SKRIPSI
Disusun oleh
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2018
GAMBARAN PENININGKATAN JUMLAH LEUKOSIT PADA
PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE-2 DENGAN
KOMPLIKASI DI RS BUDI KEMULIAAN BATAM PERIODE
JANUARI-DESEMBER 2017
SKRIPSI
Disusun oleh
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2018
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Mengetahui,
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : dr. Sari Mariyati Dewi, M Biomed ( )
Mengetahui,
Dekan : Dr.dr. Meilani Kumala, MS, Sp.GK ( )
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal :
KATA PENGANTAR Commented [C3]: Margin atas harus tetap 3 cm
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis akhirnya dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran peningkatan jumlah leukosit pada
penderita Diabetes Melitus tipe 2 dengan Komplikasi di RS Budi Kemuliaan Batam
Periode Januari-Desember 2017” ini dengan baik. Skripsi ini merupakan prasyarat
agar dapat dinyatakan lulus sebagai Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis mengalami keterbatasan
dalam mengerjakan penelitian, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari
berbagai pihak dan berkah dari Tuhan yang Maha Esa. Oleh kerena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah mendukung
keberhasilan penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Dr.dr. Melani Kumala, MS, SPGK selaku dekan FK Untar.
2. Dr. Sari Mariyati Dewi, M Biomed selaku pembimbing skripsi.
3. Dr. Marina Maria Ludong, Sp.PK selaku penguji skripsi
4. Dr. Susi Olivia selaku pembimbing akademik
5. Direktur dan Wakil Direktur RS Budi Kemuliaan Batam
6. Karyawan dan staf Departemen Penyakit Dalam RS Budi Kemuliaan Batam
7. Karyawan dan staf bagian Rekam Medik RS Budi Kemuliaan Batam
8. Orang tua yang membantu atas dukungan dan doanya
9. Teman-teman seperjuangan atas dukungannya, mulai dari penulisan proposal
dan penyusunan skripsi.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Penulis juga menyadari masih banyak terdapat
kekurangan, kelemahan, dan keterbatasan sehingga penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH Commented [C4]: Margin atas harus tetap 3 cm
Yogiswara W.A.S
405120169
ABSTRACT Commented [C5]: Margin atas harus tetap 3 cm
Diabetes Mellitus (DM) is one of the once of metabolic diseases with the highest
numbers patients in the world that characterized by chronic hyperglycemia. This
disease is caused by insulin secretion disorders with or without insulin function
disorder . In the circulation, hyperglycaemia can induced glycosylation that results
Advanced Glycation End Product's (AGE's). If these glycosylation results conduct
with RAGE (Receptor Advanced Glycation End Product’s) this reaction can
increase inflammation process dan and leukocytes recrutment so can disturb the
function of vascular inflammatory cells such as monocytes and neutrophils. Batam
is the cities with high level of increase the people with DM and Budi Kemuliaan
hospital is one of the referral hospital in that city. The purpose of this study is to
describe the leucocyte number amount in every increased level of fasting blood
glucose in diabetes mellitus type 2 with complication in RS Budi Kemuliaan Batam
Period January to December 2017. This study method is an descriptive study with
research design cross sectional using with 22 samples that taken with consecutive
sampling methods. Result of this study found that DM case more in males than
female. Conclusion of this study is known increase in the number of leukocytes
tend to increase with increasing in each increase in fasting blood glucose levels in
patients with type 2 diabetes with complications.
Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyakit metabolik dengan jumlah
penderita terbanyak di dunia yang dikarakteristik dengan kondisi hiperglikemia
kronis. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan sekresi insulin yang disertai atau
tanpa disertai gangguan fungsi insulin. Kondisi hiperglikemia pada sirkulasi
mengakibatkan terjadinya proses glikosilasi pada endotel yang menghasilkan
Advanced Glycation End Product’s (AGE’s). Bila hasil glikosilasi ini bereaksi
dengan RAGE (Receptor Advanced Glycation End Product’s) dapat meningkatkan
inflamasi dan rekrutmen sel-sel inflamasi seperti monosit dan neutrofil leukosit
sehingga mengganggu vaskular. Batam adalah salah satu kota dengan peningkatan
jumlah penderita DM cukup tinggi dan RS Budi Kemuliaan merupakan salah satu
RS rujukan di kota tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran jumlah leukosit pada peningkatan kadar glukosa darah puasa pada
penderita diabetes mellitus tipe-2 dengan komplikasi di RS Budi Kemuliaan Batam
Periode Januari-Desember 2017. Penelitian ini merupakan penelitiandilakukan
dengan metode deskriptif dengan desain cross sectional dengan menggunakan
terhadap 22 sampel yang diambil secara consecutive sampling. Hasil penelitian
didapatkan kasus DM lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan.
