Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL MINI

DIABETES MELLITUS

OLEH
MILAN THESSALONIKA AROR
NIM. 21 20 0051

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK III MANADO


JANUARI 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Mini Karya
Tulis Ilmiah ini dengan judul Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini
untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Program Diploma
III Keperawatan di Akademi Keperawatan Rumkit Tk. III Manado.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Mini Karya Tulis
Ilmiah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang dapat membangun dalam menyempurnakan Proposal Mini Karya Tulis
Ilmiah ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga Proposal Mini Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, terutama dalam pendidikan
keperawatan. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu memberikan hikmat dan
berkat-Nya kepada kita semua.

Manado, Januari 2023

Penulis

Milan Thessalonika Aror

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
DAFTAR TABEL.................................................................................................
DAFTAR GAMBAR............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Ruang Lingkup.....................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan................................................................................................3
E. Ruang Lingkup.....................................................................................................3
Ruang lingkup Proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah Asuhan Keperawatan Pada
Pasien dengan Diabates Melitus Tipe II dengan masalah keperawatan gangguan
integritas kulit dengan pendekatan keperawatan melalui pengkajian, diagnosis
keperawatan, intervensi, Tindakan keperawatan dan evaluasi........................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................
A. Definisi..................................................................................................................4
B. Klasifikasi.............................................................................................................4
C. Etiologi..................................................................................................................5
D. Patofisiologi...........................................................................................................7
E. Pathway...............................................................................................................10
F. Manifestasi Klinis...............................................................................................10
G. Pemeriksaan Penunjang................................................................................11
H. Komplikasi......................................................................................................11
I. Penatalaksanaan.................................................................................................18
J. Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus...........................................................22
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................
A. Desain Penelitian................................................................................................30
B. Batasan Istilah....................................................................................................30
C. Partisipan............................................................................................................30
D. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................................30
E. Pengumpulan Data.............................................................................................30
F. Uji Keabsahan Data...........................................................................................31

ii
G. Analisa Data....................................................................................................31
H. Etik Penelitian................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

DAFTAR TABEL

Table 1 Kadar Gula Darah Sewaktu...................................................................................7


Table 2 Kadar Gula Darah Puasa (mg/dl)..........................................................................7
Table 3 Klasifikasi derajat ulkus berdasarkan Meggitt-Wagner.......................................9
Table 4 Intervensi Keperawatan.......................................................................................14

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pathway Diabetes Melitus…………………………………………….9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan penyakit yang bisa dikatakan sebagai
salah satu penyakit yang menjadi perhatian dunia. Hal tersebut dibuktikan
bahwa prevalensi DM terus mengalami peningkatan. International Diabetes
Federation (IDF) pada tahun 2021 mencatatkan sekitar 537 juta pasien yang
mengalami diabetes di dunia. Diabetes menjadi penyebab meningginya angka
kematian dengan catatan 6,7 juta kematian akibat diabetes. Negara pertama
yang prevalensi DM tertinggi adalah tiongkok yaitu sekitar 140,87 juta.
Kemduian India 74,19 Juta pasien DM, Pakistan 32,96 juta, dan Amerika
Serikat 32,22 juta. Indonesia untuk saat ini menjadi negara kelima dengan
penderita terbanyak yaitu 19,47 juta.Hal ini menunjukan angka prevalensi di
Indonesia sebesar 10,6% penduduk di Indonesia mengalami diabetes melitus.
(International Diabetes Federation, 2021)
.Menurut data International Diabetes Federation (2019) terdapat
sebanyak 19,47 juta pasien DM di Indonesia. Nilai tersebut membuat
Indonesia masuk dalam lima besar negara terbaanya penderita DM.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes tahun 2018,
provinsi tertinggi yaitu DKI Jakarta, yaitu dengan jumlah 3,4%.Prevalensi
diabetes melitus terbesar berikutnya ditemukan di Kalimantan Timur (3,1 %) ,
DIY (3,1 %), Sulut (3 %), Jatim (2,6%), Kepulauan Bangka Belitung (2,5%),
Gorontalo (2,4%), Aceh (2,4), Banten (2,2%), dan Sulteng (2,2). Berdasarkan
studi pendahuluan yang dilakukan penulis di Rumah Sakit TK II Robert
Wolter Mongisidi Manado didapatkan data pasien diabetetes mellitus dari
bulan Oktober tahun 2021 sampai dengan bulan Oktober 2022 sebanyak 21
pasien
Diabetes Melitus sering disebut dengan the silent killer karena
komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit ini bisa berdampak negatif
pada berbagai organ tubuh, seperti halnya gangguan penglihatan,
gangguan sistem pembuluh darah, hingga timbulnya luka/nekrosis/gangren

