Disusun Oleh:
Ns. Meri Anggryni, S. Kep., M. Kep
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, dengan judul
“Asuhan Keperawatan Dan Aplikasi Evidence Based Practice (Ebp) Pada Anak Dengan
Diabetes Mellitus”. Makalah penelitian ini merupakan salah satu penugasan mata kuliah
Keperawatan Anak Lanjut 1.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyesaikan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
3.1 SkenarioKasus........................................................................... 22
3.2 Pengkajian................................................................................. 24
iii
3.2.1 Anamnesa................................................................................ 24
3.2.2 Pemeriksaan fisik.................................................................... 26
3.2.3 Pemeriksaan Diagnosis........................................................... 27
3.2.4 Data Fokus ............................................................................. 29
3.2.5 Analisa Data............................................................................ 31
3.3Prioritas Diagnosa Keperawatan................................................. 35
3.5 Intervensi Keperawatan.............................................................. 36
3.6 Telaah Evidence Based Practice (EBP) .................................... 41
3.7 Aspek Legal Etik ....................................................................... 42
BAB IV PENUTUP....................................................................................... 40
4.1 Kesimpulan............................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 45
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak adalah pada usia 5-7
tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari semua penderita diabetes, 5-10 %
adalah penderita diabetes tipe 1.
Di Indonesia, statistik mengenai diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan
hanya sekitar 2-3% dari total keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena sebagian
tidak terdiagnosis atau tidak diketahui sampai si pasien sudah mengalami
komplikasi dan meninggal. Biasanya gejalanya timbul secara mendadak dan bisa
berat sampai mengakibatkan koma apabila tidak segera ditolong dengan suntikan
insulin.World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes jika
ada anak dengan gejala klinis khas, yaitu 3P (polifagi, polidipsi dan poliuri) dan
kadar gula darah (GD) tinggi, di atas 200 mg/dl. GD yang tinggi menyebabkan
molekul gula terdapat di dalam air kencing, yang normalnya tak mengandung gula,
sehingga sejak dulu disebut penyakit kencing manis.
Keadaan ideal yang ingin dicapai penderita DM tipe 1 ialah dalam keadaan
asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam semua kegiatan
sosial yang diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa takut terhadap
terjadinya komplikasi. Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh penyandang DM
maupun keluarganya jika mereka memahami penyakitnya dan prinsip-prinsip
penatalaksanaan diabetes.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk membuat makalah
dengan judul “Asuhan Keperawatan dan Aplikasi Evidence Based Practice (EBP)
pada Anak Dengan Diabetes Melitus”.
2
Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak lagi
mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi defisit absolut
insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa umumnya disebut tipe 2, yaitu
terjadi kerusakan sel tubuh meskipun insulin sebenarnya tersedia memadai sehingga
terjadi defisit relatif insulin. Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap
negara. Dari data-data epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya
DM pada anak adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari
semua penderita diabetes, 5-10 % adalah penderita diabetes tipe 1.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
gambaran tentang proses keperawatan dan aplikasi EBP serta legal etik pada anak
dengan gangguan Diabetes Melitus.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Aplikasi Keperawatan
Hasil penulisan ini dapat bermanfaat bagi perawat khususnya perawat anak
dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan diabetes
melitus serta mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
diabetes melitus yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan dan evaluasi keperawatan.
1.4.2 Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penulisan ini dapat bermanfaat serta dapat menjadi masukan bagi
pendidikan, dalam proses pembelajaran mahasiswa keperawatan khususnya
keperawatan anak mampu mengintegrasikan asuhan keperawatan dengan
memperhatikan prinsip legal etik berdasarkan EBP sehingga dapat
memberikan implikasi positif dalam memberikan asuhan keperawatan pada
anak dengan gangguan diabetes melitus.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
jumlah atau kadar insulin oleh sel β pankreas mempunyai kapasitas
maksimum untuk disekresikan.
b. Obesitas
Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg mempunyai
kecenderungan lebih besar untuk terserang DM dibandingkan dengan
orang yang tidak gemuk.
c. Faktor genetik
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM dari orang tua. Biasanya,
seseorang yang menderita DM mempunyai anggota keluarga yang
terkena juga.
d. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan
radang pankreas. Peradangan pada pankreas dapat menyebabkan
pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresikan hormon
yang diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh, termasuk hormon
insulin.
e. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi pankreas
sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu menyebabkan sel β pada
pankreas tidak bekerja secara optimal dalam mensekresi insulin.
5
dibandingkan diabetes tipe 2, akan meningkat setiap tahun baik di negara
maju maupun di negara berkembang (IDF, 2014).
