b). DM tipe II (Omet maturity dan tipe nondependen insulin) dengan angka
kejadian 90-95%. Pada DM tipe 2, insulin tetap dihasilkan oleh pankreas,
9
namun kadar insulin tersebut mungkin sedikit menurun atau berada dalam
rentang normal. Oleh karena itu, Dm tipe 2 ini disebut Non Insulin Dependen
Diabetes Melitus (NIDDM). Beberapa faktor yang sering dikaitkan yaitu
obesitas, herediter, dan lingkungan. Terjadi disegala usia biasanya >30
tahun. Cenderung meningkat pada usia >65 tahun (Smeltzer 2010).
c). Diabetes Gestasional (GDM) dikenali pertama kali selama kehamilan dan
dapat mempengaruhi 4% pada semua kehamilan. Usia tua, etnik, obesitas,
multiparitas, riwayat keluarga serta riwayat gestasional dahulu merupakan
faktor resiko dari DM gestasional (Smeltzer 2010).
d). Diabetes tipe lain. Beberapa tipe DM yang lain seperti defek genetik,
fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit pankreas, endokrinopati,
karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan
sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM (Soegondo & Subekti
2015).

3. Faktor Resiko DM
Menurut Perkeni (2011), faktor resiko DM adalah ras, usia, jenis kelamin,
riwayat keluarga, riwayat melahirkan dengan berat badan lebih, obesitas,
gaya hidup, hipertensi, dislipidemia, dan merokok. Sedangkan menurut
Riskesdas 2013, obesitas, aktivitas fisik yang tidak efektif, hipertensi,
dyslipidemia, diet tidak seimbang dan merokok merupakan faktor resiko
pada DM.
DM tidak harus berfokus pada pengobatan saja namun juga dapat
melakukan pencegahan. Harapan baru bagi penderita DM adalah bahwa
klien dapat mengendalikan kadar glukosa darahnya dengan baik dengan
rutin mengecek status kesehatan (Soewondo, 2010).
a). Faktor keturunan (Genetik)
Faktor keluarga dengan DM tipe 2, akan mempunyai peluang menderita
DM sebesar 15% dan risiko mengalami intoleransi glukosa yaitu
ketidakmampuan dalam metabolisme karbohidrat secara normal sebesar
30% (LeMone & Burke, 2011). Faktor genetik dapat langsung
mempengaruhi sel beta dan mengubah kemampuannya untuk mengenali
dan menyebarkan rangsangan-rangsangan sekretoris insulin. Keadaan ini

10
meningkatkan kerentanan individu tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan
yang dapat mengubah integritas dan fungsi sel beta pankreas.
b). Obesitas
Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan BB ≥ 20% dari berat bedan
ideal atau BMI (Body Mass Index) ≥27 kg/ . Kegemukan menyebabkan
berkurangnya jumlah reseptor insulin yang dapat bekerja didalam sel pada
otot skeletal dan jaringan lemak.Hal ini juga dinamakan resistensi insulin
perifer. Kegemukan juga merusak kemampuan sel beta untuk melepas
insulin saat terjadi peningkatan glukosa darah (Smeltzer, et al.2010).
c).Usia
Faktor usia yang risiko menderita DM tipe 2 adalah usia diatas 30 tahun,
hal ini karena adanya perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia.
Perubahan dimulai dari tingkat sel, kemudian berlanjut pada tingkat jaringan
dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi homeostatis.
Setelah seseorang mencapai umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah naik
1-2 mg% tiap tahun saat puasa dan akan naik 6-13% pada 2 jam setelah
makan, berdasarkan hal tersebut bahwa umur merupakan faktor utama
terjadinya kenaikan relevansi diabetes serta gangguan toleransi glukosa
(Sudoyo, et al. 2009).
d). Tekanan Darah
Seseoang yang beresiko menderita DM adalah yang mempunyai
tekanan darah tinggi (hypertensi) yaitu tekanan darah ≥140/90 mmHg.Pada
umumnya pada diabetes mellitus menderita hipertensi juga. Hipertensi yang
tidak dikelola dengan baik akan mempercepat kerusakan pada ginjal dan
kelainan kardiovaskuler. Sebaliknya apabila tekanan darah dapat dikontrol
maka akan memproteksi terhadap komplikasi mikro dan makrovaskuler yang
disertai pengelolaan hiperglikemia yang terkontrol.
e). Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang kurang menyebabkan resistensi insulin pada DM tipe
2 (Soegondo,Soewondo& Subekti,2015). Menurut Ketua Indonesian
Diabetes Association (Persadia), Soegondo bahwa DM tipe 2 selain faktor
genetic, juga bisa dipicu oleh lingkungan yang menyebabkan perubahan
gaya hidup tidak sehat, seperti makan berlebihan (berlemak atau kurang
serat), kurang aktivitas fisik, stress. DM tipe 2 sebenarnya dapat
11
dikendalikan atau dicegah terjadinya melalui gaya hidup sehat, seperti
makanan sehat dan aktivitas fisik teratur.
f). Kadar Kolesterol
Kadar HDL Kolesterol 35 mg/Dl (0,09 mmol/L) dan atau kadar
trigliserida ≥ 259 mg/dL (2,8 mmol/L) (Sudoyo, 2009). Kadar abnormal lipid
darah erat kaitannya dengan obesitas dan DM tipe 2. Efek kedua dari
peningkatan asam-asam lemak bebas adalah menghambat pengambilan
glukosa oleh sel otot. Dengan demikian, walaupun kadar insulin meningkat,
namun glukosa darah tetap abnormal tinggi. Hal ini menerangkan suatu
resistensi fisiologis terhadap insulin seperti yang terdapat pada diabetes tipe
2.
g). Stress
Selye (1976, dalam potter & Perry,2005) mengatakan stress adalah
segala situasi dimana tuntutan non spesifik mengharuskan individu untuk
berespon atau melakukan tindakan. Stress memicu reaksi biokimia tubuh
melalui 2 jalur, yaitu neural dan neuroendokrin. Reaksi pertama respon
stress yaitu sekresi system saraf simpatis untuk mengeluarkan norepinefrin
yang menyebabkan peningkatan frekuensi jantung. Kondisi ini menyebabkan
glukosa darah meningkat guna sumber energi untuk perfusi
h). Riwayat diabetes gestasional
Wanita yang mempunyai riwayat diabetes gestasional atau melahirkan
bayi dengan berat badan lebih dari 4 kg mempunyai risiko untuk menderita
DM tipe 2. DM tipe ini terjadi ketika ibu hamil gagal mempertahankan
euglikemia (kadar glukosa darah normal). Faktor resiko DM gestasional
adalah riwayat keluarga, obesitas dan glikosuria.