1
yang tak kunjung sembuh (Ayu  Fitri, 2019). Jumlah kasus penderita diabetes
masih tergolong tinggi, bahkan di negara maju sekalipun, dan parahnya
lagi hampir sebagian dari penderita diabetes baru menyadari bahwa
dirinya mengidap penyakit diabetes setelah mengalami komplikasi pada
berbagai organ. Pada umumnya, penyakit diabetes menyerang tanpa
menimbulkan gejala khusus dan keluhan baru akan dirasakan pasca
penderita mengalami komplikasi yang ditimbulkan (PUSDATIN, 2020)
Perawat mempunyai peran yang sangat penting untuk pemberian
asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah Diabetes Melitus. Asuhan
keperawatan yang professional diberikan dapat membantu dalam mengatasi
masalah pada pasien diabetes mellitus. Untuk itu penulis tertarik untuk
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus di
Rumah Sakit TK II Robert Wolter Mongisidi Manado.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan Diabates Melitus dengan pendekatan
keperawatan melalui pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, Tindakan
keperawatan dan evaluasi.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dalam Pre Karya Tulis Ilmiah ini adalah menerapkan
asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus meliputi
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi sampai
pada evaluasi sesuai standar asuhan keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien yang mengalami
Diabetes Mellitus di Rumah Sakit TK II Robert Wolter Mongisidi
Manado
b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada pasien yang mengalami
Diabetes Mellitus di Rumah Sakit TK II Robert Wolter Mongisidi

2
Manado
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien yang mengalami
Diabetes Mellitus di Rumah Sakit TK II Robert Wolter Mongisidi
Manado
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami
Diabetes di Rumah Sakit TK II Robert Wolter Mongisidi Manado
e. Melakukan evaluasi pada pasien yang mengalami Diabetes Mellitus di
Rumah Sakit TK II Robert Wolter Mongisidi Manado

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pasien
Pasien dapat memperoleh asuhan keperawatan yang tepat sehingga mampu
membantu kesembuhan pasien dan sebagai tambahan informasi buat
pasien tentang penanganan pasien Diabetes Mellitus secara tepat
2. Bagi Institusi Akademik
Dapat menambah referensi bagi institusi akademik agar dapat dijadikan
sebagai bahan kajian dalam perkuliahan sehingga dapat menjadi pustaka
ilmiah dalam pengembangan ilmu keperawatan khususnya asuhan
keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus
3. Bagi Rumah Sakit
Rumah sakit dapat memanfaatkan penelitan ini sebaai sumber kajian untuk
meningkatkan pelayanan keperawatan khusunya pada pasien.
4. Bagi Penulis
Penulis dapat menambah wawasanya terutama dalam melakukan asuhan
keperawatn pada pasien DM.

3
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan Diabates Melitus Tipe II dengan masalah
keperawatan gangguan integritas kulit dengan pendekatan keperawatan
melalui pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, Tindakan keperawatan
dan evaluasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang
bermaknamanis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu
yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal saraf dan pembuluh darah,
disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
electron (Mansjoer dkk, 2007).
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetes
merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
ataukedua-duanya. Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari
insulindan kehilangan toleransi terhadap glukosa (Rab, 2008)

4
B. Klasifikasi
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s
Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes
Melitus,menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)

1) Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) / Diabetes Melitus


Tergantung Insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-
sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan
oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar
gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2) Tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) / Diabetes
Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II.
Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan
insulin.Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika
kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat
hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat
mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang
berusia lebih dari30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3) DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat,
infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan
karakteristik gangguan endokrin.
4) Diabetes Kehamilan : Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.

C. Etiologi
1. Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) / Diabetes Melitus
Tergantung Insulin (DMTI)

5
a) Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdi sposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan
padaindividu yang memililiki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun
lainnya.
b) Faktor Imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c) Faktor Lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.

2. Tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) / Diabetes


Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor
genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. 
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya
mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak
terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin
mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadie reaksin intraselluler yang meningkatkan
transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI
terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor.

