Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis,


geologis, hidrologis, dan demografis yang unik dan spesifik jika dibandingkan dengan
wilayah lain di dunia. Secara geografis, wilayah Indonesia terletak di daerah
khatulistiwa di antara Benua Asia dan Australia serta di antara Samudera Pasifik dan
Hindia, berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia merupakan
wilayah teritorial yang sangat rawan terhadap bencana alam seperti gempa bumi,dan
letusan gunung api. Selain itu, Indonesia yang beriklim tropis dengan dua musim,
yaitu musim penghujan dan musim kemarau juga sangat rawan terjadinya bencana
yang terkait hidroklimatologis seperti angin puting beliung, ba njir, kekeringan dan
kebakaran hutan.

Dengan sumber daya alam yang melimpah, jumlah penduduk yang mencapai
237,6 juta jiwa dengan penyebaran tidak merata serta ketimpangan sosial dan
masalah penyimpangan pemanfaatan kekayaan alam dapat meningkatkan eskalasi
dan macam bencana. Bencana yang muncul tidak hanya bersumber dari gejala alam
tapi juga berkaitan dengan prilaku manusia terhadap alam/ lingkungan. Cuaca
ekstrim seperti curah hujan yang tinggi memang menjadi

faktor pemicu terjadinya banjir. Tetapi selain itu masih ada penyebab lain yang
mengakibatkan terjadinya banjir.

Perubahan iklim memicu lebih banyak cuaca ekstrem yang menghasilkan


bencana, seperti yang terjadi di Daerah KhususIbukota (DKI) Jakarta pada Januari
hingga Februari 2013. Menurut Data dan Informasi Bencana Indonesia. Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (DIBI-BNPB) kejadian banjir di Indonesia yang
dicatat mulai Tahun 1815– 2014 sebanyak 5,541 kejadian, atau sebanyak 37% dari
seluruh jenis kejadian bencana. Sebaran jumlah kejadian bencana banjir
terbanyak berada di pulau Jawa. Kemudian melihat data jumlah penduduk hasil
sensus penduduk Tahun 2010, penduduk pulau Jawa mendominasidengan jumlah
mencapai 58 % dari 237,6 juta jiwa. Hal ini mengindikasikan bahwa

1
kerusakan wilayah DAS sebagai salah satu penyebab terjadinya banjir lebih
banyak dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang tidak ramah terhadap
lingkungan. Pemerhati sekaligus pakar lingkungan dari Universitas Riau, Tengku
Ariful Amri, mengatakan, cuacaekstrem yang melanda sebagian besar wilayah
Tanah Air adalah dampak dariterhambatnya siklus hidrologi. Berubahnya pola
siklus hidrologi ini menurut Tengku Ariful Amri disebabkan karena adanya
perubahan kondisi wilayah DAS.

Banjir didefinisikan sebagai peristiwa atau keadaan dimana terendamnya


suatu daerah atau daratan karena volume air yangmeningkat. (Pusat Data dan
Informasi, BNPB, 2008). Secara alamiah banjir, adalah proses alam yang biasa dan
merupakan bagian penting darimekanisme pembentukkan dataran di bumi.
Proses terjadinya banjir dibagi dua yaitu proses yang terjadi secara alamiah dan
non alamiah. Proses terjadinya banjir secara alamiah seperti, air hujan yang
turunsebagian tidak terserap oleh tanah dan menjadi aliran permukaan (run off)
kemudian menggenang di dataran yang lebih rendah. Sedangkan proses
terjadinya banjir secara non alamiah, karena ulah manusia sebagaicontoh adalah
prilaku manusia membuang sampah ke sungai danmendirikan bangunan di
sepadan sungai mengakibatkan terhambatnyaaliran air dan kemudian melimpas
ke daratan.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) 90% dari


kejadian bencana alam di Indonesia berhubungan dengan banjir dan sudah
menjadi peristiwa tahunan ketika musim hujan datang. Bahkan, di beberapa
daerah, banjir sudah menjadi langganan setiap tahunnya ketika musim hujan,
seperti yang terjadi di daerah Bandung Selatan. Selama 10 tahun terakhir daerah
Bandung Selatan telah menjadi langganan banjir karena hujan yang mengguyur
selama berhari-hari sehingga menyebabkan meluapnya Sungai Citarum yang
melintasi wilayah Bandung Selatan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Jawa Barat sampai saat ini mencatat kurang lebih sebanyak 44.426 jiwa
terkena dampak bencana banjir dan longsor di tiga daerah di Jawa Barat.
Sementara jumlah pengungsi di Kabupaten Bandung yang merendam tiga
kecamatan, yakni Kecamatan Dayeuhkolot, Kecamatan Baleendah dan Kecamatan
Bojongsoang mencapai 1.682 orang.

2
Meluapnya Sungai Citarum tidak lepas dari hujan deras yang terus
berlangsung. Akibatnya, menurut BNPB, sebanyak 15 daerah di Kabupaten
Bandung terendam banjir, di antaranya Kecamatan Rancaekek, Baleendah, dan
Dayeuhkolot. Tinggi banjir berkisar antara 80 hingga 300 centimeter. Adapun
daerah di sekitar bantaran Sungai Citarum dan cekungan, tinggi banjir mencapai
tiga meter. Berdasarkan data sementara hasil kaji cepat BPBD Kabupaten
Bandung, sebanyak 5.900 kepala keluarga yang terdiri dari 24.000 jiwa terdampak
banjir dan lebih dari 3.000 jiwa mengungsi.
Meski berangsur surut, banjir luapan sungai Citarum yang terjadi di
Baleendah dan Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung, masih merendam
permukiman warga dan bangunan sekolah dasar negeri di kawasan Bojong Asih,
Dayeuh Kolot. Di kawasan ini, ada dua sekolah dasar negeri yang terendam, yakni
Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bojong Asih 1 dan 2.
SDN Bojong Asih 2 merupakan salah satu fasilitas pendidikan yang
langganan terendam banjir, terletak di jalan Tubagus Anom No. 21 Dayeuhkolot,
Kec. Dayeuhkolot, Kab. Bandung Prov. Jawa Barat. Status kepemilikan sekolah
tersebut merupakan milik pemerintah pusat berstatus negeri dengan Nomor
Pokok Sekolah Nasional (NPSN) 20206873. Sesuai data dari Kemendikbud RI
sekolah ini berdiri berdasarkan SK Pendirian Sekolah Nomor 421.215K-
141XXX/PED/1989 tanggal 20 Agustus 1989 dan SK Izin Operasional Nomor
421.21800-KAB/1989 tanggal 23 Agustus 1989.