2) Diabetes Tipe 2
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014). Seringkali
diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah
komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari penderita
DM di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari
memburuknya faktor risiko seperti kelebihan berat badan dan kurangnya
aktivitas fisik (WHO, 2014).
3) Diabetes Gestational
Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang didiagnosis
selama kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan hiperglikemia
(kadar glukosa darah di atas normal) (CDA, 2013 dan WHO, 2014).
Wanita dengan diabetes gestational memiliki peningkatan risiko
komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki risiko
diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan (IDF, 2014).
4) Tipe Diabetes lain
Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena
adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi
gen serta mengganggu sel beta pankreas, sehingga mengakibatkan
kegagalan dalam menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal yang dapat mengganggu sekresi dan
menghambat kerja insulin yaitu sindrom chusing, akromegali dan sindrom
genetik (ADA, 2015).
6
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM
dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak
sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya melalui
urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam hari dan
urin yang dikeluarkan mengandung glukosa (PERKENI, 2011).
7
b. Diet yang tidak sehat
Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga, menekan
nafsu makan, sering mengkonsumsi makan siap saji (Abdurrahman,
2014).
c. Obesitas
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama untuk terjadinya
penyakit DM. Menurut Kariadi (2009) dalam Fathmi (2012),
obesitas dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (resisten
insulin). Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh
semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh
terkumpul didaerah sentral atau perut (central obesity). Perhitungan
berat badan ideal sesuai dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
menurut WHO (2014), yaitu:
IMT = BB(kg)/TB(m2)
8
resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan
volume aliran darah.
9
1) Patofisiologi diabetes tipe 1
Pada DM tipe 1, sistem imunitas menyerang dan menghancurkan
sel yang memproduksi insulin beta pankreas (ADA, 2014). Kondisi
tersebut merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan
ditemukannya anti insulin atau antibodi sel antiislet dalam darah (WHO,
2014). National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases
(NIDDK) tahun 2014 menyatakan bahwa autoimun menyebabkan infiltrasi
limfositik dan kehancuran islet pankreas. Kehancuran memakan waktu
tetapi timbulnya penyakit ini cepat dan dapat terjadi selama beberapa hari
sampai minggu. Akhirnya, insulin yang dibutuhkan tubuh tidak dapat
terpenuhi karena adanya kekurangan sel beta pankreas yang berfungsi
memproduksi insulin. Oleh karena itu, diabetes tipe 1 membutuhkan terapi
insulin, dan tidak akan merespon insulin yang menggunakan obat oral.
2) Patofisiologi diabetes tipe 2
Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun tidak
mutlak. Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan kurangnya sel
beta atau defisiensi insulin resistensi insulin perifer (ADA, 2014).
Resistensi insulin perifer berarti terjadi kerusakan pada reseptor-reseptor
insulin sehingga menyebabkan insulin menjadi kurang efektif mengantar
pesan-pesan biokimia menuju sel-sel (CDA, 2013). Dalam kebanyakan
kasus diabetes tipe 2 ini, ketika obat oral gagal untuk merangsang
pelepasan insulin yang memadai, maka pemberian obat melalui suntikan
dapat menjadi alternatif.
3) Patofisiologi diabetes gestasional
Gestational diabetes terjadi ketika ada hormon antagonis insulin
yang berlebihan saat kehamilan. Hal ini menyebabkan keadaan resistensi
insulin dan glukosa tinggi pada ibu yang terkait dengan kemungkinan
adanya reseptor insulin yang rusak (NIDDK, 2014 dan ADA, 2014).
10
Pathway Diabetes Mellitus
11
2.7 Komplikasi Diabetes Mellitus
12
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat
menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain:
1) Komplikasi metabolik akut
Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat tiga
macam yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa
darah jangka pendek, diantaranya:
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai
komplikasi diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang
kurang tepat (Smeltzer & Bare, 2008).
b. Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar
glukosa dalam darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat
menurun sehingga mengakibatkan kekacauan metabolik yang
ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis (Soewondo,
2006).
c. Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik)
Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai
dengan hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari
600 mg/dl (Price & Wilson, 2006).
2) Komplikasi metabolik kronik
Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price &
Wilson (2006) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil
(mikrovaskuler) dan komplikasi pada pembuluh darah besar
(makrovaskuler) diantaranya:
a. Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)
Komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) yaitu:
1. Kerusakan retina mata (Retinopati)
13
Kerusakan retina mata (Retinopati) adalah suatu
mikroangiopati ditandai dengan kerusakan dan sumbatan
pembuluh darah kecil (Pandelaki, 2009).
2. Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik)
Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai dengan
albuminuria menetap (>300 mg/24jam atau >200 ih/menit)
minimal 2 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan.
Nefropati diabetik merupakan penyebab utama terjadinya
gagal ginjal terminal.
3. Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik)
Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang paling sering
ditemukan pada pasien DM. Neuropati pada DM mengacau
pada sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf
(Subekti, 2009).
14
vertigo, gangguan penglihatan, kelemahan dan bicara pelo
(Smeltzer & Bare, 2008).
2.8 Pencegahan Diabetes Mellitus
1) Pengelolaan makan
Diet yang dianjurkan yaitu diet rendah kalori, rendah lemak,
rendah lemak jenuh, diet tinggi serat. Diet ini dianjurkan diberikan pada
setiap orang yang mempunyai risiko DM. Jumlah asupan kalori ditujukan
untuk mencapai berat badan ideal. Selain itu, karbohidrat kompleks
merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga
tidak menimbulkan puncak glukosa darah yang tinggi setelah makan
(Goldenberg dkk, 2013).
Pengaturan pola makan dapat dilakukan berdasarkan 3J yaitu
jumlah, jadwal, dan jenis diet (Tjokroprawiro, 2006).
a. Jumlah yaitu jumlah kalori setiap hari yang diperlukan oleh
seseorang untuk memenuhi kebutuhan energi. Jumlah kalori
ditentukan sesuai dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) dan ditentukan
dengan satuan kilo kalori (kkal).
IMT = BB (kg)/TB (m2)
Setelah itu kalori dapat ditentukan dengan melihat indikator berat
badan ideal yaitu:
= 50/(1,6)2
15
= 19,5 (kategori berat badan normal)
No Jadwal Waktu
1 Makan besar I pukul 07.00
Selingan 1 pukul 10.00
3 Makan besar II pukul 13.00
16
Selingan 2 pukul 16.00
5 Makan besar III pukul 19.00
Selingan 3 pukul 22.00
Jenis Anjuran
Karbohidrat 1. Memilih karbohidrat kompleks (nasi, oats,
(45% atau kentang, jagung, ubi jalar, dan lainnya)
1/4 piring) bukan yang sederhana (gula pasir, gula
merah, sirup jagung, madu, sirup maple,
molasses, selai, jelly, soft drink, permen,
kue, yogurt, susu, cokelat, buah, jus buah,
biskuit, dan lainnya).
2. Memilih roti gandum bukan roti putih,
beras merah bukan beras putih, pasta
gandum bukan pasta halus.
Lemak 1. Memilih jenis lemak yang baik akan
(36-40%) menurunkan risiko penyakit yang
berhubungan dengan kolesterol.
2. Memilih lemak tak jenuh (minyak zaitun,
minyak canola, minyak jagung, atau
minyak bunga matahari) bukan lemak jenuh
(mentega, lemak hewan, minyak kelapa
atau minyak sawit).
Protein (16- 1. Memilih kacang, sepotong buah segar atau
18% atau ¼ bebas gula yoghurt untuk camilan.
piring) 2. Memilih potongan daging putih, daging
unggas dan makanan laut bukannya daging
olahan atau daging merah.
Sayuran 1. Beberapa jenis sayuran yang kaya akan
(1/2 piring) kandungan pati, seperti kentang dan labu,
juga
harus dibatasi dengan hati-hati.
2. Makan setidaknya tiga porsi sayuran setiap
hari, termasuk sayuran berdaun hijau
seperti bayam, selada atau kale.
17
Buah 1. Makan sampai tiga porsi buah segar setiap
hari.
2. Menghindari jenis buah-buahan yang
mengandung kadar glukosa dan sukrosa
yang tinggi. Buah seperti mangga dan
stroberi menyebabkan lonjakan kadar gula
darah pada penderita diabetes.
3. Sebagai alternatif, buah yang kaya gula
dengan buah dengan kandungan serat tinggi
sangat dianjurkan seperti apel, pir, dan
raspberry.
Gula 1. Membatasi asupan alkohol Anda untuk
maksimal dua minuman standar per hari.
2. Pemilihan selai kacang lebih baik daripada
selai cokelat pada roti.
3. Memilih air atau kopi tanpa gula atau teh
bukan jus buah, soda, dan gula manis
minuman lainnya.
4. Menghindari konsumsi gula lebih dari 4
sendok makan setiap hari.
2) Aktifitas fisik
Kegiatan jasmani seharihari dan latihan jasmani secara teratur (3-
4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit terdiri dari pemanasan ±15
menit dan pendinginan ±15 menit), merupakan salah satu cara untuk
mencegah DM. Kegiatan sehari-hari seperti menyapu, mengepel, berjalan
kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan dan
18
menghindari aktivitas sedenter misalnya menonton televisi, main game
komputer, dan lainnya.
