Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

SISTEM ENDOKRIN
“ DIABETES MELLITUS ”

OLEH :
LILIK NURFARIDA
2314201020004

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN S1 KEPERAWATAN
NGUDIA HUSADA MADURA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan
hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk bekerja menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “ Diabetes Melitus” makalah ini merupakan salah satu tugas
mata kuliah Keperawatan Patofisiologi.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar kami, dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak kami harapkan.

Bangkalan,………………….

Lilik Nurfarida
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................. i

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan..................................................................... 2

BAB II KONSEP MEDIS........................................................................ 3


A. Definisi.................................................................................... 3
B. Etiologi.................................................................................... 4
C. Manifestasi Klinis.................................................................... 6
D. Patofisiologi............................................................................. 8
E. Penatalaksanaan Medis............................................................ 10

BAB III KONSEP KEPERAWATAN...................................................... 13


A. Pengkajian............................................................................... 13
B. Diagnosa Keperawatan............................................................ 16
C. Intervensi Keperawatan........................................................... 17
D. Evaluasi................................................................................... 20

BAB IV PENUTUP.................................................................................... 21
A. Kesimpulan.............................................................................. 21
B. Saran........................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Menurut WHO Diabetes Melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau


gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin.

Menurut data ( WHO, 2022 ), sekitar 42 juta orang didunia menderita


Diabetes Melitus. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh world Health
Organization ( WHO ), diabetes akan menjadi salah satu penyebab kematian di
seluruh dunia pada tahun 2022.

Berdasarkan laporan international Diabetes Federation ( IDF ), jumlah


penderita diabetes tipe 1 di indonesia mencapai 41.817 orang pada 2022. Jumlah
itu menempatkan Indonesia peringkat teratas di ASEAN. Mayoritas penderita
diabetes tipe 1 di indonesia berusia antara 20-59 tahun, sebanyak 26.781 orang.

Tingginya angka penderita diabetes melitus yangbelum terdiagnosis


meningkatkan pengeluaran negaradi bidang kesehatan karena penderita cenderung
baru memeriksakan diri ketika telah terjadi berbagai komplikasi parah
( Pramono,2010 ). Di jawa Timur, prevalensi DM sebesar 2,1%, lebih tinggi
daripada prevalensi DM nasional ( 1,5%)

Prevelensi penderita Diabetes melitus (DM) di kabupaten bangkalan pada


tahun 2018 sebesar 1,28% ( RISKESDA, 2018 ).

Komplikasi Diabetes Mellitus yang paling sering dialami adalah


komplikasi pada kaki yang disebut kaki diabetes atau umum dikenal sebagai luka
ganggren. Kaki pasien diabetes seperti ini jika tidak ditangani secara tepat dapat
berkembang menjadi suatu tindakan pemotongan (amputasi) kaki. Adanya luka
dan masalah lain pada kaki merupakan penyebab utama kesakitan,
ketidakmampuan, dan kematian pada seseorang dengan diabetes. Komplikasi ini
merupakan penyebab utama penderita harus dirawat dengan waktu perawatan
yang lama. Akibatnya, biaya perawatan menjadi sangat tinggi. Namun kenyataan
yang ada menunjukkan bahwa belum semua penderita diabetes mellitus
melakukan tindakan pencegahan komplikasi (www.kompas.com)

Luka ganggren dapat dicegah dengan memberikan penyuluhan kepada


pasien tentang tindakan pencegahan luka ganggren. Informasi tentang tindakan
pasien dalam pencegahan luka ganggren akan sangat menolong untuk penyuluhan
kesehatan yang optimal sehingga peneliti ingin mengungkap bagaimana tindakan
pencegahan pasien. Adapun tindakan pencegahan meliputi, melakukan senam
kaki, pencegahan/ perlindungan terhadap trauma, hygiene kaki, pemeriksaan
berkala.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atasdapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut.
1. Apa pengertian Diabetes Militus(DM)?
2. Apa saja type Diabetes Militus?
3. Apa saja tanda – tanda dan gejala Diabetes Militus?
4. Apa saja faktor penyebab Diabetes Militus?

1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang dicapai dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian Diabetes Militus
2. Untuk mengetahui apa saja type Diabetes Militus
3. Untuk mengetahui apa saja tanda – tanda dan gejala Diabetes Militus
4.Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab Diabetes Militus?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diabetes Militus

Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus


atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di
Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis
yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia
kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai
akibat dari:

 defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya


 defisiensi transporter glukosa.
 atau keduanya.

Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma dapat terpicu oleh diabetes


mellitus, antara lain: Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindrom Down,
penyakit Huntington, kelainan mitokondria, distrofi miotonis, penyakit
Parkinson, sindrom Prader-Willi, sindrom Werner, sindrom Wolfram,
leukoaraiosis, demensia, hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme, dan
lain-lain.
DM yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas untuk
mensekresi insulin (hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan glukosa)
secara adekuat. Akibat yang umum adalah terjadinya hiperglikemia.
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi
insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner &
Suddart, 2001). Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat
setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah
yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-
110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL
pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun
karbohidrat lainnya.
2.2 Etiologi berdasarkan tipe Diabetes Militus

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk


diabetes mellitus berdasarkan perawatan dan simtoma:
1. Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel
beta di dalam pankreas yang disebabkan atau menyebabkan autoimunitas,
dan bersifat idiopatik. Diabetes mellitus dengan patogenesis jelas, seperti
fibrosis sistik atau defisiensi mitokondria, tidak termasuk pada
penggolongan ini.
2. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali
disertai dengan sindrom resistansi insulin
3. Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose
tolerance, dan menurut tahap klinis tanpa pertimbangan patogenesis,
dibuat menjadi:
 Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus defisiensi
peptida-C

 Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin
endogenus tidak cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika
tidak disertai dengan tambahan hormon dari luar tubuh.
 Not insulin requiring diabetes.
 Diabetes mellitus tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa Inggris: childhood-


onset diabetes, juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM)
adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi
darah akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau
Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang
dewasa.
Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat
disembuhkan, bahkan dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita
diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini
mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap
insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap
awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah
kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi
autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan
insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui
alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk
tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin,
ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa
mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya
hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya,
juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan
untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah
ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang
dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian
masukan insulin melalui "inhaled powder".
Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan
memengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup,
perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan
dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 harus
sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l. Beberapa
dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka
yang bermasalah dengan angka
yang lebih rendah, seperti "frequent hypoglycemic events".Angka di atas 200
mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air
kecil yang terlalu sering sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300
mg/dl (15 mmol/l) biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat
mengarah ke ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang rendah, yang disebut
hipoglisemia, dapat menyebabkan kehilangan kesadaran.

 Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2 (bahasa Inggris: adult-onset diabetes, obesity-


related diabetes, non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM)
merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio
insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme
yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang
mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi
sel terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor
hormon resistin yang menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi
kurang peka terhadap insulinserta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa
oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen
tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom
terpadat yang ditemukan pada manusia.
Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan
hormon resistin yang tinggi, peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan
glukoneogenesis pada hati, penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan
laju reaksi esterifikasi pada hati.
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas
terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam
darah. Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat
meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa
dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin
berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori
yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini,
namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya
resistensi terhadap insulin, dalam kaitan dengan pengeluaran dari
adipokines ( nya suatu kelompok hormon) itu
merusak toleransi glukosaObesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien
dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain
meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir
telah terus meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak.
Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis.
Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas
fisik (olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat
pengurangan berat badan. Ini dapat memugar kembali kepekaan hormon
insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati,, sebagai
contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada di
deposito abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,,
perawatan dengan lisan [antidiabetic drugs. [Sebagai/Ketika/Sebab] produksi
hormon insulin adalah pengobatan pada awalnya tak terhalang, lisan ( sering
yang digunakan di kombinasi) kaleng tetap digunakan untuk meningkatkan
produksi hormon insulin ( e.g., sulfonylureas) dan mengatur pelepasan/release
yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati ( dan menipis pembalasan hormon
insulin sampai taraf tertentu ( e.g., metformin), dan pada hakekatnya menipis
pembalasan hormon insulin ( e.g., thiazolidinediones). Jika ini gagal, ilmu
pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara normal
atau dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib
tentang cek glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus, paling
terutama sekali dan perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan.
Sebuah zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang disebut sitagliptin,
baru-baru ini diperkenankan untuk digunakan sebagai pengobatan diabetes
mellitus tipe 2. Seperti zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang lain,
sitagliptin akan membuka peluang bagi perkembangan sel tumor maupun
kanker.
Sebuah fenotipe sangat khas ditunjukkan oleh NIDDM pada manusia
adalah defisiensi metabolisme oksidatif di dalam mitokondria pada otot lurik.
Sebaliknya, hormon tri-iodotironina menginduksi biogenesis di dalam
mitokondria dan meningkatkan sintesis ATP sintase pada kompleks V,
meningkatkan aktivitas sitokrom c oksidase pada kompleks IV, menurunkan
spesi oksigen reaktif, menurunkan stres oksidatif, sedang hormon melatonin
akan
meningkatkan produksi ATP di dalam mitokondria serta meningkatkan
aktivitas respiratory chain, terutama pada kompleks I, III dan IV. Bersama
dengan insulin, ketiga hormon ini membentuk siklus yang mengatur
fosforilasi oksidatif mitokondria di dalam otot lurik. Di sisi lain,
metalotionein yang menghambat aktivitas GSK-3beta akan mengurangi risiko
defisiensi otot jantung pada penderita diabetes.
Simtoma yang terjadi pada NIDDM dapat berkurang dengan dramatis,
diikuti dengan pengurangan berat tubuh, setelah dilakukan bedah bypass usus.
Hal ini diketahui sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon inkretin,
namun para ahli belum dapat menentukan apakah metoda ini dapat
memberikan kesembuhan bagi NIDDM dengan perubahan homeostasis
glukosa.