Tenaga pengajar pada SDN Bojong Asih 2 terdiri dari 1 orang kepala
sekolah, 7 orang guru, dan 1 orang operator. Mempunyai 6 buah rombongan
belajar dengan jumlah murid sebanyak 214 orang (107 orang murid laki-laki dan
107 orang murid perempuan).

Selain bangunan, akses jalan menuju sekolah pun terendam, sehingga


siswa tidak bisa belajar di sekolah tersebut. Dengan kondisi ini, kegiatan belajar
para siswa terpaksa dipindahkan ke aula kantor desa Dayeuh Kolot. Dengan
fasilitas seadanya, para siswa pun mengikuti sejumlah mata pelajaran yang
diberikan guru. Namun, banyak siswa yang ijin tidak masuk sekolah, lantaran
akses jalan yang terhambat banjir.

Tinggal di posko pengungsian maupun di daerah yang sering terkena


banjir dapat menimbulkan berbagai macam masalah, di antaranya adalah
3
masalah kesehatan. Berbagai masalah kesehatan yang terjadi diantaranya adalah
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), gizi buruk, diare, demam, gatal-gatal dan
penyakit kulit lainnya. Banjir dapat dilihat sebagai fasilitator atau pendorong
untuk penyebaran cepat dari beberapa penyakit infeksi. Kelompok usia anak-anak
merupakan kelompok yang paling rentan terhadap kejadian infeksi pada lokasi
banjir yaitu peningkatan penyakit gastrointestinal (GI) yaitu; infeksi enterovirus
dan disentri basiler, karena kebiasaan menggunakan air banjir sebagai taman
bermain tanpa pemahaman atau pengetahuan bahwa hal tersebut dapat
memperluas kerentanan mereka terhadap infeksi (Mohamed et al., 2017).
Penyebaran infeksi juga dapat diakibatkan karena perpindahan penduduk ke
posko pengungsian yang penuh sesak dan kontaminasi silang sumber air dengan
bahan feses (Kouadio et al., 2012).
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan, tiga
faktor yang sangat mempengaruhi adalah sarana air bersih, pembuangan tinja dan
limbah. Salah satu faktor dari lingkungan yang juga dapat mengakibatkan tingginya
kejadian penyakit diare adalah banjir. Banjir biasanya diakibatkan oleh hujan yang
berkepanjangan,banjir di Indonesia biasa terjadi di kota – kota besar. Banjir dapat
menyebabkan sumber air minum tercemar bakteri. Apabila faktor lingkungan tidak
memenuhi syarat kesehatan karena tercemar bakteri didukung dengan kebersihan
perorangan dan lingkungan yang jelek, maka dapat menimbulkan kejadian diare. Jika
diare yang mewabah dalam suatu lingkungan komunitas tidak segera ditangani maka
diare akan menjadi penyakit yang meresahkan, menularkan ke masyarakat lain,dan
menimbulkan komplikasi seperti kolera,dehidrasi berat bahkan kematian. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diare, terdiri dari faktor ling kungan
maupun faktor individu. Tingginya angka kejadian diare pada negara berkembang
seperti di Indonesia disebabkan beberapa faktor, diantaranya masih sedikitnya air
minum yang layak konsumsi, kurangnya kesadaran akan menjaga dan memelihara
hygiene serta buruknya status kesehatan masyarakat.
Mencuci tangan yang cukup dengan sabun pada lima waktu yang
disarankan sangat penting di daerah kumuh perkotaan di negara berkembang
maupun di daerah yang sering terkena bencana banjir. Penelitian yang dilakukan
oleh Adane, Mengistie, Mulat, Medhin, & Kloos (2018) menyebutkan bahwa
waktu yang direkomendasikan paling penting dalam mencegah diare akut adalah
4
sebelum menyiapkan makanan (sebelum makan) dan setelah defekasi.

Kebutuhan untuk peningkatan pengetahuan tentang pencegahan diare


dan penularannya pada anak menjadi sangat penting dalam pengelolaan epidemi
di masa sekarang dan sesudahnya mengingat bahwa sumber penyakit (banjir)
tidak dapat dihindari atau tidak dapat dihentikan atau tidak dapat dipisahkan dari
manusia. Oleh karena itu, perlu mempertimbangkan dampak banjir pada
kesehatan bagi anak-anak yang merupakan generasi masa depan. Meskipun
rentan terhadap situasi yang tidak dapat dihindari ini, pelaksanaan kesiapsiagaan
tentang kesehatan anak-anak dalam kejadian banjir mendapat sedikit perhatian.
Kesiapsiagaan bencana dengan orientasi peningkatan pengetahuan adalah salah
satu langkah untuk memperbaiki penderitaan anak-anak, orangtua atau keluarga
yang terkena dampak bencana.