4. Etiologi
Menurut Soegondo 2011, kelompok resiko DM adalah orang dengan
usia ≥45 tahun, atau kelompok lebih muda dengan IMT >23kg/m² yang
disertai dengan faktor resiko, sebagai berikut:
a). Kebiasaan tidak aktif.
b). Keturunan pertama dari orang tua yang memiliki DM.
c). Riwayat melahirkan bayi dengan BB >40 kg atau riwayat DM gestasional.
d). Hipertensi ≥140/90 mmHg.
12
e). Kolesterol HDL ≤35 mg/dL dan atau trigliserida ≥250 mg/dL
f). Menderita Polycyctic Ovarial Syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain
yang berhubungan dengan resistensi insulin.
g). Riwayat Toleransi Glukosa yang Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah
Puasa Terganggu (GDPT) sebelumnya.
h). Riwayat penyakit kardiovaskuler.
Menurut Subekti 2011 faktor pencetus dari DM terdiri atas:
1. Kurang bergerak atau malas
2. Konsumsi makanan yang berlebihan
3. Kehamilan
4. Kekurangan produksi hormon insulin
5. Penyakit hormon yang memiliki kerja berlawanan dengan hormon insulin

5. Patofisiologi
Diabetes mellitus yang merupakan penyakit dengan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak karena insulin tidak dapat
bekerja secara optimal, jumlah insulinyang tidak memenuhi kebutuhan atau
keduanya. Gangguan metabolisme tersebut dapat terjadi karena 3 hal yaitu
pertama karena kerusakan pada sel-sel beta pankreas karena pengaruh dari
luar seperti zat kimia, virus, dan bakteri. Penyebab yang kedua adalah
penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas dan yang ketiga karena
kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer. (Fatimah, 2015)
Insulin yang disekresi oleh sel beta pankreas berfungsi untuk mengatur
kadar glukosa dalam darah dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang tinggi
akan menstimulasisel beta pankreas untuk mengsekresi insulin (Hanum,
2013), Sel beta pankreas yang tidak berfungsi secara optimal sehingga
berakibat pada kurangnya sekresi insulin menjadi penyebab kadar glukosa
darah tinggi. Penyebab dari kerusakan sel beta pankreas sangat banyak
seperti contoh penyakit autoimun dan idiopatik (NIDDK, 2014).
Gangguan respons metabolik terhadap kerja insulin disebut dengan
resistensi insulin. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan reseptor,
pre reseptor dan post reseptor sehingga dibutuhkan insulin yang lebih
banyak dari biasanya untuk mempertahankan kadar glukosa darah agar
tetap normal. Sensitivitas insulin untuk menurunkan glukosa darah dengan
13
cara menstimulasi pemakaian glukosa di jaringan otot dan lemak serta
menekan produksi glukosa oleh hati menurun. Penurunan sensitivitas
tersebut juga menyebabkan resistensi insulin sehingga kadar glukosa dalam
darah tinggi (Prabawati, 2012).
Kadar glukosa darah yang tinggi selanjutnya berakibat pada proses
filtrasi yang melebihi transport maksimum. Keadaan ini mengakibatkan
glukosa dalam darah masuk kedalam urin (glukosuria) sehingga terjadi
diuresis osmotik yang ditandai dengan pengeluaran urin yang berlebihan
(poliuria). Banyaknya cairan yang keluar menimbulkan sensasi rasa haus
(polidipsia). Glukosa yang hilang melalui urin dan resistensi insulin
menyebabkan kurangnya glukosa yang akan diubah menjadi energi
sehingga menimbulkan rasa lapar yang meningkat (polifagia) sebagai
kompensasi terhadap kebutuhan energi. Penderita akan merasa mudah
lelah dan mengantuk jika tidak ada kompensasi terhadap kebutuhan energi
tersebut (Hanum, 2013)
Otot dan hati yang mengalami resistensi insulin menjadi penyebab
utama DM tipe 2. Kegagalan sel beta pankreas untuk dapat bekerja secara
optimal juga menjadi penyebab dari DM tipe 2 (Perkeni, 2015). DM tipe 2
adalah jenis DM yang paling umum diderita oleh penduduk di Indonesia.
Kombinasi faktor resiko, resistensi insulin dan sel-sel tidak menggunakan
insulin secara efektif menyebabkan DM tipe 2 (NIDDK, 2014).
Resistensi insulin pada otot dan hati serta kegagalan sel beta pankreas
telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe 2.
Kegagalan sel beta pada DM tipe 2 diketahui terjadi lebih dini dan lebih berat
daripada sebelumnya. Otot, hati, sel beta dan organ lain seperti jaringan
lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal, sel alpha pankreas
(hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan otak
(resistensi insulin) ikut berperan dalam menimbulkan terjadinya gangguan
toleransi glukosa pada DM tipe 2 (Perkeni, 2015). DM tipe 2 pada tahap awal
perkembangannya tidak disebabkan oleh gangguan sekresi insulin dan
jumlah insulin dalam tubuh mencukupi kebutuhan (normal), tetapi
disebabkan oleh sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu mersepom
insulin secara normal (Fitriyani, 2012).

14
Penderita DM tipe 2 juga mengalami produksi glukosa hepatik secara
berlebihan tetapi tidak terjadi kerusakan pada sel-sel beta Langerhans
seperti pada DM tipe 1. Keadaan defisiensi insulin pada penderita DM tipe 2
umumnya hanya bersifat relatif. Defisiensi insulin akan terjadi seiring dengan
perkembangan DM tipe 2 yang tidak ditangani dengan baik akan
menyebabkan kerusakan sel-sel beta Langerhans pada tahap selanjutnya.
Kerusakan sel-sel beta Langerhans secara progresif dapat menyebabkan
keadaan defisiensi insulin sehingga penderita membutuhkan insulin
endogen. Resistensi insulin dan defisiensi insulin adalah 2 penyebab yang
sering ditemukan pada penderita DM tipe 2 (Fitriyani, 2012).