Kesimpulan penelitian ini adalah didapatkan adanya kecenderungan peningkatan
jumlah leukosit pada setiap seiring dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa
pada penderita DM tipe 2 dengan komplikasi.
DM = Diabetes Mellitus
WHO = World Health Organitation
IDF = International Diabetes Federation
Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar
AGE’s = Advanced Glycation End Products
IL-6 = Interleukin 6
TNF-α = Tumors Necrosis Factor – alfa
ADA = American Diabetes Association
IDDM = Insulin Dependent Diabetes Mellitus
NIDDM = Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
GDM = Gestational Diabetes Mellitus
DM tipe 1 = Diabetes Mellitus tipe 1
DM tipe 2 = Diabetes Mellitus tipe 2
MODY = Maturity Onset Diabetes Young
HIV/AIDS = Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency
Syndrome
HLA = Human Leucocyte Antigen
MHC = Major Histocompability Complex
Th = T-helper
ICA = Islet Cell Autoantibody
IRS-2 = Insulin Reseptors Substrat-2
IL-1 = Interleukin-1
NPY = Neuropeptida Y
AgRP = Agouti-related peptide
NCV = Neuron Conduction Velocity
DE = Disfungsi Ereksi
TTGO = Tes Toleransi Glukosa Oral
GDPT = Glukosa Darah Puasa Terganggu
KAD = Ketoasidosis Diabetic
SHH = Status Hiperosmolar Hiperglikemik
PJK = Penyakit Jantung Koroner
PAD = Peripher Artery Disease
RAGE = Receptors for Advanced Glycation End Products
NADPH = Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phophatase
SDH = Sorbitol Dehidrogenase
ROS = Reaktif Oksigen Spesies
PKC = Protein Kinase C
DAG = Diasilgliserol
GF = Growth Factor
VEGF = Vascular End Growth Factor
TGF β = Tumour Growth Factor
CSF = Colony Stimulating Factor
LDL = Low Density Lipoprotein
NfKB = Nuclear Factor Kappa B
VCAM-1 = Vascular Cell Adhesion Molecule-1
VEGF = Vascular Endotelial Growth Factor
GDP = Glukosa Darah Puasa
RS = Rumah Sakit
PERKENI = Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
CAD = Coronary Artery Disease
Hba1C = Haemoglobin A1C
ACS = Acute Coronary Syndrome
pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis terbatas. Rumah sakit
tipe ini direncanakan akan didirikan di setiap ibukota provinsi yang dapat
menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit ini
beralamat di Jl. Budi Kemuliaan No.1 Kampung Seraya Batam Kepulauan Riau.
Rumah sakit ini memiliki fasilitas IGD 24 jam, laboratorium klinik, apotik, dan 8
poliklinik spesialis.5
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kelompok kelainan metabolik yang
dikarakteristik dengan kondisi hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh
gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.5 Hal ini dikarenakan
pankreas tidak mampu memproduksi insulin atau tubuh tidak mampu menggunakan
insulin secara efektif.5 Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel beta
pulau Langerhans pankreas dan berfungsi untuk mengatur kadar glukosa darah.6
Gangguan produksi dan atau penggunaan insulin mengakibatkan kurangnya
penggunaan glukosa oleh jaringan sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat
(hiperglikemia).7 Kondisi ini menyebabkan meningkatnya proses glikosilasi pada
vaskular semua jaringan, salah satunya adalah endotel.8,9 Proses tersebut akan
menghasilkan suatu molekul bioaktif disebut molekul Advance Glycation End
Products (AGE’s). Molekul AGE’s akan bereaksi RAGE (Receptor for Advanced
Glycation End Products) di permukaan sel dan mengaktivasi jalur NFκ-b.
Mekanisme ini menghasilkan berbagai molekul seperti molekul adhesi dan sitokin
proinflamasi (IL-6 dan TNF-α). Terjadinya reaksi tersebut juga dapat mengganggu
fungsi endotel sehingga dapat memungkinkan terjadinya penyusupan atau
masuknya molekul lipid pada lapisan endotel. Adanya disfungsi endotel dan
berbagai molekul proinflamasi meningkatkan terjadinya proses inflamasi pada
vaskular sehingga jumlah leukosit pun meningkat. Leukosit sebagai komponen
seluler sistem imun aktivasi dan perekrutannya dipengaruhi oleh sitokin
proinflamasi serta molekul adhesi permukaan endotel. Hal ini meningkatkan proses
inflamasi dan rekrutmen leukosit ke pada Mekanisme inflamasi ini merupakan
dasar terjadinya gangguan vaskular sehingga memungkinkan terjadinya gangguan
pada vaskular pada penderita DMseperti terjadinya aterosklerosis.9,10 Pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hatanaka dkk di Iran, didapatkan
adanya peningkatan jumlah leukosit pada pasien DM yang telah mengalami
komplikasi vaskular.11
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hatanaka dkk di Iran, didapatkan
adanya peningkatan jumlah leukosit pada penderita DM yang telah mengalami
komplikasi vaskular. Selain itu tingginya peningkatan kejadian penderita DM di
Batam membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran
jumlah leukosit pada penderita DM dengan komplikasi di RS Budi Kemuliaan yang
menjadi salah satu RS rujukan di kota Batam.5
Berdasarkan penjelasan di atas, di tambah dengan belum adanya data
mengenai gambaran jumlah leukosit pada pasien DM di Indonesia, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tersebut di kepulauan Riau, Batam.
2. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan mengenai patomekanisme proses inflamasi yang
didasari peningkatan kadar glukosa darah puasa pada penderita diabetes
mellitus hingga terbentuknya atherosklerosissebagai awal terjadinya
proses gangguan vaskular.
3. Bagi Institusi Universitas Tarumanagara
- Meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai patomekanisme terjadinya
aterosklerosis gangguan vaskular pada penderita DM tipe 2 yang
didasari peningkatan sel radang sebagai akibat peningkatan kadar
glukosa darah puasa
- Sebagai data awal untuk penelitian berikutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Patofisiologi
Diabetes Mellitus (DM) tipe 1 disebut juga diabetes mellitus juvenilles
karena biasanya onset terjadi pada usia anak-anak dan remaja. Penyebab DM tipe
1 adalah terjadinya mekanisme autoimun akibat mutasi pada kromosom 6 regio
HLA (Human Leucocyte Antigen). Regio HLA ini mengkode MHC (Major
Histocompability Complex) kelas II yang berperan dalam mempresentasikan
antigen ke sel Th (T-helper). Kemampuan MHC kelas II dalam mempresentasikan
antigen ini tergantung dari kemampuan posisi asam amino pada tempat pengenalan
antigen tersebut. Bila susunan asam amino pada tempat pengenalan antigen
mengalami perubahan maka dapat memicu terbentuknya antibodi yang mengenali
self (respon autoimun). Pada penelitian sebelumnya didapatkan adanya islet cell
autoantibody (ICA) dan infiltrasi limfosit teraktivasi di pulau-pulau Langerhans.
Proses tersebut menyebabkan terjadinya kerusakan sel beta Pankreas sehingga
terjadi penurunan sekresi insulin. Selain itu, pada DM tipe 1 juga terjadi kerusakan
sel alfa pankreas sehingga tersekresinya glukagon dalam jumlah besar. Sekresi
glukagon ini tidak dapat dihambat oleh adanya hiperglikemia. Kedua kondisi ini
mengakibatkan terjadinya lipolisis yang tidak terkontrol pada DM tipe 1 sehingga
terjadi peningkatan asam lemak bebas di plasma. Tingginya kadar asam lemak
bebas ini dapat menekan penggunaan glukosa pada jaringan perifer sehingga terjadi
gangguan ekspresi gen yang penting pada administrasi insulin.11,13,14
Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 adalah diabetes yang disebabkan penurunan
sensitivitas jaringan target terhadap efek metabolik insulin.13 Ada beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya DM tipe 2 yaitu obesitas terutama tipe visceral, dan
kurangnya aktivitas fisik.14 Diabetes Mellitus tipe 2 (DM tipe 2) ditandai dengan
adanya 2 defek patologis yaitu gangguan sekresi insulin karena disfungsi sel beta
pankreas, dan gangguan kerja insulin karena resistensi insulin. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Matsuzawa dkk (1995) di Osaka University Medical School
didapatkan adanya akumulasi lemak visceral bisa meningkatkan aktivitas
lipogenesis dan lipolisis. Kedua aktivitas tersebut menyebabkan peningkatan
pelepasan asam lemak bebas ke sirkulasi portal menuju hepar. Lipogenesis yang
berlebihan menyebabkan keadaan jenuh (distress) sehingga jaringan lemak
(adiposit) tidak mampu menyimpan kelebihan lemak. Hal ini mengakibatkan
kelebihan lemak disimpan jaringan lain seperti hati. Sel adiposit melepaskan
resistin, dan asam lemak sehingga menyebabkan produksi sitokin proinflamasi.
Resistin ini mensupresi/menekan insulin reseptor substrat-2 (IRS-2) di hepatosit
dan menggangu jalur signal insulin sehingga terjadi resistensi insulin di hepar.
