NIM 34403716025
ii
PENYATAAN KEASLIAN PENULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI yang saya tulis ini adalah benar-benar
merupakan hasil saya sendiri; bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Proposal Karya Tulis Ilmiah Hasil oleh Maretta Arries Sekar Sari, NIM.
34403716025, dengan judul Pengelolaan Keperawatan Kerusakan Integritas
Jaringan pada Ulkus Diabetik di RSUD Kardinah ini telah diperiksa dan
disetujui untuk diuji.
Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Maretta Arries Sekar Sari, NIM
34403716025, dengan judul Pengelolaan Keperawatan Kerusakan Integritas
Jaringan dengan Ulkus Diabetik di RSUD Kardinah Kota Tegal ini telah
dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 15 Mei 2019.
Dewan Penguji
Mengetahui, perwakilan
Ketua Prodi D III Keperawatan
Kota Tegal
v
KATA PENGANTAR
Penulis
vi
ABSTRAK
Oleh:
vii
ABSTRACT
By:
Maretta Arries Sekar Sari
viii
DAFTAR ISI
ix
A. Hasil ............................................................................................................. 31
B. Pembahasan .................................................................................................. 71
1)Pengkajian ................................................................................................ 71
2)Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 72
3)Intervensi Keperawatan ............................................................................ 73
4)Implementasi ............................................................................................ 73
5)Evaluasi .................................................................................................... 75
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 77
A. Simpulan....................................................................................................... 77
B. Saran ............................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diabetes melitus tidak pandang bulu, semua orang bisa terkena.
Ketika seseorang mulai tidak teratur mengkonsumsi makanan, jam tidur dan
waktu makan tidak teratur, malas bergerak, merokok, dan stress yang datang
bertubi-tubi sekalipun itu tidak ada riwayat keluarga pengidap diabetes
otomatis seseorang tersebut akan membuka celah untuk terjadinya pasien
diabetes. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018, sekitar 150
juta orang memiliki penyakit diabetes melitus di dunia, dan akan bertambah
dua kali lipat pada tahun 2025. Kenaikan ini akan mencapai 415 juta orang atau
43% pendetita diabetes.
Estimasi International Diabetes Federation (IDF) 2015, terdapat 425 juta
pengidap diabetes pada usia dewasa 20-79 tahun diseluruh dunia, ada sekitar
193 juta (hampir 50%) yang tidak mengetahui bahwa dirinya terkena diabetes.
Bahkan, diperkirakan ada 318 juta orang dewasa lainnya yang sebenernya
sudah mengalami gangguan toleransi gula, atau yang dinamakan prediabetes,
calon penderita diabetes. Hampir setengah dari angka tersebut berada di Asia,
terutama India, China, Pakistan dan Indonesia.
Prevalensi diabetes melitus di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDA) tahun 2018, menunjukan peningkatan kejadian diabetes
dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. Penyakit diabetes
melitus di Jawa Tengah menncapai 2,1% pada tahun 2017. Dari keseluruhan
kasus Diabetes melitus di Kota tegal, proporsi kasus terbesar (37,4%) berasal
dari pasien RSUD Kardinah Kota Tegal. Diabetes Melitus tipe II menjadi
penyakit dengan jumlah kunjungan tertinggi selama 2012-2014 di RSUD
Kardinah. Insiden kasus Diabetes Melitus tipe II juga meningkat 13,57% pada
tahun 2014 dibanding tahun sebelumnya.
Pasien diabetes melitus memiliki kecenderungan tinggi untuk mengalami
ulkus kaki diabetik yang sulit sembuh dan beresiko amputasi pada tungkai
1
2
bawah, keadaan ini memberi beban sosio-ekonomi baik bagi pasien dan
masyarakat. Apabila tidak ditangani dengan baik diabetes melitus akan
menimbulkan berbagai macam komplikasi, baik akut maupun kronik. Salah
satu komplikasi kronik yang serius dan paling ditakuti adalah ulkus diabetik.
Ulkus diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan
adanya makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati.
Ulkus diabetik mudah berkembang menjadi infeksi karena masuknya kuman
atau bakteri dan adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat yang strategis
untuk pertumbuhan kuman (Waspadji, 2006).
Prevalensi penderita ulkus diabetik menurut International Diabetes
Federation (IDF) tahun 2016 sekitar 17%, angka amputasi 30%, angka
mortalitas 32% dan ulkus diabteikum merupakan sebab perawatan di rumah
sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk diabetes melitus. Pada penderita ulkus
diabetikum ini terdapat adanya gangguan pada saraf autonom yang
mempengaruhi terjadinya perubangan tonus otot yang menyebabkan
abnormalitas alirna darah, sehingga kebutuhan nutrisi dan oksigen maupun
pemberian antibiotik tidak mencukupi atau tidak dapat mencapai ke jaringan
perifer. Sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme pada lokasi
tersebut akibatnya pada autonomi neuropati ini akan menyebabkan kulit
menjadi kering (antihidrosis) yang memudahkan kulit menjadi rusak dan
mengkontribusi untuk terjadinya kerusakan jaringan.
Kerusakan integritas jaringan merupakan keadaan dimana individu
mengalami kerusakan integumrn, membran mukosa, corneal, jaringan
pembungkus atau jaringan subkutan (Doenges, 2014).