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga
akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan
berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda
santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani. Hindarkan kebiasaan hidup
yang kurang gerak atau bermalasmalasan (PERKENI, 2011).
3) Kontrol Kesehatan
Seseorang harus rutin mengontrol kadar gula darah agar diketahui
nilai kadar gula darah untuk mencegah terjadinya diabetes melitus supaya
ada penanganan yang cepat dan tepat saat terdiagnosa diabetes melitus
(Sugiarto & Suprihatin, 2012). Seseorang dapat mencari sumber informasi
sebanyak mungkin untuk mengetahui tanda dan gejala dari diabetes
melitus yang mungkin timbul, sehingga mereka mampu mengubah tingkah
laku sehari-hari supaya terhindar dari penyakit diabetes melitus.
19
2) Mengajarkan pasien dan orang tua pasien mengenal makanan dengan
index glikemik tinggi, sedang dan rendah
3) Menghindari aktivitas yang menyebabkan hipoglikemia misalnya
exercise yang high intensity dan pasiennya belum makan lalu
berolahraga. Maka dapat diwaspadai dengan selalu menyediakan
glicemic candies ataupun minuman manis misalnya teh manis dalam
kemasan.
4) Perhitungan kebutuhan kalori dengan memakai rumus holiday sugar
yaitu:
a) 1000 + (umur dalam tahun) x 100
b) Sesuai dengan kasus FGD, maka kebutuhan kalori pasien adalah =
1000 + 6 x 100 = 1600 kkal. Sehingga perbandingan kalori dalam
sehari untuk :
c) Sarapan = 1600 x 20/100 = 320 kkal
d) Makan siang = 1600x25/100 = 400 kkal
e) Makan malam = 1600x25/100 = 400 kkal
f) Snack 3 x sehari = 1600x30/100 = 480 kkal : 3 = 160 kkal per
pemberian snack
5) Daftar makanan dengan glikemik index dan beban glikemik
Takaran
Jenis Indeks Saji Beban
makanan Nama Glikemik (gram) Glikemik
BAKERY Tortila gandum 30 50 8
Sponge cake 46 63 17
Cake pisang dengan gula 47 60 14
Tortila jagung 52 50 12
Cake pisang tanpa gula 55 60 12
Roti hamburger 61 30 9
Pita bread 68 30 10
Roti putih 71 30 10
Roti gandum utuh (whole 71 30 9
wheat)
20
Bagel putih 72 70 25
Baguette putih 95 30 15
Nasi merah 50 150 14
Oatmeal 55 250 13
Jagung rebus 60 150 20
Muesli 66 30 16
Oatmeal instan 83 250 30
Nasi putih 89 150 43
SEREAL Cornflakes™ 93 30 23
Jus apel tanpa pemanis 44 250 ml 30
Jus jeruk tanpa pemanis 50 250 ml 12
MINUMAN Soft drink 68 250 ml 23
Susu skim 32 250 ml 4
Yoghurt rendah lemak
dengan buah 33 200 11
DAIRY Susu penuh lemak 41 250 ml 5
PRODUCT Es Krim 57 50 6
Jeruk Bali 25 120 3
Pear 38 120 4
Apel 39 120 6
Jeruk 40 120 4
Peach kalengan 40 120 5
Peach 42 120 5
Pear kalengan 43 120 5
Anggur 59 120 11
Pisang 62 120 16
BUAH Kismis 64 60 28
BUAHAN Semangka 72 120 4
Kacang tanah 7 50 0
Kacang kedelai 15 150 1
Kacang mede asin 27 50 3
Kacang merah 29 150 7
KACANG Kacang hitam 30 150 7
KACANGAN Kacang panggang 40 150 6
Fettucini 32 180 15
Makaroni 47 180 23
PASTA Spaghetti direbus 20 menit 58 180 26
MAKANAN Keripik jagung asin 42 50 11
21
Keripik kentang 51 50 12
Berondong jagung tawar 55 20 6
RINGAN Pretzel 83 30 16
Wortel 35 80 2
Green peas 51 80 4
Talas 54 150 20
Ubi 70 150 22
SAYURAN Mashed potato instan 87 150 17
Chicken nuggets
dipanaskan di microwave 46 100 7
LAIN LAIN Madu 61 25 12
Catatan :
Indeks glikemik rendah adalah = ≤ 55
Indeks glikemik sedang adalah = 56 -69
Indeks glikemik tinggi adalah = ≥ 70
22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Orang tua mengatakan bahwa mereka sangat terkejut dan tidak percaya
ketika anaknya didiagnosis DM tipe1, padahal usia anak nya masih muda.
mereka mengatakan tidak paham tentang DM tipe 1 dan cara perawatanya
terutama setelah pulang dari rumah sakit. Orang tua khawatir memikirkan masa
depan anaknya. Terapi/instruksi medis yang diberikan saat ini : cek gula darah 2
kali/hari, insulin 2 unit dari U100 sebelum makan.