Pelepasan asam lemak bebas ini juga menyebabkan penurunan uptake glukosa oleh
jaringan perifer. Hal ini memicu proses glukoneogenesis sehingga kadar glukosa
meningkat dalam darah. Bila glukosa darah meningkat terus-menerus, maka sel
beta pankreas akan melakukan kompensasi dengan meningkatkan sekresi insulin
(hiperinsulinemia). Lama-kelamaan kondisi ini mengakibatkan sel beta pankreas
mengalami kelelahan/rusak sehingga sekresi insulin menurun dan terjadi gangguan
fungsi sel beta pankreas. Selain itu, adiposit visceral mengalami proses hipertrofi
akibat kelebihan kalori sehingga suplai oksigen menurun menyebabkan terjadinya
hipoksia. Keadaan ini menyebabkan terjadinya disfungsi adiposit dan mengaktifkan
jalur signaling inflamasi dengan mensekresi kemokin dan sitokin (TNF-α, IL-1, dan
IL-6). Inflamasi ini menyebabkan resistensi insulin dengan
13-16
menghambat/menurunkan sensitivitas insulin di jaringan lemak.
2.1.4 Pemeriksaan
Seseorang dikatakan menderita DM apabila dijumpai adanya gejala klasik
dan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah (plasma darah) vena sebagai berikut
(menurut PERKENI 2015) 15 :
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak
ada asupan kalori minimal 8 jam, atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban 75 gram, atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik,
atau
Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan metode High-Performance Liquid
Chromatography (HPLC) yang telah terstandarisasi oleh National
Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP)
2.1.5 Komplikasi
Jika DM tidak dikelola dengan baik dalam jangka waktu yang lama dapat
mengakibatkan munculnya berbagai komplikasi atau kerusakan organ yang
mekanismenya masih belum sepenuhnya dipahami. Komplikasi pada DM dapat
berupa akut maupun kronis. Komplikasi akut pada DM meliputi krisis
hiperglikemia (Ketoasidosis Diabetik/KAD dan Status Hiperglikemik
Hiperosmolar/SHH) dan hipoglikemia akibat obat-obatan atau penggunaan insulin
yang berlebihan. Komplikasi kronis/menahun pada DM meliputi komplikasi
makrovaskular dan mikrovaskular. Komplikasi makrovaskular seperti Penyakit
Jantung Koroner (PJK), Penyakit Arteri Perifer (PAD), dan otak (stroke iskemik
atau stroke hemoragik). Komplikasi mikrovaskular bisa mengenai beberapa organ
dengan contoh sebagai berikut yaitu mata (retinopati), ginjal (nefropati) dan saraf
(neuropati perifer dengan gejala berupa kaki terasa terbakar atau kesemutan dan
bergetar sendiri, dan terasa lebih sakit di malam hari).10
Pada penelitian sebelumnya didapatkan adanya 4 teori yang kemungkinan
mendasari terjadinya komplikasi pada pasien DM yaitu11 :
1). Terbentuknya produk Advanced Glycation End Products (AGE’s)20
Advanced Glycation End Products (AGE’s) merupakan suatu kelompok
molekul yang terbentuk melalui reaksi non enzimatik dari glukosa dengan
kelompok amino bebas dari protein, lipid dan asam nukleat. Pada permukaan sel
AGE berinteraksi dengan receptor for advance glycation end products (RAGE).
Interaksi ini menghasilkan perubahan struktur dan fungsi protein seperti matriks
seluler, membran basalis, dan komponen dinding pembuluh darah yang
menstimulasi terjadinya inflamasi.20
Skema 2.1. Regulasi proses patofisiologi pada diabetes retinopati oleh protein kinase C 23
4). Aktivasi jalur hexosamine pathway
Jalur hexosamine adalah jalur perubahan fungsi glikosilasi protein
membentuk fructose 6- phosphate yang merupakan bahan pembentukan O-linked
glycosylation dan proteoglikan. Jalur tersebut dapat mengubah fungsi glikosilasi
protein seperti sintesis nitric oxide endotel, atau mengubah ekspresi gen dari TGF-
β dan PAI. 10
Selain itu, didapatkan juga adanya peranan growth factors (GF), vascular
endothelial growth factor A (VEGF-A) dan TGF-β pada beberapa komplikasi DM.11
pada penelitian sebelumnya didapatkan Vascular Endothelial Growth Factor A
(VEGF-A) meningkat pada diabetes dengan retinopati proliferatif dan menurun
setelah dilakukan tindakan fotokoagulasi laser. Pada penelitian lain didapatkan juga
peningkatan Transforming growth factor β (TGF-β) pada pasien diabetes dengan
nefropati yang menstimulasi produksi membran basal kolagen serta fibronektin
oleh sel mesangial.10,11
2.2 Leukosit
Leukosit merupakan komponen yang terlibat dalam pertahanan selular dan
humoral suatu organisme terhadap benda asing. Leukosit terdiri dari agranulosit
dan granulosit. Pada kategori agranulosit, terdapat 2 jenis leukosit yaitu monosit
dan limfosit. Leukosit pada kategori ini dibentuk di sumsum tulang. Kategori ini
memiliki bentuk satu inti (mononukleus). Pada kategori granulosit, terdapat 3 jenis
leukosit yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil. Leukosit pada kategori ini dibentuk
di jaringan linfatik. Kategori ini memiliki bentuk inti yang beragam
(polimorfornukleus).25,26
Pada kondisi normal jumlah leukosit adalah 4.000 hingga 11.000 sel/mm3 pada
orang dewasa dan 9.000 hingga 12.000 sel/mm3 pada bayi atau anak-anak......... Bila
jumlah leukosit kurang dari 4.000 sel/mm3 ...... maka disebut leukopeni, sedangkan
jumlah leukosit lebih dari 11.000 sel/mm3 ....... disebut leukositosis. Leukopeni
terjadi pada keadaan kanker atau penyakit lain yang merusak sum-sum tulang,
penyakit autoimun, anemia aplastik, kekurangan gizi, dan obat kemoterapi untuk
kanker. . n .............................. Leukositosis terjadi pada keganasan atau penyakit
pada sum-sum tulang, alergi, dan infeksi. ......................................... Selain infeksi,
jumlah leukosit dapat dipengaruhi oleh usia, kondisi lingkungan, musim, stress, dan
lain-lain. leh ....................................................................................................
