Anda di halaman 1dari 75

Asuhan Keperawatan Pada Tn.

D dengan
Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Irna 4
RS Kartika Cibadak

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.. F DEMAM TYFOID


DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DI IRNA 3
RUMAH SAKIT KARTIKA CIBADAK

OLEH :

NAMA : DARUL MULYA

NIK : 3202111202950022

DISUSUN OLEH

RUMAH SAKIT KARTIKA


Nama : Erma NurmawatiCIBADAK

NIK : KC. 2012.582

Jl. Siliwangi No. 139, Sundawenang Kec. Cibadak Kab. Sukabumi 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allat SWT yang telah melimpahkan
kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Presentasi
Kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn. D dengan DM Tipe II di
Ruang Irna 4B RS Kartika Cibadak”.

Laporan ini tidak mungkin tersusun begitu saja tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis akan memberikan ucapan
terimakasih kepada semua pihak yang sudah memberikan dukungan dan
bimbingan kepada saya. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas
ilmu tentang penyakit Diabetes Mellitus yang saya sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber..

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan presesntasi kasus ini


masih banyak kekurangan. Oleh karena itu mohon kiranya para pembaca
memberikan kritik dan saran yang bersifat kontruktif demi perbaikan laporan
ini.

Akhirnya hanya kepada Aallah SWT penulis berharap dan


mengembalikan segala urusan hanya kepada-Nya, dan semoga laporan ini
dapat memberikan manfaat dan khasanah ilmu bagi kita semua. Amin.

Sukabumi, 4 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................ i

Daftar Isi .......................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1


B. Tujuan penulisan ........................................................................................... 2
C. Ruang Lingkup keperawatan/Kebidanan ...................................................... 2
D. Metode penulisan .......................................................................................... 3
E. Sistematika Penulisan ................................................................................... 3

BAB II Tinjauan Teori


A. Anatomi dan Fisiologi................................................................................... 4
B. Pengertian ..................................................................................................... 7
C. Etiologi.......................................................................................................... 7
D. Patofisiologi .................................................................................................. 9
E. Gejala Klinis ................................................................................................. 9
F. Pemeriksaan Diagnostik............................................................................... 10
G. Komplikasi ................................................................................................... 10
H. Penatalaksanaan Medis ................................................................................ 11
I. Pencegahan .................................................................................................. 13
J. Asuhan Keperawatan ................................................................................... 13

BAB III Tinjauan Kasus


A. Pengkajian .................................................................................................... 32
B. Analisa Data ................................................................................................. 40
C. Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 43
D. Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi .............................................................. 44
E. Implementasi Keperawatan .......................................................................... 49
F. Evaluasi ....................................................................................................... 56

BAB IV Pembahasan
A. Pengkajian .................................................................................................... 64
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 64
C. Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi .............................................................. 65
D. Implementasi Keperawatan .......................................................................... 65
E. Evaluasi ....................................................................................................... 66

BAB V Kesimpulan dan Saran


A. Kesimpulan .................................................................................................. 67
B. Saran ............................................................................................................ 67

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan kadar
glukosa darah yang melebihi nilai normal. Apabila dibiarkan tidak terkendali,
diabetus mellitus dapat menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal,
misalnya terjadi penyakit jantung koroner, gagal ginjal, kebutaan dan lain-lain.
International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya terdapat
463 juta orang pada umur 20 – 79 tahun menderita diabetes mellitus di tahu
2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk
pada usia yang sama. Wilayah Asia Tenggara dimana Indonesia berada,
menempati peringkat ketiga dengan prevalensi sebesar 11,3%. IDF juga
memproyeksikan jumlah penderita diabetes pada penuduk umur 20 – 79 tahun
pada beberapa negara di dunia yang telah mengidentifikasi 10 negara dengan
jumlah penderita tertinggi. Indonesia berada di peringkat ke-7 diantara 10
negara dengan jumlah penderita terbanyak, yaitu sebesar 10,7 juta. Prevalensi
diaebetes mellitus di Jawa Barat, terdapat 1,3% yang terdiagnosis dengan
perkiraan 418.110 jiwa. Di Sukabumi ada sebanyak 22.100 jiwa yang
menderita diabetes mellitus. (Riskesdas, 2019)
Di Rumah Sakit Kartika Cibadak klien yang di rawat inap dengan
diagnosa Diabetes Melitus bulan November 2021 ada 5 pasien, Pada bulan
Desember 2021 ada 1 pasien. (Rekam Medis RS Kartika, 2021)

Peran perawat terhadap pasien diabetes mellitus adalah


memberikan edukasi kesehatan kepada pasien DM mengenai bagaimana
melakukan perawatan diri dan perubahan gaya hidup. Informasi yang
diberikan oleh perawat tentang penyakit akan menambah pengetahuan
seseorang terhadap penyakitnya dan persepsi yang muncul dapat
memberikan informasi. Edukasi yang didapatkan oleh pasien DM dapat
meningkatkan kemampuan untuk mencapai dan memperoleh
pemahaman tentang pengetahuan kesehatan dan memahami kondisi

1
mereka. Pemberian edukasi yang dilakukan oleh perawat dapat
memunculkan persepsi yang dapat menentukan perilaku kesehatan
seseorang terhadap penyakitnya. Selain itu, berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya untuk pemenuhan dan pelayanan ke pasien DM.
(Boonsatean, Rosner, Carisson, & Ostman, 2016). Atas dasar inilah
menjadikan penulis tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan
kepada Tn. D dengan DM Tipe II di Irna 4B.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar penulis dapat
memahami dan mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
dewasa dengan DM menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian klien Diabetes Mellitus di
RS Kartika Cibadak
b. Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada klien dengan
Diabetes Mellitus di RS Kartika Cibadak
c. Mampu mendeskripsikan rencana tindakan asuhan keperawatan pada
klien dengan Diabetes Mellitus di RS Kartika Cibadak
d. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada klien dengan
Diabetes Mellitus di RS Kartika Cibadak
e. Mampu membandingkan konsep dengan kenyataan pada klien sindrom
Diabetes Mellitus di RS Kartika Cibadak

C. Ruang Lingkup Keperawatan


Adapun ruang lingkup penulis dalam laporan asuhan keperawatan ini
adalah tentang asuhan keperawatan pada klien dengan DM Tipe II di Irna
4B RS Kartika Cibadak dengan lama perawatan selama 3 hari dari tanggal
3 Januari 2022 sampai 5 Januari 2022 asuhan keperawatan ini dibahas dan
di lakukan dengan pendekatan keperawatan yang komprehensif.

2
D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam mendapatkan informasi adalah metode


wawancara dan pengkajian yang di lakukan secara langsung ke klien dan
keluarga klien. Dan metode observasi yang digunakan untuk mengamati
prilaku klien untuk memperoleh data tentang kesehatan klien.

E. Sistematika Penulisan
1. BAB I Pendahuluan (latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup
keperawatan, metode penulisan, sistematika penulisan)
2. BAB II Tinjauan Teori (anatomi dan fisiologis, pengertian, etiologi,
klasifikasi, patofisiologis, gejala klinis, pemeriksaan diagnostik,
komplikasi, penatalaksanaan medis, pencegahan, asuhan keperawatan)
3. BAB III Tinjauan Kasus (pengkajian, data fokus,analisa data, diagnosa
keperawatan, perencanaan pelaksanaan evaluasi )
4. BAB IV Pembahasan (pengkajian, data fokus, analisa data, diagnosa
keperawatan, perencanaan pelaksanaan evaluasi ).
5. BAB V Kesimpulan dan Saran (kesimpulan, saran)

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi
1. Pankreas
Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada
duodenum dan terdapat kurang lebih 200.000 – 1.800.000 pulau
Langerhans. Dalam pulau langerhans jumlah sel beta normal pada
manusia antara 60% - 80% dari populasi sel Pulau Langerhans.
Pankreas berwarna putih keabuan hingga kemerahan. Organ ini
merupakan kelenjar majemuk yang terdiri atas jaringan eksokrin dan
jaringan endokrin. Jaringan eksokrin menghasilkan enzim-enzim
pankreas seperti amylase, peptidase dan lipase, sedangkan jaringan
endokrin menghasilkan hormon-hormon seperti insulin, glukagon dan
somatostatin (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).

Gambar 2.1

Pulau Langerhans mempunyai 4 macam sel yaitu (Dolensek,


Rupnik & Stozer, 2015) :
a. Sel Alfa : sekresi glukagon
b. Sel Beta : sekresi insulin
c. Sel Delta : sekresi somatostatin
d. Sel Pankreatik

4
Hubungan yang erat antar sel-sel yang ada pada pulau Langerhans
menyebabkan pengaturan secara langsung sekresi hormon dari jenis
hormon yang lain. Terdapat hubungan umpan balik negatif langsung
antara konsentrasi gula darah dan kecepatan sekresi sel alfa, tetapi
hubungan tersebut berlawanan arah dengan efek gula darah pada sel
beta. Kadar gula darah akan dipertahankan pada nilai normal oleh peran
antagonis hormon insulin dan glukagon, akan tetapi hormon
somatostatin menghambat sekresi keduanya (Dolensek, Rupnik &
Stozer, 2015).
2. Insulin
Insulin (bahasa latin insula, “pulau”, karena diproduksi di
pulau-pulau Langerhans di pankreas) adalah sebuah hormon yang
terdiri dari 2 rantai polipeptida yang mengatur metabolisme
dihubungkan oleh
ikatan disulfida pada posisi 7 dan 20 di rantai A dan posisi 7 dan
19 di rantai B (Guyton & Hall, 2012).
Peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh akan
menimbulkan respons tubuh berupa peningkatan sekresi insulin.
Bila sejumlah besar insulin disekresikan oleh pankreas, kecepatan
pengangkutan glukosa ke sebagian besar sel akan meningkat
sampai 10 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan kecepatan
tanpa adanya sekresi insulin. Sebaliknya jumlah glukosa yang
dapat berdifusi ke sebagian besar sel tubuh tanpa adanya insulin,
terlalu sedikit untuk menyediakan sejumlah glukosa yang
dibutuhkan untuk metabolisme energi pada keadaan normal,
dengan pengecualian di sel hati dan sel otak (Guyton & Hall,
2012).