Penderita diabetes melitus perlu penangan tenaga kesehatan karena
berbagai masalah keperawatan dan muncul seperti nyeri, kurang nutrisi,
kerusakan ingeritas jaringan, resiko penyebaran infensi, dan ulkus. Salah satu
masalah keperawatan yang perlu penanganan khusus yaitu terjadinya
kerusakan integritas jaringa, karena jaringan yang mati akan melebar memicu
timbulnya ulkus diabetik. Kerusakan integritas jaringan itu sendiri dapat
dicegah dengan cara melakukan perawatan luka baik secara non farmakologi
3
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
peningkatan ilmu tentang pengelolaan kerusakan integritas jaringan pada
pasien diabetes melitus tipe II di RSUD Kardinah Kota Tegal.
2. Manfaat Praktis
a. Peningkatan pelayanan masyarakat
Hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi dalam peningkatan
kualitas pelaynan asuhan keperawatan khususnya bagi klien.
b. Peningkatan kesehatan masyarakat
Hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi dalam peningkatan
status kesehatan melalui upaya promotif khususnya bagi pasien
Diabetes Melitus tipe II.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ulkus Diabetikum
1. Definisi
Ulkus merupakan luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir
dan ulkus merupakan kematian jaringan yang luas dan disertai dengan
invasive kuman saprofit, adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan
ulkus menjadi berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala
klinik dan perjalanan diabetes melitus dengan neuropati perifer
(Andyagreeni, 2010).
2. Etiologi
Menurut Maryunani (2015), menyebutkan penyebab terjadinya ulkus
antara lain terdapat dua faktor utama, yaitu:
a. Faktor Endogen
1) Neuropati Perifer.
Pada faktor ini terjadi kerusakan saraf sensorik yang
dimanifestasikan dengan penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa,
sehingga mudah terjadi trauma dan otonom/simpatis yang
dimanifestasikan dengan peningkatan aliran darah, produksi keringat
jika tidak ada dan hilangnya tonus vaskuler.
2) Angiopati diabetik
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic, dan faktor
resiko lain.
5
6
3) Iskemia
Gangguan vaskuler atau iskemik (Mikro dan makro angiopati)
dimana iskemik jangka panjang menyebabkan nekrosis.
b. Faktor eksogen
1) Peningkatan faktor resiko infeksi pada penderita.
2) Adanya trauma
3. Klasifikasi ulkus
Menurut Maghfuri (2016), Klasifikasi derajat ulks kaki diabetik
dilakukan dengan menggolongkan ke dalam beberapa klasifikasi yang di
klasifikasikan oleh Wegner, diantaranya:
a. Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai
pembentukan kalus.
b. Derajat I : Jika ulkus superfasial terbatas pada kulit.
c. Derajat II : Jika ulkus dalam, menembus tendon dan tulang.
d. Derajat III : Jika terjadi abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
e. Derajat IV : Jika terdapat gangren pada bagian distal kaki dengan atau
selulitis.
f. Derajat V : Jika terdapat gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
bawah.
4. Patofisiologi
Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang diabetes melitus
adalah ulkus diabetik. Ulkus diabetik disebabkan adanya tiga faktor yang
sering disebut trias yaitu : Neuropati, Iskemik dan Infeksi.
Pada penderita diabetes melitus apabila kadar glukosa darah tidak
terkendali akan terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan
perubahan jaringan syaraf karena adanya penimbunan sorbitor dan fruktosa
sehingga menyebabkan akson menghilang.
Iskemik merupakan keadaan yang disebabkan karena kekurangan darah
dalam jaringan sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan
7
5. Manifestasi Klinis
Menurut (Smeltzer & Bare, 2013), Gangrene diabetikum akibat
mikroangipati disebut juga dengan ganren panas karena walaupun sekrosis,
daerah akral ini tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan, dan
biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Biasanya terdapat ulkus
diabetik pada telapak kaki.
Proses mikroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah,
sedangkan secara akut emboli akan memberikan gejala klinis 5P, yaitu:
a. Pain (Nyeri)
b. Paleness (Kepucatan)
c. Paresthesia (Kesemutan)
d. Pulselessness (Denyut nadi hilang)
e. Paralysis (Lumpuh).
8
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Hariani & Perdanakusuma (2015), menyebutkan pemeriksaan
diagnostik yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Denervasi kulit menyebabkan, produktivitas keringat menurun,
sehingga kulit kaki kering, pecah, rambut kaki/jari (-), Calus, Claw
toe.Ulkus tergantung saat ditemukannya derajat dari Derajat 0 –
Derajat 5.
2) Palpasi
a) Kulit kering, pecah-pecah, dan tidak normal.
b) Khusi arteri dingin dan pulsasi (-)
c) Ulkus : Calus tebal dan keras
9
b. Pemeriksaan Vaskuler
Tes vaskuler noninvasive: Pengukuran oksigen transkutaneus, Akle
brachial index (ABI), Absolute toe sysrolic pressure. ABI tekanan
sistolik betis dengan tekanan sistolik lengan.
c. Pemeriksaan radiologi: gas subkutan, benda asing, dan asteomielitis.
d. Pemeriksaan laboratorium, yang dapat dilakukan yaitu:
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darahh meliputi: GDS >200 mg/gl, gula darah puasa
>120 mg/dl, dan dua jam Post Prandial > 200 mg/dl.
2) Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine didapatkan karena adanya lukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict (Reduksi). Hasil
dapat dilihat melalui perubahan warna urine: Hijau (+), Kuning
(++), Merah (+++), dan Merah Bata (++++).
3) Kultus Pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic
yang sesuai dengan jenis kuman.