23
3.2 Pengkajian
3.2.1 Anamnesa
1. Identitas.
Nama : An. R
Umur : 11 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Diagnosa medis : DM tipe 1
Agama : ISLAM
Alamat : Jl. Cibarengkok, Kec. Sukajadi.
Masuk RS : 13maret 2019
Tgl.Pemeriksaan : 13 maret 2019
Orang tua
Ayah : Tn. H
Ibu : Ny. M
Agama : ISLAM
Alamat : Jl. Cibarengkok, Kec. Sukajadi.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama.
Anak R masuk rumah sakit melalui poliklinik rawat jalan diantar
kedua orang tua nya, Ny. M dan Tn. H karena anak sering berkemih
dan terdapat luka pada kaki yang lama tidak sembuh.
24
kabur, sakit kepala. Ny. M mengatakan semenjak sakit anak mudah
tersinggung dan sulit berkonsentrasi, saat anak R terjatuh luka sukar
sembuh dan mudah terserang flu.
4. Imunisasi.
Imunisasi dilakukan di Puskesmas
Lahir : Hepatitis B (HB) 0
1 Bulan : BCG, Polio 1
2 Bulan : DPT/HB 1, Polio 2
3 Bulan : DPT/HB 2, Polio 3
4 Bulan : DPT/HB 3, Polio 4
9 Bulan : Campak
Kesan : Imunisasi dilakukan dengan lengkap
25
3.2.2 Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum
Kesadaran : Kompos mentis
Keadaan umum : Anak tampak kurus dan lemah
2. Sistem integument
Turgor kulit menurun, kulit dan membrane mukosa terlihat kering.
3. Sistem pernafasan
Respirasi= 24 kali/menit
4. Sistem kardiovaskuler
Suhu= 37,40C, Nadi= 88 kali/menit, Tekanan Darah= 110/70 mmHg
5. Sistem gastrointestinal
Polidipsi ,Penurunan berat badan. BB= 30 kg saat ini ,BB 34 kg sebelum
sakit,
6. Sistem urinary
Poliuri , sering berkemih terutama malam hari
7. Sistem muskuloskeletal
Cepat merasa lelah
8. Sistem neurologis
Terdapat luka pada kaki yang lama sembuh.
26
3.2.3 Pemeriksaan Diagnostik
Antropometri
1 BB Sakit : 30kg BB Anak laki-laki 11 Terjadi penurunan
Sebelum : 34 kg tahun = 36 kg
2 PB 144cm N = 144 cm Normal
27
Tanda- Tanda Vital
No. Pemeriksaan Hasil Normal Keterangan
1. Nadi 88 x/menit 60 – 100 x/menit Normal
2. RR 24 x/menit 14 – 24 x/menit Normal
3. Suhu 36,7 Oc Rektal : 36,5 – 38 oC Normal
Oral : 36 – 37,5 oC
Aksila : 35,5 – 37oC
4. TD 110/70mmHg 100 – 119 / 65 – 76 normal
mmHg
28
3.2.4 Data Fokus
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Anak R masuk rumah sakit 1. Anak tanpak lemas
melalui poliklinik rawat 2. Anak tampak kurus
jalan diantar kedua orang 3. BB saat ini = 30 kg dan BB 34
tua nya, Ny. M dan Tn. H kg sebelum sakit
karena anak sering 4. PB=140 cm
berkemih, dan terdapat luka 5. Nadi= 88 kali/menit
pada kaki yang lama tidak RR=24 kali/menit
sembuh. TD = 110/70 mmHg
2. Anak mengatakan bahwa Suhu = 37,40C
dia banyak makan, banyak 6. Turgor kulit menurun, kulit
minum tapi berat badan nya dan mukosa kering
malah turun. 7. Hemoglobin : 11,2 gr/dl
3. Anak juga mengatakan 8. Hematokrit: 30%
sering berkemih terutama 9. Eritrosit : 3,9 (x106/µL)
saat malam hari. 10. Trombosit : 210.000/ mm3
4. Anak mengatakan sulit 11. Leukosit : 9.500/µi
mengikuti pelajaran 12. GDS 250 mg/ dL.
disekolah dan cepat merasa
lelah, penglihatan kabur,
sakit kepala.
5. Ny. M mengatakan
semenjak sakit anak mudah
tersinggung dan sulit
berkonsentrasi
6. Saat anak R terjatuh luka
sukar sembuh dan mudah
29
terserang flu.
7. Orang tua mengatakan
bahwa mereka sangat
terkejut dan tidak percaya
ketika anaknya didiagnosis
DM tipe1, padahal usia
anak nya masih muda.