6
Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat
reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya
terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan
system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan
dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi
pada akhirnya sekresi yang beredar tidak lagi memadai untuk
mempertahankan euglikemua (Price,1995 cit Indriastuti 2008).
Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak
tergantunginsulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk –
bentuk Diabetes yang lebih ringan terutama dijumpai pada orang dewasa,
tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM
tipe II,diantaranya adalah:
 Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas
65tahun)
 Obesitas
 Riwayat keluarga
 Kelompok etnik

D. Patofisiologi
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel sel beta pancreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang
tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan
tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran

7
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan


lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan
kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan
normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang
disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-
asam amino dansubstansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin,
proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut
menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak
yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak.

Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam


basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya
dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual,
muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.Pemberian insulin
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan
cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta
ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadargula darah yang
sering merupakan komponen terapi yang penting.

Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan resptor tersebut,terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II
disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

8
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan
pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-
sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun
terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun
masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu
ketoasidosi sdiabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian,
diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya
yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).

Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang


berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan
diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien,
gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh,
infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat
tinggi).

9
E. Pathway

Gambar 1. Pathway Diabetes Melitus

F. Manifestasi Klinis
1) Diabetes Tipe I
a) Hiperglikemia berpuasa
b) Glucosuria, diuresis osmotic, polyuria, polydipsia, polyfagia
c) Keletihan dan kelemahan
d) Ketoasidosis diabetic (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)

10
2) Diabetes Tipe II
a) Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b) Gejala Seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
polyuria, polydipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur.
c) Komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vascular
parifer).

G. Pemeriksaan Penunjang
Kadar glukosa darah

Table 1 Kadar Gula Darah Sewaktu


Kadar glukosa darah DM Belum pasti DM
Sumber : (Brunner  &  Suddarth., 2018)
sewaktu
Plasma Vena >200 100-200
Darah
KadarKapiler >200
glukosa darah DM 80-100
Belum pasti DM
sewaktu
Plasma Vena >120 110-120
Darah Kapiler >110 90-110

Table 2 Kadar Gula Darah Puasa (mg/dl)

Sumber : (Brunner  &  Suddarth., 2018)


H. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (DiabetesMelitus)
digolongkan sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007)

1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan
jangka pendek dari glukosa darah
a. Hipoglikemik / Koma Hipoglikemik

11
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula
darah yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai
keadaan. Salah satu bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma
hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma yang tidak diketahui
sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu hipoglikemik dan
merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma hipoglikemik
biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula
disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.
Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi
bila kadar gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada
pemeriksaaan darah jari.

Penatalaksanaan kegawat daruratan:

 Pengatasan hipoglikemi dapat diberikan bolus glukosa 40%


dan biasanya kembali sadar pada pasien dengan tipe 1.
 Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50 W dalam
waktu 3-5 menit dan nilai status pasien dilanjutkan dengan D5
Watau D10 W bergantung pada tingkat hipoglikemia
 Pada hipoglikemik yang disebabkan oleh pemberian long-
actinginsulin dan pemberian diabetic oral maka diperlukan infuse
yang berkelanjutan.
 Hipoglikemi yang disebabkan oleh kegagalan glikoneogenesis
yang terjadi pada penyakit hati, ginjal, dan jantung maka harus
diatasi factor penyebab kegagalan ketiga organ ini.

b. Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (Hhnc/ Honk)


HONK adalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpaterdap
atnya ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan
sampai 2000, tidak terdapat aseton, osmolitas darah tinggi
melewati350 mOsm per kilogram, tidak terdapat asidosis dan fungsi
ginjal pada umumnya terganggu dimana BUN banding kreatinin lebih

12
dari 30 : 1,elektrolit natrium berkisar antara 100–150 mEq per liter
kalium bervariasi.

