PENDAHULUAN
Dengan sumber daya alam yang melimpah, jumlah penduduk yang mencapai
237,6 juta jiwa dengan penyebaran tidak merata serta ketimpangan sosial dan
masalah penyimpangan pemanfaatan kekayaan alam dapat meningkatkan eskalasi
dan macam bencana. Bencana yang muncul tidak hanya bersumber dari gejala alam
tapi juga berkaitan dengan prilaku manusia terhadap alam/ lingkungan. Cuaca
ekstrim seperti curah hujan yang tinggi memang menjadi
faktor pemicu terjadinya banjir. Tetapi selain itu masih ada penyebab lain yang
mengakibatkan terjadinya banjir.
1
kerusakan wilayah DAS sebagai salah satu penyebab terjadinya banjir lebih
banyak dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang tidak ramah terhadap
lingkungan. Pemerhati sekaligus pakar lingkungan dari Universitas Riau, Tengku
Ariful Amri, mengatakan, cuacaekstrem yang melanda sebagian besar wilayah
Tanah Air adalah dampak dariterhambatnya siklus hidrologi. Berubahnya pola
siklus hidrologi ini menurut Tengku Ariful Amri disebabkan karena adanya
perubahan kondisi wilayah DAS.
2
Meluapnya Sungai Citarum tidak lepas dari hujan deras yang terus
berlangsung. Akibatnya, menurut BNPB, sebanyak 15 daerah di Kabupaten
Bandung terendam banjir, di antaranya Kecamatan Rancaekek, Baleendah, dan
Dayeuhkolot. Tinggi banjir berkisar antara 80 hingga 300 centimeter. Adapun
daerah di sekitar bantaran Sungai Citarum dan cekungan, tinggi banjir mencapai
tiga meter. Berdasarkan data sementara hasil kaji cepat BPBD Kabupaten
Bandung, sebanyak 5.900 kepala keluarga yang terdiri dari 24.000 jiwa terdampak
banjir dan lebih dari 3.000 jiwa mengungsi.
Meski berangsur surut, banjir luapan sungai Citarum yang terjadi di
Baleendah dan Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung, masih merendam
permukiman warga dan bangunan sekolah dasar negeri di kawasan Bojong Asih,
Dayeuh Kolot. Di kawasan ini, ada dua sekolah dasar negeri yang terendam, yakni
Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bojong Asih 1 dan 2.
SDN Bojong Asih 2 merupakan salah satu fasilitas pendidikan yang
langganan terendam banjir, terletak di jalan Tubagus Anom No. 21 Dayeuhkolot,
Kec. Dayeuhkolot, Kab. Bandung Prov. Jawa Barat. Status kepemilikan sekolah
tersebut merupakan milik pemerintah pusat berstatus negeri dengan Nomor
Pokok Sekolah Nasional (NPSN) 20206873. Sesuai data dari Kemendikbud RI
sekolah ini berdiri berdasarkan SK Pendirian Sekolah Nomor 421.215K-
141XXX/PED/1989 tanggal 20 Agustus 1989 dan SK Izin Operasional Nomor
421.21800-KAB/1989 tanggal 23 Agustus 1989.
Tenaga pengajar pada SDN Bojong Asih 2 terdiri dari 1 orang kepala
sekolah, 7 orang guru, dan 1 orang operator. Mempunyai 6 buah rombongan
belajar dengan jumlah murid sebanyak 214 orang (107 orang murid laki-laki dan
107 orang murid perempuan).
5
diakibatkan karena perpindahan penduduk ke posko pengungsian yang penuh
sesak dan kontaminasi silang sumber air dengan bahan feses (Kouadio et al.,
2012).
Mencuci tangan yang cukup dengan sabun pada lima waktu yang
disarankan sangat penting di daerah kumuh perkotaan di negara berkembang
maupun di daerah yang sering terkena bencana banjir. Kebutuhan untuk
peningkatan pengetahuan tentang pencegahan diare dan penularannya pada
anak menjadi sangat penting dalam pengelolaan epidemi di masa sekarang dan
sesudahnya mengingat bahwa sumber penyakit (banjir) tidak dapat dihindari atau
tidak dapat dihentikan atau tidak dapat dipisahkan dari manusia.