8. mereka mengatakan tidak
paham tentang DM tipe 1
dan cara perawatanya
terutama setelah pulang dari
rumah sakit.
9. Orang tua khawatir
memikirkan masa depan
anaknya.
30
melalui poliklinik rawat jalan Hiperglikemia berhubungan
diantar kedua orang tua nya, dengan kekurangan
Ny. M dan Tn. H karena anak Penurunan glukosa cairan aktif
sering berkemih. oleh ginjal
2. Anak mengatakan bahwa dia
banyak minum. Peningkatan sekresi
3. Anak juga mengatakan sering urine (Poliuria)
berkemih terutama saat
malam hari. Penurunan volume
DO : cairan intrasel
4. Turgor kulit menurun, kulit
dan mukosa kering Dehidrasi
5. Hematokrit: 30%
Polidipsia
31
DS : Kekurangan insulin Resiko Cidera
1. Anak mengatakan sulit
mengikuti pelajaran Metabolisme protein
disekolah dan cepat merasa dan lemak terganggu
lelah, penglihatan kabur,
sakit kepala. Pemecahan lemak
2. Ny. M mengatakan semenjak
sakit anak mudah Glukosa darah
tersinggung dan sulit meningkat
berkonsentrasi
DO : Gangguan penglihatan
3. GDS 250 mg/ dL.
32
diabetic
DS : Perubahan status Defisiensi
1. Orang tua mengatakan kesehatan anak Pengetahuan
bahwa mereka sangat
terkejut dan tidak Tidak familiar dengan
percaya ketika anaknya sumber informasi
didiagnosis DM tipe1,
padahal usia anak nya
masih muda.
2. Mereka mengatakan
tidak paham tentang DM
tipe 1 dan cara
perawatanya terutama
setelah pulang dari
rumah sakit.
3. Orang tua khawatir
memikirkan masa depan
anaknya.
DO :
4. Orang tua tampak
bingung
33
3.3 Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ditandai dengan Anak mengatakan
bahwa dia banyak makan, banyak minum tapi berat badan nya malah
turun, BB saat ini = 30 kg dan BB 34 kg sebelum sakit
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kekurangan cairan aktif
ditandai dengan Anak mengatakan bahwa dia banyak minum, Anak juga
mengatakan sering berkemih terutama saat malam hari.
3. Resiko infeksi b.d Perubahan penyakit kronis : DM ditandai dengan data
objektifnya yaitu, kadar glukosa darah 250 mg/dl, leukosit 9500 dan data
subjektifnya yaitu, kalau ada luka sukar sembuh
4. Resiko cidera b.d Disfungsi sensorik ditandai dengan kadar glukosa darah
300 mg/dl, dan data subjektifnya yaitu, penglihatan kabur, sakit kepala,
5. Defisiensi pengetahuan b.d Tidak familiar dengan sumber informasi
ditandai dengan data subjektifnya yaitu : mereka mengatakan tidak paham
tentang DM tipe 1 dan cara perawatannya terutama setelah pulang dari RS.
34
3.4 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
.
1. Ketidakseimbangan nutrisi Tujuan: Setelah dilakukan 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
kurang dari kebutuhan tubuh tindakan 3x24 jam Peningkatan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
b.d gangguan keseimbangan berat badan hasil dari 2. Monitor adanya penurunan berat badan
insulin, makanan, dan pemenuhan nutrisi sesuai 3. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk
aktivitas jasmani kebutuhan. pemberian insulin dan diet diabetik.
Kriteria Hasil : 4. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah
1. Adanya peningkatan berat diprogramkan.
badan sesuai dengan tujuan
2. Mengidentifikasi kebutuhan
nutrisi
3. Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
4. Tidak terjadi penurunan
berat badan tak berarti
2 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan Fluid management (keseimbangan cairan dan
berhubungan dengan 3x24 jam klien mampu menjaga komplikasi) :
kekurangan cairan aktif memenuhi keseimbangan 1. Monitor Vital sign
cairan dengan 2. Monitor Berat Badan pasien sebelum dan
KH: sesudah sakit
FluidBalance (keseimbangan
35
cairan) 3. Monitor respon pasien untuk terapi elektrolit
1. TD, N dan S dalam 4. Pertahankan intake dan output makanan
batas normal 5. Kelola cairan selama 24 jam
2. -24 jam keseimbangan 6. Monitor status hidrasi
pemasukan dan 7. Monitor status nutrisi
pengeluaran elektrolit 8. Mengatur pemberian terapi IV
36
3 Resiko infeksi b.d Tujuan: Setelah dilakukan 1. Monitor keadaan luka
Perubahan penyakit kronis : tindakan 3x24 jam 2. Bersihkan luka dengan tehnik steril
DM Menunjukan Risk infeksi 3. Instruksikan kepada keluarga dan pengunjung
terkontrol untuk mencuci tangan saat kontak pasien
Kriteria hasil : 4. Jaga kondisi luka agar tetap bersih dan kering
1. Klien bebas dari tanda 5. Tingkatkan intake nutrisi
dan gejala infeksi 6. Batasi pengunjung
2. Jumlah leukosit dalam
batas normal
3. Menunjukan perilaku
hidup sehat
37
4. Resiko cidera b.d Tujuan: Setelah dilakukan 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
( disfungsi sensorik) tindakan 3x24 jam 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai
Menunjukan Risk cidera kondisi sensorik (mata) pasien.