6. Tanda dan Manifestasi Klinis Diabetes Melitus


Menurut Perkeni 2015, tanda dan gejala klinis DM adalah sebagai
berikut:
a). Keluhan pada umumnya
Pada DM terutama pada tipe 2 diantaranya polyuria, polydipsia, polifagia,
dan penururnan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
b). Keluhan lain
Lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria,
serta pruritus vulva pada wanita.
Manisfestasi klinik khas yang dapat muncul pada seluruh tipe diabetes
meliputi trias poli, yaitu poliuri, poldipsi.poliuri dan polidipsi terjadi sebagai
akibat kehilangan cairan berlebihan yang dihubungkan dengan dieresis
osmotik. Pasien juga mengalami poliphagi akibat dari kondisi metabolik yang
diinduksi oleh adanya defesiensi insulin serta pemecahan lemak dan protein.
Gejala-gejala lain yaitu kelemahan, kelelahan, perubahan penglihatan yang
mendadak, perasaaan gatal atau kekebasan pada tangan atau kaki, kulit
kering, adanya lesi luka yang penyembuhan nya lambat dan infeksi berulang
(Smelzer, et al, 2010)
Sering gejala-gejala yang muncul tidak berat atau mungkin tidak ada,
sebagai konsekuensi adanya hiperglikemia yang cukup lama menyebabkan
perubahan patologi dan fungsional yang sudah terjadi lama sebelum
diagnosa dibuat. Efek jangka panjang DM meliputi perkembangan progresif
komplikasi spesifik retinopati yang berpotensi menimbulkan kebutaan
15
7. Komplikasi
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan
komplikasi akut dan kronis, Perkeni membagi komplikasi pada DM menjadi
dua kategori, yaitu :
a). Komplikasi Akut
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah seseorang
dibawah nilai (<50 mg/dl). Hipoglikemia biasa terjadi pada penderita DM tipe
I. Hal ini menyebabkan sel-sel otak tidak mendapatkan pasokan energi
sehingga tidak berfungsi bahkan mengalami kerusakan (Smeltzer et al.
2010; Soegondo et al. 2013). Koma Hiperosmolar Non Ketotik (KHONK)
merupakan sindrom dengan gejala hiperglikemia berat, hyperosmolar,
dehisrasi berat tanpa ketoasidosis dan disertai menurunnya kesadaran,
kejang, parastesia, koma, polyuria, polydipsia, polifagia, nafas tidak berbau
aseton dan kadar glukosa darah meningkat hingga >600 mg/dL (Smeltzer,
2010).
b). Komplikasi kronis
Komplikasi kronis pada Dm dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Komplikasi Makrovaskuler
Makrovaskuler merupakan penyakit yang mengenai pembuluh darah
besar. Pada komplikasi khususnya penyakit pembuluh darah coroner paling
umum menyebabkan kematian. Adapun komplikasi penyakit makrovaskuler
adalah: Penyakit arteri korona, penyakit sebrovaskuler, penyakit pembuluh
darah perifer, infeksi dan penyakit hipertensi (Tjokroprawiro 2014).
2. Komplikasi Mikrovaskuler
Mikrovaskuler merupakan penyakit yang terjadi pada pembuluh darah
kecil ditandai oleh penebalan membran basalis pembuluh darah kapiler.
Mikroangiopati merupakan perubahan yang terjadi pada retina, ginjal dan
kapiler perifer DM.
3. Komplikasi lainnya
Seperti kerentanan terhadap infeksi, gangguan gastrointestinal, penyakit
kulit, dan kaki diabetikum.

16
C. Kadar Gula Darah
1. Pengertian
Kadar gula darah merupakan peningkatan glukosa dalam darah.Bila
seseorang dikatakan mengalami hiperglikemia apabila keadaan gula dalam
darah jauh diatas nilai normal yaitu 60 – 120 mg/dL, sedangkan hipoglikemia
suatu keadaan kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula
dalam darah dibawah normal (Rudi, 2013).

2. Macam – macam Pemeriksaan Gula Darah


Menurut Depkes (2010) ada macam – macam pemeriksaan gula darah,
yaitu:
a). Gula darah sewaktu
Suatu pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu tanpa tidak
harus memperhatikan makanan terakhir yang dimakan.
b). Gula darah puasa dan 2 jam setelah makan
Suatu pemeriksaan gula darah yang dilakukan pasien sesudah berpuasa
selama 8 – 10 jam, sedangkan pemeriksaan gula darah 2 jam sesudah
makan yaitu pemeriksaan yang dilakukan 2 jam dihitung sesdudah
menyelesaikan makan.

3. Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring menurut Kesehatan (2014) sebagai berikut:
pemeriksaan penyaring yang ditujukan pada seorang yang memiliki risiko
DM namun belum menunjukkan adanya gejala DM. pemeriksaan penyaring
sendiri bertujuan untuk menemukan pasien dengan DM, TGT (Toleransi
Glukosa Terganggu) ataupun GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu),
sehingga dapat ditanganilebih dini secara cepat. Pasien dengan TGT dan
GDPT juga sebagai intoleransi glukosa, yaitu tahapan sementara menuju
DM. Kedua kondisi tersebut merupakan faktor risiko untuk terjadinya DM dan
penyakit kardiovaskuler
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan cara melalui
pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa.