5
Gambar 2.2

Pada kadar normal glukosa darah puasa sebesar 80-90


mg/100ml, kecepatan sekresi insulin akan sangat minimum yakni
25mg/menit/kg berat badan. Namun ketika glukosa darah tiba-tiba
meningkat 2-3 kali dari kadar normal maka sekresi insulin akan
meningkat yang berlangsung melalui 2 tahap (Guyton & Hall,
2012):
a. Ketika kadar glukosa darah meningkat maka dalam waktu 3-
5 menit kadar insulin plasama akan meningkat 10 kali lipat
karena sekresi insulin yang sudah terbentuk lebih dahulu oleh
sel-sel beta pulau langerhans. Namun, pada menit ke 5-10
kecepatan sekresi insulin mulai menurun sampai kira- kira
setengah dari nilai normalnya.
b. Kira-kira 15 menit kemudian sekresi insulin mulai meningkat
kembali untuk kedua kalinya yang disebabkan adanya
tambahan pelepasan insulin yang sudah lebih dulu terbentuk
oleh adanya aktivasi beberapa sistem enzim yang mensintesis dan
melepaskan insulin baru dari sel beta

6
B. Pengertian
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai
dengan adanya hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak mampu
mensekresi insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. Dapat terjadi
kerusakan jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata,
ginjal, saraf, jantung, serta pembuluh darah apabila dalam keadaaan
hiperglikemia kronis (American Diabetes Association, 2020).
Diabetes Melitus atau sering disebut dengan kencing manis adalah
suatu penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi
cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin (resistensi insulin), dan
di diagnosa melalui pengamatan kadar glukosa di dalam darah. Insulin
merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berperan
dalam memasukkan glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh untuk
digunakan sebagai sumber energi (IDF, 2020)
C. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), etiologi diabetes mellitus adalah :
1. Diabetes Mellitus tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel
beta pankreas yang disebabkan oleh:
a. Faktor genetik
Penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe I.
b. Faktor imunologi
Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
c. Faktor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autonium yang
menimbulkan ekstruksi sel beta.

7
2. Diabetes Mellitus tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes
mellitus tipe II antara lain:
a. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65
tahun, tetapi pada usia remaja pun diabetes mellitus dapat terjadi
juga pada umur 11 sampai 13 tahun karena sejak awal pankreas tidak
menghasilkan insulin.
b. Obesitas
Karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh akan membuat
hormon insulin tidak dapat bekerja secara maksimal dalam
menghantar glukosa yang ada dalam darah. Pengurangan berat
badan sering kali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensitivitas
insulin dan pemulihan toleransi glukosa. Obesitas terjadi karena
tubuh kelebihan lemak minimal 20% dari berat badan ideal. Menurut
Adriani (2012) obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
1) Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
2) Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
3) Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%
Klasifikasi IMT (Indeks Masa Tubuh) menurut Tjokoprawiro
(2015) pencegahan diabetes ada 2 yaitu :
1) IMT <18,5 : BB kurang
2) IMT 18,5 - 22,9 : BB normal
3) IMT > 23 : BB lebih
4) IMT 23 - 24,9 : Dengan resiko
5) IMT 25 - 29,9 : Obesitas I
6) IMT >30 : Obesitas II
c. Riwayat dalam keluarga
Pada riwayat keluarga yang salah satunya memiliki riwayat
diabetes mellitus bisa diturunkan sejak remaja pada anaknya. Kaum

8
pria sebagai penderita sesungguhnya dan perempuan sebagai pihak
pembawa gen atau keturunan. Gen yang mempengaruhi pada
diabetes tipe II adalah gen TC7L2. Gen ini sangat berpengaruh pada
pengeluaran insulin dan produksi glukosa.
D. Patofisiologi
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu retensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Retensi insulin
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan untuk mengatasi retensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu,
keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa
akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
diabetes tipe II. (Rustama dkk, 2010).

9
E. Gejala Klinis
Manifestasi klinis diabetes mellitus menurut Tandra (2013) yaitu :
1. Banyak kencing (poliuri)
2. Rasa haus (polidipsi)
3. Berat badan menurun meski sudah banyak makan (polifagi)
4. Rasa seperti flu dan lemah
5. Pandangan kabur
6. Luka yang sukar sembuh
7. Gusi merah dan bengkak
8. Kesemutan
9. Kulit kering dan gatal

10
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kadar Glukosa Darah
a. Kadar Glukosa darah sewaktu (mg/dl) menurut Nurarif &
Kusuma (2015)
Tabel 2.1: kadar glukosa darah sewaktu
Kadar Glukosa darah sewaktu DM Belumpasti DM
Plasma vena >200 100-200
Darah kapiler >200 80-100

b. Kadar glukosa darah puasa (mg/dl) menurut Nurarif &


Kusuma (2015)
Tabel 2.2: kadar glukosa darah puasa
Kadar glukosa darah puasa DM Belum pasti DM
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >110 90-110
2. Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :
a. Mikroalbuminuria urine
b. Ureum, kreatinin, asam urat
c. Kolesterol total plasma vena (puasa)
d. Kolesterol LDL: plasma vena (puasa)
e. Kolesterol HDL: plasma vena (puasa)
f. Trigliserida: plasma vena (puasa)

G. Komplikasi
Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), beberapa komplikasi
diabetes mellitus adalah:
1. Komplikasi akut
a. Koma hipoglikemia
Koma hipoglikemis terjadi karena pemakaian obat-obatan
diabetic yang melebihi dosis yang dianjurkan singga terjadi
penurunan glukosa dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar
difasilitasi untuk masuk ke dalam sel.

11
b. Ketoasidosis
Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari
sumber alternatif untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak
ada glukosa maka benda-benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini
akan mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran benda-
benda keton yang berlebih dapat mengakibatkan asidosis.
c. Koma hipersmolar non ketotik
Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan
ekstrasel karena banyak diekresi lewat urine.
2. Komplikasi kronik
a. Makroangiopati
Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh
darah jantung, pembuluh darah otak. Pembuluh darah pada
pembuluh darah besar dapat mengalami atherosklerosis sering
terjadi pada DMTTI/ NIDDM. Komplikasi magroangiopati adalah
penyakit vaskuler otak, penyakit arteri koronaria dan penyakit
vaskuler parifer.
b. Mikroangiopati
Mikroangipati yang mengalami pembuluh darah kecil, retinopati
diabetika, nefropati diabetik. Perubahan- perubahan mikrovaskuler
yang ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran diantara
jaringan dan pembuluh darah sekitar. Terjadi pada penderita
DMTTI/ IDDM yang terjadi neuropati, nefropati, dan retinopati.
c. Neuropati diabetika
Akumulasi orbital didalam jaringan dan perubahan metabolik
mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun
kehilangan sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.
d. Infeksi
Retansi infeksi seperti tuberculusis paru, gingivitis, dan infeksi
saluran kemih.

12
e. Kaki diabetik
Pembuluh mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati
menyebabkan perubahan pada ekstermitas bawah. Komplikasinya
dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, ganggren,
penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf sensorik dapat
menunjang terjadi trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang
mengakibatkan ganggren.
H. Penatalaksanaan Medis
Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), antara lain:
1. Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)

a. Golongan sulfoniluria

Cara kerjanya merangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan


insulin. Jadi golongan sulfoniluria hanya bekerja bila sel-sel beta utuh,
mengalangi pengikatan insulin, mempertinggi kepekaan jaringan
terhadap insulin dan menekan pengeluaran glukagon. Indikasi
pemberian obat golongan sulfoniluria adalah bila berat badan sekitar
ideal kurang lebih 10% dari berat badan ideal, bila kebutuhan insulin
kurang dari 40 u/hari, bila tidak ada stres akut, seperti infeksi berat.

b. Golongan biguanid

Cara kerjanya tidak merangsang sekresi insulin. Golongan


biguanid dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan
istimewanya tidak pernah menyebabkan hipoglikemia. Efek samping
obat ini (metformin) menyebabkan anoreksia, nausea, nyeri abdomen
dan diare.

c. Alfa glukosidase inhibitor

Cara kerjanya menghambat kerja insulin alfa glukosidase di


dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa
dan menurunkan hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di
lumen usus dan tidak menyebabkan hiperglikemia dan tidak
berpengaruh pada kadar insulin.

13
d. Insulin sensitizing agent

Mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensitifitas berbagai


masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
2. Insulin ada 3 jenis menurut cara kerjanya, antara lain :
a. Cara kerjanya cepat : RI (regular insulin) dengan masa kerja
2-4 jam. Contoh obatnya: Actrapid
b. Cara kerjanya sedang: NPN dengan masa kerja 6-12 jam
c. Cara kerjanya lambat: PZI (Protamne Zinc Insulin) dengan
masa kerjanya 18-24 jam
I. Pencegahan
Tips umum dalam upaya pencegahan penyakit diabetes mellitus
menurut Nabyl R.A (2012) dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Bila kegemukkan segera turunkan berat badan
b. Lakukan latihan aerobik (berenang, bersepeda, joging, dan jalan cepat)
paling tidak lakukan 3 kali seminggu
c. Minum gula sedikit mungkin atau seperlunya karena bukan merupakan
bagian penting dari diet. Zat karbohidrat (misal beras sereal, bakmi, roti,
kentang) bisa memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan tubuh
d. Setelah umur 40 tahun, periksa kadar gula urine anda setiap tahun,
terutama bagi anda dengan riwayat keluarga penderita diabetes mellitus
J. Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode yang terorganisasi dan
sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien, yang
berfokus pada respon manusia baik sebagai individu, keluarga, maupun
masyarakat karena adanya gangguan kesehatan aktual maupun potensial
(Asmadi, 2008).
Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang saling berhubungan
yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
(Nursalam, 2008).