Untuk mengatasi dehidrasi diberikan cairan 2 jam pertama 1 - 2


liter NaCl 0,2 %. Sesudah inisial ini diberikan 6 – 8 liter per 12 jam.
Untuk mengatasi hipokalemi dapat diberikan kalium. Insulin lebih
sensitive dibandingkan ketoasidosis diabetic dan harus dicegah
kemungkinan hipoglikemi. Oleh karena itu, harus dimonitoring
dengan hati– hati yang diberikan adalah insulin regular, tidak ada
standar tertentu, hanya dapat diberikan 1 – 5 unit per jam dan
bergantung pada reaksi. Pengobatan tidak hanya dengan insulin saja
akan tetapi diberikaninfuse untuk menyeimbangkan pemberian cairan
dari ekstraseluler ke intraseluler.

c. Ketoasidosis Diabetic (KAD)


1) Pengertian
DM Ketoasidosis adalah komplikasi akut diabetes mellitus
yangditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan
asidosis.
2) Etiologi
Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
 Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang
dikurangi 
 keadaan sakit atau infeksi
 Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak
terdiagnosis dan tidak diobati.
3) Patofisiologi

Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang


memasuki sel akan berkurang juga disamping itu produksi
glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini
akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk
menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam

13
tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa  Bersama sama
air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diurisis
osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan(poliuri)
akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit.
Penderita ketoasidosis diabetik yang berat dapat kehilangan
kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq natrium,
kalium serta klorida selam periode waktu 24 jam.

Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak


(lipolisis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam
lemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada
ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang
berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara
normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan
keton bersifat asam dan bila bertumpuk dalam sirkulais darah,
badan keton akan menimbulkan asidosis metabolik.

4) Tanda dan gejala


Hiperglikemi pada ketoasidosis diabetik akan menimbulkan
poliuridan polidipsi (peningktan rasa haus). Disamping itu
pasien dapat mengalami penglihatan yang kabur, kelemahan
dan sakit kepala. Pasien dengan penurunann volume
intravaskuler yang nyata mungkin akan menderita hipotensi
ortostatik (penurunan tekanandarah sistolik sebesar 20 mmHg
atau lebih pada saat berdiri). Penurunan volume dapat
menimbulkan hipotensi yang nyata disertai denyut nadi lemah
dan cepat.
Ketosisis dan asidosis yang merupakan ciri khas diabetes
ketoasidosis menimbulkan gejala gastrointestinal seperti
anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen. Nyeri abdomen
dan gejala-gejala fisik pada pemeriksaan dapat begitu berat
sehingga tampaknya terjadi sesuatu proses intrabdominal
yang memerlukan tindakan pembedahan. Nafas pasien

14
mungkin berbau aseton (baumanis seperti buah) sebagai
akibat dari meningkatnya kadar badan keton. Selain itu
hiperventilasi (didertai pernapasan yang sangatdalam tetapi
tidak berat/sulit) dapat terjadi. Pernapasan Kussmaul ini
menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi asidosis guna
melawan efek dari pembentukan badan keton.
Perubahan status mental bervariasi antara pasien yang satu
danlainnya. Pasien dapat sadar, mengantuk (letargik) atau
koma, halini biasanya tergantung pada osmolaritas plasma
(konsentrasi partikel aktif-osmosis).

5) Pemeriksaan penunjang
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl.
Sebagian pasien mungkin memperlihatkan kadar guka darah
yang lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin memeliki
kadar sampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih (yang biasanya
bergantung pada derajat dehidrasi).
a. Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak
selalu berhubungan dengan kadar glukosa darah.
b. Sebagian pasien dapat mengalami asidosi berat disertai
kadarglukosa yang berkisar dari 100 – 200 mg/dl,
sementara sebagialainnya mungkin tidak
memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun
kadar glukosa darahnya mencapai 400-500 mg/dl.
c. Bukti adanya ketosidosis dicerminkan oleh kadar
bikarbonat serum yang rendah ( 0- 15 mEq/L) dan pH
yang rendah (6,8-7,3). Tingkat pCO2 yang rendah
( 10- 30 mmHg) mencerminkan kompensasi
respiratorik (pernapasan kussmaul) terhadap asidosisi
metabolik. Akumulasi badan keton (yang mencetuskan
asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton
dalam darah dan urin

15
6) Penatalaksanaan
a) Rehidrasi
 Jam pertamaberi infuse 200 – 1000 cc/ jam
dengan NaCl0,9 % bergantung pada tingkat
dehidrasi.
 Jam kedua dan jam berikutnya 200 – 1000 cc
NaCl 0,45% bergantung pada tingkat dehidrasi
 12 jam pertama berikan dekstrosa 5 % bila kadar
gula darah antara 200 – 300 mg/ 100 cc, ganti
dengan dextrose10 % bila kadar gula darah
sampai 150 mg/ 100 cc.
b) Kehilangan Elektrolit
Pemberian Kalium lewat infus harus dilakukan
meskipun konsentrasi kalium dalam plasma normal.