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinis
5. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
1) Mencuci luka
2) Debridement
15
4) Nutrisi
merupakan balutan yang tahan terhadap air yang semi oklusive (Rika &
Elvi, 2016).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang
berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui
kebutuhan klien sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang akan
di lakukan. Dalam pengumpulan data tim penulis menggunakan metode
wawancara atau tanya jawab dengan keluarga pasien dan klien serta
observasi dengan menggunakan pemeriksaan fisik dan menggunakan studi
dokumentasi pada status pasien.(Tandra, H 2018).
a. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh, berbau dan ada rasa
nyeri pada luka.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit diabetes melitus atau penyakit-penyakit lain
yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas,
adanya riwayat penyakit jantung, obesitas maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah didapat maupun obat obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang menderita diabetes melitus atau penyakit keturunan yang
menyebabkan terjadinya difisiensi insulin misalnya hipertensi, jantung.
e. Riwayat psikososial
18
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap proses masalah kesehatan. Aktual dan
kemungkinan membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan
masalah tersebut (Tandra, H 2018).
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien ulkus diabetikum
adalah sebagai berikut :
a. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis
luka gangrene),
19
kemampuan BAB
kolaborasi
oemberian
analgetik
7. Monitor adanya
tromboplebitis
8. Diskusiakn
mengenai
penyebab
perubahan sensai.
4. Implementasi
Implementasi merupakan pengelolaan dari perwujudan intervensi meliputi
kegiatan yaitu validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana,
memberikan askep dalam pengumpulan data, serta melaksanakan advise
dokter dan ketentuan RS (Wijaya ,2013).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien. Evaluasi ini bisa evaluasi formatif yang merupakan catatan
perkembangan dari waktu ke waktu atas masalah yang dihadapi pasien. Selain
itu ada evaluasi sumatif, yang merupakan evaluasi akhir sesuai dengan batas
waktu yang tertulis dalam tujuan. Evaluasi sumatif ini disimpulkan apakah
masalah pasien teratasi atau belum teratasi untuk kemudian diambil
keputusan untuk menghentikan tindakan atau diteruskan, bahkan apakah
perlu direncanakan tindakan lain agar masalah pasien segera teratasi dari
suatu proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sitematis dan
rencana tentang kesehatanpasien dengan juan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara melibatkan pasien dna sesama tenaga kesehatan
(Wijaya, 2013).
BAB III
METODE
A. Rancangan Penelitian
Jenis karya tulis ilmiah ini menggunakan studi kasus. Studi kasus
merupakan penelitian yang dilakukan dengan meneliti suatu permasalahan.
Melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal dengan pokok pertanyaan
yang berkenaan dengan “how” atau “why”. Unit tunggal dapat berarti satu
orang atau sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah
(Notoatmodjo, 2012).
B. Subjek Penelitian
Penulis menggunakan 2 partisipan untuk bahan perbandingan
penelitian. Jenis Penelitian ini menggunakan desain survey deskriptif,
dimana survey ini dilakukan untuk mendesksipsikan atau menggambarkan
suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Adapun teknik
pengambilan sampel ini dilakukan secara convenience sampling method,
yaitu pengambilan sampel dimana subjek dipilih karena
kemudahan/keinginan peneliti (Notoatmodjo, 2012). Adapun kriteria subjek,
meliputi:
25
26
D. Definisi Operasional
Tabel 1.4 definisi Operasional Ulkus Diabetik
Alat Hasil
No. Variabel Definisi Cara ukur skala
ukur ukur
1. Pasien Pasien Anamne Penelitian Ulkus Nomi
ulkus dengan luka sis dan dan diabteik nal
dekubitu yang pemerik pembimbi um
s disebabkan saan ng
oleh tekanan fisik
atau gesekan
yang terus
menerus yang
terjadi pada
daerah
penonjolan
tulang, seperti
pada daerah
integumen
Adalah
rentang waktu
dari awal
pasien Anamne Angka
Onset Peneliti
mengalami sis dan dalam
2. ulkus dan Rasio
gangguan rekam satuan
diabteik bimbingan
mobilitas medis hari
sampai
timbulnya
ulkus diabetik
27
jawab pasien
yang
menyebabkan
gangguan
mobilitas
pada pasien
Pada bab ini dibahas tentang hasil dan pembahasan dari pelaksanaan
RSUD Kardinah jl. AIP KS Tubun No.4 Kota Tegal. RSUD Kardinah merupakan
ruang Lavender yang merupakan ruang kelas 3 dengan jumlah ruangan sebanyak
3 ruangan. Dimana setaip ruangan Lavender itu sendiri dibagi menjadi 4 ruangan
yaitu penyakit dalam pria, penyakit dalam wanita, ruang bedah pria, dan ruang
bedah wanita. Setiap ruangan berisi 8 tempat tidur. Ada 4 orang peneliti
melakukan penelitian pada pasien yang berada di ruang penyakit dalam yaitu
Ruang Lavender dengan jumlah kuota tempat tidur sebanyak 24 dan pasien yang
2. Pengkajian
a. Identitas Klien
31
32
b. Riwayat Penyakit
d. Pemeriksaan Fisik
Perkusi: kiri.
Terdengar suara Perkusi:
Tympani. Terdengar suara
Auskultasi: Tympani.