terkontrol 3. Memasang slide rail tempat tidur
Kriteria hasil : 4. Menganjurkan keluarga untuk mengunjungi
1. Klien terbebas dari resiko pasien
cedera 5. Koloborasi pemeriksaan GDS secara rutin
2. Klien mampu menjelaskan
cara/metode mencegah
injuri
3. Klien dan keluarga
mampu memodifikasi
gaya hiduo untuk
mencegah injuri
4. Mampu mengenali
perubahan status
kesehatan
38
5. Defisiensi pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan Teaching Diasease Process
Tidak familiar dengan 3x24 jam keluarga pasiendapat 1. Menilai tingkat pengetahuan tentang proses
sumber informasi menunjukkan penegtahuan penyakit yang spesifik
tentang proses penyakit, 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana
dengan KH: hal ini berhubungan dengan patofisiologi dengan
Knowladge Disease Process cara yang tepat
1. Tanda dan gejala 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
penyakit dengan cara yang tepat
2. Komplikasi penyakit 4. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
3. Mencegah komplikasi 5. Indetifikasi perubahan kondisi fisik pasien
penyakit. 6. Diskusikan perubahan gaya hidup yang diperlukan
untuk mencegah komplikasi di masa depan
39
3.5. Evidence Based Practise dan Legal Etik Keperawatan
1. Evidence Based Practice
Berdasarkan beberapa literatur yan penulis dapatkan terkait
penatalaksanaan dan pengobatan pada pasien anak dengan diabetes melitus
antara lain :
Hamilton, (2017), meneliti tentang manajemen penatalaksanaan diabetes
melitus pada anak dan remaja. Pada penelitian ini manajemen yang dilakukan
berdasarkan manajemen awal dan manajemen jangka panjang. Pada
manajemen awal yang dilakukan adalah diagnosis dini dan pengobatan segera
sangat penting untuk menghindari keadaan darurat medis misalnya DKA.
Kesadaran tentang 4T (toilet, haus, lelah dan lebih tipis), sangat penting untuk
mengidentifikasi tanda-tanda awal diabetes. Selain itu perawatan dirumah sakit
seperti di ruang PICU dan HDU bagi anak yang membutuhkan perawatan
intensif. Sementara pada pasien anak dan remaja dalam perawatan jangka
panjang manajemen yang dilakukan adalah menjaga glukosa darah mereka. Hal
ini membutuhkan pendidikan diabetes untuk anak dan keluarga mengenai
pemberian insulin, penghitungan karbohidrat, dan menjaga gaya hidup sehat.
Sementara itu penelitian terkait intervensi perilaku berbasis bukti untuk
mempromosikan manajemen diabetes pada anak-anak, remaja, dan keluarga
yang dilakukan oleh Hilliard, et.al., (2016), mengemukakan bahwa intervensi
psiokolgi dan prilaku sangat penting dalam manajemen diabetes melitus pada
anak dan remaja untuk meningkatkan kepatuhan intervensi pada
penatalaksanaan diabetes melitus dan dapat meningkatkan kualitas hidup anak
dan keluarga.
Sejalan dengan penelitian diatas, penelitian yang dilakukan oleh
Chamberlain, et.al., (2016), terkait tentang diagnosis dan manajemen pada
pasien diabetes melitus mengemukakan bahwa pada DM type 1 manajemen
yang dilakukan adalah pompa insulin untuk mengurangi risiko hipoglikemia
sementara pada DM type 2 dengan dilakukan terapi awal, yaitu pasien yang
40
baru didiagnosis kelebihan berat badan atau obesitas harus memulai modifikasi
gaya hidup, termasuk aktivitas fisik, dan diberi konseling untuk kehilangan
setidaknya 5% dari berat badan mereka. jika terapi awal tidak cukup maka
lakukan terapi metformin. Selanjutnya terapi kombinasi dalam pemberian obat,
terapi insulin (basal insulin, bolus insulin).