Elekrolit Bila serum K+ lebih besar dari 3.5 mEq/liter

Permulaan berikan 40mEq/liter secara secara intravena


untuk mempertahankan kadar cairan setengah
dari KCl dan setengah dari KPO4.

Bila jumlah urin cukup dan serum kalsium


Jam kedua dan jam
kurang dari5.5 mEq/liter, berikan 20-30
berikutnya
mEq/liter K+

16
c) Insulin
Sketma pemberian insulin adalah sebagai berikut :

Algoritma Diabetes Melitus

2. Kompilikasi kronik

a. Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan. 


b. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai
sirkulasikoroner, vaskular perifer dan vaskular serebral.

17
c. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah
untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi
mikrovaskular maupun makrovaskular.
d. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi
serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
e. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
f. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik

I. Penatalaksanaan
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap
tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima
komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1) Diet
Syarat DM hendaknya dapat :
a) Memperbaiki kesehatan umum penderita
b) Mengarahkan pada berat badan normal
c) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
d) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e) Menarik dan mudah diberikan

Prinsip diet DM, yaitu :

a) Jumlah sesuai kebutuhan


b) Jadwal diet ketat
c) Jenis : boleh dimakan / tidak 

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti


pedoman 3 J yaitu:

18
a) Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi
atau ditambah
b) Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
c) Jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan


oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan
menghitung Percentage of Relative Body Weight ( BBR = berat
badan normal) dengan rumus :

a) Kurus (underweight)  BBR < 90 % 
b) Normal (ideal) BBR 90% - 110%
c) Gemuk (overweight) BBR > 110%
d) Obesitas apabila  BBR > 120%
 Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
 Obesitas sedang BBR 130% - 140%
 Obesitas berat BBR 140% - 200%
 Morbid BBR >200 

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari


untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah :

a) Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari
b) Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari
c) Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari
d) Obesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari

2) Latihan

19
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM,
adalah :
a) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1
½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin
resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah
jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin
dengan reseptornya
b) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
c) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
d) Meningkatkan kadar kolesterol– high density lipoprotein
e) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan
akan dirangsang pembentukan glikogen baru.
f) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah
karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

3) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan
kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau
mediamisalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok,
dan sebagainya.

4) Obat
a) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral
(OHO)
 Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan
insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi
insulin dan meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan
pada penderita dengan berat badan normal dan masih bisa
dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.
 Mekanisme kerja biguanide

20
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi
mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas
insulin, yaitu :
 Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra
pankreatik 
 Menghambat absorpsi karbohidrat 
 Menghambat glukoneogenesis di hati
 Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
 Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan
jumlah reseptor insulin
 Biguanida pada tingkat pasca reseptor: mempunyai
efek intraselluler 
b) Insulin
Indikasi penggunaan Insulin :
 DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat
dengan OAD
 DM kehamilan
 DM dan gangguan faal hati yang berat
 DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
 DM dan TBC paru akut
 DM dan koma lain pada DM
 DM operasi
 DM patah tulang
 DM dan underweight 
 DM dan penyakit Graves

Cara pemberian insulin bisa melalui suntikan subkutan


Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1– 4 jam,
sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat
suntikan tergantung pada beberapa faktor

5) Cangkok Pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor
hidup saudara kembar identic

21
J. Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajain merupakan suatu komponen yang bertujuan
mengumpulkan informasi, data, melakukan validasi data, Dalam tahap
pengkajian hal yang perlu dikaji adalah :(Nanda, 2015)
a. Biodata
1) Identitas Pasien
Meliputi nama, umur,jenis kelamin, agama, alamat, dll
2) Identi tas penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang dialami pasien DM yaitu poliuria, polidipsi,
polifagia, menurunya berat badan pasien, kelemahan bahkan bisa
mencapai pemnurunan kesadaran
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Bagaimana perjalan penyakit yang pasien alami,berapa lama
riwayat sakit dan bagaiman penangan yang dilakukan pasien
3) Riwayat kesehatan dahulu
Adakah penyakit yang sebelumnya di alami pasien dan apakah
pasien sudah pernah masuk rumah sakit sebelumnya..
c. Riwayat penyakit keluarga.
Kaji apakah ada anggotaa keluarga dengan penyakit sama yaitu
diabetes mellitus.
d. Pola Fungsional Gordon
Menurut Nanda (2015) Pola Fungsional Gordon meliputi:
1) Pola persepsi kesehatan:
Bagaimanakah persepsi pasien mengenai Kesehatan,apabila pasien
sakit bagaimana pengelolaan sakit yang dialami.

22
2) Pola nutrisi dan cairan
Kebutuhah nutris pasien, apakah pasien mengaklami masalah
dalam makanan seperti muntah ataupun mual.

3) Pola eliminasi
Pada pasien dengan DM bisa pasien akan mengalami perubahan
pola berkemih seperti sering kencing dimalam hari
4) Pola aktivitas dan tidur
Pasien akan mengalami masalah dalam pola tidur, kelelahan,
gangguan intoleransi aktifitas
5) Hygiene
Pada pasien DM harus dikaji terkait dengan kelembapan kulit hal
ini untuk mengurangi lesai pada kulit akibat gesekan dan infeksi
jamur (Smeltzer, S.C. & Bare, 2015)
e. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem pernafasan
Pernafasan kusmaul, sesak nafas, takipnea pada saat istirahat.
2) Sistem sirkulasi
Bagian ektrenitas akan rasa kesemutan dan kebas, peningkatan
denyutnadi, peningkatan tekanan darah dan luka pada kaki yang
lama sembuh
3) Sistem neurosensory
Pusing, nyeri kepala, kesemutan, kebas, otot lemah. Pemglihatan
terganggu
4) Sistem perkemihan
Pada Pasien DM pasien akan mengalami gangguan pola berkemih
seperti poliuria
5) Sistem pencernaan
Perut menjadi kembung, nafsu makan menghilang, mual, muntah,
tidak mematuhi diet, peristaltic usus berkurang
6) Sistem musculoskeletal
Kram otot, kelemahan otot

23
7) Sistem integument
Kulit kering, kemerahan, gatal, ulkus kulit

2. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan Integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan
status nutrisi
b) Perfusi Parifer Tidak Efektif berhubungan dengan hiperglikemia
c) Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan
kurang patuh pada rencana manajemen diabetes
3. Intevensi Keperawatan
Table 3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosis Luaran Intervensi


Keperawatan

24
1 D.0129 L.14125 I.14564
Ganggguan
Integrasi kulit Intervensi yang
Integritas Kulit dan jaringan utama:
Setelah dilakukan Perawatan luka
Tindakan
keperawatan a. Observasi
integritas kulit karakteristic luka
atau jaringan b. Observasi adanya
meningkat dengan infeksi
kriteria yang c. Balutan pada luka
dicapai dibuka sevcara
perlahan
a. Kerusakan d. Gunakan cairan
pada lapisan Nacl untuk
kuilit menurun bersihkan luka
b. Nyeri menurun e. Angkat jaringan
c. Perdarahan mati/debridement
menurun f. Gunakan dressing
d. Kemerahan sesuai jenis luka
menurun g. Pertahankan
Hematoma prinsip steril
menurun dalam perawatan
h. Anjurkan
konsumsi tinggi
protein untuk
proses
penyembuhan
liuka

I.08238
Intervensi pendukung
Manajemen Nyeri
a. Kaji intensitas
nyeri,skala dan
factor yang
berpengaruh
terhadap neyri
b. Ajarkan dan
berikan Teknik
relaksasi dan
distrasi untuk

25
mengurangi nyeri
c. Kontrol
lingkungan
sebagai penyebab
nyeri
d. jelaskan strategi
meredakan nyeri
e. kolaborasikan
pemberian
analgetic

2. D.0009 L.02011 I.02079


Perfusi Pararifer Intervensi Utama
Perfusi parifer
Tidak Efektif
Setelah dolakekan Perawatan Sirkulasi
tindakan a. Periksa sirkulasi
keperawatan parifer
perfusi parifer b. identifikasi
meningkat dengan faktor resiko
kriteria hasil: gangguan
a. kekuatan nadi sirkulasi
parifer c. Monitor panas,
meningkat kemerahan,
b. Warna kulit nyeri, atau
pucat menurun bengkak pada
c. Pengisian ekstermitas
kapiler d. hindari
membaik pengukuran
d. Akral tekanan darah
membaik pada ekstremitas
e. Turgor kulit dengan
membaik keterbatasan
perfusii
e. lakukan
pencegahan
infeksi
f. lakukan hidrasi
g. anjurkan
melakukan
perawatan kulit