Neutrofil
Monosit
Makrofag
Eosinofil
Basofil
Limfosit
2.2.1 Neutrofil
Neutrofil adalah sel yang paling banyak pada leukosit, yaitu 3500-
7000/mm3 (60-70%), Sel ini memiliki diameter 9-12 µm. Pada sirkulasi seringkali
didapatkan 2 jenis neutrofil, yaitu neutrofil batang dengan inti tidak berlobus dan
neutrofil segmen dengan ini berlobus-lobus. Lobus-lobus ini berikatan dengan
benang kromatin halus dan jumlahnya bertambah seiring bertambahnya usia sel.
Secara normal, sebagian neutrofil yang beredar didalam darah berada dalam bentuk
matang dimana nukleus sel berbentuk segmented, karena neutrofil ini sering disebut
dengan neutrofil segmen. Sedangkan neutrofil yang kurang matang, atau baru saja
dilepaskan dari sumsum tulang ke aliran darah disebut dengan neutrofil batang.
Neutrofil memiliki 3 macam granula dalam sitoplasmanya yaitu granula
spesifik, granula azurofilik, dan granula tersier. Granula spesifik mengandung
berbagai enzim dan zat farmakologis yang membantu neutrofil dalam
melaksanakan fungsi anti-mikroba. Granula azurofilik merupakan lisosom primer
dan mengandung asam hidrolase, mieloperoksidase, zat lisozim antibakteri, protein
peningkat-permeabilitas bakterisidal (BPI), katepsin G, elastase, dan kolagenase
nonspesifik.
Produksi neutrofil dirangsang oleh sitokin yaitu colony-stimulating factors
(CSF), yang disekresi oleh banyak tipe sel dalam respon terhadap infeksi. Colony-
Stimulating Factors (CSF) bekerja pada hematopoetic stem cell untuk menstimulasi
proliferasi dan maturasi prekurosor neutrofil. Neutrofil merupakan tipe sel pertama
yang memberikan respon terhadap infeksi, khususnya bakteri dan fungi dan
berperan dalam inflamasi akut.24-26 Hitung neutrofil absolut adalah besar jumlah
neutrofil yang ada didalam darah yang dapat dipakai untuk memeriksa reaksi
peradangan, infeksi, peradangan leukemia dan beberapa kondisi lainnya. Cara
pengukuran neutrofil absolut dengan mengkalikan jumlah leukosit dengan
persentase neutrofil batang dan segmen di hitung jenis leukosit. Hasil normal untuk
neutrofil absolut adalah 1,5-8,0 (1500-8000/mm3). Apabila jumlah neutrofil diatas
nilai normal disebut neutrofilia, sedangkan bila jumlah neutrofil dibawah nilai
normal disebut neutropenia.
2.2.2 Eosinofil
Eosinofil memiliki ciri-ciri yaitu berjumlah 150-400/mm3 (2-4%) dari total
leukosit, diameter 9-11 µm dan jangka hidup <2 minggu.26 Eosinofil memiliki inti
khas bilobus yang terhubung dengan sebuah benang kromatin tipis. Eosinofil
memiliki granula spesifik dan granula azurofilik. Granula spesifik memiliki
pusat/inti seperti kristal (internum) dan dikelilingi oleh bagian yang kurang padat
(eksternum). Internum mengandung protein dasar utama yang bertanggung jawab
dalam membunuh parasit. Granula azurofilik merupakan lisosom yang
mengandung enzim hidrolitik. Lisosom ini berfungsi dalam menghancurkan
cacing-cacing parasitik dan hidrolisis kompleks antigen-antibodi yang difagosit
oleh eosinofil.24-26
2.2.3 Basofil
Basofil memiliki ciri-ciri yaitu berjumlah 50-100/mm3 (kurang dari 1%) dari
total leukosit, diameter 7-8 µm, dan memiliki inti berbentuk huruf S. Inti basofil
seringkali terselubung oleh granula-granula spesifik yang besar dan banyak dalam
sitoplasma. Basofil memiliki granula spesifik dan granula azurofilik. Granula
spesifik basofil berwarna biru tua dengan pemulasan Giemsa dan Wright. Granula
ini mengandung heparin, histamin, faktor kemotaktik eosinofil, faktor kemotaktik
neutrofil, protease netral, kondroitin sulfat, dan peroksidase. Granula azurofilik
non-spesifik merupakan lisosom yang mengandung enzim-enzim yang serupa
dengan lisosom neutrofil. Basofil berfungsi hampir sama dengan sel mast
membantu reaksi inflamasi. Bila terjadi inflamasi, maka basofil akan melepaskan
isi granula yaitu histamin sehingga menyebabkan vasodilatasi, kontraksi otot polos
dan berkurangnya volume darah (karena perembesan pembuluh darah).25,26
2.2.4 Limfosit
Limfosit memiliki ciri-ciri yaitu jumlah 1500-2500/mm3 (20-25%) dari total
leukosit, diameter 7-8 µm, inti bulat dengan sedikit lekukan (besarnya mencakup
seluruh sel) dan berusia beberapa bulan hingga beberapa tahun., Sel ini tidak
mengandung granula spesifik,. Limfosit berasal dari stem cell sumsum tulang, yang
kemudian berdiferensiasi menjadi limfosit di organ limfoid primer, yaitu timus dan
sumsum tulang. Limfosit selanjutnya bermigrasi menuju organ limfoid sekunder
yaitu limpa, kelenjar getah bening, sentrum germinativum berbagai organ (misalnya
tonsil, plak peyer, appendiks). Limfosit terdiri dari 2 jenis, yaitu limfosit T ( sel T)
dan limfosit B (sel B). Sel T (imunitas seluler) menghasilkan limfokin yang akan
menarik sel tertentu misalnya makrofag dan basofil yang berfungsi sebagai
mediator non spesifik pada radang. Sel B (imunitas humoral) akan berubah menjadi
sel plasma yang menghasilkan immunoglobulin. Imunoglobulin berperan dalam
sistem imun sebagai antibodi yang akan menetralkan toksin yang dihasilkan bakteri,
melakukan opsonisasi, dan mengakibatkan bakteriolisis dengan bantuan
komplemen.25,26
2.2.5 Monosit
Monosit memiliki ciri-ciri yaitu berjumlah 200-800/mm3(3-8%) dari total
leukosit, diameter 12-15 µm (sel darah terbesar dalam sirkulasi), inti seperti bentuk
ginjal, dan berusia beberapa hari dalam darah (beberapa bulan dalam jaringan ikat).
Monosit tidak mempunyai granula spesifik Monosit mempunyai fungsi seperti
neutrofil, yang berkembang menjadi fagosit profesional. Sel-sel ini diproduksi oleh
sumsum tulang dan dilepaskan ke sirkulasi dalam keadaan masih belum matang.
Sel-sel ini berada dalam sirkulasi selama 2-3 hari dan dibawa ke jaringan. Di tempat
barunya, sel-sel ini melanjutkan pematangan dan menjadi sangat besar, berubah
menjadi sel fagosit jaringan besar yang dikenal sebagai makrofag. Makrofag
dijumpai pada berbagai organ seperti alveoli, pleura, peritoneum, di hati (sel
Kupffer), jaringan ikat (histiosit), ginjal (sel mesangial), dan sebagainya. Makrofag
terdiri dari 2 jenis, yaitu makrofag tetap dan makrofag yang menyebar pada kelenjar
getah bening, limpa, dan sumsum tulang.25,26
2.3 Advanced Glycation End Products (AGE)
Pada penelitian yang dilakukan oleh University of Medicine and Pharmacy,
tingginya glukosa kronis dapat menyebabkan terjadinya komplikasi diabetes
mellitus (DM) dengan membentukan proses oksidatif dan Advanced Glycation End
Products (AGE). Studi pre-klinik dan klinik sebelumnya menunjukkan keterlibatan
yang kuat antara AGE dengan komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular pada
DM, terutama DM tipe 2.8,11
Advanced Glycation End Products (AGE’s) adalah molekul bioaktif yang
terbentuk dari proses glikosilasi nonenzimatik protein, lipid dan asam nukleat.9
Kadar glukosa darah yang tinggi dalam jangka panjang pada penderita diabetes
memicu terjadinya proses glikasi lipid dan protein yang mengakibatkan
peningkatan AGE. Interaksi antara AGE dalam sirkulasi dengan RAGE (receptor
for advanced glycation end product) meningkatkan produksi ROS (Reactive
Oxygen Spesific) yang dapat merusak endotel. Proses pembentukan ROS ini, yang
dikenal dengan stress oksidatif, akan meningkat seiring dengan peningkatan
peroksidasi lipid dan oksidasi protein, baik pada diabetes mellitus (DM) tipe 1 dan
2.8,11
Produk AGE (Advanced Glycation End Product) berperan penting dalam
proses aterosklerosis. Reaksi silang antara AGE dengan matriks protein pada
endotel akan mengakibatkan turunnya elastisitas, gangguan pada kolagen tipe IV
laminin, dan masuknya LDL (Low Density Lipoprotein) ke subendotel. Pada
subendotel, LDL selanjutnya akan dioksidasi oleh monosit. Interaksi antara AGE
dengan RAGE akan mengaktivasi jalur NF-ࣽκB yang dapat meningkatkan produksi
dan ekspresi berbagai molekul adhesi dan sitokin. Molekul adhesi yang terekspresi
adalah endothelin-1, vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1), E-selectin,
tissue factor trombomodulin, vascular endothelial growth factor (VEGF). Sitokin
yang di produksi adalah sitokin proinflamasi (IL-1, IL-6, dan TNF-α). Adanya
molekul tersebut juga akan mengakibatkan peningkatan permeabilitas vaskuler,
migrasi monosit dan limfosit ke dalam intima, serta gangguan relaksasi vaskuler
dan perekrutan leukosit yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan vaskular.
Aktivasi jalur NF-kB akibat kondisi hiperglikemia yang berkepanjangan akan
meningkatkan ekspresi molekul adhesi seperti endothelin-1, vascular cell adhesion
molecule-1 (VCAM-1), E-selectin, tissue factor trombomodulin, vascular
endothelial growth factor (VEGF), sitokin proinflamasi (IL-1, IL-6, dan TNF-α)
yang semuannya merupakan patogenesis dari penyakit vaskular pada diabetes
(Gambar 2.3).8,11,27
DM Hiperglikemia
Glikosilasi
AGE
Berinteraksi dengan
Gambar 2.4 Kerangka Teori
𝒁𝜶𝟐 𝑷𝑸
𝒏=
𝒅𝟐
Keterangan :
Zα = 1,96
P = 15% 30
d = 10%
Q = 1-P = 1-0,15 = 0,85
𝟏, 𝟗𝟔𝟐 𝟎, 𝟏𝟓 𝟎, 𝟖𝟓
𝒏=
𝟎, 𝟏𝟐
n = 47 orang
Untuk mengantisipasi bias maka jumlah sampel ditambah 10% menjadi 52 orang
Kriteria Eksklusi :
Terdapat keadaan atau penyakit lain yang dapat mengganggu hasil
pengukuran atau interpretasi seperti :
Penggunaan exogenous steroids. Contoh : kortikosteroid
Menggunakan semua jenis diuretik
Adanya tumor atau keganasan yang menyebabkan peningkatan
kadar gula darah/ hiperglikemia kronis yaitu tumor pankreas
Terdapat infeksi
Jumlah Leukosit
a. Definisi : merupakan tes laboratorium hematologi untuk mengetahui jumlah
leukosit dalam darah28
b. Cara ukur : darah vena yang diambil akan dicampur dengan asam asetat
glasial 3 ml dan 1 ml larutan gentian violet 1%. Kemudian dihitung pada
bilik hitung Neubauer dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x29
c. Alat ukur : data rekam medis
d. Hasil ukur : jumlah leukosit dalam sel/μl
e. Skala ukur : skala numerik
Membuat
Mengajukan Izin ke RS
proposal Disetujui
judul
penelitian i
penelitian
Laporan hasil
penelitian
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Usia (tahun) 54 34 81
Glukosa Darah Puasa(mg/dl) 187 130 357
Glukosa Darah sewaktu(mg/dl) 267 113 595
Leukosit(sel/μl) 7.767 5500 9.800
120
100
80
60
40
20
0
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
sampel 6
sampel 7
sampel 8
sampel 9
sampel 10
sampel 11
sampel 12
sampel 13
sampel 14
sampel 15
sampel 16
sampel 17
sampel 18
sampel 19
sampel 20
sampel 21
sampel 22
GDP Leukosit
terapi
Bias perancu, adanya data yang tidak didapatkan namun dapat
mempengaruhi hasil seperti lamanya menderita DM, lamanya pengobatan,
jenis obat DM yang digunakan pasien, dan kebiasaan lainnya
sepertimisalnya, merokok, aktivitas fisik, dan lain-lain.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Budi
Kemuliaan Batam, Kepulauan Riau selama periode Januari – Desember 2017
terhadap 22 pasien didapatkan:
Jumlah penderita DM tipe 2 yang mengalami komplikasi non infeksi
dalam penelitian ini sebanyak 22 orang
Didapatkan adanya kecenderungan peningkatan jumlah leukosit seiring
meningkatnya jumlah glukosa darah puasa pada setiap peningkatan kadar
glukosa darah puasa pada penderita DM tipe 2 dengan komplikasi.
6.2 Saran
Bagi peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian ini dengan
jumlah sampel yang lebih besar, melakukan pengambilan sampel secara
serial, menambahkan data meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi
seperti jenis obat, lama pengobatan, kebiasaan dan
sebagainya.menyebabkan proses inflamasi pada penderita DM. Selain itu
disarankan untuk menggunakan data primer dengan desain penelitian
yang bersifat kohort atau case-control dengan data yang berpasangan
untuk penelitian selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
10. Powers AC. Harrison’s Principles Internal Vol.2 19th. Kasper L, editor.
USA: McGraw Hill; 2015: USA
11. Jin X, Yao T, Zhou Z et al. Advanced Glycation End Products Enhance
Macrophage Polarization into M1 Phenotype Through Activating
RAGE/NF-kB Pathway. Cairo, Egypt: Hindawi Publishing Corporation
Biomed Research International; 2015: Jakarta,
12. Cefalu WT. Diabetes Care. The Journal of Clinical And Appilied Research
And Education; 2017 lokasi pencetak ???;;40 (1):S11-S24
16. Hall JE. Guyton and Hall Textbook of medical physiology: Resistance of
the Body to Infection: I. Leukocytes, Granulocytes, the Monocyte-
Macrophage System, and Inflammation; 2014 lokasi pencetak ???; p.423-
432
18. Yu JH, Kim MS. Molecular mechanism of appetite regulation. Diabetes and
Metabolism Journal; 2012 lokasi pencetak ???;;36:391-398. Available
from: http//e-dmj.org
24. University of Leeds. The histology guide. Available from : Histologi leed
diakses pada 15 November 2017 Commented [C19]: Ini berupa apa? Buku atau bukan? Bila
berupa PPT tidak boleh dipakai sebagai seumber pustaka
25. Hiatt James L, Gartner LP. Darah dan Hemopoesis. Buku Ajar Berwarna
Histologi ln: Suryono IAS Ed 3. Elsevier Inc: 215-245; 2007: lokasi
pencetak ???;215-245
26. Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Basic Immunology Function and
Disorders of the Immune System. Ed 5. Singapore: Elsevier inc; 2016:
lokasi pencetak ???;
27. Patel, Sandip, Santani Dev. Role of Nf-kB in the Pathogenesis of Diabetes
and Its Associated Complication. Gujarat: Pharmacological Reports; 2009:
lokasi pencetak ???;
28. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2013: Jakarta
30. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan Kesehatan. 5th ed. Jakarta:
Salemba Medika; 2011: Jakarta
31. Kim KJ, Lee YA, Kang HJ, et al. Association of Fasting Glucose Level with
Neutrophil-Lymphocyte Ratio Compared to Leukocyte Count and Serum
C-Reactive Protein. Korean Journal of Family Medicine. 2018:
Korean;39:42-50
32. Tong HV, Luu NK, Son HA et al. Adiponectin and Pro-Inflammatory
Cytokines Are Modulated in Vietnamese Patients With Type 2 Diabetes
Mellitus. Journal of Diabetes Investigation. 2017: lokasi pencetak
???;;8:295-305
34. Borne Y, Smith JG, Nilsson PM et al. Total and Differential Leukocyte
Counts in Relation to Incidence of Diabetes Mellitus: A Prospective
Population-Based Cohort Study. PLOS ONE. 2016: lokasi pencetak ???;;1-
13
35. Zhang X, Dong L, Wang Q et al. The Relationship Between Fasting Plasma
Glucose and MP in Patients With Acute Coronary Syndrome. BMC
Cardiovascular Disorders. 2015: lokasi pencetak ???;;15:93
36. Hong FL, Li XL, Luo SH, et al. Relation of Leukocytes and Its Subsets
Counts with the Severity of Stable Coronary Artery Disease in Patients with
Diabetes Mellitus. PLOS ONE. 2014: lokasi pencetak ???;;9(3):e90663
38.
A. Distribusi Usia
umur pasien
N Valid 22
Missing 0
Mean 53.40
Median 54.00
Minimum 34
Maximum 81
B. Tabel Analisis Univariat Glukosa darah puasa dan Jumlah leukosit
Statistics
Valid 22 22
N
Missing 0 0
Mean 186,50 7767,73
Median 162,50 7450,00
Mode 132a 7300
Minimum 130 5500
Maximum 357 9800
Lampiran II : Foto
Lampiran III : Tindak Lanjut Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 4 : Daftar Riwayat Hidup