Anda di halaman 1dari 97

HALAM SAMPUlL

PENGELOLAAN KEPERAWATAN KERUSAKAN INTEGRITAS JARINGAN


PADA ULKUS DIABETIK DI RSUD KARDINAH KOTA TEGAL

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Ahli Madya Keperawatan

MARETTA ARRIES SEKAR SARI

NIM 34403716025

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN TEGAL


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2019
HALAMAN JUDUL
PENGELOLAAN KEPERAWATAN KERUSAKAN INTEGRITAS JARINGAN
PADA ULKUS DIABETIK DI RSUD KARDINAH
KOTA TEGAL

KARYA TULIS ILMIAH


Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Karya
Tulis Ilmiah
Pada Program Studi D III Keperawatan Tegal

MARETTA ARRIES SEKAR SARI


NIM. 34403716025

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN TEGAL


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIKKESEHATAN KEMENKES SEARANG
2019

ii
PENYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Maretta Arries Sekar Sari


NIM : 344037716025

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI yang saya tulis ini adalah benar-benar
merupakan hasil saya sendiri; bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan pengelolaan


kasus ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksiatas perbuatan
tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Tegal, Februari 2019

Yang Membuat Pernyataan,

Maretta Arries Sekar Sari

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Karya Tulis Ilmiah Hasil oleh Maretta Arries Sekar Sari, NIM.
34403716025, dengan judul Pengelolaan Keperawatan Kerusakan Integritas
Jaringan pada Ulkus Diabetik di RSUD Kardinah ini telah diperiksa dan
disetujui untuk diuji.

Tegal, Mei 2019

Hudinoto EY, S.Kep, Ns, MM Nurcholis, S.Kep,Ns,MH


NIDN. 3412118001 NIP. 1972102819940310004
Tanggal : .......................... Tanggal : ..............................
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Maretta Arries Sekar Sari, NIM
34403716025, dengan judul Pengelolaan Keperawatan Kerusakan Integritas
Jaringan dengan Ulkus Diabetik di RSUD Kardinah Kota Tegal ini telah
dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 15 Mei 2019.

Dewan Penguji

Sadar Prihandana, S. Kep, Ns,M.Kep,Sp.Kep KMB (...............................)


NIP. 198112052005011006

Hudinoto Eko Y, S.Kep, Ns, MM (................................)


NIDN. 3412118001

Nurcholis, S.Kep,Ns,MH (................................)


NIP. 1972102819940310004

Mengetahui, perwakilan
Ketua Prodi D III Keperawatan
Kota Tegal

Deddy Utomo, SKM, MH


NIP. 196712281988011002

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas


rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
tentang pengelolaan keperawatan kerusakan integritas jaringan dengan ulkus
diabetik di RSUD Kardinah Kota Tegal sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Penulis menyadari bahwa kegiatan penulisan ini dapat diselesaikan berkat


adanya dukungan dengan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesemapatan ini
penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua saya Bapak Masrukin dan Ibu Eko Novi Astiningsih yang
sudah memberikan dukungan baik materi, moril, dan spritual.
2. Bapak Marsum, BE, S.Pd., MHP selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Semarang.
3. Bapak Suharto, S.Pd, MN selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Semarang.
4. Bapak Deddy Utomo, SKM., MH Selaku Kaprodi DIII Keperawatan Tegal
Poltekkes Kemenkes Semarang.
5. Bapak Hudinoto Eko Yudyarto,S.Kep. Ns. MM selaku pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah DIII keperawatan ini.
6. Bapak Nurcholis,S.Kep,Ns,MH selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan masukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah DIII
Keperawatan ini.
7. Teman-teman SMA yang selalu memberikan motivasi dan supportnya dalam
pembuatan karya tulis ilmiah ini.
8. Teman-teman seperjuangan Angkatan XIX Poltekkes Kemenkes Prodi D III
keperawatan Kota Tegal.

Penulis

vi
ABSTRAK

PENGELOLAAN KEPERAWATAN KERUSAKAN INTEGRITAS JARINGAN


DENGAN ULKUS DIABETIK
DI RSUD KARDINAH KOTA TEGAL

Oleh:

Maretta Arries Sekar Sari

Pasien diabetes melitus memiliki kecenderungan tinggi untuk mengalami


ulkus kaki diabetik yang sulit sembuh dan beresiko amputasi pada tungkai
bawah, keadaan ini memberi beban sosio-ekonomi baik bagi pasien dan
masyarakat. Apabila tidak ditangani dengan baik diabetes melitus akan
menimbulkan berbagai macam komplikasi, baik akut maupun kronik. Salah
satu komplikasi kronik yang serius dan paling ditakuti adalah ulkus diabetik.
Berdasarkan survey data yang didapat dari RSUD Kardinah diabetes melitus
tipe II menjadi penyakit dengan jumlah kunjungan tertinggi selama 2012-2014
di RSUD Kardinah. Insiden kasus Diabetes Melitus tipe II juga meningkat
13,57% pada tahun 2014 dibanding tahun sebelumnya. Tujuan pengelolaan ini
adalah mampu melaksanakan pengelolaan keperawatan pada klien yang
mengalami kerusakan integritas jaringan pada ulkus diabetik.
Desain karya tulis ilmiah ini menggunakan metode studi kasus. Penelitian
diambil dari RSUD Kardinah sebanyak 2 klien dengan diagnosa kerusakan
integritas jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi akibat ulkus
diabetik. Pada klien dengan masalah kerusakan integritas jaringan intervensi
yang digunakan yaitu perawatan luka.
Berdasarkan hasil evaluasi terakhir disimpulkan bahwa pada klien 1 dan
klien 2 mengalami kemajuan yang baik serta menunjukkan penyembuhan luka
dibuktikan dengan berkurangnya luas luka pada jaringan. Saran yang di
berikan kepada klien supaya dapat mematuhi diit sesuai advise dokter,
perawatan luka secara steril agar mempercepat penyembuhan luka.
Kata Kunci : Kerusakan Integritas jaringan, Perawatan Luka, Ulkus diabetik

vii
ABSTRACT

MANAGEMENT OF NURSING DAMAGE TO TISSUE INTEGRITY WITH


DIABETIC ULCURES IN RSUD KARDINAH

By:
Maretta Arries Sekar Sari

Patient with diabetes mellitus have high tendency to experience diabetic


foot ulcures that are difficult to heal and are risk of amputation in the lower limbs,
this situation gives a burden socio-economic to both the patient and the
community. If not treated properly diabtes mellitus will cause various kinds of
complications, both acute and cronic. On of the most serious and feared chronis
complication is diabetic ulcur. Based on survey data obtained from Kardinah
Hospital type II diabtes mellitus became the disease with the higest visit during
2012-2024 at Kardinah Hospital. The incidence of type II diabetis mellitus also
increased by 13,57% in 2014 compared to the previous year. The purpouse of this
management is to be able to carry out nursing management for clients who have
damaged tissue integrity in diabetic ulcures.
This scientific writing design uses a case study method. The management
is taken from kardinah hospital as many 2 clients with a diagnosis of damage to
the tissue integrity with circulatory disorders due to diabetic ulcures in clients
with damage to the tissue integrity, intervention that used is wound care.
Based on the result of the final evaluation it was concluded that in client 1
dan client 2 has good progress and shiwed wound healing as evidenced by the
reduction in the area of injury in the tissue, advice from the nurse on sterile wpund
care and uwing modern wound care techniques to accelerate wound heealing.
Keywords: damage to tissue integrity, wound care, and diabetic ulcer.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUlL ....................................................................................................... i


HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... ii
PENYATAAN KEASLIAN PENULISAN ....................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................................vi
ABSTRAK .........................................................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...............................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 3
C. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5
A. Ulkus Diabetikum........................................................................................... 5
B. Kerusakan Integritas Jaringan pada Ulkus Diabetikum ............................... 11
C. Pengelolaan Kerusakan Integritas Jaringan pada Ulkus Diabetikum ........... 16
C. Asuhan Keperawatan Ulkus diabetik ........................................................... 17
BAB III METODE .......................................................................................................... 25
A. Rancangan Penelitian ................................................................................... 25
B. Subjek Penelitian .......................................................................................... 25
C. Tempat Dan Waktu ...................................................................................... 25
D. Definisi Operasional ..................................................................................... 26
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 28
F. Analisa Data ................................................................................................. 28
G. Teknik Analisa Data ..................................................................................... 28
H. Etik Penelitian .............................................................................................. 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 31

ix
A. Hasil ............................................................................................................. 31
B. Pembahasan .................................................................................................. 71
1)Pengkajian ................................................................................................ 71
2)Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 72
3)Intervensi Keperawatan ............................................................................ 73
4)Implementasi ............................................................................................ 73
5)Evaluasi .................................................................................................... 75
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 77
A. Simpulan....................................................................................................... 77
B. Saran ............................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Intervensi kerusakan integritas jaringan


Tabel 1.2 Intervensi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Table 1.3 intevensi ketidaefektifan perfusi jaringan perifer
Tabel 1.4 Definisi Operasional Diabetik

xi
LAMPIRAN

Lampiran 1 : SOP Perawatan Luka


Lampiran 2 : Jadwal Kegiatan
Lampiran 3 : Informed Consent

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diabetes melitus tidak pandang bulu, semua orang bisa terkena.
Ketika seseorang mulai tidak teratur mengkonsumsi makanan, jam tidur dan
waktu makan tidak teratur, malas bergerak, merokok, dan stress yang datang
bertubi-tubi sekalipun itu tidak ada riwayat keluarga pengidap diabetes
otomatis seseorang tersebut akan membuka celah untuk terjadinya pasien
diabetes. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018, sekitar 150
juta orang memiliki penyakit diabetes melitus di dunia, dan akan bertambah
dua kali lipat pada tahun 2025. Kenaikan ini akan mencapai 415 juta orang atau
43% pendetita diabetes.
Estimasi International Diabetes Federation (IDF) 2015, terdapat 425 juta
pengidap diabetes pada usia dewasa 20-79 tahun diseluruh dunia, ada sekitar
193 juta (hampir 50%) yang tidak mengetahui bahwa dirinya terkena diabetes.
Bahkan, diperkirakan ada 318 juta orang dewasa lainnya yang sebenernya
sudah mengalami gangguan toleransi gula, atau yang dinamakan prediabetes,
calon penderita diabetes. Hampir setengah dari angka tersebut berada di Asia,
terutama India, China, Pakistan dan Indonesia.
Prevalensi diabetes melitus di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDA) tahun 2018, menunjukan peningkatan kejadian diabetes
dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. Penyakit diabetes
melitus di Jawa Tengah menncapai 2,1% pada tahun 2017. Dari keseluruhan
kasus Diabetes melitus di Kota tegal, proporsi kasus terbesar (37,4%) berasal
dari pasien RSUD Kardinah Kota Tegal. Diabetes Melitus tipe II menjadi
penyakit dengan jumlah kunjungan tertinggi selama 2012-2014 di RSUD
Kardinah. Insiden kasus Diabetes Melitus tipe II juga meningkat 13,57% pada
tahun 2014 dibanding tahun sebelumnya.
Pasien diabetes melitus memiliki kecenderungan tinggi untuk mengalami
ulkus kaki diabetik yang sulit sembuh dan beresiko amputasi pada tungkai

1
2

bawah, keadaan ini memberi beban sosio-ekonomi baik bagi pasien dan
masyarakat. Apabila tidak ditangani dengan baik diabetes melitus akan
menimbulkan berbagai macam komplikasi, baik akut maupun kronik. Salah
satu komplikasi kronik yang serius dan paling ditakuti adalah ulkus diabetik.
Ulkus diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan
adanya makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati.
Ulkus diabetik mudah berkembang menjadi infeksi karena masuknya kuman
atau bakteri dan adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat yang strategis
untuk pertumbuhan kuman (Waspadji, 2006).
Prevalensi penderita ulkus diabetik menurut International Diabetes
Federation (IDF) tahun 2016 sekitar 17%, angka amputasi 30%, angka
mortalitas 32% dan ulkus diabteikum merupakan sebab perawatan di rumah
sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk diabetes melitus. Pada penderita ulkus
diabetikum ini terdapat adanya gangguan pada saraf autonom yang
mempengaruhi terjadinya perubangan tonus otot yang menyebabkan
abnormalitas alirna darah, sehingga kebutuhan nutrisi dan oksigen maupun
pemberian antibiotik tidak mencukupi atau tidak dapat mencapai ke jaringan
perifer. Sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme pada lokasi
tersebut akibatnya pada autonomi neuropati ini akan menyebabkan kulit
menjadi kering (antihidrosis) yang memudahkan kulit menjadi rusak dan
mengkontribusi untuk terjadinya kerusakan jaringan.
Kerusakan integritas jaringan merupakan keadaan dimana individu
mengalami kerusakan integumrn, membran mukosa, corneal, jaringan
pembungkus atau jaringan subkutan (Doenges, 2014).
Penderita diabetes melitus perlu penangan tenaga kesehatan karena
berbagai masalah keperawatan dan muncul seperti nyeri, kurang nutrisi,
kerusakan ingeritas jaringan, resiko penyebaran infensi, dan ulkus. Salah satu
masalah keperawatan yang perlu penanganan khusus yaitu terjadinya
kerusakan integritas jaringa, karena jaringan yang mati akan melebar memicu
timbulnya ulkus diabetik. Kerusakan integritas jaringan itu sendiri dapat
dicegah dengan cara melakukan perawatan luka baik secara non farmakologi
3

maupun farmakologi seperti edukasi kepada pasien tentang perawatan kaki,


konseling nutrisi, manajemen berat badan, perawatan kulit, maupun perawatan
luka di kaki dan penggunaan alas kaki yang dapat melindungi, manajemen
hiperglikemia dan hipoglikemia, serta kontrol infeksi. Perawatan luka diabetes
meliputi mencuci luka, debridement, terapi antibiotik, konseling keluarga
tentang nutrisi, dan pemilihan jenis balutan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
“Pengelolaan Keperawatan Kerusakan Integritas Jaringan pada pasien ulkus
diabetikum di RSUD Kardinah Kota Tegal”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulisan hasil karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk melakukan
pengelolaan keperawatan Kerusakan Integritas Jaringan pada pasien ulkus
diabetik di RSUD Kardinah.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian dengan pengelolaan keperawatan kerusakan
integritas jaringan pada ulkus diabetik di RSUD Kardinah Kota tegal.
b. Melakukan diagnosis keperawatan dengan pengelolaan keperawatan
kerusakan integritas jaringan pada ulkus diabetik di RSUD Kardinah
Kota tegal.
c. Melakukan perencanan keperawatan dengan pengelolaan keperawatan
kerusakan integritas jaringan pada ulkus diabetik di RSUD Kardinah
Kota tegal.
d. Melakukan tindakan keperawatan dengan pengelolaan keperawatan
kerusakan integritas jaringan pada ulkus diabetik di RSUD Kardinah
Kota tegal.
e. Melakukan evaluasi keperawatan dengan pengelolaan keperawatan
kerusakan integritas jaringan pada ulkus diabetik di RSUD Kardinah
Kota tegal.
4

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
peningkatan ilmu tentang pengelolaan kerusakan integritas jaringan pada
pasien diabetes melitus tipe II di RSUD Kardinah Kota Tegal.
2. Manfaat Praktis
a. Peningkatan pelayanan masyarakat
Hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi dalam peningkatan
kualitas pelaynan asuhan keperawatan khususnya bagi klien.
b. Peningkatan kesehatan masyarakat
Hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi dalam peningkatan
status kesehatan melalui upaya promotif khususnya bagi pasien
Diabetes Melitus tipe II.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ulkus Diabetikum

1. Definisi

Ulkus merupakan luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir
dan ulkus merupakan kematian jaringan yang luas dan disertai dengan
invasive kuman saprofit, adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan
ulkus menjadi berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala
klinik dan perjalanan diabetes melitus dengan neuropati perifer
(Andyagreeni, 2010).

Ulkus diabetikum juga dikenal dengan istilah gangrene yang di


definisikan sebagai luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk
akibat adanya sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di
tungkai (Maghfuri, 2016).

2. Etiologi
Menurut Maryunani (2015), menyebutkan penyebab terjadinya ulkus
antara lain terdapat dua faktor utama, yaitu:
a. Faktor Endogen
1) Neuropati Perifer.
Pada faktor ini terjadi kerusakan saraf sensorik yang
dimanifestasikan dengan penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa,
sehingga mudah terjadi trauma dan otonom/simpatis yang
dimanifestasikan dengan peningkatan aliran darah, produksi keringat
jika tidak ada dan hilangnya tonus vaskuler.
2) Angiopati diabetik
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic, dan faktor
resiko lain.

5
6

3) Iskemia
Gangguan vaskuler atau iskemik (Mikro dan makro angiopati)
dimana iskemik jangka panjang menyebabkan nekrosis.
b. Faktor eksogen
1) Peningkatan faktor resiko infeksi pada penderita.
2) Adanya trauma

3. Klasifikasi ulkus
Menurut Maghfuri (2016), Klasifikasi derajat ulks kaki diabetik
dilakukan dengan menggolongkan ke dalam beberapa klasifikasi yang di
klasifikasikan oleh Wegner, diantaranya:
a. Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai
pembentukan kalus.
b. Derajat I : Jika ulkus superfasial terbatas pada kulit.
c. Derajat II : Jika ulkus dalam, menembus tendon dan tulang.
d. Derajat III : Jika terjadi abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
e. Derajat IV : Jika terdapat gangren pada bagian distal kaki dengan atau
selulitis.
f. Derajat V : Jika terdapat gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
bawah.

4. Patofisiologi
Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang diabetes melitus
adalah ulkus diabetik. Ulkus diabetik disebabkan adanya tiga faktor yang
sering disebut trias yaitu : Neuropati, Iskemik dan Infeksi.
Pada penderita diabetes melitus apabila kadar glukosa darah tidak
terkendali akan terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan
perubahan jaringan syaraf karena adanya penimbunan sorbitor dan fruktosa
sehingga menyebabkan akson menghilang.
Iskemik merupakan keadaan yang disebabkan karena kekurangan darah
dalam jaringan sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan
7

adanya makroangiopati pada pembuluh darah mengakibatkan sirkulasi


jaringan menurun ditandai oleh hilang dan berkurangnya denyut nadi pada
arteri dorsalis pedis, tibialis, dan pupliten. Kaki menjadi atropi dingin dan
kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga
timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai.(Price
2007).
Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan
menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah.
Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot otot kaki karena
berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak
nyaman dan dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan kematian
jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus diabetikum.(Price 2007).

5. Manifestasi Klinis
Menurut (Smeltzer & Bare, 2013), Gangrene diabetikum akibat
mikroangipati disebut juga dengan ganren panas karena walaupun sekrosis,
daerah akral ini tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan, dan
biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Biasanya terdapat ulkus
diabetik pada telapak kaki.
Proses mikroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah,
sedangkan secara akut emboli akan memberikan gejala klinis 5P, yaitu:
a. Pain (Nyeri)
b. Paleness (Kepucatan)
c. Paresthesia (Kesemutan)
d. Pulselessness (Denyut nadi hilang)
e. Paralysis (Lumpuh).
8

Sedangkan menurut Maghfuri (2016), menyebutkan manifestasi klinis


menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut:
a. Kaki Diabetik AKibat Iskemik (KDI)

Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya


makroangiopati (arterosklerosis) dari pembuluh darah besar di tungkai,
terutama daerah betis. Gambaran klinis KDI adalah sebagi berikut:
1. Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
2. Pada perabaan terasa dingin.
3. Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
4. Didapatkan ulkus sampai gangren.
b. Kaki Diabetik Akibat Neuropati (KDN)

Terjadi kerusakan saraf somatik dan otomotik, tidak ada gangguan


dari sirkulasi. Klinis dijumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan,
mati rasa edema kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.

6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Hariani & Perdanakusuma (2015), menyebutkan pemeriksaan
diagnostik yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Denervasi kulit menyebabkan, produktivitas keringat menurun,
sehingga kulit kaki kering, pecah, rambut kaki/jari (-), Calus, Claw
toe.Ulkus tergantung saat ditemukannya derajat dari Derajat 0 –
Derajat 5.
2) Palpasi
a) Kulit kering, pecah-pecah, dan tidak normal.
b) Khusi arteri dingin dan pulsasi (-)
c) Ulkus : Calus tebal dan keras
9

b. Pemeriksaan Vaskuler
Tes vaskuler noninvasive: Pengukuran oksigen transkutaneus, Akle
brachial index (ABI), Absolute toe sysrolic pressure. ABI tekanan
sistolik betis dengan tekanan sistolik lengan.
c. Pemeriksaan radiologi: gas subkutan, benda asing, dan asteomielitis.
d. Pemeriksaan laboratorium, yang dapat dilakukan yaitu:
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darahh meliputi: GDS >200 mg/gl, gula darah puasa
>120 mg/dl, dan dua jam Post Prandial > 200 mg/dl.
2) Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine didapatkan karena adanya lukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict (Reduksi). Hasil
dapat dilihat melalui perubahan warna urine: Hijau (+), Kuning
(++), Merah (+++), dan Merah Bata (++++).
3) Kultus Pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic
yang sesuai dengan jenis kuman.

7. Penatalaksanaan Ulkus diabetikum


Menurut langi (2011), penatalksanaan ulkus diabetikum mencangkup
beberapa aspek yaitu kendali metabolik, kendali vaskular, kendali luka,
kendali tekanan, kendali infeksi, dan edukasi mengenai perawatan luka
mandiri.
Langkah awal penatalaksanaan ulkus diabetikum yaitu mengklasifikasi
luka tersebut. Klasifikasi yang umum digunakan adalah klasifikasi wagner,
yang dapat membantu menemukan intensitas dan durasi terapi.
a. Lesi Grade 0 : Pasien di ketegori ini memerlukan konseling atau
edukasi mengenai perawatan kaki yang baik,
terutama pada pasien dengan neuropati.
b. Lesi Grade 1 dan 2 :Luka kategori ini memerlukan tatalaksana
debridemen yang ekstensif, perawatan luka yang
10

baik, mengurangi tekan/beban di ulkus, dan


kontrol infeksi.
c. Lesi Grade 3 :Terapi untuk lesi grade 3 mencangkup
debridemen, kontrol infeksi, perawatan luka, dan
mengurangi tekanan/beban ulkus. Pasien di
kategori ini beresiko untuk amputasi dan
memerlukan tatalaksana holistik dan koordinasi
antara pekerja kesehatan.
d. Lesi Grade 4 dan 5 : Luka gangren 4 dan 5 mengalami lesi yang rumit,
seringkali memerlukan perawatan inap di rumah
sakit, konsultasi operasi dan terkdang amputasi.
Secara umum, setiap kali pasien berobat sebaiknya dilakukan
perbandingan dan catatan perkembangan, klasifikasi dan ukuran luka. Area
permukaan dari sebuah ulkus diabetikum yang sembuh dengan baik
seharusnya berkurang sekitas 1% perhari.
1) Kendali Metabolik (Metabolic Control)
Konsentrasi gula darah diusahakan agar selalu senormal mungkin,
untuk memperbaiki berbagai faktor hiperglikemia yang dapat
menghambat penyembuhan luka. Umunya diperlukan insulin untuk
menormalsisasi konsentrasi glukosa darah. Berbagai hal lain juga
harus diperhatikan dan diperbaiki, seperti konsentrasi albumin serum,
konsentrasi Hb, dan derajat oksigenasi jaringan.
2) Kendali Vaskular (Vascular Control)
Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jika ada
klaudikasio intermiten yang hebat tindakan revaskularisasi dapat
dianjurkan. Sebelum tindakan revaskularisasi diperlukan pemeriksaan
arteriografi untuk mendapatkan gambaran pembuluh darah yang lebih
jelas, sehingga dokter ahli bedah vaskular dapat lebih mudah
melakukan rencana tindakan dan mengerjakannya.
11

3) Kendali Luka (Wound Control)


Kendali luka dilakukan dengan cara perawatan luka dengan konsep
TIME:
a) Tissue Debridement (Membersihkan luka dari jaringan mati)
b) Inflammation And Infection Control (Kontrol inflamasi dan
infeksi).
c) Moisture Balance (Menjaga kelembaban)
d) Epithelial Edge Advancement
4) Kendali tekanan (Pressure Control)
Off-loading merupakan teknik yang dilakukan untuk mengurangi
tekanan pada permukaan plantar kaki atau area ulkus diabetikum
dengan menstranfer beban ke daerah lainnya. Ulserasi biasanya terjadi
pada daerah telapak kaki yang mendapatkan tekanan tinggi.
5) Kendali Infeksi
Untuk memberikan tatalaksana infeksi, luka dapat diklasifiksikan
menjadi tidak mengancam tungkai/ekstremitas, dan mengancam
tungkai/ekstremitas. Untuk kategori pertama ditandai dengan adanya
selulitis <2 cm dan tidak menyebar ke tulang atau persendian. Kategori
mengancam tungkai memiliki ciri—ciri adanya selulitis >2 cm dan
infeksi menyebar ke tulang, persendian, ataupun sistemik. Infeksi yang
tidak mengancam luka umumnya disebabkan oleh infeksi stapyloccus
dan streptococcus. Pemberian pengibatan dan sebaliknya disesuaikan
dengan hasil kultur dan resistensi bila memungkinkan.

B. Kerusakan Integritas Jaringan pada Ulkus Diabetikum

1. Definisi

Kerusakan integritas jaringan adalah keadaan dimana individu


mengalami cedera sistem integumen, membran mukosa, fascia muskular
otot, tendon, tulang, katilago, kapsul sendi, dan/atau ligamen (Moorhead,
2016).
12

Kerusakan integritas jaringan terjadi karena kerusakan sel beta yang


menyebabkan produksi insulin berkurang dan mengakibatkan terjadinya
konsentrasi gula darah menjadi pekat dan menyebabkan kerusakan sistem
vaskuler, terjadi gangguan fungsi imun, penurunan aliran darah menjadikan
gangguan penyembuhan luka pada ulkus (Corwin, EJ. 2000).

2. Etiologi

Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya kerusakan integritas


jaringan dibagi menjadi faktor eksogen dan endogen
a. Faktor eksogen : Genetik metabolik. Angiopati diabetik, neuropati
diabetik.
b. Faktor endogen : Trauma, infeksi, obat
Faktor utama yang berperan dalam timulnya ulkus baterikum angiopati,
neuropati dan infeksi. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang
atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami
trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki
gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot
kaki sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulserasi pada kaki
klien. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih
besar maka penderita akan merasa sakit pada tungkainnya sesudah ia
berjalan pada jarak tertentu. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan
penurunan asupan anutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga
menyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh (Levin, 2001).

3. Patofisiologi

Terjadinya masalah kaki diawali dengan adanya hiperglikemia pada


penyandang diabetes melitus yang menyebabkan kelainan neuropati dan
kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensori maupun
motorik dan automikakan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit
dan otor yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi
tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya
13

ulkus. Adanaya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah


merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang berkurang
akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetik.
Ulkus diabetikum terdiri dari aktivitas sentral biasanya lebih besar
dibanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya
proses pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang
berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin, dan suplai vaskuler.
Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki
yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensori perifer memungkinkan
terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan integritas
jaringan area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan
akhirnya rupture sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya
iskemia dan penyembuhan luka yang abnormal menghalangi resolusi
mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi di daerah ini.
Drainase yang inadekuat menimbulkan Closed space infection. Akhirnya
sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteri sulit dibershikan
dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya.
Penyakit neuropati dan vaskuler adalah faktor utama yang
mengkontribusi terjadinya luka. Masalah luka yang terjadi pada pasien
dengan diabetik terkait dengan adanya pengaruh pada saraf prifer. Pada
pasien dengan diabetik sering kali mengalami gangguan pada sikulasi.
Gangguan sirkulasi inilah yang menyebabkan kerusakan pada saraf. Hal ini
terkait dengan diabetik neuropati yang berdampak pada sistem autonom,
yang mengontrol fungsi otot-otot halus, kelenjar dan organ Visceral.
Dengan adanaya gangguan saraf outonom pengaruhnya adalah
terjadinya perubahan tnus otot yang menyebabkan abnormalnya aliran
darah. Dengan demikian kebutuhan akan nutrisi dan oksigen maupun
pemberian antibiotik tidak mencukupi atau tidak dapat mencapai jaringan
perifer, juga tidak membuhi kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut.
Efek pada autonomi neuropati ini akan menyebabkan kulit menjadi kering
yang memudahkan kulit menjadi rusak akan mengkontribusi untuk
14

terjadinya gangren. Dampak lain adalah karena adanya neuropati perifer


yang mempengaruhi saraf sensori dan sistem motorik yang menyebabkan
hilangnya sensasi nyeri, tekanan dan perubahan temperature (Wijaya,
2013).

4. Manifestasi Klinis

Menurut NurArif (2015) menyebutkan bahwa tanda dan gejala dari


kerusakan integritas jaringan itu sendiri yaitu Karena adanya kerusakan
jaringan (Kornea, Membran Mukosa, Kornea, Integumen, atau Subkutan).

5. Penatalaksanaan

a. Pengobatan

Tujuan dilakukan pengobatan luka pada diabetik, antara lain:


1) Mengurangi atau menghilangkan faktor penyebab
2) Optimalisasi suasana lingkungan luka dalam kondisi lembab
3) Dukungan kondisi klien atau host
4) Meningkatkan edukasi klien dan keluarga

b. Perawatan luka diabetik

1) Mencuci luka

Hal ini untuk mengurangi terjadinya infeksi, meningkatkan,


memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka yang
tujuannya untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka yang
berebihan. Cairan yang terbaik dan teraman untuk mencuci luka
adalah yang non toksik pada proses penyembuhan luka (misalnya
NaCI 0,9%) (wijaya, 2013).

2) Debridement
15

Debridemen mungkin dapat diselesaikan dengan pergantian


balutan bsah-lembab, flushing mekanik jaringan nekrotik dan eksudat
infektif, pengolesan preparat enzim yang menghancurkan jaringan
nekrotik, atau diseksi bedag. Eksudat mungkin diserap dengan balutan
atau bedak hidrofilik khusus, manik-manik, atau jel. Pemeriksaan
kultur ulkus dekubitus yang terinfeksi dilakukan untuk memandu
pemilihan terapi antibiotik (Smeltzer, 2013).
3) Terapi antibiotika

Setelah luka dekubitus dibersihkan, pengobatan topikal


diresepkan. Tujuan terapi adalah untuk mengingkatkan granulasi.
Jaringan granulasi yang baru harus dilindungi dari infeksi ulang,
kekeringan, dan kerusakan. Balutan, larutan, dan salep yang dioleskan
pada ulkus tidak boleh mengganggu proses penyembuhan (Smeltzer,
2013).

4) Nutrisi

Status nutrisi pasien harus adekuat dan keseimbangan nitrogen


positif harus dipertahankan. Luka dekubitus lebih cepat terjadi dan
lebih resisten terhadappengobatan pada pasien yang mengalami
gangguan nutrisi. Nutrisi tinggi protein dengan suplemen protein
dapat membantu. Nutrisi lain yang berhubungan dengan kuliy uang
sehat meliputi vitamin A, Vitamin B, zink dan sulfur. Dengan
keseimbangan utrisi dan hidrasi, kulit mampu untuk mempertahankan
status yang sehat dan memperbaiki kerusakn jaringan (Smeltzer,
2013).

5) Pemilihan jenis balutan

Tujuan pemilihan jenis balutan adalah memilih jenis balutan yang


dapat mempertahankan suasana lingkungan luka dalam keadaan
lembeb, sehingga mempercepat proses penyembuhan hingga 50%.
16

Pembalutan penyerap yang mencegah kelembaban tubuh harud


digunakan untuk menyerap drainase. Pasien yang inkontinen harus
diperiksa dan membahasi pembalut inkontinen dan sprei diganti
dengan cepat. Semua upaya dilakukan untuk menjaga kulit bersih dan
kering.
C. Pengelolaan Kerusakan Integritas Jaringan pada Ulkus Diabetikum

1. Modern Wound Dressing

Perawatan luka dengan enggunakan modern dressing mulai berkembang


di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat sebelumnya sebagian besar
perawat percaya penyembuhan luka yang terbaik membuat lingkungan luka
tetap kering mulai berubah menjadi perawatan luka dengan cara motode
moisute balance. Perawatn luka lembab 2x lebih cepat sembuh dibanding
dengan metode perawatn luka kering (Rika & Elvi, 2016).
Asia Pacific Wound care Congress (APWCC) mencatat bahwa hingga
tahun 2012, di Indonesia setidaknya baru 25 dari 1000 lebih rumah sakit,
khususnya di Pulau Jawa yang telah merepakan manajemen perawatn luka
modern (Rika & Elvi, 2016).
Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah menggunakan
prinsip moisture balance yang dikenal sebagai Modern Wound Dressin,
dinyatakan lebih efektif dalam penyembuhan luka (Gito&Erna, 2018).
Modern Wound Dressing merupakkan salah satu metode perawatan
luka dengan cara tertutup dan lembab yang difokuskan untuk menjaga luka
dari dehidrasi dan meningkatkan proses penyambuhan luka (Gito&Erna,
2018).
Untuk meningkatkan proses penyembuhan luka dibutuhkan balutan
luka yang khusus seperti foam/busa, alginate, gyrocolloid, hydrogel, dan
film transparent. Foam/busa dapat menyerap banyak cairan, sehingga
digunakan pada tahap awal masa petumbuhan luka. Hydrocolloid
merupakan balutan yang tahan terhadap air. Hydrogel merupakan gel
hydopilik yang meningkatkan kelembabab pada area luka. Film transparan
17

merupakan balutan yang tahan terhadap air yang semi oklusive (Rika &
Elvi, 2016).

C. Asuhan Keperawatan Ulkus diabetik

1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang
berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui
kebutuhan klien sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang akan
di lakukan. Dalam pengumpulan data tim penulis menggunakan metode
wawancara atau tanya jawab dengan keluarga pasien dan klien serta
observasi dengan menggunakan pemeriksaan fisik dan menggunakan studi
dokumentasi pada status pasien.(Tandra, H 2018).
a. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh, berbau dan ada rasa
nyeri pada luka.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit diabetes melitus atau penyakit-penyakit lain
yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas,
adanya riwayat penyakit jantung, obesitas maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah didapat maupun obat obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang menderita diabetes melitus atau penyakit keturunan yang
menyebabkan terjadinya difisiensi insulin misalnya hipertensi, jantung.
e. Riwayat psikososial
18

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami


penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
f. Pemeriksaan fisik
Status kesehatan umum meliputi keadaan penderita kesadaran, suara
bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda-tanda vital.
g. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga terkadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
terasa tebal, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak,adakah gangguan
penglihatan, diplopia, lensa mata keruh.
h. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka warnakehitaman bekas luka,
kelembapan dan suhu kulit didaerah sekitar ulkus, kemerahan pada kulit
sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
i. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terinfeksi.
j. Sistem kardiovaskular
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi
atau bradikardi, hipertensi atau hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap proses masalah kesehatan. Aktual dan
kemungkinan membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan
masalah tersebut (Tandra, H 2018).
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien ulkus diabetikum
adalah sebagai berikut :
a. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis
luka gangrene),
19

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan


keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah
keperifer, proses penyakit (DM).
3. Perencanaan (intervensi)
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan
aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi menghilangkan
dan mencegah masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut
perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa
keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi,
merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.
Tabel 1.1 Intervensi Kerusakan Integritas Jaringan
Tujuan dan
No. Diagnosa Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Kerusakan Integritas NOC : NIC 1. Untuk
Jaringan 1. Tissue Presure ulcure memperlan
1. Definisi: Integrity : prevention car aliran
kerusakan Skin and wound care darah.
jaringan mucous 1. Anjurkan 2. Untuk
membran 2. Wound pasien untuk menjaga
mukosa, kornea, Healing : menggunakan agar luka
integumen, atau primary and pakaian yang tidak
subkutan. Secondary longgar terkontami
2. Batasan intention. 2. Jaga kulit agar nasi oleh
Karakteristik Kriteria Hasil: tetap bersih bakteri
a. Nyeri 1. Perfusi dan kering 3. Untuk
b. Area Lokal Jaringan 3. Mobilisasi memperlan
Panas Normal pasien (Ubah car status
c. Kemerahan 2. Tidaka ada posisi pasien) aliran darah
d. Kerusakan tanda-tanda setiap 2 jam 4. Untuk
Jaringan infeksi sekali. melihat
20

3. Faktor yang 3. Ketebalan dan 4. Monitor kulit akan


berhubungan teksture akan adanya adanya
a. Gangguan jaringan kemerahan. infeksi
sirkulasi normal 5. Oleskan lotion 5. Untuk
b. Iritan zat 4. Menunjukan atau memberika
kimia pemahaman minyak/baby n rasa
c. Deficit cairan dalam proses oil pada nyaman
d. Kelebihan perbaikan daerah yang 6. Untuk
cairan kulit dan tertekan. melatih
e. Hambatan mencegah 6. Monitor tingkat
mobilitas terjadinya aktivitas dan kekuatan
fisik cidera mobilisasi otot
f. Kurang berulang pasien 7. Untuk
pengetahuan 5. Menunjukan 7. Monitor status mempercep
g. Factor terjadinya nutrisi pasien at
mekanik proses 8. Memandikan penyembuh
(Mis, tekanan penyembuhan pasien dengan an luka
,koyakan/rob luka sabun dan air 8. Merawat
ekan, friksal) hangat kulit untuk
h. Faktor nutrisi 9. Observasi terhindar
(Mis, luka: lokasi, dari bakteri
Kekurangan dimensi, 9. Untuk
atau kedalaman mengetahui
kelebihan) luka, jaringan kondisi
i. Radiasi mekrotik, luka
j. Suhu ekstrem tanda-tanda 10. Supaya
infeksi local, keluarga
formasi paham
traktus tentang
10. Ajarkan luka
keluarga 11. Dengan
21

tentang luka nutrisi yang


dan perawatan adekuat
luka dapat
11. Kolaborasi mempercep
dengan tim at proses
medis dan ahli pemulihan
gizi jaringan.
pemberian 12. –
diet TKTP 13. Untuk
(Tinggi Kalori mencegah
tinggi Protein) terjadinya
12. Cegah infeksi
Kontaminasi yang lebih
feses dan panjang
urine) 14. Untuk
13. Lakukan meningkatk
teknik an sirkulasi
perawatan darah.
luka dengan 15. –
steril 16. Untuk
14. Berikan mengetahui
posisisi yang keadaan
mengurangi klien
tekanan pada 17.
luka
15. Hindari
kerutan pada
tenpat tidur.
16. Monitor
tanda-tanda
vital
22

Tabel 1.2 Intervensi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan dan Kriteria
No. Diagnosa Intervensi
Hasil
2. Ketidakseimbangan NOC 1.Kaji adanya lergi
nutrisi kurang dari 1. Nutritional status makanan
kebutuhan tubuh 2. Nutritional srtatus: 2.Kolaborasu dengan
1) Batasan karakteristik food and fluid ahli gizi untuk
a) Nafsu makan 3. Intake menentukan jumlah
b) Tingkat 4. Nutritional status : kalori dan nutrisi
kenyamanan nutrient intake yang dibutuhkan
c) Pengetahuan: Diet 5. Weight control pasien
sehat Kriteria Hasil : 3.Anjurkan pasien
d) Status Nutrisi: 1. Adanya untuk
energi peningkatan berat meningkatkan
e) Status Nutrisi: badan protein dari vitamin
Asupan Makanan 2. Berat badan ideal C
& Cairan sesuai dengan 4.Berikan substansi
f) Tingkat nyeri tinggi badan gula
g) Perfusi jaringan: 3. Mampu 5.Berikan
perifer mengidentifikasi makananyang
1) Faktor yang kebutuhan nutrisi terpilih
berhubungan 4. Tidak adanya 6.Ajarkan psien
a) Perilaku patuh: Diet tanda tanda bagaimana
yang disarankan ma;lnutrisi membuat catatan
b) Tngkat depresi 5. Menunjukan makanan harian
c) Kontrol diri peningkatan 7.Monitor jumlah
terhadap kelainan fungsi pengecapan nutrisi dan
makan dari menelan kandungan kalori
d) Kelelahan: Efek 6. Tidak terjadi 8.Berikan inforasi
yang mengganggu penurunan berat tentang kebutuhan
23

e) Keparahan mual dan badan yang berarti nutrisi


muntah 9.Kaji kemampuan
f) Perawatan diri: pasien untuk
Makan mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan.

Tabel 1.3 Intervensi Ketidakefektifan jaringan perifer


Tujuan dan Kriteria
No. Diagnosa Intervensi
Hasil
3. Ketidakefektifan perfusi NOC 1. Monitor adanya
jaringan perifer b.d 1. Circulation status daerah tertentu
penurunan sirkulasi darah 2. Tissues perfusion: yang hanya peka
keperifer Cerebral terhadap
1) Batasan karakteristik Kriteria Hasil panas/dingin/taja
a) Tidak ada nadi 1. Tekankan sitole m/tumpul
b) Perubahan fungsi dan diastole 2. Monitor adanya
motorik dalam rentan paretese
c) Perubahan yang 3. Instrusikan
karakteristik kulit diharapkan keluarga untuk
d) Indek ankle 2. Tidak ada mengobservasi
branhial tanda-tanda kulit jika ada isis
e) Perubahan peningkatan atau laserasi
tekanan darah intrakranial 4. Gunakan sarung
diekstremitas tangan untuk
f) Waktu pengisian proteksi
kapiler <3 detik 5. Batasi gerakan
pada kepala leher
dan punggung
6. Monitor
24

kemampuan BAB
kolaborasi
oemberian
analgetik
7. Monitor adanya
tromboplebitis
8. Diskusiakn
mengenai
penyebab
perubahan sensai.

4. Implementasi
Implementasi merupakan pengelolaan dari perwujudan intervensi meliputi
kegiatan yaitu validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana,
memberikan askep dalam pengumpulan data, serta melaksanakan advise
dokter dan ketentuan RS (Wijaya ,2013).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien. Evaluasi ini bisa evaluasi formatif yang merupakan catatan
perkembangan dari waktu ke waktu atas masalah yang dihadapi pasien. Selain
itu ada evaluasi sumatif, yang merupakan evaluasi akhir sesuai dengan batas
waktu yang tertulis dalam tujuan. Evaluasi sumatif ini disimpulkan apakah
masalah pasien teratasi atau belum teratasi untuk kemudian diambil
keputusan untuk menghentikan tindakan atau diteruskan, bahkan apakah
perlu direncanakan tindakan lain agar masalah pasien segera teratasi dari
suatu proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sitematis dan
rencana tentang kesehatanpasien dengan juan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara melibatkan pasien dna sesama tenaga kesehatan
(Wijaya, 2013).
BAB III

METODE

A. Rancangan Penelitian

Jenis karya tulis ilmiah ini menggunakan studi kasus. Studi kasus
merupakan penelitian yang dilakukan dengan meneliti suatu permasalahan.
Melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal dengan pokok pertanyaan
yang berkenaan dengan “how” atau “why”. Unit tunggal dapat berarti satu
orang atau sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah
(Notoatmodjo, 2012).

B. Subjek Penelitian
Penulis menggunakan 2 partisipan untuk bahan perbandingan
penelitian. Jenis Penelitian ini menggunakan desain survey deskriptif,
dimana survey ini dilakukan untuk mendesksipsikan atau menggambarkan
suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Adapun teknik
pengambilan sampel ini dilakukan secara convenience sampling method,
yaitu pengambilan sampel dimana subjek dipilih karena
kemudahan/keinginan peneliti (Notoatmodjo, 2012). Adapun kriteria subjek,
meliputi:

1. Partisipan yang di rawat di RSUD Kardinah Kota Tegal dengan diagnosa


ulkus diabetikum
2. Partisipan yang menyetujui dan bersedia diberi tindakan pengelolaan
keperawatan
3. Partisipan dengan Kerusakan Integritas Jaringan
C. Tempat Dan Waktu
a. Tempat atau lokasi Pengambilan sampel dilakukan di RSUD Kardinah
Kota Tegal.

25
26

b. Waktu pengambilan sampel dimulai dari tanggal 11 Maret 2019 sampai


19 April 2019.

D. Definisi Operasional
Tabel 1.4 definisi Operasional Ulkus Diabetik
Alat Hasil
No. Variabel Definisi Cara ukur skala
ukur ukur
1. Pasien Pasien Anamne Penelitian Ulkus Nomi
ulkus dengan luka sis dan dan diabteik nal
dekubitu yang pemerik pembimbi um
s disebabkan saan ng
oleh tekanan fisik
atau gesekan
yang terus
menerus yang
terjadi pada
daerah
penonjolan
tulang, seperti
pada daerah
integumen
Adalah
rentang waktu
dari awal
pasien Anamne Angka
Onset Peneliti
mengalami sis dan dalam
2. ulkus dan Rasio
gangguan rekam satuan
diabteik bimbingan
mobilitas medis hari
sampai
timbulnya
ulkus diabetik
27

3. Derajat Derajat ulkus Pemerik Peneliti Derajat nomin


ulkus diabetic saan dan I-V al
diabetik adalah fisik pembimbi berdasar
tingkatan ngan kan
untuk wegner
menunjukan
jumlah
jaringan yang
rusak yang
dinilai
berdasarkan
keriteri oleh
wegner dan
dibagi
menjadi
derajat 1
sampai V
4. Lokasi Adalah Pemerik Peneliti Lokasi Nomi
ulkus kondisi saan dan anatomi nal
anatomi fisik pembimbi
tubuh dimana ngan
dijumpai
ulkus
dekubitus
5. Penyakit Adalah Anamne Dokter Diagnos nomin
yang diagnosis sis dan penanggun is al
menyad yang pemerik g jawab di penyakit
ari ditegakkan saan ruang
oleh dokter fisik rawat
penanggung pasien
28

jawab pasien
yang
menyebabkan
gangguan
mobilitas
pada pasien

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data menurut Ali (2016) dapat dilakukan dengan
observasi (pengamatan), dan Interview (wawancara), pemeriksaan fisik
(Physical Assesment) dan, studi dokumentasi keperawatan sebelumnya
atau rekam medik. Pengumpulan data merupakan pengumpulan informasi
(data, fakta, pernyataan) tentang pasien/klien (individu, keluarga,
kelompok, masyarakat) secara sistematis untuk menentukan masalah
pasien/klien serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien/klien.
F. Analisa Data
Analisa data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori, dan satu uraian dasar, sehingga dapat
ditemukan tema tertentu dan dap at dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data (Siyoto & Sodik, 2015).
G. Teknik Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya
dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan
dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil
interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab
rumusan masalah. Teknik analis digunakan dengan cara observasi oleh
penlitian dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selajutnya
dinterpretasikan dan dibandingankan teori yang ada sebagai bahan untuk
memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut. Menurut Siyoto,
(2015) menjabarkan urutan dalam analisis data tersebut sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
29

Teknik ini data dikumpulkan berdasarkan dari Wawancara, Observasi,


serta dokumentasi) yang kemudian ditulis dalam bentuk catatan
lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip (catatan
terstruktur).Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan, maupun
teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan
identitas dari klien.
2. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan
dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan
sperilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode
induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,
diagnosis, perencanaan, tindakan, evaluasi.
H. Etik Penelitian
Etika penelitian mencangkup perilaku peneliti atau perlakuan
peneliti terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh
peneliti bagi masyarakat. Secara garis besar, dalam melaksanakan sebuah
penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang teguh (Notoatmodjo,
2012), yakni:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for human dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian
untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan
penelitian tersebut dan juga memberikan kebebasan kepada subjek
untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi
(berpartisipansi).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (Respect for
privacy and confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi
dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang
berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang
30

lain. Oleh sebab itu, penelitian tidak boleh menampilkan informasi


mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek.
3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for jutsice an
inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu di jaga oleh peneliti dengan
kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Prinsip keadilanini menjamin
bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan
yang sama, tanpa membedakan jender, agama, dan etnis.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal
mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada
khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang
merugikan bagi subjek. Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian harus
dapat mencegah atau paling tidak merugikan rasa sakit, cedera, stres,
maupun kematian subjek penelitian.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Pada bab ini dibahas tentang hasil dan pembahasan dari pelaksanaan

pengelolaan keperawatan kerusakan integritas jaringan pada Tn. A dan Ny. M

khususnya dengan penyakit ulkus diabetik. Lokasi pengambilan data bertempat di

RSUD Kardinah jl. AIP KS Tubun No.4 Kota Tegal. RSUD Kardinah merupakan

rumah sakit tipe A dengan akreditasi paripurna. Peneliti melakukan penelitian di

ruang Lavender yang merupakan ruang kelas 3 dengan jumlah ruangan sebanyak

3 ruangan. Dimana setaip ruangan Lavender itu sendiri dibagi menjadi 4 ruangan

yaitu penyakit dalam pria, penyakit dalam wanita, ruang bedah pria, dan ruang

bedah wanita. Setiap ruangan berisi 8 tempat tidur. Ada 4 orang peneliti

melakukan penelitian pada pasien yang berada di ruang penyakit dalam yaitu

Ruang Lavender dengan jumlah kuota tempat tidur sebanyak 24 dan pasien yang

rawat inap berjumlah 24 pasien.

2. Pengkajian

a. Identitas Klien

Identitas Pasien Klien 1 Klien 2

Nama Tn. A Ny. M


Umur 54 Tahun 46 Tahun
Pendidikan SMA SD
Pekerjaan Wiraswasta Pedagang
Status Perkawinan Menikah Janda
Alamat Jl. Brawijaya No. 17 Cangkring RT 07/03
No. RM 751844 947625

31
32

Diagnosa Medis Ulkus Pedis (s) Ulkus Pedis (s)

b. Riwayat Penyakit

Riwayat Penyakit Klien 1 Klien 2

Klien mengatakan Klien mengatakan


terdapat 2 luka yang terdapat luka di bagian
pertama di bagian betis telapak kaki kiri yang
sampai ke mata kaki berisi nanah berwarna
kiri berisi seperti nanah kekuning-kuningan,
berwarna kecoklatan telapak kaki terasa
dan yang kedua di bengkak, dan terasa bau
Keluhan Utama
bagian telapak kaki kiri. serta kulit di sekitar
berwarna kekuning- luka mengelupas.
kuningan seperti nanah
dan kulit disekitar luka
pada mengelupas dan
bagian telapak kaki
bengkak.
Klien mengatakan Klien mengatakan
sudah 3 minggu yang sudah 1 bulan lamanya
lalu kaki klien dirinya mengalami luka
mengalami luka dan dan pembengkakan
pembengkakan di di disekitar telapak kaki
bagian betis sampai ke kiri yang terkena
Riwayat Penyakit daerah mata kaki serpihan kayu dengan
Sekarang dengan panjang 30 cm panjang 8 cm lebar 2
lebar 20 cm dan juga cm yang berisi nanah
dibagian telapak kaki berwarna kekuning-
luka panjang 8 cm lebar kuningan, kulit
12 cm tidak kunjung disekitar luka
sembuh-sembuh yang mengelupas dan
mengakibatkan lukanya keadaan lukanya basah
33

semakin melebar. Di sering mengeluarkan


bagian sekitar lutut nanah, diantara jari ke 2
kulit mengelupas dan dan jari ke 3 lukanya
mengeluarkan cairan sudah mulai berlubang,
getah bening dengan terasa panas dan sedikit
skala nyeri 4 nyeri nyeri dengan skala
muncul terus-terusan. nyeri 3, dan nyeri
Klien mengatakan hilang timbul.
kondisinya lemas,
pucat, serta pusing.
Riwayat Penyakit Klien mengatakan Klien mengatakan
Dahulu sudah 5 tahun menderita Diabetes
menderita Diabetes Melitus sudah 2 tahun
Melitus dan klien juga lamanya, dan klien juga
mempunyai riwayat mempunyai riwayat
hipertensi sudah 1 magh, tidak mempunyai
tahun lamanya. riwayat penyekit kronis
lainnya.
Riwayat Penyakit Klien mengatakan di Klien mengatakan di
Keluarga dalam keluarga tidak dalam keluarganya ada
ada yang mempunyai yang mempunyai
riwayat penyakit riwayat diabetes
diabetes melitus, selain melitus, bapaknya dulu
itu bapak dan ibu klien juga mempunyai
mempunyai riwayat riwayat diabetes melitus
hipertensi. dan juga suaminya yang
meninggal juga akibat
diabetes melitus.

c. Perubahan Pola Kesehatan menurut Gordon

Pola Kesehatan Klien 1 Klien 2

Manajemen Klien mengatakan Klien mengatakan


Kesehatan bahwa setiap sakit klien bahwa setiap sakit klien
34

maupun keluarganya maupun keluarganya


memeriksakan sakit hanya
penyakitnya ke klinik memeriksakan sakitnya
atau rumah sakit ke klinik terdekat
terdekat rumahnya. ataupun meminum obat
Klien dan keluarganya dari apotik. Klien tidak
mengerti tentang begitu paham tentang
diabetes melitusnya sakitnya yang diderita
akan tetapi Klien tidak saat ini.
mengerti jika
penyekitnya sudah
menjalar menjadi ulkus
diabetik.
Pola Nutrisi dan Klien tidak mempunyai Klien tidak tidak
Metabolik alergi pada makanan mempunyai alergi
apapun, klien makan 3x terhadap makanan
sehari dan minum 6-7 apapun, klien makan 3x
gelas 300ml setiap hari, sehari minum 4-5 gelas
klien hanya 200 ml setiap hari,
menghabiskan nasi ½ selama di rumah sakit
porsi dari RS tapi untuk klien tidak nafsu makan
lauk klien selalu sama sekali disertai
menghabiskannya. muntah-muntah.
Pola Eliminasi Klien BAB 1x sehari Klien belum BAB sejak
dengan konsentrasi kemarin dengan
lunak dan berwarna konsentrasi keras dan
kuning kecoklatan dan berwarna kecoklatan
BAK menggunakan DC tanpa di sertai darah
dengan produksi urine maupun lendir dan
400ml/hari berwarna BAK menggunakan DC
kuning. dengan produski urine
300ml/hari berwarna
kuning sedikit keruh.
35

Pola Istirahat dan Klien mengatakan bisa Klien selama di rumah


tidur tidur walaupun hanya sakit tidurnya kurang,
sebentar, tidur siang tidur siang hanya 45
hanya 1-2 jam/hari, menit sehari, tidur
tidur malam 6-7 malam 4-5 jam sehari
jam/hari. Kebiasaan dan tidak mempunyai
tidur klien mengorok. kebiasaan mengorok.
Pola Aktivitas Kien selama sakit Klien selama sakit
aktivitas dibantu oleh aktivitas dibantu oleh
keluarganya, misalnya keluarganya, misalnya
toileting, berpindah, mandi, toileting,
ambulansi/ROM. berpindah/ROM
Pola Penglihatan, sensori Pola pendengaran,
kognitif/perseptual baik, untuk pola penglihatan dan sensori
pengecapannya terasa klien terlihat baik, pola
pahit, pendengaran pengecapan klien terasa
klien sedikit terganggu. sangat pahit yang
Mental klien sadar, mengakibatkan klien
bahasa yang digunakan tidak nafsu makan,
saat berbicara kadang klien mengatakan nyeri
mengunakan bahasa di lukanya dengan skala
jawa ngko, indonesia. nyeri 3, seperti ditusuk-
Klien mau untuk tusuk nyeri muncul
berinteraksi dengan hilang timbul.
baik, klien mengatakan
nyeri di bagian lukanya
dengan skala nyeri 4,
seperti ditusuk-tusuk
dan nyeri muncul terus
terusan.
Pola persepsi diri Sejak menderita ulkus Klien sangat cemas
diabetik klien sering terhadap penyakit yang
merasa cemas diderita dan klien
36

memikirkan belum bisa bekerja


penyakitnya apakah kembali dilihat dari
penyakitnya masih klien sering menangis
dapat disembuhkan atau dan sering menyendiri.
tidak, klien sering
merenung memikirkan
bahwa dirinya belum
bisa bekerja kembali
untuk mencari nafkah.
Pola Reproduksi Klien mempunyai 3 Klien mempunyai 2
anak, 2 orang orang anak, 1 orang
perempuan dan 1 orang perempuan dan 1 orang
laki-laki. 2 orang laki-laki semuanya
anaknya sudah sudah berkeluarga dan
berkeluarga dan klien klien tinggal bersama
tinggal bersama istrinya anak perempuannya,
dan anak suaminya sudah
perempuannya, klien meninggal dunia, klien
belum menopause. masih menstruasi
dengan siklusnya 28
hari.
Pola koping dan Jika mempunyai Klien apabila
stres masalah klien selalu mempunyai masalah
membicarakan selalu berusaha untuk
masalahnya dengan membicarakan
istri, anak, dan masalahnya dengan
menantunya. Selama di anak dan menantunya.
RS klien selalu Selama di RS klien
mendapat dukungan selalu mendapat
semangat dari dukungan anak,
keluarganya, teman- menantu dan cucunya
temannya yang serta teman yang
menjenguknya, klien menjenguknya, klien
37

menunjukan keadaan menunjukan keadaan


emosi yang stabil. emosinya yang stabil.
Pola peran dan Klien meskipun selama Klien selama sakit tidak
sakit peran klien meninggalkan peran
hubungan
sebagai kepala keluarga sebagai seorang ibu,
tidak ada masalah semua keluarga dapat
karena keluarganya memahami kondisinya
dapat memahami sekarang. Klien selalu
kondisinya, selama di berusaha berinteraksi
rumah sakit klien selalu dengan baik kepada
berinteraksi dengan pasien lainnya, petugas
pasien lainnya, petugas medis, maupun petugas
medis, petugas lainnya. lainnya.
Pola nilai dan Klien beragama nasrani Klien beragama islam,
dan sebelum dirawat di
kepercayaan sebelum di rawat di RS
RS klien rajin
klien selalu mengikuti
menjalankan ibadahnya,
setiap minggu klien pengajian setiap hari
pergi ke greja untuk
jumat, tetapi ketika di
beribadah, tetapi selama
RS klien tidak bisa
di RS klien tidak
menjalankannya, klien menjalankannya, klien
hanya membaca Al-
hanya berdoa untuk
Kitab saja selama di
diberikan kesembuhan
rumah sakit. Klien
yakin kalau penyakit oleh Allah SWT dan
yang dideritanya saat
klien yakin bahwa
ini adalah cobaan dari
penyakitnya dapat
Tuhan dan klien yakin
bahwa penyakitnya disembuhkan.
dapat disembuhkan.
38

d. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Klien 1 Klien 2

a. Keadaan Umum Sedang Sedang


Kesadaran Composmentis Composmentis
Tekanan Darah 140/80 mmHg 130/60 mmHg
Suhu 36,3°C 36,9°C
Nadi 80 x/menit 82 x/menit
RR 22 x/menit 22 x/menit
GDS 312 mg/dL 307 mg/dL
a. Rambut Rambut berwarna Rambut berwarna
hitam agak sedikit hitam beruban sedikit,
beruban pendek, halus, rambut sebahu, lurus,
lurus, dan mulai rontok. dan mulai rontok.
b. Kepala Kepala mesochepal, Kepala mesochepal,
tidak ada benjolan dan tidak ada benjolan dan
lesi, tidak ada luka di lesi, tidak ada luka di
kepala dan tidak ada kepala dan tidak ada
luka bekas jahitan. luka bekas jahitan.
c. Wajah Wajah klien simetris Wajah klien simetris
satu sama lain, tidak satu sama lain, tidak
ada nyeri tekan dan ada nyeri tekan dan
edema, warna wajah edema, warna wajah
sawo matang kuning langsat.
d. Mata Bentuk mata simetrsi Bentuk mata simetris
kanan dan kiri, kanan dan kiri,
konjungtiva tampak konjungtiva anemis,
anemis, sklera ikterik, sklera ikterik, refleks
refleks cahaya normal, cahaya normal, pupil <
pupil < 3mm, 3mm, dan penglihatan
penglihatan normal klien sedikit buram
dimalam hari.
e. Mulut Mulut bersih, Mukosa Mulut bersih, muka
39

bibir kering dan tampak bibir kering dan agak


pucat, tidak ada lesi pucat, tidak ada lesi
dan stomatitis, tidak dan stomatitis, tidak
ada perdarahan pada ada peradarah gusi ,
gusi, lidah bersih. dan lidah bersih.

f. Thorax Inpeksi: Inspeksi:


Pengembangan dinding Pengembangan dinding
dada simetris kanan dada simetris antara
dan kiri., tidak ada kanan dan kiri, tidak
sianosis, dan tidak ada ada sianosis, dan tidak
pembengkakan pada ada pembengkakan
daerah dada. pada daerah dada.
Palpasi: Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan, Tidak ada nyeri tekan,
bunyi vokal vremitus bunyi vokal fremitus
kanan dan kiri sama. kanan dan kiri normal.
Perkusi: Perkusi:
Terdengar suara sonor Terdengar suara sonor
pada area lapang paru. pada area paru.
Auskultasi: Auskultasi:
Suara nafas vesikuler, Suara nafas vesikuler,
tidak ada bunyi tidak da bunyi
wheezing mapun wheezing maaupun
ronchi. ronchi.
g. Abdomen Inspeksi: Inspeksi:
Dinding dada supel, Dinding dada supel,
tidak ada jejas, tidak tidak ada jejas, tidak
ada lesi. ada lesi.
Palpasi: Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan Terdapat nyeri tekan
maupun nyeri lepas, dibagian ulu hari, perut
hepar teraba. teraba keras dibagian
40

Perkusi: kiri.
Terdengar suara Perkusi:
Tympani. Terdengar suara
Auskultasi: Tympani.
Bising usus terdengar Auskultasi:
13x/menit Bising usus terdengar
13x/menit
h. Kulit Kulit klien berwarna Kulit klien berwarna
sawo matang, turgor kuning langsat, turgor
kulit elastis. kulit elastis.
i. Genitalia Klien terpasang kateter Klien terpasang katetes
sudah hari ke 3, sudha hari ke 2,
genitalia bersih genitalia bersih.
j. Ektremitas Inspeksi: Inspeksi:
Pergerakan ekstremitas Pergerakan ekstremitas
bawah bagian kiri bawah bagian kiri
terbatas, terdapat ulkus terbatas, terdapat ulkus
abses pedis (S) grade 3-4 abses pedis (S) grade 3-4
fase inflamasi, panjang ± fase inflamasi regio
30 cm dan lebar 20 cm, di planta pedis, panjang 8cm
bagian telapak kaki kiri dan lebar 2 cm, pus (+),
panjang 8cm lebar 12 cm kulit di sekitar luka
kehitaman di sekitar luka, mengelupas, hole (+),
pus (+), kulit di sekitar bleeding (+), Berbau (+),
luka mengelupas, odor (+), nekrosis digiti
bleeding (+), Berbau (+). 3-4, kekuning-kuningan
Kekuatan disekitar luka, terasa
hangat saat disentuh.

5 5 Kekuatan

5 3 5 5
5 3

Palpasi: Palpasi:
Akral terasa hangat dan Akral terasa hangat dan
tidak ada krepitasi. tidak da krepitasi.
41

e. Pemeriksaan Diagnostik

Hasil Nilai
Pemeriksaan
Kien 1 Klien 2 Normal

HEMATOLOGI

Hemoglobin L 9.4 L 10.8 13.7 - 17.7

Lekosit H 15.9 8.6 4.4 - 11.3

Hematokrit L 29.1 L 30.1 42 - 52

Trombosit H 643 250 150 - 521

Eritrosit L 3.7 L 3.5 4.5 - 5.9

ELEKTROLIT

Natrium L 132.6 139.8 135 - 145

Kalium 5.00 3.37 3.3 - 5.1

Klorida 104.6 H 111.3 96 - 1-6

Ureum 37.6 17.0 18.0 - 55.0

Creatinin H 1.44 1,03 0.70 - 1.3

GDS 312 307 < 126 mg/dL

f. Terapi Obat

Klien 1 Klien2

Keteprofen 3x1 Injeksi Imipenem 3x1 amp

Injeksi imipenem 3x1 Metronidazole 3x1

Injeksi novorapid 12 unit Injeksi transamin 3x1 amp


42

Injeksi ranitidin 2x 50mg Injeksi ranitidine 2x1 amp

Injeksi tramadol 3x1 amp Injeksi keterolac (drip) 3x1

Injeksi transamin 3x1 amp

Injeksi ranitidine 2x1 amp

Injeksi keterolac (drip) 3x1

3. Analisa Data
a. Klien 1
No. Tanggal Data Fokus Etiologi Problem
1. Rabu, 3 DS: Faktor Kerusakan
April  Klien mengatakan Genetik Integritas
2019 terdapat luka pada Jarigan
kakinya dan mengalami Kerusakan
pembengkakan di bagian Sel beta
betis sampai ke mata kaki
sebelah kiri, berwarna Penurunan
kehitaman disekitar luka. Produksi
 Klien mengatakan kulit di Insulin
sekitar telapak kaki kiri
mengelupas, bengkak dan Hiperglikemi
sering keluar nanah
berwarna kekuning- Keruskan
kuningan dan sering Vaskuler
mengeluarkan darah.
 Klien mengatakan Gangguan
lukanya terasa panas dan Sirkulasi
terasa nyeri. Darah
P : Nyeri,
Q : Tertusuk-tusuk, Iskemik
R : Telapak kaki kiri, Jaringan
43

S : Skala 4, Nekrosis luka


T : Terus menerus
Ulkus
DO:
 K/u : Klien tampak lemah Kerusakan
dan lemas. Integritas
 Klien hanya berbaring Jaringan
diatas tempat tidur
 Vital Sign :
TD : 164/70 mmHg
S : 36,3°C
N : 92 x/menit
RR : 23 x/menit
GDS : 312 mg/dL
GCS : 4-6-5
Hemoglobin : 9,4 g/dL
Leukosit : 15,9
Hematokrit 29,1%
Konjungtiva anemis
 Kekuatan Otot
5 5
5 3
 Gambaran Klinis Luka
Terdapat luka ulkus abses
pedis sinistra grade 3-4
fase inflamasi, luka
dibagian betis sampai ke
mata kaki panjang 30 cm
lebar 20 cm, luka dibagian
telapak kaki kiri panjang
8 cm lebar 12 cm, kulit di
sekitar lutut mengelupas,
tampak basah, berwarna
44

pink dan disertai dengan


keluarnya cairan getah
timun, perdarahan (+).
2. Minggu, DS : Faktor Kerusakan
14 April  Klien mengatakan Genetik integritas
2019 terdapat luka di telapak jaringan
kaki kirinya, kakinya Kerusakan
terasa bengkak dan Sel beta
berbau khas nanah.
 Klien mengatakan kulit Penurunan
disekitar luka Produksi
mengelupas, berisi cairan Insulin
berwarna kekuning-
kuningan seperti nanah, Hiperglikemi
dan lukanya basah.
 Klien mengatakan Keruskan
DO: Vaskuler

 K/u : Klien tampak lemah


dan lemas. Gangguan

 Klien dapat duduk dengan Sirkulasi

posisi semifowler diatas Darah

tempat tidur saja.


 Vital Sign : Iskemik

TD : 130/60 mmHg Jaringan

S : 36,9°C
N : 82 x/menit Nekrosis luka

RR : 22 x/menit Ulkus

GDS : 307 mg/dL


GCS : 4-6-5 Kerusakan

Hemoglobin : 10,8 g/dL Integritas

Leukosit : 8,6 Jaringan

Hematokrit 30,9%
Konjungtiva anemis
45

 Kekuatan Otot
5 5
5 3
 Gambaran Klinis Luka
Terdapat luka ulkus abses
pedis sinistra grade 3-4
fase inflamasi regio planta
pedis, luka dibagian
telapak kaki kiri panjang
8 cm lebar 2cm, luka
tampak berwarna kuning
seperti nanah, kulit
disekitar luka pada
mengelupas, luka tampak
basah, dan mengeluarkan
nanah serta berbau.
Nekrosis digiti 3-4, hole
(+), odor (+), luka terasa
hangat saat disentuh.

4. Diagnosis Keperawatan
a. Klien 1
No. Data Etiologi Problem
1. DS: Gangguan Kerusakan
 Klien mengatakan terdapat luka pada Srikulasi Integritas
kakinya dan mengalami Jaringan
pembengkakan di bagian betis
sampai ke mata kaki sebelah kiri,
berwarna kehitaman disekitar luka.
 Klien mengatakan kulit di sekitar
telapak kaki kiri mengelupas,
bengkak dan sering keluar nanah
berwarna kekuning-kuningan dan
46

sering mengeluarkan darah.


 Klien mengatakan lukanya terasa
panas dan terasa nyeri.
P : Nyeri,
Q : Tertusuk-tusuk,
R : Telapak kaki kiri,
S : Skala 4,
T : Terus menerus
DO:
 K/u : Klien tampak lemah dan lemas.
 Klien hanya berbaring diatas tempat
tidur
 Vital Sign :
TD : 164/70 mmHg
S : 36,3°C
N : 92x/menit
RR : 23 x/menit
GDS : 312 mg/dL
GCS : 4-6-5
Hemoglobin : 9,4 g/dL
Leukosit : 15,9
Hematokrit 29,1%
Konjungtiva anemis
 Kekuatan Otot
5 5
5 3
 Gambaran Klinis Luka
Terdapat luka ulkus abses pedis
sinistra grade 3-4 fase inflamasi, luka
dibagian betis sampai ke mata kaki
panjang 30 cm lebar 20 cm, luka
dibagian telapak kaki kiri panjang 8
cm lebar 12 cm, kulit di sekitar lutut
47

mengelupas, tampak basah, berwarna


pink dan disertai dengan keluarnya
cairan getah timun, perdarahan (+).
b. Klien 2
No. Data Etiologi Problem
2. DS : Gangguan Kerusakan
 Klien mengatakan terdapat luka di Sirkulasi Integritas
telapak kaki kirinya, kakinya terasa Jaringan
bengkak dan berbau khas nanah.
 Klien mengatakan kulit disekitar luka
mengelupas, berisi cairan berwarna
kekuning-kuningan seperti nanah,
dan lukanya basah.
 Klien mengatakan
DO:
 K/u : Klien tampak lemah dan lemas.
 Klien dapat duduk dengan posisi
semifowler diatas tempat tidur saja.
 Vital Sign :
TD : 130/60 mmHg
S : 36,9°C
N : 82 x/menit
RR : 22 x/menit
GDS : 307 mg/dL
GCS : 4-6-5
Hemoglobin : 10,8 g/dL
Leukosit : 8,6
Hematokrit 30,9%
Konjungtiva anemis
 Kekuatan Otot
5 5
5 3
 Gambaran Klinis Luka
48

Terdapat luka ulkus abses pedis


sinistra grade 3-4 fase inflamasi regio
planta pedis, luka dibagian telapak
kaki kiri panjang 8 cm lebar 2cm,
luka tampak berwarna kuning seperti
nanah, kulit disekitar luka pada
mengelupas, luka tampak basah, dan
mengeluarkan nanah serta berbau.
Nekrosis digiti 3-4, hole (+), odor
(+), luka terasa hangat saat disentuh.

5. Perencanaan Keperawatan
a. Klien 1
Tanggal Dx. Tujuan dan
Intervensi Rasional
/jam Keperawatan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Untuk
tindakan tanda -tanda mengetahui
keperawatan vital. keadaan umum
selama 3 x 24 jam, 2. kaji kondisi pasien
luka klien dapat luka dan 2. Mengetahui
menunjukan dalam tanda-tanda sirkulasi kulit dan
Kerusakan
Rabu, 3 keadaan membaik, infeksi. masalah yang
Integritas
April dengan kriteria 3. Lakukan mungkin
Jaringan
2019, hasil: perawatan disebabkan alat,
Berhubungan
Jam 1. Tidak ada luka dengan pemasangan, dan
dengan
07.00 tanda-tanda teknik steril balutan.
Gangguan
WIB infeksi (Calor, dan 3. Mencegah
Sirkulasi
Dolor, Rubor, mengganti peningkatan
Tumor, balutan prosentase
Functiolaesa). luka. mikroorganisme
2. Pus dan 4. Ajarkan akibat kelainan
jaringan klien dan metabolik
berkurang keluaga (glukosa tinggi)
49

3. Berkurangnya mengenal dan memberikan


oedema sekitar cara informasi tentang
luka prosedur efektifitas terapi.
4. Adanya perawatan 4. Menghindari
jaringan luka dan terjadinya infeksi
granulasi. mengenal dan mengetahui
tanda-tanda cara perawatan
infeksi. luka.
5. Kolaborasi 5. Insulin akan
dengan menurunkan
dokter kadar gula darah.
untuk 6. Melanjukan
pemberian intervensi.
insulin dan
ahli gizi.
6. Dokumenta
sikan dari
hasil
observasi
ttv dan
keadaan
luka

b. Klien 2
Tanggal Dx Tujuan dan
Intervensi Rasional
/Jam Keperawatan Kriteria Hasil
Minggu Kerusakan Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Untuk
,14 Integritas tindakan tanda -tanda mengetahui
April Jaringan keperawatan vital. keadaan umum
2019, berhubungan selama 3 x 24 2. Kaji kondisi pasien
jam dengan jam, luka klien luka dan 2. Mengidentifikasi
07.00 gangguan dapat menunjukan tanda-tanda tingkat
WIB sirkulasi dalam keadaan infeksi. metabolisme
50

membaik, 3. Lakukan jaringan dan


dengan kriteria perawatan tingkat
hasil: luka dengan disintegritas.
1. Tidak ada teknik steril 3. Mencegah
tanda-tanda dan peningkatan
infeksi (Calor, mengganti prosentase
Dolor, Rubor, balutan mikroorganisme
Tumor, luka. akibat kelainan
Functiolaes 4. Mereposisi metabolik
2. Pus dan posisi setiap (glukosa tinggi)
jaringan 2 jam sekali dan memberikan
berkurang 5. Ajarkan informasi tentang
3. Berkurangnya klien dan efektifitas terapi.
oedema sekitar keluaga 4. Untuk
luka. mengenal memperlancar
4. Adanya cara sirkulasi darah
jaringan prosedur menuju kedaerah
granulasi. perawatan perifer
luka dan 5. Menghindari
mengenal terjadinya
tanda-tanda infeksi.
infeksi. 6. Insulin akan
6. Kolaborasi menurunkan
dengan kadar gula darah
dokter dan dengan
untuk adanya asupan
pemberian gizi yang sesuai
insulin dan akan
ahli gizi memperbaiki
untuk diet status nutrisinya
TKTP dan mempercepat
(Tinggi lukanya menjadi
Kalori kering.
51

Protein) 7. Melanjukan
7. Dokumenta intervensi.
sikan dari
hasil
observasi
ttv dan
keadaan
luka

6. Implementasi Keperawatan
a. Klien 1 (Tn. A)
No. Tanggal Jam Implemtasi Respon
1. Rabu, 3 08.00 1. Mengkaji kondisi luka DS : -
April WIB dan tanda-tanda infeksi, DO :
2019 misalnya lokasi luka,  Luka dibagian betis
dimensi luka, kedalaman sampai ke mata kaki
luka, dan tanda-tanda panjang 30 cm lebar 20
infeksi lokal cm, tampak bengkak,
mengeluarkan banyak
nanah dan sedikit darah.
 Kulit disekitar lutut
mengelupas, luka terlihat
basah, keluar cairan getah
timun.
 Luka dibagian telapak
kaki panjang 8cm lebar 12
cm, kulit mengelupas,
mengeluarkan darah dan
nanah, serta bengkak.
08.30 2. Melakukan perawatan DS:
WIB luka dengan teknik steril  Pasien mengatakan
dan mengganti balutan sebelum mengganti balut,
luka. sebaiknya hordengnya
52

ditutup karena klien takut


lukanya bau mengganggu
sekitar, dan klien malu.
 Klien mengatakan ketika
melakukan perawatan luka
sebaiknya dengan hati-hati
dan pelan-pelan karena
klien merasa lukanya
masih terasa sakit.
 Klien mengatakan setelah
dilakukan ganti balut,
klien mengatakan lukanya
mulai tidak terasa panas di
bagian betis smaoai ke
mata kaki tapi masih
sedikit nyeri di bagian
telapak kaki
P : Nyeri
Q : Tertusuk-tusuk
R : Telapak kaki
S : Skala 3
T : Terus-menerus
DO:
 Klien tampak meringis
kesakitan ketika akan
diganti balutan lukanya.
 Klien tampak tegang
 Luka dibagian betis
sampai ke mata kaki
panjang 30 cm lebar 20
cm, tampak bengkak,
mengeluarkan banyak
nanah dan sedikit darah
53

 Kulit disekitar lutut


mengelupas, luka terlihat
basah, keluar cairan getah
timun.
 Luka dibagian telapak
kaki kiri panjang 8cm
lebar 12 cm, kulit
mengelupas, sering
mengeluarkan darah dan
nanah, kadang sering
mengeluarkan cairan
bening, tampak bengkak
di bagian telapak kaki
atas.
09.00 3. Mereposisi klien setiap 2 DS: -
WIB jam sekali DO: -
11.00 4. Mengobservasi tanda- DS :
WIB tanda vital  Klien mengatakan bahwa
dari kemarin tekanan
darahnya masih tinggi
antara 170/80 mmHg.
 Klien mengatakan suhu
tubuhnya dari semalam
tinggi.
 Klien mengatakan bahwa
dirinya mempunyai
riwayat darah tinggi.
DO :
 Tanda-tanda vital
TD : 164/70 mmHg
S : 36,3°C
N : 92 x/menit
RR : 23 x/menit
54

 GDS (J. 06.00 WIB)


312 mg/dL
12.00 4. Mengajarkan klien dan DS : -
WIB keluaga mengenal cara DO :
prosedur perawatan luka  Klien dan keluarga mau
dan mengenal tanda- mendengarkan sosialisasi
tanda infeksi serta yang diberikan oleh
mengenal tentang perawat tentang perawatan
penyakit diabetes luka dan mengenal
melitus. penyakit diabetes melitus.
 Klien dan keluarga mulai
memahami gejala-gejala
diabetes melitus.
12.00 5. Berkolaborasi dengan DS : -
WIB dokter untuk pemberian DO :
insulin dan ahli gizi  Klien makan dengan
untuk diet TKTP (Tinggi posisi semifowler
Kalori Protein).  Klien makan di bantu oleh
Misalnya pemberian keluarganya
insulin novorapid 12 unit  Klien menghabiskan ½
(Jam 11.00 WIB). porsi makan dari RS.
 Klien menghabiskan
hanya lauk dan sayurnya.
13.00 6. Mendokumentasikan DS : -
WIB dari hasil observasi ttv DO : -
dan keadaan luka.
2. Jum’at, 08.00 1. Mengkaji kondisi luka DS : -
5 April WIB dan tanda-tanda infeksi, DO :
2019 misalnya lokasi luka,  Luka dibagian betis
dimensi luka, kedalaman sampai ke mata kaki
luka, dan tanda-tanda panjang 29 cm lebar 20
infeksi lokal cm, bengkak sedikit
berkurang, sudah mulai
55

sedikit mengeluarkan
nanah dan sedikit darah,
mulai muncul kehitaman
di sekitar luka.
 Kulit disekitar lutut
mengelupas, luka masih
terlihat basah, keluar
cairan getah timun tapi
sedikit.
 Luka dibagian telapak
kaki panjang 8cm lebar 12
cm, kulit mengelupas,
sudah tidak mengeluarkan
darah tapi sedikit
mengeluarkan nanah, serta
bengkak haya sedikit.
08.30 2. Melakukan perawatan DS:
WIB luka dengan teknik steril  Pasien mengatakan
dan mengganti balutan sebelum mengganti balut,
luka. sebaiknya hordengnya
ditutup karena klien takut
lukanya bau mengganggu
sekitar, dan klien malu.
 Klien mengatakan setelah
dilakukan ganti balut,
klien mengatakan panas
didaerah luka berkurang di
bagian betis sampai ke
mata kaki, nyeri
berkurang di bagian
telapak kaki
P : Nyeri
Q : Cekit-cekit
56

R : Telapak kaki
S : Skala 2
T : Hilang Timbul
DO:
 Klien sudah mulai rileks
ketika akan diganti
balutan lukanya.
 Luka dibagian betis
sampai ke mata kaki
panjang 29 cm lebar 20
cm, bengkak sudah mulai
berkurang, sedkit
mengeluarkan nanah dan
sedikit darah.
 Kulit disekitar lutut mulai
mengering, luka berwarna
pink dan sedikit putih.
 Luka dibagian telapak
kaki kiri panjang 7cm
lebar 11 cm, kulit
mengelupas dan sedikit
sudah mulai mengering
serta sedikit berwarna
kehitaman.
 Luka masih sedikit berbau
09.00 3. Mereposisi setiap 2 jam DS: -
WIB sekali DO : -
11.00 4. Mengobservasi tanda- DS :
WIB tanda vital dengan  Klien mengatakan dari
mengukur Tensi, Suhu, semalam tidak bisa tidur
Nadi, dan Respirasi karena suasana di dalam
ruangan, tadi pagi
tensinya 171/68 mmHg.
57

DO :
 Tanda-tanda vital
TD : 160/80 mmHg
S : 36,4°C
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
 GDS (J. 06.00 WIB)
306 mg/dL
12.00 5. Mengajarkan klien dan DS :
WIB keluarga mengenal cara  Keluarga mengatakan
prosedur perawatan luka setelah memahami tentang
dan mengenal tanda- diabetes, keluarga
tanda infeksi serta membatasi makanan yang
mengenal tentang manis.
penyakit diabetes DO : -
melitus.
12.00 6. Berkolaborasi dengan DS :
WIB dokter untuk pemberian  Klien mengatakan
insulin dan ahli gizi lidahnya masih terasa
untuk diet TKTP (Tinggi pahit untuk makan.
Kalori Protein). DO :
Misalnya pemberian  Klien makan dengan
insulin novorapid 12 unit posisi semifowler
(Jam 11.00 WIB).  Klien makan di bantu oleh
keluarganya
 Klien masih
menghabiskan ½ porsi
makan dari RS dan mau
untuk di campur lauk dan
sayurnya.
13.00 6. Mendokumentasikan DS : -
WIB dari hasil observasi ttv DO : -
dan keadaan luka.
58

3. Sabtu, 6 08.00 1. Mengkaji kondisi luka DS : -


April WIB dan tanda-tanda infeksi, DO :
2091 misalnya lokasi luka,  Luka dibagian betis
dimensi luka, kedalaman sampai ke mata kaki mulai
luka, dan tanda-tanda berkurang dengan panjang
infeksi lokal 27 cm lebar 20 cm, sudah
tidak bengkak, tidak
mengeluarkan nanah, luka
mulai kering dan mulai
muncul kehitaman di
sekitar luka.
 Kulit disekitar lutut
mengelupas, luka sudah
mulai kering dan berwarna
pink.
 Luka dibagian telapak
kaki berkurang dengan
panjang 6 cm lebar 11
cm, kulit mengelupas,
tidak mengeluarkan darah
dan sudah tidak
mengeluarkan nanah,
sudah tidak bengkak, luka
sudah kering.
08.30 2. Melakukan perawatan DS:
WIB luka dengan teknik steril  Klien mengatakan setelah
dan mengganti balutan dilakukan ganti balut,
luka. klien mengatakan panas
didaerah luka sudah
berkurang di bagian betis
sampai ke mata kaki, nyeri
sudah tidak ada di telapak
kaki.
59

DO:
 Klien sudah mulai rileks
ketika akan diganti
balutan lukanya.
 Luka dibagian betis
sampai ke mata kaki
panjang 27 cm lebar 20
cm, sudah tidak bengkak,
sudah tidak mengeluarkan
nanah dan darah, muncul
kehitaman di sekitar luka.
 Kulit disekitar lutut sudah
mengering, luka berwarna
pink dan sedikit putih.
 Luka dibagian telapak
kaki kiri panjang 6cm
lebar 11 cm, kulit
mengelupas dan sudah
mengering serta sedikit
berwarna kehitaman
dibagian luka.
 Luka sudah tidak berbau.
09.00 3. Mereposisi setiap 2 jam DS :
WIB sekali  Pasien mengatakan sudah
bias sendiri melakukan
reposisi untuk
menghindari tekanan pada
kakinya.
DO : -
11.00 3. Mengobservasi tanda- DS : -
WIB tanda vital dengan DO :
mengukur Tensi, Suhu,  Tanda-tanda vital
Nadi, dan Respirasi TD : 140/80 mmHg
60

S : 36°C
N : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
 GDS (J. 06.00 WIB)
248 mg/dL
12.00 4. Mengajarkan klien dan DS :
WIB keluarga mengenal cara  Keluarga mengatakan
prosedur perawatan luka setelah memahami tentang
dan mengenal tanda- penyakit diabetes melitus,
tanda infeksi serta keluarga akan membatasi
mengenal tentang makan makanan yang
penyakit diabetes manis dan menjaga pola
melitus. hidup sehat serta
memperbanyak olahraga.
DO : -
12.00 5. Berkolaborasi dengan DS :
WIB dokter untuk pemberian  Klien mengatakan
insulin dan ahli gizi lidahnya masih terasa
untuk diet TKTP (Tinggi pahit untuk makan.
Kalori Protein).  Klien mengatakan kepada
Misalnya pemberian dokter bahwa dirinya
insulin novorapid 12 unit ingin pulang kerumahnya
(Jam 11.00 WIB). DO :
 Klien makan dengan
posisi semifowler
 Klien makan di bantu oleh
keluarganya
 Klien masih
menghabiskan ½ porsi
makan dari RS dan mau
untuk di campur lauk dan
sayurnya.
13.00 6. Mendokumentasikan DS : -
61

WIB dari hasil observasi ttv DO : -


dan keadaan luka.

b. Klien 2 (Ny. M)
No. Tanggal Jam Implemtasi Respon
1. Minggu, 08.00 1. Mengkaji kondisi luka DS : -
14 april WIB dan tanda-tanda infeksi, DO :
2019 misalnya lokasi luka,  Luka dibagian telapak
dimensi luka, kedalaman kaki kiri panjang 8cm
luka, dan tanda-tanda lebar 3 cm, kulit
infeksi lokal. mengelupas, berbau busuk
nanah dan mengeluarkan
banyak nanah.
 Lukanya berlubang di
antara jari ke 2 dan jari ke
3.
08.30 2. Melakukan perawatan DS:
WIB luka dengan teknik steril  Pasien mengatakan
dan mengganti balutan sebelum mengganti balut,
luka. sebaiknya hordengnya
ditutup karena klien takut
lukanya bau mengganggu
sekitar, dan klien malu.
 Klien mengatakan ketika
melakukan perawatan luka
sebaiknya dengan hati-hati
dan pelan-pelan karena
klien merasa lukanya
masih terasa sakit.
 Klien mengatakan setelah
dilakukan ganti balut,
klien mengatakan lukanya
jadi lebih adem, tapi klien
62

juga mengatakan lukanya


masih nyeri.
P : Nyeri
Q : Tertusuk-tusuk
R : Telapak kaki
S : Skala 3
T : Terus-menerus
DO:
 Klien tampak meringis
kesakitan ketika akan
diganti balutan lukanya.
 Klien tampak tegang
 Luka dibagian telapak
kaki kiri panjang 8cm
lebar 3 cm, kulit
mengelupas, banyak
mengeluarkan nanah
tampak bengkak di bagian
telapak kaki atas.
09.00 3. Mereposisi setiap 2 jam DS : -
WIB sekali DO : -
11.00 3. Mengobservasi tanda- DS : -
WIB tanda vital dengan DO :
mengukur Tensi, Suhu,  Tanda-tanda vital
Nadi, dan Respirasi TD : 130/90 mmHg
S : 36°C
N : 90 x/menit
RR : 22 x/menit
GDS (J. 06.00 WIB)
327 mg/dL
12.00 4. Mengajarkan klien dan DS : -
WIB keluarga mengenal cara DO :
prosedur perawatan luka  Klien dan keluarga mau
63

dan mengenal tanda- mendengarkan sosialisasi


tanda infeksi serta yang diberikan oleh
mengenal tentang perawat tentang perawatan
penyakit diabetes luka dan mengenal
melitus. penyakit diabetes melitus.
 Klien dan keluarga mulai
memahami gejala-gejala
diabetes melitus.
12.00 5. Berkolaborasi dengan DS : -
WIB dokter untuk pemberian DO :
insulin dan ahli gizi  Klien makan di bantu oleh
untuk diet TKTP (Tinggi keluarganya
Kalori Protein).  Klien tidak mau makan.
 Makanan masih utuh
diatas meja.
13.00 6. Dokumentasikan dari DS : -
WIB hasil observasi ttv dan DO : -
keadaan luka.
2. Senin, 08.00 1. Mengkaji kondisi luka DS : -
15 April WIB dan tanda-tanda infeksi, DO :
2019 misalnya lokasi luka,  Luka dibagian telapak
dimensi luka, kedalaman kaki kiri panjang 8cm
luka, dan tanda-tanda lebar 3 cm, kulit
infeksi lokal. mengelupas, berbau nanah
dan mengeluarkan banyak
nanah.
 Lukanya berlubang di
antara jari ke 2 dan jari ke
3.
08.30 2. Melakukan perawatan DS:
WIB luka dengan teknik steril  Pasien mengatakan
dan mengganti balutan sebelum mengganti balut,
luka. sebaiknya hordengnya
64

ditutup karena klien takut


lukanya bau mengganggu
sekitar, dan klien malu.
 Klien mengatakan ketika
melakukan perawatan luka
sebaiknya dengan hati-hati
dan pelan-pelan karena
klien merasa lukanya
masih terasa sakit.
 Klien mengatakan setelah
dilakukan ganti balut,
klien mengatakan lukanya
jadi lebih adem, tapi klien
juga mengatakan lukanya
masih nyeri.
P : Nyeri
Q : cekit-cekit
R : Telapak kaki
S : Skala 2
T : Terus-menerus
DO:
 Klien tampak meringis
kesakitan ketika akan
diganti balutan lukanya.
 Klien tampak tegang
 Luka dibagian telapak
kaki kiri panjang 8cm
lebar 3 cm, kulit
mengelupas, banyak
mengeluarkan nanah
tampak bengkak di bagian
telapak kaki atas.
09.00 3. Mereposisi setiap 2 jam DS : -
65

WIB sekali DO : -
11.00 3. Mengobservasi tanda- DS : -
WIB tanda vital dengan DO :
mengukur Tensi, Suhu,  Tanda-tanda vital
Nadi, dan Respirasi TD : 120/70 mmHg
S : 36°C
N : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
GDS (J. 06.00 WIB)
124 mg/dL
12.00 4. Mengajarkan klien dan DS :
WIB keluarga mengenal cara  Klien mengatakan akan
prosedur perawatan luka menjaga pola hidup sehat
dan mengenal tanda- dan mengurangi makan
tanda infeksi serta makanan yang manis serta
mengenal tentang akan memakai alas kaki.
penyakit diabetes DO :
melitus.  Klien dan keluarga mau
mendengarkan sosialisasi
yang diberikan oleh
perawat tentang perawatan
luka dan mengenal
penyakit diabetes melitus.
 Klien dan keluarga mulai
memahami gejala-gejala
diabetes melitus.
12.00 5. Berkolaborasi dengan DS :
WIB dokter untuk pemberian  Klien mengatakan tidak
insulin dan ahli gizi mau makan karena kalau
untuk diet TKTP (Tinggi makan pasti muntah, tadi
Kalori Protein). pagi sudah muntah 3x.
DO :
 Klien makan di bantu oleh
66

keluarganya
 Klien tidak mau makan.
 Makanan masih utuh
diatas meja.
13.00 6. Dokumentasikan dari DS : -
WIB hasil observasi ttv dan DO : -
keadaan luka.
3. Selasa, 08.00 1. Mengkaji kondisi luka DS : -
16 April WIB dan tanda-tanda infeksi, DO :
2019 misalnya lokasi luka,  Luka dibagian telapak
dimensi luka, kedalaman kaki kiri panjang 7cm
luka, dan tanda-tanda lebar 2 cm, kulit
infeksi lokal. mengelupas, berbau nanah
sedikit dan mengeluarkan
sedikit nanah.
 Lukanya berlubang di
antara jari ke 2 dan jari ke
3.
 Kulit disekitar luka mulai
pada mengering.
08.30 2. Melakukan perawatan DS:
WIB luka dengan teknik steril  Pasien mengatakan
dan mengganti balutan sebelum mengganti balut,
luka. sebaiknya hordengnya
ditutup karena klien takut
lukanya bau mengganggu
sekitar, dan klien malu.
 Klien mengatakan ketika
melakukan perawatan luka
sebaiknya dengan hati-hati
dan pelan-pelan karena
klien merasa lukanya
masih terasa sakit.
67

 Klien mengatakan setelah


dilakukan ganti balut,
klien mengatakan lukanya
jadi lebih adem, tapi klien
juga mengatakan lukanya
masih nyeri.
P : Nyeri
Q : cekit-cekit
R : Telapak kaki
S : Skala 2
T : Terus-menerus
DO:
 Klien tampak meringis
kesakitan ketika akan
diganti balutan lukanya.
 Luka dibagian telapak
kaki kiri panjang 7cm
lebar 2 cm sudah mulai
mengering, kulit sudah
tidak mengelupas.
09.00 3. Mereposisi setiap 2 jam DS :
WIB sekali  Pasien mengatakan dapat
melakukan sendiri
mengubah posisi untuk
menguangi tekanan pada
kakinya.
DO : -
11.00 3. Mengobservasi tanda- DS : -
WIB tanda vital dengan DO :
mengukur Tensi, Suhu,  Tanda-tanda vital
Nadi, dan Respirasi TD : 110/60 mmHg
S : 36,5°C
N : 90 x/menit
68

RR : 22 x/menit
GDS (J. 06.00 WIB)
106mg/dL
12.00 4. Mengajarkan klien dan DS :
WIB keluarga mengenal cara  Klien mengatakan akan
prosedur perawatan luka menjaga pola hidup sehat
dan mengenal tanda- dan mengurangi makan
tanda infeksi serta makanan yang manis serta
mengenal tentang akan memakai alas kaki.
penyakit diabetes  Setelah dilakukan massase
melitus, dan melakukan klien mengatakan tidak
masasse pada bagian terlalu nyeri sekali
kaki. DO :
 Klien dan keluarga mau
mendengarkan sosialisasi
yang diberikan oleh
perawat tentang perawatan
luka dan mengenal
penyakit diabetes melitus.
 Klien dan keluarga mulai
memahami gejala-gejala
diabetes melitus.
12.00 5. Berkolaborasi dengan DS :
WIB dokter untuk pemberian  Klien mengatakan tidak
insulin dan ahli gizi mau makan karena kalau
untuk diet TKTP (Tinggi makan pasti muntah, tadi
Kalori Protein). pagi sudah muntah 3x.
DO :
 Klien makan di bantu oleh
keluarganya
 Klien menghabiskan ½
porsi makanan dari RS.
 Makanan masih utuh
69

diatas meja.
13.00 6. Dokumentasikan dari DS : -
WIB hasil observasi ttv dan DO : -
keadaan luka.

7. Evaluasi
a. Klien 1 (Tn. A)
Tanggal/ Diagnosis
No. Evaluasi TTD
Jam Keperawatan
1. Sabtu, 6 Kerusakan S:
April Integritas  Klien mengatakan lukanya sudah
2019 Jaringan tidak mengeluarkan nanah dan
Jam berhubungan darah.
13.00 dengan  Klien mengatakan lukanya sudah
WIB gangguan tidak berbau.
sirkulasi  Klien mengatakan mulai
menghabiskan makanan yang
dianjurkan oleh RS.
 Klien mengatakan kakinya sudah
mulai dapat digerakkan sedikit-
sedikit.
 Klien mengatakan sudah tidak
lemas lagi
O:
 Luka dibagian betis menyusut
panjang 27 cm lebar 20cm, sudah
tidak bengkak, sudah tidak
mengeluarkan nanah dan darah.
 Luka di bagian lutut sudah tampak
kering, sudah tidak mengeluarkan
getah timun.
 Luka di bagian telapak kaki kiri
sudah kering, kulit sudah tidak
70

mengelupas lagi, panjang luka 6 cm


lebar 11 cm.
 Vital sign
TD : 140/80 mmHg
S : 36°C
N : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
GDS : 248 mg/dL
A : Masalah Teratasi
P : Pertahankan Intervensi
(Pantau balutan dan ganti balut 1
hari sekali, lakukan perawatan luka
dengan menggunakan teknik steril,
pantau tekanan darah klien, dan
pantau nutrisi klien untuk
mempercepat penyembuhan luka).

b. Klien 2 (Ny. M)
Tanggal/ Diagnosis
No. Evaluasi TTD
Jam Keperawatan
2. Selasa, Kerusakan S:
16 April Integritas  Klien mengatakan lukanya sudah
2019 Jaringan tidak berbau.
berhubungan  Klien mengatakan mulai
dengan menghabiskan ½ porsi makanan
gangguan yang dianjurkan oleh RS.
sirkulasi  Klien mengatakan kakinya sudah
mulai dapat digerakkan sedikit-
sedikit.
 Klien mengatakan sudah tidak
lemas lagi.
 Klien mengatakan nyerinya
berkurang denga skala nyeri 2
71

O:
 Luka di bagian telapak kaki kiri
mulai mengering, kulit sudah tidak
mengelupas lagi, panjang luka 7 cm
lebar 2 cm.
 Vital sign
TD : 120/70 mmHg
S : 36,2°C
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
GDS : 124 mg/dL
A : Masalah Teratasi
P : Pertahankan Intervensi
(Pantau balutan dan ganti balut 1
hari sekali, lakukan perawatan luka
dengan menggunakan teknik steril,
pantau tekanan darah klien, dan
pantau nutrisi klien untuk
mempercepat penyembuhan luka).

B. Pembahasan

Pada bab ini, penulis akan membahas dan menganalisis tentang kerusakan
integritas jaringan pada klien ulkus diabetik di ruang lavender RSUD kardinah yang
di laksanakan pada tanggal 1 April 2019 - 20 April 2019 berdasarkan pada tahapan
proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi
keperawatan.

1) Pengkajian
Pengkajian kesehatan merupakan tahapan awal yang terdiri dari riwayat
kesehatan yang berguna untuk melengkapi informasi tentang status kesehatan fisik.
Pada klien dengan masalah kerusakan integritas jaringan muncul beberapa
tanda dan gejala seperti kerusakan jaringan (misalnya kornea, membran mukosa, ,
integumen, atau subkutan) Nurarif (2015). Pada klien 1 dan 2 mampu
72

memunculkan tanda dan gejala yaitu terdapatnya kerusakan jaringan pada


permukaan kulit (integumen) dibuktikan dengan luka kedua klien sudah memasuki
pada grade 1 dimana luka ulkus hanya terbatas pada daerah kulit Wagner (2009).
Pada kondisi ini mengakibatkan kedua klien mengalami ketakutan untuk
melakukan aktivitas sehingga klien disarankan untuk melakukan aktifitas secara
dibantu.
Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan Tn.A dari hasil pengkajian data
subjektif dan objektif klien mengatakan luka klien sudah 3 minggu lamanya belum
kunjung sembuh, luka tampak bengkak, kaki kemerahan dan terasa panas. Pada
pemeriksaan kondisi luka didapatkan luka berbau, oedema pada luka, luka
mengeluarkan nanah dan darah.
Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan Ny. M dari hasil pengkajian data
subjektif dan objektif mengatakan luka klien sudah 1 bulan lamanya belum
sembuh, mengalami pembengkakan, keluar cairan nanah. Pada pemeriksaan
kondisi luka didapatkan luka berbau, keluar nanah dan darah, kulit disekitar luka
mengelupas.
Pada kerusakan integritas jaringan maka akan terjadi tanda dan gejala yaitu
keruskan jaringan, oedema, kesemutan, pucat pada kaki.
Dari hasil teori Nurarif (2015) sesuai dengan tanda gejala yang muncul pada
klien Tn. A dan Ny.M yaitu adanya kerusakan pada jaringan pada integumen.
2) Diagnosa Keperawatan
Penegakan diagnosa keperawatan haruslah didukung oleh sekelompok data
dasar yang dilakukan dengan melakukan pengkajian.. kelompok data ini disebut
batasan karakteristik, batasan karakteristik adalah indikator klinis yang merupakan
tanda dan gejala baik objektif maupun subjektif atau faktor resiko yang mendukung
adanya kategori diagnostik (Potter & Perry, 2005).
Secara teori, menurut Nurarif (2015) untuk menegakkan diagnosa
keperawatan tentang kerusakan integritas jaringan harus memunculkan salah satu
dari batasan karakteristik yaitu Kerusakan Jaringan (Kornea, membrane mukosa,
kulit dan subkutan) dan kehilangan jaringan, penurunan sensori nyeri, panas, dan
kebas, denyut nadi hilang dan oedema. Ulkus diabetik memiliki gejala salah
satunya iskemik. Iskemik terjadi karena adanya kekurangan darah dalam jaringan
sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan adanya makroangiopati
pada pembuluh darah mengakibatkan sirkulasi jaringan menurun ditandai oleh
73

hilang dan berkurangnya denyut nadi pada aerteri dorsalis pedis, tibialis, dan
pupliten. Kaki menjadi dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi
nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau
tungkai. (Price, 2007).
Pada Tn. A dan Ny. M didapatkan data dalam pengkajian bahwa klien
mengatakan terdapat luka yang tidak kunjung sembuh dipermukaan kulit telapak
kaki, oedema kaki, denyut nadi hilang, dan adanya kebas pada area kaki. Hal ini
dibuktikan dari luka kedua klien sudah sampai pada tahap grade 1 yaitu
menunjukan terjadinya neuropati sesori perifer dan terjadinya beberapa fakktor
resiko seperti deformitas tulang dan mobilitas sendi yang terbatas dengan ditandai
adanya lesi kulit terbuka, yang hanya terdapat pada kulit, dasar kulit dapat bersih
atau purulen.
Dari batasan karakteristik dan data diatas kedua klien mengalami masalah
tersebut, maka ditegakkanlah diagnosa kekurangan integritas jaringan berhubungan
dengan gangguan sirkulasi.
3) Intervensi Keperawatan
Untuk mengatasi masalah kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
gangguan sirkulasi maka digunakan intervensi keperawatan menurut Nurarif
(2015) yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil: adanya granulasi, tidak ada tanda-
tanda infeksi, tidak adanya edema kaki, ketebalan dan tekstur jaringan normal.
Menurut Nurarif (2015) intervensinya meliputi lakukan perawatan luka, kaji
kondisi luka dan tanda-tanda infeksi serta monitor vital sign, reposisi pasien
setidaknya 2 jam sekali, ajarkan keluarga tentang luka dan perawatan luka, kola
borasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein).
Dari
Semua intervensi diatas dilakukan untuk menangani masalah kerusakan
integritas jaringan terutama pada perawatan ulkus karena luka tersebut dapat
meluas. Perawatn ulkus dilakukan setiap hari sehingga dapat mencapai kriteria
hasil.
4) Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses
74

penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang
sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursalam, 2011).
Pada Tn. A implementasi yang dilakukan pada hari pertama sampai dengan
hari ke tiga dimulai dari pukul 08.00- 13.00 WIB yaitu 1. Mengobservasi vital sign,
2. Mengkaji kondisi luka dan tanda-tanda infeksi serta memonitor vital sign, 3.
Melakukan perawatan luka secara modern yaitu dengan menggunakan sofratulle 4.
Mereposisi pasien setidaknya 2 jam sekali untuk menunjukan hasil yang efektif
sehingga dapat mencegah terjadinya luka tekan, selain itu, mereposisi pasien
dilakukan tanpa adanya gaya robekan atau gaya gesekan yang dapat merusak kulit
karena aktivitas dapat meningkatkan sirkulasi. 5. Mengajarkan klien dan keluarga
tentang luka dan perawatan luka, perawatn luka dilakukan untuk merawat luka
serta dengan pemberian antiseptik dapat menjaga kontaminasi luka terhadap
infeksi. 6. Serta berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian insulin
(Novorapid) dan ahli gizi TKTP (tinggi kalori tinggi protein). Insulin digunakan
untuk memperbaiki trasnpor glukosa ke dalam sel dan asam amino ke dalam
glokuosa sehingga dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah. Semua tindakan
yang terdapat di intervensi dapat diterapkan pada klien Tn. A ari hari pertama
sampai dengan hari ketiga, adapun beberapa kesulitan dalam melakukan tindakan
dikarenakan klien mengalami penurunan dalam penglihatan dan pendengaran, jadi
penulis harus sabar dalam berbicara dan menjelaskan tindakan diatas.
Pada klien Ny. M intervensi yang dilakukan pada hari pertama dan hari ke
tiga sama seperti Klien Tn.A akan tetapi berbeda dalam melakukan perawatan luka
1. Mengobservasi vital sign, 2. Mengkaji kondisi luka dan tanda-tanda infeksi
serta memonitor vital sign, 3. Melakukan perawatan luka dengan menggunakan
sofratulle. 4. Mereposisi pasien setidaknya 2 jam sekali untuk menunjukan hasil
yang efektif sehingga dapat mencegah terjadinya luka tekan, selain itu, mereposisi
pasien dilakukan tanpa adanya gaya robekan atau gaya gesekan yang dapat
merusak kulit karena aktivitas dapat meningkatkan sirkulasi. 5. Mengajarkan klien
dan keluarga tentang luka dan perawatan luka, perawatn luka dilakukan unutk
merawat luka serta dengan pemberian antiseptik dapat menjaga kontaminasi luka
terhadap infeksi. 6. Serta berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian insulin
(Novorapid) dan ahli gizi TKTP (tinggi kalori tinggi protein). Insulin digunakan
untuk memperbaiki transpor glukosa ke dalam sel dan asam amino ke dalam
glokosa sehingga dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah. Klien sudah
75

merasakan kondisinya sudah lebih maksiman, keadaan lukanya sudah menunjukan


adanya kemajuan yang lebih baik akan tetapi penulis harus selalu melakukan
perawatan luka lagi karena untuk meningkatkan penyembuhan lukanya maka
implementasi perawatan luka masih dilanjutkan.
Dari kedua klien penulis, menambahkan satu tindakan lain yaitu melakukan
elevasi ekstremitas bawah tujuannya untuk melancarkan aliran darah sehingga
dapat menuju ke perfusi jaringan perifer pada dareah ulkus diabetik dan agar tidak
terjadi penumpukkan di daerah distal ulkus. Hasil penelitian menunjukan elevasi
ekstremitas bawah lebih efektif terhadap proses penyembuhan ulkus diabetik
dibandingkan dengan yang tidak melakukan elevasi ekstremitas bawah
(Sulistyowati, 2015).
Penulis tidak mengalami hambatan karena pasien dapat berkerjasama saat
tindakan. Perawatan luka yang digunakan menggunakan sofratulle, setelah
dilakukan perawatan luka selama tiga hari terbukti bahwa penggunaan sofratulle
secara baik dan benar akan mempercepat penyembuhan ulkus diabetikum
sedangkan untuk ulkus diabetik, sofratulle digunting dahulu sebatas luka ulkus.
Bila ditemukan lesi basah dengan banyak eksudat, maka dianjurkan untuk
mengganti sofratulle sekurang-kurangnya sehari sekali dengan hasil pus berkurang,
bau berkurang, jaringan memerah dan proses penyembuhan bahwa perawatn luas
luka dan granulasi tidak begitu mengalami perubahan berarti namun terjadi
peningkatan lebih baik untuk bau dan sekresi (Rika & Elvi, 2016).
5) Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi klien (Potter&Perry, 2009).
Setelah dilakukan implementasi diharapkan dari kedua klien dapat
menunjukan hasil sesuai dengan kriteria hasil yaitu adanya granulasi, tidak ada
tanda-tanda infeksi, tidak adanya edema kaki, ketebalan dan tekstur jaringan
normal.
Dari hasil implementasi didapatkan data evaluasi pada klien Tn.A mengatakan
lukanya sudah tidak mengeluarkan nanah dan darah, luka sudah tidak berbau,
kakinya sudah mulai dapat digerakkan sedikit-sedikit. Masalah teratasi, intervensi
dapat dipertahankan. Pada Ny. M mengatakan lukanya sudah tidak berbau, kakinya
76

sudah mulai dapat digerakkan sedikit-sedikit, masalah teratasi pertahankan


intervensi.
Dari hasil evaluasi yang ada tindakan keperawatan yang dilakukan penulis
kepada kedua klien menunjukan hasil yang efektif terbuti luka klien sudah
menunjukan tidak adanya nanah dan darah yang keluar dari luka, tidak terdapatnya
tanda-tanda infeksi, serta tidak adanya edema pada luka. Adapun faktor yang
mempengaruhi penyembuhan luka yaitu dapat dilihat dari keadaaan lukanya saat
dilakukan tindakan perawatan luka, status nutrisi, serta pemilih balutan luka.
Dari evaluasi tersebut dapat dikatakan kondisi klien setelah diberi tindakan
keperawatan semakin membaik dapat dilihat dari kondisi luka klien tidak
menunjukan tanda-tanda infeksi.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan diatas adalah klien yang
mengalami masalah kerusakan integritas jaringan biasanya mengalami gejala
seperti kerusakan pada jaringan (Integumen). Untuk memperkuat hasil
diperluka pemeriksaan lebih lanjut terkait masalah kerusakan integritas
jaringan. Dari hasil pengkajian dapat ditegakkan diagnosa kerusakan integritas
jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi. Untuk menangani masalah
tersebut dilakukan tindakan, perawatan luka secara modern, observasi luka
(Lokasi, kedalaman, tanda-tanda infeksi), monitor vital sign, kolaborasi dengan
tim medis dan ahli gizi. Hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan
didapatkan adalah klien mengatakan lukanya mulai mengering, panjang dan
lebar luka mulai mengecil, serta tidak ada tanda-tanda infeksi.
B. Saran
Setelah melakukan kesimpulan, penulis memberikan saran untuk semua
rumah sakit agar dapat melakukan tindakan perawatan luka secara modern
khususnya untuk perawatan luka pada pasien ulkus diabetik tujuannya untuk
mempercepat penyembuhan luka dan meminimalisir terjadinya infeksi yang
berkepanjangan serta menghambat terjadi luka ulkus yang lebih panjang.

77
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z, (2016). Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Arif, Mutaqqin, (2008), Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Endokrin, Jakarta:EGC.

Bilota, Kimberly A.J. (2014). Kapita Selekta Penyakit dengan implikasi


keperawatan. Jakarta: EGC.

Doenges, M.E,Moorhouse, M.F &Murr, A.C, 2014. Manual Diagnosa


Keperawatan Rencana, Intervensi & Dokumentasi Asuhan Keperawatan,
Edisi 3. Jakarta: EGC.

Fatmadona, R & Oktarina, E. (2016). Aplikasi modern wound care pada


perawatan luka infeksi di RS pemerintaha kota padang. Ners Jurnal
Keperawatan, 2016; Volume 12, No. 2, Halaman 159-165. Diakses 15
Maret 2019, jam 07.00 WIB.

Firia, E. (2017). Characteristics of ulcer among diabetes mellitus patient in RSUD


dr.Zainal Abidin and RSUD MEURAXA Banda Aceh. Buletin Penelitian
Kesehatan, Vol. 45, N. 3, September 2017: 153 – 160. Diakses tanggal2
maret 2019, jam 11.00 WIB.

Jain, C, Amit. (2012). A new classification of diabetic foot complications: A


simple and efective teaching tool. The Journal of Diabetic Foot
Complications, 2012; Volume 4, Issue 1, No. 1, Pages 1-5. http://jdfc.org/
diakses tanggal 14 februari 2019, jam 00:04 WIB.

Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDA. Jakarta: Balitbang


Kemenkes RI.

Maghfuri, A (2016). Perawatan Luka Diabetes Melitus. Jakarta: Salemba Medika.

Manganti, A. (2012). Panduan Hidup Sehat Bebas Diabetes. Yogyakarta: Araska.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Nurarif, A.H,. Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa
Medis & Nanda NIC-NOC, Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Purwanto, H. (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: Pusdik SDM


Kesehatan.

Rahmawati (2017). Asuhan keperawatan pada klien diabetes melitus tipe 2


dengan kerusakan integritas jaringan di ruang melatdi RSUD Bangil
Pasuruan. KTI tidak dipublikasikan. Jombang: Program Studi D3 Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika.

Siyoto, S. & Sodik, Muhammad A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian.


Yogyakarta: Literasi Media Publishing.

Smeltze, Suzanne C. (2013), Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Brunner


& Suddarth. Alih Bahasa Agung Waluyo, Edisi 8 volume 1, Jakarta: EGC.

Sriyanto (2016). Upaya penanganan kerusakan integritas jaringan pada pasien


post orif frakture radius ulna hari ke-0 di RSOP. Dr. Soeharso Surakarta.
KTI tidak dipublikasikan. Surakarta: Program Studi D1 Keperawatan
Fakultas ilmu kesehatan Universitan Muhammadiyah Surakarta.

Tandra, H. (2018). Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang diabetes,
Edisi 2. Jakarta: Gramedia Pustaka.

World Health Organization, (2018). Media Centre: Diabetes Mellitus,


https://www/who/int/, diakses tanggal 18 februari 2019.

Wijaya, Andra Saferi, (2013). KMB 2 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH,


Jakarta: Nuha Medika.
Lampiran 1

SOP PERAWATAN LUKA

Check
NO. ASPEK YANG DINILAI Keterangan
list

A. Alat
Bak Instrumen yang berisi:
1. Pinset anatomi
2. Pinset chirurgis
3. Gunting debridemand
4. Kasa steril
5. Kom: 3 buah
Peralatan lain terdiri dari:
6. Sarung tangan
7. Gunting plester
8. Plester atau perekat
9. Alkohol 70%
10. Desinfektant
11. NaCI 0,9%
Bengkok: 2 buah, 1 buah berisi larutan
12.
desinfektan

13. Verband/perban
14. Obat luka sesuai kebutuhan
B. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi program terapi
2. Mencuci tangan
3. Memakai sarung tangan bersih
4. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
C. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam menyapa nama pasien
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
2.
klien.
Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
3.
dilakukan.
Memberi kesempatan bertanya pada klien
4.
sebelum tindakan

D. Tahap Kerja

1. Menjaga privasi klien


Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat
2.
terlihat jelas

3. Membuka peralatan

4. Memakai sarung tangan


Membasahi plester dengan alkohol dan buka
5.
dengan menggunakan pinset

6. Membuka balutan lapis terluar

7. Membersihkan sekitar luka dan bekas plester


Membuka balutan dengan hati-hati untuk

8. mencegah terjadinya perdarahan atau trauma


pada luka
Membersihkan luka dengan menggunakan
9.
cairain NaCI

10. Bersihkan tepi luka dan kulit sekitar luka

11. Melakukan debridement


Berikan topical terapi yang sesuai berdasarkan

12. warna luka, banyak eksudat, dan ada tidaknya


infeksi
Balut luka secara tertutup (Moisture Balance)

13. pada beberapa jenis tipical tidak memerlukan


kasa lagi sebagai balutan kedua

14. Berikan tambahan plester/elastis verban (sesuai


dengan kondisi)

15. Tutup dengan perekat


Kaji pergerakan dan rasa nyaman klien setelah
16.
dibalut

E. Tahap Terminas

1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan

2. Berpamitan dengan pasien

3. Membereskan alat-alat

4. Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
5.
perkembangan
Lampiran 2

Jadwal Kegiatan

Kegiatan Januari Februari Maret April Mei


No.
Mingguan Ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Persetujuan
1. Judul dan
mencari referensi
Pembuatan BAB
2. I, BAB II, dan
BAB III
Konsul BAB I,
3. BAB II, dan
BAB III
Persetujuan
4. proposal
penelitian
5. Sidang proposal
Mulai penerapan
6.
penelitian
Pembuatan BAB
7
IV dan V
Konsul BAB IV
8.
dan V
9. Sidang KTI

Tegal, Mei 2019

Maretta Arries Sekar Sari


NIM 34403716025
LEMBAR PERSETUJUAN MENGIKUTI KEGIATAN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Partisipan :____________________________________________
No. RM :____________________________________________
Alamat :____________________________________________
Saya menyatakan bahwa :
1. Saya telah membaca informasi dan mendengarkan penjelasan kegiatan
dari mahasiswa tentang tujuan, manfaat dan prosedur kegiatan dan saya
memahami penjelasan tersebut.
2. Saya mengerti bahwa kegiatan ini menjunjung tinggi hak-hak saya
sebagai pasien.
3. Saya mempunyai hak untuk berhenti berpartisipasi jika suatu saat saya
merasa keberatan atau ada hal yang membuat saya tidak nyaman dan
tidak dapat melakukannya.
4. Saya memahami bahwa data hasil kegiatan akan disimpan oleh
mahasiswa dan hanya akan menggunakannya untuk keperluan
pendidikan.
5. Saya sangat memahami bahwa keikutsertaan menjadi partisipan sangat
besar manfaatnya bagi peningkatan ilmu pengetahuan terutama ilmu
keperawatan.
Dengan pertimbangan tersebut, saya memutuskan secara sukarela tanpa
adanya paksaan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Demikian
pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan dengan semestinya.

Tegal, Februari 2019


Tanda Tangan Peneliti Tanda Tangan Keluarga/Partisipan

(.................................) (..................................)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Maretta Arries Sekar Sari


2. NIM : 34403716025
3. Tanggal Lahir : Tegal
4. Tempat Lahir : 2 Maret 1999
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Alamat Rumah : a. Jalan : Perumahan PalemAsri 2 B2 No.21
b. Kelurahan : Pedagangan
c. Kecamatan : Dukuhwaru
d. Kab/kota : Tegal
e. Provinsi : Jawa tengah
7. Telepon : a. Rumah :
b. Hp :-
c. E-mail : 02marettaarries@gmail.com

Tegal, April 2019

Maretta Arries Sekar Sari


NIM 34403716025

Anda mungkin juga menyukai