26
yang tepat
h. anjurkan
program diet
untuk
memberbaiki
sirkulasi
i. informasikan
tanda dan gejala
darurat yang
harus dilaporkan
Intervensi Pendukung
I.12369
Edukasi Diet
a. identifikasi
kemampuan
pasien dan
keluarga
menerima
informasi
b. identifikasi
tingkat
pengetahuann
saat ini
c. identifikasi
kebiasaan pola
makan saat ini
dan masa lalu
d. identifikasi
persepsi pasien
dan keluarga
tentang diet yang
diprogramkan
e. persiapkan
materi, media
dan alat peraga
f. jadwalkan waktu
yang tepat untuk
memberikan
Pendidikan
kesehatan
g. berikan
kesempatan
pasien dan
bertanya
h. jelaskan tujuan

27
kepatuhan diet
terhadap
kesehatan
i. informasikan
makanan yang
diperbolehkan
dan dilarang
j. informasikan
kemungkinan
interaksi obat dan
makanan, jika
perlu.
L.03 k. rujuk ke ahli gizi
022 dan sertakan
keluarga, jika
Kestabilan Kadar perlu.
Glukosa Darah
3. D.0038 Setelah dilakukan
Resiko tindakan I.03115
Ketidakstabilan keperawatan maka
diharapkan Manajemen
Kadar Glukosa
Darah kestabilan kadar Hiperglikemia
glukosa darah a. identifikasi
meningkat dengan kemungkinan
kriteria hasil : penyebab
a. koordinasi hiperglikemia
meningkat b. identifikasi
b. mengantuk situasi yang
menurun menyebabkan
c. pusing kebutuhan insulin
menurun meningkat
d. Lelah/lesu c. monitor kadar
menurun glukosa darah,
e. rasa lapar jika perlu
menurun d. monitor tanda
f. kadar glukosa dan gejala
dalam darah hiperglikemia
membaik e. monitor intake
dan output cairan
f. berikan asupan
oral
g. konsultasi dengan
medis jika tanda
dan gejala
hiperglikemia
tetap ada atau

28
memburuk
h. anjurkan
menghindari
olahraga saat
kadar glukosa
darah lebih dari
250 mg/dL
i. anjurkan monitor
kadar glukosa
darah secara
mandiri
j. anjurkan
kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
k. ajarkan
pengelolaan
diabetes
l. kolaborasi
pemberian
insulin, jika perlu
m. kolaborasi
pemberian cairan,
jika perlu
n. kolaborasi
pemberiaan
kalium, jika
perlu.

(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

4. Implementasi
Menurut Tarwoto & Watonah (2016) Implementasi ialah tindakan
yang sudah direncanakan dan diwujudkan dalam tindakan keperawatan.
Tindakan keperawatan terdiri dari tindakan mandiri dan tindakan
kolaboratif. Tindakan mandiri adalah aktifitas yang bisa dilakukan
berdasarkan keputusan sendiri oleh perawat Tindakan kolaboratif

29
merupakan Tindakan yang berdasarkan hasil keputusan bersama dengan
tenaga medis lainya Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) tindakan
keperawatan adalah perilaku ataupun kegiatan oleh perawat untuk
melaksanakan rencana keperawatan yang disusun

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu hasil yang diperoleh dari Tindakan
keperawatan yang sudah dilakukan. Evaluasi adalah tindakan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnose keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai (Ignatavicius, 1994).

BAB III
METODE PENELITIAN

30
A. Desain Penelitian
Desain yang akan digunakan yaitu studi kasus yang bertujuan utnuk
menyelasiakan masalah / fenomena. Studi kasus yang akan dilakukan oleh
penulis yaitu mengenai asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
Diabetes Mellitus di Rumah Sakit TK II Robert Wolter Mongisidi Manado

B. Batasan Istilah
Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Diabetes
Melitus.

Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai


berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal saraf dan pembuluh darah,
disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
electron (Mansjoer dkk, 2007).
C. Partisipan
Partisipan yang akan digunakan dalam studi kasus ini yaitu pasien
Diabetes Mellitus.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian


a. Lokasi yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu di Rumah Sakit TK
II Rober Wolter Mongisidi Manado
b. Waktu pengambilan kasus dilakukan selama 3 hari