14
1. Pengkajian
Pengkajian pada pada klien diabetes mellitus yang mengalami
kerusakan integritas kulit meliputi mengumpulkan riwayat kesehatan,
melakukan pengkajian fisik, meninjau catatan klien, meninjau literatur,
dan melakukan konsultasi dengan orang pendukung dan tenaga
kesehatan profesional (Berman & Snyder, 2010)
a. Pengumpulan data
1) Identitas umum
Pengkajian identitas umum meliputi nama, usia/ tanggal
lahir (umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis secara
drastis setelah usia 40 tahun dan diabetes sering muncul setelah
memasuki usia tersebut terutama setelah seseorang memasuki
usia 45 tahun terlebih dengan overwight (Riyadi & Sukarmin,
2008), jenis kelamin, suku bangsa, alamat, tanggal dan masuk
rumah sakit, sumber informasi (orang yang dapat dihubungi dan
no.Telepon), diterima dari (rumah, rumah sakit, puskesmas,
tunawisma), cara datang (jalan kaki, kursi roda, ambulance,
brankar).
2) Riwayat perawatan
a) Alasan MRS/ keluhan utama
Penderita biasanya datang dengan keluhan menonjol badan
terasa sangat lemas, penglihatan yang kabur, disertai dengan
kelemahan otot tungkai bawah. Meskipun banyak keluhan
banyak kencing (poliuri) kadang penderita belum tahu kalau
salah satu tanda penyakit diabetes mellitus (Riyadi &
Sukarmin, 2008).
b) Riwayat penyakit sekarang
Penderita biasanya mengalami kesemutan pada kaki atau
tungkai bawah serta kesulitan dalam menjalankan aktifitasnya
karena terjadi kelemahan pada kaki dan tungkai bawahnya
ditandai dengan adanya ganggren. Riwayat penyakit ini

15
biasanya yang dominan adalah munculnya sering buang air
kecil (poliuri), sering haus dan lapar (polifagia) sebelum klien
mengeluhkan adanya gangguan kulit seperti gatal/ luka
(Riyadi & Sukarmin, 2008).
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Mempunyai riwayat gula darah yang tinggi pada semasa
muda, keluhan kesemutan pada kaki atau tungkai bawah.
Diabetes terjadi saat hamil saja dan biasanya tidak dialami
setelah melahirkan namun perlu diwaspadai akan
kemungkinan mengalami diabetes yang sesungguhnya di
kemudian hari. Diabetes sekunder digambarkan sebagai
kondisi penderita yang pernah mengalami suatu penyakit dan
mengkonsumsi obat-obatan atau zat kimia tertentu (Riyadi &
Sukarmin, 2008)
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Diabetes mellitus dapat menurun menurut silsilah keluarga
yang mengidap diabetes, karena kelainan gen yang
mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin
dengan baik akan disampaikan informasinya pada keturunan
berikutnya (Riyadi & Sukarmin, 2008).
3) Pola Fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Biasanya penderita belum menyadari perjalanan penyakit
diabetes mellitus. Penderita baru tahu kalau sudah
memeriksakan diri di pelayanan kesehatan. Diabetes sekunder
digambarkan sebagai kondisi penderita yang pernah
mengalami suatu penyakit dan mengkonsumsi obat-obatan
atau zat kimia tertentu seperti Glukokortikoid (sebagai obat
radang), Furosemid (sebagai diuretik), Thiazid (sebagai
diuretik), Beta bloker (untuk mengobati gangguan jantung)
(Riyadi &Sukarmin, 2008). Pada pasien dengan ganggren kaki

16
diabetik terjadi perubahan persepsi tata laksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan tentang dampak ganggren kaki
diabetik (Nabyl R.A, 2012).
b) Pola aktivitas dan personal hygiene
Kebutuhan personal hygiene mungkin tidak terganggu
kecuali pada periode kelemahan fisik yang mengganggu (skor
kekuatan otot 2-0) atau terjadi penurunan kesadaran (apatis
sampai koma). Data pernafasan yang terjadi adalah irama
dalam dan cepat karena banyak benda keton yang terbongkar.
Penderita dengan diabetes mellitus akan mengalami
penurunan gerak karena kelemahan fisik, kram otot, dan
penurunan tonus otot. Penderita juga dapat mudah jatuh
karena penurunan glukosa pada otak dan mengakibatkan
penurunan pusat keseimbangan (Riyadi & Sukarmin, 2008).
Adanya luka ganggren dan kelemahan otot pada tungkai
bawah menyebabkan penderita tidak mampu melakukan
aktivitas sehari- hari secara maksimal, penderita mudah
mengalami kelelahan (Nabyl R.A, 2012).
c) Pola nutrisi/ cairan dan metabolisme
Berat badan melalui penampilan kurus ramping pada
penderita diabetes mellitus fase lanjutan dan lama tidak
mengalami terapi. Sedangkan gemuk, padat dan gendut terjadi
pada fase awal penyakit atau penderita lanjutan dengan
pengobatan yang rutin dan pola makan yang masih tidak
terkontrol (Riyadi & Sukarmin, 2008).
Akral teraba dingin akibat penurunan sirkulasi. Suhu tubuh
biasanya masih berkisar normal sekitar kecuali sudah ada
infeksi (suhu >37C). Pembesaran kelenjar limfe leher dapat
muncul apabila ada infeksi sistemik (Riyadi & Sukarmin,
2008)

17
d) Pola tidur dan istirahat
Nyeri pada kaki yang luka dan poliuri akan mempengaruhi
pola dan waktu tidur penderita (Nabyl R.A, 2012). Penderita
sering terbangun pada malam hari karena frekuensi kencing
yang meningkat. Rata-rata tidur penderita pada malam hari 4-
5 jam. Selain itu dapat dilihat penampilan penderita dengan
wajah sayu, mata merah dan verbalisasi keluhan rasa kantuk
(Riyadi & Sukarmin, 2008)
e) Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis
osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri)
dan pengeluaran glukosa pada urine (glukosuria) (Nabyl R.A,
2012). Data eliminasi untuk BAK akan dijumpai jumlah urine
banyak baik secara frekuensi maupun volumenya mungkin
2500-3000 CC/hari). Untuk warna mungkin tidak ada
perubahan sedangkan bau mungkin ada aroma unsur gula.
Sedangkan untuk BAB tidak ada perubahan yang mencolok,
frekuensi seperti biasa 1-2x/ hari dengan warna kekuningan
(Riyadi & Sukarmin, 2008).
f) Pola peran hubungan/ interaksi sosial
Pasien mengalami penurunan harga diri karena perubahan
pada penampilan, perubahan identitas diri akibat tidak bekerja,
perubahan gambaran diri karena mengalami ganggren atau
amputasi, perubahan peran karena tidak mampu menjalankan
tugas sebagai orang tua (Riyadi & Sukarmin, 2008). Luka
ganggren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan
penderita malu dan menarik diri dari pergaulan (Nabyl R.A,
2012).
g) Pola persepsi diri dan toleransi terhadap stress
Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, bahkan biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami

18
kecemasan (Nabyl R.A, 2012). Pada penyakit perjalanan
cukup lama (>1 bulan) pasien mengalami penurunan
optimisme dan cenderung emosi labil, mudah tersinggung dan
marah. Sedangkan pada periode awal emosi pasien masih
stabil dan mampu mengekspresikan emosi dengan baik
(Riyadi & Sukarmin, 2008).
h) Pola seksualitas/ reproduksi
Pada pasien diabetes mellitus ada yang dikucilkan istri
karena komplikasi dari organ reproduksi yang berupa
impotensi untuk laki-laki dan penurunan gairah seksual untuk
wanita (Riyadi & Sukarmin, 2008). Angiopati dapat terjadi
pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan kualitas
maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi
serta orgasme (Nabyl R.A, 2012).
i) Pola keyakinan/ nilai
Ritual kegiatan iabdah (sholat, mengaji, pergi ke tempat
ibadah) mungkin akan mengalami hambatan akibat dari
adanya luka diabetes mellitus yang tak kunjung sembuh. Akan
tetapi tidak mempengaruhi pola ibadah mereka, penderita akan
mulai berusaha mencari sumber kekuatan terbesar pada Tuhan
YME dengan cara yang lain seperti berdoa (Riyadi &
Sukarmin, 2008)
b. Pemeriksaan fisik
Barbara Baters (1997) dalam Sujono Riyadi & Sukarmin
(2008) menyatakan bahwa pemeriksaan fisik yang
dilakukan antara lain:
1) Keadaan umum: yang sering muncul adalah kelemahan fisik
2) Tingkat kesadaran: normal, latergi, stupor, koma (tergantung
kadar gula yang dimiliki dan kondisi fisiologi untuk melakukan
kompensasi kelebihan gula darah).

19
3) Tanda-tanda vital
a) Nadi: takikardi (terjadi kekurangan energi sel sehingga
jantung melakukan kompensasi untuk meningkatkan
pengiriman).
b) Tekanan darah: hipertensi (karena peningkatan vikositas
darah oleh glukosa sehingga terjadi peningkatan tekanan pada
dinding pembuluh darah dan risiko terjadinya plak pada
pembuluh darah, kondisi ini terjadi pada fase diabetes mellitus
yang sudah lama atau penderita yang memang mempunyai bakat
hipertensi).
c) Pernafasan: takipnea ( pada kondisi ketoasidosis)
d) Suhu: deman (pada penderita dengan komplikasi infeksi pada
luka atau pada jaringan lain), hipotermia pada penderita yang
tidak mengalami infeksi atau penurunan metabolik akibat
menurunnya masukan nutrisi secara drastis)
4) Kepala
Rambut: termasuk kuantitas, penyebaran dan tekstur rambut.
Kulit kepala: termasuk benjolan atau lesi antara lain: kista
pilar dan psoriasis (yang rentan terjadi pada penderita
diabetes mellitus karena penurunan antibody. Wajah:
termasuk simetris dan ekspresi wajah antara lain paralisis
wajah (pada penderita dengan komplikasi stroke) dan emosi.
5) Mata
Alis mata: dermatitis, sorobea, (penderita sangat beresiko
timbulnya mikroorganisme dan jamur pada kulit). Sclera
ikterik, konjungtiva anemis pada penderita yang sulit tidur
karena banyak kencing pada malam hari. Kornea, iris, dan
lensa: opaksitas atau katarak (penderita diabetes mellitus
sangat beresiko pada kekeruhan lensa mata). Pupil: miosis,
midrosis, atau anisokor.

20
6) Telinga
Daun telinga masih simetris antara kanan dan kiri. Gendang
telinga tidak tertutup serumen berwarna putih keabuan dan
masih dapat bervibrasi dengan baik apabila tidak mengalami
infeksi sekunder. Pengkajian terhadap pendengaran terhadap
bisikan maupun tes garpu tala dapat mengalami penurunan
7) Hidung
Jarang terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung kecuali
ada infeksi sekunder seperti influenza
8) Mulut dan faring
Bibir: sianosis, pucat (apabila mengalami asidosis atau
penurunan perfusi jaringan pada stadium lanjut). Mukosa
oral: kering (dalam kondisi dehidrasi akibat deuresisi
osmosis). Langit-langit mulut: terdapat bercak keputihan
karena pasien mengalami penurunan kemampuan personal
hygiene akibat kelemahan fisik.
9) Thoraks dan paru-paru
Data pernafasan yang terjadi adalah irama dalam dan cepat
karena banyak benda keton yang dibongkar dan pernafasan
cheyne-stokes (pada kondisi ketoasidosis). Dengarkan
pernafasan pasien apabila terdengar stridor pada obstruksi
jalan nafas. Mengi (apabila penderita sekaligus mempunyai
riwayat asma atau bronchitis kronik)
10) Dada
Inspeksi: deformitas atau esiemtris dan retruksi inspirasi
abdomen. Palpasi: adanya nyeri tekan atau tidak. Perkusi:
pekak terjadi apabila cairan atau jaringan padat menggantikan
bagian paru yang normalnya terisi udara (terjadi pada
penyakit lain: efusi pleura, tumor atau pasca penyembuhan
TBC). Auskultasi: bunyi nafas vesikuler, bronco vesikuler
(dalam keadaan normal).