Bising usus terdengar Auskultasi:
13x/menit Bising usus terdengar
13x/menit
h. Kulit Kulit klien berwarna Kulit klien berwarna
sawo matang, turgor kuning langsat, turgor
kulit elastis. kulit elastis.
i. Genitalia Klien terpasang kateter Klien terpasang katetes
sudah hari ke 3, sudha hari ke 2,
genitalia bersih genitalia bersih.
j. Ektremitas Inspeksi: Inspeksi:
Pergerakan ekstremitas Pergerakan ekstremitas
bawah bagian kiri bawah bagian kiri
terbatas, terdapat ulkus terbatas, terdapat ulkus
abses pedis (S) grade 3-4 abses pedis (S) grade 3-4
fase inflamasi, panjang ± fase inflamasi regio
30 cm dan lebar 20 cm, di planta pedis, panjang 8cm
bagian telapak kaki kiri dan lebar 2 cm, pus (+),
panjang 8cm lebar 12 cm kulit di sekitar luka
kehitaman di sekitar luka, mengelupas, hole (+),
pus (+), kulit di sekitar bleeding (+), Berbau (+),
luka mengelupas, odor (+), nekrosis digiti
bleeding (+), Berbau (+). 3-4, kekuning-kuningan
Kekuatan disekitar luka, terasa
hangat saat disentuh.
5 5 Kekuatan
5 3 5 5
5 3
Palpasi: Palpasi:
Akral terasa hangat dan Akral terasa hangat dan
tidak ada krepitasi. tidak da krepitasi.
41
e. Pemeriksaan Diagnostik
Hasil Nilai
Pemeriksaan
Kien 1 Klien 2 Normal
HEMATOLOGI
ELEKTROLIT
f. Terapi Obat
Klien 1 Klien2
3. Analisa Data
a. Klien 1
No. Tanggal Data Fokus Etiologi Problem
1. Rabu, 3 DS: Faktor Kerusakan
April Klien mengatakan Genetik Integritas
2019 terdapat luka pada Jarigan
kakinya dan mengalami Kerusakan
pembengkakan di bagian Sel beta
betis sampai ke mata kaki
sebelah kiri, berwarna Penurunan
kehitaman disekitar luka. Produksi
Klien mengatakan kulit di Insulin
sekitar telapak kaki kiri
mengelupas, bengkak dan Hiperglikemi
sering keluar nanah
berwarna kekuning- Keruskan
kuningan dan sering Vaskuler
mengeluarkan darah.
Klien mengatakan Gangguan
lukanya terasa panas dan Sirkulasi
terasa nyeri. Darah
P : Nyeri,
Q : Tertusuk-tusuk, Iskemik
R : Telapak kaki kiri, Jaringan
43
S : 36,9°C
N : 82 x/menit Nekrosis luka
RR : 22 x/menit Ulkus
Hematokrit 30,9%
Konjungtiva anemis
45
Kekuatan Otot
5 5
5 3
Gambaran Klinis Luka
Terdapat luka ulkus abses
pedis sinistra grade 3-4
fase inflamasi regio planta
pedis, luka dibagian
telapak kaki kiri panjang
8 cm lebar 2cm, luka
tampak berwarna kuning
seperti nanah, kulit
disekitar luka pada
mengelupas, luka tampak
basah, dan mengeluarkan
nanah serta berbau.
Nekrosis digiti 3-4, hole
(+), odor (+), luka terasa
hangat saat disentuh.
4. Diagnosis Keperawatan
a. Klien 1
No. Data Etiologi Problem
1. DS: Gangguan Kerusakan
Klien mengatakan terdapat luka pada Srikulasi Integritas
kakinya dan mengalami Jaringan
pembengkakan di bagian betis
sampai ke mata kaki sebelah kiri,
berwarna kehitaman disekitar luka.
Klien mengatakan kulit di sekitar
telapak kaki kiri mengelupas,
bengkak dan sering keluar nanah
berwarna kekuning-kuningan dan
46
5. Perencanaan Keperawatan
a. Klien 1
Tanggal Dx. Tujuan dan
Intervensi Rasional
/jam Keperawatan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Untuk
tindakan tanda -tanda mengetahui
keperawatan vital. keadaan umum
selama 3 x 24 jam, 2. kaji kondisi pasien
luka klien dapat luka dan 2. Mengetahui
menunjukan dalam tanda-tanda sirkulasi kulit dan
Kerusakan
Rabu, 3 keadaan membaik, infeksi. masalah yang
Integritas
April dengan kriteria 3. Lakukan mungkin
Jaringan
2019, hasil: perawatan disebabkan alat,
Berhubungan
Jam 1. Tidak ada luka dengan pemasangan, dan
dengan
07.00 tanda-tanda teknik steril balutan.
Gangguan
WIB infeksi (Calor, dan 3. Mencegah
Sirkulasi
Dolor, Rubor, mengganti peningkatan
Tumor, balutan prosentase
Functiolaesa). luka. mikroorganisme
2. Pus dan 4. Ajarkan akibat kelainan
jaringan klien dan metabolik
berkurang keluaga (glukosa tinggi)
49
b. Klien 2
Tanggal Dx Tujuan dan
Intervensi Rasional
/Jam Keperawatan Kriteria Hasil
Minggu Kerusakan Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Untuk
,14 Integritas tindakan tanda -tanda mengetahui
April Jaringan keperawatan vital. keadaan umum
2019, berhubungan selama 3 x 24 2. Kaji kondisi pasien
jam dengan jam, luka klien luka dan 2. Mengidentifikasi
07.00 gangguan dapat menunjukan tanda-tanda tingkat
WIB sirkulasi dalam keadaan infeksi. metabolisme
50
Protein) 7. Melanjukan
7. Dokumenta intervensi.
sikan dari
hasil
observasi
ttv dan
keadaan
luka
6. Implementasi Keperawatan
a. Klien 1 (Tn. A)
No. Tanggal Jam Implemtasi Respon
1. Rabu, 3 08.00 1. Mengkaji kondisi luka DS : -
April WIB dan tanda-tanda infeksi, DO :
2019 misalnya lokasi luka, Luka dibagian betis
dimensi luka, kedalaman sampai ke mata kaki
luka, dan tanda-tanda panjang 30 cm lebar 20
infeksi lokal cm, tampak bengkak,
mengeluarkan banyak
nanah dan sedikit darah.