Pada terapi tradisional, flavonoid yang mengandung senyawa hesperidin


dan naringin, diketahui menyebabkan

 peningkatan mRNA glukokinase,


 peningkatan ekspresi GLUT4 pada hati dan jaringan
 peningkatan pencerap gamma proliferator peroksisom
 peningkatan rasio plasma hormon insulin, protein C dan leptin
 penurunan ekspresi GLUT2 pada hati
 penurunan rasio plasma asam lemak dan kadar trigliserida pada hati
 penurunan rasio plasma dan kadar kolesterol dalam hati, antara lain
dengan menekan 3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme reductase, asil-
KoA, kolesterol asiltransferase
 penurunan oksidasi asam lemak di dalam hati dan aktivitas karnitina
palmitoil, antara lain dengan mengurangi sintesis glukosa-6 fosfatase
dehidrogenase dan fosfatidat fosfohidrolase
 meningkatkan laju lintasan glikolisis dan/atau menurunkan laju lintasan
glukoneogenesis sedangnaringin sendiri, menurunkan transkripsi
mRNA fosfoenolpiruvat karboksikinase dan glukosa-6 fosfatase di dalam hati.
Hesperidin merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan pada
buah jenis jeruk, sedang naringin banyak ditemukan pada buah jenis anggur.

 Diabetes mellitus tipe 3

Diabetes mellitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes,


insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has
progressed to require injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults,
type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus yang terjadi
hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan
interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya.[29] GDM
mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari
wanita penderita GDM bertahan hidup.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua
kehamilan. GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang
setelah melahirkan. GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan
pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan.
Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik
dapat membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang dapat
dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal),
penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot
rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat produksi
surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan.
Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada
kasus yang parah, kematian sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum
terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan
vaskular. Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan menurunnya fungsi
plasenta. Operasi sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin
dalam bahaya atau peningkatan resiko luka yang berhubungan dengan
makrosomia, seperti distosia bahu.

2.3 Tanda dan gejala Diabetes Militu

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau


kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah,
dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL
dan
air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula
(glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala
dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

2.4 Faktor penyebab Diabetes Militus

Penyakit diabetes bisa disebabkan oleh beberapa faktor pemicu,diantaranya:

1. Pola makan

Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang


dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus.
konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi
insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam
darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes melitus.
2. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki
peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari
sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus.
3. Faktor genetis
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen
penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya
menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya
bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas
menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang
terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas
5. Penyakit dan infeksi pada pancreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan
radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun
sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh
termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat
meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.
6. Pola hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus.
Jika orang malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena
penyakit diabetes mellitus karena olah raga berfungsi untuk membakar
kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam
tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes mellitus selain disfungsi
pankreas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus diabetes di
negara-negara Asia akan naik hingga 90 persen dalam 20 tahun ke depan.
“Dalam 10 tahun belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi, Vietnam,
berlipat ganda. Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik
motor dibanding bersepeda,” kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk
Penyakit Tidak Menular di Kawasan Pasifik Barat. Kesimpulannya, mereka
yang sedikit aktivitas fisik memiliki risiko obesitas lebih tinggi dibanding
mereka yang rajin bersepeda, jalan kaki, atau aktivitas lainn7
7. Teh manis

Penjelasannya sederhana. Tingginya asupan gula menyebabkan kadar gula


darah melonjak tinggi. Belum risiko kelebihan kalori. Segelas teh manis
kira-kira mengandung 250-300 kalori (tergantung kepekatan). Kebutuhan
kalori wanita dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per hari (tergantung
aktivitas). Dari teh manis saja kita sudah dapat 1.000-1.200 kalori. Belum
ditambah tiga kali makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga kalau setiap
hari kita kelebihan kalori. Ujungnya: obesitas dan diabetes.
8. Gorengan