21
11) Abdomen
Inspeksi: pada kulit apakah ada stise dan simetris, adanya
pembesaran organ (pada penderita dengan penyerta penyakit
sirosishepatic atau Hepatomegali dan Splenomegali).
Auskultasi: bising usus apakah terjadi penurunan atau
peningkatan motilitas. Perkusi abdomen terhadap proporsi
dan pola tympani serta kepekaan. Palpasi: untuk mengetahui
adanya nyeri tekan ada tidak.
12) Integumen
Warna kulit: kerotenemia (pada penderita yang mengalami
peningkatan trauma mekanik yang berakibat luka sehingga
menimbulkan ganggren. Tampak warna kehitaman disekitar
luka. Kelembaban: lembab (pada penderita yang tidak
mengalami diuresis osmosis dan tidak mengalami dehidrasi),
kering (pada pasien yang mengalami osmosis dan dehidrasi).
Suhu: dingin (pada pasien yang tidak mengalami infeksi dan
menurunnya masukkan nutrisi, hangat (mengalami infeksi
atau kondisi intake nutrisi oral sesuai aturan diet). Tekstur:
halus (cadangan lemak dan glikogen belum banyak
dibongkar, kasar (terjadi pembongkaran lemak, protein,
glikogen otot untuk produksi energi). Turgor: menurun pada
dehidrasi.
13) Kuku
Warna: pucat, sianosis (penurunan perfusi pada kondisi
ketoasidosis atau komplikasi infeksi saluran pernafasan)
14) Genetalia
Inspeksi mengenai warna, kebersihan, benjolan seperti lesi,
massa, atau tumor
15) Ekstermitas
Menilai kekuatan otot pada keempat ekstermitas, biasanya
terdapat kelemahan dengan kisaran 4, biasanya pada salah

22
satu ekstermitas atau lebih mengalami ganggren/luka.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Alief (2012), ditemukan sebagai
berikut:
1) Test Toleransi Glukosa (TTG) memanjang (200mg/dl).
2) Gula darah puasa normal (70-15 mg/dl) atau diatas normal
(>115mg/dl).
3) Gula darah 2 jam post prandial (PP) > 140mg/dL.
4) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal (5-6%).
5) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton, berat jenis dan
osmolalitas urin mungkin meningkat.
6) Kolesterol dan trigliserida serum dapat meningkat.
7) Elektrolit (mungkin normal, menurun atau bahkan meningkat)
8) Natrium: mungkin normal, menurun, atau meningkat
9) Kalium: mungkin normal atau terjadi peningkatan semu akibat
perpindahan seluler, selanjutnya akan menurun
10) Fosfor: lebih sering menurun
11) Insulin darah (mungkin menurun bahkan sampai tidak ada).
12) Hb Glikolisat kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan kontrol diabetes mellitus kurang selama 4
bulan terakhir.
13) Trombosit darah (Ht)
Mungkin meningkat (dehidrasi) atau normal,
leukositosis hemokonsentrasi merupakan respon
terhadap stress atau infeksi.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2008):
a. Kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi, gangguan status
metabolik dan gangguan sensasi yang ditandai dengan adanya luka
ganggren.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi

23
darah keperifer, proses penyakit (DM)
c. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Peningkatan resistensi
terhadap insulin
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
e. Defisit pengetahuan b.d kurang informasi

24
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan 1. Periksa turgor kulit 1. Kulit akan kembali
berhubungan dengan tindakan keperawatan 2. Monitor membran mukosa, turgor dengan cepat jika
penurunan sirkulasi, kondisi selama 1x24 jam kulit pasien terhidrasi
gangguan metabolik, dan diharapkan kerusakan
3. Monitor edema pada kaki dan dengan baik
integritas kulit dapat
gangguan sensasi yang tungkai kaki 2. Mengetahui respon
terpenuhi dengan
ditandai adanya luka Kriteria Hasil: 4. Anjurkan pasien untuk memonitor haus
ganggren 1 Pemulihan luka suhu pada kaki dengan menggunakan 3. Adanya penumpukkan
2 Kontrol resiko: punggung tangan cairan pada kaki
hipertermia 5. Anjurkan pasien akan pentingnya 4. Mengidentifikasi
3 Perfusi jaringan pemeriksaan kaki terutama ketika adanya tanda-tanda
4 Perfusi jaringan: sensasi mulai terasa berkurang infeksi pada luka di
seluler 6. Inspeksi adanya edema pada kaki
5 Perfusi jaringan: ekstermitas bawah 5. Mencegah terjadinya
Definisi perifer 7. Observasi kondisi luka: lokasi, luka atau mencegah
dimensi, kedalaman luka, jaringan semakin tidak
Kerusakan Integritas kulit nekrotik. terasanya sensasi pada
merupakan suatu kondisi 8. Lakukan rawat luka dengan kaki
seseorang yang mengalami teknikaseptik (steril) dan kaji area 6. Mencegah adanya
perubahan atau luka setiap kali mengganti balutan. penumpukkan cairan
gangguandermis atau 9. Bersihkan jaringan nekrotik dengan pada ekstermitas
epidermis menggunting jaringan nekrotik sedikit bawah

25
demi sedikit 7. Mengidentifikasi
10. Periksa kuku tingkat metabolisme
11. Anjurkan pasien membolak balikkan jaringan dan tingkat
badan setiap 2 jam sekali kerusakan integritas
12. Gunakan bantal untuk menyokong 8. menjaga kontaminasi
anggota tubuh yang luka luka dan mencegah
13. Gosok kulit pasien dengan agen prosentase
antibakteri yang sesuai mikroorganisme akibat
14. Lakukan masase di area sekitar luka kelainan metabolik
untuk merangsang sirkulasi (glukosa yang tinggi)
15. Kolaborasi dengan tim medis dalam 9. Jaringan nekrotik dapat
pemeriksaan kadar gula, pemberian menghambat granulasi
insulin dan antibiotik. 10. Mengetahui
ketebalandan
perubahan warna kuku
11. Mencegah terjadinya
decubitus
12. Mencegah terjadinya
penambahan luka pada
ekstermitas bawah
13. Menghindari adanya
bakteri di kulit area
luka
14. Masase berguna untuk

26
merangsang sirkulasi
darah sehingga
meningkatkan proses
penyembuhan
15. Pemberian insulin
untuk menurunkan
hiperglikemia dan
meningkatkan
penyembuhan
sedangkan pemberian
antibiotik untuk
pengobatan infeksi
2. Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi 1. Untuk mengetahui
tindakan keperawatan perifer, edema, pengisian kapiler, apakah ada gangguan
jaringan perifer b.d suplai
selama 1x24 jam warna, suhu) pada sirkulasi perifer
darah ke kapiler menurun diharapkan 2. Identifikasi faktor risiko gangguan 2. Mengetahui penyebab
ketidakefektifan
Definisi : sirkulasi (mis. diabetes, perokok, gangguan sirkulasi
perfusi jaringan
perifer dapat orang tua, hipertensi dan kadar 3. Mencegah adanya
Penurunan sirkulasi darah terpenuhi dengan kolesterol tinggi) resiko infeksi
Kriteria Hasil: 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau 4. Mengetahui daerah
pada level kapiler yang
1. Tekanan darah bengkak pada ekstremitas yang terjadi
dapat mengganggu dalam rentang 4. Monitor adanya daerah tertentu yang penurunan sirkulasi
normal
metabolisme tubuh hanya peka terhadap panas, dingin, darah
2. Nadi perifer
teraba tajam atau tumpul 5. Memberikan
3. Edema perifer 5. Informasikan tanda dan gejala darurat pemahaman pada

27
tidak ada yang harus dilaporkan (mis. rasa sakit pasien untuk
4. Tingkat sensasi yang tidak hilang saat istirahat, luka mencegah keadaan
normal tidak sembuh, hilangnya rasa) darurat
6. Kolaborasi pemberian obat 6. Mengurangi rasa
(Mecobalamin dan neurosantin) kesemutan dan kebas
3. Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan 1. Identifikasi kemungkinan penyebab 1. Mengetahui penyebab
tindakan keperawatan hiperglikemi
glukosa darah b.d hiperglikemi
selama 1x24 jam 2. Mencegah terjadinya
Hipergilkemi diharapkan 2. Monitor kadar glukosa darah
hipergilkemi dan
ketidakefektifan
3. Monitor tanda dan gejala hipoglikemi
perfusi jaringan
perifer dapat hiperglikemia (polyuria, polydipsia, 3. Mengetahui kondsi
Definisi: terpenuhi dengan pasien dengan tanda
polifagia, kelemahan, malaise,
Kriteria Hasil: dan gejaka
Variasi dimana kadar gula pandangan kabur, sakit kepala) hiperglikemi
mengalami kenaikan atau Tupan: 4. Edukasi menghindari olahraga saat 4. Mencegah terjadinya
Ketidakstabilan kadar
penurunan dari rentang kadar glukosa darah lebih dari 250 kelemahan fisik
glukosa darah teratasi
5. Agar pasien
normal yaitu mengalami mg/dL
Tupen: mengetahui kadar
hiperglikemi atau - Kepatuhan prilaku: 5. Edukasi monitor kadar glukosa darah glukosa darah
hipoglikemi diet sehat secara mandiri 6. Mencegah terjadinya
- Dapat mengontrol hipergilkemi dan
kadar glukosa 6. Edukasi kepatuhan terhadap diet dan
hipoglikemi
darah olahraga 7. Agar glukosa darah
- Dapat mengontrol
stress klien tetap terkontrol

28
- Dapat 7. Ajarkan pengelolaan diabetes 8. Agar glukosa darah
memanajemen dan klien tetap terkontrol
(penggunaan insulin, obat oral,
mencegah penyakit
semakin parah monitor asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan professional
kesehatan)
8. Kolaborasi pemberian insulin
4. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh 1. Mengetahui daerah
tindakan keperawatan yang mengakibatkan kelelahan yang megalami
kelemahan fisik
selama 1x24 jam 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional kelemahan
diharapkan 3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan 2. Memantau kelelahan
ketidakefektifan
selama melakukan aktivitas fisik agar tidak
perfusi jaringan
perifer dapat 4. Sediakan lingkungan yang nyaman dan bertambah
terpenuhi dengan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, 3. Mempertahankan
Definisi:
Kriteria Hasil: kunjungan) kenyamana pasien
1. Kemudahan dalam 5. Fasilitasi duduk di tempat tidur, jika 4. Mencegah terjadinya
Suatu keadaan seorang
melakukan tidak dapat berpindah atau berjalan cidera
individu yang tidak cukup aktivitas sehari – 6. Anjurkan tirah baring
hari meingkat 5. Melatih otot secara
atau suatu keadaan seorang 7. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
2. Jarak berjalan
individu yang tidak cukup meingkat bertahap 6. Agar istirahat cukup
3. Kekuatan tubuh 8. Ajarkan strategi koping untuk 7. Melatih kemampuan
mempunyai energi
ekstermitas atas mengurangi kelelahan otot bertahap agar
fisiologis atau psikologis dan bawah 9. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang tidak cidera
meningkat cara meningkatkan asupan makanan