Berdasarkan uraian di atas kami merasa perlu untuk melakukan
pendidikan kesehatan program cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebagai upaya
preventif penyakit diare pada anak usia sekolah di daerah rawan bencana banjir
di SDN Bojong Asih 2 Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung.
6
1.4 Manfaat Penerapan
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dalam makalah ini dapat memberikan
manfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan tentang
konsep pendidikan kesehatan dan upaya prevensi dan
promosi pada anak usia sekolah di daerah rawan bencana
banjir
Sebagai kajian pustaka, kerangka acuan serta memberikan
informasi tentang tentang pendidikan kesehatan dan upaya
prevensi dan promosi pada anak usia sekolah di daerah
rawan bencana banjir
1.4.2 Manfaat Praktis
Memberikan gambaran tentang pendidikan kesehatan dan
upaya prevensi dan promosi dalam penganggulangan bencana
sehingga dapat menjadi acuan selama proses pelaksanaan
pendidikan kesehatan pada anak usia sekolah di daerah
rawan bencana banjir
Dapat digunakan sebagai media untuk membantu dalam
pemberian pendidikan kesehatan dan upaya prevensi dan
promosi pada anak usia sekolah di daerah rawan bencana
banjir
7
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
Pencegahan Penyakit :
8
Untuk pengetahuan pendidikan kesehatan didapatkan hasil :
Dari 200 partisipan, 117 (58,5%) memiliki pengetahuan yang baik tentang
pendidikan kesehatan dan kebersihan sementara delapan 83 (41,5%), tidak tahu
tentang pendidikan kebersihan dan kesehatan yang baik.
Dari 200 partisipan, 123 (61,5%) mandi dengan air bersih, sementara 77 (38,5%)
ditemukan tidak berhati-hati dalam menggunakan air bersih untuk mandi atau
mencuci tangan dan wajah dalam kegiatan sehari-hari.
Pakistan adalah negara yang rentan terhadap banjir dan hampir setiap
tahun terkena dampak banjir yang mengakibatkan kerusakan infrastruktur dan
kesehatan serta perekonomian. Munculnya penyakit epidemi di daerah-daerah
yang terkena dampak disebabkan karena kurangnya pendidikan kesehatan
terhadap orang-orang yang berada diwilayah ini serta kinerja higienis yang buruk
dari masyarakat dalam rutinitas sehari-hari.
Berikut ini adalah saran untuk kebersihan yang baik. 1. Mencegah infeksi
diare praktek higienis yang baik harus menjadi prioritas 2. Gunakan kelambu dan
eradikasi genangan air dari jalanan dan rumah-rumah di musim hujan 3.
Kebersihan diri dan merebus air bersih untuk diminum hingga mendidih harus
dilakukan.
9
2. Adane, et.al., (2017). Daerah Kumuh Addis Ababa, Ethiopia
10
yang lebih luas dari peningkatan cuci tangan dengan sabun sebagai faktor
penting dalam meningkatkan kesehatan global dan mencapai Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan PBB pada tahun 2030, penelitian ini mendukung
kebutuhan untuk mengatasi apa yang disebut "perangkat keras" faktor-faktor
seperti ketersediaan sabun, air , dan fasilitas cuci tangan yang tepat, dan faktor
"perangkat lunak" seperti pengembangan sosial, pendidikan, dan promosi cuci
tangan dengan sabun pada waktu yang direkomendasikan
Prevalensi Pengasuh:
Sebanyak 35,0% ibu-ibu dari daerah distrik tinggi dan 33,4% di daerah
dsidtrik rendah memiliki pengetahuan komprehensif tentang diare. Sepertiga dari
ibu-ibu yang distrik tinggi (32,9%) dan 30,4% di daerah distrik rendah melaporkan
bahwa mereka mencuci tangan mereka dengan tiga kali pencuci tangan. Di atas
11
60% ibu yang berasal dari distrik tinggi (63,0%), dan hampir 60% dari distrik rendah
(59,8%) yaitu daerah yang menggunakan metode pembuangan sampah yang tepat.
12
masyarakat.
Pembahasan
Pendidikan Kesehatan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Abid Jan, et.al., (2015) diketahui bahwa
dari 200 partisipan, 58,5% memiliki pengetahuan yang baik tentang pendidikan
kesehatan dan kebersihan, selain itu 41,5% tidak tahu tentang pendidikan kebersihan
dan kesehatan yang baik. Sebanyak 127 (63,50%), melakukan praktik kebersihan.
Sementara itu 73 partisipan (36,50%) tidak melakukan praktik kesehatan dan
keselamatan mereka pada saat selama dan setelah banjir. Upaya pencegahan
penyakit setelah banjir didapatkan hasil : penggunaan kelambu pada musim hujan
yaitu dari 200 partisipan, 41 (20,5%) positif menggunakan, dan 159 (79,5%) tidak
menggunakan. Sebanyak 123 (61,5%) mandi dengan air bersih, sementara 77
(38,5%) ditemukan tidak berhati-hati dalam menggunakan air bersih untuk mandi
atau mencuci tangan dan wajah dalam kegiatan sehari-hari.
Dari data-data tersebut dapat dilihat bahwa tingginya ketidaktahuan akan
pendidikan kebersihan dan kesehatan yang baik berdampak pada tingginya jumlah
partisipan yang tidak melakukan praktik kesehatan serta upaya pencegahan
penyakit. Pentingnya dilakukan pendidikan kesehatan dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan yang harapannya adalah perubahan sikap serta perilaku seseorang
dalam pencegahan penyakit dan peningkatan status kesehatan terutama setelah
kejadian banjir. Hal ini sesuai dengan D. Nyswander, pendidikan kesehatan adalah
proses perubahan dari dalam diri manusia itu sendiri untuk mencapai kesehatan
13
pribadi dan masyarakat. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang dinamis
dari sebuah pembentukan di mana seseorang menolak atau menerima informasi
baru atau perilaku-perilaku baru dengan tujuan kesehatan hidup. Pendidikan
kesehatan juga dapat disimpulkan sebagai suatu upaya untuk menciptakan perilaku
masyarakat yang kondusif untuk kesehatan.
Pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui
bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari dan
mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan orang lain, serta ke mana
seharusnya mencari pengobatan saat sakit. Pendidikan kesehatan hendaknya
diajarkan sedini mungkin pada anak, sehingga menjadi pembiasan di kala anak
dewasa. Tujuan dari pendidikan kesehatan pada anak adalah meningkatkan
pengetahuan anak agar dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam
kehidupan sehari-hari.
14
dan 12,7% sebelum makan.
Jika dilihat dari presentase-presentase tersebut masih terhitung sangat rendah karena
kurang dari 50% dari keluarga yang melakukan tindakan cuci tangan pada waktu-waktu
yang direkomendasikan, sehingga angka diare di Ethiopia masih sangat tinggi.
Prevalensi diare masa kanak-kanak adalah 13,5%. Sebanyak 35,0% ibu-ibu dari
daerah distrik tinggi dan 33,4% di daerah dsidtrik rendah memiliki pengetahuan
komprehensif tentang diare. Sepertiga dari ibu-ibu yang distrik tinggi (32,9%) dan
30,4% di daerah distrik rendah melaporkan bahwa mereka mencuci tangan mereka
dengan tiga kali pencuci tangan. Di atas 60% ibu yang berasal dari distrik tinggi
(63,0%), dan hampir 60% dari distrik rendah (59,8%) yaitu daerah yang
menggunakan metode pembuangan sampah yang tepat.
15
Salah satu upaya dalam pencegahan diare adalah dengan melakukan cuci
tangan sebelum dan sesudah makan, serta sesudah buang air besar (Kemenkes,
2011). Cuci tangan dengan sabun dan air bersih berpengaruh terhadap penurunan
transmisi penyakit diare dan ISPA pada anak (Pittet, 2005). Penelitian lain yang
dilakukan oleh Mahmud, et al (2015) pada 367 anak sekolah dengan menggunakan
cluster random control trial didapatkan hasil bahwa mencuci tangan dengan sabun
merupakan salah satu tindakan yang terbukti efektif untuk mencegah penyakit
intestinal seperti diare. Cuci tangan dengan sabun dan air dapat efektif untuk
mencegah timbulnya penyakit infeksi terutama diare karena bisa mengilangkan
jumlah bakteri di tangan sampai 92% (Burton, M et al, 2011).
16
BAB III
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
Banjir
Menjadi tempat
bermain bagi anak
17
3.2 Realisasi Pemecahan Masalah
Berdasarkan kerangka pemecahan masalah diatas, maka realisasi pemecahan
masalah yang akan dilakukan adalah dengan memberikan Pendidikan Kesehatan CTPS
sebagai upaya preventif penyakit diare pada anak usia sekolah di daerah rawan bencana,
yaitu pada siswa SDN Bojong Asih 2 Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung.
3.3 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran pada kegiatan ini adalah siswa SDN Bojong Asih 2 Dayeuh Kolot
mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 5 dengan jumlah sebanyak 182 orang.
3.4 Metode yang Digunakan (Tahapan Kegiatan)
Metode dan tahapan kegiatan yang dilakukan dapat dilihat pada Satuan Acara
Pembelajaran (SAP) sebagai berikut :
Topik : PHBS – Cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada anak usia sekolah
dasar sebagai upaya preventif diare pasca banjir
Hari/ Tanggal : Sabtu / 26 Mei 2018
Waktu : 10.00 – 12.00 WIB
Tempat : SDN BOJONG ASIH 2 DAYEUH KOLOT BANDUNG
Sasaran : Murid peserta didik kelas 1-5
Metode : Presentasi, pemutaran video dan Praktik
Media : Infocus dan laptop, video cara mencuci tangan, booklet, Sabun cair, Air.
Materi : Terlampir
1. TUJUAN UMUM
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, murid memahami konsep mencegah penyakit diare
dengan cuci tangan pakai sabun.
2. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberikan pendidikan kesehatan ,diharapkan murid SDN Bojong Asih 2 Dayeuh Kolot
dapat :
1. Mengetahui pengertian mencuci tangan
2. Mengetahui cuci tangan 6 langkah
3. Mempraktikan cuci tangan 6 langkah
18
3. METODE
1. Ceramah
2. Praktik (Demostrasi)
4. LANGKAH-LANGKAH
19
langkah-langkah CTPS
5. EVALUASI
a. 80% peserta penyuluhan dapat menyebutkan pengertian mencuci tangan
b. 80% peserta penyuluhan dapat menyebutkan 6 langkah cuci tangan
c. 75% peserta penyuluhan dapat mendemonstrasikan kembali 6 langkah cuci
tangan
20
BAB IV
21
BAB V
5.1 Kesimpulan
90% dari kejadian bencana alam di Indonesia berhubungan dengan banjir dan
sudah menjadi peristiwa tahunan ketika musim hujan datang. Bahkan, di beberapa
daerah, banjir sudah menjadi langganan setiap tahunnya ketika musim hujan, seperti
yang terjadi di daerah Bandung Selatan. Selama 10 tahun terakhir daerah Bandung
Selatan telah menjadi langganan banjir karena hujan yang mengguyur selama
berhari-hari sehingga menyebabkan meluapnya Sungai Citarum yang melintasi
wilayah Bandung Selatan. Meluapnya Sungai Citarum tidak lepas dari hujan deras
yang terus berlangsung masih merendam permukiman warga dan bangunan sekolah
dasar negeri di kawasan Bojong Asih, Dayeuh Kolot SDN Bojong Asih 2 merupakan
salah satu fasilitas pendidikan yang langganan terendam banjir.
Kelompok usia anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap
kejadian infeksi pada lokasi banjir yaitu peningkatan penyakit gastrointestinal (GI)
yaitu; infeksi enterovirus dan disentri basiler, karena kebiasaan menggunakan air
banjir sebagai taman bermain tanpa pemahaman atau pengetahuan bahwa hal
tersebut dapat memperluas kerentanan mereka terhadap infeksi (Mohamed et al.,
2017). Penyebaran infeksi juga dapat diakibatkan karena perpindahan penduduk ke
posko pengungsian yang penuh sesak dan kontaminasi silang sumber air dengan
bahan feses (Kouadio et al., 2012).
