OLEH:
SAFIRA STEPHANI WATANIA
16 15 0097
Diajukan
untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
Pendidikan Program Diploma III Keperawatan
OLEH:
SAFIRA STEPHANI WATANIA
16150097
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing I Pembimbing II
Dwi Yogo Budi Prabowo, S. kep., Ns., M.Kep Jerry Pandelaki, S.Kep., Ns
APRIL 2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus. Atas berkat
dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan pre Karya Tulis
Ilmiah (pre KTI) dengan judul Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Diabetes
Mellitus Tipe II.
Adapun maksud dan tujuan penulis dalam menyusun pre KTI ini adalah
untuk memenuhi tugas akhir yang merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan program studi diploma III keperawatan di Akademi Keprawatan
Rumkit Tk III Manado.
Dalam penulisan pre KTI ini, banyak sekali hambatan dan kesulitan yang
dialami penulis, tapi puji Tuhan penulis selalu diberikan jalan lewat bimbingan
dan arahan serta dukungan dari kedua orangtua yang telah membantu penulis
dalam penyusunan ini baik secara moril dan materil. Untuk itu penulis sangat
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan pre
KTI ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan pre KTI ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun
dari para pembaca untuk penyempurnaan pre KTI ini.
Manado,April 2019
Penulis
Safira S. Watania
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................III
DAFTAR ISI..........................................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................V
DAFTAR TABEL..................................................................................................VI
BAB IPENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................1
B. Ruang Lingkup.................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..............................................................................3
D. Manfaat Penulisan............................................................................3
E. Metode Penulisan.............................................................................4
F. Sistematika Penulisan......................................................................5
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan pre Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tentang asuhan keperawatan dengan
diabetes mellitus tipe II
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menerapkan asuhan keperawatan mulai pengkajian,
diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi pada
pasien dengan diabetes mellitus tipe II
b. Untuk diketahui kesenjangan antara teori dan praktek dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus tipe
II
c. Untuk ditemukan faktor penunjang dan faktor penghambat dalam
penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes
mellitus tipe II
D. Manfaat Penulisan
Penulisan pre Karya Tulis Ilmiah ini akan memiliki beberapa manfaat
yaitu:
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan yang dapat di manfaatkan untuk perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif pada
pasien dengan diabetes mellitus tipe II
2. Bagi institusi pendidikan
Untuk menambah kepustakaan dan sumber bacaan bagi mahasiswa
sehingga dapat dijadikan bahan diskusi dalam proses pembelajaran
3. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta mengaplikasikan
tentang asuhan keperawatan dengan diabetes mellitus tipe II
4. Bagi pasien
Untuk menambah pengetahuan tentang pentingnya perawatan diabetes
mellitus tipe II serta penerapan pola hidup yang sehat setiap hari
E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang akan di gunakan adalah:
1. Wawancara
Menurut Fitrah & Luthfiyah (2017), wawancara merupakan teknik
pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan secara lisan
responden terutama untuk responden yang tidak dapat membaca atau
sejenis pertanyaan yang memerlukan penjelasan dari pewawancara.
Pada metode pewawancara ini, komunikasi timbal balik dilakukan
pada pasien, perawat-perawat dan keluarga pasien yang dapat
memberikan informasi mengenai penyakit diabetes mellitus tipe II.
Metode yang akan dilakukan dengan mengadakan kontak mata secara
langsung dengan pasien, keluarga pasien, dan perawat-perawat yang
ada diruangan, yang dapat memberikan informasi tentang pasien.
2. Pemeriksaan fisik
Menurut Fitrah & Luthfiyah (2017), observasi merupakan metode
pengumpulan data tang dilakukan dengan cara mengamati dan
mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Observasi
hakikatnya bentuk dari kegiatan dengan menggunakan panca indra
untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Pada metode observasi
ini, akan dilakukan pada klien selama 3 hari dengan menggunakan
pengamatan langsung melalui pengkajian fisik yaitu diantaranya
inspeksi, palpasi, perkusi dan aukultasi.Pemeriksaan fisik yang akan
dilakukan pada pasien selama tiga hari mulai dari pengkajian sampai
pada evaluasi.
3. Dokumentasi
Menurut Fitrah & Luthfiyah (2017), dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variasi yang berupa catatan, buku, surat kabar,
notulen, raport dan lain-lain. Dokumen yang diperlukan adalah
dokumen yang relevan dan dibutuhkan untuk melengkapi data. Dalam
metode ini, penulis menggunakan berbagai sumber catatan medis serta
hasil pemeriksaan penunjang untuk membahas tentang diabetes
mellitus tipe II.Akan dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai
diabetes mellitus tipe II.
4. Kepustakaan
Menurut Fitrah & Luthfiyah (2017), kepustakaan merupakan metode
untuk mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti oleh peneliti. Dalam metode ini, penulis
menggunakan literatur yang ada kaitannya dengan judul diabetes
mellitus tipe II.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan pre Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 2 Bab yang
disusun secara sistematika sebagai berikut:
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh penurunan
kadar hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas yang
mengakibatkan meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Penurunan
ini mengakibatkan glukosa yang dikonsumsi oleh tubuh tidak dapat
diproses secara sempurna sehingga konsentrasi glukosa dalam darah
akan meningkat. Diabetes Mellitus terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu
diabetes mellitus tipe I, diabetes mellitus tipe II, diabetes mellitus
sekunder dan diabetes mellitus gestasional. Diabetes mellitus adalah
gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat,
jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis
dan penyakit vascular mikroangiopati.
Diabetes mellitus adalah kelainan pada seseorang yang ditandai
dengan naiknya kadar glukosa di dalam darah (hiperglikemia) yang di
akibatkan oleh kerusakan insulin. Diabetes mellitus adalah penyakit
metabolik yang kebanyakan herediter dan tanda-tanda hiperglikemia
dan glukosaria yang disertai dengan ada atau tidak adanya gejala klinik
akut ataupun kronik. (Brunner & Suddarth, 2015).
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang umumnya terjadi
pada dewasa yang membutuhkan supervisi medis berkelanjutan dan
edukasi perawatan mandiri pada pasien. Diabetes mellitus tipe II
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya. Diabetes mellitus tipe II adalah penyakit
ganguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat
penurunan sekeresi insulin oleh sel beta pankreas dan gangguan fungsi
insulin (resistensi insulin). Resistensi insilun adalah turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa ke hati
sehingga glukosa tidak dapat masuk kedalam sel dan akhirnya
tertimbun dalam peredaran darah. (Priscilia L & Karen, 2016).