1.2 Perumusan Masalah


90% dari kejadian bencana alam di Indonesia berhubungan dengan banjir
dan sudah menjadi peristiwa tahunan ketika musim hujan datang. Bahkan, di
beberapa daerah, banjir sudah menjadi langganan setiap tahunnya ketika musim
hujan, seperti yang terjadi di daerah Bandung Selatan. Selama 10 tahun terakhir
daerah Bandung Selatan telah menjadi langganan banjir karena hujan yang
mengguyur selama berhari-hari sehingga menyebabkan meluapnya Sungai
Citarum yang melintasi wilayah Bandung Selatan. Meluapnya Sungai Citarum
tidak lepas dari hujan deras yang terus berlangsung masih merendam
permukiman warga dan bangunan sekolah dasar negeri di kawasan Bojong Asih,
Dayeuh Kolot SDN Bojong Asih 2 merupakan salah satu fasilitas pendidikan yang
langganan terendam banjir.
Kelompok usia anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan
terhadap kejadian infeksi pada lokasi banjir yaitu peningkatan penyakit
gastrointestinal (GI) yaitu; infeksi enterovirus dan disentri basiler, karena
kebiasaan menggunakan air banjir sebagai taman bermain tanpa pemahaman
atau pengetahuan bahwa hal tersebut dapat memperluas kerentanan mereka
terhadap infeksi (Mohamed et al., 2017). Penyebaran infeksi juga dapat

5
diakibatkan karena perpindahan penduduk ke posko pengungsian yang penuh
sesak dan kontaminasi silang sumber air dengan bahan feses (Kouadio et al.,
2012).

Mencuci tangan yang cukup dengan sabun pada lima waktu yang
disarankan sangat penting di daerah kumuh perkotaan di negara berkembang
maupun di daerah yang sering terkena bencana banjir. Kebutuhan untuk
peningkatan pengetahuan tentang pencegahan diare dan penularannya pada
anak menjadi sangat penting dalam pengelolaan epidemi di masa sekarang dan
sesudahnya mengingat bahwa sumber penyakit (banjir) tidak dapat dihindari atau
tidak dapat dihentikan atau tidak dapat dipisahkan dari manusia.
Berdasarkan uraian di atas kami merasa perlu untuk melakukan
pendidikan kesehatan program cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebagai upaya
preventif penyakit diare pada anak usia sekolah di daerah rawan bencana banjir
di SDN Bojong Asih 2 Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengintegrasikan


pengabdian kepada masyarakat dengan mata kuliah pembelajaran klinik
dengan melakukan pendidikan kesehatan program cuci tangan pakai
sabun (CTPS) sebagai upaya preventif penyakit diare pada anak usia
sekolah di daerah rawan bencana banjir di SDN Bojong Asih 2 Dayeuh
Kolot Kabupaten Bandung.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah :
 Menyusun rencana pendidikan kesehatan pada anak usia sekolah
di daerah rawan bencana banjir
 Menyusun rencana pembelajaran penyuluhan mencuci tangan
pada kelompok rentan (anak usia 7-12 tahun) di SDN Bojong Asih
2 Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung.

6
1.4 Manfaat Penerapan
1.4.1 Manfaat Teoritis
 Manfaat teoritis dalam makalah ini dapat memberikan
manfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan tentang
konsep pendidikan kesehatan dan upaya prevensi dan
promosi pada anak usia sekolah di daerah rawan bencana
banjir
 Sebagai kajian pustaka, kerangka acuan serta memberikan
informasi tentang tentang pendidikan kesehatan dan upaya
prevensi dan promosi pada anak usia sekolah di daerah
rawan bencana banjir
1.4.2 Manfaat Praktis
 Memberikan gambaran tentang pendidikan kesehatan dan
upaya prevensi dan promosi dalam penganggulangan bencana
sehingga dapat menjadi acuan selama proses pelaksanaan
pendidikan kesehatan pada anak usia sekolah di daerah
rawan bencana banjir
 Dapat digunakan sebagai media untuk membantu dalam
pemberian pendidikan kesehatan dan upaya prevensi dan
promosi pada anak usia sekolah di daerah rawan bencana
banjir

7
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

Pencarian literature dilakukan dengan menggunakan search engine data


based melalui Google Scholar dan Science Direct. Dengan menggunakan key word :
diarea, flood disaster, hand washing, children. Kami mengambil sebanyak 3 artikel
untuk dilakukan literature review sesuai dengan kajian pembahasan makalah ini,
yaitu pembahasan mengenai cuci tangan, banjir, serta pencegahan diare. Berikut
dibawah ini adalah hasil review terjadap artikel.

1. Abid Jan, et.al., (2015). Distrik Charsadda Pakistan.

Melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui tingkat


pengetahuan keluarga tentang pendidikan kesehatan dan praktik kebersihan di
distrik Charsadda, yang salah satu distrik yang terkena dampak banjir. Dengan
jumlah partisipan 200 keluarga yang ada di Distrik Charsadda.

Mengetahui Pendidikan Kesehatan dan Kebersihan selama dan sesudah


banjir melalui kuisioner:

Pertanyaan seperti mencuci tangan dengan sabun atau tidak, mencuci


tangan sebelum makan dan setelah menggunakan kamar kecil atau tidak, sumber
air yang digunakan pada musim banjir, memotong kuku atau tidak, air yang
diminum didihkan terlebih dahulu atau tidak, memasak makanan atau tidak.

Frekuensi Praktek Kebersihan :

Pertanyaan tentang rutinitas kebersihan sehari-hari, seberapa sering


mereka mandi, apakah mereka tetap membersihkan rumah dan jalan mereka dari
lumpur dan debu dll.