Kulit disekitar lutut
mengelupas, luka terlihat
basah, keluar cairan getah
timun.
Luka dibagian telapak
kaki panjang 8cm lebar 12
cm, kulit mengelupas,
mengeluarkan darah dan
nanah, serta bengkak.
08.30 2. Melakukan perawatan DS:
WIB luka dengan teknik steril Pasien mengatakan
dan mengganti balutan sebelum mengganti balut,
luka. sebaiknya hordengnya
52
sedikit mengeluarkan
nanah dan sedikit darah,
mulai muncul kehitaman
di sekitar luka.
Kulit disekitar lutut
mengelupas, luka masih
terlihat basah, keluar
cairan getah timun tapi
sedikit.
Luka dibagian telapak
kaki panjang 8cm lebar 12
cm, kulit mengelupas,
sudah tidak mengeluarkan
darah tapi sedikit
mengeluarkan nanah, serta
bengkak haya sedikit.
08.30 2. Melakukan perawatan DS:
WIB luka dengan teknik steril Pasien mengatakan
dan mengganti balutan sebelum mengganti balut,
luka. sebaiknya hordengnya
ditutup karena klien takut
lukanya bau mengganggu
sekitar, dan klien malu.
Klien mengatakan setelah
dilakukan ganti balut,
klien mengatakan panas
didaerah luka berkurang di
bagian betis sampai ke
mata kaki, nyeri
berkurang di bagian
telapak kaki
P : Nyeri
Q : Cekit-cekit
56
R : Telapak kaki
S : Skala 2
T : Hilang Timbul
DO:
Klien sudah mulai rileks
ketika akan diganti
balutan lukanya.
Luka dibagian betis
sampai ke mata kaki
panjang 29 cm lebar 20
cm, bengkak sudah mulai
berkurang, sedkit
mengeluarkan nanah dan
sedikit darah.
Kulit disekitar lutut mulai
mengering, luka berwarna
pink dan sedikit putih.
Luka dibagian telapak
kaki kiri panjang 7cm
lebar 11 cm, kulit
mengelupas dan sedikit
sudah mulai mengering
serta sedikit berwarna
kehitaman.
Luka masih sedikit berbau
09.00 3. Mereposisi setiap 2 jam DS: -
WIB sekali DO : -
11.00 4. Mengobservasi tanda- DS :
WIB tanda vital dengan Klien mengatakan dari
mengukur Tensi, Suhu, semalam tidak bisa tidur
Nadi, dan Respirasi karena suasana di dalam
ruangan, tadi pagi
tensinya 171/68 mmHg.
57
DO :
Tanda-tanda vital
TD : 160/80 mmHg
S : 36,4°C
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
GDS (J. 06.00 WIB)
306 mg/dL
12.00 5. Mengajarkan klien dan DS :
WIB keluarga mengenal cara Keluarga mengatakan
prosedur perawatan luka setelah memahami tentang
dan mengenal tanda- diabetes, keluarga
tanda infeksi serta membatasi makanan yang
mengenal tentang manis.
penyakit diabetes DO : -
melitus.
12.00 6. Berkolaborasi dengan DS :
WIB dokter untuk pemberian Klien mengatakan
insulin dan ahli gizi lidahnya masih terasa
untuk diet TKTP (Tinggi pahit untuk makan.
Kalori Protein). DO :
Misalnya pemberian Klien makan dengan
insulin novorapid 12 unit posisi semifowler
(Jam 11.00 WIB). Klien makan di bantu oleh
keluarganya
Klien masih
menghabiskan ½ porsi
makan dari RS dan mau
untuk di campur lauk dan
sayurnya.
13.00 6. Mendokumentasikan DS : -
WIB dari hasil observasi ttv DO : -
dan keadaan luka.
58
DO:
Klien sudah mulai rileks
ketika akan diganti
balutan lukanya.
Luka dibagian betis
sampai ke mata kaki
panjang 27 cm lebar 20
cm, sudah tidak bengkak,
sudah tidak mengeluarkan
nanah dan darah, muncul
kehitaman di sekitar luka.
Kulit disekitar lutut sudah
mengering, luka berwarna
pink dan sedikit putih.
Luka dibagian telapak
kaki kiri panjang 6cm
lebar 11 cm, kulit
mengelupas dan sudah
mengering serta sedikit
berwarna kehitaman
dibagian luka.
Luka sudah tidak berbau.
09.00 3. Mereposisi setiap 2 jam DS :
WIB sekali Pasien mengatakan sudah
bias sendiri melakukan
reposisi untuk
menghindari tekanan pada
kakinya.
DO : -
11.00 3. Mengobservasi tanda- DS : -
WIB tanda vital dengan DO :
mengukur Tensi, Suhu, Tanda-tanda vital
Nadi, dan Respirasi TD : 140/80 mmHg
60
S : 36°C
N : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
GDS (J. 06.00 WIB)
248 mg/dL
12.00 4. Mengajarkan klien dan DS :
WIB keluarga mengenal cara Keluarga mengatakan
prosedur perawatan luka setelah memahami tentang
dan mengenal tanda- penyakit diabetes melitus,
tanda infeksi serta keluarga akan membatasi
mengenal tentang makan makanan yang
penyakit diabetes manis dan menjaga pola
melitus. hidup sehat serta
memperbanyak olahraga.