29
untuk bertahan atau 4. Keluhan mudah 8. Mengurangi rasa lelah
lelah berkurang saat latihan
memenuhi kebutuhan atau
9. Untuk menambah
aktivitas sehari – hari yang
energi dan kekuatan
diinginkan pasien

5. Defisit pengetahuan b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan 1. Mengetahui tingkat
tindakan keperawatan menerima informasi kemampuan pasien
kurangnya informasi
selama 1x24 jam 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat 2. Mengetahui faktor
diharapkan meningkatkan dan menurunkan faktor yang
ketidakefektifan
motivasi perilaku hidup sehat mempengaruhi
perfusi jaringan
perifer dapat 3. Sediakan materi dan media 3. Agar edukasi jelas dan
terpenuhi dengan pendidikan kesehatan tepat
Kriteria Hasil: 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan 4. Kontrak waktu sangat
- Klien paham sesuai kesepakatan penting untuk
tentang 5. Berikan kesempatan untuk bertanya membangun trust
penyakitnya 6. Edukasi pasien mengenai penyakit
- Mampu 5. Untuk mengeksplor
DM, mulai dari pengertian, penyabab, pengetahuan pasien
menjelaskan
tentang tanda tanda gejala dan cara mencegah 6. Agar pasien tidak
gejala, penyebab kurang informasi
dan cara mengenai penyakit
mencegah yang dideritanya

30
4. Implementasi
Implementasi keperawatan pada penderita diabetes mellitus dengan
gangguan integritas kulit adalah pelaksanaan dari rencana intervensi
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Sebelum melakukan tindakan
yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat
apakah rencana tersebut masih sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan
klien saat ini (Nursalam, 2009).Implementasi keperawatan menurut
Asmadi (2011) dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung
jawab perawat secara profesional diantaranya:
a. independen
independen implemenasi merupakan implementasi yang
diprakarsai oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi
masalahnya sesuai dengan kebutuhan.
b. Interdependen
Interdependen implementasi adalah tindakan keperawatan atas
dasar kerja sama sesame tim keperawatan atau dengan tim kesehatan
lainnya seperti dokter.
c. Dependen
Dependen implementasi adalah tindakan perawat atas dasar
rujukan dari profesi lain seperti ahli gizi, psikolog, dan sebagainnya
dalam hal pemberian nutrisi pada klien sesuai dengan diit yang telah
dibuat oleh ahli gizi.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis

keperawatan, rencana intervensi, dan implementasinya (Nursalam,

2008).

Hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan ada

tiga yaitu:

31
a. Tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standart yang telah ditentukan.
b. Tujuan tercapai sebagian jika klien menunjukkan perubahan pada
sebagian kriteria yang telah ditetapkan.
c. Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukkan sedikit
perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali serta timbul masalah
baru (Asmadi, 2008).
d. Perumusan evaluasi formatif meliputi 4 komponen yang dikenal dengan
istilah SOAP (Asmadi, 2008)
S (Subjektif): data berupa keluhan klien.
O (Objektif): data hasil pemeriksaan
A (Assasement/ analisa data): pembanding data dengan teori
P (Planning): perencanaan
Evaluasi yang diharapkan pada klien diabetes mellitus yang mengalami
gangguan integritas kulit adalah:

1) Mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal yang dapat


ditunjukkan dengan hasil nadi perifer teraba kuat dan reguler, warna
kulit disekitar luka tidak pucat/ sianosis, kulit sekitar luka teraba
hangat
2) Meningkatnya pebaikan status metabolik yang dibuktikan oleh gula
darah terkontrol
3) Terjadi proses penyembuhan luka pada kulit ditunjukkan dengan pus
pada luka berkurang, tumbuhnya jaringan granulasi, bau busuk luka
berkurang (Riyadi & Sukarmin, 2008).

32
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. D
Alamat : Kp. Gobang Rt.01/03, Ciambar
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh harian lepas
Tanggal Masuk RS : 3 Januari 2022
No. RM : 12. 2X.XX
Diagnosa Medis : DM tipe II

2. Identitas Penanggung jawab


Nama : Ny. O
Umur : 58 Tahun
Pendidikan : SD
Suku/Bangsa : Sunda
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Kp. Gobang Rt.01/03, Ciambar
Hubungan dengan Klien : Istri
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan tangan kaki kebas dan kesemutan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Kartika Cibadak pada tanggal 3 Januari
2022 pukul 12.00 WIB, dengan keluhan tangan kaki kebas dan
kesemutan sudah 1 minggu, gula darah sering naik, badan lemas dan

33
pusing. suhu 36,7oC. Saat dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil
TTV, TD : 120/70 mmHg, N: 90x/m, RR: 20x/m, S: 37,8OC, SPO2
95%.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan di keluarga orangtuanya memiliki riwayat
penyakit DM.

4. Pemeriksaan Fisik
a. KU : Sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
TD : 120/70 mmHg RR: 20x/m S: 37,8oC
N: 90x/m SpO2: 95%
d. BB : 48 kg TB : 155 cm
e. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
1) Kepala : Bentuk normal, beruban, kulit kepala bersih.
2) Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,
pengelihatan jelas tidak menggunakan alat bantu lihat.
3) Telinga: Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
4) Hidung : Tidak ada perdarahan hidung, tidak ada septum pelasiosi
5) Mulut: Mukosa mulut kering, bibir kering, tidak ada perdarahan
pada rongga mulut
6) Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kekakuan leher
tidak ada
7) Dada :
a) Sistem respirasi :
Inspeksi : Irama nafas teratur (20x/m), tidak menggunakan
bantuan retraksi dinding dada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya benjolan

34
Perkusi : Suara paru sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler
a) Sistem kardiovaskuler :
Inspeksi : Tidak tampak adanya distensi vena jugularis, CRT
<3 detik
Palpasi : Posisi apeks jantung normal, tidak menunjukan
adanya pembesaran jantung
Perkusi : Terdengar pekak
Auskultasi : Suara jantung normal (S1,S2), Irama jantung
reguler
8) Abdomen :
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tidak tampak kemerahan,
tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri dan tidak tampak luka atau lesi
Perkusi : Terdengar pekak
Auskultasi : Suara bising usus 8x/m
9) Integumen : Akral dingin, tampak berkeringat dingin, turgor kulit
<1 dtk
10) Ekstremitas : Tangan kiri terpasang infus, Bentuk ekstermitas
normal, tampak lemah, tangan dan kaki terasa kebas dan
kesemutan, saat diberikan rangsangan pada jari tangan dan kaki
terkadang tidak ada respon, akral teraba dingin, berjalan dengan
bantuan keluarga, tidak tampak menggunakan gips/traksi, tidak
ada oedema, saat di palpasi tidak terdengan suara krepitasi, tidak
ada nyeri tekan.
kekuatan otot 4 4
4 4
11) Genetalia : Jenis kelamin perempuan, tidak tercium bau, tidak ada
odema, tidak ada kelainan, dan tidak menggunakan selang kateter

35
5. Pengkajian Psikososial
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
Klien mengatakan penyakit yang diderita adalah ujian dari
Allah SWT. Klien mengatakan ikhlas dan berusaha tetap sabar
menghadapinya.
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Ekspresi klien terhadap penyakitnya tampak diam, tidak gelisah.
c. Reaksi saat interaksi
Klien tampak kooperatif saat berinteraksi dengan perawat.
Mengatakan cemas karena pasien dan keluarga mengatakan kurang
paham mengenai penyakit DM, tidak mengetahui tanda gejala dan
penyebabnya.

d. Gangguan konsep diri


Tidak terdapat gangguan konsep diri.
6. Pola Aktifitas Sehari – Hari
ADL Sebelum Masuk RS Saat dirawat di RS
a. Minum : Klien minum a. Minum : klien minum
air putih kurang lebih 2 –
3 L perhari, sering haus 600 cc/hari
di malam hari Muntah : - cc
b. Makan : Klien makan
IVFD : 1500/24 jam
3x/hari, klien
b. Makan : Klien
mengatakan sebelum
Pola Cairan dan mengatakan makan hanya
sakit klien sering
Nutrisi sedikit karena tidak nafsu
makan makanan dan
makan
minuman yang manis,
pola makan tidak
teratur, karena sering
lapar

36
a. BAB : Klien a. BAB : Klien
mengatakan BAB 1-2x mengatakan selama
perhari dirawat BAB 2x
b. BAK : Klien (400cc)

Pola Eliminasi mengatakan BAK 7–8x b. BAK : Klien


Perhari, sering BAK mengatakan selama di
RS klien BAK kira-kira
7x dalam 1 hari (700cc).
Urine berwarna kuning.

Klien mengatakan selama


Pola Istirahat dan Klien mengatakan tidur 5 –
sakit sulit untuk tidur, klien
tidur 7 jam perhari
tidur 4 – 5 jam perhari.

Klien mengatakan mandi Klien mengatakan selama


Pola Personal 2x perhari dan keramas 2 sakit klien hanya di lap
Hygiene
hari sekali (seka) saja.