41
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diabetes mellitus tipe 1 merupakan merupakan kondisi tidak
terkontrolnya gula dalam tubuh karena kerusakan sel β pancreas sehingga
mengakibatkan berkurangnya prosuksi insulin sepenuhnya. Diabetes mellitus
tipe 1 dapat disebabkan oleh faktor genetic, lingkungan dan imunologi.
Kekurangan insulin pada diabetes mellitus tipe 1 dapat menimbulkan kondisi
hiperglikemi dan dapat menunjukkan gejala poliuria, polidipsia, polifagia, serta
penurunan berat badan. Diabetes mellitus tipe 1 dapat berkomplikasi menjadi
diabetes ketoasidosis jika terjadi peningkatan produksi keton.
Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak
lagi mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi defisit
absolut insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa umumnya disebut tipe 2,
yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun insulin sebenarnya tersedia memadai
sehingga terjadi defisit relatif insulin. Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat
bervariasi di tiap negara. Dari data-data epidemiologik memperlihatkan bahwa
puncak usia terjadinya DM pada anak adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat
menjelang remaja. Dari semua penderita diabetes, 5-10 % adalah penderita
diabetes tipe 1.
42
Keadaan ideal yang ingin dicapai penderita DM tipe 1 ialah dalam
keadaan asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam
semua kegiatan sosial yang diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa
takut terhadap terjadinya komplikasi. Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh
penyandang DM maupun keluarganya jika mereka memahami penyakitnya dan
prinsip-prinsip penatalaksanaan diabetes.
43
DAFTAR PUSTAKA
Bowden, V.R & Greenberg, C.S. (2010). Children and Their Families,Tthe Continuum
of Care 2nd Edition. Wolter Kluwer Health
Corwin, E., J (2009). Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC
Darwis, Y.W, dkk. (2005). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk penyakit DM.
Direktorat Laboratorium Kesehatan Direktorat Jendral Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Situasi Dan Analisis Diabetes. Pusat Data Dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI. Jakarta
Khalifah, R.A., et al. (2016). The Effect of Adding Metformin to Insulin Therapy for
Type 1 Diabetes Mellitus Children: A Systematic Review and Meta-analysis.
Pediatric Diabetes 2017; 1–10. DOI 10.1111/pedi.12493
Pereiraa, P.F., et al. (2014). Does Breastfeeding Influence the Risk of Developing
Diabetes Mellitus in Children? A Review of Current Evidence. J Pediatr (Rio J).
90(1):7-15
Pulungan, A & Herqutanto. (2009). Diabetes Melitus Tipe 1:“Penyakit Baru” yang
akan Makin Akrab dengan Kita. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10
Suriadi & Yuliani, R (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta: CV
Sagung Seto
Ukk Endokrinologi Anak dan Remaja, Ikatan Dokter Anak Indonesia World Diabetes
Foundation. (2009). Konsesus nasional pengelolaan diabetes melitus tipe 1.
Indonesia: World Diabetes Foundation
45
Wong, D, L., Hockenberry, M., Wilson, D.,Winkelstein, M, L., & Schwartz, P. (2008).
Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC
Mortensen HB, et al. Multinational study in children and adolescents with newly
diagnosed type 1 diabetes: association of age, ketoacidosis, HLA status, and
autoantibodies on residual beta-cell function and glycemic control 12 months
after diagnosis. Pediatric Diabetes 2010: 11: 218–226.
Thomas RC, et al. Autoimmunity and the Pathogenesis of type 1 Diabetes. McGill
Irland NB. The story of type 1 diabetes. Nursing for women’s health, volume 14,
2010; 327-338
Netty EP. Diabetes Mellitus Tipe I dan Penerapan Terapi Insulin Flexibel pada Anak
dan Remaja. Diajukan pada Forum Komunikasi Ilmiah (FKI) Lab./SMF Ilmu
Kesehatan Anak FK UNAIR/RSUD Dr. Soetomo Surabaya. February 13, 2002.
Chamberlain, J. J., Rhinehart, A. S., Shaefer, C. F., & Neuman, A. (2016). Diagnosis
and management of diabetes: Synopsis of the 2016 American diabetes association
standards of medical care in diabetes. Annals of Internal Medicine, 164(8), 542–
552. https://doi.org/10.7326/M15-3016
Hamilton, H., Knudsen, G., Vaina, C. L., Smith, M., & Paul, S. P. (2017). Diabetes :
Recognition and Management, (March).
46
Hilliard, M. E., Powell, P. W., & Anderson, B. J. (2016). Evidence-based behavioral
interventions to promote diabetes management in children, adolescents, and
families. American Psychologist, 71(7), 590–601.
https://doi.org/10.1037/a0040359.
47