E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akan digunakan dalam studi kasus ini yaitu
menggunakan
1) Wawancara
Melakukan anamnesa kepada pasien sesuai dengan data yang dibutuhkan
oleh peneliti
2) Observasi dan Pemeriksaan fisik
Observasi dan pemeriksaan fisik dilakukan menggunakan prinsip IPPA:
inspeksi, palpasi, perkusi, Auskultasi pada sistem tubuh klien
3) Studi dokumentasi dan angket

31
Melakukan pencatatan terhadap hasil dari yang dibutuhkan seperti hasil
pemeriksaan laboratorium ataupun data lain yang mendukung.
Sumber Data
Sumber data yang akan digunakan dalam studi kasus ini yaitu klien, keluarga
dan rekam medis dan hasil pemeriksaan penunjang

F. Uji Keabsahan Data


Uji keabsahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber.
Penelti akan melakukan verifikasi terhadap tiga sumber yang berbeda. Sumber
data yang akan digunakan untuk melakukan uji keabsahan data yaitu klien,
keluarga dan perawat

G. Analisa Data
Analisa data dilakuakn dengan berbagai tahapan
1) Pengumpulan data.
Peneliti mengumpulkan data dari hasil wawancara, pengamatam maupun
hasil melihat dokumen..
2) Mereduksi data.
Kegiatan yang dilakukan untuk mentranskripkan data yang diperoleh
kemudian mengelompokan menjadi data subjectif dan objectif,
menganisis hasil pemerikaan penunjang dengan cara membandingkan
dengan nilai yang normalnya
3) Penyajian data
Data disajikan dalam bentuk table, gambar ataupun narasi yang
menjelaskan terkait dengan data yang ditemukan saat melakukan studi
kasus.
4) Kesimpulan.
Setelah data disajikan peneliti menarik kesimpulan secara menyeluruh
terhadap data yang sudah diperoleh. Penarika kesimpulan dilakukan
dengan melihat hasil yang ada.

32
H. Etik Penelitian
Etik penelitian dalam studi kasus ini meliputi
1) Informed Consent
Peneliti akan meminta persetujuan terlebih dahulu terhadap klien sebelum
melakukan asuhan keperawatan kepada klien
2) Anonimity (tanpa nama)
Peneliti dalam menyusun laporan kasus tidak akan menggunakan nama
asli. Tapi hanya menggunakan nama inisial
3) Confidentiality (kerahasiaan)
Peneliti akan menjaga kerahasian klien dengan tidak menyebarluaskan
data pasien scara umum

33
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3  Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi
Pleura dan Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi  3. Jakarta:


MediaAesculapius 

International Deiabetes Federation. (2019). Diabetes Atlas Ninth Edition 2019.

International Diabetes Federation. (2021). Internatioanl Di abetic Federation Diabetic


Atlas 10th Edition.

Lipsky, B. A., Peters, E. J., Berendt, A. R., Berendt, A. R., Senneville, E., Bakker, K.,
& Embil, J. M. (2012). IWGDF GUIDELINES; Specific guidelines for the
treatment of diabetic foot  infections 2011. Diabetes/Metabolism Research and
Reviews, 234–235.

Margolis. (2020). Diabetic foot A global health challenge. Australian Journal of


General Practice, 49(5), 237–237. Https://Doi.Org/10.31128/AJGP-05-20-1234e.

Nanda. (2015). Panduan Asuhan Keperawatan Profesional. EGC.

Peters, E. J., & Lipsky, B. A. (2013). Diagnosis and Management of Infection in the
Diabetic  Foot. Medical Clinics of North America .

Price, S., & Wilson, L. (2015). Patofisiologi Konsep Klinis (Volume 2 E). EGC.

PUSDATIN. (2020). Tetap Produktif, Cegah, dan Atasi Diabetes Mellitus.

Smeltzer, S.C. & Bare, B. G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth (Edisi 8). EGC.

Soegondo, S. (2018). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Balai Penerbit


FKUI.

Sylvia. (2012). Buku Patologias. EGC.

Tarwoto, & Watonah. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st
ed.). DPP PPNI.

34
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st
ed.). DPP PPNI.

Tim POKJA SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

35

Anda mungkin juga menyukai