DO : -
12.00 5. Berkolaborasi dengan DS :
WIB dokter untuk pemberian Klien mengatakan
insulin dan ahli gizi lidahnya masih terasa
untuk diet TKTP (Tinggi pahit untuk makan.
Kalori Protein). Klien mengatakan kepada
Misalnya pemberian dokter bahwa dirinya
insulin novorapid 12 unit ingin pulang kerumahnya
(Jam 11.00 WIB). DO :
Klien makan dengan
posisi semifowler
Klien makan di bantu oleh
keluarganya
Klien masih
menghabiskan ½ porsi
makan dari RS dan mau
untuk di campur lauk dan
sayurnya.
13.00 6. Mendokumentasikan DS : -
61
b. Klien 2 (Ny. M)
No. Tanggal Jam Implemtasi Respon
1. Minggu, 08.00 1. Mengkaji kondisi luka DS : -
14 april WIB dan tanda-tanda infeksi, DO :
2019 misalnya lokasi luka, Luka dibagian telapak
dimensi luka, kedalaman kaki kiri panjang 8cm
luka, dan tanda-tanda lebar 3 cm, kulit
infeksi lokal. mengelupas, berbau busuk
nanah dan mengeluarkan
banyak nanah.
Lukanya berlubang di
antara jari ke 2 dan jari ke
3.
08.30 2. Melakukan perawatan DS:
WIB luka dengan teknik steril Pasien mengatakan
dan mengganti balutan sebelum mengganti balut,
luka. sebaiknya hordengnya
ditutup karena klien takut
lukanya bau mengganggu
sekitar, dan klien malu.
Klien mengatakan ketika
melakukan perawatan luka
sebaiknya dengan hati-hati
dan pelan-pelan karena
klien merasa lukanya
masih terasa sakit.
Klien mengatakan setelah
dilakukan ganti balut,
klien mengatakan lukanya
jadi lebih adem, tapi klien
62
WIB sekali DO : -
11.00 3. Mengobservasi tanda- DS : -
WIB tanda vital dengan DO :
mengukur Tensi, Suhu, Tanda-tanda vital
Nadi, dan Respirasi TD : 120/70 mmHg
S : 36°C
N : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
GDS (J. 06.00 WIB)
124 mg/dL
12.00 4. Mengajarkan klien dan DS :
WIB keluarga mengenal cara Klien mengatakan akan
prosedur perawatan luka menjaga pola hidup sehat
dan mengenal tanda- dan mengurangi makan
tanda infeksi serta makanan yang manis serta
mengenal tentang akan memakai alas kaki.
penyakit diabetes DO :
melitus. Klien dan keluarga mau
mendengarkan sosialisasi
yang diberikan oleh
perawat tentang perawatan
luka dan mengenal
penyakit diabetes melitus.
Klien dan keluarga mulai
memahami gejala-gejala
diabetes melitus.
12.00 5. Berkolaborasi dengan DS :
WIB dokter untuk pemberian Klien mengatakan tidak
insulin dan ahli gizi mau makan karena kalau
untuk diet TKTP (Tinggi makan pasti muntah, tadi
Kalori Protein). pagi sudah muntah 3x.
DO :
Klien makan di bantu oleh
66
keluarganya
Klien tidak mau makan.
Makanan masih utuh
diatas meja.
13.00 6. Dokumentasikan dari DS : -
WIB hasil observasi ttv dan DO : -
keadaan luka.
3. Selasa, 08.00 1. Mengkaji kondisi luka DS : -
16 April WIB dan tanda-tanda infeksi, DO :
2019 misalnya lokasi luka, Luka dibagian telapak
dimensi luka, kedalaman kaki kiri panjang 7cm
luka, dan tanda-tanda lebar 2 cm, kulit
infeksi lokal. mengelupas, berbau nanah
sedikit dan mengeluarkan
sedikit nanah.
Lukanya berlubang di
antara jari ke 2 dan jari ke
3.
Kulit disekitar luka mulai
pada mengering.
08.30 2. Melakukan perawatan DS:
WIB luka dengan teknik steril Pasien mengatakan
dan mengganti balutan sebelum mengganti balut,
luka. sebaiknya hordengnya
ditutup karena klien takut
lukanya bau mengganggu
sekitar, dan klien malu.
Klien mengatakan ketika
melakukan perawatan luka
sebaiknya dengan hati-hati
dan pelan-pelan karena
klien merasa lukanya
masih terasa sakit.
67
RR : 22 x/menit
GDS (J. 06.00 WIB)
106mg/dL
12.00 4. Mengajarkan klien dan DS :
WIB keluarga mengenal cara Klien mengatakan akan
prosedur perawatan luka menjaga pola hidup sehat
dan mengenal tanda- dan mengurangi makan
tanda infeksi serta makanan yang manis serta
mengenal tentang akan memakai alas kaki.
penyakit diabetes Setelah dilakukan massase
melitus, dan melakukan klien mengatakan tidak
masasse pada bagian terlalu nyeri sekali
kaki. DO :
Klien dan keluarga mau
mendengarkan sosialisasi
yang diberikan oleh
perawat tentang perawatan
luka dan mengenal
penyakit diabetes melitus.