17
4. Nilai Normal Kadar Gula Darah
Nilai normal kadar gula darah dapat dihitung dengan beberapa cara dan
kriteria yang berbeda. Dibawah ini tabel kriteria diagnostik diabetes
berdasarkan Depkes RI 2010 yaitu:
Bukan DM Belum DM DM
Kadar glukosa Plasma vena <100 100 – 199 200
darah sewaktu darah kapiler
(mg/dL)
Kadar glukosa Plasma vena <90 90 – 199 200
darah puasa darah kapiler
(mg/dL)
Hasil pemeriksaan kadar gula darah dikatakan normal apabila:
a. Gula darah normal : 60 – 120 mg/dL
b. Gula darah sewaktu : <110 mg/dL
c. Gula darah puasa : 70 – 110 mg/dL
d. Waktu tidur : 110 – 150 mg/dL
e. 1 jam setelah makan : <160 mg/dL
f. 2 jam setelah makan : <140 mg/dL
g. Pada wanita hamil : <140 mg/dL

18
D. Lansia
1. Defenisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
Menua merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan kumulatif, dan juga proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi ransangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-
Undang No. 13 Tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan
pembangunan Nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup,tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua
(Nugroho, 2010)

2. Batasan Lansia
a). WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut:
1. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2. Usia tua (old): 75-90 tahun, dan
3. Usia sangat tua (very old) adalah usia >90 tahun
b). Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu :
1. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun keatas,
3. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun keatas atau usia 60 tahun keatas
dengan masalah kesehatan.

3. Ciri-Ciri Lansia
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut:
a). Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada
lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah akan
19
mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang
memiliki motivasi tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama
terjadi
b). Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya
lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial
di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai
tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi
positif.
c). Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai
ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai
ketua RW karena usianya.
d). Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan
bentuk perilaku yang buruk . Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula.

4. Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan
manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan.
Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang
akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga
tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan).
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk
tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional.
Pada manusia , penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada
20
kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf, dan jaringan tubuh
lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan
terhadap berbagai penyakit, sindroma, dan kesakitan dibandingkan dengan
orang dewasa lain.

5. Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia


Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia terdiri dari:
a). Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-
tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
b). Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas-aktivitas fisik dan mental.
c). Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita
suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kemandirian
yang optimal.
d). Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia
yang berada dalam fase terminal sehingga lansia dapat menhadapi kematian
dengan tenang dan bermartabat.

6. Pendekatan Perawatan Lansia


a). Pendekatan Fisik
Pendekatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi menjadi
2 bagian yaitu :
1. Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya
sehari-hari ia masih mampu melakukannya sendiri.
2. Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau
sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini, terutama
yang berkaitan dengan kebersihan perseorangan untuk mempertahankan
kesehatan.
b). Pendekatan Psikologis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lansia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung
terhadap segala sesuatu asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat
yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam

21
memberi kesempatan dan waktuyang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan agar lansia merasa puas. Perawat harus selalu
Memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik, dan service. Bila ingin
mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap.
c). Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk
berkumpul bersama dengan sesama klien lansia berarti menciptakan
sosialisasi. Pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa
lansia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.

E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian literature review tentang efektivitas
pemberian air rebusan daun kelor terhadap penurunan kadar gula darah
pada lansia penderita DM tipe II adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen


Pemberian Air Rebusan Penurunan Kadar
Daun Kelor Gula Darah

1. Variabel Independen
Variabel Independen pada penelitian ini adalah pemberian air rebusan
daun kelor.
2. Variabel Dependen
Variabel Dependen pada penelitian ini adalah penurunan kadar gula
darah.

22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan
melalui metode studi literature review, yaitu peneliti menelaah secara tekun
akan kepustakaan yang diperlukan sesuai dengan topik penelitian secara
online. Penulusuran pustaka online melalui internet dan beberapa jurnal
ilmiah dengan menggunakan kata kunci yang berhubungan dengan
literature review ini.

B. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


a. Jenis pengumpulan data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian studi literature review ini
adalah data sekunder dengan mengumpulkan dan mengolah data dari
jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian.
b. Cara pengumpulan data
Cara pengumpulan data pada penelitian ini adalah studi literature review
yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menelaah kepustakaan
atau jurnal yang berkaitan dengan judul penelitian.

C. Pengolahan dan Analisa data


Data yang diperoleh dari hasil studi literature review disajikan secara
manual dalam bentuk tabel, setelah itu dinarasikan sebagai penjelasan
untuk melihat persamaan, kelebihan dan kekurangan penelitian dengan
literature review.

23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
No Judul/Tahun Peneliti Tujuan Populasi/ Metode Hasil
Sampel Penelitian
1. Pengaruh Eva Marvia, Untuk Populasi dalam Metode yang Kadar gula
Pemberian Air Febriati mengetahui penelitian ini digunakan darah pada
Rebusan Daun Astuti, Eka pengaruh adalah semua pada 24
Kelor (Moringa Nur pemberian klien lansia penelitian ini responden
Oleifera) Zulqaidah rebusan daun yang menderita adalah penelitian
Terhadap kelor terhadap diabetes menggunakan sesudah
Perubahan Kadar perubahan melitus di rancangan pemberian
Glukosa Darah kadar glukosa wilayah kerja Pra- rebusan
Pada Lansia darah pada puskesmas Eksperimental daun kelor
Penderita lansia tanjung karang dengan pada hari ke-
Diabetes Melitus penderita dan sampelnya desain 28 yaitu
Tipe II di Wilayah diabetes menggunakan penelitian one terdapat 4
Kerja Puskesmas mellitus tipe II rumus tehnik group responden
Tanjung Karang di wilayah purposive preposttest (16,67%)
Tahun 2017 kerja sampling yaitu design (Pra- dengan
puskesmas sebanyak 24 pasca tes kadar gula
tanjung karang responden dalam satu darah
kelompok) kategori
normal, 15
responden
(62,5%)
dengan
kadar gula
darah
kategori
sedang dan 5
responden
24
(20,83%)
dengan
kadar gula
darah
kategori
tinggi.
2. Pengaruh Yenny Safitri Untuk Populasi pada Jenis Dari hasil
Pemberian menganalisis penelitian ini penelitian ini penelitian
Rebusan Daun pengaruh adalah seluruh menggunakan diketahui
Kelor Terhadap pemberian penderita DM metode pra- bahwa rata-
Kadar Gula rebusan daun Tipe 2 di eksperimen rata kadar
Darah Pada kelor terhadap Kelurahan dengan gula darah
Penderita DM penurunan Bangkinang rancangan sebelum
Tipe 2 di kadar gula Wilayah Kerja one group diberikan
Kelurahan darah. Puskesmas pretest- rebusan
Bangkinang Kota Bangkinang posttest. daun kelor
Wilayah Kerja Kota yang pada
Puskesmas berjumlah 58 penderita DM
Tahun 2017 orang. Tehnik tipe 2 adalah
pengambilan 230,88 mg/dl
sampel dengan
penelitian ini standar
menggunakan deviasi
purposive 31,40.
sampling Sedangkan
dengan jumlah setelah
17 orang. diberikan air
rebusan
daun kelor
adalah
159,47 mg/dl
dengan
standar

25
deviasi
26,15.
Setelah
dilakukan
analisis
diperoleh
hasil rata-
rata
penurunan
kadar gula
darah yaitu
71,41 mg/dl
dengan
standar
deviasi 40,77
dan hasil uji
statistik
didapat P-
value 0,000
(≤ 0,005)
artinya
perbedaan
kadar gula
darah
sebelum dan
setelah
diberikan
rebusan
daun kelor
pada
penderita DM
tipe 2 di
Kelurahan

26
Bangkinang
Kota Wilayah
Kerja
Puskesmas
Bangkinang
Kota Tahun
2017
3. Pemberian Air Arleni Untuk Penelitian ini Jenis Berdasarkan
Rebusan Daun Syamra, mengetahui telah Penelitian hasil
Kelor Terhadap Andri pengaruh dilaksanakan di yang penelitian
Penurunan Kadar Indrawati, pemberian air Perumahan digunakan yang telah
Glukosa Darah Andi Auliyah rebusan daun Nusa Mappala adalah dilakukan
Pada Pasien Warsyidah kelor terhadap Gowa pada penelitian pada bulan
Penderita penurunan bulan observasi September
Diabetes Melitus kadar glukosa September laboratorium, 2017, dapat
(DM) Tahun 2018 darah pada 2017 yang disimpulkan
penderita bertujuan bahwa
diabetes untuk pemberian
mellitus mengetahui air rebusan
pemberian daun kelor
rebusan daun dapat
kelor terhadap menurunkan
penurunan kadar
kadar glukosa glukosa
darah pada darah pada
pasien penderita
penderita diabetes
diabetes melitus (DM).
melitus. Dari
pemberian
air rebusan
daun kelor
selama 4

27
hari, maka
penurunan
kadar
glukosa
darah terlihat
pada
pemberian
air rebusan
daun kelor di
hari ke 4
penelitian.
4. Efek Cicik Menganalisis Penelitian ini Desain Berdasarkan
Antihiperglikemik Mujianti, Ni efek dilakukan di Penelitian kadar GDP
Teh Daun Kelor Luh Kadek antihiperglikem Puskesmas menggunakan sebelum dan
(Moringa Sukmawati ik teh daun Sangurara quasi setelah
Oleifera) Pada kelor (Moringa Kota Palu, eksperimental pemberian
Wanita Dewasa Oleifera) pada Provinsi one group pre teh kelor
dengan wanita biasa Sulawesi dan post test. sebanyak
Pradiabetes dengan Tengah. 3x200 mL
Tahun 2018 pradiabetes Sampel selama 28
penelitian ini hari satu jam
sebanyak 12 sebelum
orang. Tehnik makan
pengambilan dengan rata-
sampel secara rata tingkat
purposive. kepatuhan
99,5 %
terjadi
penurunan
kadar GDP
yang
signifikan
(p<0,05)

28
sebesar
13,42 mg/dL.
Hal ini
sejalan
dengan
beberapa
hasil
penelitian
sebelumnya
bahwa
konsumsi
kelor
memberikan
efek
hipoglikemik.
5. Ekstrak Daun Roy Untuk Sampel yang Penelitian ini Berdasarkan
Kelor (Moringa Radiansah, mengetahui digunakan menggunakan hasil
Oleifera) Sebagai Nurdin ekstrak pada penelitian uji laboratium penelitian,
Alternatif Untuk Rahman dan (infusa) daun ini adalah daun pembahasan
Menurunkan Siti Nuryanti kelor dalam kelor (Moringa analisis dan
Kadar Gula menurunkan Oleifera) dan tujuan maka
Darah Pada kadar gula bahan yang dapat ditarik
Mencit Tahun darah dan digunakan suatu
2013 menentukan adalah EDTA, kesimpulan
konsentrasi hewan uji bahwa
ekstrak (mencit), ekstrak
(infusa) daun sodium CMC, (infusa) daun
kelor yang glibenkamid, kelor
efektif dalam H2SO4 pekat, (moringa
menurunkan glukosa dan oleifera)
kadar gula aquades, dan terbukti dapat
darah pada 15 ekor mencit menurunkan
mencit kadar gula

29
darah pada
mencit
secara
signifikan,
dan
konsentrasi
ekstrak
(infusa) daun
kelor
(moringa
oleifera) yang
relatif efektif
dalam
menurunkan
kadar gula
darah adalah
sebesar 20
% (p=0,05).

30
B. Pembahasan
Kadar gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa
didalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum diatur dengan
ketat didalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama
energi untuk sel-sel tubuh. Dan pada penderita diabetes melitus, ini merupakan
penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan kadar
gula darah.
Daun kelor memiliki ekstrak yang berfungsi sebagai antihiperglikemik.
Kandungan flavonoid pada daun kelor bekerja meningkatkan metabolisme
glukosa dan mengubah glukosa menjadi energi. Proses tersebut meningkatkan
sensitivitas sel terhadap insulin sehingga kadar glukosa darah menurun.
Berdasarkan penelitian Eva Marvia,dkk yang berjudul Pengaruh Pemberian
Air Rebusan Daun Kelor (Moringa Oleifera) Terhadap Perubahan Kadar Glukosa
Darah Pada Lansia Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjung Karang Tahun 2017 dapat ditarik kesimpulan bahwa setelah
diberi pemberian air rebusan dan kelor pada lansia yang menderita diabetes
mellitus tipe II selama 3 kali sehari dalam sebulan. Dari 24 responden penelitian
sebanyak 4 responden (16,67%) dengan kadar glukosa darah kategori normal,
15 responden (62,5%) dengan kadar glukosa darah kategori sedang dan 5
responden (20,83%) dengan kadar glukosa darah kategori tinggi.
Berdasarkan penelitian Yenny Safitri yang berjudul Pengaruh Pemberian
Rebusan Daun Kelor Terhadap Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe 2 di
Kelurahan Bangkinang Kota Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2017 dapat ditarik
kesimpulan bahwa rata-rata kadar gula darah 17 responden sebelum diberikan
rebusan daun kelor pada penderita DM tipe 2 adalah 230,88 mg/dl dengan
standar deviasi 31,40. Sedangkan setelah diberikan air rebusan daun kelor
sebanyak 1 kali selama 4 hari pemberian diperoleh kadar gula darah 159,47
mg/dl dengan standar deviasi 26,15. Setelah dilakukan analisis diperoleh hasil
rata-rata penurunan kadar gula darah yaitu 71,41 mg/dl dengan standar deviasi
40,77 dan hasil uji statistik didapat P-value 0,000 (≤ 0,005) artinya terdapat
perbedaan kadar gula darah sebelum dan setelah diberikan rebusan daun kelor
pada penderita DM tipe 2 di Kelurahan Bangkinang Kota Wilayah Kerja
Puskesmas Bangkinang Kota Tahun 2017

31
Berdasarkan penelitian Arleni Syamra, dkk yang berjudul Pemberian Air
Rebusan Daun Kelor Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien
Penderita Diabetes Melitus (DM) Tahun 2018 dapat ditarik kesimpulan bahwa
hasil penelitian yang dilakukan bulan september 2017, pemberian air rebusan
daun kelor dapat menurunkan kadar glukosa darah pada pasien penderita
diabetes mellitus setelah diberikan 2 kali selama 4 hari.
Berdasarkan penelitian Cicik Mujianti, dkk yang berjudul Efek
Antihiperglikemik Teh Daun Kelor (Moringa Oleifera) Pada Wanita Dewasa
dengan Pradiabetes Tahun 2018 dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian air
teh daun kelor sebanyak 3 x 200 mL selama 28 hari satu jam sebelum makan
dengan rata-rata tingkat kepatuhan 99,5% dapat menurunkan GDP sebesar
13,42% mg/dL. Konsumsi teh daun kelor dapat mempengaruhi metabolisme
glukosa dengan menghambat pengambilan glukosa oleh EGCG yang
berinteraksi dengan SGLT1 dan GLUT2 di lumen usus halus dan bersifat
insulinomimetic, serta menghambat glukoneogenesis hepatik.
Berdasarkan penelitian Roy Radiansah, dkk yang berjudul Ekstrak Daun
Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Alternatif Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah
Pada Mencit Tahun 2013 dapat ditarik kesimpulan bahwa ekstrak (infusa) daun
kelor (Moringa Oleifera) terbukti dapat menurunkan kadar gula darah pada
mencit secara signifikan, konsentrasi ekstrak (infusa) daun kelor (Moringa
Oleifera) yang relatif efektif dalam menurunkan kadar gula darah adalah sebesar
20% (ₐ= 0,05). Mencit yang digunakan dalam perlakuan ini sebanyak 15 ekor dan
dibagi dalam 5 kelompok perlakuan, mencit dalam perlakuan ini berumur 2-3
bulan dengan bobot badan yang bervariasi antara 20 gram sampai 30 gram.
Sebelum diberi perlakuan masing-masing mencit dalam tiap perlakuan
dipuasakan selama 16-18 jam tujuannya untuk meminimalkan faktor makanan
yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah pada saat pengukuran. Setelah
dipuasakan dan diukur kadar gula darah mencit dengan menggunakan alat
Gluko Dr selanjutnya mencit diinduksi dengan menggunakan EDTA (Etilen
Diamin Tetra Asetat). Pemberian EDTA adalah cara untuk menghasilkan kondisi
diabetik pada mencit sama halnya dengan diabetogen lainnya. Pada percobaan
ini dilakukan pengukuran kadar glukosa darah pada hari 1,4,8 .
Dari kelima jurnal diatas, yang paling sesuai dengan literature review ini
adalah jurnal pertama dari penelitian Eva Marvia,dkk. Dan dari kelima jurnal
32
diatas terdapat perbedaan dari variabel independennya yaitu air rebusan daun
kelor, teh kelor, dan ekstrak kelor dan juga terdapat perbedaan pada jumlah
dosis atau takaran serta lamanya waktu pemberian serta terdapat perbedaan
pada responden dari kelima jurnal yaitu jurnal pertama memiliki responden lansia
penderita DM tipe II, jurnal kedua memiliki responden penderita DM tipe II, jurnal
ketiga memiliki responden penderita DM yang berarti semua yang menderita
diabtes mellitus tipe I maupun tipe II, jurnal keempat memiliki responden wanita
dewasa dengan pradiabetes, dan pada jurnal yang kelima memiliki objek hewan
mencit.
Pada kelima jurnal diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa daun kelor
memang terbukti dapat menurunkan kadar gula darah karena daun kelor kaya
akan antioksidan berupa flavonoid dan juga memiliki zat nutrisi berupa
Betakaroten yang terdapat didalam vitamin A, vitamin C yang membantu
penormalan hormon insulin pada penderita DM, asam askorbat yang membantu
proses sekresi hormon insulin dalam darah pada penderita DM, serta vitamin E,
untuk mencegah supaya tidak terkena diabetes bagi yang bukan penderita DM
(belum). Daun kelor dapat dikonsumsi berupa rebusan air, teh, dan juga ekstrak.
Pada jurnal pertama, peneliti membagi usia responden menjadi 3 kategori, yaitu
usia 60-65 tahun, 66-70 tahun, dan usia >70 tahun. Dari kategori tersebut dan
berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan dari 24 responden yang diamati
bahwa kategori presentase tertinggi terdapat distribusi responden pada umur 60-
65 tahun sebanyak 15 responden (62,5%) kategori sedang, dibandingkan
dengan umur 66-70 tahun sebanyak 5 responden (20,8%) kategori tinggi dan
umur >70 tahun sebanyak 4 orang responden (16,67%) normal. Jadi dapat
diketahui bahwa usia 66-70 adalah usia dimana rentang dengan kadar gula
darah tinggi. Selain mengonsumsi air rebusan daun kelor, penderita DM
khususnya lansia juga harus menerapkan gaya hidup dan pola makan yang
sehat sesuai dengan diet yang telah ditentukan untuk penderita diabetes mellitus
serta rajin atau sering memeriksakan kondisi kesehatan ke fasilitas pelayanan
kesehatan.