Mencuci tangan yang cukup dengan sabun pada lima waktu yang disarankan
sangat penting di daerah kumuh perkotaan di negara berkembang maupun di daerah
yang sering terkena bencana banjir. Kebutuhan untuk peningkatan pengetahuan
tentang pencegahan diare dan penularannya pada anak menjadi sangat penting
dalam pengelolaan epidemi di masa sekarang dan sesudahnya mengingat bahwa
sumber penyakit (banjir) tidak dapat dihindari atau tidak dapat dihentikan atau tidak
22
dapat dipisahkan dari manusia.
Pelaksanaan kegiatan pendidikan kesehatan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebagai
upaya preventif penyakit diare pada anak usia sekolah di daerah rawan bencana banjir di
SDN Bojong Asih 2 Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung berjalan sesuai dengan yang
direncanakan. Tidak ada kendala yang berarti baik sejak perencanaan kegiatan, survey lokasi,
perizinan/surat-menyurat, saat pelaksanaan kegiatan sampai dengan evaluasi hasil kegiatan.
Semua tahapan kegiatan dapat terlaksana sesuai dengan matriks kegiatan dan rundown
acara (terlampir).
Khalayak sasaran yang mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan ini direncanakan
sebanyak 182 orang namun pada saat pelaksanaan jumlah murid yang hadir dan mengikuti
kegiatan sebanyak 134 orang.
5.2 Saran
Setelah melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan pada siswa SDN Bojong Asih 2
Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung kami dapat memberikan saran sebagai berikut :
23
DAFTAR PUSTAKA
Adane, M., Mengistie, B., Mulat, W., Medhin, G., & Kloos, H. (2018). The Most
Important Recommended Times of Hand Washing with Soap and Water in
Preventing the Occurrence of Acute Diarrhea Among Children Under Five Years
of Age in Slums of Addis Ababa, Ethiopia. Journal of Community Health, 43(2),
400–405. https://doi.org/10.1007/s10900-017-0437-1
Azage, M., Kumie, A., Worku, A., & Bagtzoglou, A. C. (2016). Childhood diarrhea in
high and low hotspot districts of Amhara Region, northwest Ethiopia: a
multilevel modeling. Journal of Health, Population, and Nutrition, 35, 13.
https://doi.org/10.1186/s41043-016-0052-2)
Burton, M et al. (2011). The effect of handwashing with water or soap on bacterial
contamination of hands. International Journal of Environmental Research and
Public Health ISSN 1660-4601.
http://search.proquest.com/docview/854054097/fulltextPDF/5E5E1B393CE8
499 6PQ/2?accountid=48290 (diakses tanggal 4 Desember 2016).
Jan A, Afridi, Salam, (2015). An Assessment of Knowledge and Practice of People in
Flood Risky Areas on Health Education and Hygiene in District Charsadda,
Khyber Pukhtoon Khwa. Pakistan
Kouadio, I. K., Aljunid, S., Kamigaki, T., Hammad, K., & Oshitani, H. (2012).
Infectious diseases following natural disasters: Prevention and control
measures. Expert Review of Anti-Infective Therapy, 10(1), 95–104.
https://doi.org/10.1586/eri.11.155
Mohamed, S., Ebenehi, I. Y., Adaji, A., Seow, T. W., Chan, N. W., Goh, K. C., &
Abd Rahim, M. H. I. (2017). Impacts of flood on children and adults’ health
and ways to sustainable development. IOP Conference Series: Materials
Science and Engineering, 271(1). https://doi.org/10.1088/1757-
899X/271/1/012025
24
WHO,Communicable diseases following natural disasters Risk assessment and
priority interventions diunduh dari
http://www.who.int/diseasecontrol_emergencies/en/
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180206135638-255-
274228/penyakit-yang-harus-diwaspadai-pengungsi-banjir diakses tanggal 5 Mei
2018
25