Klien dan keluarga mulai
memahami gejala-gejala
diabetes melitus.
12.00 5. Berkolaborasi dengan DS :
WIB dokter untuk pemberian Klien mengatakan tidak
insulin dan ahli gizi mau makan karena kalau
untuk diet TKTP (Tinggi makan pasti muntah, tadi
Kalori Protein). pagi sudah muntah 3x.
DO :
Klien makan di bantu oleh
keluarganya
Klien menghabiskan ½
porsi makanan dari RS.
Makanan masih utuh
69
diatas meja.
13.00 6. Dokumentasikan dari DS : -
WIB hasil observasi ttv dan DO : -
keadaan luka.
7. Evaluasi
a. Klien 1 (Tn. A)
Tanggal/ Diagnosis
No. Evaluasi TTD
Jam Keperawatan
1. Sabtu, 6 Kerusakan S:
April Integritas Klien mengatakan lukanya sudah
2019 Jaringan tidak mengeluarkan nanah dan
Jam berhubungan darah.
13.00 dengan Klien mengatakan lukanya sudah
WIB gangguan tidak berbau.
sirkulasi Klien mengatakan mulai
menghabiskan makanan yang
dianjurkan oleh RS.
Klien mengatakan kakinya sudah
mulai dapat digerakkan sedikit-
sedikit.
Klien mengatakan sudah tidak
lemas lagi
O:
Luka dibagian betis menyusut
panjang 27 cm lebar 20cm, sudah
tidak bengkak, sudah tidak
mengeluarkan nanah dan darah.
Luka di bagian lutut sudah tampak
kering, sudah tidak mengeluarkan
getah timun.
Luka di bagian telapak kaki kiri
sudah kering, kulit sudah tidak
70
b. Klien 2 (Ny. M)
Tanggal/ Diagnosis
No. Evaluasi TTD
Jam Keperawatan
2. Selasa, Kerusakan S:
16 April Integritas Klien mengatakan lukanya sudah
2019 Jaringan tidak berbau.
berhubungan Klien mengatakan mulai
dengan menghabiskan ½ porsi makanan
gangguan yang dianjurkan oleh RS.
sirkulasi Klien mengatakan kakinya sudah
mulai dapat digerakkan sedikit-
sedikit.
Klien mengatakan sudah tidak
lemas lagi.
Klien mengatakan nyerinya
berkurang denga skala nyeri 2
71
O:
Luka di bagian telapak kaki kiri
mulai mengering, kulit sudah tidak
mengelupas lagi, panjang luka 7 cm
lebar 2 cm.
Vital sign
TD : 120/70 mmHg
S : 36,2°C
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
GDS : 124 mg/dL
A : Masalah Teratasi
P : Pertahankan Intervensi
(Pantau balutan dan ganti balut 1
hari sekali, lakukan perawatan luka
dengan menggunakan teknik steril,
pantau tekanan darah klien, dan
pantau nutrisi klien untuk
mempercepat penyembuhan luka).
B. Pembahasan
Pada bab ini, penulis akan membahas dan menganalisis tentang kerusakan
integritas jaringan pada klien ulkus diabetik di ruang lavender RSUD kardinah yang
di laksanakan pada tanggal 1 April 2019 - 20 April 2019 berdasarkan pada tahapan
proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi
keperawatan.
1) Pengkajian
Pengkajian kesehatan merupakan tahapan awal yang terdiri dari riwayat
kesehatan yang berguna untuk melengkapi informasi tentang status kesehatan fisik.
Pada klien dengan masalah kerusakan integritas jaringan muncul beberapa
tanda dan gejala seperti kerusakan jaringan (misalnya kornea, membran mukosa, ,
integumen, atau subkutan) Nurarif (2015). Pada klien 1 dan 2 mampu
72
hilang dan berkurangnya denyut nadi pada aerteri dorsalis pedis, tibialis, dan
pupliten. Kaki menjadi dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi
nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau
tungkai. (Price, 2007).
Pada Tn. A dan Ny. M didapatkan data dalam pengkajian bahwa klien
mengatakan terdapat luka yang tidak kunjung sembuh dipermukaan kulit telapak
kaki, oedema kaki, denyut nadi hilang, dan adanya kebas pada area kaki. Hal ini
dibuktikan dari luka kedua klien sudah sampai pada tahap grade 1 yaitu
menunjukan terjadinya neuropati sesori perifer dan terjadinya beberapa fakktor
resiko seperti deformitas tulang dan mobilitas sendi yang terbatas dengan ditandai
adanya lesi kulit terbuka, yang hanya terdapat pada kulit, dasar kulit dapat bersih
atau purulen.
Dari batasan karakteristik dan data diatas kedua klien mengalami masalah
tersebut, maka ditegakkanlah diagnosa kekurangan integritas jaringan berhubungan
dengan gangguan sirkulasi.
3) Intervensi Keperawatan
Untuk mengatasi masalah kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
gangguan sirkulasi maka digunakan intervensi keperawatan menurut Nurarif
(2015) yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil: adanya granulasi, tidak ada tanda-
tanda infeksi, tidak adanya edema kaki, ketebalan dan tekstur jaringan normal.
Menurut Nurarif (2015) intervensinya meliputi lakukan perawatan luka, kaji
kondisi luka dan tanda-tanda infeksi serta monitor vital sign, reposisi pasien
setidaknya 2 jam sekali, ajarkan keluarga tentang luka dan perawatan luka, kola
borasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein).
