Anda di halaman 1dari 67

GAMBARAN PENINGKATAN JUMLAH LEUKOSIT PADA

PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE--2 DENGAN


KOMPLIKASI DI RS BUDI KEMULIAAN BATAM PERIODE
JANUARI-DESEMBER 2017

SKRIPSI

Disusun oleh

YOGISWARA WIWARDHANA ANA SUYANTO


405120169

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA

2018

1
GAMBARAN PENININGKATAN JUMLAH LEUKOSIT PADA
PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE-2 DENGAN
KOMPLIKASI DI RS BUDI KEMULIAAN BATAM PERIODE
JANUARI-DESEMBER 2017

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana


Kedokteran (S.Ked) pada Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta

Disusun oleh

YOGISWARA WIWARDHANA ANA SUYANTO


405120169

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2018

2
3
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya, Yogiswara Wiwardhana Ana Suyanto, NIM: 405120169

Dengan ini menyatakan, menjamin bahwa skripsi yang diserahkan kepada


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, berjudul GAMBARAN
PENINGKATAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS TIPE- 2 DENGAN KOMPLIKASI DI RS BUDI KEMULIAAN
BATAM PERIODE JANUARI-DESEMBER 2017 merupakan hasil karya
sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar dan tidak melanggar ketentuan plagiarism dan
otoplagiarisme.
Saya menyatakan memahami adanya larangan plagiarism dan
otoplagiarisme dan dapat menerima segala konsekuensi jika melakukan
pelanggaran menurut ketentuan peraturan perundang – undangan dan
peraturan lain yang berlaku di lingkungan Universitas Tarumanagara.
Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari
pihak manapun.

Jakarta, 225 JuliMei 2018

Yogiswara Wiwardhana Ana Suyanto


405120169

3
HALAMAN PERSETUJUAN
JUDUL/TOPIK : GAMBARAN PENINGKATAN JUMLAH
LEUKOSIT PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS TIPE- 2 DENGAN KOMPLIKASI DI
RS BUDI KEMULIAAN BATAM PERIODE
JANUARI-DESEMBER 2017

NAMA : Yogiswara Wiwardhana Ana Suyanto


NIM : 405120169
NAMA PEMBIMBING : Dr. Sari Mariyati Dewi, M.Biomed.
LAMA PENELITIAN : 2 (Dua) Semester
LOKASI : Rumah Sakit Budi Kemuliaan, Kota Batam,
Kepulauan Riau.

Jakarta, 2 Juli 5 Mei 2018


Menyetujui,

(Dr. Sari Mariyati Dewi, M.Biomed) (Yogiswara Wiwardhana A.S.)

NIK:10402001 NIM: 405120169

Mengetahui,

(DR. dr. Siufui Hendrawan M.Biomed)


NIK: 104861005

4
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh


Nama : Yogiswara Wiwardhana Ana Suyanto
NIM : 405120169
Program Studi : S1 Pendidikan Dokter
Judul Skripsi : GAMBARAN PENINGKATAN JUMLAH LEUKOSIT
PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE- 2
DENGAN KOMPLIKASI DI RS BUDI KEMULIAAN
BATAM PERIODE JANUARI-DESEMBER 2017

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked.) pada Program Studi Sarjana Kedokteran
Fakultas Kedokteran, Universitas Tarumanagara

DEWAN PENGUJI
Pembimbing : dr. Sari Mariyati Dewi, M Biomed ( )

Ketua Sidang : DrR. dr. Siufui Hendrawan M.Biomed ( )

Penguji 1 : dDr. Marina Maria Ludong, Sp.PK ( )

Penguji 2 : dr. Sari Mariyati Dewi, M.Biomed ( )


)

Mengetahui,
Dekan : Dr.dr. Meilani Kumala, MS, Sp.GK ( )

Ditetapkan di : Jakarta

5
Tanggal : 2 Juli 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis akhirnya dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Ppeningkatan Jjumlah Lleukosit
pada Ppenderita Diabetes Melitus Ttipe 2 dengan Komplikasi di RS Budi
Kemuliaan Batam Periode Januari-Desember 2017” ini dengan baik. Skripsi ini
merupakan prasyarat agar dapat dinyatakan lulus sebagai Sarjana Kedokteran di
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis mengalami keterbatasan
dalam mengerjakan penelitian, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari
berbagai pihak dan berkah dari Tuhan yang Maha Esa. Oleh kerena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah mendukung
keberhasilan penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Dr.dr. Melani Kumala, MS, SPGK selaku dekan FK Untar.
2. Dr. Sari Mariyati Dewi, M Biomed selaku pembimbing skripsi.
3. Dr. Marina Maria Ludong, Sp.PK selaku penguji skripsi
4. Dr. Susi Olivia selaku pembimbing akademik
5. Direktur dan Wakil Direktur RS Budi Kemuliaan Batam
6. Karyawan dan staf Departemen Penyakit Dalam RS Budi Kemuliaan Batam
7. Karyawan dan staf bagian Rekam Medik RS Budi Kemuliaan Batam
8. Orang tua yang membantu atas dukungan dan doanya
9. Teman-teman seperjuangan atas dukungannya, mulai dari penulisan proposal
dan penyusunan skripsi.

6
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Penulis juga menyadari masih banyak terdapat
kekurangan, kelemahan, dan keterbatasan sehingga penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 2 Juli 5 Mei


2018

PenulisYogiswara
Wiwardhana
405120169

7
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Yogiswara Wiwardhana Ana Suyanto
NIM : 405120169
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk mempublikasikan


karya ilmiah saya yang berjudul:
GAMBARAN PENINGKATAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA
DIABETES MELLITUS TIPE- 2 DENGAN KOMPLIKASI DI RS BUDI
KEMULIAAN BATAM PERIODE JANUARI-DESEMBER 2017 Serta
mencantumkan nama Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, 2 Juli25 Mei 2018


Yang menyatakan,

8
Yogiswara W.A.S

405120169

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is one of the once of metabolic diseases with the highest
numbers patients in the world that characterized by chronic hyperglycemia. This
disease is caused by insulin secretion disorders with or without insulin function
disorder . In the circulation, hyperglycaemia can induced glycosylation that results
Advanced Glycation End Product's (AGE's). If these glycosylation results conduct
with RAGE (Receptor Advanced Glycation End Product’s) this reaction can
increase inflammation process dan and leukocytes recrutment so can disturb the
function of vascular inflammatory cells such as monocytes and neutrophils.
Batam is the cities with high level of increase the people with DM and Budi
Kemuliaan hospital is one of the referral hospital in that city. The purpose of this
study is to describe the leucocyte number amount in every increased level of
fasting blood glucose in diabetes mellitus type 2 with complication in RS Budi
Kemuliaan Batam Period January to December 2017. This study method is an
descriptive study with research design cross sectional using with 22 samples that
taken with consecutive sampling methods. Result of this study found that DM
case more in males than female. Conclusion of this study is known increase in the
number of leukocytes tend to increase with increasing in each increase in fasting
blood glucose levels in patients with type 2 diabetes with complications.

Keywords : Fasting blood glucose, Leucocyte, Monocyte, Neutrophil,


Inflammation

9
ABSTRAK

Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyakit metabolik dengan jumlah
penderita terbanyak di dunia yang dikarakteristik dengan kondisi hiperglikemia
kronis. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan sekresi insulin yang disertai atau
tanpa disertai gangguan fungsi insulin. Kondisi hiperglikemia pada sirkulasi
mengakibatkan terjadinya proses glikosilasi pada endotel yang menghasilkan
Advanced Glycation End Product’s (AGE’s). Bila hasil glikosilasi ini bereaksi
dengan RAGE (Receptor Advanced Glycation End Product’s) dapat meningkatkan
inflamasi dan rekrutmen sel-sel inflamasi seperti monosit dan neutrofil leukosit
sehingga mengganggu vaskular. Batam adalah salah satu kota dengan peningkatan
jumlah penderita DM cukup tinggi dan RS Budi Kemuliaan merupakan salah satu
RS rujukan di kota tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran jumlah leukosit pada peningkatan kadar glukosa darah puasa pada
penderita diabetes mellitus tipe-2 dengan komplikasi di RS Budi Kemuliaan
Batam Periode Januari-Desember 2017. Penelitian ini merupakan
penelitiandilakukan dengan metode deskriptif dengan desain cross sectional
dengan menggunakan terhadap 22 sampel yang diambil secara consecutive
sampling. Hasil penelitian didapatkan kasus DM lebih banyak pada laki-laki dari
pada perempuan. Kesimpulan penelitian ini adalah didapatkan adanya
kecenderungan peningkatan jumlah leukosit pada setiap seiring dengan
peningkatan kadar glukosa darah puasa pada penderita DM tipe 2 dengan
komplikasi.

Kata Kunci: Glukosa Darah Puasa, Leukosit, Monosit, Neutrofil, Inflamasi

10
DAFTAR ISI

HALAMAN i
JUDUL ............................................................................
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................... iii

HALAMAN iv
PERTUJUAN .................................................................
HALAMAN v
PENGESAHAN .............................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


KARYA ILMIAH viii
................................................................................

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..........................................iii

11
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................v
KATA PENGANTAR .....................................................................................vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH ..........................................................................................................viii
ABSTRACT ....................................................................................................ix
ABSTRAK ......................................................................................................x
DAFTAR ISI ...................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ...........................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................xv
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................xviii
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..........................................iii
HALAMAN PERTUJUAN ...........................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................v
KATA PENGANTAR .....................................................................................vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH ..........................................................................................................viii
ABSTRACT ....................................................................................................ix
ABSTRAK ......................................................................................................x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN................................................................................. xvi
1. PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................2
1.2.1 Pernyataan Masalah ....................................................................2
1.2.2 Pertanyaan Masalah ....................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................3

12
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian .........................................................................3
2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................5
2.1 Diabetes Mellitus (DM) ................................................................5
2.1.1 Definisi dan Klasifikasi ..............................................................5
2.1.2 Patofisiologi
................................................................................................
5
2.1.3 Gejala Klinis
................................................................................................
7
2.1.4 Pemeriksaan.................................................................................8
2.1.5 Komplikasi ...........................................................................9
2.2 Leukosit ...........................................................................12
2.2.1 Neutrofil ...........................................................................13
2.2.2 Eosinofil ...........................................................................14
2.2.3 Basofil ...........................................................................15
2.2.4 Limfosit ...........................................................................15
2.2.5 Monosit ...........................................................................16
2.3 Advanced Glycation End Products (AGE’s)...................................16
2.4 Kerangka Teori...............................................................................18
2.5 Kerangka Konsep...........................................................................19
3. METODOLOGI PENELITIAN................................................................ 20
3.1 Desain Penelitian ..........................................................................20
3.2 Tempat dan Waktu ........................................................................20
3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................20
3.4 Perkiraan Besar Sampel................................................................20
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi.........................................................21
3.6 Cara Kerja Penelitian ...................................................................21
3.7 Variabel Penelitian ........................................................................21
3.8 Instrumen Penelitian......................................................................22
3.9 Definisi Operasional......................................................................22
3.10 Teknik Pengumpulan Data.............................................................23

13
3.11 Analisis Data ................................................................................23
3.12 Alur Penelitian...............................................................................23
4. HASIL PENELITIAN................................................................................24
4.1 Karakteristik Subjek Penelitian......................................................24
4.2 Gambaran Jumlah Leukosit Pada Pasien
DM tipe 2 dengan Komplikasi........................................................24
5. PEMBAHASAN .......................................................................................26
5.1 Gambaran Kadar Glukosa Darah
Pada Pemeriksaan Hitung Jenis.......................................................26
5.2 Keterbatasan Penelitian...................................................................27
6. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................29
6.1Kesimpulan ......................................................................................28
6.2 Saran .......................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................29
LAMPIRAN....................................................................................................
.......................................................................................................................... 33

14
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis-jenis Leukosit.............................................................................13


Tabel 4.1 Hasil Uji Korelasi Pearson .................................................................27

15
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jalur Poliol.......................................................................................11


Gambar 2.2 Regulasi Proses Patofisiologi Pada Diabetes Retinopati oleh Protein
Kinase C..............................................................................................................11

Gambar 2.3 Mekanisme AGE dalam Perkembangan Komplikasi DM...............17

16
DAFTAR SINGKATAN

DM = Diabetes Mellitus
WHO = World Health Organitation
IDF = International Diabetes Federation
Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar
AGE’s = Advanced Glycation End Products
IL-6 = Interleukin 6
TNF-α = Tumors Necrosis Factor – alfa
ADA = American Diabetes Association
IDDM = Insulin Dependent Diabetes Mellitus
NIDDM = Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
GDM = Gestational Diabetes Mellitus
DM tipe 1 = Diabetes Mellitus tipe 1
DM tipe 2 = Diabetes Mellitus tipe 2
MODY = Maturity Onset Diabetes Young
HIV/AIDS = Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency
Syndrome
HLA = Human Leucocyte Antigen
MHC = Major Histocompability Complex

17
Th = T-helper
ICA = Islet Cell Autoantibody
IRS-2 = Insulin Reseptors Substrat-2
IL-1 = Interleukin-1
NPY = Neuropeptida Y
AgRP = Agouti-related peptide
NCV = Neuron Conduction Velocity
DE = Disfungsi Ereksi
TTGO = Tes Toleransi Glukosa Oral
GDPT = Glukosa Darah Puasa Terganggu
KAD = Ketoasidosis Diabetic
SHH = Status Hiperosmolar Hiperglikemik
PJK = Penyakit Jantung Koroner
PAD = Peripher Artery Disease
RAGE = Receptors for Advanced Glycation End Products
NADPH = Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phophatase
SDH = Sorbitol Dehidrogenase
ROS = Reaktif Oksigen Spesies
PKC = Protein Kinase C
DAG = Diasilgliserol
GF = Growth Factor
VEGF = Vascular End Growth Factor
TGF β = Tumour Growth Factor
CSF = Colony Stimulating Factor
LDL = Low Density Lipoprotein
NfKB = Nuclear Factor Kappa B
VCAM-1 = Vascular Cell Adhesion Molecule-1
VEGF = Vascular Endotelial Growth Factor
GDP = Glukosa Darah Puasa
RS = Rumah Sakit
PERKENI = Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
CAD = Coronary Artery Disease

18
Hba1C = Haemoglobin A1C
ACS = Acute Coronary Syndrome

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1I Lembar Pengerjaan SPSS.........................................................36


Lampiran 2II Foto Dokumentasi.....................................................................43
Lampiran 3II Surat Tindak Lanjut Permohonan Ijin Penelitian.....................
.............................................................................................................................44
Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup..................................................................
Lampiran 5 Data Riwayat Pasien....................................................................

19
20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyakit yang cukup
mengkhawatirkan karena meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas
khususnya Indonesia. Kejadian DM di Indonesia menempati urutan ke 4 terbesar
1
di dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat. Pada tahun 2014, World
Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 422 juta orang dewasa
penderita diabetes mellitus di dunia. Prevalensi global ini meningkat dua kali lipat
dari 4,7% pada tahun 1980 menjadi 8,5% tahun 2014. 1 2 Hal ini juga dinyatakan
oleh International Diabetes Federation (IDF) yang memperkirakan jumlah
penderita diabetes di dunia akan meningkat dari 382 juta jiwa (2013) menjadi 592
juta jiwa (2035). Pada 382 juta orang tersebut, diperkirakan 175 juta diantaranya
belum terdiagnosis DM, sehingga terancam berkembangnya komplikasi secara
progresif tanpa disadari dan pencegahan.23 Peningkatan jumlah DM juga terjadi di
Indonesia dari 5,7% pada tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun 2013
(Riskesdas).34 Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2013, kejadian DM di
Kepulauan Riau menempati peringkat ke-12 (0,8%) dari kejadian DM pada
seluruh daerah di Indonesia. Angka ini meningkat tujuh peringkat dari posisi
sebelumnya sehingga memungkinkan meningkatnya resiko terjadinya berbagai
penyakit komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan sebagainya,
meningkat.34 Pada tahun 2007, Batam , sebagai salah satu daerah kepulauan Riau
didapatkan prevalensi 0,5% dari seluruh prevalensi DM kepulauan Riau (0,8%).4*
Rumah Sakit Budi Kemuliaan merupakan rumah sakit tipe B yaitu rumah
sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan
subspesialis terbatas. Rumah sakit tipe ini direncanakan akan didirikan di setiap
ibukota provinsi yang dapat menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit
kabupaten. Rumah sakit ini beralamat di Jl. Budi Kemuliaan No.1 Kampung
Seraya Batam Kepulauan Riau. Rumah sakit ini memiliki fasilitas IGD 24 jam,
laboratorium klinik, apotik, dan 8 poliklinik spesialis.5
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kelompok kelainan metabolik yang
dikarakteristik dengan kondisi hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh

1
gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. 5 Hal ini dikarenakan
pankreas tidak mampu memproduksi insulin atau tubuh tidak mampu
menggunakan insulin secara efektif.5 Insulin merupakan hormon yang dihasilkan
oleh sel beta pulau Langerhans pankreas dan berfungsi untuk mengatur kadar
glukosa darah.6 Gangguan produksi dan atau penggunaan insulin mengakibatkan
kurangnya penggunaan glukosa oleh jaringan sehingga kadar glukosa dalam darah
meningkat (hiperglikemia).67 Kondisi ini menyebabkan meningkatnya proses
glikosilasi pada vaskular semua jaringan, salah satunya adalah endotel.6-88,9 Proses
tersebut akan menghasilkan suatu molekul bioaktif disebut molekul Advance
Glycation End Products (AGE’s). Molekul AGE’s akan bereaksi RAGE (Receptor
for Advanced Glycation End Products) di permukaan sel dan mengaktivasi jalur
NFκ-b. Mekanisme ini menghasilkan berbagai molekul seperti molekul adhesi dan
sitokin proinflamasi (IL-6 dan TNF-α). Terjadinya reaksi tersebut juga dapat
mengganggu fungsi endotel sehingga dapat memungkinkan terjadinya
penyusupan atau masuknya molekul lipid pada lapisan endotel. Adanya disfungsi
endotel dan berbagai molekul proinflamasi meningkatkan terjadinya proses
inflamasi pada vaskular sehingga jumlah leukosit pun meningkat. Leukosit
sebagai komponen seluler sistem imun aktivasi dan perekrutannya dipengaruhi
oleh sitokin proinflamasi serta molekul adhesi permukaan endotel. Hal ini
meningkatkan proses inflamasi dan rekrutmen leukosit ke pada Mekanisme
inflamasi ini merupakan dasar terjadinya gangguan vaskular sehingga
memungkinkan terjadinya gangguan pada vaskular pada penderita DMseperti
terjadinya aterosklerosis.8,99,10 Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Hatanaka dkk di Iran, didapatkan adanya peningkatan jumlah leukosit pada pasien
DM yang telah mengalami komplikasi vaskular.11
Pada penelitian yang dilakukan oleh MoradiHatanaka et aldkk di Iran,
didapatkan adanya peningkatan jumlah leukosit pada penderita DM yang telah
mengalami komplikasi vaskular.10 Selain itu tingginya peningkatan kejadian
penderita DM di Batam membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai gambaran jumlah leukosit pada penderita DM dengan komplikasi di RS
Budi Kemuliaan yang menjadi salah satu RS rujukan di kota Batam.5

2
Berdasarkan penjelasan di atas, di tambah dengan belum adanya data
mengenai gambaran jumlah leukosit pada pasien DM di Indonesia, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tersebut di kepulauan Riau, Batam.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1 Pernyataan Masalah
Meningkatnya kadar glukosa darah puasa pada penderita DM tipe 2
meningkatkan proses glikosilasi jaringan sehingga meningkatkan produksi
sitokin yang dapat meningkatkan memungkinkan terjadi peningkatan
rekrutmen leukosit pada vaskular sebagai salah satu patomekanisme
terjadinya atherosklerosis

1.2.2 Pertanyaan Masalah


1. Berapakah jumlah penderita DM tipe- 2 yang telah mengalami
komplikasi non infeksi?
2. Bagaimana gambaran jumlah leukosit terhadap peningkatan kadar
glukosa darah puasa pada penderita diabetes mellitus tipe-2 dengan
komplikasi non-infeksi?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran jumlah leukosit pada peningkatan kadar glukosa
darah puasa pada penderita diabetes mellitus tipe-2 dengan komplikasi

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Diketahuinya jumlah penderita DM tipe 2 yang telah mengalami
komplikasi non infeksi
2. Diketahuinya gambaran jumlah leukosit terhadap peningkatan kadar
glukosa darah puasa pada penderita diabetes mellitus tipe-2 dengan
komplikasi non-infeksi

1.4 Manfaat Penelitian

3
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Bagi responden/masyarakat
Menambah pengetahuan khususnya untuk penderita atau keluarga
penderita DM bahwa peningkatan kadar glukosa darah puasa dapat
meningkatkan terjadinya proses inflamasi dan resiko terbentuknya
atherosclerosisterjadinya gangguan vaskular.

2. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan mengenai patomekanisme proses inflamasi yang
didasari peningkatan kadar glukosa darah puasa pada penderita diabetes
mellitus hingga terbentuknya atherosklerosissebagai awal terjadinya
proses gangguan vaskular.

3. Bagi Institusi Universitas Tarumanagara


- Meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai patomekanisme terjadinya
aterosklerosis gangguan vaskular pada penderita DM tipe 2 yang
didasari peningkatan sel radang sebagai akibat peningkatan kadar
glukosa darah puasa
- Sebagai data awal untuk penelitian berikutnya

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus (DM)


2.1.1 Definisi dan Klasifikasi
Diabetes Mellitus (DM) adalah kumpulan kelainan metabolik yang
ditandai adanya hiperglikemia/peningkatan kadar glukosa darah yang berlangsung
kronik.112 Hal ini disebabkan kurangnya sekresi insulin, atau terjadinya penurunan
sensitivitas jaringan terhadap insulin. Insulin merupakan hormon anabolik yang
dihasilkan oleh sel Beta Pulau Langerhans dan berfungsi pada berbagai jaringan
target (termasuk hati, otot skeletal, dan lemak). 613 Menurut American Diabetes
Association (ADA), DM terbagi menjadi DM tipe 1/ Insulin Depending Diabetes
Mellitus (IDDM) dan DM tipe 2/ Non Insulin Depending Diabetes Mellitus
(NIDDM), diabetes mellitus gestasional (GDM) dan diabetes mellitus tipe lain.1113

5
Diabetes Mellitus tipe 1 (DM tipe 1) adalah diabetes yang disebabkan
karena kurangnya sekresi insulin. Diabetes Mellitus tipe 2 (DM tipe 2) adalah
diabetes yang disebabkan karena penurunan sensitivitas jaringan terhadap efek
metabolik insulin. Diabetes Mellitus gestasional (GDM) adalah diabetes yang
dialami selama kehamilan pada trimester kedua. Diabetes mellitus tipe lain adalah
diabetes yang disebabkan karena hal lain seperti sindrom monogenic diabetes
(diabetes neonatal) dan maturity-onset diabetes of the young (MODY), penyakit
eksokrin pankreas (kistik fibrosis), dan kelainan yang disebabkan karena obat/zat
kimia (obat-obatan pada HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).1213

2.1.2 Patofisiologi
Diabetes Mellitus (DM) tipe 1 disebut juga diabetes mellitus juvenilles
karena biasanya onset terjadi pada usia anak-anak dan remaja. Penyebab DM tipe
1 adalah terjadinya mekanisme autoimun akibat mutasi pada kromosom 6 regio
HLA (Human Leucocyte Antigen). Regio HLA ini mengkode MHC (Major
Histocompability Complex) kelas II yang berperan dalam mempresentasikan
antigen ke sel Th (T-helper). Kemampuan MHC kelas II dalam mempresentasikan
antigen ini tergantung dari kemampuan posisi asam amino pada tempat
pengenalan antigen tersebut. Bila susunan asam amino pada tempat pengenalan
antigen mengalami perubahan maka dapat memicu terbentuknya antibodi yang
mengenali self (respon autoimun). Pada penelitian sebelumnya didapatkan adanya
islet cell autoantibody (ICA) dan infiltrasi limfosit teraktivasi di pulau-pulau
Langerhans. Proses tersebut menyebabkan terjadinya kerusakan sel beta Pankreas
sehingga terjadi penurunan sekresi insulin. Selain itu, pada DM tipe 1 juga terjadi
kerusakan sel alfa pankreas sehingga tersekresinya glukagon dalam jumlah besar.
Sekresi glukagon ini tidak dapat dihambat oleh adanya hiperglikemia. Kedua
kondisi ini mengakibatkan terjadinya lipolisis yang tidak terkontrol pada DM tipe
1 sehingga terjadi peningkatan asam lemak bebas di plasma. Tingginya kadar
asam lemak bebas ini dapat menekan penggunaan glukosa pada jaringan perifer
sehingga terjadi gangguan ekspresi gen yang penting pada administrasi insulin. 12-
141,13,14

6
Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 adalah diabetes yang disebabkan penurunan
sensitivitas jaringan target terhadap efek metabolik insulin. 143 Ada beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya DM tipe 2 yaitu obesitas terutama tipe visceral, dan
kurangnya aktivitas fisik.14 Diabetes Mellitus tipe 2 (DM tipe 2) ditandai dengan
adanya 2 defek patologis yaitu gangguan sekresi insulin karena disfungsi sel beta
pankreas, dan gangguan kerja insulin karena resistensi insulin. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Matsuzawa dkk (1995) di Osaka University Medical School
didapatkan adanya akumulasi lemak visceral bisa meningkatkan aktivitas
lipogenesis dan lipolisis. Kedua aktivitas tersebut menyebabkan peningkatan
pelepasan asam lemak bebas ke sirkulasi portal menuju hepar. Lipogenesis yang
berlebihan menyebabkan keadaan jenuh (distress) sehingga jaringan lemak
(adiposit) tidak mampu menyimpan kelebihan lemak. Hal ini mengakibatkan
kelebihan lemak disimpan jaringan lain seperti hati. Sel adiposit melepaskan
resistin, dan asam lemak sehingga menyebabkan produksi sitokin proinflamasi.
Resistin ini mensupresi/menekan insulin reseptor substrat-2 (IRS-2) di hepatosit
dan menggangu jalur signal insulin sehingga terjadi resistensi insulin di hepar.
Pelepasan asam lemak bebas ini juga menyebabkan penurunan uptake glukosa
oleh jaringan perifer. Hal ini memicu proses glukoneogenesis sehingga kadar
glukosa meningkat dalam darah. Bila glukosa darah meningkat terus-menerus,
maka sel beta pankreas akan melakukan kompensasi dengan meningkatkan sekresi
insulin (hiperinsulinemia). Lama-kelamaan kondisi ini mengakibatkan sel beta
pankreas mengalami kelelahan/rusak sehingga sekresi insulin menurun dan terjadi
gangguan fungsi sel beta pankreas. Selain itu, adiposit visceral mengalami proses
hipertrofi akibat kelebihan kalori sehingga suplai oksigen menurun menyebabkan
terjadinya hipoksia. Keadaan ini menyebabkan terjadinya disfungsi adiposit dan
mengaktifkan jalur signaling inflamasi dengan mensekresi kemokin dan sitokin
(TNF-α, IL-1, dan IL-6). Inflamasi ini menyebabkan resistensi insulin dengan
menghambat/menurunkan sensitivitas insulin di jaringan lemak.12-1143-16

2.1.3 Gejala Klinis


Gejala-gejala klinis pada DM ada 2 hal yaitu gejala klasik dan non-klasik.
Gejala klasik yang paling sering dijumpai pada penderita DM ada 3P yaitu poliuri

7
(sering berkemih), polidipsi (sering merasa haus), dan polifagia (sering merasa
lapar).15 Gejala ini muncul karena tingginya kadar glukosa dalam darah pasien
DM (Hiperglikemi).15,16
Kadar glukosa darah yang tinggi mengakibatkan glukosa yang masuk ke
tubulus ginjal untuk difiltrasi melebihi jumlah yang dapat direabsorpsi. Kelebihan
glukosa yang difiltrasi tersebut akan dikeluarkan ke dalam urin (glukosuria).
Kondisi ini mengakibatkan terjadinya diuresis osmotik sehingga pasien
mengalami poliuri. Banyaknya cairan yang keluar lewat urin mengakibatkan
terjadinya polidipsi sebagai mekanisme kompensasi untuk mencegah dehidrasi
berat.167,18
Gagalnya asupan glukosa ke dalam sel sebagai akibat kurangnya produksi
disertai atau tanpa resistensi insulin, menyebabkan terstimulasinya pusat regulasi
rasa lapar dan homeostasis energi di nukleus arkuata hipotalamus,. Pada nukleus
Arkuata terdapat neuron yang mengekspresikan neuropeptide orexigenic yang
menginduksi rasa lapar, seperti. , neuropeptide Y (NPY) dan Agouti-related
peptide (AgRP). Kurangnya glukosa dalam sel pada pasien DM memicu
terproduksinya Neuropeptida Y (NPY) dan AgRP sehingga pasien sering merasa
lapar atau polifagi. Pada penelitian sebelumnya telah didapatkan adanya dugaan
keterlibatan hormon Ghrelin, hormon yang diproduksi oleh usus, pada proses
terjadinya polifagi pada pasien DM.17-19,19,20
Selain gejala di atas, pasien DM juga mengalami gejala non-klasik yaitu
badan terasa lemah, kesemutan (neuropati), pandangan kabur (retinopati) dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita. Gejala non-klasik DM
ini baru timbul bila sudah ada komplikasi kronis. 14,17,19 Badan terasa lemah dapat
terjadi pada pasien DM tipe 1 atau 2 karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam
sel. Hal ini mengakibatkan metabolisme glukosa di dalam sel tidak terjadi
sehingga tidak ada energi yang dihasilkan.15,208,21
Pada pasien DM, dapat terjadi perubahan struktur dari saraf perifer dan
gangguan pelepasan neuropeptida di ganglion dorsalis yang mengakibatkan
terjadinya hambatan kecepatan saraf antar neuron/Neuron Conductive Velocity
(NCV). Pada diabetic neuropati, terjadi perlambatan NCV karena demielinisasi
dari serabut saraf yang bermielin serta penurunan potensial aksi saraf. Hambatan

8
ini ditambah dengan gangguan mikrovaskular, menyebabkan timbulnya rasa
kesemutan (neuropati) pada pasien.212 Gangguan konduksi saraf juga terjadi pada
saraf optik retina yang menyebabkan Gangguan fungsi retina dalam menangkap
rangsang cahaya dan penyampaian impuls ke otak. Kondisi ini ditambah dengan
gangguan mikrovaskular pada retina mengakibatkan pandangan pasien menjadi
kabur (retinopati). Selain itu, pandangan kabur disebabkan juga oleh adanya
edema makula sebagai akibat ekstravasasi plasma di retina.20,211
Disfungsi Ereksi (DE) adalah ketidakmampuan untuk mencapai dan
mempertahankan fungsi ereksi untuk hubungan seksual yang memuaskan.
Etiologi pada ED bersifat multifactorial, salah satunya yaitu faktor pembentukan
molekul Advanced Glycation End Product (AGE’s) yang dapat mengurangi
compliance otot polos di corpus cavernosum dan menggangu relaksasi otot
polos.22,23

2.1.4 Pemeriksaan
Seseorang dikatakan menderita DM apabila dijumpai adanya gejala klasik
dan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah (plasma darah) vena sebagai berikut
(menurut PERKENI 2015) 15 :
 Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi
tidak ada asupan kalori minimal 8 jam, atau
 Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban 75 gram, atau
 Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan
klasik, atau
 Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5 dengan metode High-Performance Liquid
Chromatography (HPLC) yang telah terstandarisasi oleh National
Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP)

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM


di atas, digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yaitu toleransi glukosa
terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT). Kelompok

9
prediabetes TGT adalah kelompok dengan kadar glukosa plasma 2 jam setelah
TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa < 100 mg/dl. Kelompok
prediabetes GDPT adalah kelompok dengan hasil pemeriksaan glukosa plasma
puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam < 140
mg/dl. Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan bila hasil pemeriksaan HbA1c
yang menunjukkan angka 5,7-6,4%.15

2.1.5 Komplikasi
Jika DM tidak dikelola dengan baik dalam jangka waktu yang lama dapat
mengakibatkan munculnya berbagai komplikasi atau kerusakan organ yang
mekanismenya masih belum sepenuhnya dipahami. Komplikasi pada DM dapat
berupa akut maupun kronis. Komplikasi akut pada DM meliputi krisis
hiperglikemia (Ketoasidosis Diabetik/KAD dan Status Hiperglikemik
Hiperosmolar/SHH) dan hipoglikemia akibat obat-obatan atau penggunaan insulin
yang berlebihan. Komplikasi kronis/menahun pada DM meliputi komplikasi
makrovaskular dan mikrovaskular. Komplikasi makrovaskular seperti Penyakit
Jantung Koroner (PJK), Penyakit Arteri Perifer (PAD), dan otak (stroke iskemik
atau stroke hemoragik). Komplikasi mikrovaskular bisa mengenai beberapa organ
dengan contoh sebagai berikut yaitu mata (retinopati), ginjal (nefropati) dan saraf
(neuropati perifer dengan gejala berupa kaki terasa terbakar atau kesemutan dan
bergetar sendiri, dan terasa lebih sakit di malam hari).1310
Pada penelitian sebelumnya didapatkan adanya 4 teori yang kemungkinan
mendasari terjadinya komplikasi pada pasien DM yaitu131 :
1). Terbentuknya produk Advanced Glycation End Products (AGE’s)1320
Advanced Glycation End Products (AGE’s) merupakan suatu kelompok
molekul yang terbentuk melalui reaksi non enzimatik dari glukosa dengan
kelompok amino bebas dari protein, lipid dan asam nukleat. Pada permukaan sel
AGE berinteraksi dengan receptor for advance glycation end products (RAGE).
Interaksi ini menghasilkan perubahan struktur dan fungsi protein seperti matriks
seluler, membran basalis, dan komponen dinding pembuluh darah yang
menstimulasi terjadinya inflamasi.1320

2). Peningkatan metabolisme glukosa melalui jalur poliol21

10
Jalur poliol merupakan jalur dimana glukosa dimetabolisme oleh aldose
reduktase menjadi sorbitol dengan menggunakan Nicotinamide Adenine
Dinucleotide Phophatase (NADPH). Sorbitol selanjutnya di ubah menjadi
fruktosa oleh enzim sorbitol dehydrogenase (SDH). Sorbitol yang bersifat
impermeable terhadap membran seluler mudah terakumulasi di dalam sel
sehingga dapat menumpuk dan merusak sel. Adanya sorbitol impermeable ini
diikuti oleh metabolisme yang melambat pada perubahan sorbitol menjadi
fruktosa. Sorbitol akan mengubah tekanan osmotik sehingga tekanan osmotik di
luar sel menjadi lebih tinggi, kondisi ini akan menyebabkan kekurangan air di
dalam sel yang berujung pada kematian sel (kerusakan sel akibat pengaruh
osmotik/osmotic damage). Proses ini mengakibatkan berkurangnya ketersediaan
NADPH yang digunakan pada pembentuk gluthatione, yang merupakan protektif
stress oksidatif. Sehingga menyebabkan peningkatan produksi dari ROS di dalam
sel.21,2223

Gambar 2.1. Jalur Poliol213

3). Aktivasi Protein Kinase C (PKC)


Hiperglikemia pada pasien DM meningkatkan formasi diasilgliserol
(DAG) yang mengakibatkan teraktivasinya PKC. Protein Kinase C (PKC)
merupakan enzim yang berperan dalam stimulus hormonal, neuronal, dan growth
factor (GF). Aktivasi PKC yang berlebihan akan memberikan efek pada banyak
jalur lainnya seperti perubahan permeabilitas endotel, hemodinamik retina,
ekspresi Vascular Endotelial Growth Factor (VEGF) pada jaringan dan juga
peningkatan aktivasi serta adhesi dari leukosit (leukostasis) (gambar 2.2).13,21,22,23

11
Skema 2.1. Regulasi proses patofisiologi pada diabetes retinopati oleh protein kinase C 223

4). Aktivasi jalur hexosamine pathway13


Jalur hexosamine adalah jalur perubahan fungsi glikosilasi protein
membentuk fructose 6- phosphate yang merupakan bahan pembentukan O-linked
glycosylation dan proteoglikan. Jalur tersebut dapat mengubah fungsi glikosilasi
protein seperti sintesis nitric oxide endotel, atau mengubah ekspresi gen dari
TGF-β dan PAI. 1310
Selain itu, didapatkan juga adanya peranan growth factors (GF), vascular
endothelial growth factor A (VEGF-A) dan TGF-β pada beberapa komplikasi
DM.13 1
Ppada penelitian sebelumnya didapatkan Vascular Endothelial Growth
Factor A (VEGF-A) meningkat pada diabetes dengan retinopati proliferatif dan
menurun setelah dilakukan tindakan fotokoagulasi laser. Pada penelitian lain
didapatkan juga peningkatan Transforming growth factor β (TGF-β) pada pasien
diabetes dengan nefropati yang menstimulasi produksi membran basal kolagen
serta fibronektin oleh sel mesangial.130,11

2.2 Leukosit
Leukosit merupakan komponen yang terlibat dalam pertahanan selular dan
humoral suatu organisme terhadap benda asing. Leukosit terdiri dari agranulosit
dan granulosit. Pada kategori agranulosit, terdapat 2 jenis leukosit yaitu monosit
dan limfosit. Leukosit pada kategori ini dibentuk di sumsum tulang. Kategori ini
memiliki bentuk satu inti (mononukleus). Pada kategori granulosit, terdapat 3
jenis leukosit yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil. Leukosit pada kategori ini
dibentuk di jaringan linfatik. Kategori ini memiliki bentuk inti yang beragam
(polimorfornukleus).25,265,26

12
Pada kondisi normal jumlah leukosit adalah 4.000 hingga 11.000 sel/mm 3 pada
orang dewasa dan 9.000 hingga 12.000 sel/mm3 pada bayi atau anak-anak. Bila
jumlah leukosit kurang dari 4.000 sel/mm3 maka disebut leukopeni, sedangkan
jumlah leukosit lebih dari 11.000 sel/mm3 disebut leukositosis. Leukopeni terjadi
pada keadaan kanker atau penyakit lain yang merusak sum-sum tulang, penyakit
autoimun, anemia aplastik, kekurangan gizi, dan obat kemoterapi untuk kanker. .
Leukositosis terjadi pada keganasan atau penyakit pada sum-sum tulang, alergi,
dan infeksi. Selain infeksi, jumlah leukosit dapat dipengaruhi oleh usia, kondisi
lingkungan, musim, stress, dan lain-lain.26Pada kondisi normal jumlah leukosit
adalah ........ Bila jumlah leukosit kurang dari ...... maka disebut leukopeni,
sedangkan jumlah leukosit lebih dari ....... disebut leukositosis. Leukopeni terjadi
pada keadaan .............................. Leukositosis terjadi
pada ......................................... Selain infeksi, jumlah leukosit dapat dipengaruhi
oleh ....................................................................................................

Gambar Keterangan Gambar

Neutrofil

Monosit

13
Makrofag

Eosinofil

Basofil

Limfosit

Gambar 2.1 Jenis-jenis leukosit274

2.2.1 Neutrofil
Neutrofil adalah sel yang paling banyak pada leukosit, yaitu 3500-
7000/mm3 (60-70%), Sel ini memiliki diameter 9-12 µm. Pada sirkulasi seringkali
didapatkan 2 jenis neutrofil, yaitu neutrofil batang dengan inti tidak berlobus dan
neutrofil segmen dengan ini berlobus-lobus. Lobus-lobus ini berikatan dengan
benang kromatin halus dan jumlahnya bertambah seiring bertambahnya usia sel.
Secara normal, sebagian neutrofil yang beredar didalam darah berada dalam
bentuk matang dimana nukleus sel berbentuk segmented, karena neutrofil ini
sering disebut dengan neutrofil segmen. Sedangkan neutrofil yang kurang matang,
atau baru saja dilepaskan dari sumsum tulang ke aliran darah disebut dengan
neutrofil batang.
Neutrofil memiliki 3 macam granula dalam sitoplasmanya yaitu granula
spesifik, granula azurofilik, dan granula tersier. Granula spesifik mengandung
berbagai enzim dan zat farmakologis yang membantu neutrofil dalam
melaksanakan fungsi anti-mikroba. Granula azurofilik merupakan lisosom primer
dan mengandung asam hidrolase, mieloperoksidase, zat lisozim antibakteri,
protein peningkat-permeabilitas bakterisidal (BPI), katepsin G, elastase, dan
kolagenase nonspesifik.

14
Produksi neutrofil dirangsang oleh sitokin yaitu colony-stimulating factors
(CSF), yang disekresi oleh banyak tipe sel dalam respon terhadap infeksi. Colony-
Stimulating Factors (CSF) bekerja pada hematopoetic stem cell untuk
menstimulasi proliferasi dan maturasi prekurosor neutrofil. Neutrofil merupakan
tipe sel pertama yang memberikan respon terhadap infeksi, khususnya bakteri dan
fungi dan berperan dalam inflamasi akut.24-26 Hitung neutrofil absolut adalah besar
jumlah neutrofil yang ada didalam darah yang dapat dipakai untuk memeriksa
reaksi peradangan, infeksi, peradangan leukemia dan beberapa kondisi lainnya.
Cara pengukuran neutrofil absolut dengan mengkalikan jumlah leukosit dengan
persentase neutrofil batang dan segmen di hitung jenis leukosit. Hasil normal
untuk neutrofil absolut adalah 1,5-8,0 (1500-8000/mm3). Apabila jumlah neutrofil
diatas nilai normal disebut neutrofilia, sedangkan bila jumlah neutrofil dibawah
nilai normal disebut neutropenia.24,25

2.2.2 Eosinofil
Eosinofil memiliki ciri-ciri yaitu berjumlah 150-400/mm 3 (2-4%) dari total
leukosit, diameter 9-11 µm dan jangka hidup <2 minggu. 26 Eosinofil memiliki inti
khas bilobus yang terhubung dengan sebuah benang kromatin tipis. Eosinofil
memiliki granula spesifik dan granula azurofilik. Granula spesifik memiliki
pusat/inti seperti kristal (internum) dan dikelilingi oleh bagian yang kurang padat
(eksternum). Internum mengandung protein dasar utama yang bertanggung jawab
dalam membunuh parasit. Granula azurofilik merupakan lisosom yang
mengandung enzim hidrolitik. Lisosom ini berfungsi dalam menghancurkan
cacing-cacing parasitik dan hidrolisis kompleks antigen-antibodi yang difagosit
oleh eosinofil.24-26

2.2.3 Basofil
Basofil memiliki ciri-ciri yaitu berjumlah 50-100/mm3 (kurang dari 1%)
dari total leukosit, diameter 7-8 µm, dan memiliki inti berbentuk huruf S. Inti
basofil seringkali terselubung oleh granula-granula spesifik yang besar dan
banyak dalam sitoplasma. Basofil memiliki granula spesifik dan granula
azurofilik. Granula spesifik basofil berwarna biru tua dengan pemulasan Giemsa

15
dan Wright. Granula ini mengandung heparin, histamin, faktor kemotaktik
eosinofil, faktor kemotaktik neutrofil, protease netral, kondroitin sulfat, dan
peroksidase. Granula azurofilik non-spesifik merupakan lisosom yang
mengandung enzim-enzim yang serupa dengan lisosom neutrofil. Basofil
berfungsi hampir sama dengan sel mast membantu reaksi inflamasi. Bila terjadi
inflamasi, maka basofil akan melepaskan isi granula yaitu histamin sehingga
menyebabkan vasodilatasi, kontraksi otot polos dan berkurangnya volume darah
(karena perembesan pembuluh darah).24,255,26

2.2.4 Limfosit
Limfosit memiliki ciri-ciri yaitu jumlah 1500-2500/mm3 (20-25%) dari
total leukosit, diameter 7-8 µm, inti bulat dengan sedikit lekukan (besarnya
mencakup seluruh sel) dan berusia beberapa bulan hingga beberapa tahun., Sel ini
tidak mengandung granula spesifik,. Limfosit berasal dari stem cell sumsum
tulang, yang kemudian berdiferensiasi menjadi limfosit di organ limfoid primer,
yaitu timus dan sumsum tulang. Limfosit selanjutnya bermigrasi menuju organ
limfoid sekunder yaitu limpa, kelenjar getah bening, sentrum germinativum
berbagai organ (misalnya tonsil, plak peyer, appendiks). Limfosit terdiri dari 2
jenis, yaitu limfosit T ( sel T) dan limfosit B (sel B). Sel T (imunitas seluler)
menghasilkan limfokin yang akan menarik sel tertentu misalnya makrofag dan
basofil yang berfungsi sebagai mediator non spesifik pada radang. Sel B (imunitas
humoral) akan berubah menjadi sel plasma yang menghasilkan immunoglobulin.
Imunoglobulin berperan dalam sistem imun sebagai antibodi yang akan
menetralkan toksin yang dihasilkan bakteri, melakukan opsonisasi, dan
mengakibatkan bakteriolisis dengan bantuan komplemen.25,26

2.2.5 Monosit
Monosit memiliki ciri-ciri yaitu berjumlah 200-800/mm3(3-8%) dari total
leukosit, diameter 12-15 µm (sel darah terbesar dalam sirkulasi), inti seperti
bentuk ginjal, dan berusia beberapa hari dalam darah (beberapa bulan dalam
jaringan ikat). Monosit tidak mempunyai granula spesifik Monosit mempunyai

16
fungsi seperti neutrofil, yang berkembang menjadi fagosit profesional. Sel-sel ini
diproduksi oleh sumsum tulang dan dilepaskan ke sirkulasi dalam keadaan masih
belum matang. Sel-sel ini berada dalam sirkulasi selama 2-3 hari dan dibawa ke
jaringan. Di tempat barunya, sel-sel ini melanjutkan pematangan dan menjadi
sangat besar, berubah menjadi sel fagosit jaringan besar yang dikenal sebagai
makrofag. Makrofag dijumpai pada berbagai organ seperti alveoli, pleura,
peritoneum, di hati (sel Kupffer), jaringan ikat (histiosit), ginjal (sel mesangial),
dan sebagainya. Makrofag terdiri dari 2 jenis, yaitu makrofag tetap dan makrofag
yang menyebar pada kelenjar getah bening, limpa, dan sumsum tulang.245,256

2.3 Advanced Glycation End Products (AGE)


Pada penelitian yang dilakukan oleh University of Medicine and
Pharmacy, tingginya glukosa kronis dapat menyebabkan terjadinya komplikasi
diabetes mellitus (DM) dengan membentukan proses oksidatif dan Advanced
Glycation End Products (AGE). Studi pre-klinik dan klinik sebelumnya
menunjukkan keterlibatan yang kuat antara AGE dengan komplikasi
mikrovaskular dan makrovaskular pada DM, terutama DM tipe 2.8,911
Advanced Glycation End Products (AGE’s) adalah molekul bioaktif yang
terbentuk dari proses glikosilasi nonenzimatik protein, lipid dan asam nukleat. 89
Kadar glukosa darah yang tinggi dalam jangka panjang pada penderita diabetes
memicu terjadinya proses glikasi lipid dan protein yang mengakibatkan
peningkatan AGE. Interaksi antara AGE dalam sirkulasi dengan RAGE (receptor
for advanced glycation end product) meningkatkan produksi ROS (Reactive
Oxygen Spesific) yang dapat merusak endotel. Proses pembentukan ROS ini, yang
dikenal dengan stress oksidatif, akan meningkat seiring dengan peningkatan
peroksidasi lipid dan oksidasi protein, baik pada diabetes mellitus (DM) tipe 1 dan
2.8,9,1311
Produk AGE (Advanced Glycation End Product) berperan penting dalam
proses aterosklerosis. Reaksi silang antara AGE dengan matriks protein pada
endotel akan mengakibatkan turunnya elastisitas, gangguan pada kolagen tipe IV
laminin, dan masuknya LDL (Low Density Lipoprotein) ke subendotel. Pada
subendotel, LDL selanjutnya akan dioksidasi oleh monosit. Interaksi antara AGE

17
dengan RAGE akan mengaktivasi jalur NF-ࣽ κB yang dapat meningkatkan produksi
dan ekspresi berbagai molekul adhesi dan sitokin. Molekul adhesi yang
terekspresi adalah endothelin-1, vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1), E-
selectin, tissue factor trombomodulin, vascular endothelial growth factor (VEGF).
Sitokin yang di produksi adalah sitokin proinflamasi (IL-1, IL-6, dan TNF-α).
Adanya molekul tersebut juga akan mengakibatkan peningkatan permeabilitas
vaskuler, migrasi monosit dan limfosit ke dalam intima, serta gangguan relaksasi
vaskuler dan perekrutan leukosit yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan
vaskular. Aktivasi jalur NF-kB akibat kondisi hiperglikemia yang berkepanjangan
akan meningkatkan ekspresi molekul adhesi seperti endothelin-1, vascular cell
adhesion molecule-1 (VCAM-1), E-selectin, tissue factor trombomodulin,
vascular endothelial growth factor (VEGF), sitokin proinflamasi (IL-1, IL-6, dan
TNF-α) yang semuannya merupakan patogenesis dari penyakit vaskular pada
diabetes (Gambar 2.3).8,9,1311,27

Gambar 2.3 Mekanisme AGE dalam perkembangan komplikasi DM27

Gambar 2.3 Mekanisme AGE dalam perkembangan komplikasi DM827

18
2.4 Kerangka Teori

DM Hiperglikemia

Glikosilasi

AGE

Berinteraksi dengan RAGE

ROS

Molekul Adhesi
Sitokin Proinflamasi
Disfungsi Endotel

IL-6 dan TNF-α

Rekrutmen leukosit

Leukosit ↑

Gambar 2.4 Kerangka Teori

19
Gambar 2.4 Kerangka Teori

2.5 KERANGKA KONSEP

GDP ≥ 126 mg/dl


Leukosit ↑
(DM)

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode cross
sectional

3.2 Tempat dan Waktu


Tempat penelitian ialah Rumah Sakit Budi Kemuliaan, Kota Batam,
Kepulauan Riau selama periode Januari – Desember 2017

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi Target : Data Pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2
Populasi Terjangkau : Data Pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 yang
berobat ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan
Sampel : Data Pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 yang berobat ke
Rumah Sakit Budi Kemuliaan selama periode Januari-Desember 2017.

3.4 Perkiraan Besar Sampel

21
2
Zα PQ
n=
d2
Keterangan :
Zα = 1,96
P = 6,9% 28
d = 10%
Q = 1-P = 1-0,069 = 0,931


❑❑
n = 24,678 ≈ 25 orang
Untuk mengantisipasi bias maka jumlah sampel ditambah 10% menjadi 28 orang
Keterangan :
Zα = 1,96
P = 15% 30
d = 10%
Q = 1-P = 1-0,15 = 0,85

❑❑
❑❑
n = 47 orang
Untuk mengantisipasi bias maka jumlah sampel ditambah 10% menjadi 52 orang

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria Inklusi :
 Data Pasien yang diagnosis DM tipe 2 yang dikonfirmasi
berdasarkan kriteria klinis menurut PERKENI 2015 pada periode
Januari- Desember 2017

Kriteria Eksklusi :
 Terdapat keadaan atau penyakit lain yang dapat mengganggu hasil
pengukuran atau interpretasi seperti :
 Penggunaan exogenous steroids. Contoh : kortikosteroid
 Menggunakan semua jenis diuretik

22
 Adanya tumor atau keganasan yang menyebabkan peningkatan
kadar gula darah/ hiperglikemia kronis yaitu tumor pankreas
 Terdapat infeksi

3.6 Cara Kerja Penelitian


 Mengumpulkan dan memilih data rekam medis pasien DM tipe 2 yang
berobat ke RS Budi Kemuliaan pada periode Januari-Desember 2017
dan yang memenuhi kriteria inklusi serta tidak termasuk kriteria
eksklusi
 Mencatat data hasil pemeriksaan kadar glukosa darah, hasil
pemeriksaan, jumlah leukosit pasien DM tipe 2
 Data kemudian dianalisis secara statistik

3.7 Variabel Penelitian


 Variabel bebas : kadar glukosa darah puasa pada pasien DM tipe 2
 Variabel tergantung : jumlah leukosit pasien DM tipe 2

3.8 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data rekam medis pasien DM 2 di RS Budi Kemuliaan

3.9 Definisi Operasional


Kadar Glukosa Darah Puasa
a. Definisi : jumlah atau kandungan glukosa di dalam plasma darah
setelah puasa 8 jam (PERKENI 2015)2915
b. Cara ukur : Pemeriksaan glukosa darah puasa yang dianjurkan adalah
pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah
vena. Darah kemudian dicampur dengan reagen benedict. 29 Hasil

23
pemeriksaan kemudian akan tuliskan oleh dokter/asisten penanggung
jawab pasien di rekam medis.
c. Alat ukur : data rekam medis
d. Hasil ukur :
Glukosa darah puasa (GDP) dalam mg/dl
e. Skala ukur : Skala numerik

Jumlah Leukosit
a. Definisi : merupakan tes laboratorium hematologi untuk mengetahui
jumlah leukosit dalam darah298
b. Cara ukur : darah vena yang diambil akan dicampur dengan asam asetat
glasial 3 ml dan 1 ml larutan gentian violet 1%. Kemudian dihitung pada
bilik hitung Neubauer dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x29
c. Alat ukur : data rekam medis
d. Hasil ukur : jumlah leukosit dalam sel/μl
e. Skala ukur : skala numerik

3.10 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan subjek data dilakukan secara non probability sampling yaitu
consecutive sampling. Data yang memenuhi kriteria inklusi kemudian dicatat dan
diolah

3.11 Analisis Data


Data akan dianalisis dengan analisis univariat untuk mendapatkan
distribusi frekuensi dan persentase dari semua variabel yang akan diteliti. Peneliti
menganalisis peningkatan leukosit pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi
dengan menggunakan grafik peningkatan. 30

24
3.12 Alur Penelitian

Membuat
Mengajukan judul proposal Disetujuii Izin ke RS
penelitian penelitian

Analisis data Mengolah Mengambil data


data Izin mengambil
dan hasil data

Laporan hasil
penelitian

Gambar 3.1. Alur Penelitian

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian


Penelitian ini dilakukan menggunakan 22 data rekam medis pasien DM tipe
2 dengan komplikasi yang berobat di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam,
Kepulauan Riau pada periode Januari – Desember 2017. Jumlah sampel ini
kurang dari seharusnya yaitu 28 52 orang sampel dikarenakan adanya
keterbatasan waktu yang diberikan pihak RS dalam pengambilan sampel.
Komplikasi yang terdapat pada sampel berupa gagal ginjal kronis,
neuropati, angina pectoris, penyakit arteri perifer (PAD/peripher artery

25
disease), dislipidemia, penyakit jantung koroner, dan stroke. Berdasarkan
jenis kelamin, sampel berjenis kelamin laki-laki berjumlah 13 orang orang
dan perempuan 9 orang dengan rentang usia antara 34 – 81 tahun. Pada data
glukosa darah puasa didapatkan rerata 186,5 mg/dl, dengan glukosa darah
sewaktu 267 mg/dl. Data jumlah leukosit sampel didapatan rerata 7.767,72
sel/µl. Komplikasi yang terdapat pada sampel berupa gagal ginjal kronis,
neuropati, angina pectoris, penyakit arteri perifer (PAD/peripher artery
disease), dislipidemia, penyakit jantung koroner, dislipidemia, dan stroke.
(tabel 4.1)

TABEL 4.1 TABEL KARAKTERISTIK PASIEN


N=22(100%) Mean Min Maks
Jenis Kelamin
Pria 13 (59,09%)
Wanita 9 (40,90%)

Usia (tahun) 54 34 81
Glukosa Darah Puasa(mg/dl) 187 130 357
Glukosa Darah sewaktu(mg/dl) 267 113 595
Leukosit(sel/μl) 7.767 5500 9.800

4.2 Gambaran Jumlah Leukosit Pada Pasien DM tipe 2 dengan Komplikasi

Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah kadar glukosa


darah puasa (GDP) sebagai variabel independent dan variabel leukosit
sebagai variabel dependen. Peneliti kemudian melakukan analisis univariat
pada kedua variabel tersebut untuk melihat gambaran kinetika jumlah
leukosit terhadap peningkatan GDP pada pasien DM tipe 2 Berdasarkan
hasil perhitungan jumlah leukosit didapatkan jumlah leukosit tertinggi
adalah 9.800 sel/µl pada sampel dengan kadar glukosa darah puasa
152mg/dl. Jumlah leukosit terendah, 5.500 sel/µl didapatkan pada sampel
dengan kadar glukosa darah puasa 137 mg/dl. Pada analisis gambaran
jumlah leukosit pada peningkatan kadar glukosa darah puasa didapatkan

26
gambaran jumlah leukosit yang cenderung meningkat, namun bervariasi
atau fluktuatif. (grafik 4.1)

120

100

80

60

40

20

GDP Leukos i t

Grafik 4.1 Gambaran Jumlah Leukosit Berdasarkan Peningkatan GDP


dengan Komplikasi

Berdasarkan grafik diatas, didapatkan peningkatan jumlah leukosit pada


setiap peningkatan GDP. Jumlah leukosit tertinggi adalah 9.800 sel/µl
pada pasien dengan GDP 152 mg/dl dan jumlah leukosit terendah adalah
5500 sel/µl pada pasien dengan GDP 137 mg/dl.
BAB 5

27
PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Kadar Glukosa Darah pada Pemeriksaan Hitung Jenis


Penelitian ini dilakukan terhadap 22 data pasien diabetes mellitus (DM)
tipe 2 dengan komplikasi vaskular yang berobat di RS Budi Kemuliaan
periode Januari-Desember 2017. Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan
jumlah sampel laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Hasil ini sejalan
dengan penelitian Jin-Kyu-Him et al di Korea Selatan (2017)30 dan Hoang Van
Tong et al di Vietnam (2016)31 yang mendapatkan jumlah sampel laki-laki
lebih banyak daripada perempuan.31,32 Hal ini disebabkan di wilayah
penelitiannya (Asia) mayoritas laki-laki memiliki kebiasaan minum-minuman
alkohol dan BMI overweight hingga obesitas disertai dengan kebiasaan
32
minum-minuman alkohol yang merupakan faktor resiko terjadinya DM.
Hasil penelitian ini bBerbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Thomas
Reinehr et al (2013)32 dan Borne-Yen et al (2016)33 di Jerman...... yang
mendapatkan dengan sampel perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Hal
ini dikarenakan skala aktivitas pada perempuan di daerah tersebut yang
cenderung rendah disertai kadar lemak lebih banyak sehingga cenderung
terjadi obesitas. dan beresiko mengalami DM. Obesitas berkaitan erat
hubungannya dengan sindrom metabolik baik itu obesitas sentral maupun
obesitas perifer. Sindrom metabolik adalah kumpulan abnormalitas metabolik
yang mengarah pada peningkatan resiko penyakit kardiovaskular dan diabetes
mellitus (DM).4,33,34
Berdasarkan gambaran grafikhasil perhitungan jumlah leukosit pada
pasien penderita DM tipe 2 dengan komplikasi didapatkan jumlah leukosit
yang cenderung meningkat seiring dengan peningkatan kadar glukosa darah
puasa.ditemukan peningkatan leukosit pada setiap peningkatan GDP. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wei Xu et al (2013)34 di China
di China yang menyatakan penderita DM tipe 2 dengan kadar glukosa darah
puasa tinggi dan memiliki komplikasi KAD vaskular memiliki jumlah leukosit
yang meningkat dibandingkan dengan penderita tanpa komplikasi KAD.
Kondisi ini menunjukan adanya adanya peningkatan leukosit pada pasien DM

28
tipe-2 yang memiliki komplikasi ketoasidosis diabetikum. Hal ini dikarenakan
ketoasidosis diabetikum berhubungan dengan kadar Ph arteri, tingginya kadar
H+ dapat menyebabkan leukosit diproduksi berlebihan dimana jenis yang
banyak diproduksi adalah neutrofil........ H. Hasil penelitian ini berbeda
dengan yang dilakukan oleh Chodijah et al (2013)35 di Indonesia yang
menyatakan bahwa makin tinggi kadar glukosa darah puasa, maka makin
rendah kadar leukosit. Hal ini dikarenakan jumlah leukosit pada penderita
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut adalah penggunaan
insulin sebelumnya, konsumsi obat-obatan selain obat diabetes antibiotik,
lamanya dirawat dan menderita DM, kepatuhan pasien, serta gaya
hidup/kebiasaan pasien seperti merokok, yang tidak dicantumkan adanya
kemungkinan terjadinya infeksi, dan lain-lain. Pada penelitian tersebut,
dikatakan bahwa terapi insulin memiliki sifat antiinflamasi dan menekan
produksi berbagai proinflamasi sehingga jumlah leukosit tidak meningkat.

5.2 Keterbatasan Penelitian


 Pengambilan data tidak dilakukan secara random dan jJumlah sampel yang
relatif kecil dari rekam medis sehingga terdapat keterbatan keterbatasan
data penelitian
 Metode penelitian yang dilakukan dengan data yang tidak berpasangan dan
metode cross-sectional
 Bias informasi, karena datanya merupakan data sekunder, sehingga
memungkinkan adanya informasi yang tidak dituliskan seperti riwayat
kebiasaan.
 Tidak didapatkan data pemeriksaan jumlah leukosit sebelum dan sesudah terapi

 Bias perancu, adanya data yang tidak didapatkan namun dapat


mempengaruhi hasil seperti lamanya menderita DM, lamanya pengobatan,
jenis obat DM yang digunakan pasien, dan kebiasaan lainnya
sepertimisalnya, merokok, aktivitas fisik, dan lain-lain.

29
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Budi
Kemuliaan Batam, Kepulauan Riau selama periode Januari – Desember
2017 terhadap 22 pasien didapatkan:
 Jumlah penderita DM tipe 2 yang mengalami komplikasi non infeksi
dalam penelitian ini sebanyak 22 orang
 Didapatkan adanya kecenderungan peningkatan jumlah leukosit seiring
meningkatnya jumlah glukosa darah puasa pada setiap peningkatan
kadar glukosa darah puasa pada penderita DM tipe 2 dengan komplikasi.

6.2 Saran

30
 Bagi peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian ini dengan
jumlah sampel yang lebih besar, melakukan pengambilan sampel secara
serial, menambahkan data meneliti faktor-faktor lain yang
mempengaruhi seperti jenis obat, lama pengobatan, kebiasaan dan
sebagainya.menyebabkan proses inflamasi pada penderita DM. Selain
itu disarankan untuk menggunakan data primer dengan desain penelitian
yang bersifat kohort atau case-control dengan data yang berpasangan
untuk penelitian selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

1. Global report on diabetes [Internet]. Geneva: World Health Organization


(WHO); 2016 [cited 30 June 2018]. Available from:
http://www.who.int/diabetes/global-report/en/
2. Diabetes Atlas. USA: International Diabetes Federation (IDF); 2013 [cited
30 June 2018]. Available from: https://www.idf.org/e-
library/epidemiology-research/diabetes-atlas.html
3. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2013.
4. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Kepulauan
Riau. Kepulauan Riau: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI; 2009

31
5. Ozougwu JC, Obimba KC, Belonwu CD, Unakalamba CB. The
pathogenesis and pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes mellitus.
Journal of Physiology and Pathophysiology. 2013:Nigeria; 4(4):46-57.
6. Piero MN, Nzaro GM, Njagi JM. Diabetes mellitus – a devastating
metabolic disorder. Asian Journal of Biomedical and Pharmaceutical
Sciences. 2015:Nairobi; 4(40):1-7.
7. Siracuse JJ, Chaikof EL. The pathogenesis of diabetic atherosclerosis.
Diabetes and Peripheral Vascular Disease. 2012:USA; 13-26.
8. Goldin A, Beckman JA, Schmidt AM, Creager MA. Advanced glycation
end products: sparking the development of diabetic vascular injury.
Circulation. 2006:Boston; 114(6):597-605.
9. Jin X, Yao T, Zhou Z, Zhu J, Zhang S, Hu W, et al. Advanced glycation
end products enhance macrophages polarization into m1 phenotype
through activating rage/NF-κB pathway. BioMed Research International.
2015:Cairo; 1-12.
10. Moradi S, Jafarian-Kerman SR, Rohani F, Salari F. Association between
diabetes complications and leukocyte counts in Iranian patients. Journal of
Inflammation Research. 2015:Iran;5:7-11.
11. Cefalu Wt. Standards of medical care in diabetes - 2017 [Internet]. 4 Suppl
1:11-24. Danvers: American Diabetes Association; 2017 [cited 30 June
2018]. Available from: http://www.amidacareny.org/wp-
content/uploads/dc_40_s1_final.pdf
12. Baynest H. Classification, pathophysiology, diagnosis and management of
diabetes mellitus. Journal of Diabetes & Metabolism. 2015:Ethopia;6(5):1-
9.
13. Powers AC. Diabetes mellitus: diagnosis, classification, and
pathophysiology. In: Kasper DL, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL,
Jameson JL, Loscalzo J. Harrison's principles of internal medicine. 19th
ed. New York: McGraw-Hill Education.; 2015. p. 2399-2407.
14. Matsuzawa Y, Shimomura I, Nakamura T, Keno Y, Kotani K, Tokunaga K.
Pathophysiology and pathogenesis and visceral fat obesity.
Pathophysiology. 1995;3 Suppl 2:187-194.

32
15. Soelistijo SA, Novida H, Rudijanto A, Soewondo P, Suastika K, Manaf A.
Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di
indonesia 2015. Jakarta: Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia; 2015.
16. Lauralee Sherwood. In: Sherwood L. Human physiology. 8th ed. Belmont,
CA: Brooks/Cole, Cengage Learning; 2013. p. 704-721
17. Gelling R. Diabetic hyperphagia—ghrelin in the driver’s seat.
Endocrinology. 2006:USA;147(6):2631-2633.
18. Yu JH, Kim MS. Molecular mechanisms of appetite regulation. Diabetes
& Metabolism Journal. 2012:Korea;36(6):391-398.
19. Fritschi C, Quinn L. Fatigue in patients with diabetes: A review. Journal of
Psychosomatic Research. 2010;69(1):33-41.
20. Yagihashi S, Mizukami H, Sugimoto K. Mechanism of diabetic
neuropathy: Where are we now and where to go. Journal of Diabetes
Investigation. 2010:Japan;2(1):18-32.
21. Tarr JM, Kaul K, Chopra M, Kohner EM, Chibber R. Pathophysiology of
diabetic retinopathy. ISRN Ophthalmology. 2013:England;1-13
22. Moore CR, Wang R. Pathophysiology and treatment of diabetic erectile
dysfunction. Asian Journal of Andrology. 2006;8(6):675-684.
23. Maiorino MI, Bellastella G, Esposito K. Diabetes and sexual dysfunction:
current perspectives. Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity: Targets
and Therapy. 2014;7:95-105.
24. Hiatt James L, Gartner LP. Darah dan Hemopoesis. Buku Ajar Berwarna
Histologi ln: Suryono IAS Ed 3. Elsevier Inc:; 2007: Jakarta;215-245
25. Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Basic Immunology Function and
Disorders of the Immune System. Ed 5. Elsevier inc; 2016: Singapore
26. Rilley KL, Rupert J. Evaluation of Patients with Leukocytosis. The
American Family Physician. 2015:USA; 92(11) 1004-1011
27. Paxton S, Adele, Peckham M. White blood cells [Internet]. The Leeds
Histology Guide. [cited 2018 June 30]. Available from:
https://www.histology.leeds.ac.uk/blood/blood_wbc.php

33
28. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menkes: mari kita cegah
diabetes dengan cerdik [Internet]. Jakarta: Depkes.go.id; 2016 [cited 2018
June 30]. Available from:
http://www.depkes.go.id/article/view/16040700002/menkes-mari-kita-
cegah-diabetes-dengan-cerdik.html
29. Mahode AA. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan.:
EGC, 2015: Jakarta
30. Kim KJ, Lee YA, Kang HJ, et al. Association of Fasting Glucose Level
with Neutrophil-Lymphocyte Ratio Compared to Leukocyte Count and
Serum C-Reactive Protein. Korean Journal of Family Medicine. 2018:
Korean;39:42-50
31. Tong HV, Luu NK, Son HA et al. Adiponectin and Pro-Inflammatory
Cytokines Are Modulated in Vietnamese Patients With Type 2 Diabetes
Mellitus. Journal of Diabetes Investigation. 2017: Vietnam; 8:295-305
32. Reinehr T. Type 2 diabetes mellitus in children and adolescents. World
Journal of Diabetes. 2013;4(6):270-281
33. Borné Y, Smith JG, Nilsson PM, Melander O, Hedblad B, Engström G.
Total and differential leukocyte counts in relation to incidence of diabetes
mellitus: a prospective population-based cohort study. PLOS ONE.
2016:USA;11(2):1-13.
34. Xu W, Wu HF, Ma SG, Bai F, Hu W, Jin Y, et al. Correlation between
peripheral white blood cell counts and hyperglycemic emergencies.
International Journal of Medical Sciences. 2013:China;10(6):758-765.
35. Chodijah S, Nugroho A, Pandelaki K. Hubungan kadar gula darah puasa
dengan jumlah leukosit pada pasien diabetes mellitus dengan sepsis. Jurnal
eBM. 2013:Manado;1(1):602-606.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Inyang M, Okey-Orji, Stella. Sedentary lifestyle: Health Implications.


Nigeria: IOSR Journal of Nursing and Health Science (IOSR-JHNS);
2015:. Nigeria.

2. World Health Organization (WHO). Global Report on Diabetes. 2016:


Geneva; 2016

3. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (InfoDATIN).


Jakarta: Situasi dan Analisis Diabetes. Kementerian Kesehatan RI.; 2014:
Jakarta

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan


RI. Jakarta: Riset Kesehatan Dasar; 2013: Jakarta

5. Ozougwu JC, Obimba KC, Belonwu CD, Unakalamba CB. The


pathogenesis and pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes mellitus.
Academic Journal. Journal of Physiology and Pathophysiology.
2013:Nigeria. 2013;4(4):46-57.

6. Piero M.N, Nzaro G.M, Njagi J.M. Diabetes Mellitus- a Devastating


Metabolic Disorder. Nairobi: Asian Journal of Biomedical and
Pharmaceutical Sciences; 2014: Nairobi

7. Siracuse JJ, Chaikof EL. The Pathogenesis of Diabetic Atherosclerosis.


Departement of Surgary, Harvard Medical School. 2014: USA; 2014.

8. Goldin A, Beckman JA, Schmidt AM, Creager MA. Advanced Glycation


End Product. Boston: Sparkling the Development of Diabetic Vascular
Injury. Brigham and Women’s Hospital and Harvard Medical School;
2006: Boston

9. Moradi S, Kerman SJF, Rohani F. Association between diabetes


complications and leukocyte counts in Iranian patients. Iran: Journal of
Inflammation Research.(5)7-11; 2012: Iran

35
10. Powers AC. Harrison’s Principles Internal Vol.2 19th. Kasper L, editor.
USA: McGraw Hill; 2015: USA

11. Jin X, Yao T, Zhou Z et al. Advanced Glycation End Products Enhance
Macrophage Polarization into M1 Phenotype Through Activating
RAGE/NF-kB Pathway. Cairo, Egypt: Hindawi Publishing Corporation
Biomed Research International; 2015: Jakarta,

12. Cefalu WT. Diabetes Care. The Journal of Clinical And Appilied Research
And Education; 2017 lokasi pencetak ???;;40 (1):S11-S24

13. Baynest WH. Classification, pathophysiology, diagnosis and management


of diabetes mellitus. Journal of Diabetes and Metabolism. 2015 lokasi
pencetak ???;: Available from:https://www.omicsonline.org/open-
access/classification-pathophysiology-diagnosis-and-management-of-
diabetesmellitus-2155-6156-1000541.php?aid=53137\

14. Matsuzawa Y, Shimomura I, Nakamura T, et al. Pathophysiology and


Pathogenesis of Visceral Fat Obesity. Obesity Research;1995 lokasi
pencetak ???; 3 (suppl2):187s-194s

15. Soelistijo SA, Novida H, Rudijanto A, et al. Konsensus Pengelolaan dan


Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Perkeni; 2015: Jakarta

16. Hall JE. Guyton and Hall Textbook of medical physiology: Resistance of
the Body to Infection: I. Leukocytes, Granulocytes, the Monocyte-
Macrophage System, and Inflammation; 2014 lokasi pencetak ???; p.423-
432

17. Gelling RW. Diabetic hyperphagia. Ghrelin in Driver’s seat.


Endocrinology. 2006 lokasi pencetak ???;; 147 (6): 2631-2633

18. Yu JH, Kim MS. Molecular mechanism of appetite regulation. Diabetes


and Metabolism Journal; 2012 lokasi pencetak ???;;36:391-398. Available
from: http//e-dmj.org

19. Fritschi C, Quinn L. Fatigue in Patients with Diabetes: A Review. J


Psychosom. 2010 lokasi pencetak ???; Res 69(1): 33-41,

20. Yagihashi S, Mizukami H, Sugimoto K. Mechanism of diabetic


neuropathy: Where are we now and where to go ?. Journal of Diabetes
Investigation. 2011 lokasi pencetak ???;; 2(1): 18-32

36
21. Tarr JM, Kaul K, Chopra M, et al. Pathophysiology of Diabetic
Retinopathy. ISRN Ophthalmology. 2012 lokasi pencetak ???;; p. 1-13

22. Moore CR, Wang R. Pathopysiology and Treatment of diabetic erectile


dysfunction. Asian Journal of Andrology. 2006: lokasi
pencetak ???;8(6):675-684

23. Maiorino MI, Bellastella, Esposito K. Diabetes and sexual dysfunction:


current perspectives. Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity. 2014
lokasi pencetak ???;;7:95-105

24. University of Leeds. The histology guide. Available from : Histologi leed
diakses pada 15 November 2017

25. Hiatt James L, Gartner LP. Darah dan Hemopoesis. Buku Ajar Berwarna
Histologi ln: Suryono IAS Ed 3. Elsevier Inc: 215-245; 2007: lokasi
pencetak ???;215-245

26. Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Basic Immunology Function and
Disorders of the Immune System. Ed 5. Singapore: Elsevier inc; 2016:
lokasi pencetak ???;

27. Patel, Sandip, Santani Dev. Role of Nf-kB in the Pathogenesis of Diabetes
and Its Associated Complication. Gujarat: Pharmacological Reports; 2009:
lokasi pencetak ???;

28. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2013:
Jakarta

29. Mahode AA. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan.


Jakarta: EGC, 2015: Jakarta

30. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan Kesehatan. 5 th ed. Jakarta:
Salemba Medika; 2011: Jakarta

31. Kim KJ, Lee YA, Kang HJ, et al. Association of Fasting Glucose Level
with Neutrophil-Lymphocyte Ratio Compared to Leukocyte Count and
Serum C-Reactive Protein. Korean Journal of Family Medicine. 2018:
Korean;39:42-50

37
32. Tong HV, Luu NK, Son HA et al. Adiponectin and Pro-Inflammatory
Cytokines Are Modulated in Vietnamese Patients With Type 2 Diabetes
Mellitus. Journal of Diabetes Investigation. 2017: lokasi
pencetak ???;;8:295-305

33. Reinehr T, Jugendklinik VKU. Type 2 Diabetes Mellitus in Children and


Adolescents. World Journal of Diabetes. 2013: lokasi pencetak ???;;4(6):
270-281

34. Borne Y, Smith JG, Nilsson PM et al. Total and Differential Leukocyte
Counts in Relation to Incidence of Diabetes Mellitus: A Prospective
Population-Based Cohort Study. PLOS ONE. 2016: lokasi
pencetak ???;;1-13

35. Zhang X, Dong L, Wang Q et al. The Relationship Between Fasting


Plasma Glucose and MP in Patients With Acute Coronary Syndrome.
BMC Cardiovascular Disorders. 2015: lokasi pencetak ???;;15:93

36. Hong FL, Li XL, Luo SH, et al. Relation of Leukocytes and Its Subsets
Counts with the Severity of Stable Coronary Artery Disease in Patients
with Diabetes Mellitus. PLOS ONE. 2014: lokasi
pencetak ???;;9(3):e90663

37. Okada K, Hibi K, Gohbara M, et al. Association Between Blood Glucose


Variability and Coronary Plaque Instability in Patients with Acute
Coronary Syndromes. Cardiovascular Diabetology. 2015: lokasi
pencetak ???;;14:111
38.

38
Lampiran I : Lembar Pengerjaan SPSS

A. Distribusi Usia

umur pasien

N Valid 22

Missing 0

Mean 53.40

Median 54.00

Std. Deviation 10.702

Minimum 34

Maximum 81

B. Tabel Analisis Univariat Glukosa darah puasa dan Jumlah leukosit

Statistics

glukosa darah jumlah leukosit


puasa

Valid 22 22
N
Missing 0 0
Mean 186,50 7767,73
Median 162,50 7450,00
a
Mode 132 7300
Minimum 130 5500
Maximum 357 9800

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

39
Lampiran II : Foto

40
Lampiran III : Tindak Lanjut Permohonan Ijin Penelitian

41
Lampiran 4 : Daftar Riwayat Hidup

Nama : Yogiswara Wiwardhana Ana Suyanto


NIM : 405120169
Tempat, tanggal lahir : Samarinda, 8 Agustus 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl.Tanjung Duren Utara 2 No.429. Grogol.
e-mail : warayogis246@gmail.com

Riwayat Pendidikan Formal :


1. TK : TK Yos Sudarso -Batam (2000-2001)
2. SD : SD Yos Sudarso – Batam (2001-2007)
3. SMP : SMP Yos Sudarso- Batam (2007-2009)
4. SMA : SMA Yos Sudarso-Batam (2009-2011)
5. Perguruan Tinggi FK Untar (2012-sekarang)

42
Lampiran 5 : Data Riwayat Pasien
NO Usi Jenis Diagnosis Lain Monosi Neutrofil GDS GDP Leukosit
a kelamin selain DM tipe t% % (mg/dl (mg/dl (sel/µl)
2 ) )
1 38 Perempuan anemia+gastritis 7,6 81,5 245 243 6500

2 66 Laki-laki Anemia , CKD 8,6 65,3 235 154 6700

3 34 Perempuan HT, Neuropati 5,6 55,4 334 171 9690


4 54 Perempuan HT II, dispepsia, 13,9 54,7 214 130 8200
vertigo

5 57 Perempuan HT 4,6 63,8 207 139 8300

6 46 Perempuan dyspepsia 6,8 77,2 377 124 6140

7 65 Laki-laki DM II 7,4 60,9 595 226 5900

8 57 Perempuan HT, CHF 2,9 86,3 219 145 9900

9 60 Laki-laki anemia, 4 89,7 261 127 9200


hematemesis
melena

10 53 Perempuan DM II 10 71,6 221 205 4300

11 41 Laki-laki neuropati, 6,8 74,5 173 146 9100


anemis, HT

12 59 Laki-laki DM II + 3,8 80,2 303 152 9800


neuropati +
vertigo

13 68 Laki-laki Hipertensi 5,2 65,5 221 210 9300


uncontrolled +
katarac+
glaucoma

14 40 Perempuan Neuropati DM 6,2 80,9 282 220 7100

43
15 56 Laki-laki Anemia, CKD 6,3 75,9 231 240 7600

16 55 Laki-laki ESRD, anemia, 4,4 87,6 171 170 8800


CHF

17 66 Perempuan DM, anemia 6,6 80,5 212 129 9950


penyakit kronis

18 69 Laki-laki anemia, HT, 5 87,7 462 148 9500


anoreksi,
neuropati

19 45 Laki-laki DM 4,8 78,6 220 170 7300

20 49 Perempuan nausea vomitus, 11,8 76,8 201 180 8000


gastritis erosif

21 62 Laki-laki Angina 5,8 72,5 413 137 5500


pectoris , CHF

22 81 Perempuan CHF, HT, CKD 5,3 79,5 288 132 6100

23 38 Perempuan dm neuropati, 4,3 86,9 513 265 9700


tension type
headache

24 68 Perempuan dyspepsia, CHF 4,4 89,3 194 185 6300

25 46 Laki-laki Edema paru, 17,2 72,3 254 159 8900


ESRD

26 62 Laki-laki Hypertensive 10,9 73,4 270 145 9800


Heart Disease

27 44 Perempuan CHF, PAD 7,1 52,1 123 132 6200

28 47 Perempuan obesitas, nyeri 5,7 63,4 217 240 6700


dibagian femur

29 58 Laki-laki CHF 3,9 86,8 210 150 7900

30 59 Laki-laki Asma Bronkial, 7,7 80,5 157 233 9500


atipical chest
pain, ESRD,
angina pectoris,
katarak
hipermatur OD,
zonula lins OD,
sinekia anterior

44
OD

31 49 Laki-laki CKD, HT 1,5 86,3 290 293 6500

32 66 Laki-laki retensi urin, 4,1 88,5 265 243 9100


hipokalemi

33 55 Laki-laki Edema paru + 6,2 79,1 143 135 5900


ESRD

34 54 Laki-laki CHF, CAD, 7,9 80,3 261 175 7300


Chronic limb
Ischemia, DM,
hipoalbumin,
hiponatremia

35 70 Perempuan penurunan 4,2 83,3 224 128 5600


kesadaran ec
hipoglikemia

36 34 Perempuan dispepsia, CKD 4,1 83,5 246 180 7300

37 58 Perempuan Hiperglikemia 7,1 68,8 343 200 7600

38 62 Laki-laki CHF, HT 4,8 83,3 218 199 7590

39 43 Perempuan hipertensi, 6,2 75,2 455 275 8600


dispepsia

40 41 Laki-laki dyspepsia 6,8 87,4 248 175 6800

41 47 Laki-laki chest pain, 5,8 75,1 469 185 9400


dislipidemia

42 47 Perempuan dispepsia, DM 5,4 75 577 133 9600


hiperglikemia
kronis

43 38 Laki-laki gastritis, 10,9 52,7 190 126 9420


atiypical chest
pain, HT

44 61 Perempuan katarak matur 8,6 56,8 245 130 9840

45 43 Laki-laki HT 4,2 63,5 202 196 8500

46 53 Laki-laki HT, obes, stroke 2,7 86,6 113 237 8200

47 62 Perempuan CKD, HT 7,3 72,3 140 146 6100

45
48 49 Laki-laki DM 5,2 70,6 209 203 5400

49 40 Laki-laki DM, CHF + 6,9 67,2 260 219 6000


dyspnoe

50 40 Perempuan DM, HT, 5,9 68,3 428 357 7300


neuropati, obes

51 68 Laki-laki stroke, HT, 5,3 65,5 144 136 7900


katarak

52 51 Perempuan neuropati 4,9 68,1 357 134 6300


perifer ,
sindrom
dispepsia

53 62 Perempuan hiperglikemia, 6,5 60 224 145 5900


HT grade 1, Low
intake

54 34 Laki-laki HT, 4 62,3 210 128 9400


hiperglikemia
kronis

55 45 Laki-laki neuropati 6,7 75,5 227 130 8100


perifer ,
sindrom
dispepsia,
katarak

46

Anda mungkin juga menyukai