Pencegahan Penyakit :

Partisipan diwawancarai untuk mendeteksi seberapa banyak mereka


rentan terhadap penyakit epidemi, yaitu Diare, Ruam dan Malaria. Pertanyaannya
apakah mereka menggunakan kelambu di musim hujan atau tidak. Kemudian
apakah air untuk mandi, sehingga untuk mengetahui mereka merebus air minum,
penggunaan apakah mereka rentan terhadap masalah ruam atau tidak.

8
Untuk pengetahuan pendidikan kesehatan didapatkan hasil :

Dari 200 partisipan, 117 (58,5%) memiliki pengetahuan yang baik tentang
pendidikan kesehatan dan kebersihan sementara delapan 83 (41,5%), tidak tahu
tentang pendidikan kebersihan dan kesehatan yang baik.

Untuk Frekuensi Praktek Kebersihan didapatkan hasil :

Dari 200 partisipan, 127 (63,50%), melakukan praktik kebersihan.


Sementara itu 73 partisipan (36,50%) tidak melakukan praktik kesehatan dan
keselamatan mereka pada saat selama dan setelah banjir.

Untuk Pencegahan Penyakit didapatkan hasil :

Penggunaan kelambu pada musim hujan yaitu dari 200 partisipan, 41


(20,5%) positif menggunakan, dan 159 (79,5%) tidak menggunakan.

Dari 200 partisipan, 123 (61,5%) mandi dengan air bersih, sementara 77 (38,5%)
ditemukan tidak berhati-hati dalam menggunakan air bersih untuk mandi atau
mencuci tangan dan wajah dalam kegiatan sehari-hari.

Pakistan adalah negara yang rentan terhadap banjir dan hampir setiap
tahun terkena dampak banjir yang mengakibatkan kerusakan infrastruktur dan
kesehatan serta perekonomian. Munculnya penyakit epidemi di daerah-daerah
yang terkena dampak disebabkan karena kurangnya pendidikan kesehatan
terhadap orang-orang yang berada diwilayah ini serta kinerja higienis yang buruk
dari masyarakat dalam rutinitas sehari-hari.

Berikut ini adalah saran untuk kebersihan yang baik. 1. Mencegah infeksi
diare praktek higienis yang baik harus menjadi prioritas 2. Gunakan kelambu dan
eradikasi genangan air dari jalanan dan rumah-rumah di musim hujan 3.
Kebersihan diri dan merebus air bersih untuk diminum hingga mendidih harus
dilakukan.

9
2. Adane, et.al., (2017). Daerah Kumuh Addis Ababa, Ethiopia

Tujuan dari penelitiannya yaitu untuk mengetahui partisipasi keluarga


sebagai caregiver tentang lima waktu yang tepat dalam mencuci tangan
dengan sabun untuk mencegah diare pada anak 0-4 tahun di wilayah kumuh
Addis Ababa, Ethiopia. Perekomendasian waktu yang tepat dalam cuci tangan
dengan menggunakan sabun untuk mencegah diare akut pada anak yaitu :
- Sebelum makan
- Sebelum menyiapankan makanan anak
- Setelah buang air besar.
- Setelah membersihkan anak dari buang air besar
- Sebelum memberikan makanan pada anak.

Karakteristik Peserta (partisipan)

Sebanyak 690 rumah tangga berpartisipasi dalam penelitian ini


(tingkat respons 99,0%). Ukuran rumah tangga rata-rata adalah 5,0 (± 2,0)
orang. Usia rata-rata pengasuh adalah 30,4 (± 6,3) tahun; pendapatan rumah
tangga bulanan rata-rata adalah $ 62,7 (± 34,5) AS. Hampir setengah (47,0%)
dari pengasuh tidak menyelesaikan sekolah menengah. Jumlah rata-rata anak
di bawah lima tahun per rumah tangga adalah 1,3 (± 0,5) dan usia rata-rata
anak-anak berusia 0–50 bulan adalah 24,9 (± 13,7) bulan atau 0-4 tahun.

Prevalensi Cuci Tangan dengan Sabun pada Waktu yang Disaankan :

Sebanyak 29 (4,4%) keluarga memiliki fasilitas cuci tangan di dalam


rumah atau di dekat toilet yang memiliki sabun dan air. Namun, seperlima
(19,8%) dari keluarga mencuci tangan mereka dengan sabun pada semua lima
waktu yang direkomendasikan. Seperempat keluarga (24,8%) mencuci tangan
dengan sabun sebelum memberi makan anak, 23,8% sebelum menyiapkan
makanan, 20,4% setelah membersihkan anak yang buang air besar, 17,1%
setelah buang air besar, dan 12,7% sebelum makan.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum persiapan makanan dan


setelah buang air besar adalah waktu yang paling penting yang direkomendasikan
untuk mencuci tangan dengan sabun dalam mencegah diare akut. Dalam konteks

10
yang lebih luas dari peningkatan cuci tangan dengan sabun sebagai faktor
penting dalam meningkatkan kesehatan global dan mencapai Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan PBB pada tahun 2030, penelitian ini mendukung
kebutuhan untuk mengatasi apa yang disebut "perangkat keras" faktor-faktor
seperti ketersediaan sabun, air , dan fasilitas cuci tangan yang tepat, dan faktor
"perangkat lunak" seperti pengembangan sosial, pendidikan, dan promosi cuci
tangan dengan sabun pada waktu yang direkomendasikan

3. Azage, et.al., (2016). Northwest Ethiopia.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang


mempengaruhi diare masa kanak-kanak pada tingkat individu dan masyarakat.
Sebanyak 2495 rumah tangga (pengasuh) yang dipilih secara acak berdasarkan
tiingkat tinggi dan rendahnya wilayah distrik, dan anak-anak yang terkena
diare. Penelitian ini menggunakan kuisioner untuk mengetahui sosio-
demografi dan ekonomi, pengetahuan ibu / pengasuh tentang penyebab,
transmisi dan metode pencegahan diare masa kanak-kanak, sumber air minum
dan sanitasi lingkungan, dan diare masa kanak-kanak dalam 2 minggu terakhir.

Checklist pengamatan digunakan untuk mengamati wadah


penyimpanan air, ada atau tidaknya dapur, ketersediaan dan jenis jamban, dan
ada atau tidaknya fasilitas mencuci tangan. Intervensi pada penelitian ini ibu
diberikan penyuluhan atau adukasi terkait hal-hal penyebab terjadinya diare
pada anak.

Prevalensi diare anak:

Prevalensi diare masa kanak-kanak adalah 13,5% dan tidak


menunjukkan variasi yang signifikan antara tinggi [14. 3% (95% CI 12,3 -
16,2%)] dan rendah [12,7% (95% CI 10,9 - 14,6%)] distrik hotspot.

Prevalensi Pengasuh:
Sebanyak 35,0% ibu-ibu dari daerah distrik tinggi dan 33,4% di daerah
dsidtrik rendah memiliki pengetahuan komprehensif tentang diare. Sepertiga dari
ibu-ibu yang distrik tinggi (32,9%) dan 30,4% di daerah distrik rendah melaporkan
bahwa mereka mencuci tangan mereka dengan tiga kali pencuci tangan. Di atas
11
60% ibu yang berasal dari distrik tinggi (63,0%), dan hampir 60% dari distrik rendah
(59,8%) yaitu daerah yang menggunakan metode pembuangan sampah yang tepat.

Ketersediaan Jamban di daerah distrik tinggi sekitar 75,6% dan 70,5% di


distrik rendah, hanya 32,6 dan 43,4% telah meningkatkan fasilitas jamban masing-
masing. Sekitar 6,5% rumah tangga di daerah distrik tinggi dan 3,1% di daerah
daerah distrik rendah memiliki tempat cuci tangan dengan air pada lokasi jamban
mereka. Sebanyak 61,2% rumah tangga di daerah yang tinggi dan 65,2% di daerah
hotspot rendah menggunakan air yang ditingkatkan untuk minum dan keperluan
rumah tangga, dan lebih dari setengah rumah tangga yang tinggi (55,3%) dan 88,2%
di daerah hotspot rendah menggunakan metode penuangan untuk mengambil air
dari air wadah penyimpanan. Lebih dari 85% rumah tangga di daerah tinggi dan
64,1% di distrik hotspot rendah memiliki dapur terpisah untuk persiapan makanan.
Di atas tiga perempat dari rumah tangga yang tinggi (78,3%) dan 57,9% di daerah-
daerah low hotspot telah dikunjungi oleh penyuluh kesehatan setiap tiga bulan
sekali.

Prevalensi diare masa kanak-kanak tetap tinggi di daerah penelitian.


Prevalensi diare masa kanak-kanak tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
secara statistik antara distrik hotspot tinggi dan rendah. Baik faktor individu yang
berperan penting dalam terjadinya diare masa kanak-kanak, variasi 35% di seluruh
masyarakat.

Usia anak antara 6 sampai 35 bulan, inisiasi menyusui secara komplementer


di bawah 6 bulan, praktik mencuci tangan yang tidak memadai, ibu kurang
berpengetahuan tentang metode pencegahan diare, status rumah tangga miskin,
dan waktu revisit rumah tangga di atas 6 bulan oleh pekerja penyuluhan kesehatan
adalah faktor yang meningkatkan kemungkinan diare masa kanak-kanak pada tingkat
individu, sedangkan kekurangan pasokan air yang meningkat dan fasilitas sanitasi
yang diperbaiki dan anak-anak yang tidak divaksinasi dengan vaksin campak dan
rotavirus adalah faktor yang terkait dengan diare masa kanak-kanak di tingkat

12
masyarakat.

Oleh karena itu, pengurangan diare masa kanak-kanak membutuhkan


kombinasi intervensi pada individu dan tingkat masyarakat: pendidikan ibu pada
waktu yang tepat pemberian makanan pendamping ASI, penyebab diare, cara
penularan dan metode pencegahan diare, peningkatan status ekonomi rumah
tangga, penyediaan pasokan air minum yang lebih baik dan sanitasi yang lebih baik,
meningkatkan cakupan vaksin campak dan rotavirus.

Pembahasan
Pendidikan Kesehatan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Abid Jan, et.al., (2015) diketahui bahwa
dari 200 partisipan, 58,5% memiliki pengetahuan yang baik tentang pendidikan
kesehatan dan kebersihan, selain itu 41,5% tidak tahu tentang pendidikan kebersihan
dan kesehatan yang baik. Sebanyak 127 (63,50%), melakukan praktik kebersihan.
Sementara itu 73 partisipan (36,50%) tidak melakukan praktik kesehatan dan
keselamatan mereka pada saat selama dan setelah banjir. Upaya pencegahan
penyakit setelah banjir didapatkan hasil : penggunaan kelambu pada musim hujan
yaitu dari 200 partisipan, 41 (20,5%) positif menggunakan, dan 159 (79,5%) tidak
menggunakan. Sebanyak 123 (61,5%) mandi dengan air bersih, sementara 77
(38,5%) ditemukan tidak berhati-hati dalam menggunakan air bersih untuk mandi
atau mencuci tangan dan wajah dalam kegiatan sehari-hari.
Dari data-data tersebut dapat dilihat bahwa tingginya ketidaktahuan akan
pendidikan kebersihan dan kesehatan yang baik berdampak pada tingginya jumlah
partisipan yang tidak melakukan praktik kesehatan serta upaya pencegahan
penyakit. Pentingnya dilakukan pendidikan kesehatan dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan yang harapannya adalah perubahan sikap serta perilaku seseorang
dalam pencegahan penyakit dan peningkatan status kesehatan terutama setelah
kejadian banjir. Hal ini sesuai dengan D. Nyswander, pendidikan kesehatan adalah
proses perubahan dari dalam diri manusia itu sendiri untuk mencapai kesehatan

13
pribadi dan masyarakat. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang dinamis
dari sebuah pembentukan di mana seseorang menolak atau menerima informasi
baru atau perilaku-perilaku baru dengan tujuan kesehatan hidup. Pendidikan
kesehatan juga dapat disimpulkan sebagai suatu upaya untuk menciptakan perilaku
masyarakat yang kondusif untuk kesehatan.
Pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui
bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari dan
mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan orang lain, serta ke mana
seharusnya mencari pengobatan saat sakit. Pendidikan kesehatan hendaknya
diajarkan sedini mungkin pada anak, sehingga menjadi pembiasan di kala anak
dewasa. Tujuan dari pendidikan kesehatan pada anak adalah meningkatkan
pengetahuan anak agar dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam
kehidupan sehari-hari.

Cuci Tangan sebagai Upaya Pencegahan Diare


Pada artikel ke 2 yaitu Adane, et.al., (2017) yang mengidentifikasi bagaimana
keluarga melakukan cuci tangan, di waktu tepat yang direkomendasikan dengan
menggunakan sabun untuk mencegah diare akut pada anak yaitu :
- Sebelum makan
- Sebelum menyiapankan makanan anak
- Setelah buang air besar.
- Setelah membersihkan anak dari buang air besar
- Sebelum memberikan makanan pada anak.

Hasil menunjukan sebanyak 29 (4,4%) keluarga memiliki fasilitas cuci tangan di


dalam rumah atau di dekat toilet yang memiliki sabun dan air. Namun, seperlima
(19,8%) dari keluarga mencuci tangan mereka dengan sabun pada semua lima waktu
yang direkomendasikan. Seperempat keluarga (24,8%) mencuci tangan dengan
sabun sebelum memberi makan anak, 23,8% sebelum menyiapkan makanan, 20,4%
setelah membersihkan anak yang buang air besar, 17,1% setelah buang air besar,

14
dan 12,7% sebelum makan.

Jika dilihat dari presentase-presentase tersebut masih terhitung sangat rendah karena
kurang dari 50% dari keluarga yang melakukan tindakan cuci tangan pada waktu-waktu
yang direkomendasikan, sehingga angka diare di Ethiopia masih sangat tinggi.

Pada artikel ke 3 Azage, et.al., (2016) yang juga mengidentifikasi fasilitas-


fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung personal hygiene yang baik ditemukan
data bahwa ketersediaan Jamban di daerah distrik tinggi sekitar 75,6% dan 70,5% di
distrik rendah, hanya 32,6 dan 43,4% telah meningkatkan fasilitas jamban masing-
masing. Sekitar 6,5% rumah tangga di daerah distrik tinggi dan 3,1% di daerah
daerah distrik rendah memiliki tempat cuci tangan dengan air pada lokasi jamban
mereka. Sebanyak 61,2% rumah tangga di daerah yang tinggi dan 65,2% di daerah
hotspot rendah menggunakan air yang ditingkatkan untuk minum dan keperluan
rumah tangga, dan lebih dari setengah rumah tangga yang tinggi (55,3%) dan 88,2%
di daerah hotspot rendah menggunakan metode penuangan untuk mengambil air
dari air wadah penyimpanan.

Prevalensi diare masa kanak-kanak adalah 13,5%. Sebanyak 35,0% ibu-ibu dari
daerah distrik tinggi dan 33,4% di daerah dsidtrik rendah memiliki pengetahuan
komprehensif tentang diare. Sepertiga dari ibu-ibu yang distrik tinggi (32,9%) dan
30,4% di daerah distrik rendah melaporkan bahwa mereka mencuci tangan mereka
dengan tiga kali pencuci tangan. Di atas 60% ibu yang berasal dari distrik tinggi
(63,0%), dan hampir 60% dari distrik rendah (59,8%) yaitu daerah yang
menggunakan metode pembuangan sampah yang tepat.

Prevalensi diare masa kanak-kanak tetap tinggi di daerah penelitian.


Prevalensi diare masa kanak-kanak tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
secara statistik antara distrik hotspot tinggi dan rendah. Baik faktor individu yang
berperan penting dalam terjadinya diare masa kanak-kanak, variasi 35% di seluruh
masyarakat.

15
Salah satu upaya dalam pencegahan diare adalah dengan melakukan cuci
tangan sebelum dan sesudah makan, serta sesudah buang air besar (Kemenkes,
2011). Cuci tangan dengan sabun dan air bersih berpengaruh terhadap penurunan
transmisi penyakit diare dan ISPA pada anak (Pittet, 2005). Penelitian lain yang
dilakukan oleh Mahmud, et al (2015) pada 367 anak sekolah dengan menggunakan
cluster random control trial didapatkan hasil bahwa mencuci tangan dengan sabun
merupakan salah satu tindakan yang terbukti efektif untuk mencegah penyakit
intestinal seperti diare. Cuci tangan dengan sabun dan air dapat efektif untuk
mencegah timbulnya penyakit infeksi terutama diare karena bisa mengilangkan
jumlah bakteri di tangan sampai 92% (Burton, M et al, 2011).

Menurut Potter (2005), mencuci tangan dapat diartikan menggosok tangan


dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan
ringkas yang kemudian dibilas di bawah air yang mengalir. Setelah diberikan
pendidikan kesehatan cara mencuci tangan yang baik dan benar, diharapkan anak-
anak usia sekolah di lokasi pengungsian akan memahami pentingnya Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat terutama mencuci tangan menggunakan sabun dengan air bersih.
Untuk mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir diperlukan
waktu selama 40-60 detik. Moment cuci tangan dilakukan pada saat sebelum makan,
sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar, setelah buang air kecil,
setelah memegang unggas atau hewan, dan setiap kali tangan kotor (Depkes, 2001).

16
BAB III
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

3.1 Kerangka Pemecahan Masalah

Banjir

Air tergenang dengan


kontaminasi silang bakteri

Menjadi tempat
bermain bagi anak

Anak menjadi rentan tertular penyakit,


salah satunya diare

Pencegahan diare dapat dilakukan


dengan melakukan Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS)

Pendidikan kesehatan CTPS pada


anak usia sekolah di daerah rawan
banjir

17
3.2 Realisasi Pemecahan Masalah
Berdasarkan kerangka pemecahan masalah diatas, maka realisasi pemecahan
masalah yang akan dilakukan adalah dengan memberikan Pendidikan Kesehatan CTPS
sebagai upaya preventif penyakit diare pada anak usia sekolah di daerah rawan bencana,
yaitu pada siswa SDN Bojong Asih 2 Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung.
3.3 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran pada kegiatan ini adalah siswa SDN Bojong Asih 2 Dayeuh Kolot
mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 5 dengan jumlah sebanyak 182 orang.
3.4 Metode yang Digunakan (Tahapan Kegiatan)
Metode dan tahapan kegiatan yang dilakukan dapat dilihat pada Satuan Acara
Pembelajaran (SAP) sebagai berikut :

Topik : PHBS – Cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada anak usia sekolah
dasar sebagai upaya preventif diare pasca banjir
Hari/ Tanggal : Sabtu / 26 Mei 2018
Waktu : 10.00 – 12.00 WIB
Tempat : SDN BOJONG ASIH 2 DAYEUH KOLOT BANDUNG
Sasaran : Murid peserta didik kelas 1-5
Metode : Presentasi, pemutaran video dan Praktik
Media : Infocus dan laptop, video cara mencuci tangan, booklet, Sabun cair, Air.
Materi : Terlampir
1. TUJUAN UMUM
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, murid memahami konsep mencegah penyakit diare
dengan cuci tangan pakai sabun.
2. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberikan pendidikan kesehatan ,diharapkan murid SDN Bojong Asih 2 Dayeuh Kolot
dapat :
1. Mengetahui pengertian mencuci tangan
2. Mengetahui cuci tangan 6 langkah
3. Mempraktikan cuci tangan 6 langkah

18
3. METODE
1. Ceramah
2. Praktik (Demostrasi)

4. LANGKAH-LANGKAH

N Tahap dan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Audiens Media/Alat


o Alokasi Pembelajar
Waktu an
1. Pendahuluan 1.Mengucapkan salam 1.Menjawab  Infocus
(5 menit) pembuka salam  Laptop
2.Memperkenalkan diri 2.Memperhatikan
3.Menjelaskan tujuan 3.Memperhatikan
pertemuan 4.Menjawab
4.Melakukan apersepsi salam
terkait materi yang akan
disampaikan
2. Penyajian 1.Pengertian banjir 1. Memperhatikan  Infocus
Materi (45 2.Faktor-faktor penyebab 2. Memperhatikan  Laptop/vi
menit) diare pasca banjir 3. Memperhatikan deo/book
3.Pengertian cuci tangan 4. Memperhatikan let
pakai sabun 5. Menyebutkan  Sabun dan
4.Dampak tidak mencuci 6. Mendemonstra air
tangan pakai sabun sikan
5.5 waktu cuci tangan pakai
sabun
6.Praktik cuci tangan pakai
sabun
3. Penutup 1. Memberikan motivasi 1. Memperhatikan  Infocus
(10 menit) kepada murid dan guru 2. Bertanya  Laptop/vi
untuk selalu melakukan 3. Menjawab deo/book
CTPS 4. Mendemonstras let
2. Memberikan kesempatan ikan kembali  Sabun dan
kepada peserta untuk air
bertanya mengenai
materi yang tidak
dimengerti
3. Melakukan evaluasi
kepada peserta tentang
materi yang sudah
disampaikan
4. Memberikan kesempatan
kepada peserta untuk
mendemonstrasikan

19
langkah-langkah CTPS
5. EVALUASI
a. 80% peserta penyuluhan dapat menyebutkan pengertian mencuci tangan
b. 80% peserta penyuluhan dapat menyebutkan 6 langkah cuci tangan
c. 75% peserta penyuluhan dapat mendemonstrasikan kembali 6 langkah cuci
tangan

20
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil yang dicapai


Kegiatan pendidikan kesehatan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebagai upaya
preventif penyakit diare pada anak usia sekolah di daerah rawan bencana banjir di
SDN Bojong Asih 2 Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung berjalan sesuai dengan yang
direncanakan. Tidak ada kendala yang berarti baik sejak perencanaan kegiatan, survey
lokasi, perizinan/surat-menyurat, saat pelaksanaan kegiatan sampai dengan evaluasi
hasil kegiatan. Semua tahapan kegiatan dapat terlaksana sesuai dengan matriks
kegiatan dan rundown acara (terlampir).
Khalayak sasaran yang mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan ini
direncanakan sebanyak 182 orang namun pada saat pelaksanaan jumlah murid yang
hadir dan mengikuti kegiatan sebanyak 134 orang.

4.2. Rencana Keberlanjutan Program


Program pendidikan kesehatan ini direncanakan akan dilakukan kembali dalam
waktu enam bulan ke depan, mengingat tempat kegiatan terletak di daerah rawan
banjir dan anak-anak usia sekolah di wilayah tersebut menjadi kelompok yang sangat
rentan terhadap terjadinya penularan penyakit infeksi akibat banjir.

21
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

90% dari kejadian bencana alam di Indonesia berhubungan dengan banjir dan
sudah menjadi peristiwa tahunan ketika musim hujan datang. Bahkan, di beberapa
daerah, banjir sudah menjadi langganan setiap tahunnya ketika musim hujan, seperti
yang terjadi di daerah Bandung Selatan. Selama 10 tahun terakhir daerah Bandung
Selatan telah menjadi langganan banjir karena hujan yang mengguyur selama
berhari-hari sehingga menyebabkan meluapnya Sungai Citarum yang melintasi
wilayah Bandung Selatan. Meluapnya Sungai Citarum tidak lepas dari hujan deras
yang terus berlangsung masih merendam permukiman warga dan bangunan sekolah
dasar negeri di kawasan Bojong Asih, Dayeuh Kolot SDN Bojong Asih 2 merupakan
salah satu fasilitas pendidikan yang langganan terendam banjir.
Kelompok usia anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap
kejadian infeksi pada lokasi banjir yaitu peningkatan penyakit gastrointestinal (GI)
yaitu; infeksi enterovirus dan disentri basiler, karena kebiasaan menggunakan air
banjir sebagai taman bermain tanpa pemahaman atau pengetahuan bahwa hal
tersebut dapat memperluas kerentanan mereka terhadap infeksi (Mohamed et al.,
2017). Penyebaran infeksi juga dapat diakibatkan karena perpindahan penduduk ke
posko pengungsian yang penuh sesak dan kontaminasi silang sumber air dengan
bahan feses (Kouadio et al., 2012).
Mencuci tangan yang cukup dengan sabun pada lima waktu yang disarankan
sangat penting di daerah kumuh perkotaan di negara berkembang maupun di daerah
yang sering terkena bencana banjir. Kebutuhan untuk peningkatan pengetahuan
tentang pencegahan diare dan penularannya pada anak menjadi sangat penting
dalam pengelolaan epidemi di masa sekarang dan sesudahnya mengingat bahwa
sumber penyakit (banjir) tidak dapat dihindari atau tidak dapat dihentikan atau tidak

22
dapat dipisahkan dari manusia.
Pelaksanaan kegiatan pendidikan kesehatan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebagai
upaya preventif penyakit diare pada anak usia sekolah di daerah rawan bencana banjir di
SDN Bojong Asih 2 Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung berjalan sesuai dengan yang
direncanakan. Tidak ada kendala yang berarti baik sejak perencanaan kegiatan, survey lokasi,
perizinan/surat-menyurat, saat pelaksanaan kegiatan sampai dengan evaluasi hasil kegiatan.
Semua tahapan kegiatan dapat terlaksana sesuai dengan matriks kegiatan dan rundown
acara (terlampir).
Khalayak sasaran yang mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan ini direncanakan
sebanyak 182 orang namun pada saat pelaksanaan jumlah murid yang hadir dan mengikuti
kegiatan sebanyak 134 orang.

5.2 Saran

Setelah melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan pada siswa SDN Bojong Asih 2
Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung kami dapat memberikan saran sebagai berikut :

a. Bagi praktisi : perlu dilakukan kegiatan-kegiatan serupa secara terstruktur dan


berkesinambungan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit pada anak di
daerah rawan banjir
b. Bagi akademisi : perlu dilakukan program-program peningkatan kesehatan pada
daerah rawan banjir misalnya dalam bentuk PKM, daerah binaan, dsb.

23
DAFTAR PUSTAKA

Adane, M., Mengistie, B., Mulat, W., Medhin, G., & Kloos, H. (2018). The Most
Important Recommended Times of Hand Washing with Soap and Water in
Preventing the Occurrence of Acute Diarrhea Among Children Under Five Years
of Age in Slums of Addis Ababa, Ethiopia. Journal of Community Health, 43(2),
400–405. https://doi.org/10.1007/s10900-017-0437-1
Azage, M., Kumie, A., Worku, A., & Bagtzoglou, A. C. (2016). Childhood diarrhea in
high and low hotspot districts of Amhara Region, northwest Ethiopia: a
multilevel modeling. Journal of Health, Population, and Nutrition, 35, 13.
https://doi.org/10.1186/s41043-016-0052-2)
Burton, M et al. (2011). The effect of handwashing with water or soap on bacterial
contamination of hands. International Journal of Environmental Research and
Public Health ISSN 1660-4601.
http://search.proquest.com/docview/854054097/fulltextPDF/5E5E1B393CE8
499 6PQ/2?accountid=48290 (diakses tanggal 4 Desember 2016).
Jan A, Afridi, Salam, (2015). An Assessment of Knowledge and Practice of People in
Flood Risky Areas on Health Education and Hygiene in District Charsadda,
Khyber Pukhtoon Khwa. Pakistan
Kouadio, I. K., Aljunid, S., Kamigaki, T., Hammad, K., & Oshitani, H. (2012).
Infectious diseases following natural disasters: Prevention and control
measures. Expert Review of Anti-Infective Therapy, 10(1), 95–104.
https://doi.org/10.1586/eri.11.155
Mohamed, S., Ebenehi, I. Y., Adaji, A., Seow, T. W., Chan, N. W., Goh, K. C., &
Abd Rahim, M. H. I. (2017). Impacts of flood on children and adults’ health
and ways to sustainable development. IOP Conference Series: Materials
Science and Engineering, 271(1). https://doi.org/10.1088/1757-
899X/271/1/012025

24
WHO,Communicable diseases following natural disasters Risk assessment and
priority interventions diunduh dari
http://www.who.int/diseasecontrol_emergencies/en/
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180206135638-255-
274228/penyakit-yang-harus-diwaspadai-pengungsi-banjir diakses tanggal 5 Mei
2018

25

Anda mungkin juga menyukai