Diabetes mellitus tipe II biasanya terjadi pada usia dewasa,
biasanya terjadi pada usia 45 tahun, tetapi bisa pula timbul pada usia di
atas 20 tahun. Kejadian diabetes mellitus tipe II pada wanita lebih
tinggi dari pada laki-laki. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes
karena secara fisik wanita mempunyai peluang peningkatan indeks
masa tubuh yang lebih besar. Seringkali diabetes mellitus tipe II
didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah komplikasi
muncul sehingga insidensinya sekitar 90% dari penderita diabetes
mellitus di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari
memburuknya faktor resiko seperti kelebihan berat badan dan
kurangnya aktifitas fisik. (WHO 2014)
2. Klasifikasi
Penyakit diabetes mellitus tipe II sering terjadi karena tubuh tidak
memproduksi homon insulin yang mencukupi atau karena insulin tidak
dapat digunakan dengan baik, (resistensi insulin). Tipe penyakit
diabetes ini merupakan yang terbanyak diderita saat ini (90-95%),
sering terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 40 tahun, gemuk
dan mempunyai riwayat penyakit diabetes dalam keluarga. Penyebab
dari penyakit diabetes tipe II ini adalah insulin tidak dapat direspon
dengan baik oleh sel-sel tubuh. Sel-sel tubuh tidak mau menerima
glukosa yang dibawah insulin. Resistensi insulin yang akhirnya
menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Lemak yang berlebihan pada orang obesitas yang mengakibatkan
terganggunya kerja insulin. Terbukti sebagian besar pasien diabetes
mellitus tipe II memiliki berat badan diatas normal. Oleh karena itu
dalam pengobatannya sangat mementingkan penerapan diet yang tepat
untuk mengurangi jumlah lemak yang menumpuk dalam tubuh dan
juga mampu membantu pasien terhindar dari komplikasi.
Efek dari diabetes mellitus tipe II sama dengan diabetes mellitus
tipe I, kadar gula dalam darah sama-sama meningkat dan sel-sel tubuh
kekurangan energi. Kadar gula darah yang terus-menerus tinggi bisa
merusak pembuluh darah dan saraf, dan seringkali menyebabkan
komplikasi seperti jantung, stroke, kebutaan, penyakit ginjal, dan
amputasi. (TIM, B.M, 2017)
4. Etiologi
Diabetes Mellitus disebut dengan the silent killer karena
penyakitinidapatmengenai semua organ tubuh dan menimbulkan
berbagai macam keluhan. Diabetes mellitus merupakan penyakit yang
disebabkan oleh adanya kekurangan insulin secara relative maupun
absolut.
Defisiensi insulin dapat terjadi melalui tiga jalan, yaitu:
a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat
kimia, dll)
b. Desentitas atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas
c. Desentitas atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer
5. Patofisiologi
Dalam patofisiologi diabetes mellitus tipe II beberapa keadaan yang
berperan yaitu:
a. Resistensi insulin
Diabetes mellitus tipe II bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi
insulin, namun karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak
mampu merespon insulin secara normal. Keadaa ini lazim disebut
sebagai “resistensi insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi akibat
dari obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta penuaan
b. Disfungsi sel B pankreas
Pada awal perkembangan diabetes mellitus tipe II, sel B
menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya
sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila
tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan selanjutnya akan
terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas
akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan
defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin
eksogen. Pada penderita diabetes mellitus tipe II memang
umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resitensi insulin
dan defisiensi insulin.
Resistensi Insulin
8. Komplikasi
a. Akut
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi karena pemakaian obat-obat diabetic yang
melebihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan
glukosa dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar
difasilitasi untuk masuk kedalam sel.
2) Ketoadisodis diabetic
Komplikasi diabetes yang terjadi ketika gula darah tidak cukup
terkontrol dan menimbulkan poliuria dan dehidrasi, mual
muntah, yang memperparah dehidrasi sel, kadar kalium total
tubuh turun, dan bau buah pada nafas. Jika tidak diobati,
kondisi ini akan menyebabkan kematian.
3) Hiperglikemik hyperosmolar non ketik (HHNK)
Komplikasi ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intra
sel dan ekstra sel karena banyak di ekresi lewat urine.
b. Kronis
a. Mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata)
Terjadi penebalan membran basal pada pembuluh-pembuluh
darah kecil yang berkaitan dengan tingginya kadar glukosa
darah, sehingga mengakibatkan penyakit ginjal atau nefropati
diabetika dan retinopati diabetika atau kerusakan pada mata.
Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskular pada struktur
dan fungsi ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis
ginjal. Tubulus dan glomerulus penyakit ginjal dapat
berkembang dari proteinuria ke ginjal
Retinopati terjadi akibat adanya perubahan dalam retina karena
penurunan protein dalam retina. Penurunan ini dapat berakibat
gangguan dalam penglihatan.
b. Makrovaskular
Komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang lebih
besar, sehingga menyebabkan aterosklerosis.
c. Neuropati
Neuropati adalah perubahan metabolic yang mengakibatkan
fungsi sensorik dan motoric saraf menurun. Kehilangan sensori
mengakibatkan penurunan persepsi nyeri (Mulianti 2017)
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Terapi obat tidak di berikan pada semua penderita diabetes.
Namun, hanya di berikan pada penderita diabetes yang gagal dalam
mengontrol gula darahnya setelah menerapkan diet untuk diabetes
dan olah raga teratur. Mayoritas penderita diabetes dapat
mengontrolkadar gula darahnya dengan menerapkan gaya hidup
sehat. Namun, jika tidak bisa maka satu-satunya jalan adalah
memberikan obat diabetes. Terapi obat untuk penderita diabetes di
bagi menjadi 2, yaitu obat hipoglikemik oral dan insulin.
1) Obat Hipoglikemik Oral
Tujuan dari pemberian obat hipoglikemik oral (OHO) ini untuk
menormalkan gula darah, menghilangkan gejala, dan mencegah
terjadinya komplikasi. Obat ini lebih utama di gunakan untuk
penderita diabetes tipe 2 ringan hingga sedang. Obat ini baru
diberikan jika gula darah penderita masih di atas 200mg/dl
setelah menerapkan diet untuk diabetes dan olah raga secara
teratur selama 1-2 bulan. Walaupum sudah meminum obat
hipoglikemik oral, bukan berarti penderita meninggalkan olah
raga dan diet yang telah ditentukan. Obat ini hanya membantu
untuk menurunkan kadar gula darah kembali normal.
Penentuan jenis obat hipoglikemik oral yang di gunakan ini
dapat hanya satu ataupun di kombinasikan. Tergantung dari
tingkat keparahan diabetes yang di derita, komplikasi, serta
kondisi kesehatan ataupun penyakit lainnya. OHO di bagi
menjagi 4 golongan yakni: sulfonylurea, Glinid, Biguanid,
Tiazolidindion, Acarbose, inhibitor alfa glukosidase, dan
insulin sensitizing
2) OHA yang biasa di gunakan di Indonesia adalah Metformin 2-
3x500mg dalam sehari. Metformin termasuk kedalam golongan
biguanid. Metformin berfungsi menurunkan gula darah dengan
meningkatkan sensifitas insulin sehingga dapat berfungsi
kembali. Selain itu, metformin juga menekan produksi gula
darah dari hati.
3) Golongan tiazolindindion juga mampu menaikkan sensivitas
insulin kembali. Obat golongan ini bekerja dengan
meningkatkan jumblah protein yang membawa glukosa ke
dalam sel dan jaringan tubuh. Obat golongan ini di berikan
kapan saja pemberiannya tidak tergantung pada jadwal makan
penderita.
4) Golongan sulfonilurea berfungsi memicu produksi insulin.
Golongan ini di utamakan untuk penderita diabetes dengan
berat badan normal atau kurang. Obat golongan sulfunilurea di
berikan 15-30 menit sebelum makan. Dosis yang di berikan
pada awal pengobatan sebaiknya setengah tablet sehari.
Apabila di perlukan dosis dapat dinaikkan menjadi 1-2 tablet
sehari.
5) Ada golongan glinid yang mampu memicu produksi insulin.
Golongan glinid yang mampu mampu memicu produksi
insulin. Golongan glinid sangat baik untuk menormalkan kadar
gula darah yang naik setelah makan. Obat golongan glinid di
berikan sesaat sebelum makan.
6) Golongan acarbose berfungsi mengurangi jumlah gukosa yang
di serap oleh usus halus. Obat dari golongan ini tidak
memberikan efek samping hipoglikemia, namun dapat
menimbulkan rasa kembung dan buang angin. Golongan
acarbose di berikan bersamaan dengan suapan pertama kali
makan.
7) Insulin
Diabetes militus terjadi karena adanya masalah dalam insulin,
baik karena jumblah dalam darah yang kurang maupun karena
resisten urin. Insulin merupakan salah satu bentuk protein
tubuh yang berfungsi mengantar gula darah masuk kedalam sel
tubuh untuk di jadikan energi, meningkatkan pembentukan
glikogen di dalam hati, mencegah penguraian glikogen menjadi
glukosa, merangsang pembentukan protein dan lemak dari
glukosa, serta meningkatkan penguraian glukosa secara
oksidatif. Insulin di berikan dengan menggunakan jarum
suntik.
b. Penatalaksanaan nutrisi
Salah satu factor utama penyebab terjadinya diabetes adalah
pola makan yang salah. makan dalam porsi yang besar, terlalu
banyak ngemil, melewati sarapan, makan terlalu malam. Pola
makan tersebut menyebabkan berat badan berlebih dan gula
darah menjadi naik. Kenyataannya, sebagian besar penderita
diabetes memang memiliki tubuh yang cenderung gemuk. Oleh
karena itu, kesalahan-kesalah dalam pola makan harus segera di
ubah. Penentuan pola makan yang cocok untuk semua penderita
diabetes sebenarnya belum bisa ditentukan karena harus di
sesuaikan dengan kebiasaan makan individu masing-masing.
Penderita diabetes di anjurkan menerapkan terapi diabetes
dengan syarat:
1) Makanlah pada jadwal yang teratur.
2) Jumlah asupan kalori di sesuaikan dengan berat badan, jenis
kelamin, usia, aktivitas fisik, serta kelainan metabolic yang
di alami
3) Makanlah menu yang beragam, misalnya dalam sehari harus
ada makanan sumber protein, karbohidrat, sayur dan buah.
4) Batasi mengosumsi gula pasir, makanan manis, dan
gorengan
5) Hindari makan biscuit, cake, serta makanan berkalori tinggi
sebagai cemilan pada waktu makan.
6) Minum air dalam jumlah banyak dan hindari minuman
berkalori seperti minuman bersoda apabila haus.
7) Konsumsi protein, vitamin, dan mineral yang cukup.
8) Tambahkan porsi sayur dan buah dua kali lipat di banding
biasanya. (TIM B.M, 2017)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari pasien sehingga
akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. (Padila,2012).
Tahap pengkajian meliputi:
a. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi secara drastis
menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering
muncul setelah memasuki usia tersebut terutama setelah seseorang
memasuki usia 45 tahun terlebih pada orang dengan kelebihan
berat badan.
b. Pendidikan dan kesehatan
Pada orang dengan pendapatan tinggi cenderung untuk mempunyai
pola hidup dan pola makan yang banyak mengandung gula dan
lemak dan berlebihan, serta tingginya konsumsi makanan yang
berat serta aktifitas fisik yang sedikit. Pada orang yang
pendidikannya rendah atau yang hidup di perdesaan juga sangat
cenderung dengan penyakit diabetes, kurangnya pengetahuan
tentang kesehatan serta pola hidup yang tidak sehat dapat
mengakibatkan penyakit diabetes.
c. Keluhan utama
Penderita biasanya datang dengan keluhan menonjol bahkan badan
terasa sangat lemas sekali disertai dengan penglihatan yang kabur
(retinopati). Meskipun muncul keluhan banyak kencing (poliura)
kadang penderita belum tahu jika itu salah satu tanda penyakit
diabetes mellitus.
d. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit ini biasanya yang dominan adalah munculnya
sering buang air kecil (poliura), sering lapar dan haus (polydipsia
dan polifagia), sebelumnya penderita belum menyadari jika itu
merupakan perjalanan penyakit diabetes mellitus. Penderita baru
tahu jika sudah memeriksakan diri di pelayanan kesehatan.
e. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat dapat terjadi saat kehamilan, yang terjadi saat hamil saja
dan biasanya tidak dialami setelah melahirkan namun perlu
diwaspadai akan kemungkinan mengalami diabetes mellitus yang
sesungguhnya di kemudian hari. Diabetes sekunder umumnya
digambarkan sebagai kondisi penderita yang pernah mengalami
suatu penyakit. Penyakit yang dapat menjadi pemicu timbulnya
diabetes mellitus dan perlu dilakukan pengkajian diantaranya:
1) Penyakit pankreas
2) Gangguan penerimaan insulin
3) Gangguan hormonal
4) Pemberian obat-obatan seperti: Glukokortioid (sebagai obat
radang), Furosemide (sebagai diuretik), Thazid (sebagai obat
radang), Beta bloker (untuk mengobati gangguan jantung),
Produk yang mengandung estrogen (kontrapsepsi oral dan
terapi hormon)
f. Riwayat kesehatan keluarga
Diabetes mellitus dapat menurun menurut silsilah keluarga yang
mengidap diabetes mellitus, karena kelainan gen yang
mengakibatkan tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan
baik.
Pengkajian pola kebutuhan menggunakan model menurut Virginia
Anderson meliputi:
a. Kebutuhan nafas
Pada pasien dengan diabetes mellitus dapat dijumpai peningkatan
pernapasan sebagai kompensasi penurunan metabolisme sel yang
melibatkan oksigen (respirasi aerob) dengan irama dalam dan cepat
karena banyak benda keton yang dibongkar
b. Kebutuhan nutrisi
Penderita diabetes mellitus mengeluh ingin selalu makan tapi berat
badan justru menurun karena glukosa tidak dapat ditarik delama sel
dan terjadi penurunan masa sel. Pada pengkajian intake cairan
pasien akan terkaji banyak minum (sehari mungkin 2500-4000 cc).
Makanan dan diet juga sangat penting bagi penderita diabetes
mellitus. Penuntun diet, selain memuat macam makanan, jenis
bahan makanan dan berat atau volumenya, juga memuat
keterangan tentang bahan makanan penukar yang setara, dan
sebagainya.
c. Kebutuhan eliminasi
Eliminasi buang air besar (BAB) pada pasien diabetes mellitus
tidak ada perubahan yang mencolok. Frekuensi seperti biasa
1-2x/hari, dengan warna kekuningan, sedangkan pada eliminasi
buang air kecil (BAK) akan dijumpai jumlah urine yang lebih
banyak baik secara frekuensi maupun volumenya (pada frekuensi
biasanya. 10x/hari, sedangkan volume mungkin mencapai 2500-
3000 cc/hari). Untuk warna mungkin tidak ada perubahan
sedangkan bau barangkali ada aroma unsur gula.
d. Kebutuhan gerak dan keseimbangan atau aktivitas
Penderita dengan diabetes mellitus akan mengalami penurunan
gerak karena kelemahan fisik, kram otot sampai penurunan tonus
otot, yang didapatkan pada pengkajian terjadi penurunan skor
kekuatan otot pada ekstremitas atas kanan dan kiri serta ekstremitas
bawah kanan dan kiri (penilaian memakai skor 5,4,3,2,1 dan 0).
Range or motion (ROM) dari rentang persendian juga mengalami
penurunan derajat sudutnya. Misalnya pada rentan sudut siku
Keterangan:
Cara memeriksanya: pasien diminta untuk mengangkat tangan
sejajar dengan bahu, kemudian pemeriksa memberi gaya
perlawanan dengan menarik ke bawah.
Skor pada ekstremitas atas yaitu:
Skor 5: pasien mampu menahan dengan kuat gaya tarikan dari
pemeriksa searah dengan gaya gravitasi
Skor 4: pasien mampu menahan gaya tarikan penuh dari
pemeriksa sebentar terus terjatuh
Skor 3: pasien mampu mengangkat tangan sejajar bahu tetapi
diberi gaya perlawanan searah dengan gravitasi sedikit
lalu terjatuh
Skor 2: pasien mampu mengangkat tangan separuh dari jarak
dengan bahu lalu terjatuh
Skor 1: pasien mampu mengangkat tangan sedikit lalu terjatuh
Skor 0: pasien tidak mampu sama sekali untuk mengangkat
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
Sering muncul perasaan tidak enak efek dari gangguan yang
bersifat sistemik yang berdampak pada gangguan tidur (insomnia).
Penderita juga sering terbangun karena frekuensi kencing yang
meningkat pada malam hari. Rata-rata tidur penderita pada malam
hari 4-5 jam. Pada pengkajian ini juga dapat dilihat penampilan
penderita dengan wajah sayuh mata merah dengan verbalisasi
keluhan rasa ngantuk.
f. Kebutuhan berpakaian
Kebutuhan berpakaian mungkin tidak terganggu kecuali pada
periode kelemahan fisik yang mengganggu (skor kekuatan otot 2-0
atau terjadi penurunan kesadaran (apatis sampai koma).
g. Mempertahanakan temperature atau sirkulasi
Sering muncul keluhan pasien berupa kesemutan pada ekstremitas
atas maupun bawah yang berarti terjadi penurunan sirkulasi karena
terjadi peningkatan viskositasi darah oleh glukosa tetapi sulit
masuk sel. Akral juga teraba dingin akibat penurunannya berkisar
normal kecuali sudah ada infeksi terjadi kenaikan suhu tubuh
diatas 37℃
h. Kebutuhan personal hygine
Pasien diabetes mellitus dengan kadar glukosa yang terkontrol
(tidak naik drastic) masih dapat melakukan kegiatan ganti pakaian
sendiri tanpa bantuan.
i. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Pasien dengan diabetes mellitus mengalami gangguan rasa nyeri
panas pada punggung kaki tapi dengan skala yang ringan dan dapat
di toleransi sehingga tidak terlalu mengganggu aktivitas seperti
berjalan. Sedangkan kebutuhan aman pasien mengalami resiko
terjadi perlukaan pada ekstremitas terutama bawah.
j. Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi
Pada perjalanan yang cukup lama (lebih satu bulan) pasien
mengalami penurunan optimisme dan cenderung emosi labil,
mudah tersinggung dan marah. Sedangkan pada periode awal
emosi pasien masih stabil dan mampu mengekspresikan emosi
dengan baik
k. Kebutuhan spiritual
Setelah mengalami gejala yang tak kunjung sembuh, pasien
diabetes melitus mulai berusaha mencari sumber kekuatan yang
luar biasa yaitu dari Tuhan. Kegiatan ibadah semakin terlihat
meningkat sebagai bentuk kompensasi kejiwaan untuk mencari
kesembuhan dari Tuhan yang maha Esa. Kegiatan itu dapat berupa
peningkatan sholat, berdoa atau pergi ke tempat ibadah.
l. Kebutuhan bekerja
Kebutuhan bekerja pada pasien diabetes mellitus telah mengalami
penurunan karena penderita mudah mengalami kelelahan tetapi
saat dirawat barangkali tidak menjadi gangguan yang perioritas.
Mungkin yang ada kendala justru kondisi psikologi karena sudah
tidak bekerja atau mengalami penurunan kerja. Kondisi psikologi
yang sering muncul penurunan harga diri, menarik diri, mungkin
sampai kondisi frustasi
Pengkajian pola kebutuhan menurut (Virginia Handerson).
a. Kebutuhan fisiologi (seperti oksigenasi, makan minum, eliminasi,
suhu tubuh, sirkulasi dan lainnya sudah dijelaskan pada pola
diatas).
b. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
c. Kebutuhan dicintai dan mencintai
Pasien dengan diabetes melitus ada yang dikucilkan istri karena
komplikasi dari organ reproduksi yang berupa impotensi untuk
laki-laki dan penurunan gairah seksual untuk wanita. Kondisi ini
akan mempengaruhi rasa cinta terhadap pasangan. Sedangkan bagi
anak-anaknya mungkin karena terjadi penurunan aktivitas atau
pendapat ada yang menganggap orang tuanya tidak berguna lagi,
untuk penderita terkadang merasa tidak berguna sendiri sehingga
kurang peka terhadap anggota keluarga.
d. Kebutuhan harga diri
Sering mengalami penurunan harga diri karena perubahan
penampilan, perubahan identitas diri akibat tidak bekerja,
perubahan gambaran diri karena mengalami amputasi karena
ganggren, perubahan peran karena tidak mampu menjelaskan tugas
dengan baik sebagai orang tua.
e. Aktualisasi diri
Kebutuhan ini sebagai puncak pada hirarki kebutuhan menurut
Malow, kalau pasien sudah mengalami penurunan harga diri maka
pasien sulit untuk melakukan aktualisasi diri contoh melakukan
aktivitas di rumah enggan mandiri sampai mungkin menghasilkan
karya seni atau karya ilmu yang lain ketika dirumah sakit. Pasien
tampak tidak bergairah, bingung bahkan kadang terlihat sering
menyendiri.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas tentang
masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan.
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dieresis osmotic,
mual dan muntah
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak adekuatan insulin, penurunan masukan oral
c. Resiko tinggi infeksi ditandai dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi leukosit atau perubahan sirkulasi
d. Kelemahan berhubungan dengan transport glukosa ke reseptor sel
berkurang
e. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan,
dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi
(Dongoes 2001)
3. Perencanaan
Perencanaan adalah petunjuk teknis yang menggambarkan secara tepat
mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap pasien sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan diagnosis keperawatan.
a. Diagnosis 1
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresuis osmotic,
mual muntah
Tujuan: kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Hasil yang diharapkan:
Tanda vital stabil (TD: 120/80 mmhg, nadi: 82x/menit, respirasi:
24x/menit, suhu tubuh: 36,6℃), turgor kulit baik, haluaran urin
normal, kadar elektrolit dalam batas normal
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda vital 1. Hypovolemia dapat ditandai
dengan hipotensi dan takikardi
2. Kaji suhu, warna kulit dan 2. Demam, kulit kemerahan,
kelembapan kering sebagai cerminan dari
dehidrasi
3. Pantau masukan dan 3. Memberikan perkiraan
pengeluaran kebutuhan akan cairan
pengganti
4. Ukur berat badan setiap hari 4. Memberikan hasil pengkajian
yang terbaik dan status cairan
yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan
cairan pengganti
5. Pertahankan cairan
5. Mempertahankan
±2500cc/hari jika masukan
dehidrasi/volume cairan
secara oral sudah dapat
diberikan
6. Tingkatkan lingkungan yang 6. Menghindari pemanasan yang
nyaman selimuti dengan berlebihan pada pasien yang
selimut tipis akan menimbulkan kehilangan
cairan
7. Catat hal-hal yang dilaporkan 7. Kekurangan cairan dan
seperti mual, nyeri abdomen, elektrolit mengubah mobilitas
muntah, distensi lambung. lambung, yang sering terjadi
kekurangan cairan dan
elektrolit
8. Pantau tanda-tanda dehidrasi,
seprti sering haus
8. Tipe dan jumlah cairan
Kolaborasi: tergantung pada derajat
9. Berikan terapi cairan sesuai kekurangan cairan respon
indikasi pasien secara individual
9. Mendekomoresi lambung dan
dapat menghilangkan muntah
b. Diagnosis 2:
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak adekuatan insulin, penurunan masukan oral
Tujuan: kebutuhan nutrisipasien terpenuhi
Intervensi Rasional
1. Timbang berat badan 1. Mengkaji pemasukan
setiap hari makanan yang adekuat
(termasuk absorpsi)
2. Tentukan program diet 2. Mengidentifikasi
dan pola makan pasien kekurangan dan
dan bandingkan dengan penyimoangan dari
makanan yang dihabiskan kebutuhan
pasien
c. diagnosis 3:
Resiko tinggi infeksi ditandai dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi leukosit/perubahan fungsi leukosit sirkulasi.
Tujuan: mencegah terjadinya resiko infeksi
Hasil yang diharapkan:
Tanda-tanda infeksi tidak ada
Infeksi tidak terjadi
Intervensi Rasional
1. tanda-tanda infeksi dan 1. Pasien mungkin masuk
peradangan dengan infeksi yang
biasanya telah
mencetuskan keadaan
ketoasidosis atau infeksi
nosocomial
2. Tingkatkan upaya 2. Mencegah timbulnya
pencegahan dengan infeksi nosocomial
mencuci tangan bagi
semua orang yang
berhubungan dengan
pasien, meskipun pasien
itu sendiri
3. Pertahankan teknik aseptic 3. Kadar glukosa tinggi akan
d. Diagnosis 4:
Kelemahan berhubungan dengan transport glukosa ke reseptor sel
berkurang
Tujuan: kadar glukosa darah normal
Hasil yang diharapkan:
1. Klien tampak ceria
2. Kekuatan otot normal
3. Klien dapat melakukan aktivitas sendiri
Intervensi Rasional
1. Observasi tanda-tanda 1. Mengetahui keadaan
vital umum pasien
2. Kaji kemampuan klien 2. Mengetahui tingkat
dalam melakukan aktivitas yang dapat
aktivitas ditoleransi secara
fisiologis
3. Diskusikan dengan 3. Pendidikan dapat
klien kebutuhan dan memotivasi untuk
aktivitas meningkatkan aktivitas
meskipun klien lemah
4. Bantu klien dalam 4. Kebutuhan nutrisi klien
memenuhi kebutuhan dapat terpenuhi
makan dan minum
Sumber: Doenges, 2001
e. Diagnosis 5
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan
dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya perawatan
Tujuan: klien mengerti tentang proses keperawatan
Hasil yang diharapkan: pasien mengetahui tentang proses penyakit,
diet, perawatan dan pengobatan dan dapat menjelaskan kembali
bila ditanya.
Intervensi Rasional
1. kaji tingkat pengetahuan 1. untuk memberikan informasi
pasien/keluarga tentang pada klien/keluarga, perawat
penyakit diabetes mellitus perlu mengetahui sejauh
dan gangrene mana informasi atau
pengetahuan yang diketahui
klien/kelurga
2. kaji latar belakang 2. agar perawat dapat
pendidikan klien memberikan penjelasan
dengan menggunakan kata-
kata dan kalimat yang dapat
dimengerti klien sesuai
tingkat pendidikan klien
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan dari rencana tindakan adalah untuk mencapai tujuan
yang lebih spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditunjukan kepada perawat untuk membantu
klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan meliputi peningkatan
kesehatan atau penyakit, pemulihan kesehatan dari fasilitas yang
dimiliki.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan
dengan baik jika kien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama perawatan atau
pelaksanaan perawat melakukan pengumpulan data dan memilih
tindakan keperawatn yang paling sesuai dengan kebutuhan klien dan
memprioritaskannya. Semua tindakan keperawatn dicatat kedalam
format yang telah ditetapkan institusi. (Miharja, 2009)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperawatan untuk
melengkapi proses keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan
telah berhasil dicapai, melalui evaluasi mungkinkan perawatan untuk
memonitor apa yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa
perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Meskipun tahap evaluasi
merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.
(Miharja, 2009 dikutip dalam harimu 2013)
Yang perlu dievaluasi pada pasien dengan diabetes mellitus adalah:
1. Volume cairan: tanda-tanda vital stabil
2. Nutrisi: jumlah nutrisi, tingkat energi dan berat badan
3. Infeksi: tanda-tanda infeksi
4. Keseimbangan glukosa dan elektrolit: status mental, kekuatan otot,
kerusakan sensori dan tingkat aktivitas
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. J. K.
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Kairagi
Status : Menikah
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan :Sarjana
Tanggal MRS :24 Juni
Tanggal Pengkajin :25-27 juni 2019
No Rekam Medik : 175080
2. Genogram:
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama:Tubuh klien terasa lemah
b. Riwayat Keluhan Utama: pasien merasa lemah sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit
c. Riwayat Kesehatan sekarang/saat dikaji: saat di kaji pada
tanggal 25 juni 2019 jam 11.00 wita, pasien terbaring di tempat
tidur, kesadaran compos mentis. Pasien juga mengatakan badan
masih terasa lemah, sulit menelan dan belum ada nafsu makan.
Aktivitas pasien dibantu oleh perawat dan keluarga. Pada
ekstremitas kiri atas terpasang IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/menit.
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 130/70 MmHg
Respirasi : 24x/menit
Nadi : 88x/menit
Suhu badan : 36,6℃
d. Riwayat kesehatan dahulu: pasien mengatakan tidak pernah
mengalami penyakit seperti ini
e. Riwayat kesehatan keluarga: dalam keluarga pasien tidak ada
yang mengalami penyakit seperti pasien
f. Riwayat psikososial spiritual: saat dikaji pasien selalu
bertanya-tanya tentang keaadannya kepada perawat dan dokter
karena pasien merasa cemas akan penyakitnya. Hubungan
pasien dengan orang lain terjalin dengan baik dan pasien selalu
bersosialisasi/bergaul dengan orang-orang sekitarnya. Pasien
sangat senang dengan adanya keluarga yang selalu menjaga
serta memberi motivasi dan doa untuk kesembuhannya. Pasien
beragama Kristen Protestan dan selalu taat beribadah di Gereja
g. Riwayat kesehatan lingkungan: pasien mengatakan tinggal
bersama istri dan kedua anak laki-lakinya dirumah. Pasien
tinggal dirumah permanen dengan lingkungan yang bersih,
ventilasi dan pencahayaan baik, penerangan menggunakan
listrk, mempunyai kamar mandi, wc, serta pembuangan
sampah.
4. Nutrisi-Metabolik
a. Nutrisi:
b. Eliminasi:
1). Eliminasi urin
5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital : TD: 110/80 MmHg, N:88x/m, R:24x/m,
SB: 36,6℃
Tinggi badan :170 cm
Berat badan sebelum sakit : 66kg
Berat badan saat sakit : 63kg
a. Kepala
Warna rambut :hitam beruban
Penyebaran : merata
Bentuk kepala : bulat
Nyeri Tekan : tidak ada nyeri tekan
Benjolan pada kepala : tidak ada benjolan
b. Mata
Bentuk kepala : simetris kiri dan kanan
sklera : tidak ikterus
Konjungtiva : anemis
Pupil dan reflex : simetris kiri dan kanan, refleks pupil
mengecil saat sinar masuk
Gangguan penglihatan : tidak ada ditandai dengan pasien tidak
menggunakan alat bantu kacamata.
Tekanan bola mata : tidak ada nyeri tekan
c. Hidung dan sinus
Nasal septum : tegak lurus
Membran mukosa :kemerahan
Obstrukti :tidak ada obstrukti
Sekret : tidak ada sekret
Sinus maksilaris : tidak ada nyeri tekan
Sinus frontalis :tidak ada nyeri tekan
d. Telinga
Bentuk : simetris kiri dan kanan
Peradangan: tidak ada peradangan
Serum : ada serumen
Fungsi pendengaran : baik
e. Mulut
Bentuk: simetris
Bibir : lembab
Gusi : warna merah muda
Pendarah pada gusi : tidak ada
Beslag : tidak ada
Caries : tidak ada
f. Leher
Warna kulit :sawo matang
Pembengkakan : tidak ada
Tyroid : tidak ada pembesaran
g. Dada dan Thorax
Inspeksi
Bentuk dada : normal
Kesimetrisan : simetris kiri dan kanan
Frekuensi nafas: 24x/m
Irama nafas: teratur
Palpasi
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Perkusi
Suara : sonor
Auskultasi
Bunyi nafas : vesikuler
h. Abdomen
Inspeksi
Bentuk : datar
Warna kulit : sawo matang
Letak umbilikus : memusat
Palpasi
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Turgor kulit : kembali cepat
Perkusi
Bunyi : tympani
Auskultasi
Bising usus: normal
i. Genitalia dan anus : tidak ada kelainan, hemoroid tidak ada,
kebersihan terjaga
j. Ekstremitas
1. Ekstremitas atas
tangan kiri terpasang IVFD Nacl 0,9% 200gtt/menit dan
tidak leluasa untuk bergerak, terdapat kelemahan, edema tidak
ada, dan mudah lelah.
2. Ekstremitas bawah
Dapat bergerak bebas, tapi terdapat kelemahan, edema tidak
ada, mudah lelah
6. Periksaan penunjang
Tabel 6 Pemeriksaan Laboratorium
7. Terapi pengobatan
a. IVFD NaCl 0,9% gtt/menit
b. Novorapid 3x6 iu/sc
c. Cepotaxime 3x2 amp
d. Metronidazole tablet 3x 500 mg
e. Diet DM tipe II (1300 kalori)
8. Analisa Data
Tabel 7 analisa data
4
B. Asuhan keperawatan
Nama: TM. J.K. Nomor Rekam Medik: 175080
Umur: 51 Tahun Diagnosa Medik: DM tipe II
Jenis kelamin: Laki-laki
Tabel 8 asuhan keperawatan
2. Kelemahan Kadar glukosa 1. Kaji 1. Mengetahui Tanggal 26 juni 2019 Tanggal 26 juni
berhubungan dalam darah kemampuan tingkat Jam 11.22 wita 2019
dengan transport normal setelah pasien dalam aktivitas yang 1. Mengkaji Jam 13.10 wita
glukosa ke diberikan melakukan dapat kemampuan S: pasien
reseptor sel tindakan aktivitas ditoleransi pasien, hasil: mengatakan badan
berkurang ditandai keperawatan 2. Bantu pasien secara pasien tampak terasa lemah
dengan: selama 3 hari dalam fisiologis lemah, aktivitas O:
dengan kriteria memenuhi 2. Kebutuhan ringan pasien a. KU: lemah
DS: pasien hasil: kebutuhan nutrisi dapat masih dibantu b. Aktivitas
mengatakan badan a. Pasien makan dan terpenuhi keluarga dan pasien
terasa lemah mengata minum untuk perawat masih
DO: kan 3. Ajarkan pasien meningkatka Jam 11.55 wita dibantu
a. KU: lemah adanya untuk n energi 2. Membantu keluarga
b. Pasien peningk bergerak/berak pasien pasien dalam dan
terbaring atan tivitas atau memenuhi
ditempat energi mengubah 3. Untuk kebutuhan perawat
tidur dan posisi dengan mencegah makan dan A:Masalah belum
c. Aktivitas dapat sering secara terjadinya minum teratasi
pasien memenu perlahan-lahan. pusing dan Jam 12.05 wita P: Lanjutkan
dibantu hi 4. Diskusikan mata 3. Mengajarkan intervensi 1,2,3
keluarga kebutuh dengan pasien berkunang- pasien untutk dan 4
skala 2 an kebutuhan kunang beraktivitas
dasarnya akan aktivitas secara perlahan-
secara lahan
mandiri Hasil: pasien mulai
b. KU: duduk dengan
baik bantuan perawat dan
keluarga
3 Kurangnya pengetahuan Pasien mengerti 1. Kaji 1. Untuk Tanggal 27 juni 2019 Tanggal 27 juni
tentang proses penyakit tentang proses tingkat memberika Jam 11.15 wita 2019
berhubungan dengan keperawatan pengetahua n 1. Mengkaji Jam 13.00 wita
kurangnya informasi setelah diberikan n informasi tingkat
yang ditandai dengan: tindakan pasien/kelu kepada kemampuan S:
DS: keperawatan arga pasien/kelu pasien tentang Pasien
a. Pasien selama 3 hari tentang arga penyakit mengataka
mengaatakan dengan kriteria penyakit 2. Agar diabetes n
tidak hasil: diabetes pasien mellitus tipe II. mengetahu
mengetahui a. Pasien mellitus mengetahu Hasil: pasien i tentang
tentang mengetah 2. Jelaskan i tentang mengatakan penyakit
penyakitnya ui tentang tentang proses hanya yang
proses proses penyakit mengetahui dialami
b. Pasien penyakit penyakit dan DM adalah
bertanya- dan dan pengobata penyakit O:
tanya pengobata pengobatan nnya kencing manis Pasien
tentang nnya dan pada 3. Dengan Jam 11.45 wita tidak
penyakitnya menjelask pasien penjelasan 2. Menjelaskan bertanya-
an 3. Jelaskan yang ada proses penyakit tanya lagi
DO: kembali prosedur dan ikut pada pasien tentang
a. Wajah pasien bila tindakan secara tentang penyakitny
tampak pucat ditanya yang akan langsung 3. penyakit DM. a
b. Palpebra hitam dilakukan dalam Hasil: penyakit
c. Konjungtiva pada tindakan DM A:
anemis pasien yang disebabkan Masalah
dilakukan, karena adanya teratasi
pasien gagalnya
akan lebih hormon insulin
kooperatif yang
dan disebabkan
cemasnya oleh obesitas
berkurang dan pola makan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Berdasarkan hal diatas, penulis melakukan pengkajian pada pasien
Tn. J.K. dengan Diabetes Mellitu tipe II di ruanagan edelweis RS Tingkat
II RW. Mongisidi Manado. Melihat dari keluhan utama yang dirasakn
pasien yaitu: tubuh pasien terasa lemah dab berat badan pasien menurun
3Kg aat dikaji. Maka pada tanggal 25 juni 2019 dilaksanakan GDP dengan
hasil 220 mg/dl. Pada tanggal 26 juni 2019 GDP 151 mg/dl . dan pada
tanggal 27 juni 2019 dilaksanakan pemeriksaan GDP dengan hasil 135
mg/dl, pasien dinyatakan positif menderita Diabetes Mellitus. Selain data-
data diatas penulis juga mendapatkan data: pasien tidak ada nafsu makan
dan pasien terpasang infus NaCl 0,9% gtt/m di tangan kiri.
Berdasarkan teori dan praktek klinik didapatkan adanya
kesenjangan karena tidak semua masalah yang didapati diteori tidak
ditemukan dilahan praktek. Pada pasien dengan Diabetes Mellitus tipe II
ditemukan tanda dan gejala seperti kadar glukosa darah watu puasa
120mg/dl, kadar glukosa darah dua jam seusudah makan lebih dari 200
mg/dl, banyak kencing ( poliuria), banyak minum (polidipsia), banyak
makan (polifagia), penurunan berat badan, rasa lemah, kesemutan, gatal-
gatal, visus menurun, bisul atau luka. Setelah penulis melakukan
pengkajian pada pasien Tn. J.K. dengan diabetes mellitus tipe II
menggunakan tekhnik pengumpulan data secara observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi diperoleh data subyektif: pasien tidak
napsu makan, tidak terdapat bisul/luka. Data obyektif: pasien tampak
lemah dan terbaring ditempat tidur dan pasien tampak pucat. Pada teori
terdapat lima diagnosa yaitu:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dieresis osmotic,
mual muntah.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak adekuatan insulin, penurunan masukan oral .
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi leukosit/perubahan sirkulasi
4. Kelemahan berhubungan dengan trasnpor glukosa ke reseptor sel
berkurang
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatn dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
B. Diagnosa
Pada terotis diagnosa keperawatan menurut dongoes 2001 terdapat
lima diagnosa keperawatan, yaitu: pertama kekurangan volume cairan
berhubungan dengan diuresis osmotik , mual muntah. Kedua perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhn tubuh berhubungan dengan ketidak adekuatan
insulin, penurunan masukan oral. Ketiga resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosi/perubahan
sirkulasi. Keempat kelemahan berhubungan dengan transpor glukosa
keresptor sel berkurang, dan kellima kurangnya pengetahuan tentang
proses penyakit, diet, perawatn dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Dari tinjauan kasus ada tiga diagnosa keperawatn yang muncuk pada
pasien TN. J.K. dengan diabetes mellitus tipe II, yaitu pertama, perubahan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
adekuatan insulin, penurunan masukan oral. Kedua, kelemahan
berhubungan dengan trasnport gluksoa ke reseptor sel berkurang dan
ketiga kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan
dengan kurangnya informasi. Dari hadil diagnosa yang penulis susun
antara diagnosa secara teoritis dan kasus memiliki lima
diagnnosasedangkan pada kasus didapatkan tiga diagnosa keperawatan
sesuai dengan pengkajian yang diperoleh.
C. Perencanaan
Rencana asuhan keperawatan merupakan pengkajian yang
sistematis dan identifikasi masalah, penentuan tujuan, dan
pelaksanaan cara atau strategi. Perencanaan juga meliputi tujuan
yang harus berfokus pada masalah dan dirumuskan secara jelas,
dapat diukur, dapat dicapai dan memounyai batas waktu dalam
pencapaian tujuan. Perencanan dalam satu diagnosa tidak dapat
dilakukannya hanya dalam satu hari tapi sesuaikan dengan waktu
yang ditetapkan. Perencanaan disusun sesuai diagnosa dan respon
pasien. Pada perencanaan penulis tidak menerapkan semua
penerapan secara teoritis karena disesuaikan dengan kondisi dan
situasi klien. Dalam perencanaan ini selain tindakan mandiri,
perawat juga melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain
seperti dokter dalam pemberian terapi.
D. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan ashan keperawatn pada pasien TN. J.K. dengan
diabetes mellitus tipe II dapat dilaksanakan seusia dengan proses
perencanaan keperawatan secara mandiri, health education, dan kolaborasi
dengan tim medis, dalam pelaksaan penulis diberikan waktu selama tiga
hari untuk melaksanakan pemberian asuhan keperawatan. Dalam
pelaksaan proses asuhan keperawatan adalah adanya kerjasama yang baik
antar perawat, dokter, dan tim medis dengan pasien ataupun keluarga.
E. evaluasi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien TN.
J.K dengan diabetes mellitus tipe II telah dilakuakan
pendekatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Dalam
pengkajian dilakukan wawancara dengan keluarga pasien,
pasien, tim kesehatan dan observasi selama 3 hari berturut-
turut dengan menggunakan catatan medik, catatan
keperawatan, dan berbagai literatur sebagai acuan
2. Adanya kesenjangan antara teori dan pelaksanaan selama di
lahan praktek. Dimana, pada manifestasi klinik terdapat
beberapa perbedaan respon pasien, pada teori terdapat lima
diagnosa sedangkan pada praktek hanya terdapat tida
diagnosa
3. Faktor penunjang dalam pelaksanaan di RS. Tingkat II RW.
Mingisidi Manado adalah adanya kerjasama yang baik antara
pasien dengan tim kesehatan lainnya dan tersedianya
literature atau landasan teori dengan masalah sehingga dapat
membantu penulis dalam proses asuhan keperawatan. Faktor
penghambat tidak ditemukan dalam penerapan asuhan
keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus karena adanya
kerjasama yang terjalin antara penulis, perawat ruangan dan
pasien.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Bagi perawat-perawat pelaksana, sebaiknya tindakan
keperawatan yang diberikan harus sesuai dengan teori dan
konsep yang telah didapat. Perawat diharrapkan dapat
mempertahankan dan lebih meningkatkan hubungan kerjasam
yang baik dengan tim medis, petugas kesehatan dan keluarga
pasien dalam memantau kesehatan pasien tanpa
mengesampingkan kebutuhan dari pasien
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan agar lebih
memperbanyak literature atau referensi yang berhubungan
dengan penyakit Diabetes Mellitus tipe II agar dapat
membantu sekaligus pasien guna menghindari penyakit
Diabetes Mellitus tipe II
3. Bagi pasien
Diharapkan pada pasien agar dapat menjaga pola atau gaya
hidup serta dilingkungan sekitar pasien guna menghindari
penyakit Diabetes Mellitus tipe II
4. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Diabetes Mellitus tipe II jangan hanya berdasarkan pada teori
saja tetapi harus melihat kebutuhan dan respon pasien
DAFTAR PUSTAKA
Astuti& muliani. (2017). pangan indeks glikemik tinggi dan glukosa darah pasien
diabetes militus tipe II . (online) ( Http:// Scholar.gogle.co.id, Di akses sabtu
30 maret 2019)
Anonimus.,2017.(online) http://forum.ciremai.com/konsep-diabetes-mellitus:
Keperawatan-medikal-bedah.html, diakses 30 maret 2019
Brunner &Suddarth. (2015) Keperawatan Medikal Bedah. Penerit: Buku
Kedokteran: EGC.
Data pelaporan. (2018-2019). Data bulan desember 2018-februari 2019 RS. RW.
Mongisidi Manado
Dinkes. (2015). Profil kesehatan.