Dari
Semua intervensi diatas dilakukan untuk menangani masalah kerusakan
integritas jaringan terutama pada perawatan ulkus karena luka tersebut dapat
meluas. Perawatn ulkus dilakukan setiap hari sehingga dapat mencapai kriteria
hasil.
4) Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses
74
penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang
sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursalam, 2011).
Pada Tn. A implementasi yang dilakukan pada hari pertama sampai dengan
hari ke tiga dimulai dari pukul 08.00- 13.00 WIB yaitu 1. Mengobservasi vital sign,
2. Mengkaji kondisi luka dan tanda-tanda infeksi serta memonitor vital sign, 3.
Melakukan perawatan luka secara modern yaitu dengan menggunakan sofratulle 4.
Mereposisi pasien setidaknya 2 jam sekali untuk menunjukan hasil yang efektif
sehingga dapat mencegah terjadinya luka tekan, selain itu, mereposisi pasien
dilakukan tanpa adanya gaya robekan atau gaya gesekan yang dapat merusak kulit
karena aktivitas dapat meningkatkan sirkulasi. 5. Mengajarkan klien dan keluarga
tentang luka dan perawatan luka, perawatn luka dilakukan untuk merawat luka
serta dengan pemberian antiseptik dapat menjaga kontaminasi luka terhadap
infeksi. 6. Serta berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian insulin
(Novorapid) dan ahli gizi TKTP (tinggi kalori tinggi protein). Insulin digunakan
untuk memperbaiki trasnpor glukosa ke dalam sel dan asam amino ke dalam
glokuosa sehingga dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah. Semua tindakan
yang terdapat di intervensi dapat diterapkan pada klien Tn. A ari hari pertama
sampai dengan hari ketiga, adapun beberapa kesulitan dalam melakukan tindakan
dikarenakan klien mengalami penurunan dalam penglihatan dan pendengaran, jadi
penulis harus sabar dalam berbicara dan menjelaskan tindakan diatas.
Pada klien Ny. M intervensi yang dilakukan pada hari pertama dan hari ke
tiga sama seperti Klien Tn.A akan tetapi berbeda dalam melakukan perawatan luka
1. Mengobservasi vital sign, 2. Mengkaji kondisi luka dan tanda-tanda infeksi
serta memonitor vital sign, 3. Melakukan perawatan luka dengan menggunakan
sofratulle. 4. Mereposisi pasien setidaknya 2 jam sekali untuk menunjukan hasil
yang efektif sehingga dapat mencegah terjadinya luka tekan, selain itu, mereposisi
pasien dilakukan tanpa adanya gaya robekan atau gaya gesekan yang dapat
merusak kulit karena aktivitas dapat meningkatkan sirkulasi. 5. Mengajarkan klien
dan keluarga tentang luka dan perawatan luka, perawatn luka dilakukan unutk
merawat luka serta dengan pemberian antiseptik dapat menjaga kontaminasi luka
terhadap infeksi. 6. Serta berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian insulin
(Novorapid) dan ahli gizi TKTP (tinggi kalori tinggi protein). Insulin digunakan
untuk memperbaiki transpor glukosa ke dalam sel dan asam amino ke dalam
glokosa sehingga dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah. Klien sudah
75
A. Simpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan diatas adalah klien yang
mengalami masalah kerusakan integritas jaringan biasanya mengalami gejala
seperti kerusakan pada jaringan (Integumen). Untuk memperkuat hasil
diperluka pemeriksaan lebih lanjut terkait masalah kerusakan integritas
jaringan. Dari hasil pengkajian dapat ditegakkan diagnosa kerusakan integritas
jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi. Untuk menangani masalah
tersebut dilakukan tindakan, perawatan luka secara modern, observasi luka
(Lokasi, kedalaman, tanda-tanda infeksi), monitor vital sign, kolaborasi dengan
tim medis dan ahli gizi. Hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan
didapatkan adalah klien mengatakan lukanya mulai mengering, panjang dan
lebar luka mulai mengecil, serta tidak ada tanda-tanda infeksi.
B. Saran
Setelah melakukan kesimpulan, penulis memberikan saran untuk semua
rumah sakit agar dapat melakukan tindakan perawatan luka secara modern
khususnya untuk perawatan luka pada pasien ulkus diabetik tujuannya untuk
mempercepat penyembuhan luka dan meminimalisir terjadinya infeksi yang
berkepanjangan serta menghambat terjadi luka ulkus yang lebih panjang.
77
DAFTAR PUSTAKA
Tandra, H. (2018). Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang diabetes,
Edisi 2. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Check
NO. ASPEK YANG DINILAI Keterangan
list
A. Alat
Bak Instrumen yang berisi:
1. Pinset anatomi
2. Pinset chirurgis
3. Gunting debridemand
4. Kasa steril
5. Kom: 3 buah
Peralatan lain terdiri dari:
6. Sarung tangan
7. Gunting plester
8. Plester atau perekat
9. Alkohol 70%
10. Desinfektant
11. NaCI 0,9%
Bengkok: 2 buah, 1 buah berisi larutan
12.
desinfektan
13. Verband/perban
14. Obat luka sesuai kebutuhan
B. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi program terapi
2. Mencuci tangan
3. Memakai sarung tangan bersih
4. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
C. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam menyapa nama pasien
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
2.
klien.
Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
3.
dilakukan.
Memberi kesempatan bertanya pada klien
4.
sebelum tindakan
D. Tahap Kerja
3. Membuka peralatan
E. Tahap Terminas
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
5.
perkembangan
Lampiran 2
Jadwal Kegiatan
(.................................) (..................................)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP