Anda di halaman 1dari 57

GAMBARAN PENINGKATAN JUMLAH LEUKOSIT PADA

PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE-2 DENGAN


KOMPLIKASI DI RS BUDI KEMULIAAN BATAM PERIODE
JANUARI-DESEMBER 2017

SKRIPSI

Disusun oleh

YOGISWARA WIWARDHANA ANA SUYANTO


405120169

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA

2018
GAMBARAN PENININGKATAN JUMLAH LEUKOSIT PADA
PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE-2 DENGAN
KOMPLIKASI DI RS BUDI KEMULIAAN BATAM PERIODE
JANUARI-DESEMBER 2017

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana


Kedokteran (S.Ked) pada Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta

Disusun oleh

YOGISWARA WIWARDHANA ANA SUYANTO


405120169

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2018
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya, Yogiswara Wiwardhana Ana Suyanto, NIM: 405120169

Dengan ini menyatakan, menjamin bahwa skripsi yang diserahkan kepada


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, berjudul GAMBARAN
PENINGKATAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI DI RS BUDI KEMULIAAN
BATAM PERIODE JANUARI-DESEMBER 2017 merupakan hasil karya
sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar dan tidak melanggar ketentuan plagiarism dan otoplagiarisme.
Saya menyatakan memahami adanya larangan plagiarism dan
otoplagiarisme dan dapat menerima segala konsekuensi jika melakukan
pelanggaran menurut ketentuan peraturan perundang – undangan dan
peraturan lain yang berlaku di lingkungan Universitas Tarumanagara.
Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari
pihak manapun.

Jakarta, 25 Mei 2018

Yogiswara Wiwardhana Ana Suyanto


405120169
HALAMAN PERSETUJUAN
JUDUL/TOPIK : GAMBARAN PENINGKATAN JUMLAH
LEUKOSIT PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI DI
RS BUDI KEMULIAAN BATAM PERIODE
JANUARI-DESEMBER 2017

NAMA : Yogiswara Wiwardhana Ana Suyanto


NIM : 405120169
NAMA PEMBIMBING : Dr. Sari Mariyati Dewi, M.Biomed.
LAMA PENELITIAN : 2 (Dua) Semester
LOKASI : Rumah Sakit Budi Kemuliaan, Kota Batam,
Kepulauan Riau.

Jakarta, 25 Mei 2018


Menyetujui,

(Dr. Sari Mariyati Dewi, M.Biomed) (Yogiswara Wiwardhana A.S.)

NIK:10402001 NIM: 405120169

Mengetahui,

(DR. dr. Siufui Hendrawan M.Biomed)


NIK: 104861005
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh


Nama : Yogiswara Wiwardhana Ana Suyanto
NIM : 405120169
Program Studi : S1 Pendidikan Dokter
Judul Skripsi : GAMBARAN PENINGKATAN JUMLAH LEUKOSIT
PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2
DENGAN KOMPLIKASI DI RS BUDI KEMULIAAN
BATAM PERIODE JANUARI-DESEMBER 2017

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked.) pada Program Studi Sarjana Kedokteran Fakultas
Kedokteran, Universitas Tarumanagara

DEWAN PENGUJI
Pembimbing : dr. Sari Mariyati Dewi, M Biomed ( )

Ketua Sidang : DR. dr. Siufui Hendrawan M.Biomed ( )

Penguji 1 : Dr. Marina Maria Ludong, Sp.PK ( )

Mengetahui,
Dekan : Dr.dr. Meilani Kumala, MS, Sp.GK ( )

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal :
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis akhirnya dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran peningkatan jumlah leukosit pada
penderita Diabetes Melitus tipe 2 dengan Komplikasi di RS Budi Kemuliaan Batam
Periode Januari-Desember 2017” ini dengan baik. Skripsi ini merupakan prasyarat
agar dapat dinyatakan lulus sebagai Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis mengalami keterbatasan
dalam mengerjakan penelitian, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari
berbagai pihak dan berkah dari Tuhan yang Maha Esa. Oleh kerena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah mendukung
keberhasilan penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Dr.dr. Melani Kumala, MS, SPGK selaku dekan FK Untar.
2. Dr. Sari Mariyati Dewi, M Biomed selaku pembimbing skripsi.
3. Dr. Marina Maria Ludong, Sp.PK selaku penguji skripsi
4. Dr. Susi Olivia selaku pembimbing akademik
5. Direktur dan Wakil Direktur RS Budi Kemuliaan Batam
6. Karyawan dan staf Departemen Penyakit Dalam RS Budi Kemuliaan Batam
7. Karyawan dan staf bagian Rekam Medik RS Budi Kemuliaan Batam
8. Orang tua yang membantu atas dukungan dan doanya
9. Teman-teman seperjuangan atas dukungannya, mulai dari penulisan proposal
dan penyusunan skripsi.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Penulis juga menyadari masih banyak terdapat
kekurangan, kelemahan, dan keterbatasan sehingga penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 25 Mei 2018

Penulis
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Yogiswara Wiwardhana Ana Suyanto
NIM : 405120169
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk mempublikasikan karya


ilmiah saya yang berjudul:
GAMBARAN PENINGKATAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI DI RS BUDI
KEMULIAAN BATAM PERIODE JANUARI-DESEMBER 2017 Serta
mencantumkan nama Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, 25 Mei 2018


Yang menyatakan,

Yogiswara W.A.S

405120169
ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is one of the once of metabolic diseases with the highest
numbers patients in the world that characterized by chronic hyperglycemia. This
disease is caused by insulin secretion disorders with or without insulin function
disorder . In the circulation, hyperglycaemia can induced glycosylation that results
Advanced Glycation End Product's (AGE's). If these glycosylation results conduct
with RAGE (Receptor Advanced Glycation End Product’s) this reaction can
increase inflammation process dan recrutment inflammatory cells such as
monocytes and neutrophils. The purpose of this study is to describe the leucocyte
amount in every increased of fasting blood glucose in diabetes mellitus type 2 with
complication in RS Budi Kemuliaan Batam Period January to December 2017. This
study is an descriptive study with research design cross sectional using 22 samples
that taken with consecutive sampling methods. Result this study found that DM
case more in males than female. Conclusion of this study is known increase in the
number of leukocytes in each increase in fasting blood glucose levels in patients
with type 2 diabetes with complications.

Keywords : Fasting blood glucose, Leucocyte, Monocyte, Neutrophil,


Inflammation
ABSTRAK

Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyakit metabolik dengan jumlah
penderita terbanyak di dunia yang dikarakteristik dengan kondisi hiperglikemia
kronis. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan sekresi insulin yang disertai atau
tanpa disertai gangguan fungsi insulin. Kondisi hiperglikemia pada sirkulasi
mengakibatkan terjadinya proses glikosilasi pada endotel yang menghasilkan
Advanced Glycation End Product’s (AGE’s). Bila hasil glikosilasi ini bereaksi
dengan RAGE (Receptor Advanced Glycation End Product’s) dapat meningkatkan
inflamasi dan rekrutmen sel-sel inflamasi seperti monosit dan neutrofil. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran jumlah leukosit pada peningkatan
kadar glukosa darah puasa pada penderita diabetes mellitus tipe-2 dengan
komplikasi di RS Budi Kemuliaan Batam Periode Januari-Desember 2017.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional dengan
menggunakan 22 sampel yang diambil secara consecutive sampling. Hasil
penelitian didapatkan kasus DM lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan.
Kesimpulan penelitian ini adalah didapatkan adanya peningkatan jumlah leukosit
pada setiap peningkatan kadar glukosa darah puasa pada penderita DM tipe 2
dengan komplikasi