Karena bentuknya kecil, satu gorengan tidak cukup buat kita. Padahal
gorengan adalah salah satu faktor risiko tinggi pemicu penyakit
degeneratif, seperti kardiovaskular, diabetes melitus, dan stroke. Penyebab
utama penyakit kardiovaskular (PKV) adalah adanya penyumbatan
pembuluh darah koroner, dengan salah satu faktor risiko utamanya adalah
dislipidemia. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat) dan
trigliserida, serta penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah.
Meningkatnya proporsi dislipidemia di masyarakat disebabkan kebiasaan
mengonsumsi berbagai makanan rendah serat dan tinggi lemak, termasuk
gorengan.
9. Suka ngemil

Kita mengira dengan membatasi makan siang atau malam bisa


menghindarkan diri dari obesitas dan diabetes. Karena belum kenyang,
perut diisi dengan sepotong atau dua potong camilan seperti biskuit dan
keripik kentang. Padahal, biskuit, keripik kentang, dan kue-kue manis
lainnya mengandung hidrat arang tinggi tanpa kandungan serta pangan
yang memadai. Semua makanan itu digolongkan dalam makanan dengan
glikemik indeks tinggi. Sementara itu, gula dan tepung yang terkandung di
dalamnya mempunyai peranan dalam menaikkan kadar gula dalam darah.
10. Kurang tidur.

Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi terganggu. Hasil riset
para ahli dari University of Chicago mengungkapkan, kurang tidur selama
3 hari mengakibatkan kemampuan tubuh memproses glukosa menurun
drastis. Artinya, risiko diabetes meningkat. Kurang tidur juga dapat
merangsang sejenis hormon dalam darah yang memicu nafsu makan.
Didorong rasa lapar, penderita gangguan tidur terpicu menyantap makanan
berkalori tinggi yang membuat kadar gula darah naik.
11. Sering stress

Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak terjadi banjir besar.
Saat stres datang, tubuh akan meningkatkan produksi hormon epinephrine
dan kortisol supaya gula darah naik dan ada cadangan energi untuk
beraktivitas. Tubuh kita memang dirancang sedemikian rupa untuk maksud
yang baik. Namun, kalau gula darah terus dipicu tinggi karena stres
berkepanjangan tanpa jalan keluar, sama saja dengan bunuh diri pelan-
pelan.
12. Kecanduan rokok

Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan


wanita menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes naik
sebesar 22 persen. Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma
disebabkan oleh rokok, tetapi kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat,
seperti pola makan dan olahraga.
13. Menggunakan pil kontrasepsi

Kebanyakan pil kontrasepsi terbuat dari kombinasi hormon estrogen dan


progestin, atau progestin saja. Pil kombinasi sering menyebabkan
perubahan kadar gula darah. Menurut dr Dyah Purnamasari S, Sp PD, dari
Divisi Metabolik Endokrinologi RSCM, kerja hormon pil kontrasepsi
berlawanan dengan kerja insulin. Karena kerja insulin dilawan, pankreas
dipaksa bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin. Jika terlalu lama
dibiarkan, pankreas menjadi letih dan tidak berfungsi dengan baik.
14.Kecanduan soda

Dari penelitian yang dilakukan oleh The Nurses’ Health Study II terhadap
51.603 wanita usia 22-44 tahun, ditemukan bahwa peningkatan konsumsi
minuman bersoda membuat berat badan dan risiko diabetes melambung
tinggi. Para peneliti mengatakan, kenaikan risiko itu terjadi karena
kandungan pemanis yang ada dalam minuman bersoda. Selain itu, asupan
kalori cair tidak membuat kita kenyang sehingga terdorong untuk minum
lebih banyak.

2.4.1 Patofisiologi

Kemungkinan induksi diabetes tipe 2 dari berbagai macam


kelainan hormonal, seperti hormon sekresi kelenjar adrenal, hipofisis dan
tiroid merupakan studi pengamatan yang sedang laik daun saat ini. Sebagai
contoh, timbulnya IGT dan diabetes mellitus sering disebut terkait oleh
akromegali dan hiperkortisolisme atau sindrom Cushing.

Hipersekresi hormon GH pada akromegali dan sindrom Cushing


sering berakibat pada resistansi insulin, baik pada hati dan organ lain,
dengan simtoma hiperinsulinemia dan hiperglisemia, yang berdampak pada
penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian.

GH memang memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa


dengan menstimulasi glukogenesis dan lipolisis, dan meningkatkan kadar
glukosa darah dan asam lemak. