Anda di halaman 1dari 73

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DIABETES MELLITUS TIPE II (DM TIPE II)


DI RS.R. W. MONGISIDI MANADO

PRE KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:
SAFIRA STEPHANI WATANIA
16 15 0097

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK. III MANADO


APRIL 2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
DIABETES MELLITUS TIPE II (DM TIPE II)
DI RS.R. W. MONGISIDI MANADO

PRE KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan
untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
Pendidikan Program Diploma III Keperawatan

OLEH:
SAFIRA STEPHANI WATANIA
16150097

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK. III MANADO


APRIL 2019

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Pre Karya Tulis Ilmiah ini telah diajukan oleh:

Nama : Safira Stephani Watania


Nim : 16 15 0097
Judul : “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes
Mellitus Tipe II di RS. R. W. Mongisidi Manado”

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dwi Yogo Budi Prabowo, S. kep., Ns., M.Kep Jerry Pandelaki, S.Kep., Ns

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK III MANADO

APRIL 2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus. Atas berkat
dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan pre Karya Tulis
Ilmiah (pre KTI) dengan judul Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Diabetes
Mellitus Tipe II.
Adapun maksud dan tujuan penulis dalam menyusun pre KTI ini adalah
untuk memenuhi tugas akhir yang merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan program studi diploma III keperawatan di Akademi Keprawatan
Rumkit Tk III Manado.
Dalam penulisan pre KTI ini, banyak sekali hambatan dan kesulitan yang
dialami penulis, tapi puji Tuhan penulis selalu diberikan jalan lewat bimbingan
dan arahan serta dukungan dari kedua orangtua yang telah membantu penulis
dalam penyusunan ini baik secara moril dan materil. Untuk itu penulis sangat
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan pre
KTI ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan pre KTI ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun
dari para pembaca untuk penyempurnaan pre KTI ini.

Manado,April 2019
Penulis

Safira S. Watania
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................III
DAFTAR ISI..........................................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................V
DAFTAR TABEL..................................................................................................VI

BAB IPENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................1
B. Ruang Lingkup.................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..............................................................................3
D. Manfaat Penulisan............................................................................3
E. Metode Penulisan.............................................................................4
F. Sistematika Penulisan......................................................................5

BAB IITINJAUAN TEORITIS...............................................................................6


A. Konsep Dasar...................................................................................6
1. Pengertian..................................................................................6
2. Klasifikasi..................................................................................7
3. Etiologi.......................................................................................9
4. Patofisiologi.............................................................................10
5. Pathway Keperawatan Diabetes Mellitus tipe II......................13
6. Manifestasi Klinis....................................................................14
7. Komplikasi...............................................................................14
8. Penatalaksanaan.......................................................................15
9. Pemeriksaan penunjang............................................................18
B. Konsep Dasar Asuhan keperawatan...............................................19
10. Pengkajian................................................................................19
11. Diagnosa keperawatan.............................................................25
12. Perencanaan.............................................................................25
13. Pelaksanaan..............................................................................32
14. Evaluasi....................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Anatomi Fisiologis Pankreas...................................................................8


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Intervensi dan Rasional diagnosa I...........................................................26


Tabel 2 Intervensi dan Rasional Diagnosa II.........................................................27
Tabel 3 Intervensi dan Rasional Diagnosa III........................................................28
Tabel 4 Intervensi dan Rasional Diagnosa IV.......................................................30
Tabel 5 Intervensi dan Rasional Diagnosa V.........................................................31
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kualitas hidup penduduk Indonesia tergolong memiliki
kualitashidup yang kurang sehat, di jumpai pada golongan lanjut usia,
perempuan, pendidikan rendah, tidak bekerja, tinggal di daerah pedesaan,
dan sosial ekonomi tergolong miskin. Gaya hidup modern dengan banyak
pilihan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat yang semakin
menyebar keseluruh lapisan masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya
peningkatan penyakit degeneratif yaitu diabetes mellitus. Diabetes mellitus
yaitu sekumpulan gangguan metabolik yang di tandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan sekresi insulin, kerja
insulin, atau keduanya. (Brunner & Sudadart, 2015).

Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik yang


disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan
pembuluh darah. (Brunner & suddart, 2015).World Health Organization
(WHO), mengatakan sekitar 347 juta orang di seluruh dunia menderita
Diabetes Mellitus, dan di perkirakan bahwa kematian akibat diabetes
mellitus akan meningkat dua per tiga kali pada tahun 2030. Beban diabetes
mellitus meningkat secara global, khususnya di Negara-negara
berkembang (Mulianti&Astuti,2017).
Indonesia menduduki peringkat ke 4 di dunia, dengan prevelansi
diabetes mellitus sebanyak 14,7% pada daerah perkotaan 7,2% pada
daerah pedesaan, maka diperkirakan pada tahun 2030 terdapat 8,2 juta
penyandang, data penyakit tidak menular (PTM) yang di dapat dari hasil
Riskesdas 2015 yaitu asma, penyakit paru obstruksi kronik, kanker,
diabetes mellitus, hipertiroid, hipertensi, jantung koroner, gagal jantung,
batu ginjal, dan gangguan sendi atau rematik, untuk penyakit diabetes
mellitus pada urutan ke 3 dari 17 penyakit tidak menular dengan
presentase 2,1 % dengan jumlah penderita sebanyak 42.416 jiwa (Depkes
2015).
Sulawesi utara merupakan salah satu provinsi dengan jumlah kasus
Diabetes mellitus yang cukup tinggi. Kejadian diabetes mellitus yang di
peroleh dari data dinas kesehatan provinsi Sulawesi utara menunjukan
bahwa jumlah kasus Diabetes Mellitus terus meningkat. Pada tahun 2015
jumlah kasus Diabetes Mellitus yaitu 2911 kasus (Dinkes, 2015).
Hasil survey di RS. RW Mongisidi Manado dari data 3 bulan
terakhir sejak desember 2018 sampai februari 2019, didapatkan data pada
bulan desember 2018 pasien dengan DM tipe II sebanyak 12 pasien
(6,6%), pada bulan januari 2019 sebanyak 16 pasien (11,6%), pada bulan
februari 2019 sebanyak 12 pasien (7,01%). Pada saat dilakukan studi
pendahuluan tanggal 10 April di RS RW. Mongisidi Manado didapatkan
data 40 pasien mengalami Diabets Mellitus hal ini disebabkan karena
Gaya hidup di perkotaan dengan pola makan yang tinggi lemak, garam,dan
gula, keseringan menghadiri pesta mengakibatkan masyarakat cenderung
mengkonsumsi makanan secara berlebihan, selain itu pola makan makanan
yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh masyarakat seperti
gorengan, makanan murah meriah yang mengakibatkan kadar gula darah
naik. Semakin lama seseorang menderita penyakit diabetes, maka semakin
tinggi pula resikonya mengalami komplikasi akibat masalah glukosa
dalam darah, atau semakin baik pasien mengontrol level glukosa tetap
normal maka semakin kecil resikonya.
Berdasarkan data tersebut di atas maka penulis sebagai calon
tenaga kesehatan tertarik untuk mengangkat pre Karya Tulis Ilmiah
Asuhan Keperawatan dengan Diabetes Mellitustipe II mulai dari
pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi, sampai
evaluasi.
B. Ruang Lingkup
Dalam penyusunan pre Karya Tulis Ilmiah ini penulis hanya akan
membatasi pada laporan penerapan asuhan keperawatan yang ditunjukan
kepada pasien dengan diabetes mellitus tipe II mulai dari pengkajian,
diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi.

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan pre Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tentang asuhan keperawatan dengan
diabetes mellitus tipe II
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menerapkan asuhan keperawatan mulai pengkajian,
diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi pada
pasien dengan diabetes mellitus tipe II
b. Untuk diketahui kesenjangan antara teori dan praktek dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus tipe
II
c. Untuk ditemukan faktor penunjang dan faktor penghambat dalam
penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes
mellitus tipe II

D. Manfaat Penulisan
Penulisan pre Karya Tulis Ilmiah ini akan memiliki beberapa manfaat
yaitu:
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan yang dapat di manfaatkan untuk perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif pada
pasien dengan diabetes mellitus tipe II
2. Bagi institusi pendidikan
Untuk menambah kepustakaan dan sumber bacaan bagi mahasiswa
sehingga dapat dijadikan bahan diskusi dalam proses pembelajaran
3. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta mengaplikasikan
tentang asuhan keperawatan dengan diabetes mellitus tipe II
4. Bagi pasien
Untuk menambah pengetahuan tentang pentingnya perawatan diabetes
mellitus tipe II serta penerapan pola hidup yang sehat setiap hari

E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang akan di gunakan adalah:
1. Wawancara
Menurut Fitrah & Luthfiyah (2017), wawancara merupakan teknik
pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan secara lisan
responden terutama untuk responden yang tidak dapat membaca atau
sejenis pertanyaan yang memerlukan penjelasan dari pewawancara.
Pada metode pewawancara ini, komunikasi timbal balik dilakukan
pada pasien, perawat-perawat dan keluarga pasien yang dapat
memberikan informasi mengenai penyakit diabetes mellitus tipe II.
Metode yang akan dilakukan dengan mengadakan kontak mata secara
langsung dengan pasien, keluarga pasien, dan perawat-perawat yang
ada diruangan, yang dapat memberikan informasi tentang pasien.
2. Pemeriksaan fisik
Menurut Fitrah & Luthfiyah (2017), observasi merupakan metode
pengumpulan data tang dilakukan dengan cara mengamati dan
mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Observasi
hakikatnya bentuk dari kegiatan dengan menggunakan panca indra
untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Pada metode observasi
ini, akan dilakukan pada klien selama 3 hari dengan menggunakan
pengamatan langsung melalui pengkajian fisik yaitu diantaranya
inspeksi, palpasi, perkusi dan aukultasi.Pemeriksaan fisik yang akan
dilakukan pada pasien selama tiga hari mulai dari pengkajian sampai
pada evaluasi.

3. Dokumentasi
Menurut Fitrah & Luthfiyah (2017), dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variasi yang berupa catatan, buku, surat kabar,
notulen, raport dan lain-lain. Dokumen yang diperlukan adalah
dokumen yang relevan dan dibutuhkan untuk melengkapi data. Dalam
metode ini, penulis menggunakan berbagai sumber catatan medis serta
hasil pemeriksaan penunjang untuk membahas tentang diabetes
mellitus tipe II.Akan dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai
diabetes mellitus tipe II.

4. Kepustakaan
Menurut Fitrah & Luthfiyah (2017), kepustakaan merupakan metode
untuk mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti oleh peneliti. Dalam metode ini, penulis
menggunakan literatur yang ada kaitannya dengan judul diabetes
mellitus tipe II.

F. Sistematika Penulisan
Penulisan pre Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 2 Bab yang
disusun secara sistematika sebagai berikut:

BAB I: Penulisan yang meliputi latar belakang, ruang lingkup, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika


penulisan.

BAB II: Penulisan yang meliputi pengertian, klasifikasi, anatomi fisiologi,


etiologi, patofisiologi, pathway keperawatan, manifestasi klinis,
komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaaan penunjang,
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, penyimpangan KDM, asuhan keperawatan.
Bab ii-bab v mana?

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar

1. Pengertian
Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh penurunan
kadar hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas yang
mengakibatkan meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Penurunan
ini mengakibatkan glukosa yang dikonsumsi oleh tubuh tidak dapat
diproses secara sempurna sehingga konsentrasi glukosa dalam darah
akan meningkat. Diabetes Mellitus terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu
diabetes mellitus tipe I, diabetes mellitus tipe II, diabetes mellitus
sekunder dan diabetes mellitus gestasional. Diabetes mellitus adalah
gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat,
jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis
dan penyakit vascular mikroangiopati.
Diabetes mellitus adalah kelainan pada seseorang yang ditandai
dengan naiknya kadar glukosa di dalam darah (hiperglikemia) yang di
akibatkan oleh kerusakan insulin. Diabetes mellitus adalah penyakit
metabolik yang kebanyakan herediter dan tanda-tanda hiperglikemia
dan glukosaria yang disertai dengan ada atau tidak adanya gejala klinik
akut ataupun kronik. (Brunner & Suddarth, 2015).
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang umumnya terjadi
pada dewasa yang membutuhkan supervisi medis berkelanjutan dan
edukasi perawatan mandiri pada pasien. Diabetes mellitus tipe II
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya. Diabetes mellitus tipe II adalah penyakit
ganguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat
penurunan sekeresi insulin oleh sel beta pankreas dan gangguan fungsi
insulin (resistensi insulin). Resistensi insilun adalah turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa ke hati
sehingga glukosa tidak dapat masuk kedalam sel dan akhirnya
tertimbun dalam peredaran darah. (Priscilia L & Karen, 2016).
Diabetes mellitus tipe II biasanya terjadi pada usia dewasa,
biasanya terjadi pada usia 45 tahun, tetapi bisa pula timbul pada usia di
atas 20 tahun. Kejadian diabetes mellitus tipe II pada wanita lebih
tinggi dari pada laki-laki. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes
karena secara fisik wanita mempunyai peluang peningkatan indeks
masa tubuh yang lebih besar. Seringkali diabetes mellitus tipe II
didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah komplikasi
muncul sehingga insidensinya sekitar 90% dari penderita diabetes
mellitus di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari
memburuknya faktor resiko seperti kelebihan berat badan dan
kurangnya aktifitas fisik. (WHO 2014)

2. Klasifikasi
Penyakit diabetes mellitus tipe II sering terjadi karena tubuh tidak
memproduksi homon insulin yang mencukupi atau karena insulin tidak
dapat digunakan dengan baik, (resistensi insulin). Tipe penyakit
diabetes ini merupakan yang terbanyak diderita saat ini (90-95%),
sering terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 40 tahun, gemuk
dan mempunyai riwayat penyakit diabetes dalam keluarga. Penyebab
dari penyakit diabetes tipe II ini adalah insulin tidak dapat direspon
dengan baik oleh sel-sel tubuh. Sel-sel tubuh tidak mau menerima
glukosa yang dibawah insulin. Resistensi insulin yang akhirnya
menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Lemak yang berlebihan pada orang obesitas yang mengakibatkan
terganggunya kerja insulin. Terbukti sebagian besar pasien diabetes
mellitus tipe II memiliki berat badan diatas normal. Oleh karena itu
dalam pengobatannya sangat mementingkan penerapan diet yang tepat
untuk mengurangi jumlah lemak yang menumpuk dalam tubuh dan
juga mampu membantu pasien terhindar dari komplikasi.
Efek dari diabetes mellitus tipe II sama dengan diabetes mellitus
tipe I, kadar gula dalam darah sama-sama meningkat dan sel-sel tubuh
kekurangan energi. Kadar gula darah yang terus-menerus tinggi bisa
merusak pembuluh darah dan saraf, dan seringkali menyebabkan
komplikasi seperti jantung, stroke, kebutaan, penyakit ginjal, dan
amputasi. (TIM, B.M, 2017)

3. Anatomi Fisiologi Pankreas

Gambar 1 Anatomi Fisiologis Pankreas


(Sumber:Https://Www.google.co.id/search?
q=gambar+anatomi+pankreas&oq=GAM&aqs=Chrome. Jumat , 30 maret 2019
jam: 14:03 wita)
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-
kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limfa dan berat
rata-rata 60-90 gram. (Tagiyyah, 2013)

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu:

a. Sekresi getah pencernaan kedalam duodenum


b. Pulau Langerhans yang tidak mengeluarkan sekresinya keluar, tetapi
menyekresikan insulin dan glukagon langsung darah. Pulau-
pulauLangerhans yang menjadi sistem endokrin dari pankreas tersebar
ke seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3% dari berat total pankreas.
Pulau Langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama yaitu:
Sel-sel A (alpha), jumlahnya 20-4-% memproduksi glucagon yang
menjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “anti
insulin”. Sel-sel B (beta) jumlah sekitar 60-80%, membuat insulin. Sel-
sel D (delta), jumlahnya sekitar 5-15% membuat somatostin. Masing-
masing sel tersebut dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat
pewarnaanya. Didalam mikroskop pulau-pulau Langerhans ini
berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler.
Insulin merupakan protein terkecil untuk insulin manusia. Molekul
terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan
B, kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan (perangkai), yang
terdiri dari disulphide. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai
B terdiri dari 30 asam amino insulin dapat larut pada Ph 4-7 dengan
titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, maka harus
berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam membran sel.

4. Etiologi
Diabetes Mellitus disebut dengan the silent killer karena
penyakitinidapatmengenai semua organ tubuh dan menimbulkan
berbagai macam keluhan. Diabetes mellitus merupakan penyakit yang
disebabkan oleh adanya kekurangan insulin secara relative maupun
absolut.
Defisiensi insulin dapat terjadi melalui tiga jalan, yaitu:
a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat
kimia, dll)
b. Desentitas atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas
c. Desentitas atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer

Peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus tipe II, berkaitan


dengan beberapa faktor resiko yang tidak dapat diubah, faktor resiko
yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut AmericanDiabetes
Association (ADA) bahwa diabetes mellitus berkaitan dengan faktor
resiko yang tidak dapat diubah meliputi:

a. Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus (first degree)


Seseorang yang menderita diabetes mellitus diduga mempunyai
gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif.
Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut
yang menderita diabetes mellitus.
b. Umur lebih dari 45 tahun. Berdasarkan penelitian, usia yang
terbanyak terkena diabetes mellitus adalah 45 tahun ke atas
c. Etnik
d. Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi lebih dari
400 gram atau riwayat pernah menderita diabetes mellitus
gestasional
e. Riwayat lahir dengan berat badan rendah

Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah pada penyakit diabetes


mellitus tipe II meliputi:

a. Obesitas berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) lebih dari 25kg


atau lingkar perut lebih dari 80 cm pada wanita dan lebih dari 90
cm pada laki-laki. Terdapat korelasi bermakna antara obesitas
dengan kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT
lebih dari 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah
menjadi 200 mg%.
b. Kurangnya aktifitas fisik
c. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah pada hipertensi
berhubungan erat dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan
air, atau meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi

5. Patofisiologi
Dalam patofisiologi diabetes mellitus tipe II beberapa keadaan yang
berperan yaitu:
a. Resistensi insulin
Diabetes mellitus tipe II bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi
insulin, namun karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak
mampu merespon insulin secara normal. Keadaa ini lazim disebut
sebagai “resistensi insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi akibat
dari obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta penuaan
b. Disfungsi sel B pankreas
Pada awal perkembangan diabetes mellitus tipe II, sel B
menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya
sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila
tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan selanjutnya akan
terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas
akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan
defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin
eksogen. Pada penderita diabetes mellitus tipe II memang
umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resitensi insulin
dan defisiensi insulin.

Menurut ADA tahun 2014, kondisi ini disebabkan oleh


kekurangn insulin. Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu
memproduksi insulin yang mutlak cukup untuk memenuhi
kebutuhan yang ditandai dengan kurangnya sel beta atau defisiensi
insulin resistensi insulin perifer (ADA2014)

Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel


beta pankreas telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral
dari diabetes mellitus tipe II. Belakangan ini diketahui bahwa
kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat dari pada yang
diperkirakan sebelumnya selain otot, liver dan sel beta, organ lain
seperti jaringan lemak (meningkatnya lipolysis), gastrointestinal
(defisiensi incretin), kesemuanya ikut berperan dalam
menimbulkan terjadinya gangguan toleransi glukosa pada diabetes
mellitus tipe II.
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang
dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air,
10% menjadi glikogen dan 20-40% diubah menjadi lemak. Pada
diabetes mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat
definisi insulin. Penyebaran glukosa kedalam sel macet dan
metabolismenya terganggu keadaan ini menyebabkan sebagian
besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehungga terjadi
hiperglikemia.
Penyakit diabetes mellitus disebabkan oleh karena gagalnya
hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak
dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah
meningkat dan terjadi hiperglikemia. Ginjal tidak dapat menahan
hiperglikemia ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah
180 mg% sehingga apabila terjadi maka ginjal tidak bisa
menyaring dan mengabsorpsi sejumlah glukosa dalam darah.
Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua
kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosaria.
Bersamaan keadaaan glukosaria maka sejumlah air hilang dalam
urine yang isebut poliura. Poliura mengakibatkan dehidrasi intra
seluler, hal ini dapat merangsang pusat haus terus menerus
sehingga pasien akan merasakan haus terus-menerus sehingga
pasien akan minum terus yang disebut polidipsia.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan
menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel
kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak protein
menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran
dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan
banyak makan yang disebut polifagia.
Terlalu banyak lemak yang dibakar akan terjadi
penumpukan asetat dalam darah yang akan menyebabkan
keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni
tubuh bila terlalu banyak sehingga tubuh berusaha mengeluarkan
melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan nafas
penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadan asidosis ini
apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma
diabetic. (Rendy. M. C & TH. M 2012
6. Pathway Keperawatan Diabetes Mellitus tipe II

Resistensi Insulin

Proses secara normal tidak berjalan

Glikogenesis dan lipogenesis Penggunaan glukosa oleh Defisiensi Insulin


tidak berjalan sel-sel tubuh meningkat
Transport glikosa ke reseptor sel berkurang
Hiperglikemia
Metabolisme karbohidrat
Glukosa dalam darah meningkat menurun
Diuresis osmotik ATP tidak terbentuk
Penarikan Osmolarita Pembongkaran glikogen Penurunan
Perubahan Cairan dalam
cairan ke s menurun pemecahan Energi
kimia endogen tubuh kurang fungsi leukosit
vaskuler lemak dan protein hati
Ketidak stabilan Tubulus tidak Kelemahan
Kekurangan Gangguan sirkulasi
gula darah Dehidras mengabsorpsi
volume cairan Rangsangan Penurunan perifer kerusakan sel
i intrasel hasil filtrasi
pusat lapar di berat badan
glomerulus Ulkus memudahkan
Ransangan hipotalamus
Perubahan status Penurunan port dentri kuman
Kesehatan pusat haus di Osmotik
polifagia masa otot
hipotakamus diuresis
Kesalahan interpretasi polidipsi Resiko infeksi
Intake nutrisi
informasi poliuria
tidak adekat

Kurangnya pengetahuan Perubahan sensori perseptual Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
7. Manifestasi Klinis
a. Kadar glukosa darah pada waktu puasa 120 mg/dl
b. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
c. Banyak kencing (poliuria)
d. Banyak minum (polidipsia)
e. Banyak makan (polifagia)
f. Penurunan berat badan
g. Rasa lemah
h. Kesemutan
i. Gatal-gatal
j. Visus menurun
k. Bisul atau luka
l. Keputihan (pada wanita)(TIM, B.M, 2017)

8. Komplikasi
a. Akut
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi karena pemakaian obat-obat diabetic yang
melebihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan
glukosa dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar
difasilitasi untuk masuk kedalam sel.
2) Ketoadisodis diabetic
Komplikasi diabetes yang terjadi ketika gula darah tidak cukup
terkontrol dan menimbulkan poliuria dan dehidrasi, mual
muntah, yang memperparah dehidrasi sel, kadar kalium total
tubuh turun, dan bau buah pada nafas. Jika tidak diobati,
kondisi ini akan menyebabkan kematian.
3) Hiperglikemik hyperosmolar non ketik (HHNK)
Komplikasi ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intra
sel dan ekstra sel karena banyak di ekresi lewat urine.
b. Kronis
a. Mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata)
Terjadi penebalan membran basal pada pembuluh-pembuluh
darah kecil yang berkaitan dengan tingginya kadar glukosa
darah, sehingga mengakibatkan penyakit ginjal atau nefropati
diabetika dan retinopati diabetika atau kerusakan pada mata.
Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskular pada struktur
dan fungsi ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis
ginjal. Tubulus dan glomerulus penyakit ginjal dapat
berkembang dari proteinuria ke ginjal
Retinopati terjadi akibat adanya perubahan dalam retina karena
penurunan protein dalam retina. Penurunan ini dapat berakibat
gangguan dalam penglihatan.

b. Makrovaskular
Komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang lebih
besar, sehingga menyebabkan aterosklerosis.
c. Neuropati
Neuropati adalah perubahan metabolic yang mengakibatkan
fungsi sensorik dan motoric saraf menurun. Kehilangan sensori
mengakibatkan penurunan persepsi nyeri (Mulianti 2017)

9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Terapi obat tidak di berikan pada semua penderita diabetes.
Namun, hanya di berikan pada penderita diabetes yang gagal dalam
mengontrol gula darahnya setelah menerapkan diet untuk diabetes
dan olah raga teratur. Mayoritas penderita diabetes dapat
mengontrolkadar gula darahnya dengan menerapkan gaya hidup
sehat. Namun, jika tidak bisa maka satu-satunya jalan adalah
memberikan obat diabetes. Terapi obat untuk penderita diabetes di
bagi menjadi 2, yaitu obat hipoglikemik oral dan insulin.
1) Obat Hipoglikemik Oral
Tujuan dari pemberian obat hipoglikemik oral (OHO) ini untuk
menormalkan gula darah, menghilangkan gejala, dan mencegah
terjadinya komplikasi. Obat ini lebih utama di gunakan untuk
penderita diabetes tipe 2 ringan hingga sedang. Obat ini baru
diberikan jika gula darah penderita masih di atas 200mg/dl
setelah menerapkan diet untuk diabetes dan olah raga secara
teratur selama 1-2 bulan. Walaupum sudah meminum obat
hipoglikemik oral, bukan berarti penderita meninggalkan olah
raga dan diet yang telah ditentukan. Obat ini hanya membantu
untuk menurunkan kadar gula darah kembali normal.
Penentuan jenis obat hipoglikemik oral yang di gunakan ini
dapat hanya satu ataupun di kombinasikan. Tergantung dari
tingkat keparahan diabetes yang di derita, komplikasi, serta
kondisi kesehatan ataupun penyakit lainnya. OHO di bagi
menjagi 4 golongan yakni: sulfonylurea, Glinid, Biguanid,
Tiazolidindion, Acarbose, inhibitor alfa glukosidase, dan
insulin sensitizing
2) OHA yang biasa di gunakan di Indonesia adalah Metformin 2-
3x500mg dalam sehari. Metformin termasuk kedalam golongan
biguanid. Metformin berfungsi menurunkan gula darah dengan
meningkatkan sensifitas insulin sehingga dapat berfungsi
kembali. Selain itu, metformin juga menekan produksi gula
darah dari hati.
3) Golongan tiazolindindion juga mampu menaikkan sensivitas
insulin kembali. Obat golongan ini bekerja dengan
meningkatkan jumblah protein yang membawa glukosa ke
dalam sel dan jaringan tubuh. Obat golongan ini di berikan
kapan saja pemberiannya tidak tergantung pada jadwal makan
penderita.
4) Golongan sulfonilurea berfungsi memicu produksi insulin.
Golongan ini di utamakan untuk penderita diabetes dengan
berat badan normal atau kurang. Obat golongan sulfunilurea di
berikan 15-30 menit sebelum makan. Dosis yang di berikan
pada awal pengobatan sebaiknya setengah tablet sehari.
Apabila di perlukan dosis dapat dinaikkan menjadi 1-2 tablet
sehari.
5) Ada golongan glinid yang mampu memicu produksi insulin.
Golongan glinid yang mampu mampu memicu produksi
insulin. Golongan glinid sangat baik untuk menormalkan kadar
gula darah yang naik setelah makan. Obat golongan glinid di
berikan sesaat sebelum makan.
6) Golongan acarbose berfungsi mengurangi jumlah gukosa yang
di serap oleh usus halus. Obat dari golongan ini tidak
memberikan efek samping hipoglikemia, namun dapat
menimbulkan rasa kembung dan buang angin. Golongan
acarbose di berikan bersamaan dengan suapan pertama kali
makan.
7) Insulin
Diabetes militus terjadi karena adanya masalah dalam insulin,
baik karena jumblah dalam darah yang kurang maupun karena
resisten urin. Insulin merupakan salah satu bentuk protein
tubuh yang berfungsi mengantar gula darah masuk kedalam sel
tubuh untuk di jadikan energi, meningkatkan pembentukan
glikogen di dalam hati, mencegah penguraian glikogen menjadi
glukosa, merangsang pembentukan protein dan lemak dari
glukosa, serta meningkatkan penguraian glukosa secara
oksidatif. Insulin di berikan dengan menggunakan jarum
suntik.
b. Penatalaksanaan nutrisi
Salah satu factor utama penyebab terjadinya diabetes adalah
pola makan yang salah. makan dalam porsi yang besar, terlalu
banyak ngemil, melewati sarapan, makan terlalu malam. Pola
makan tersebut menyebabkan berat badan berlebih dan gula
darah menjadi naik. Kenyataannya, sebagian besar penderita
diabetes memang memiliki tubuh yang cenderung gemuk. Oleh
karena itu, kesalahan-kesalah dalam pola makan harus segera di
ubah. Penentuan pola makan yang cocok untuk semua penderita
diabetes sebenarnya belum bisa ditentukan karena harus di
sesuaikan dengan kebiasaan makan individu masing-masing.
Penderita diabetes di anjurkan menerapkan terapi diabetes
dengan syarat:
1) Makanlah pada jadwal yang teratur.
2) Jumlah asupan kalori di sesuaikan dengan berat badan, jenis
kelamin, usia, aktivitas fisik, serta kelainan metabolic yang
di alami
3) Makanlah menu yang beragam, misalnya dalam sehari harus
ada makanan sumber protein, karbohidrat, sayur dan buah.
4) Batasi mengosumsi gula pasir, makanan manis, dan
gorengan
5) Hindari makan biscuit, cake, serta makanan berkalori tinggi
sebagai cemilan pada waktu makan.
6) Minum air dalam jumlah banyak dan hindari minuman
berkalori seperti minuman bersoda apabila haus.
7) Konsumsi protein, vitamin, dan mineral yang cukup.
8) Tambahkan porsi sayur dan buah dua kali lipat di banding
biasanya. (TIM B.M, 2017)

10. Pemeriksaan penunjang


a. Kadar glukosa
1. Gula darah puasa/ nuchter >140 mg/dl
a) Vena: <110,110-125 (belum pasti DM),>126 (DM)
b) Kapiler: <90,90-199 (belum pasti DM), >200(DM)
2. Gula darah sewaktu /random >atau <200mg/dl
a) Vena :<110,110-199 (belum pasti DM),>200(DM)
b) Kapiler: <90,90-199(belum pasti DM),>200(DM)
3. Gula darah 2 jam pp (post prandial)>200 mg/dl
b. Aseton plasma dengan hasil positif (+) mencolok
c. As lemak bebas yaitu peningkatan lipid dan kolestrol
d. 0smolaritas serum (>330 sm/1)
e. Urinalisis (proteinuria ketonuria, glukosaria). (brunner &
Suddarth, 2015)

B. Konsep Dasar Asuhan keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari pasien sehingga
akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. (Padila,2012).
Tahap pengkajian meliputi:
a. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi secara drastis
menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering
muncul setelah memasuki usia tersebut terutama setelah seseorang
memasuki usia 45 tahun terlebih pada orang dengan kelebihan
berat badan.
b. Pendidikan dan kesehatan
Pada orang dengan pendapatan tinggi cenderung untuk mempunyai
pola hidup dan pola makan yang banyak mengandung gula dan
lemak dan berlebihan, serta tingginya konsumsi makanan yang
berat serta aktifitas fisik yang sedikit. Pada orang yang
pendidikannya rendah atau yang hidup di perdesaan juga sangat
cenderung dengan penyakit diabetes, kurangnya pengetahuan
tentang kesehatan serta pola hidup yang tidak sehat dapat
mengakibatkan penyakit diabetes.
c. Keluhan utama
Penderita biasanya datang dengan keluhan menonjol bahkan badan
terasa sangat lemas sekali disertai dengan penglihatan yang kabur
(retinopati). Meskipun muncul keluhan banyak kencing (poliura)
kadang penderita belum tahu jika itu salah satu tanda penyakit
diabetes mellitus.
d. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit ini biasanya yang dominan adalah munculnya
sering buang air kecil (poliura), sering lapar dan haus (polydipsia
dan polifagia), sebelumnya penderita belum menyadari jika itu
merupakan perjalanan penyakit diabetes mellitus. Penderita baru
tahu jika sudah memeriksakan diri di pelayanan kesehatan.
e. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat dapat terjadi saat kehamilan, yang terjadi saat hamil saja
dan biasanya tidak dialami setelah melahirkan namun perlu
diwaspadai akan kemungkinan mengalami diabetes mellitus yang
sesungguhnya di kemudian hari. Diabetes sekunder umumnya
digambarkan sebagai kondisi penderita yang pernah mengalami
suatu penyakit. Penyakit yang dapat menjadi pemicu timbulnya
diabetes mellitus dan perlu dilakukan pengkajian diantaranya:
1) Penyakit pankreas
2) Gangguan penerimaan insulin
3) Gangguan hormonal
4) Pemberian obat-obatan seperti: Glukokortioid (sebagai obat
radang), Furosemide (sebagai diuretik), Thazid (sebagai obat
radang), Beta bloker (untuk mengobati gangguan jantung),
Produk yang mengandung estrogen (kontrapsepsi oral dan
terapi hormon)
f. Riwayat kesehatan keluarga
Diabetes mellitus dapat menurun menurut silsilah keluarga yang
mengidap diabetes mellitus, karena kelainan gen yang
mengakibatkan tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan
baik.
Pengkajian pola kebutuhan menggunakan model menurut Virginia
Anderson meliputi:

a. Kebutuhan nafas
Pada pasien dengan diabetes mellitus dapat dijumpai peningkatan
pernapasan sebagai kompensasi penurunan metabolisme sel yang
melibatkan oksigen (respirasi aerob) dengan irama dalam dan cepat
karena banyak benda keton yang dibongkar
b. Kebutuhan nutrisi
Penderita diabetes mellitus mengeluh ingin selalu makan tapi berat
badan justru menurun karena glukosa tidak dapat ditarik delama sel
dan terjadi penurunan masa sel. Pada pengkajian intake cairan
pasien akan terkaji banyak minum (sehari mungkin 2500-4000 cc).
Makanan dan diet juga sangat penting bagi penderita diabetes
mellitus. Penuntun diet, selain memuat macam makanan, jenis
bahan makanan dan berat atau volumenya, juga memuat
keterangan tentang bahan makanan penukar yang setara, dan
sebagainya.
c. Kebutuhan eliminasi
Eliminasi buang air besar (BAB) pada pasien diabetes mellitus
tidak ada perubahan yang mencolok. Frekuensi seperti biasa
1-2x/hari, dengan warna kekuningan, sedangkan pada eliminasi
buang air kecil (BAK) akan dijumpai jumlah urine yang lebih
banyak baik secara frekuensi maupun volumenya (pada frekuensi
biasanya. 10x/hari, sedangkan volume mungkin mencapai 2500-
3000 cc/hari). Untuk warna mungkin tidak ada perubahan
sedangkan bau barangkali ada aroma unsur gula.
d. Kebutuhan gerak dan keseimbangan atau aktivitas
Penderita dengan diabetes mellitus akan mengalami penurunan
gerak karena kelemahan fisik, kram otot sampai penurunan tonus
otot, yang didapatkan pada pengkajian terjadi penurunan skor
kekuatan otot pada ekstremitas atas kanan dan kiri serta ekstremitas
bawah kanan dan kiri (penilaian memakai skor 5,4,3,2,1 dan 0).
Range or motion (ROM) dari rentang persendian juga mengalami
penurunan derajat sudutnya. Misalnya pada rentan sudut siku

tangan yang dapat mencapai 180 º dan biasa turun menjadi

160ºatau dibawahnya. Penderita juga dapat mudah jatuh karena


penurunan glukosa pada otak akan berakibat penurunan kerja pusat
keseimbangan (di serebum atau otak kecil).

Keterangan:
Cara memeriksanya: pasien diminta untuk mengangkat tangan
sejajar dengan bahu, kemudian pemeriksa memberi gaya
perlawanan dengan menarik ke bawah.
Skor pada ekstremitas atas yaitu:
Skor 5: pasien mampu menahan dengan kuat gaya tarikan dari
pemeriksa searah dengan gaya gravitasi
Skor 4: pasien mampu menahan gaya tarikan penuh dari
pemeriksa sebentar terus terjatuh
Skor 3: pasien mampu mengangkat tangan sejajar bahu tetapi
diberi gaya perlawanan searah dengan gravitasi sedikit
lalu terjatuh
Skor 2: pasien mampu mengangkat tangan separuh dari jarak
dengan bahu lalu terjatuh
Skor 1: pasien mampu mengangkat tangan sedikit lalu terjatuh
Skor 0: pasien tidak mampu sama sekali untuk mengangkat
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
Sering muncul perasaan tidak enak efek dari gangguan yang
bersifat sistemik yang berdampak pada gangguan tidur (insomnia).
Penderita juga sering terbangun karena frekuensi kencing yang
meningkat pada malam hari. Rata-rata tidur penderita pada malam
hari 4-5 jam. Pada pengkajian ini juga dapat dilihat penampilan
penderita dengan wajah sayuh mata merah dengan verbalisasi
keluhan rasa ngantuk.
f. Kebutuhan berpakaian
Kebutuhan berpakaian mungkin tidak terganggu kecuali pada
periode kelemahan fisik yang mengganggu (skor kekuatan otot 2-0
atau terjadi penurunan kesadaran (apatis sampai koma).
g. Mempertahanakan temperature atau sirkulasi
Sering muncul keluhan pasien berupa kesemutan pada ekstremitas
atas maupun bawah yang berarti terjadi penurunan sirkulasi karena
terjadi peningkatan viskositasi darah oleh glukosa tetapi sulit
masuk sel. Akral juga teraba dingin akibat penurunannya berkisar
normal kecuali sudah ada infeksi terjadi kenaikan suhu tubuh
diatas 37℃
h. Kebutuhan personal hygine
Pasien diabetes mellitus dengan kadar glukosa yang terkontrol
(tidak naik drastic) masih dapat melakukan kegiatan ganti pakaian
sendiri tanpa bantuan.
i. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Pasien dengan diabetes mellitus mengalami gangguan rasa nyeri
panas pada punggung kaki tapi dengan skala yang ringan dan dapat
di toleransi sehingga tidak terlalu mengganggu aktivitas seperti
berjalan. Sedangkan kebutuhan aman pasien mengalami resiko
terjadi perlukaan pada ekstremitas terutama bawah.
j. Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi
Pada perjalanan yang cukup lama (lebih satu bulan) pasien
mengalami penurunan optimisme dan cenderung emosi labil,
mudah tersinggung dan marah. Sedangkan pada periode awal
emosi pasien masih stabil dan mampu mengekspresikan emosi
dengan baik
k. Kebutuhan spiritual
Setelah mengalami gejala yang tak kunjung sembuh, pasien
diabetes melitus mulai berusaha mencari sumber kekuatan yang
luar biasa yaitu dari Tuhan. Kegiatan ibadah semakin terlihat
meningkat sebagai bentuk kompensasi kejiwaan untuk mencari
kesembuhan dari Tuhan yang maha Esa. Kegiatan itu dapat berupa
peningkatan sholat, berdoa atau pergi ke tempat ibadah.
l. Kebutuhan bekerja
Kebutuhan bekerja pada pasien diabetes mellitus telah mengalami
penurunan karena penderita mudah mengalami kelelahan tetapi
saat dirawat barangkali tidak menjadi gangguan yang perioritas.
Mungkin yang ada kendala justru kondisi psikologi karena sudah
tidak bekerja atau mengalami penurunan kerja. Kondisi psikologi
yang sering muncul penurunan harga diri, menarik diri, mungkin
sampai kondisi frustasi
Pengkajian pola kebutuhan menurut (Virginia Handerson).
a. Kebutuhan fisiologi (seperti oksigenasi, makan minum, eliminasi,
suhu tubuh, sirkulasi dan lainnya sudah dijelaskan pada pola
diatas).
b. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
c. Kebutuhan dicintai dan mencintai
Pasien dengan diabetes melitus ada yang dikucilkan istri karena
komplikasi dari organ reproduksi yang berupa impotensi untuk
laki-laki dan penurunan gairah seksual untuk wanita. Kondisi ini
akan mempengaruhi rasa cinta terhadap pasangan. Sedangkan bagi
anak-anaknya mungkin karena terjadi penurunan aktivitas atau
pendapat ada yang menganggap orang tuanya tidak berguna lagi,
untuk penderita terkadang merasa tidak berguna sendiri sehingga
kurang peka terhadap anggota keluarga.
d. Kebutuhan harga diri
Sering mengalami penurunan harga diri karena perubahan
penampilan, perubahan identitas diri akibat tidak bekerja,
perubahan gambaran diri karena mengalami amputasi karena
ganggren, perubahan peran karena tidak mampu menjelaskan tugas
dengan baik sebagai orang tua.
e. Aktualisasi diri
Kebutuhan ini sebagai puncak pada hirarki kebutuhan menurut
Malow, kalau pasien sudah mengalami penurunan harga diri maka
pasien sulit untuk melakukan aktualisasi diri contoh melakukan
aktivitas di rumah enggan mandiri sampai mungkin menghasilkan
karya seni atau karya ilmu yang lain ketika dirumah sakit. Pasien
tampak tidak bergairah, bingung bahkan kadang terlihat sering
menyendiri.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas tentang
masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan.
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dieresis osmotic,
mual dan muntah
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak adekuatan insulin, penurunan masukan oral
c. Resiko tinggi infeksi ditandai dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi leukosit atau perubahan sirkulasi
d. Kelemahan berhubungan dengan transport glukosa ke reseptor sel
berkurang
e. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan,
dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi
(Dongoes 2001)

3. Perencanaan
Perencanaan adalah petunjuk teknis yang menggambarkan secara tepat
mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap pasien sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan diagnosis keperawatan.
a. Diagnosis 1
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresuis osmotic,
mual muntah
Tujuan: kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Hasil yang diharapkan:
Tanda vital stabil (TD: 120/80 mmhg, nadi: 82x/menit, respirasi:
24x/menit, suhu tubuh: 36,6℃), turgor kulit baik, haluaran urin
normal, kadar elektrolit dalam batas normal

Tabel 1 Intervensi dan Rasional diagnosa I

Intervensi Rasional
1. Pantau tanda vital 1. Hypovolemia dapat ditandai
dengan hipotensi dan takikardi
2. Kaji suhu, warna kulit dan 2. Demam, kulit kemerahan,
kelembapan kering sebagai cerminan dari
dehidrasi
3. Pantau masukan dan 3. Memberikan perkiraan
pengeluaran kebutuhan akan cairan
pengganti
4. Ukur berat badan setiap hari 4. Memberikan hasil pengkajian
yang terbaik dan status cairan
yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan
cairan pengganti
5. Pertahankan cairan
5. Mempertahankan
±2500cc/hari jika masukan
dehidrasi/volume cairan
secara oral sudah dapat
diberikan
6. Tingkatkan lingkungan yang 6. Menghindari pemanasan yang
nyaman selimuti dengan berlebihan pada pasien yang
selimut tipis akan menimbulkan kehilangan
cairan
7. Catat hal-hal yang dilaporkan 7. Kekurangan cairan dan
seperti mual, nyeri abdomen, elektrolit mengubah mobilitas
muntah, distensi lambung. lambung, yang sering terjadi
kekurangan cairan dan
elektrolit
8. Pantau tanda-tanda dehidrasi,
seprti sering haus
8. Tipe dan jumlah cairan
Kolaborasi: tergantung pada derajat
9. Berikan terapi cairan sesuai kekurangan cairan respon
indikasi pasien secara individual
9. Mendekomoresi lambung dan
dapat menghilangkan muntah

Sumber: doenges, 2001

b. Diagnosis 2:
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak adekuatan insulin, penurunan masukan oral
Tujuan: kebutuhan nutrisipasien terpenuhi

Hasil yang diharapkan: mencerna jumlah nutrisi yang tepat,


menunjukan tingkat energi biasanya, berat badan stabil atau
meningkat

Tabel 2 Intervensi dan Rasional Diagnosa II

Intervensi Rasional
1. Timbang berat badan 1. Mengkaji pemasukan
setiap hari makanan yang adekuat
(termasuk absorpsi)
2. Tentukan program diet 2. Mengidentifikasi
dan pola makan pasien kekurangan dan
dan bandingkan dengan penyimoangan dari
makanan yang dihabiskan kebutuhan
pasien

3. Auskultasi bising usus, 3. Hiperglikemia dapat


catat adanya nyeri menurunkan mobilitas,
abdomen, mual, muntah fungsi lambung (distensi
atau ileus paralitik yang
akan mempengaruhi pilihan
intervensi)
4. Identifikasi makanan 4. Jika makanan yang disukai
yang disukai dapat dimasukan dalam
perencanaan makanan,
kerjasama ini dapat
diupayakan setelah pulang.

5. Libatkan keluarga dalam


5. Memberikan informasi
perencanaan makan
pada keluarga untuk
sesuai indikasi
memahami kebutuhan
nutrisi pasien
Kolaborasi:
6. Kolaborasi dengan tenaga 6. menurunkan kadar glukosa
ahli gizi dalam pemberian dalam darah
makanan terutama diet
Sumber: Doenges, 2001

c. diagnosis 3:
Resiko tinggi infeksi ditandai dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi leukosit/perubahan fungsi leukosit sirkulasi.
Tujuan: mencegah terjadinya resiko infeksi
Hasil yang diharapkan:
Tanda-tanda infeksi tidak ada
Infeksi tidak terjadi

Tabel 3 Intervensi dan Rasional Diagnosa III

Intervensi Rasional
1. tanda-tanda infeksi dan 1. Pasien mungkin masuk
peradangan dengan infeksi yang
biasanya telah
mencetuskan keadaan
ketoasidosis atau infeksi
nosocomial
2. Tingkatkan upaya 2. Mencegah timbulnya
pencegahan dengan infeksi nosocomial
mencuci tangan bagi
semua orang yang
berhubungan dengan
pasien, meskipun pasien
itu sendiri
3. Pertahankan teknik aseptic 3. Kadar glukosa tinggi akan

prosuder invasive menjadi media terbaik


bagi pertumbuhan kuman

4. Berikan perawatan kulit 4. Sirkulasi perifer bisa

dengan teratur dan terganggu yang

sungguh-sungguh, masage menempatkan pasien pada

daerah yang tertekan, jaga penignkatan resiko

kulit tetap kering, linen terjadinya infeksi kulit dan

tetap kering dan kencang infeksi

5. Bantu pasien melakukan


5. Menurunkan resiko
oral hygiene
terjadinya penyakit mulut
6. Anjurkan untuk makan
6. Menurunkan kemungkinan
dan minum adekuat
terjadinya infeksi
7. Kolaborasi 7. Penanganan awal dapat
Kolaborasi tentang membantu mencegah
pemberian antibiotic yang timbulnya sepsis
sesuai
Sumber: Doenges, 2001

d. Diagnosis 4:
Kelemahan berhubungan dengan transport glukosa ke reseptor sel
berkurang
Tujuan: kadar glukosa darah normal
Hasil yang diharapkan:
1. Klien tampak ceria
2. Kekuatan otot normal
3. Klien dapat melakukan aktivitas sendiri

Tabel 4 Intervensi dan Rasional Diagnosa IV

Intervensi Rasional
1. Observasi tanda-tanda 1. Mengetahui keadaan
vital umum pasien
2. Kaji kemampuan klien 2. Mengetahui tingkat
dalam melakukan aktivitas yang dapat
aktivitas ditoleransi secara
fisiologis
3. Diskusikan dengan 3. Pendidikan dapat
klien kebutuhan dan memotivasi untuk
aktivitas meningkatkan aktivitas
meskipun klien lemah
4. Bantu klien dalam 4. Kebutuhan nutrisi klien
memenuhi kebutuhan dapat terpenuhi
makan dan minum
Sumber: Doenges, 2001
e. Diagnosis 5
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan
dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya perawatan
Tujuan: klien mengerti tentang proses keperawatan
Hasil yang diharapkan: pasien mengetahui tentang proses penyakit,
diet, perawatan dan pengobatan dan dapat menjelaskan kembali
bila ditanya.

Tabel 5 Intervensi dan Rasional Diagnosa V

Intervensi Rasional
1. kaji tingkat pengetahuan 1. untuk memberikan informasi
pasien/keluarga tentang pada klien/keluarga, perawat
penyakit diabetes mellitus perlu mengetahui sejauh
dan gangrene mana informasi atau
pengetahuan yang diketahui
klien/kelurga
2. kaji latar belakang 2. agar perawat dapat
pendidikan klien memberikan penjelasan
dengan menggunakan kata-
kata dan kalimat yang dapat
dimengerti klien sesuai
tingkat pendidikan klien

3. jelaskan tentang proses


3. agar informasi dapat diterima
penyakit, diet, perawatan
dengan mudah dan tepat
dan pengobatan pada klien
sehingga tidak menimbulkan
dengan Bahasa dan kata-
kesalahpahaman
kata yang mudah
dimengerti
4. jelaskan prosedur yang 4. dengan penjelasan yang ada
akan dilakukan, dan ikut secara langsung
manfaatnya bagi klien dan dalam tindakan yang
libatkan bagi klien dilakukan, klien akan lebih
didalamnya kooperatif dan cemasnya
berkurang
5. gunakan gambar-gambar 5. gambar-gambar dapat
dalam memberikan membantu mengingat
penjelasan (jika penjelasan yang telah
ada/memungkinkan) diberikan
Sumber: Doenges ,2001

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan dari rencana tindakan adalah untuk mencapai tujuan
yang lebih spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditunjukan kepada perawat untuk membantu
klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan meliputi peningkatan
kesehatan atau penyakit, pemulihan kesehatan dari fasilitas yang
dimiliki.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan
dengan baik jika kien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama perawatan atau
pelaksanaan perawat melakukan pengumpulan data dan memilih
tindakan keperawatn yang paling sesuai dengan kebutuhan klien dan
memprioritaskannya. Semua tindakan keperawatn dicatat kedalam
format yang telah ditetapkan institusi. (Miharja, 2009)

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperawatan untuk
melengkapi proses keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan
telah berhasil dicapai, melalui evaluasi mungkinkan perawatan untuk
memonitor apa yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa
perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Meskipun tahap evaluasi
merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.
(Miharja, 2009 dikutip dalam harimu 2013)
Yang perlu dievaluasi pada pasien dengan diabetes mellitus adalah:
1. Volume cairan: tanda-tanda vital stabil
2. Nutrisi: jumlah nutrisi, tingkat energi dan berat badan
3. Infeksi: tanda-tanda infeksi
4. Keseimbangan glukosa dan elektrolit: status mental, kekuatan otot,
kerusakan sensori dan tingkat aktivitas
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian

1. Identitas Klien
Nama : Tn. J. K.
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Kairagi
Status : Menikah
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan :Sarjana
Tanggal MRS :24 Juni
Tanggal Pengkajin :25-27 juni 2019
No Rekam Medik : 175080

2. Genogram:

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama:Tubuh klien terasa lemah
b. Riwayat Keluhan Utama: pasien merasa lemah sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit
c. Riwayat Kesehatan sekarang/saat dikaji: saat di kaji pada
tanggal 25 juni 2019 jam 11.00 wita, pasien terbaring di tempat
tidur, kesadaran compos mentis. Pasien juga mengatakan badan
masih terasa lemah, sulit menelan dan belum ada nafsu makan.
Aktivitas pasien dibantu oleh perawat dan keluarga. Pada
ekstremitas kiri atas terpasang IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/menit.
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 130/70 MmHg
Respirasi : 24x/menit
Nadi : 88x/menit
Suhu badan : 36,6℃
d. Riwayat kesehatan dahulu: pasien mengatakan tidak pernah
mengalami penyakit seperti ini
e. Riwayat kesehatan keluarga: dalam keluarga pasien tidak ada
yang mengalami penyakit seperti pasien
f. Riwayat psikososial spiritual: saat dikaji pasien selalu
bertanya-tanya tentang keaadannya kepada perawat dan dokter
karena pasien merasa cemas akan penyakitnya. Hubungan
pasien dengan orang lain terjalin dengan baik dan pasien selalu
bersosialisasi/bergaul dengan orang-orang sekitarnya. Pasien
sangat senang dengan adanya keluarga yang selalu menjaga
serta memberi motivasi dan doa untuk kesembuhannya. Pasien
beragama Kristen Protestan dan selalu taat beribadah di Gereja
g. Riwayat kesehatan lingkungan: pasien mengatakan tinggal
bersama istri dan kedua anak laki-lakinya dirumah. Pasien
tinggal dirumah permanen dengan lingkungan yang bersih,
ventilasi dan pencahayaan baik, penerangan menggunakan
listrk, mempunyai kamar mandi, wc, serta pembuangan
sampah.

4. Nutrisi-Metabolik
a. Nutrisi:

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit


Frekuensi 3 x sehari 3x sehari
Jenis Nasi, ikan, Nasi, ikan,
sayur, daging, sayur, buah
buah
Porsi 1 piring ½ piring
Total konsumsi Habis Habis
Makanan pantangan Tidak ada Makanan
manis
Keluhan Tidak ada Nafsu makan
berkurang

b. Eliminasi:
1). Eliminasi urin

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit


Frekuensi 6-7x sehari 5-6x sehari
Pancaran Lancar Lancar
Jumlah 210cc 180 cc
Bau Khas urine Kha urine
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Perasaan setelah Nyaman Nyaman
BAK
Total produksi 1.260 cc 900 cc
urin
Keluhan Tida ada Tidak ada

2). Eliminasi Alvi

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit


Frekuensi 1x sehari 2 hari sekali
Kontensitas Padat Lembek
Bau Khas Khas
Warna kecoklatan Kekuningan
Keluhan Tidak ada Tidak ada
c. Istirahat dan tidur:

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit


Jumlah jam tidur Jarang tidur siang 2-3 jam
siang
Jumlah jam tidur 7 jam 5-6 jam
malam
Pengantar tidur Doa Doa
Gangguan tidur Tidak ada Nyeri
Perasaan waktu Nyaman Lemah
bangun badan

d. Aktivitas dan latihan


a. Alat bantu : tidak ada
b. Kebersihan diri
1). Mandi : 1x sehari
2). Gosok gigi : 1x sehari
3). Kebersihan rambut : berminyak
4). Kebersihan kuku : bersih
c. Aktivitas sehari-hari :Mengajar di kampus
d. Rekreasi : menonton Hp dan makan bersama keluarga

5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital : TD: 110/80 MmHg, N:88x/m, R:24x/m,
SB: 36,6℃
Tinggi badan :170 cm
Berat badan sebelum sakit : 66kg
Berat badan saat sakit : 63kg
a. Kepala
Warna rambut :hitam beruban
Penyebaran : merata
Bentuk kepala : bulat
Nyeri Tekan : tidak ada nyeri tekan
Benjolan pada kepala : tidak ada benjolan

b. Mata
Bentuk kepala : simetris kiri dan kanan
sklera : tidak ikterus
Konjungtiva : anemis
Pupil dan reflex : simetris kiri dan kanan, refleks pupil
mengecil saat sinar masuk
Gangguan penglihatan : tidak ada ditandai dengan pasien tidak
menggunakan alat bantu kacamata.
Tekanan bola mata : tidak ada nyeri tekan
c. Hidung dan sinus
Nasal septum : tegak lurus
Membran mukosa :kemerahan
Obstrukti :tidak ada obstrukti
Sekret : tidak ada sekret
Sinus maksilaris : tidak ada nyeri tekan
Sinus frontalis :tidak ada nyeri tekan
d. Telinga
Bentuk : simetris kiri dan kanan
Peradangan: tidak ada peradangan
Serum : ada serumen
Fungsi pendengaran : baik
e. Mulut
Bentuk: simetris
Bibir : lembab
Gusi : warna merah muda
Pendarah pada gusi : tidak ada
Beslag : tidak ada
Caries : tidak ada
f. Leher
Warna kulit :sawo matang
Pembengkakan : tidak ada
Tyroid : tidak ada pembesaran
g. Dada dan Thorax
Inspeksi
Bentuk dada : normal
Kesimetrisan : simetris kiri dan kanan
Frekuensi nafas: 24x/m
Irama nafas: teratur
Palpasi
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Perkusi
Suara : sonor
Auskultasi
Bunyi nafas : vesikuler
h. Abdomen
Inspeksi
Bentuk : datar
Warna kulit : sawo matang
Letak umbilikus : memusat
Palpasi
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Turgor kulit : kembali cepat
Perkusi
Bunyi : tympani
Auskultasi
Bising usus: normal
i. Genitalia dan anus : tidak ada kelainan, hemoroid tidak ada,
kebersihan terjaga
j. Ekstremitas
1. Ekstremitas atas
tangan kiri terpasang IVFD Nacl 0,9% 200gtt/menit dan
tidak leluasa untuk bergerak, terdapat kelemahan, edema tidak
ada, dan mudah lelah.
2. Ekstremitas bawah
Dapat bergerak bebas, tapi terdapat kelemahan, edema tidak
ada, mudah lelah
6. Periksaan penunjang
Tabel 6 Pemeriksaan Laboratorium

Hari / Jenis pemeriksaan Normal Satuan Hasil


Tanggal
24 juni Leukosit 4.000-10.000 /uL 17570
2019 Eritrosit 4.70-6.10 10^6/uL 3.939
Hemoglobin 11.5-16.5 g/dL 10.3
Hematokrit 37.0-47.0 % 30.1
Trombosit 150-450 10^3/uL 24
MCH 27-35 pg 30
MCHC 30-40 g/dL 34
MCV 80-100 fL 89
SGOT < 33 U/L 99
SGPT < 43 U/L 327
Bilirubin total 0.10-1.20 mg/dL 29.62
Bilirubin Direct <0.30 mg/dL 22.03
Ureum darah 10-40 mg/dL 170
Creatinin darah 0.5-1.5 mg/dL 1.6
Gula darah sewaktu 70-125 mg/dL 313
Chlorida darah 98.0-109.0 mg/dL 99.3
Kalium darah 3.50-5.30 mg/dL 3.29
Natrium darah 135-153 mg/dL 134

7. Terapi pengobatan
a. IVFD NaCl 0,9% gtt/menit
b. Novorapid 3x6 iu/sc
c. Cepotaxime 3x2 amp
d. Metronidazole tablet 3x 500 mg
e. Diet DM tipe II (1300 kalori)

8. Analisa Data
Tabel 7 analisa data

N Data Etiologi Masalah


o
1 DS: Glukosa dalam darah Nutrisi
Klien mengatakan kurang nafsu makan meningkat kurang dari
↓ kebutuhan
DO: Suplai glukosa ke Tubuh
a. Porsi makan tidak dihabisakan jaringan berkurang
b. BB sebelum sakit 66 kg. saat ↓
dkaji 63 kg Penurunan massa otot
GDP: 313 mg/dL ↓
GDS: 220 mg/dL Penurunan berat badan

Intake nutrisi tidak
adekuat
2 DS: pasien mengatakan tubuhnya terasa ↓
lemah Nutrisi kurang dari
DO: kebutuhan tubuh
a. KU: lemah
b. Pasien terbaring ditempat tidur
c. Pasien mengatakan tidak dapat Transport glukosa ke
melakukan aktivitas seperti reseptor sel menurun
biasanya, aktivitas pasien ↓
terbatas karena terpasang Intra Metabolisme sel Kelemahan
Venous Fluid Drips (IVFD) di menurun karena
ekstremitas kiri atas. Pasien glukosa intrasel
tampak terbaring lemah di menurun
tempat tidur, aktivitas pasien ↓
dibantu perawat dan keluarga ATP tidak terbentuk

Energi berkurang

Kelemahan

N Data Etiologi Masalah


o
3 DS: pasien tampak tidak mengerti dengan Hiperglikemia Kurangnya
penyakitnya ↓ pengetahuan
Diuresis osmotik
DO: ↓
a. Pasien tampak bertanya-tanya Perubahan kimia
tentang penyakitnya dan endogen
pengobatan yang dijalaninya ↓
Ketidak seimbangan
Glukosa, insulin
elektrolit

Perubahan status
kesehatan

Kesalahan interprestasi
informasi

Kurangnya
pengetahuan
Nb : tambahkan diagnosis keperawatan resiko ketidakstabilan gula darag

Prioritas masalah tuliskan

4
B. Asuhan keperawatan
Nama: TM. J.K. Nomor Rekam Medik: 175080
Umur: 51 Tahun Diagnosa Medik: DM tipe II
Jenis kelamin: Laki-laki
Tabel 8 asuhan keperawatan

No Diagnosa Tujuan Perencanaan Rasional Implementasi Evaluasi


Keperawatan Intervensi
1. Perubahan nutrisi: Nutrisi pasien dapat 1. Kaji 1. Untuk Tanggal 25 juni 2019. Jam: Tanggal 25 juni 2019
kurang dari kebutuhan terpenuhi setelah tanda- mengetah 11.00 Wita Jam 13.00
tubuh berhubungan diberikan tindakan tanda ui 1. Mengkaji tanda- S:
dengan ketidak keperawatan selama 3 vital keadaan tanda vital: TD: a. Pasien
adekuatan insulin, hari dengan kriteria umum 130/70MmHg mengatakan
penurunan masukan hasil: pasien Nadi: 84x/menit belum ada napsu
oral yang ditandai: a. Pasien Respirasi: makan
mengatakan 24x/menit
ada napsu Suhu badan: 36,6℃
makan
b. KU: lemah
c. Porsi makan
dihabiskan (1
piring atau ±
300 gr)
N Diagnosa Tujuan Perencanaan Rasional Implementasi Evaluasi
o keperawatan Intervensi
DS: GDP: dalam 2. Timbang BB setiap 2. Mengkaji Jam 11.30 Wita b. Pasien
a. Pasien batas hari pemasukan 2. Menimbang mengatakan
mengatakan normal 3. Identifikasi makan makanan yang BB pasien 60 masih sulit
tidak ada yang adekuat Kg menenlan
napsu makan disukai/dikehendaki 3. Jika makanan Jam 11.40 wita O: pasien hanya
b. Pasien termasuk kebutuhan yang disukai 3. Pasien makan 5-6 sendok
mengatakan etnik/kultural pasien dapat menyukai A: masalah belum
sulit untuk 4. Lakukan pemeriksaan dimasukan dalam makanan teratasi
menelan gula darah dengan perencanaan seperti sayur P: Lanjutkan
menggunakan “finger makan, kerjasama dan ikan laut intervensi
DO: stick” ini dapat Jam 11.50 wita keperawatan 1,2,3
a. Porsi makan diupayakan saat 4. Memeriksa dan 4
tidak pulang gula darah
dihabiskan 4. Gula darah akan puasa 220
b. BB sebelum menurun perlahan mg/dl
sakit 63 Kg. dengan terapi
c. BB saat insulin terkontrol
dikaji 60 Kg

No Diagnosa Tujuan Perencanaan Rasional Implementasi Evaluasi


keperawatan Intervensi

5. Tentukan program 5. Mengidentifikasi Jam 11.55 wita


diet dan pola makan kekurangan dan 5. Pasien diet
pasien dan penyimpangan dari hanya makan
bandingkan dengan kebutuhan nasi, ikan,sayur
makanan yang dapat terapeutik dan buah
dihabiskan 6. Insulin reguler
memiliki awitan Jam 12.00 wita
6. Kolaborasi dengan cepat dan karenanya 6. Memberikan
dokter untuk dengan cepat pula novoramid 4 iu
pemberian terapi membantu secara subkutan
insulin 4 unit memindahkan sebelum makan
glukosa kedalam sel
N Dianosa Tujuan Perencanaan Rasioanl Implementasi Evaluasi
o keperawatan Intervensi

2. Kelemahan Kadar glukosa 1. Kaji 1. Mengetahui Tanggal 26 juni 2019 Tanggal 26 juni
berhubungan dalam darah kemampuan tingkat Jam 11.22 wita 2019
dengan transport normal setelah pasien dalam aktivitas yang 1. Mengkaji Jam 13.10 wita
glukosa ke diberikan melakukan dapat kemampuan S: pasien
reseptor sel tindakan aktivitas ditoleransi pasien, hasil: mengatakan badan
berkurang ditandai keperawatan 2. Bantu pasien secara pasien tampak terasa lemah
dengan: selama 3 hari dalam fisiologis lemah, aktivitas O:
dengan kriteria memenuhi 2. Kebutuhan ringan pasien a. KU: lemah
DS: pasien hasil: kebutuhan nutrisi dapat masih dibantu b. Aktivitas
mengatakan badan a. Pasien makan dan terpenuhi keluarga dan pasien
terasa lemah mengata minum untuk perawat masih
DO: kan 3. Ajarkan pasien meningkatka Jam 11.55 wita dibantu
a. KU: lemah adanya untuk n energi 2. Membantu keluarga
b. Pasien peningk bergerak/berak pasien pasien dalam dan
terbaring atan tivitas atau memenuhi
ditempat energi mengubah 3. Untuk kebutuhan perawat
tidur dan posisi dengan mencegah makan dan A:Masalah belum
c. Aktivitas dapat sering secara terjadinya minum teratasi
pasien memenu perlahan-lahan. pusing dan Jam 12.05 wita P: Lanjutkan
dibantu hi 4. Diskusikan mata 3. Mengajarkan intervensi 1,2,3
keluarga kebutuh dengan pasien berkunang- pasien untutk dan 4
skala 2 an kebutuhan kunang beraktivitas
dasarnya akan aktivitas secara perlahan-
secara lahan
mandiri Hasil: pasien mulai
b. KU: duduk dengan
baik bantuan perawat dan
keluarga

Jam 12.15 wita


4. Mendiskusikan
dengan pasien
tentang
kebutuhan akan
aktivitas, pasien
mengatakan
akan
melaksanakan
anjuran perawat

N Diagnosa keperawatan Tujuan Perencanaan Rasional Implementasi Evaluasi


o Intervensi

3 Kurangnya pengetahuan Pasien mengerti 1. Kaji 1. Untuk Tanggal 27 juni 2019 Tanggal 27 juni
tentang proses penyakit tentang proses tingkat memberika Jam 11.15 wita 2019
berhubungan dengan keperawatan pengetahua n 1. Mengkaji Jam 13.00 wita
kurangnya informasi setelah diberikan n informasi tingkat
yang ditandai dengan: tindakan pasien/kelu kepada kemampuan S:
DS: keperawatan arga pasien/kelu pasien tentang Pasien
a. Pasien selama 3 hari tentang arga penyakit mengataka
mengaatakan dengan kriteria penyakit 2. Agar diabetes n
tidak hasil: diabetes pasien mellitus tipe II. mengetahu
mengetahui a. Pasien mellitus mengetahu Hasil: pasien i tentang
tentang mengetah 2. Jelaskan i tentang mengatakan penyakit
penyakitnya ui tentang tentang proses hanya yang
proses proses penyakit mengetahui dialami
b. Pasien penyakit penyakit dan DM adalah
bertanya- dan dan pengobata penyakit O:
tanya pengobata pengobatan nnya kencing manis Pasien
tentang nnya dan pada 3. Dengan Jam 11.45 wita tidak
penyakitnya menjelask pasien penjelasan 2. Menjelaskan bertanya-
an 3. Jelaskan yang ada proses penyakit tanya lagi
DO: kembali prosedur dan ikut pada pasien tentang
a. Wajah pasien bila tindakan secara tentang penyakitny
tampak pucat ditanya yang akan langsung 3. penyakit DM. a
b. Palpebra hitam dilakukan dalam Hasil: penyakit
c. Konjungtiva pada tindakan DM A:
anemis pasien yang disebabkan Masalah
dilakukan, karena adanya teratasi
pasien gagalnya
akan lebih hormon insulin
kooperatif yang
dan disebabkan
cemasnya oleh obesitas
berkurang dan pola makan

Jam 11.55 wita


4. Menjelaskan
setiap prosedur
tindakan yang
dilakukan pasa
pasien
C. Catatan perkembangan

N Tanggal/ Diagnos Implementasi Evaluasi


o Jam a
1 25 juni 1 1. Mengkaji 25 juni 2019
2019 tanda-tanda S:
08.00 vital a. Pasien
TD: 130 MmHg mengat
Nadi: akan
84x/menit belum
Respirasi: ada
24x/menit napsu
Suhu badan: makan
36,6℃ b. Pasien
2. Menimbang BB mengat
11.30 badan pasien, akan
hasil: 60kg sulit
3. Mengobservasi menela
pasien makan n
12.00 dan minum O: pasien
dibantu istri makan hanya
pasien, pasien lima sendok
makan hanya 5 A: masalah
sendok belum teratasi
4. Memberikan P: Lanjutkan
suntikan intervensi 1,2,3
Novorapid 4 Iu dan 4
secara
subkutann
12.30. 5. Memberi tahu
klien agar dapat
melaksanakan
diet dengan
benar yaitu
12.45 jumlah kalori
yang diberikan
harus habis,
jadwal makan
harus sesuai
dengan interval,
dan jenis
makanan manis
harus dihindari.

No Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


/Jam
26 juni 2 1. Mengkaji S: pasien
2019 kemampuan mengatakan
08.00 pasien, badannya masih
pasien lemah
mengatakan
badan O:
masih a. KU:
terasa lemah
lemah b. Klien
09.20 2. Mengobser sudah
vasi dapat
kegiatan melakuk
pasien. an
Pasien aktivitas
sedang ringan
istirahat seperti
siang makan
3. Pasien dan
11.25 makan dan minum
minum diawasi
dibantu oleh
perawat dan perawat
keluarga dan
4. Mengajarka keluarga
11.35 n pasien A:
untuk masalh
bergerak/be belum
raktivitas teratasi
atau P:
mengubah lanjutkan
posisi intervens
dengan i 1,2,3
sering dan 4
secara
perlahan-
lahan

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada


Tn. J.K. dengan Diabetes Mellitus tipe II di ruangan Edelweis RS Tingkat
II RW. Mongisidi Manado mulai tanggal 25-27 juni 2019, maka pada bab
ini akan dibahas antara teori dengan pelaksanaan yang diperoleh pada
kasus ini.

A. Pengkajian
Berdasarkan hal diatas, penulis melakukan pengkajian pada pasien
Tn. J.K. dengan Diabetes Mellitu tipe II di ruanagan edelweis RS Tingkat
II RW. Mongisidi Manado. Melihat dari keluhan utama yang dirasakn
pasien yaitu: tubuh pasien terasa lemah dab berat badan pasien menurun
3Kg aat dikaji. Maka pada tanggal 25 juni 2019 dilaksanakan GDP dengan
hasil 220 mg/dl. Pada tanggal 26 juni 2019 GDP 151 mg/dl . dan pada
tanggal 27 juni 2019 dilaksanakan pemeriksaan GDP dengan hasil 135
mg/dl, pasien dinyatakan positif menderita Diabetes Mellitus. Selain data-
data diatas penulis juga mendapatkan data: pasien tidak ada nafsu makan
dan pasien terpasang infus NaCl 0,9% gtt/m di tangan kiri.
Berdasarkan teori dan praktek klinik didapatkan adanya
kesenjangan karena tidak semua masalah yang didapati diteori tidak
ditemukan dilahan praktek. Pada pasien dengan Diabetes Mellitus tipe II
ditemukan tanda dan gejala seperti kadar glukosa darah watu puasa
120mg/dl, kadar glukosa darah dua jam seusudah makan lebih dari 200
mg/dl, banyak kencing ( poliuria), banyak minum (polidipsia), banyak
makan (polifagia), penurunan berat badan, rasa lemah, kesemutan, gatal-
gatal, visus menurun, bisul atau luka. Setelah penulis melakukan
pengkajian pada pasien Tn. J.K. dengan diabetes mellitus tipe II
menggunakan tekhnik pengumpulan data secara observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi diperoleh data subyektif: pasien tidak
napsu makan, tidak terdapat bisul/luka. Data obyektif: pasien tampak
lemah dan terbaring ditempat tidur dan pasien tampak pucat. Pada teori
terdapat lima diagnosa yaitu:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dieresis osmotic,
mual muntah.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak adekuatan insulin, penurunan masukan oral .
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi leukosit/perubahan sirkulasi
4. Kelemahan berhubungan dengan trasnpor glukosa ke reseptor sel
berkurang
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatn dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Sedangkan pada kasus hanya didapati tiga diagnosa yaitu:

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidak adekuatan insulin, penuruna masukan oral
2. Kelemahan berhubungan dengan transport glukosa ke reseptor sel
berkurang
3. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi

B. Diagnosa
Pada terotis diagnosa keperawatan menurut dongoes 2001 terdapat
lima diagnosa keperawatan, yaitu: pertama kekurangan volume cairan
berhubungan dengan diuresis osmotik , mual muntah. Kedua perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhn tubuh berhubungan dengan ketidak adekuatan
insulin, penurunan masukan oral. Ketiga resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosi/perubahan
sirkulasi. Keempat kelemahan berhubungan dengan transpor glukosa
keresptor sel berkurang, dan kellima kurangnya pengetahuan tentang
proses penyakit, diet, perawatn dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Dari tinjauan kasus ada tiga diagnosa keperawatn yang muncuk pada
pasien TN. J.K. dengan diabetes mellitus tipe II, yaitu pertama, perubahan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
adekuatan insulin, penurunan masukan oral. Kedua, kelemahan
berhubungan dengan trasnport gluksoa ke reseptor sel berkurang dan
ketiga kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan
dengan kurangnya informasi. Dari hadil diagnosa yang penulis susun
antara diagnosa secara teoritis dan kasus memiliki lima
diagnnosasedangkan pada kasus didapatkan tiga diagnosa keperawatan
sesuai dengan pengkajian yang diperoleh.
C. Perencanaan
Rencana asuhan keperawatan merupakan pengkajian yang
sistematis dan identifikasi masalah, penentuan tujuan, dan
pelaksanaan cara atau strategi. Perencanaan juga meliputi tujuan
yang harus berfokus pada masalah dan dirumuskan secara jelas,
dapat diukur, dapat dicapai dan memounyai batas waktu dalam
pencapaian tujuan. Perencanan dalam satu diagnosa tidak dapat
dilakukannya hanya dalam satu hari tapi sesuaikan dengan waktu
yang ditetapkan. Perencanaan disusun sesuai diagnosa dan respon
pasien. Pada perencanaan penulis tidak menerapkan semua
penerapan secara teoritis karena disesuaikan dengan kondisi dan
situasi klien. Dalam perencanaan ini selain tindakan mandiri,
perawat juga melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain
seperti dokter dalam pemberian terapi.

D. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan ashan keperawatn pada pasien TN. J.K. dengan
diabetes mellitus tipe II dapat dilaksanakan seusia dengan proses
perencanaan keperawatan secara mandiri, health education, dan kolaborasi
dengan tim medis, dalam pelaksaan penulis diberikan waktu selama tiga
hari untuk melaksanakan pemberian asuhan keperawatan. Dalam
pelaksaan proses asuhan keperawatan adalah adanya kerjasama yang baik
antar perawat, dokter, dan tim medis dengan pasien ataupun keluarga.

E. evaluasi

Tahapan evaluasi menggambarkan perkembangan dari masalah, masalah-


masalah yang ditemukan dan hasil tindakan keperawatan yang diberikan dalam
mengatasi masalah-masalah tersebut pada tahap ini penulis melakukan evaluasi
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai selama tiga hari. Dalam
tiga diagnosa satu diantaranya teratasi dan 2 diagnosa yang belum teratasi yaitu:

1. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidak adekuatan insulin, penurunan masukan oral
2. kelemahan berhubungan dengan transport glukosa ke reseptor sel
berkurang

BAB V
PENUTUP

Setelah penulis menguraikan tentang asuhan keperawatan pada


pasien Tn. J.K. dengan diabetes mellitus tipe II di ruangan Edelweis
RS. Tingkat II RW. Mingisidi Manado dari tanggal 25-27 juni 2019
penulis dapat mengumukakan:

A. Kesimpulan
1. Dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien TN.
J.K dengan diabetes mellitus tipe II telah dilakuakan
pendekatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Dalam
pengkajian dilakukan wawancara dengan keluarga pasien,
pasien, tim kesehatan dan observasi selama 3 hari berturut-
turut dengan menggunakan catatan medik, catatan
keperawatan, dan berbagai literatur sebagai acuan
2. Adanya kesenjangan antara teori dan pelaksanaan selama di
lahan praktek. Dimana, pada manifestasi klinik terdapat
beberapa perbedaan respon pasien, pada teori terdapat lima
diagnosa sedangkan pada praktek hanya terdapat tida
diagnosa
3. Faktor penunjang dalam pelaksanaan di RS. Tingkat II RW.
Mingisidi Manado adalah adanya kerjasama yang baik antara
pasien dengan tim kesehatan lainnya dan tersedianya
literature atau landasan teori dengan masalah sehingga dapat
membantu penulis dalam proses asuhan keperawatan. Faktor
penghambat tidak ditemukan dalam penerapan asuhan
keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus karena adanya
kerjasama yang terjalin antara penulis, perawat ruangan dan
pasien.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Bagi perawat-perawat pelaksana, sebaiknya tindakan
keperawatan yang diberikan harus sesuai dengan teori dan
konsep yang telah didapat. Perawat diharrapkan dapat
mempertahankan dan lebih meningkatkan hubungan kerjasam
yang baik dengan tim medis, petugas kesehatan dan keluarga
pasien dalam memantau kesehatan pasien tanpa
mengesampingkan kebutuhan dari pasien
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan agar lebih
memperbanyak literature atau referensi yang berhubungan
dengan penyakit Diabetes Mellitus tipe II agar dapat
membantu sekaligus pasien guna menghindari penyakit
Diabetes Mellitus tipe II
3. Bagi pasien
Diharapkan pada pasien agar dapat menjaga pola atau gaya
hidup serta dilingkungan sekitar pasien guna menghindari
penyakit Diabetes Mellitus tipe II
4. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Diabetes Mellitus tipe II jangan hanya berdasarkan pada teori
saja tetapi harus melihat kebutuhan dan respon pasien
DAFTAR PUSTAKA

Astuti& muliani. (2017). pangan indeks glikemik tinggi dan glukosa darah pasien
diabetes militus tipe II . (online) ( Http:// Scholar.gogle.co.id, Di akses sabtu
30 maret 2019)
Anonimus.,2017.(online) http://forum.ciremai.com/konsep-diabetes-mellitus:
Keperawatan-medikal-bedah.html, diakses 30 maret 2019
Brunner &Suddarth. (2015) Keperawatan Medikal Bedah. Penerit: Buku
Kedokteran: EGC.
Data pelaporan. (2018-2019). Data bulan desember 2018-februari 2019 RS. RW.
Mongisidi Manado
Dinkes. (2015). Profil kesehatan.

Doenges, (2001). Rencana asuhan keperawatan edisi 3 hal 726-737: penerbit


buku kedokteran
Gambar anatomi pankreas ( online) (Https://Www.google.co.id/search?q =
gambar+anatomi+pankreas&oq=GAM&aqs=Chrome. Jumat, 30 maret
2019 jam: 14:03 wita) Kemenkes. 2016. Gemas wujudkan indonesia sehat,
(online) (Tps://Www.gogle.co.id, di akses rabu, 30 maret 2019 jam 1.41
wita)
Miharja (2009): awad dkk, (2013) askep pada klien dengan diabetes mellitus
Jakarta: EGC
Padila, (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Yokyakarta: Nuha medika
Rendy Clevo. M, TH Margareth, (2012). Asuhan keperawatan Medikal Bedahdan
penyakit dalam. Yokyakarta: Nuha Medika
Taqiyyah B. & Mohammad (2013). Asuhan Keperawatan. Penerbit: Prestasi
Pustakaraya.
TIM, B.M. (2017). Berdamai Dengan Diabetes. penerbit: Perpustakaan Nasional :
KDT.

Anda mungkin juga menyukai