Kata Kunci: Glukosa Darah Puasa, Leukosit, Monosit, Neutrofil, Inflamasi


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iii
HALAMAN PERTUJUAN .......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................... ix
ABSTRAK ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvi
1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.2.1 Pernyataan Masalah .................................................................... 2
1.2.2 Pertanyaan Masalah .................................................................... 2
1.3 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................ 3
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 3
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
2.1 Diabetes Mellitus (DM) ............................................................... 5
2.1.1 Definisi dan Klasifikasi .............................................................. 5
2.1.2 Patofisiologi ................................................................................ 5
2.1.3 Gejala Klinis .............................................................................. 7
2.1.4 Pemeriksaan ................................................................................ 9
2.1.5 Komplikasi .......................................................................... 9
2.2 Leukosit .......................................................................... 12
2.2.1 Neutrofil .......................................................................... 13
2.2.2 Eosinofil .......................................................................... 14
2.2.3 Basofil .......................................................................... 14
2.2.4 Limfosit .......................................................................... 15
2.2.5 Monosit .......................................................................... 16
2.3 Advanced Glycation End Products (AGE’s).................................. 16
2.4 Kerangka Teori.............................................................................. 18
2.5 Kerangka Konsep .......................................................................... 19
3. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 20
3.1 Desain Penelitian ......................................................................... 20
3.2 Tempat dan Waktu ....................................................................... 20
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 20
3.4 Perkiraan Besar Sampel ................................................................ 20
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ........................................................ 21
3.6 Cara Kerja Penelitian ................................................................... 21
3.7 Variabel Penelitian ...................................................................... 21
3.8 Instrumen Operasional .................................................................. 22
3.9 Definisi Operasional ..................................................................... 22
3.10 Teknik Pengumpulan Data............................................................ 23
3.11 Analisis Data ................................................................................ 23
3.12 Alur Penelitian .............................................................................. 24
4. HASIL PENELITIAN ............................................................................... 24
4.1 Karakteristik Subjek Penelitian ...................................................... 24
4.2 Gambaran Hitung Jenis Leukosit, Monosit
dan Neutrofil Berdasarkan Peningkatan Glukosa Darah Puasa .... 25
4.3 Korelasi Antara Peningkatan Kadar Glukosa Darah
Puasa Terhadap Peningkatan Leukosit, Neutrofil dan Monosit ..... 26
5. PEMBAHASAN ...................................................................................... 27
5.1 Gambaran Kadar Glukosa Darah
Pada Pemeriksaan Hitung Jenis ...................................................... 27
5.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 28
6. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 29
6.1Kesimpulan ..................................................................................... 29
6.2 Saran ...................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31
LAMPIRAN ...................................................................................... 34
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis-jenis Leukosit .............................................................................13


Tabel 4.1 Hasil Uji Korelasi Pearson .................................................................27
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jalur Poliol.......................................................................................11


Gambar 2.2 Regulasi Proses Patofisiologi Pada Diabetes Retinopati oleh Protein
Kinase C ..............................................................................................................11

Gambar 2.3 Mekanisme AGE dalam Perkembangan Komplikasi DM ..............17


DAFTAR SINGKATAN

DM = Diabetes Mellitus
WHO = World Health Organitation
IDF = International Diabetes Federation
Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar
AGE’s = Advanced Glycation End Products
IL-6 = Interleukin 6
TNF-α = Tumors Necrosis Factor – alfa
ADA = American Diabetes Association
IDDM = Insulin Dependent Diabetes Mellitus
NIDDM = Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
GDM = Gestational Diabetes Mellitus
DM tipe 1 = Diabetes Mellitus tipe 1
DM tipe 2 = Diabetes Mellitus tipe 2
MODY = Maturity Onset Diabetes Young
HIV/AIDS = Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency
Syndrome
HLA = Human Leucocyte Antigen
MHC = Major Histocompability Complex
Th = T-helper
ICA = Islet Cell Autoantibody
IRS-2 = Insulin Reseptors Substrat-2
IL-1 = Interleukin-1
NPY = Neuropeptida Y
AgRP = Agouti-related peptide
NCV = Neuron Conduction Velocity
DE = Disfungsi Ereksi
TTGO = Tes Toleransi Glukosa Oral
GDPT = Glukosa Darah Puasa Terganggu
KAD = Ketoasidosis Diabetic
SHH = Status Hiperosmolar Hiperglikemik
PJK = Penyakit Jantung Koroner
PAD = Peripher Artery Disease
RAGE = Receptors for Advanced Glycation End Products
NADPH = Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phophatase
SDH = Sorbitol Dehidrogenase
ROS = Reaktif Oksigen Spesies
PKC = Protein Kinase C
DAG = Diasilgliserol
GF = Growth Factor
VEGF = Vascular End Growth Factor
TGF β = Tumour Growth Factor
CSF = Colony Stimulating Factor
LDL = Low Density Lipoprotein
NfKB = Nuclear Factor Kappa B
VCAM-1 = Vascular Cell Adhesion Molecule-1
VEGF = Vascular Endotelial Growth Factor
GDP = Glukosa Darah Puasa
RS = Rumah Sakit
PERKENI = Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
CAD = Coronary Artery Disease
Hba1C = Haemoglobin A1C
ACS = Acute Coronary Syndrome
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Lembar Pengerjaan SPSS ...........................................................36


Lampiran II Foto Dokumentasi .................................................................... 43
Lampiran II Surat Tindak Lanjut Permohonan Ijin Penelitian........................44
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyakit yang cukup
mengkhawatirkan karena meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas
khususnya Indonesia. Kejadian DM di Indonesia menempati urutan ke 4 terbesar di
dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat.1 Pada tahun 2014, World Health
Organization (WHO) memperkirakan terdapat 422 juta orang dewasa penderita
diabetes mellitus di dunia. Prevalensi global ini meningkat dua kali lipat dari 4,7%
pada tahun 1980 menjadi 8,5% tahun 2014.2 Hal ini juga dinyatakan oleh
International Diabetes Federation (IDF) yang memperkirakan jumlah penderita
diabetes di dunia akan meningkat dari 382 juta jiwa (2013) menjadi 592 juta jiwa
(2035). Pada 382 juta orang tersebut, diperkirakan 175 juta diantaranya belum
terdiagnosis DM, sehingga terancam berkembangnya komplikasi secara progresif
tanpa disadari dan pencegahan.3 Peningkatan jumlah DM juga terjadi di Indonesia
dari 5,7% pada tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun 2013 (Riskesdas).4
Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2013, kejadian DM di Kepulauan Riau
menempati peringkat ke-12 (0,8%) dari kejadian DM pada seluruh daerah di
Indonesia. Angka ini meningkat tujuh peringkat dari posisi sebelumnya sehingga
memungkinkan resiko terjadinya berbagai penyakit komplikasi seperti stroke,
penyakit jantung koroner, dan sebagainya, meningkat.4 Rumah Sakit Budi
Kemuliaan merupakan rumah sakit tipe B yaitu rumah sakit yang mampu
memberikan pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis terbatas.
Rumah sakit tipe ini direncanakan akan didirikan di setiap ibukota provinsi yang
dapat menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit ini
beralamat di Jl. Budi Kemuliaan No.1 Kampung Seraya Batam Kepulauan Riau.
Rumah sakit ini memiliki fasilitas IGD 24 jam, laboratorium klinik, apotik, dan 8
poliklinik spesialis.5
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kelompok kelainan metabolik yang
dikarakteristik dengan kondisi hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh
gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.5 Hal ini dikarenakan
pankreas tidak mampu memproduksi insulin atau tubuh tidak mampu menggunakan
insulin secara efektif.5 Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel beta
pulau Langerhans pankreas dan berfungsi untuk mengatur kadar glukosa darah.6
Gangguan produksi dan atau penggunaan insulin mengakibatkan kurangnya
penggunaan glukosa oleh jaringan sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat
(hiperglikemia).7 Kondisi ini menyebabkan meningkatnya proses glikosilasi pada
vaskular semua jaringan, salah satunya adalah endotel.8,9 Proses tersebut akan
menghasilkan suatu molekul bioaktif disebut molekul Advance Glycation End
Products (AGE’s). Molekul AGE’s akan bereaksi RAGE (Receptor for Advanced
Glycation End Products) di permukaan sel dan mengaktivasi jalur NFκ-b.
Mekanisme ini menghasilkan berbagai molekul seperti molekul adhesi dan sitokin
proinflamasi (IL-6 dan TNF-α). Hal ini meningkatkan proses inflamasi dan
rekrutmen leukosit ke pada vaskular sehingga memungkinkan terjadinya gangguan
pada vaskular seperti terjadinya aterosklerosis.9,10 Pada penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Hatanaka dkk di Iran, didapatkan adanya peningkatan jumlah
leukosit pada pasien DM yang telah mengalami komplikasi vaskular.11
Berdasarkan penjelasan di atas, di tambah dengan belum adanya data
mengenai gambaran jumlah leukosit pada pasien DM di Indonesia, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tersebut di kepulauan Riau, Batam.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1 Pernyataan Masalah
Meningkatnya kadar glukosa darah puasa pada penderita DM tipe 2
meningkatkan proses glikosilasi jaringan sehingga memungkinkan terjadi
peningkatan rekrutmen leukosit pada vaskular sebagai salah satu
patomekanisme terjadinya atherosklerosis

1.2.2 Pertanyaan Masalah


1. Berapakah jumlah penderita DM tipe 2 yang telah mengalami
komplikasi non infeksi?
2. Bagaimana gambaran jumlah leukosit terhadap peningkatan kadar
glukosa darah puasa pada penderita diabetes mellitus tipe-2 dengan
komplikasi non-infeksi?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran jumlah leukosit pada peningkatan kadar glukosa
darah puasa pada penderita diabetes mellitus tipe-2 dengan komplikasi

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Diketahuinya jumlah penderita DM tipe 2 yang telah mengalami
komplikasi non infeksi
2. Diketahuinya gambaran jumlah leukosit terhadap peningkatan kadar
glukosa darah puasa pada penderita diabetes mellitus tipe-2 dengan
komplikasi non-infeksi

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Bagi responden/masyarakat
Menambah pengetahuan khususnya untuk penderita atau keluarga
penderita bahwa peningkatan kadar glukosa darah puasa dapat
meningkatkan terjadinya proses inflamasi dan resiko terbentuknya
atherosclerosis

2. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan mengenai patomekanisme proses inflamasi yang
didasari peningkatan kadar glukosa darah puasa pada penderita diabetes
mellitus hingga terbentuknya atherosklerosis
3. Bagi Institusi Universitas Tarumanagara
- Meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai patomekanisme terjadinya
aterosklerosis pada DM tipe 2 yang didasari peningkatan sel radang
sebagai akibat peningkatan kadar glukosa darah puasa
- Sebagai data awal untuk penelitian berikutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus (DM)


2.1.1 Definisi dan Klasifikasi
Diabetes Mellitus (DM) adalah kumpulan kelainan metabolik yang ditandai
adanya hiperglikemia/peningkatan kadar glukosa darah yang berlangsung kronik.12
Hal ini disebabkan kurangnya sekresi insulin, atau terjadinya penurunan sensitivitas
jaringan terhadap insulin. Insulin merupakan hormon anabolik yang dihasilkan oleh
sel Beta Pulau Langerhans dan berfungsi pada berbagai jaringan target (termasuk
hati, otot skeletal, dan lemak).13 Menurut American Diabetes Association (ADA),
DM terbagi menjadi DM tipe 1/ Insulin Depending Diabetes Mellitus (IDDM) dan
DM tipe 2/ Non Insulin Depending Diabetes Mellitus (NIDDM), diabetes mellitus
gestasional (GDM) dan diabetes mellitus tipe lain.13
Diabetes Mellitus tipe 1 (DM tipe 1) adalah diabetes yang disebabkan
karena kurangnya sekresi insulin. Diabetes Mellitus tipe 2 (DM tipe 2) adalah
diabetes yang disebabkan karena penurunan sensitivitas jaringan terhadap efek
metabolik insulin. Diabetes Mellitus gestasional (GDM) adalah diabetes yang
dialami selama kehamilan pada trimester kedua. Diabetes mellitus tipe lain adalah
diabetes yang disebabkan karena hal lain seperti sindrom monogenic diabetes
(diabetes neonatal) dan maturity-onset diabetes of the young (MODY), penyakit
eksokrin pankreas (kistik fibrosis), dan kelainan yang disebabkan karena obat/zat
kimia (obat-obatan pada HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).13

2.1.2 Patofisiologi
Diabetes Mellitus (DM) tipe 1 disebut juga diabetes mellitus juvenilles
karena biasanya onset terjadi pada usia anak-anak dan remaja. Penyebab DM tipe
1 adalah terjadinya mekanisme autoimun akibat mutasi pada kromosom 6 regio
HLA (Human Leucocyte Antigen). Regio HLA ini mengkode MHC (Major
Histocompability Complex) kelas II yang berperan dalam mempresentasikan
antigen ke sel Th (T-helper). Kemampuan MHC kelas II dalam mempresentasikan
antigen ini tergantung dari kemampuan posisi asam amino pada tempat pengenalan
antigen tersebut. Bila susunan asam amino pada tempat pengenalan antigen
mengalami perubahan maka dapat memicu terbentuknya antibodi yang mengenali
self (respon autoimun). Pada penelitian sebelumnya didapatkan adanya islet cell
autoantibody (ICA) dan infiltrasi limfosit teraktivasi di pulau-pulau Langerhans.
Proses tersebut menyebabkan terjadinya kerusakan sel beta Pankreas sehingga
terjadi penurunan sekresi insulin. Selain itu, pada DM tipe 1 juga terjadi kerusakan
sel alfa pankreas sehingga tersekresinya glukagon dalam jumlah besar. Sekresi
glukagon ini tidak dapat dihambat oleh adanya hiperglikemia. Kedua kondisi ini
mengakibatkan terjadinya lipolisis yang tidak terkontrol pada DM tipe 1 sehingga
terjadi peningkatan asam lemak bebas di plasma. Tingginya kadar asam lemak
bebas ini dapat menekan penggunaan glukosa pada jaringan perifer sehingga terjadi
gangguan ekspresi gen yang penting pada administrasi insulin.11,13,14
Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 adalah diabetes yang disebabkan penurunan
sensitivitas jaringan target terhadap efek metabolik insulin.13 Ada beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya DM tipe 2 yaitu obesitas terutama tipe visceral, dan
kurangnya aktivitas fisik.14 Diabetes Mellitus tipe 2 (DM tipe 2) ditandai dengan
adanya 2 defek patologis yaitu gangguan sekresi insulin karena disfungsi sel beta
pankreas, dan gangguan kerja insulin karena resistensi insulin. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Matsuzawa dkk (1995) di Osaka University Medical School
didapatkan adanya akumulasi lemak visceral bisa meningkatkan aktivitas
lipogenesis dan lipolisis. Kedua aktivitas tersebut menyebabkan peningkatan
pelepasan asam lemak bebas ke sirkulasi portal menuju hepar. Lipogenesis yang
berlebihan menyebabkan keadaan jenuh (distress) sehingga jaringan lemak
(adiposit) tidak mampu menyimpan kelebihan lemak. Hal ini mengakibatkan
kelebihan lemak disimpan jaringan lain seperti hati. Sel adiposit melepaskan
resistin, dan asam lemak sehingga menyebabkan produksi sitokin proinflamasi.
Resistin ini mensupresi/menekan insulin reseptor substrat-2 (IRS-2) di hepatosit
dan menggangu jalur signal insulin sehingga terjadi resistensi insulin di hepar.
Pelepasan asam lemak bebas ini juga menyebabkan penurunan uptake glukosa oleh
jaringan perifer. Hal ini memicu proses glukoneogenesis sehingga kadar glukosa
meningkat dalam darah. Bila glukosa darah meningkat terus-menerus, maka sel
beta pankreas akan melakukan kompensasi dengan meningkatkan sekresi insulin
(hiperinsulinemia). Lama-kelamaan kondisi ini mengakibatkan sel beta pankreas
mengalami kelelahan/rusak sehingga sekresi insulin menurun dan terjadi gangguan
fungsi sel beta pankreas. Selain itu, adiposit visceral mengalami proses hipertrofi
akibat kelebihan kalori sehingga suplai oksigen menurun menyebabkan terjadinya
hipoksia. Keadaan ini menyebabkan terjadinya disfungsi adiposit dan mengaktifkan
jalur signaling inflamasi dengan mensekresi kemokin dan sitokin (TNF-α, IL-1, dan
IL-6). Inflamasi ini menyebabkan resistensi insulin dengan
menghambat/menurunkan sensitivitas insulin di jaringan lemak.13-16

2.1.3 Gejala Klinis


Gejala-gejala klinis pada DM ada 2 hal yaitu gejala klasik dan non-klasik.
Gejala klasik yang paling sering dijumpai pada penderita DM ada 3P yaitu poliuri
(sering berkemih), polidipsi (sering merasa haus), dan polifagia (sering merasa
lapar).15 Gejala ini muncul karena tingginya kadar glukosa dalam darah pasien DM
(Hiperglikemi).15,16
Kadar glukosa darah yang tinggi mengakibatkan glukosa yang masuk ke
tubulus ginjal untuk difiltrasi melebihi jumlah yang dapat direabsorpsi. Kelebihan
glukosa yang difiltrasi tersebut akan dikeluarkan ke dalam urin (glukosuria).
Kondisi ini mengakibatkan terjadinya diuresis osmotik sehingga pasien mengalami
poliuri. Banyaknya cairan yang keluar lewat urin mengakibatkan terjadinya
polidipsi sebagai mekanisme kompensasi untuk mencegah dehidrasi berat.7,18
Gagalnya asupan glukosa ke dalam sel sebagai akibat kurangnya produksi
disertai atau tanpa resistensi insulin, menyebabkan terstimulasinya pusat regulasi
rasa lapar dan homeostasis energi di nukleus arkuata hipotalamus,. Pada nukleus
Arkuata terdapat neuron yang mengekspresikan neuropeptide orexigenic yang
menginduksi rasa lapar, seperti. , neuropeptide Y (NPY) dan Agouti-related peptide
(AgRP). Kurangnya glukosa dalam sel pada pasien DM memicu terproduksinya
Neuropeptida Y (NPY) dan AgRP sehingga pasien sering merasa lapar atau polifagi.
Pada penelitian sebelumnya telah didapatkan adanya dugaan keterlibatan hormon
Ghrelin, hormon yang diproduksi oleh usus, pada proses terjadinya polifagi pada
pasien DM.17,19,20
Selain gejala di atas, pasien DM juga mengalami gejala non-klasik yaitu
badan terasa lemah, kesemutan (neuropati), pandangan kabur (retinopati) dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita. Gejala non-klasik DM
ini baru timbul bila sudah ada komplikasi kronis.14,17,19 Badan terasa lemah dapat
terjadi pada pasien DM tipe 1 atau 2 karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam
sel. Hal ini mengakibatkan metabolisme glukosa di dalam sel tidak terjadi sehingga
tidak ada energi yang dihasilkan.18,21
Pada pasien DM, dapat terjadi perubahan struktur dari saraf perifer dan
gangguan pelepasan neuropeptida di ganglion dorsalis yang mengakibatkan
terjadinya hambatan kecepatan saraf antar neuron/Neuron Conductive Velocity
(NCV). Pada diabetic neuropati, terjadi perlambatan NCV karena demielinisasi dari
serabut saraf yang bermielin serta penurunan potensial aksi saraf. Hambatan ini
ditambah dengan gangguan mikrovaskular, menyebabkan timbulnya rasa
kesemutan (neuropati) pada pasien.22 Gangguan konduksi saraf juga terjadi pada
saraf optik retina yang menyebabkan Gangguan fungsi retina dalam menangkap
rangsang cahaya dan penyampaian impuls ke otak. Kondisi ini ditambah dengan
gangguan mikrovaskular pada retina mengakibatkan pandangan pasien menjadi
kabur (retinopati). Selain itu, pandangan kabur disebabkan juga oleh adanya edema
makula sebagai akibat ekstravasasi plasma di retina.21
Disfungsi Ereksi (DE) adalah ketidakmampuan untuk mencapai dan
mempertahankan fungsi ereksi untuk hubungan seksual yang memuaskan. Etiologi
pada ED bersifat multifactorial, salah satunya yaitu faktor pembentukan molekul
Advanced Glycation End Product (AGE’s) yang dapat mengurangi compliance otot
polos di corpus cavernosum dan menggangu relaksasi otot polos.22,23

2.1.4 Pemeriksaan
Seseorang dikatakan menderita DM apabila dijumpai adanya gejala klasik
dan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah (plasma darah) vena sebagai berikut
(menurut PERKENI 2015) 15 :
 Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak
ada asupan kalori minimal 8 jam, atau
 Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban 75 gram, atau
 Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik,
atau
 Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan metode High-Performance Liquid
Chromatography (HPLC) yang telah terstandarisasi oleh National
Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP)

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM


di atas, digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yaitu toleransi glukosa
terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT). Kelompok
prediabetes TGT adalah kelompok dengan kadar glukosa plasma 2 jam setelah
TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa < 100 mg/dl. Kelompok
prediabetes GDPT adalah kelompok dengan hasil pemeriksaan glukosa plasma
puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam < 140
mg/dl. Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan bila hasil pemeriksaan HbA1c
yang menunjukkan angka 5,7-6,4%.15

2.1.5 Komplikasi
Jika DM tidak dikelola dengan baik dalam jangka waktu yang lama dapat
mengakibatkan munculnya berbagai komplikasi atau kerusakan organ yang
mekanismenya masih belum sepenuhnya dipahami. Komplikasi pada DM dapat
berupa akut maupun kronis. Komplikasi akut pada DM meliputi krisis
hiperglikemia (Ketoasidosis Diabetik/KAD dan Status Hiperglikemik
Hiperosmolar/SHH) dan hipoglikemia akibat obat-obatan atau penggunaan insulin
yang berlebihan. Komplikasi kronis/menahun pada DM meliputi komplikasi
makrovaskular dan mikrovaskular. Komplikasi makrovaskular seperti Penyakit
Jantung Koroner (PJK), Penyakit Arteri Perifer (PAD), dan otak (stroke iskemik
atau stroke hemoragik). Komplikasi mikrovaskular bisa mengenai beberapa organ
dengan contoh sebagai berikut yaitu mata (retinopati), ginjal (nefropati) dan saraf
(neuropati perifer dengan gejala berupa kaki terasa terbakar atau kesemutan dan
bergetar sendiri, dan terasa lebih sakit di malam hari).10
Pada penelitian sebelumnya didapatkan adanya 4 teori yang kemungkinan
mendasari terjadinya komplikasi pada pasien DM yaitu11 :
1). Terbentuknya produk Advanced Glycation End Products (AGE’s)20
Advanced Glycation End Products (AGE’s) merupakan suatu kelompok
molekul yang terbentuk melalui reaksi non enzimatik dari glukosa dengan
kelompok amino bebas dari protein, lipid dan asam nukleat. Pada permukaan sel
AGE berinteraksi dengan receptor for advance glycation end products (RAGE).
Interaksi ini menghasilkan perubahan struktur dan fungsi protein seperti matriks
seluler, membran basalis, dan komponen dinding pembuluh darah yang
menstimulasi terjadinya inflamasi.20

2). Peningkatan metabolisme glukosa melalui jalur poliol


Jalur poliol merupakan jalur dimana glukosa dimetabolisme oleh aldose
reduktase menjadi sorbitol dengan menggunakan Nicotinamide Adenine
Dinucleotide Phophatase (NADPH). Sorbitol selanjutnya di ubah menjadi fruktosa
oleh enzim sorbitol dehydrogenase (SDH). Sorbitol yang bersifat impermeable
terhadap membran seluler mudah terakumulasi di dalam sel sehingga dapat
menumpuk dan merusak sel. Adanya sorbitol impermeable ini diikuti oleh
metabolisme yang melambat pada perubahan sorbitol menjadi fruktosa. Sorbitol
akan mengubah tekanan osmotik sehingga tekanan osmotik di luar sel menjadi lebih
tinggi, kondisi ini akan menyebabkan kekurangan air di dalam sel yang berujung
pada kematian sel (kerusakan sel akibat pengaruh osmotik/osmotic damage). Proses
ini mengakibatkan berkurangnya ketersediaan NADPH yang digunakan pada
pembentuk gluthatione, yang merupakan protektif stress oksidatif. Sehingga
menyebabkan peningkatan produksi dari ROS di dalam sel.21,23
Gambar 2.1. Jalur Poliol23

3). Aktivasi Protein Kinase C (PKC)


Hiperglikemia pada pasien DM meningkatkan formasi diasilgliserol (DAG)
yang mengakibatkan teraktivasinya PKC. Protein Kinase C (PKC) merupakan
enzim yang berperan dalam stimulus hormonal, neuronal, dan growth factor (GF).
Aktivasi PKC yang berlebihan akan memberikan efek pada banyak jalur lainnya
seperti perubahan permeabilitas endotel, hemodinamik retina, ekspresi Vascular
Endotelial Growth Factor (VEGF) pada jaringan dan juga peningkatan aktivasi
serta adhesi dari leukosit (leukostasis) (gambar 2.2).21,23

Skema 2.1. Regulasi proses patofisiologi pada diabetes retinopati oleh protein kinase C 23

4). Aktivasi jalur hexosamine pathway


Jalur hexosamine adalah jalur perubahan fungsi glikosilasi protein
membentuk fructose 6- phosphate yang merupakan bahan pembentukan O-linked
glycosylation dan proteoglikan. Jalur tersebut dapat mengubah fungsi glikosilasi
protein seperti sintesis nitric oxide endotel, atau mengubah ekspresi gen dari TGF-
β dan PAI. 10
Selain itu, didapatkan juga adanya peranan growth factors (GF), vascular
endothelial growth factor A (VEGF-A) dan TGF-β pada beberapa komplikasi DM.11
pada penelitian sebelumnya didapatkan Vascular Endothelial Growth Factor A
(VEGF-A) meningkat pada diabetes dengan retinopati proliferatif dan menurun
setelah dilakukan tindakan fotokoagulasi laser. Pada penelitian lain didapatkan juga
peningkatan Transforming growth factor β (TGF-β) pada pasien diabetes dengan
nefropati yang menstimulasi produksi membran basal kolagen serta fibronektin
oleh sel mesangial.10,11

2.2 Leukosit
Leukosit merupakan komponen yang terlibat dalam pertahanan selular dan
humoral suatu organisme terhadap benda asing. Leukosit terdiri dari agranulosit
dan granulosit. Pada kategori agranulosit, terdapat 2 jenis leukosit yaitu monosit
dan limfosit. Leukosit pada kategori ini dibentuk di sumsum tulang. Kategori ini
memiliki bentuk satu inti (mononukleus). Pada kategori granulosit, terdapat 3 jenis
leukosit yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil. Leukosit pada kategori ini dibentuk
di jaringan linfatik. Kategori ini memiliki bentuk inti yang beragam
(polimorfornukleus).25,26
Gambar Keterangan Gambar

Neutrofil

Monosit

Makrofag

Eosinofil

Basofil

Limfosit

Gambar 2.1 Jenis-jenis leukosit24

2.2.1 Neutrofil
Neutrofil adalah sel yang paling banyak pada leukosit, yaitu 3500-
7000/mm3 (60-70%), Sel ini memiliki diameter 9-12 µm. Pada sirkulasi seringkali
didapatkan 2 jenis neutrofil, yaitu neutrofil batang dengan inti tidak berlobus dan
neutrofil segmen dengan ini berlobus-lobus. Lobus-lobus ini berikatan dengan
benang kromatin halus dan jumlahnya bertambah seiring bertambahnya usia sel.
Secara normal, sebagian neutrofil yang beredar didalam darah berada dalam bentuk
matang dimana nukleus sel berbentuk segmented, karena neutrofil ini sering disebut
dengan neutrofil segmen. Sedangkan neutrofil yang kurang matang, atau baru saja
dilepaskan dari sumsum tulang ke aliran darah disebut dengan neutrofil batang.
Neutrofil memiliki 3 macam granula dalam sitoplasmanya yaitu granula
spesifik, granula azurofilik, dan granula tersier. Granula spesifik mengandung
berbagai enzim dan zat farmakologis yang membantu neutrofil dalam
melaksanakan fungsi anti-mikroba. Granula azurofilik merupakan lisosom primer
dan mengandung asam hidrolase, mieloperoksidase, zat lisozim antibakteri, protein
peningkat-permeabilitas bakterisidal (BPI), katepsin G, elastase, dan kolagenase
nonspesifik.
Produksi neutrofil dirangsang oleh sitokin yaitu colony-stimulating factors
(CSF), yang disekresi oleh banyak tipe sel dalam respon terhadap infeksi. Colony-
Stimulating Factors (CSF) bekerja pada hematopoetic stem cell untuk menstimulasi
proliferasi dan maturasi prekurosor neutrofil. Neutrofil merupakan tipe sel pertama
yang memberikan respon terhadap infeksi, khususnya bakteri dan fungi dan
berperan dalam inflamasi akut.24-26 Hitung neutrofil absolut adalah besar jumlah
neutrofil yang ada didalam darah yang dapat dipakai untuk memeriksa reaksi
peradangan, infeksi, peradangan leukemia dan beberapa kondisi lainnya. Cara
pengukuran neutrofil absolut dengan mengkalikan jumlah leukosit dengan
persentase neutrofil batang dan segmen di hitung jenis leukosit. Hasil normal untuk
neutrofil absolut adalah 1,5-8,0 (1500-8000/mm3). Apabila jumlah neutrofil diatas
nilai normal disebut neutrofilia, sedangkan bila jumlah neutrofil dibawah nilai
normal disebut neutropenia.

2.2.2 Eosinofil
Eosinofil memiliki ciri-ciri yaitu berjumlah 150-400/mm3 (2-4%) dari total
leukosit, diameter 9-11 µm dan jangka hidup <2 minggu.26 Eosinofil memiliki inti
khas bilobus yang terhubung dengan sebuah benang kromatin tipis. Eosinofil
memiliki granula spesifik dan granula azurofilik. Granula spesifik memiliki
pusat/inti seperti kristal (internum) dan dikelilingi oleh bagian yang kurang padat
(eksternum). Internum mengandung protein dasar utama yang bertanggung jawab
dalam membunuh parasit. Granula azurofilik merupakan lisosom yang
mengandung enzim hidrolitik. Lisosom ini berfungsi dalam menghancurkan
cacing-cacing parasitik dan hidrolisis kompleks antigen-antibodi yang difagosit
oleh eosinofil.24-26
2.2.3 Basofil
Basofil memiliki ciri-ciri yaitu berjumlah 50-100/mm3 (kurang dari 1%) dari
total leukosit, diameter 7-8 µm, dan memiliki inti berbentuk huruf S. Inti basofil
seringkali terselubung oleh granula-granula spesifik yang besar dan banyak dalam
sitoplasma. Basofil memiliki granula spesifik dan granula azurofilik. Granula
spesifik basofil berwarna biru tua dengan pemulasan Giemsa dan Wright. Granula
ini mengandung heparin, histamin, faktor kemotaktik eosinofil, faktor kemotaktik
neutrofil, protease netral, kondroitin sulfat, dan peroksidase. Granula azurofilik
non-spesifik merupakan lisosom yang mengandung enzim-enzim yang serupa
dengan lisosom neutrofil. Basofil berfungsi hampir sama dengan sel mast
membantu reaksi inflamasi. Bila terjadi inflamasi, maka basofil akan melepaskan
isi granula yaitu histamin sehingga menyebabkan vasodilatasi, kontraksi otot polos
dan berkurangnya volume darah (karena perembesan pembuluh darah).25,26

2.2.4 Limfosit
Limfosit memiliki ciri-ciri yaitu jumlah 1500-2500/mm3 (20-25%) dari total
leukosit, diameter 7-8 µm, inti bulat dengan sedikit lekukan (besarnya mencakup
seluruh sel) dan berusia beberapa bulan hingga beberapa tahun., Sel ini tidak
mengandung granula spesifik,. Limfosit berasal dari stem cell sumsum tulang, yang
kemudian berdiferensiasi menjadi limfosit di organ limfoid primer, yaitu timus dan
sumsum tulang. Limfosit selanjutnya bermigrasi menuju organ limfoid sekunder
yaitu limpa, kelenjar getah bening, sentrum germinativum berbagai organ (misalnya
tonsil, plak peyer, appendiks). Limfosit terdiri dari 2 jenis, yaitu limfosit T ( sel T)
dan limfosit B (sel B). Sel T (imunitas seluler) menghasilkan limfokin yang akan
menarik sel tertentu misalnya makrofag dan basofil yang berfungsi sebagai
mediator non spesifik pada radang. Sel B (imunitas humoral) akan berubah menjadi
sel plasma yang menghasilkan immunoglobulin. Imunoglobulin berperan dalam
sistem imun sebagai antibodi yang akan menetralkan toksin yang dihasilkan bakteri,
melakukan opsonisasi, dan mengakibatkan bakteriolisis dengan bantuan
komplemen.25,26
2.2.5 Monosit
Monosit memiliki ciri-ciri yaitu berjumlah 200-800/mm3(3-8%) dari total
leukosit, diameter 12-15 µm (sel darah terbesar dalam sirkulasi), inti seperti bentuk
ginjal, dan berusia beberapa hari dalam darah (beberapa bulan dalam jaringan ikat).
Monosit tidak mempunyai granula spesifik Monosit mempunyai fungsi seperti
neutrofil, yang berkembang menjadi fagosit profesional. Sel-sel ini diproduksi oleh
sumsum tulang dan dilepaskan ke sirkulasi dalam keadaan masih belum matang.
Sel-sel ini berada dalam sirkulasi selama 2-3 hari dan dibawa ke jaringan. Di tempat
barunya, sel-sel ini melanjutkan pematangan dan menjadi sangat besar, berubah
menjadi sel fagosit jaringan besar yang dikenal sebagai makrofag. Makrofag
dijumpai pada berbagai organ seperti alveoli, pleura, peritoneum, di hati (sel
Kupffer), jaringan ikat (histiosit), ginjal (sel mesangial), dan sebagainya. Makrofag
terdiri dari 2 jenis, yaitu makrofag tetap dan makrofag yang menyebar pada kelenjar
getah bening, limpa, dan sumsum tulang.25,26

2.3 Advanced Glycation End Products (AGE)


Pada penelitian yang dilakukan oleh University of Medicine and Pharmacy,
tingginya glukosa kronis dapat menyebabkan terjadinya komplikasi diabetes
mellitus (DM) dengan membentukan proses oksidatif dan Advanced Glycation End
Products (AGE). Studi pre-klinik dan klinik sebelumnya menunjukkan keterlibatan
yang kuat antara AGE dengan komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular pada
DM, terutama DM tipe 2.8,11
Advanced Glycation End Products (AGE’s) adalah molekul bioaktif yang
terbentuk dari proses glikosilasi nonenzimatik protein, lipid dan asam nukleat.9
Kadar glukosa darah yang tinggi dalam jangka panjang pada penderita diabetes
memicu terjadinya proses glikasi lipid dan protein yang mengakibatkan
peningkatan AGE. Interaksi antara AGE dalam sirkulasi dengan RAGE (receptor
for advanced glycation end product) meningkatkan produksi ROS (Reactive
Oxygen Spesific) yang dapat merusak endotel. Proses pembentukan ROS ini, yang
dikenal dengan stress oksidatif, akan meningkat seiring dengan peningkatan
peroksidasi lipid dan oksidasi protein, baik pada diabetes mellitus (DM) tipe 1 dan
2.8,11
Produk AGE (Advanced Glycation End Product) berperan penting dalam
proses aterosklerosis. Reaksi silang antara AGE dengan matriks protein pada
endotel akan mengakibatkan turunnya elastisitas, gangguan pada kolagen tipe IV
laminin, dan masuknya LDL (Low Density Lipoprotein) ke subendotel. Pada
subendotel, LDL selanjutnya akan dioksidasi oleh monosit. Interaksi antara AGE
dengan RAGE juga akan mengakibatkan peningkatan permeabilitas vaskuler,
migrasi monosit dan limfosit ke dalam intima, serta gangguan relaksasi vaskuler.
Aktivasi jalur NF-kB akibat kondisi hiperglikemia yang berkepanjangan akan
meningkatkan ekspresi molekul adhesi seperti endothelin-1, vascular cell adhesion
molecule-1 (VCAM-1), E-selectin, tissue factor trombomodulin, vascular
endothelial growth factor (VEGF), sitokin proinflamasi (IL-1, IL-6, dan TNF-α)
yang semuannya merupakan patogenesis dari penyakit vaskular pada diabetes
(Gambar 2.3).8,11,27

Gambar 2.3 Mekanisme AGE dalam perkembangan komplikasi DM 27

Gambar 2.3 Mekanisme AGE dalam perkembangan komplikasi DM27


2.4 Kerangka Teori

DM Hiperglikemia

Glikosilasi

AGE

Berinteraksi dengan
RAGE
ROS

Molekul Adhesi
Sitokin Proinflamasi
Disfungsi Endotel

IL-6 dan TNF-α

Rekrutmen leukosit

Leukosit ↑

Gambar 2.4 Kerangka Teori


2.5 KERANGKA KONSEP

GDP ≥ 126 mg/dl


Leukosit ↑
(DM)

Gambar 2.5 Kerangka Konsep


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode cross
sectional

3.2 Tempat dan Waktu


Tempat penelitian ialah Rumah Sakit Budi Kemuliaan, Kota Batam,
Kepulauan Riau selama periode Januari – Desember 2017

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi Target : Data Pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2
Populasi Terjangkau : Data Pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 yang
berobat ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan
Sampel : Data Pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 yang berobat ke Rumah
Sakit Budi Kemuliaan selama periode Januari-Desember 2017.

3.4 Perkiraan Besar Sampel

𝒁𝜶𝟐 𝑷𝑸
𝒏=
𝒅𝟐
Keterangan :
Zα = 1,96
P = 6,9% 30
d = 10%
Q = 1-P = 1-0,069 = 0,931

𝟏, 𝟗𝟔𝟐 𝟎, 𝟎𝟔𝟗 𝟎𝟗𝟑𝟏


𝒏=
𝟎, 𝟏𝟐
n = 24,678 ≈ 25 orang
Untuk mengantisipasi bias maka jumlah sampel ditambah 10% menjadi 28 orang
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi :
 Data Pasien yang diagnosis DM tipe 2 yang dikonfirmasi
berdasarkan kriteria klinis menurut PERKENI 2015 pada periode
Januari- Desember 2017

Kriteria Eksklusi :
 Terdapat keadaan atau penyakit lain yang dapat mengganggu hasil
pengukuran atau interpretasi seperti :
 Penggunaan exogenous steroids. Contoh : kortikosteroid
 Menggunakan semua jenis diuretik
 Adanya tumor atau keganasan yang menyebabkan peningkatan
kadar gula darah/ hiperglikemia kronis yaitu tumor pankreas
 Terdapat infeksi

3.6 Cara Kerja Penelitian


 Mengumpulkan dan memilih data rekam medis pasien DM tipe 2 yang
berobat ke RS Budi Kemuliaan pada periode Januari-Desember 2017
dan yang memenuhi kriteria inklusi serta tidak termasuk kriteria
eksklusi
 Mencatat data hasil pemeriksaan kadar glukosa darah, hasil
pemeriksaan, jumlah leukosit pasien DM tipe 2
 Data kemudian dianalisis secara statistik

3.7 Variabel Penelitian


 Variabel bebas : kadar glukosa darah puasa pada pasien DM tipe 2
 Variabel tergantung : jumlah leukosit pasien DM tipe 2
3.8 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data rekam medis pasien DM 2 di RS Budi Kemuliaan

3.9 Definisi Operasional


Kadar Glukosa Darah Puasa
a. Definisi : jumlah atau kandungan glukosa di dalam plasma darah setelah
puasa 8 jam (PERKENI 2015)15
b. Cara ukur : Pemeriksaan glukosa darah puasa yang dianjurkan adalah
pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena.
Darah kemudian dicampur dengan reagen benedict.29 Hasil pemeriksaan
kemudian akan tuliskan oleh dokter/asisten penanggung jawab pasien di
rekam medis.
c. Alat ukur : data rekam medis
d. Hasil ukur :
Glukosa darah puasa (GDP) dalam mg/dl
e. Skala ukur : Skala numerik

Jumlah Leukosit
a. Definisi : merupakan tes laboratorium hematologi untuk mengetahui jumlah
leukosit dalam darah28
b. Cara ukur : darah vena yang diambil akan dicampur dengan asam asetat
glasial 3 ml dan 1 ml larutan gentian violet 1%. Kemudian dihitung pada
bilik hitung Neubauer dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x29
c. Alat ukur : data rekam medis
d. Hasil ukur : jumlah leukosit dalam sel/μl
e. Skala ukur : skala numerik
3.10 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan subjek data dilakukan secara non probability sampling yaitu
consecutive sampling. Data yang memenuhi kriteria inklusi kemudian dicatat dan
diolah

3.11 Analisis Data


Data akan dianalisis dengan analisis univariat untuk mendapatkan distribusi
frekuensi dan persentase dari semua variabel yang akan diteliti. Peneliti
menganalisis peningkatan leukosit pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi
dengan menggunakan grafik peningkatan. 30

3.12 Alur Penelitian

Membuat
Mengajukan Izin ke RS
proposal Disetujui
judul
penelitian i
penelitian

Analisis Mengolah Mengambil Izin


data dan data data mengambil
hasil data

Laporan hasil
penelitian

Gambar 3.1. Alur Penelitian


BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian


Penelitian ini dilakukan menggunakan 22 data rekam medis pasien DM tipe
2 dengan komplikasi yang berobat di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam,
Kepulauan Riau pada periode Januari – Desember 2017. Jumlah sampel ini
kurang dari seharusnya yaitu 52 orang dikarenakan adanya keterbatasan
waktu yang diberikan pihak RS dalam pengambilan sampel. Berdasarkan
jenis kelamin, sampel berjenis kelamin laki-laki berjumlah 13 orang orang
dan perempuan 9 orang dengan rentang usia antara 34 – 81 tahun. Pada data
glukosa darah puasa didapatkan rerata 186,5 mg/dl, dengan glukosa darah
sewaktu 267 mg/dl. Data jumlah leukosit sampel didapatan rerata 7.767,72
sel/µl. Komplikasi yang terdapat pada sampel berupa gagal ginjal kronis,
neuropati, angina pectoris, penyakit arteri perifer (PAD/peripher artery
disease), dislipidemia, penyakit jantung koroner, dislipidemia, dan
stroke.(tabel 4.1)

TABEL 4.1 TABEL KARAKTERISTIK PASIEN


N=22(100%) Mean Min Maks
Jenis Kelamin
Pria 13 (59,09%)
Wanita 9 (40,90%)

Usia (tahun) 54 34 81
Glukosa Darah Puasa(mg/dl) 187 130 357
Glukosa Darah sewaktu(mg/dl) 267 113 595
Leukosit(sel/μl) 7.767 5500 9.800
4.2 Gambaran Jumlah Leukosit Pada Pasien DM tipe 2 dengan Komplikasi

Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah kadar glukosa


darah puasa (GDP) sebagai variabel independent dan variabel leukosit
sebagai variabel dependen. Peneliti kemudian melakukan analisis univariat
pada kedua variabel tersebut untuk melihat gambaran kinetika jumlah
leukosit terhadap peningkatan GDP pada pasien DM tipe 2

120

100

80

60

40

20

0
sampel 9
sampel 6
sampel 7
sampel 8

sampel 10
sampel 11
sampel 12
sampel 13
sampel 14
sampel 15
sampel 16
sampel 17
sampel 18
sampel 19
sampel 20
sampel 21
sampel 22
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5

GDP Leukosit

Grafik 4.1 Gambaran Jumlah Leukosit Berdasarkan Peningkatan GDP


dengan Komplikasi

Berdasarkan grafik diatas, didapatkan peningkatan jumlah leukosit pada


setiap peningkatan GDP. Jumlah leukosit tertinggi adalah 9.800 sel/µl pada
pasien dengan GDP 152 mg/dl dan jumlah leukosit terendah adalah 5500
sel/µl pada pasien dengan GDP 137 mg/dl.
BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Kadar Glukosa Darah pada Pemeriksaan Hitung Jenis


Penelitian ini dilakukan terhadap 22 data pasien diabetes mellitus (DM) tipe
2 yang berobat di RS Budi Kemuliaan periode Januari-Desember 2017.
Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan jumlah sampel laki-laki lebih banyak
daripada perempuan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Jin-Kyu-Him et al di
Korea Selatan (2017) dan Hoang Van Tong et al di Vietnam (2016) yang
mendapatkan jumlah sampel laki-laki lebih banyak daripada perempuan.31,32
Hal ini disebabkan di wilayah penelitiannya mayoritas laki-laki memiliki BMI
overweight hingga obesitas disertai dengan kebiasaan minum-minuman alkohol
32
yang merupakan faktor resiko terjadinya DM. Hasil penelitian ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Thomas Reinehr et al (2013) dan Borne-
Yen et al (2016) dengan sampel perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Hal
ini dikarenakan skala aktivitas pada perempuan yang cenderung rendah disertai
kadar lemak lebih banyak sehingga terjadi obesitas. Obesitas berkaitan erat
hubungannya dengan sindrom metabolik baik itu obesitas sentral maupun
obesitas perifer. Sindrom metabolik adalah kumpulan abnormalitas metabolik
yang mengarah pada peningkatan resiko penyakit kardiovaskular dan diabetes
mellitus (DM).4,33,34
Berdasarkan gambaran grafik jumlah leukosit pada pasien DM tipe 2
dengan komplikasi ditemukan peningkatan leukosit pada setiap peningkatan
GDP. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wei Xu et al (2013)
di China yang menyatakan penderita DM tipe 2 dengan kadar glukosa darah
puasa tinggi dan memiliki komplikasi KAD memiliki jumlah leukosit yang
meningkat dibandingkan dengan penderita tanpa komplikasi KAD. Hasil
penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Chodijah et al (2013) di
Indonesia yang menyatakan bahwa makin tinggi kadar glukosa darah puasa,
maka makin rendah kadar leukosit. Hal ini dikarenakan penggunaan insulin
sebelumnya, obat-obat antibiotik, lamanya dirawat dan menderita DM,
kepatuhan pasien, serta gaya hidup/kebiasaan pasien yang tidak dicantumkan
dan lain-lain. Pada penelitian tersebut, dikatakan bahwa terapi insulin memiliki
sifat antiinflamasi dan menekan produksi berbagai proinflamasi.

5.2 Keterbatasan Penelitian


 Pengambilan data tidak dilakukan secara random dan jumlah sampel yang
relatif kecil dari rekam medis sehingga terdapat keterbatan data penelitian
 Metode penelitian yang dilakukan dengan data yang tidak berpasangan dan
metode cross-sectional
 Bias informasi, karena datanya merupakan data sekunder, sehingga
memungkinkan adanya informasi yang tidak dituliskan seperti riwayat
kebiasaan.
 Tidak didapatkan data pemeriksaan jumlah leukosit sebelum dan sesudah
terapi
 Bias perancu, adanya data yang tidak didapatkan namun dapat
mempengaruhi hasil seperti lamanya menderita DM, lamanya pengobatan,
jenis obat DM yang digunakan pasien, dan kebiasaan misalnya, merokok,
aktivitas fisik, dan lain-lain.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Budi
Kemuliaan Batam, Kepulauan Riau selama periode Januari – Desember 2017
terhadap 22 pasien didapatkan:
 Jumlah penderita DM tipe 2 yang mengalami komplikasi non infeksi
dalam penelitian ini sebanyak 22 orang
 Didapatkan adanya peningkatan jumlah leukosit pada setiap peningkatan
kadar glukosa darah puasa pada penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

6.2 Saran
 Bagi peneliti lain disarankan untuk meneliti faktor-faktor lain yang
menyebabkan proses inflamasi pada penderita DM. Selain itu disarankan
untuk menggunakan data primer dengan desain penelitian yang bersifat
kohort atau case-control dengan data yang berpasangan untuk penelitian
selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

1. Inyang M, Okey-Orji, Stella. Sedentary lifestyle: Health Implications.


Nigeria: IOSR Journal of Nursing and Health Science (IOSR-JHNS); 2015.

2. World Health Organization (WHO). Global Report on Diabetes. Geneva;


2016

3. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (InfoDATIN). Jakarta:


Situasi dan Analisis Diabetes. Kementerian Kesehatan RI.; 2014

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan


RI. Jakarta: Riset Kesehatan Dasar; 2013

5. Ozougwu JC, Obimba KC, Belonwu CD, Unakalamba CB. The


pathogenesis and pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes mellitus.
Academic Journal. Journal of Physiology and Pathophysiology. Nigeria.
2013;4(4):46-57.

6. Piero M.N, Nzaro G.M, Njagi J.M. Diabetes Mellitus- a Devastating


Metabolic Disorder. Nairobi: Asian Journal of Biomedical and
Pharmaceutical Sciences; 2014

7. Siracuse JJ, Chaikof EL. The Pathogenesis of Diabetic Atherosclerosis.


Departement of Surgary, Harvard Medical School. USA; 2014.

8. Goldin A, Beckman JA, Schmidt AM, Creager MA. Advanced Glycation


End Product. Boston: Sparkling the Development of Diabetic Vascular
Injury. Brigham and Women’s Hospital and Harvard Medical School; 2006

9. Moradi S, Kerman SJF, Rohani F. Association between diabetes


complications and leukocyte counts in Iranian patients. Iran: Journal of
Inflammation Research.(5)7-11; 2012

10. Powers AC. Harrison’s Principles Internal Vol.2 19th. Kasper L, editor.
USA: McGraw Hill; 2015

11. Jin X, Yao T, Zhou Z et al. Advanced Glycation End Products Enhance
Macrophage Polarization into M1 Phenotype Through Activating
RAGE/NF-kB Pathway. Cairo, Egypt: Hindawi Publishing Corporation
Biomed Research International; 2015

12. Cefalu WT. Diabetes Care. The Journal of Clinical And Appilied Research
And Education; 2017;40 (1):S11-S24
13. Baynest WH. Classification, pathophysiology, diagnosis and management
of diabetes mellitus. Journal of Diabetes and Metabolism. 2015: Available
from:https://www.omicsonline.org/open-access/classification-
pathophysiology-diagnosis-and-management-of-diabetesmellitus-2155-
6156-1000541.php?aid=53137\

14. Matsuzawa Y, Shimomura I, Nakamura T, et al. Pathophysiology and


Pathogenesis of Visceral Fat Obesity. Obesity Research;1995 3
(suppl2):187s-194s

15. Soelistijo SA, Novida H, Rudijanto A, et al. Konsensus Pengelolaan dan


Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Perkeni; 2015

16. Hall JE. Guyton and Hall Textbook of medical physiology: Resistance of
the Body to Infection: I. Leukocytes, Granulocytes, the Monocyte-
Macrophage System, and Inflammation; 2014 p.423-432

17. Gelling RW. Diabetic hyperphagia. Ghrelin in Driver’s seat.


Endocrinology. 2006; 147 (6): 2631-2633

18. Yu JH, Kim MS. Molecular mechanism of appetite regulation. Diabetes and
Metabolism Journal; 2012;36:391-398. Available from: http//e-dmj.org

19. Fritschi C, Quinn L. Fatigue in Patients with Diabetes: A Review. J


Psychosom. 2010 Res 69(1): 33-41,

20. Yagihashi S, Mizukami H, Sugimoto K. Mechanism of diabetic neuropathy:


Where are we now and where to go ?. Journal of Diabetes Investigation.
2011; 2(1): 18-32

21. Tarr JM, Kaul K, Chopra M, et al. Pathophysiology of Diabetic


Retinopathy. ISRN Ophthalmology. 2012; p. 1-13

22. Moore CR, Wang R. Pathopysiology and Treatment of diabetic erectile


dysfunction. Asian Journal of Andrology. 2006;8(6):675-684

23. Maiorino MI, Bellastella, Esposito K. Diabetes and sexual dysfunction:


current perspectives. Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity.
2014;7:95-105

24. University of Leeds. The histology guide. Available from : Histologi leed
diakses pada 15 November 2017

25. Hiatt James L, Gartner LP. Darah dan Hemopoesis. Buku Ajar Berwarna
Histologi ln: Suryono IAS Ed 3. Elsevier Inc: 215-245; 2007
26. Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Basic Immunology Function and
Disorders of the Immune System. Ed 5. Singapore: Elsevier inc; 2016

27. Patel, Sandip, Santani Dev. Role of Nf-kB in the Pathogenesis of Diabetes
and Its Associated Complication. Gujarat: Pharmacological Reports; 2009

28. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2013

29. Mahode AA. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan.


Jakarta: EGC, 2015

30. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan Kesehatan. 5th ed. Jakarta:
Salemba Medika; 2011

31. Kim KJ, Lee YA, Kang HJ, et al. Association of Fasting Glucose Level with
Neutrophil-Lymphocyte Ratio Compared to Leukocyte Count and Serum
C-Reactive Protein. Korean Journal of Family Medicine. 2018;39:42-50

32. Tong HV, Luu NK, Son HA et al. Adiponectin and Pro-Inflammatory
Cytokines Are Modulated in Vietnamese Patients With Type 2 Diabetes
Mellitus. Journal of Diabetes Investigation. 2017;8:295-305

33. Reinehr T, Jugendklinik VKU. Type 2 Diabetes Mellitus in Children and


Adolescents. World Journal of Diabetes. 2013;4(6): 270-281

34. Borne Y, Smith JG, Nilsson PM et al. Total and Differential Leukocyte
Counts in Relation to Incidence of Diabetes Mellitus: A Prospective
Population-Based Cohort Study. PLOS ONE. 2016;1-13

35. Zhang X, Dong L, Wang Q et al. The Relationship Between Fasting Plasma
Glucose and MP in Patients With Acute Coronary Syndrome. BMC
Cardiovascular Disorders. 2015;15:93

36. Hong FL, Li XL, Luo SH, et al. Relation of Leukocytes and Its Subsets
Counts with the Severity of Stable Coronary Artery Disease in Patients with
Diabetes Mellitus. PLOS ONE. 2014;9(3):e90663

37. Okada K, Hibi K, Gohbara M, et al. Association Between Blood Glucose


Variability and Coronary Plaque Instability in Patients with Acute Coronary
Syndromes. Cardiovascular Diabetology. 2015;14:111

38.
Lampiran I : Lembar Pengerjaan SPSS

A. Distribusi Usia

umur pasien

N Valid 22

Missing 0

Mean 53.40

Median 54.00

Std. Deviation 10.702

Minimum 34

Maximum 81

B. Tabel Analisis Univariat Glukosa darah puasa dan Jumlah leukosit

Statistics

glukosa darah jumlah leukosit


puasa

Valid 22 22
N
Missing 0 0
Mean 186,50 7767,73
Median 162,50 7450,00
Mode 132a 7300
Minimum 130 5500
Maximum 357 9800

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown


Lampiran II : Foto
Lampiran III : Tindak Lanjut Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 4 : Daftar Riwayat Hidup

Nama : Yogiswara Wiwardhana Ana Suyanto


NIM : 405120169
Tempat, tanggal lahir : Samarinda, 8 Agustus 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl.Tanjung Duren Utara 2 No.429. Grogol.
e-mail : warayogis246@gmail.com

Riwayat Pendidikan Formal :


1. TK : TK Yos Sudarso -Batam (2000-2001)
2. SD : SD Yos Sudarso – Batam (2001-2007)
3. SMP : SMP Yos Sudarso- Batam (2007-2009)
4. SMA : SMA Yos Sudarso-Batam (2009-2011)
5. Perguruan Tinggi FK Untar (2012-sekarang)
NO Usia Jenis Diagnosis Lain Monosit Neutrofil GDS GDP Leukosit
kelamin selain DM tipe % % (mg/dl) (mg/dl) (sel/µl)
2
1 38 Perempuan anemia+gastritis 7,6 81,5 245 243 6500

2 66 Laki-laki Anemia , CKD 8,6 65,3 235 154 6700

3 34 Perempuan HT, Neuropati 5,6 55,4 334 171 9690


4 54 Perempuan HT II, dispepsia, 13,9 54,7 214 130 8200
vertigo

5 57 Perempuan HT 4,6 63,8 207 139 8300

6 46 Perempuan dyspepsia 6,8 77,2 377 124 6140

7 65 Laki-laki DM II 7,4 60,9 595 226 5900

8 57 Perempuan HT, CHF 2,9 86,3 219 145 9900

9 60 Laki-laki anemia, 4 89,7 261 127 9200


hematemesis
melena

10 53 Perempuan DM II 10 71,6 221 205 4300

11 41 Laki-laki neuropati, 6,8 74,5 173 146 9100


anemis, HT

12 59 Laki-laki DM II + 3,8 80,2 303 152 9800


neuropati +
vertigo

13 68 Laki-laki Hipertensi 5,2 65,5 221 210 9300


uncontrolled +
katarac+
glaucoma

14 40 Perempuan Neuropati DM 6,2 80,9 282 220 7100

15 56 Laki-laki Anemia, CKD 6,3 75,9 231 240 7600

16 55 Laki-laki ESRD, anemia, 4,4 87,6 171 170 8800


CHF

17 66 Perempuan DM, anemia 6,6 80,5 212 129 9950


penyakit kronis
18 69 Laki-laki anemia, HT, 5 87,7 462 148 9500
anoreksi,
neuropati

19 45 Laki-laki DM 4,8 78,6 220 170 7300

20 49 Perempuan nausea vomitus, 11,8 76,8 201 180 8000


gastritis erosif

21 62 Laki-laki Angina pectoris 5,8 72,5 413 137 5500


, CHF

22 81 Perempuan CHF, HT, CKD 5,3 79,5 288 132 6100

23 38 Perempuan dm neuropati, 4,3 86,9 513 265 9700


tension type
headache

24 68 Perempuan dyspepsia, CHF 4,4 89,3 194 185 6300

25 46 Laki-laki Edema paru, 17,2 72,3 254 159 8900


ESRD

26 62 Laki-laki Hypertensive 10,9 73,4 270 145 9800


Heart Disease

27 44 Perempuan CHF, PAD 7,1 52,1 123 132 6200

28 47 Perempuan obesitas, nyeri 5,7 63,4 217 240 6700


dibagian femur

29 58 Laki-laki CHF 3,9 86,8 210 150 7900

30 59 Laki-laki Asma Bronkial, 7,7 80,5 157 233 9500


atipical chest
pain, ESRD,
angina pectoris,
katarak
hipermatur OD,
zonula lins OD,
sinekia anterior
OD

31 49 Laki-laki CKD, HT 1,5 86,3 290 293 6500

32 66 Laki-laki retensi urin, 4,1 88,5 265 243 9100


hipokalemi
33 55 Laki-laki Edema paru + 6,2 79,1 143 135 5900
ESRD

34 54 Laki-laki CHF, CAD, 7,9 80,3 261 175 7300


Chronic limb
Ischemia, DM,
hipoalbumin,
hiponatremia

35 70 Perempuan penurunan 4,2 83,3 224 128 5600


kesadaran ec
hipoglikemia

36 34 Perempuan dispepsia, CKD 4,1 83,5 246 180 7300

37 58 Perempuan Hiperglikemia 7,1 68,8 343 200 7600

38 62 Laki-laki CHF, HT 4,8 83,3 218 199 7590

39 43 Perempuan hipertensi, 6,2 75,2 455 275 8600


dispepsia

40 41 Laki-laki dyspepsia 6,8 87,4 248 175 6800

41 47 Laki-laki chest pain, 5,8 75,1 469 185 9400


dislipidemia

42 47 Perempuan dispepsia, DM 5,4 75 577 133 9600


hiperglikemia
kronis

43 38 Laki-laki gastritis, 10,9 52,7 190 126 9420


atiypical chest
pain, HT

44 61 Perempuan katarak matur 8,6 56,8 245 130 9840

45 43 Laki-laki HT 4,2 63,5 202 196 8500

46 53 Laki-laki HT, obes, stroke 2,7 86,6 113 237 8200

47 62 Perempuan CKD, HT 7,3 72,3 140 146 6100

48 49 Laki-laki DM 5,2 70,6 209 203 5400

49 40 Laki-laki DM, CHF + 6,9 67,2 260 219 6000


dyspnoe
50 40 Perempuan DM, HT, 5,9 68,3 428 357 7300
neuropati, obes

51 68 Laki-laki stroke, HT, 5,3 65,5 144 136 7900


katarak

52 51 Perempuan neuropati 4,9 68,1 357 134 6300


perifer ,
sindrom
dispepsia

53 62 Perempuan hiperglikemia, 6,5 60 224 145 5900


HT grade 1, Low
intake

54 34 Laki-laki HT, 4 62,3 210 128 9400


hiperglikemia
kronis

55 45 Laki-laki neuropati 6,7 75,5 227 130 8100


perifer ,
sindrom
dispepsia,
katarak

Anda mungkin juga menyukai