Balance Cairan
IWL = 15 x BB = 15cc x 48 kg = 720 cc
Intake : parinteral obat = 100 output : BAB : 400
Minum = 600 BAK : 700
Infus = 1500 IWL Suhu : 720
AM (5 x BB) = 240 Munta : -
2.440 cc/ 24 jam 1.820cc/24 jam
BC = Intake - Output
BC = 2.440 – 1.820 = +620cc/ 24 jam

37
7. Pengkajian Spiritual
a. Sebelum sakit
Klien mengatakan sebelum sakit shalat 5 waktu dan mengaji
setelah shalat magrib.
b. Selama sakit
Klien mengatakan terkadang shalat terlewat dan tidak mengaji.
8. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 3 Januari 2022

Jenis Pemeriksaan Hasil Normal

Hematologi
- Hemoglobin
13,5 * 14,0-17,5
- Hematokrit
36,5 33 - 40
- Leukosit
9.100 4.500-11.500
- Trombosit
240.000 150.000-350.000
GDS 426 * 70 - 180

Rapid Test Covid-19 Antigen Negative Negative

Tanggal 4 Januari 2022

Jenis Pemeriksaan Hasil Normal

Gula Darah Puasa 277 * 70 – 110


Gula Darah PP 2 Jam 159 * 70 - 140
Ureum Darah 24 10 – 50

Kreatinin Darah 0,8 0,7 – 1,3

38
Tanggal 5 Januari 2022

Jenis Pemeriksaan Hasil Normal

Gula Darah Puasa 205 * 70 – 110


Gula Darah PP 2 Jam 154 * 70 - 140

9. Terapi Medis
No Nama Obat Dosis Kegunaan Kontraindikasi
1. Gabapentin 0-300-300 Untuk pelemas Pada pasien dengan riwayat
otot, mengobati alergi atau hipersensitivitas
kejang parsial terhadap gabapentin
dan nyeri
neuropatik
2. Meloxicam 2 x 15 mg Untuk Pada pasien dengan riwayat
(P.O) mengobati nyeri alergi atau hipersensitivitas
dan peradangan terhadap meloxicam
pada penyakit
reumatik dan
osteoartritis
3. Mecobalamin 2 x 500 mg Untuk Pada pasien dengan riwayat
(I.V) mengobati alergi atau hipersensitivitas
neuropati terhadap mecobalamin atau
perifer, anemia cobalt, menderita radang
megaloblastik lambung, dan pada pasien
atau glositis yang menjalani operasi
pengangkatan lambung
4. Novorapid 3 x 4 ui Untuk Pada pasien yang
membantu mengalami hipoglikemi,
memindahkan alergi atau hipersensitivitas
gula dalam terhadap komponen obat ini

39
darah menuju
jaringan tubuh
lainnya,
sehingga bisa
digunakan
sebagai sumber
energi.
5. Sansulin 1 x 10 ui Untuk Hipersensitivitas terhadap
membantu komponen obat
metabolisme
karbohidrat pada
penderita DM
tipe I dan II

40
B. Analisa Data

No Tanggal Data Fokus Problem Etiologi


1 3 Januari DS: Ketidakefektifan Perfusi DM (Usia, Obesitas, Genetik, dll)
2022 Pasien mengatakan tangan Jaringan Perifer
dan kaki sering kebas dan Peningkatan resistensi terhadap
kesemutan sudah 1 minggu insulin

DO:
Hiperglikemi
- Saat ujung kaki dan
tangan diberikan
Konsistensi darah meningkat
rangsangan kadang
tidak ada respon
Deuresis osmosis
- Akral teraba dingin
- TTV:
Sekresi cairan dan elektrolit
TD : 120/70mmHg
meningkat
N : 90x/mnt
R : 20x/mnt Hipovolemik
S : 37,8oC
SPO2 : 95% Gangguan sirkulasi darah

41
Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Perifer
2 3 Januari DS: Ketidakstabilan Kadar DM (Usia, Obesitas, Genetik, dll)
2022 Pasien mengatakan gula Glukosa Darah
darahnya sering naik Peningkatan resistensi terhadap
DO: insulin

- GDS : 426
Hiperglikemi
- Klien tampak lemas
- TTV:
Ketidakstabilan kadar glukosa
TD : 120/70mmHg
darah
N : 90x/mnt
R : 20x/mnt
S : 37,8oC
SPO2 : 95%
3 3 Januari DS: Intoleransi Aktivitas DM (Usia, Obesitas, Genetik, dll)
2022 Pasien mengatakan
badannya lemas Peningkatan resistensi terhadap
DO: insulin

42
- Klien tampak lemas
- Saat berjalan klien Banyak glukosa sel terganggu

tampak dibantu oleh


Menurunnya produksi metabolik
keluarga
- GDS : 426 Kelemahan fisik

- TTV:
Intoleransi Aktivitas
TD : 120/70mmHg
N : 90x/mnt
R : 20x/mnt
S : 37,8oC
SPO2 : 95%
4 3 Januari DS: Defisit Pengetahuan Diabetes Melitus
2022 Pasien dan keluarga
mengatakan kurang tahu Kurang Informasi
tentang penyakitnya,
penyebab dan cara Defisit Pengetahuan
mencegah nya
DO:
- Pasien dan keluarga

43
tampak bingung dan
tidak bisa menjawab
saat ditanay mengenai
penyakit yang diderita,
penyebab dan cara
pencegahannya.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d gangguan sirkulasi darah
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d hiperglikemi
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
4. Defisit pengetahuan b.d kurang informasi

44
D. Intervensi Keperawatan
Nama : Tn. D No. RM : 12. 2X.XX
Umur : 65 Tahun Dx : DM Tipe II
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan


Setelah dilakukan 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi 1. Untuk mengetahui
tindakan keperawatan perifer, edema, pengisian kapiler, apakah ada gangguan
perifer b.d suplai darah ke
selama 1x24 jam warna, suhu) pada sirkulasi perifer
kapiler menurun diharapkan 2. Identifikasi faktor risiko gangguan 2. Mengetahui penyebab
ketidakefektifan
Definisi : sirkulasi (mis. diabetes, perokok, gangguan sirkulasi
perfusi jaringan
perifer dapat orang tua, hipertensi dan kadar 3. Mencegah adanya
Penurunan sirkulasi darah pada terpenuhi dengan kolesterol tinggi) resiko infeksi
Kriteria Hasil: 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau 4. Mengetahui daerah
level kapiler yang dapat
bengkak pada ekstremitas yang terjadi
mengganggu metabolisme tubuh Tupan: 4. Monitor adanya daerah tertentu yang penurunan sirkulasi
Ketidakefektifan
hanya peka terhadap panas, dingin, darah
perfusi jaringan
perifer teratasi tajam atau tumpul 5. Memberikan
5. Informasikan tanda dan gejala darurat pemahaman pada
Tupen: yang harus dilaporkan (mis. rasa sakit pasien untuk
1. Tekanan darah yang tidak hilang saat istirahat, luka mencegah keadaan
dalam rentang tidak sembuh, hilangnya rasa) darurat
normal 6. Kolaborasi pemberian obat
2. Nadi perifer 6. Mengurangi rasa

45
teraba kesemutan dan kebas
3. Edema perifer
tidak ada
4. Tingkat sensasi
normal

2. Ketidakstabilan kadar glukosa Setelah dilakukan 1. Identifikasi kemungkinan penyebab 1. Mengetahui penyebab
tindakan keperawatan hiperglikemi
darah b.d Hipergilkemi hiperglikemi
selama 1x24 jam 2. Mencegah terjadinya
diharapkan 2. Monitor kadar glukosa darah
hipergilkemi dan
ketidakefektifan
3. Monitor tanda dan gejala hipoglikemi
perfusi jaringan
Definisi: 3. Mengetahui kondsi
perifer dapat hiperglikemia (polyuria, polydipsia,
terpenuhi dengan pasien dengan tanda
Variasi dimana kadar gula polifagia, kelemahan, malaise,
Kriteria Hasil: dan gejaka
mengalami kenaikan atau pandangan kabur, sakit kepala) hiperglikemi
penurunan dari rentang normal Tupan: 4. Edukasi menghindari olahraga saat 4. Mencegah terjadinya
Ketidakstabilan kadar
yaitu mengalami hiperglikemi kadar glukosa darah lebih dari 250 kelemahan fisik
glukosa darah teratasi
5. Agar pasien
atau hipoglikemi mg/dL
Tupen: mengetahui kadar
- Kepatuhan prilaku: 5. Edukasi monitor kadar glukosa darah glukosa darah
diet sehat secara mandiri 6. Mencegah terjadinya
- Dapat mengontrol hipergilkemi dan

46
kadar glukosa 6. Edukasi kepatuhan terhadap diet dan hipoglikemi
darah 7. Agar glukosa darah
olahraga
- Dapat mengontrol klien tetap terkontrol
stress 7. Ajarkan pengelolaan diabetes
8. Agar glukosa darah
- Dapat (penggunaan insulin, obat oral,
memanajemen dan klien tetap terkontrol
mencegah penyakit monitor asupan cairan, penggantian
semakin parah karbohidrat, dan bantuan professional
kesehatan)
8. Kolaborasi pemberian insulin
3. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh 1. Mengetahui daerah
tindakan keperawatan yang mengakibatkan kelelahan yang megalami
kelemahan fisik
selama 1x24 jam 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional kelemahan
diharapkan 3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan 2. Memantau kelelahan
ketidakefektifan
selama melakukan aktivitas fisik agar tidak
perfusi jaringan
perifer dapat 4. Sediakan lingkungan yang nyaman bertambah
terpenuhi dengan dan rendah stimulus (mis. cahaya, 3. Mempertahankan
Definisi:
Kriteria Hasil: suara, kunjungan) kenyamana pasien
Suatu keadaan seorang individu 5. Fasilitasi duduk di tempat tidur, jika 4. Mencegah terjadinya
Tupan: tidak dapat berpindah atau berjalan cidera
yang tidak cukup atau suatu Intoleransi aktivitas
6. Anjurkan tirah baring 5. Melatih otot secara
teratasi
keadaan seorang individu yang 7. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
tidak cukup mempunyai energi Tupen: bertahap 6. Agar istirahat cukup
1. Kemudahan dalam 7. Melatih kemampuan

47
fisiologis atau psikologis untuk melakukan 8. Ajarkan strategi koping untuk otot bertahap agar
aktivitas sehari – mengurangi kelelahan tidak cidera
bertahan atau memenuhi
hari meingkat 9. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang 8. Mengurangi rasa lelah
kebutuhan atau aktivitas sehari 2. Jarak berjalan cara meningkatkan asupan makanan saat latihan
meingkat
– hari yang diinginkan 9. Untuk menambah
3. Kekuatan tubuh
ekstermitas atas energi dan kekuatan
dan bawah pasien
meningkat
4. Keluhan mudah
lelah berkurang
4. Defisit pengetahuan b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan 1. Mengetahui tingkat
tindakan keperawatan menerima informasi kemampuan pasien
kurangnya informasi
selama 1x24 jam 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat 2. Mengetahui faktor
diharapkan meningkatkan dan menurunkan faktor yang
ketidakefektifan
motivasi perilaku hidup sehat mempengaruhi
perfusi jaringan
Definisi: 3. Sediakan materi dan media 3. Agar edukasi jelas dan
perifer dapat
terpenuhi dengan pendidikan kesehatan tepat
Ketiadaan atau kurang informasi
Kriteria Hasil: 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan 4. Kontrak waktu sangat
kognitif yang berkaitan dengan sesuai kesepakatan penting untuk
Tupan: 5. Berikan kesempatan untuk bertanya
topik tertentu dengan tidak membangun trust
Defisit pengetahuan
6. Edukasi pasien mengenai penyakit 5. Untuk mengeksplor
menunjukan respon, perubahan teratasi
DM, mulai dari pengertian, penyabab, pengetahuan pasien
atau pola disfungsi manusia, tanda gejala dan cara mencegah
Tupen: 6. Agar pasien tidak
tetapi lebih sebagai suatu - Klien paham kurang informasi
tentang mengenai penyakit

48
etiologi atau faktor penunjang penyakitnya yang dideritanya
- Mampu
yang dapat menambah suatu
menjelaskan
variasi respon. tentang tanda
gejala, penyebab
dan cara
mencegah

49
E. Implementasi Keperawatan
Nama : Tn. D No. RM : 12. 2X.XX
Umur : 65 Tahun Dx : DM Tipe II
Tanggal Diagnosa Jam Impelementasi Evaluasi TTD

3 Januari Ketidakefektifan 15. 00 1. Memeriksa sirkulasi perifer, S: Zr. Erma


2022 perfusi jaringan WIB edema, pengisian kapiler, Pasien mengatakan tangan dan kaki sering
warna, suhu)
perifer b.d suplai kebas dan kesemutan sudah 1 minggu
15.05 2. Mengidentifikasi faktor
darah ke kapiler WIB risiko gangguan sirkulasi O:
menurun (mis. diabetes, perokok, - Saat ujung kaki dan tangan diberikan Zr. Erma
orang tua, hipertensi dan
rangsangan kadang tidak ada respon
kadar kolesterol tinggi)
15.10 - Akral teraba dingin
3. Memonitor panas,
WIB kemerahan, nyeri, atau - TTV:
bengkak pada ekstremitas TD : 120/70mmHg
15.20
4. Memonitor adanya daerah
WIB N : 90x/mnt
tertentu yang hanya peka
terhadap panas, dingin, R : 20x/mnt
tajam atau tumpul S : 37,8oC
5. Menginformasikan tanda
SPO2 : 95%
dan gejala darurat yang

50
15.15 harus dilaporkan (mis. rasa A: Ketidakefektifan perfusi jaringan Zr. Erma
WIB sakit yang tidak hilang saat perifer belum teratasi
istirahat, luka tidak sembuh,
P:
hilangnya rasa)
6. Mengkolaborasi pemberian 1. Monitor adanya daerah tertentu yang
15.20 obat hanya peka terhadap panas, dingin,
tajam atau tumpul
R/ Pasien mengatakan jari tangan dan
kaki masih kebas dan tidak berasa
2. Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan (mis. rasa sakit
Zr. Erma
yang tidak hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya rasa)
R/ Pasien mengatakan paham apa yang
diinformasikan oleh perawat
3. Kolaborasi pemberian obat
Mecobalamin 2 x 500mg (I.V),
Gabapentin 0-300-300 (P.O) dan
meloxicam 2x1 (P.O)
R/ Tidak ada alergi

51
3 Januari Ketidakstabilan 16. 00 1. Identifikasi kemungkinan S:
2022 kadar glukosa darah WIB penyebab hiperglikemi Pasien mengatakan gula darahnya sering
b.d Hipergilkemi 2. Monitor kadar glukosa naik
darah O:
3. Monitor tanda dan gejala 1. GDS : 426
hiperglikemia (polyuria, 2. Klien tampak lemas
polydipsia, polifagia, 3. TTV:
kelemahan, malaise, TD : 120/70mmHg
pandangan kabur, sakit N : 90x/mnt
kepala) R : 20x/mnt
4. Edukasi menghindari S : 37,8oC
olahraga saat kadar glukosa SPO2 : 95%
darah lebih dari 250 mg/dL A: Ketidakstabilan kadar glukosa darah
5. Edukasi monitor kadar belum teratasi
glukosa darah secara P:
mandiri - Monitor kadar glukosa darah
6. Edukasi kepatuhan terhadap R/ Cek GDPGD2PP tiap hari selama
diet dan olahraga ranap

52
7. Ajarkan pengelolaan - Monitor tanda dan gejala
diabetes (penggunaan hiperglikemia (polyuria, polydipsia,
insulin, obat oral, monitor polifagia, kelemahan, malaise,
asupan cairan, penggantian pandangan kabur, sakit kepala)
karbohidrat, dan bantuan R/ Saat dikaji pasien mengatakan
professional kesehatan) sering haus, sering lapar, sering
8. Kolaborasi pemberian BAK, dan lemas
insulin - Edukasi kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
R/ Penkes tentang DM tanggal 4
januari 2022
- Ajarkan pengelolaan diabetes
(penggunaan insulin, obat oral,
monitor asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan professional
kesehatan)
R/ Pasien mengerti, karena
sebelumnya di rumah menggunakan
insulin secara mandiri

53
- Kolaborasi pemberian insulin
R/ Mendapatkan terapi insulin 1x10
ui dan Novorapid 3x4 ui

3 Januari Intoleransi aktivitas 17.00 1. Mengidentifikasi gangguan S: Zr. Erma


2022 b.d kelemahan fisik WIB fungsi tubuh yang Pasien mengatakan badannya lemas
mengakibatkan kelelahan
O:
2. Memonitor kelelahan fisik
Zr. Erma
dan emosional - Klien tampak lemas
3. Memonitor lokasi dan - Saat berjalan klien tampak dibantu
ketidaknyamanan selama
oleh keluarga
melakukan aktivitas
4. Menyediakan lingkungan - GDS : 426
yang nyaman dan rendah - TTV:
stimulus (mis. cahaya, suara,
TD : 120/70mmHg
kunjungan)
5. Memfasilitasi duduk di N : 90x/mnt
tempat tidur, jika tidak dapat R : 20x/mnt
berpindah atau berjalan S : 37,8oC
6. Menganjurkan tirah baring
7. Mengedukasi untuk SPO2 : 95%
melakukan aktivitas secara A: Intoleransi aktivitas belum teratasi Zr. Erma
bertahap P:

54
8. Mengajarkan strategi koping 1. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
untuk mengurangi kelelahan selama melakukan aktivitas
17.20 9. Mengolaborasikan dengan Zr. Kristin
R/ Klien mengatakan ditangan dan
WIB ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan kaki lemas
makanan 2. Edukasi untuk melakukan aktivitas
secara bertahap
R/ Klien mengerti dan melalukan
aktivitas fisik sehari kurang lebih 10
menit dan terus meningkat setiap
harinya
3. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
R/ Klien melakukan relaksasi nafas
dalam dan istirahat disaat mulai
lelah
3 Januari Defisit pengetahuan 19. 00 1. Mengidentifikasi kesiapan S: Zr. Kristin
2022 b.d kurangnya WIB dan kemampuan menerima Pasien dan keluarga mengatakan kurang
informasi
informasi tahu tentang penyakitnya, penyebab dan
2. Mengidentifikasi faktor-
faktor yang dapat cara mencegah nya
meningkatkan dan O: Zr. Kristin
menurunkan motivasi

55
perilaku hidup sehat - Pasien dan keluarga tampak bingung
3. Menyediakan materi dan dan tidak bisa menjawab saat ditanya
media pendidikan kesehatan
mengenai penyakit yang diderita,
4. Menjadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai penyebab dan cara pencegahannya.
kesepakatan A: Defisit pengetahuan belum teratasi Zr. Kristin
5. Memerikan kesempatan
1. Sediakan materi dan media
untuk bertanya
pendidikan kesehatan
6. Mengedukasi pasien
R/ Perawat menyiapkan leaflet Zr. Erma
mengenai penyakit DM,
tentang DM
mulai dari pengertian,
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
penyabab, tanda gejala dan
sesuai kesepakatan
cara mencegah
R/ Kontrak waktu dengan pasien
pada tgl 4 Januari 2022
3. Berikan edukasi kepada pasien untuk
bertanya disaat penkes yang akan
datang
R/ pasien mengerti
4. Edukasi pasien mengenai penyakit
DM, mulai dari pengertian,
penyabab, tanda gejala dan cara
mencegah
R/ Penkes mengenai DM di
pertemuan yang akan datang

56
F. Catatan Perkembangan
Tanggal Diagnosa Catatan Perkembangan

4 Januari Ketidakefektifan perfusi S:


2022 jaringan perifer b.d suplai Pasien mengatakan tangan dan kaki sering kebas dan kesemutan sudah 1
darah ke kapiler menurun minggu tetapi sudah berkurang
O:
- Saat ujung kaki dan tangan diberikan rangsangan sudah mulai dapat
merasakan samar samar
- Akral teraba dingin
- TTV:
TD : 120/70mmHg
N : 84x/mnt
R : 19x/mnt
S : 36,8oC
SPO2 : 97%
A: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

57
I:
1. Mengobservasi TTV dan KU
KU: Sedang Kes: Cm IVFD: NS/8jam
TD : 120/70mmHg
N : 84x/mnt
R : 19x/mnt
S : 36,8oC
SPO2 : 97%
2. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas,
dingin, tajam atau tumpul
R/ Pasien mengatakan jari tangan dan kaki mulai merasakan
rangsangan terhadap benda tajam dan tumpul
3. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis. rasa
sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya
rasa)
R/ Pasien mengatakan paham apa yang diinformasikan oleh perawat
4. Kolaborasi pemberian obat Mecobalamin 2 x 500mg (I.V), Gabapentin
0-300-300 (P.O) dan meloxicam 2x1 (P.O)
R/ Tidak ada alergi
E: Kebas dan kesemutan berkurang

58
4 Januari Ketidakstabilan kadar S:
2022 glukosa darah b.d Pasien mengatakan gula darahnya sering naik
Hipergilkemi O:
- GDP: 277
GD2PP: 159
- Klien tampak lemas
- TTV:
TD : 120/70mmHg
N : 84x/mnt
R : 19x/mnt
S : 36,8oC
SPO2 : 97%
A: Ketidakstabilan kadar glukosa darah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
I:
- Monitor kadar glukosa darah
R/ Cek GDPGD2PP tiap hari selama ranap
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (polyuria, polydipsia,
polifagia, kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala)

59
R/ Saat dikaji pasien mengatakan sering haus, sering lapar, sering
BAK, dan lemas berkurang
- Edukasi kepatuhan terhadap diet dan olahraga
R/ Pasien paham tentang kepatuhan diet dan olahraga setelah penkes
- Kolaborasi pemberian insulin
R/ Mendapatkan terapi insulin 1x10 ui dan Novorapid 3x4 ui, tidak
ada alergi
E: Kadar glukosa darah sudah turun
4 Januari Intoleransi aktivitas b.d S:
2022 kelemahan fisik Pasien mengatakan lemasnya berkurang, jalan ke kamar mandi tidak perlu
dibantu keluarga lagi
O:
- Klien tampak lemas
- Saat berjalan klien tampak dibantu oleh keluarga
- GDS : 426
- TTV:
TD : 120/70mmHg
N : 84x/mnt
R : 19x/mnt

60
S : 36,8oC
SPO2 : 97%
A: Intoleransi aktivita teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
I:
1. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
R/ Klien mengatakan ditangan dan kaki masih sedikit lemas
2. Edukasi untuk melakukan aktivitas secara bertahap
R/ Klien mengerti dan melalukan aktivitas fisik sehari kurang lebih
15 menit dan terus meningkat setiap harinya
3. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
R/ Klien melakukan relaksasi nafas dalam dan istirahat disaat mulai
lelah
E: Lemas berkurang
4 Januari Defisit pengetahuan b.d S:
2022 kurangnya informasi Pasien dan keluarga mengatakan kurang tahu tentang penyakitnya,
penyebab dan cara mencegah nya
O:
- Pasien dan keluarga tampak bingung dan tidak bisa menjawab saat

61
ditanya mengenai penyakit yang diderita, penyebab dan cara
pencegahannya.
A: Defisit pengetahuan teratasi
P: Intervensi dihentikan
I: -
E: -
5 Januari Ketidakefektifan perfusi S:
2022 jaringan perifer b.d suplai Pasien mengatakan tangan dan kaki sudah tidak kebas dan kesemutan,
darah ke kapiler menurun sudah dapat merasakan rangsangan panas, dingin, benda tajam dan tumpul
O:
- Saat ujung kaki dan tangan diberikan rangsangan sudah dapat
merasakan panas, dingin, benda tajam dan tumpul
- TTV:
TD : 120/80mmHg
N : 82x/mnt
R : 19x/mnt
S : 36,9oC
SPO2 : 97%
A: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer teratasi

62
P: Intervensi dihentikan, pasien pulang
I: -
E: -
5 Januari Ketidakstabilan kadar S:
2022 glukosa darah b.d Pasien mengatakan gula darahnya mulai membaik
Hipergilkemi O:
- GDP: 205
GD2PP: 154
- TTV:
TD : 120/80mmHg
N : 82x/mnt
R : 19x/mnt
S : 36,9oC
SPO2 : 97%
A: Ketidakstabilan kadar glukosa darah teratasi sebagian
P: Intervensi dihentikan, pasien pulang
I:
- Edukasi pada pasien untuk kontrol setiap bulan
- Edukasi pada pasien untuk cek gula darah secara berkala

63
- Eduksi pada pasien diet sehat saat di rumah
E: Paien mengatakan paham dengan apa yang dijelaskan oleh perawat

64
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan pendekatan sistematik dari
pengumpulan, verifikasi dan komunikasi tentang data pasien. Fase proses
keperawatan ini terdiri dari dua bagian, yaitu data primer (pasien) , dan sumber
sekunder (keluarga pasien dan tenaga kesehatan) dan penggunaan analisis data
sebagai dasar untuk penentuan diagnosa keperawatan, sehingga dengan adanya
pengkajian yang tepat dapat menentukan langkah berikutnya. (Wilkinson, 2014)
Secara umum data yang ditemukan pada Tn.D tidak jauh berbeda dengan
data fokus dalam teori. Namun masih ada beberapa data yang tidak sama dengan
teori. Pembahasannya adalah sebagai berikut : Keluhan utama Pada Tn. D adalah
tangan dan kaki merasa kebas sudah 1 minggu, dan lemas. Menurut Riyadi dan
Sukarmin penderita biasanya datang dengan keluhan menonjol badan terasa
sangat lemas, penglihatan yang kabur, disertai dengan kelemahan otot tungkai
bawah. Meskipun banyak keluhan banyak kencing (poliuri) kadang penderita
belum tahu kalau salah satu tanda penyakit diabetes mellitus.
Riwayat penyakit dahulu, Pada Tn. D adalah DM, tekanan darah 120/70
mmHg. Pasien mengatakan sebelum sakit pola makan tidak terarur karena sering
lapar, sering haus, seing BAK dan mengonsumsi minuman dan makanan manis.
Hal ini dibenarkan oleh teori Tandra (2013) tentang manifsetasi DM yaitu :
banyak kencing (poliuri), rasa haus (polidipsi), banyak makan (polifagi), rasa
seperti flu dan lemas, sering kesemutan.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan
objektif yang telah diperoleh melalui pengkajian. Diagnosa keperawatan ini
dapat digunakan sebagai keputusan klinik yang mencakup respon klien, keluarga
dan komunitas terhadap sesuatu yang berpotensi sebagai masalah kesehatan.
Pada studi kasus ini penulis mengangkat diagnosa keperawatan: ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah keperifer, ketidakstabilan

65
kadar glukosa darah b.d Peningkatan resistensi terhadap insulin, intoleransi
aktivitas b.d kelemahan fisik, defisit pengetahuan b.d kurang informasi
Pada Tn. D penulis menemukan pasien mengalami kebas, kesemutan,
gula darah sering naik dan lemas. Menurut Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2008)
hal ini biasanya terjadi pada pasien DM.
C. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan untuk perilaku
spesifik dari tindakan yang akan dilakukan oleh perawat. Dari diagnosa yang
muncul, selanjutnya dibuat rencana keperawatan sebagai langkah untuk
melakukan tindakan pemecahan masalah keperawatan berdasarkan diagnosa
keperawatan.
Menurut SDKI (2016), Intervensi yang dilakukan adalah periksa
sirkulasi perifer, identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi, monitor panas,
kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas, monitor adanya daerah
tertentu yang hanya peka terhadap panas, dingin, tajam atau tumpul,
informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan dan kolaborasi
pemberian obat.
Dalam kasus ini, intervensi keperawatan yang diberikan pada Tn. D
sesuai dengan SDKI tahun 2016.
D. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan kepada
pasien sesuai dengan inervensi keperawatan yang telah ditetapkan, sehingga
kebutuhan pasien tersebut dapat terpenuhi. Implementasi keperawatan adalah
langkah keempat dalam proses asuhan keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang telah ditentukan.
Menurut SDKI (2016), Implementasi yang dilakukan adalah memeriksa
sirkulasi perifer, mengidentifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi, memonitor
panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas, memonitor adanya
daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas, dingin, tajam atau tumpul,
menginformasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan dan
mengkolaborasi pemberian obat.

66
Dalam kasus ini, intervensi keperawatan yang diberikan pada Tn. D
sesuai dengan SDKI 2016.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi
dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses keperawatan. evaluasi mengacu
pada penilaian, tahapan dan perbaikan.pada tahap ini, perawat menemukan
penyebab mengapa suau proses keperawatan dapat berhasil atau gagal.(Alfaro-
Lefevre, 1994 dalam Deswani, 2009).
Dari evaluasi yang dilakukan selama 3 hari didapatkan hasil pasien
mengatakan sudah tidak kebas dan kesemutan, kadar glukosa darah mulai
membaik dan lemas berkurang. TD : 120/80, N : 84 x/m, RR : 19x/m, S : 36,80c

67
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari dan melakukan
pengkajian kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada pengkajian yang dilakukan terhadap Tn. D didapatkan hasil pasien
mengatakan kaki dan tangan sering kebas dan kesemutan sudah 1 minggu, kadar
glukosa darah sering naik, badan lemas dan pusing.
2. Diagnosa yang muncul pada kasus Tn. D yaitu: ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer b.d penurunan sirkulasi darah keperifer, ketidakstabilan kadar glukosa
darah b.d Peningkatan resistensi terhadap insulin, intoleransi aktivitas b.d
kelemahan fisik, defisit pengetahuan b.d kurang informasi
3. Tindakan keperawatan dari diagnosa keperawatan pada Tn. D adalah periksa
sirkulasi perifer, identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi, monitor panas,
kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas, monitor adanya daerah tertentu
yang hanya peka terhadap panas, dingin, tajam atau tumpul, informasikan tanda
dan gejala darurat yang harus dilaporkan dan kolaborasi pemberian obat.
4. Dari diagnosa pertama, kedua dan ketiga menunjukkan hasil bahwa pasien
mengatakan sudah tidak kebas dan kesemutan, kadar glukosa darah mulai
membaik dan lemas berkurang. TD : 120/80, N : 84 x/m, RR : 19x/m, S : 36,80c.
B. Saran
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. D dengan DM
Tipe II di IRNA 4B RS Kartika Cibadak dan kesimpulan yang telah penulis susun
seperti diatas, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. untuk pasien diharapkan dapat menerapkan pola hidup sehat dan rutin periksa
kesehatan di fasilitas kesehatan agar dapat dicegah dan diobati sedini mungkin
penyakitnya.

68
2. Dalam pemberian asuhan keperawatan perlu adanya keikutsertaan keluarga
karena keluarga merupakan orang terdekat pasien yang tahu akan
perkembangan dan kebiasaan pasien.
3. Dalam memberikan implementasi tidak harus sesuai dengan apa yang terdapat
pada teori, akan tetapi harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien
serta menyesuaikan dengan kebijakan dari rumah sakit.
4. Perawat sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan pasien
sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar mampu
merawat pasien secara komprehensif dan optimal. Dan perawat juga harus
bekerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, psikiatri dan pekerja
sosial) dalam melakukan perawatan atau penanganan pasien dengan DM Tipe
II.
5. Rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan diharapkan mampu memberikan
pelayanan yang maksimal mulai dari pendidikan kesehatan, pencegahan
pengobatan dan pemulihan pada pasien.

69
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. (2020). Introduction: Standars of Medical Care in
Diabetes.

Boonsatean, W., Rosner, I. D., Carisson, A., & Ostman, M. (2016). The Influences of
Income and Education on the Illness Perception and Self-Management of Thai
Adults with Type 2 Diabetes. Diabetes & Metabolic Disorders, 3(2), 1–8.
Brashers, L. V. (2010). Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan dan Manajemen ed
2. Jakarta : EGC
IDF. (2020). About Diabetes. Retrieved from https://www.idf.org/aboutdiabetes/what-is-
diabetes.html
Nurafif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-NOC. (3, Ed.). Jogjakarta: Mediaction Publishing.
Riskesdas. (2013). InfoDATIN Hari Diabetes Sedunia 2013.

Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rustama, D.S., dkk. (2010). Diabetes Mellitus Dalam: Jose RL Batubara, dkk
Endokrinologi Anak Edisi I. Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
Tandra, H. (2014). Strategi Mengalahkan KOMPLIKASI DIABETES dari Kepala
Sampai Kaki. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

70
LAMPIRAN

Nama : Erma Nurmawati, A.md, Kep


NIK : KC.2012.582
Tanggal Uji Klinis : 4 Januari 2022
Ruang : IRNA 4B
Praktek Memberikan terapi Novorapid 4 ui

1
Nama : Erma Nurmawati, A.md, Kep
NIK : KC.2012.582
Tanggal Uji Klinis : 4 Januari 2022
Ruang : IRNA 4B
Praktek : Memberikan penkes tentang DM

Anda mungkin juga menyukai