33
1. Persamaan
Terdapat lima penelitian yang memiliki tujuan dan hasil yang sama:
a. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Kelor (Moringa Oleifera) Terhadap
Perubahan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia Penderita Diabetes Melitus Tipe II
di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang Tahun 2017
b. Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Kelor Terhadap Kadar Gula Darah Pada
Penderita DM Tipe 2 di Kelurahan Bangkinang Kota Wilayah Kerja Puskesmas
Tahun 2017
c. Pemberian Air Rebusan Daun Kelor Terhadap Penurunan Kadar Glukosa
Darah Pada Pasien Penderita Diabetes Melitus (DM) Tahun 2018
d. Efek Antihiperglikemik Teh Daun Kelor (Moringa Oleifera) Pada Wanita
Dewasa dengan Pradiabetes Tahun 2018
e. Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Alternatif Untuk Menurunkan
Kadar Gula Darah Pada Mencit Tahun 2013

2. Kelebihan
a. Pada penelitian Eva Marvia,dkk :
 Mencantumkan populasi nya di wilayah kerja puskesmas tanjung karang
sehingga dapat mengetahui darimana hasil sampel penelitiannya.
 Mencantumkan identifikasi variabel penelitian.
 Penulis mampu membuktikan tujuan dari penelitian yaitu untuk
mengetahui pengaruh pemberian rebusan daun kelor terhadap
perubahan kadar glukosa darah pada lansia penderita diabetes mellitus
tipe II di wilayah kerja puskesmas tanjung karang
b. Pada penelitian Yenny Safitri :
 Mencantumkan populasi nya seluruh penderita DM tipe II di Kelurahan
Bangkinang Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota yang berjumlah
58 orang. Sehingga dapat mengetahui darimana hasil sampel
penelitiannya, serta memaparkan kriteria inklusi dan ekslusi nya.
 Penulis mampu membuktikan tujuan dari penelitian yaitu untuk
menganalisis pengaruh pemberian rebusan daun kelor terhadap
penurunan kadar gula darah.

34
c. Pada penelitian Arleni Syamra, dkk :
 Mencantumkan tahap pra analitik, analitik, dan pasca analitik sehingga
dapat mengetahui bagaimana hasil dari tujuan itu didapat.
 Penulis mampu membuktikan tujuan dari penelitian yaitu untuk
mengetahui pengaruh pemberian air rebusan daun kelor terhadap
penurunan kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus
d. Pada penelitian Cicik Mujianti, dkk :
 Memiliki abstrak didalam dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris
 Memaparkan tabel yang berisi karateristik subjek atau responden.
 Penulis mampu membuktikan tujuan dari penelitian yaitu untuk
menganalisis efek antihiperglikemik teh daun kelor (Moringa Oleifera)
pada wanita biasa dengan pradiabetes
 Di daftar pustaka peneliti mencantumkan link jurnal internasional
e. Pada penelitian Roy Radiansah, dkk :
 Memaparkan dengan detail setiap hal yang dilakukan dalam penelitian,
serta tabel dan diagram hasil dari penelitian tersebut.
 Penulis mampu membuktikan tujuan dari penelitian yaitu untuk
mengetahui ekstrak (infusa) daun kelor dalam menurunkan kadar gula
darah dan menentukan konsentrasi ekstrak (infusa) daun kelor yang
efektif dalam menurunkan kadar gula darah pada mencit
 Di daftar pustaka peneliti mencantumkan link jurnal internasional

3. Kekurangan
a. Pada penelitian Eva Marvia,dkk :
 Pada bagian abstrak tidak mencantumkan hasil daripada penelitian.
 Penulis hanya mencantumkan kriteria inklusi dan tidak mencantumkan
kriteria ekslusinya.
 Pada hasil penelitian tidak di sajikan dalam bentuk distribusi tabel
alangkah baiknya jika di lengkapi dalam bentuk tabel dan diagram.
b. Pada penelitian Yenny Safitri :
 Peneliti tidak mencantumkan kesimpulan dari penelitian tersebut.
 Pada bagian hasil terdapat tabel yang kosong.

35
c. Pada penelitian Arleni Syamra, dkk :
 Pada bagian judul tidak dicantumkan dimana penelitiannya dilakukan.
 Jurnal hanya memiliki abstrak dalam bahasa Inggris dan tidak memiliki
abstrak dalam bahasa Indonesia.
d. Pada penelitian Cicik Mujianti, dkk :
 Tidak menjelaskan alat dan bahan yang di gunakan pada saat proses
penelitian berlangsung.
 Pada bagian pembahasan tidak memaparkan tabel sehingga sulit untuk
memahami nya dengan metode narasi.
e. Pada penelitian Roy Radiansah, dkk :
 Jurnal hanya memiliki abstrak dalam bahasa Inggris dan tidak memiliki
abstrak dalam bahasa Indonesia.

36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari studi literature review dari kelima jurnal yang telah
dilakukan, diperoleh hasil yang baik dari kelima penelitian yaitu peneliti
membuktikan bahwa penggunaan atau pemberian air rebusan, teh, dan ekstrak
daun kelor memiliki pengaruh atau efektivitas terhadap perubahan atau
penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus khususnya pada
lansia. Karena ekstrak daun kelor memiliki antihiperglikemik yang berfungsi
untuk menurunkan kadar glukosa didalam darah.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil literature review ini dapat di tambah ke dalam kepustakaan
tentang tinjauan Efektivitas Pemberian Air Rebusan Daun Kelor Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Pada Lansia Penderita DM tipe II yang dapat
digunakan sebagai materi tambahan dalam pendidikan keperawatan serta dapat
dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengembangkan penelitian mahasiswa
keperawatan.
2. Bagi Pelayanan Keperawatan
Diharapkan perawat dapat mengembangkan program pelatihan terapi
komplementer agar perawat dapat mengaplikasikan terapi komplementer dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 dalam
menurunkan glukosa darah dengan mempertimbangkan hasil penelitian literature
review ini sebagai salah satu acuan
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti dapat melakukan penelitian literature review ini untuk
menetapkan kadar dosis atau ukuran dan lamanya kurun waktu yang lebih efektif
dalam menurunkan glukosa darah. Dan juga peneliti dapat meneruskan
penelitian ini dengan menganalisis lebih dalam lagi terkait jenis kelamin dan usia
dalam mempengaruhi penurunan kadar glukosa darah dan juga diharapkan
peneliti dapat mengontrol variabel perancu dalam penelitian.
37
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA). (2010). Diagnosis and Classification of
Diabetes Mellitus.
Aminah,S.,T.Ramdhan dan M.Yanis. (2015). Kandungan Nutrisi dan Sifat
Fungsional tanaman kelor (Moringa Oleifera). Buletin Pertanian
Perkotaan, 5(2): 35-44.
Badan Pusat Statistik. (2015). Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS).
Bare B6., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Depkes RI. (2013). Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit
Metabolik . Jakarta.
Fatimah, Restyana Noor. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. J. Majority.
Fitriyani. (2012). Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe 2. Cilegon .
Hanum,N.N. (2013). Hubungan Kadar Glukosa Darah Sewaktu dengan Profil
Lipid pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jakarta.
Krisnadi, A.D . (2015). Kelor Super Nutrisi. Blora : kelorina.com.
Marvia Eva. (2017). Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Kelor (Moringa
Oleifera) Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia
Penderita DM Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang.
Prima, 3, Hal 01-07.
Nugroho. (2010). Keperawatan Gerontik dan Geriatric. Jakarta: EGC.
Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Perkeni. (2011). Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
Jakarta: Perkeni.
Perkeni. (2015). Konsensus Pengolahan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia. Jakarta : Perkeni.
Prabawati, R.K. (2012). Mekanisme Seluler dan Molekukar Resistensi Insulin.
Malang.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian Pengembangan
Kesehatan . Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian RI.
.

38
Rondhianto. (2011). Pengaruh Diabetes Self Management Education dalam
Discharge Planning terhadap Self Efficacy dan Self Care Behaviour
Pasien DM tipe 2. Surabaya.
Soegondo, S. S. (2011). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu bagi Dokter
maupun Edukator Diabetes. Jakarta: FKUI.
Soewondo, Pradana. (2010). Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju
Kedokteran Klinis. Jakarta : EGC.
Suyono, S. (2018). Patofisiologis Diabetes Mellitus. Jakarta: FKUI.
Tjokoprawiro, Askandar dan Murtiwi Sri. (2014). Terapi Non Farmakologi pada
Diabetes Melitus . Jakarta: Interna Publishing.
United Nations Population Division. (2015). World Population Prospects. New
York: United Nations.
World Health Organization (WHO). (2016). Global Report on Diabetes.
Yenny Safitri. (2017). Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Kelor Terhadap
Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe II Di Kelurahan Bangkinang
Kota Wilayah Kerja Puskesmas. Universitas Pahlawan, 2, 43-50.

39
LEMBAR KONSULTASI
BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

JUDUL KTI : EFEKTIVITAS PEMBERIAN AIR REBUSAN


DAUN KELOR TERHADAP PENURUNAN
KADAR GULA DARAH PADA LANSIA
PENDERITA DM TIPE II TAHUN 2020
NAMA MAHASISWA : GRACEELLA BEATRIX PARDEDE
NIM :P07520117073
NAMA PEMBIMBING : Dr.Dra.Hj. Megawati., S.Kep., Ns., M.Kes

No Hari Tanggal MATERI BIMBINGAN REKOMENDASI PARAF


PEMBIMBING
MAHASISWA PEMBIMBING

1. Rabu, Konsultasi Judul KTI Telaah jurnal


18/12/2019 Perbaiki Judul

2. Kamis, Konsul Perbaiki Judul Perbaiki Judul


19/12/2019

3. Jumat, Konsul Perbaiki Judul Perbaiki Judul


20/12/2019

4. Senin, Konsul Perbaiki Judul Perbaiki Judul


23/01/2020

5. Rabu, Konsul Perbaiki Judul Perbaiki Judul


08/01/2020

6. Jumat, Konsul Perbaiki Judul Perbaiki Judul


10/01/2020

40
7. Selasa, Konsul Perbaiki Judul ACC Judul
14/01/2020

8. Rabu, Konsul Bab I, II, dan III Perbaiki


11/03/2020 Kerangka Teori

9. Selasa, Konsul perbaiki Bab Perbaiki


07/04/2020 I,II,dan III Kerangka Teori,
Metode
Penelitian
10. Rabu, Konsul Proposal ACC proposal
15/04/2020 Lengkap Pahami materi

11. Rabu, Konsul Revisi Proposal Perbaiki nama


10/06/2020 tempat
penelitian
12. Kamis, Konsul Revisi Proposal ACC Revisi
10/06/2020 Proposal

13. Jumat, Konsul KTI Literature ACC KTI


19/06/2020 Review

14. Kamis, Konsul KTI Literature Revisi kata


01/07/2020 Review pengantar

15. Jumat, Konsul KTI Literature Revisi


02/07/2020 Review pembahasan

16. Senin, Konsul KTI Literature Revisi

41
13/07/2020 Review kesimpulan

17. Senin, Konsul KTI Literature Revisi saran


13/07/2020 Review

18. Senin, Konsul KTI Literature Revisi abstrak


27/07/2020 Review

19. Kamis, Konsul KTI Literature ACC


06/08/2020 Review

20.

21.

Medan, 15 April 2020


Pembimbing,

Dr.Dra.Hj. Megawati., S.Kep., Ns., M.Kes


NIP : 196310221987032002

42
RIWAYAT HIDUP PENELITI

Data Pribadi
Nama : GRACEELLA BEATRIX PARDEDE
Tempat, Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 08 November 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 1 (Anak tunggal)
Alamat : Jln. Dalil Tani Tomuan, Pematangsiantar
Agama

Data Orang Tua


Ayah : EDWARD PARDEDE
Ibu : RINDANG LUMBANTOBING
Status Perkawinan : Cerai Mati

Riwayat Pendidikan
Tahun 2005-2011 : SD Swasta Methodist Pematangsiantar
Tahun 2011-2014 : SMP Swasta Methodist Pematangsiantar
Tahun 2014-2017 : SMA Swasta Methodist Pematangsiantar
Tahun 2017-2020 : Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
Prodi D-III Jurusan Keperawatan.

43

Anda mungkin juga menyukai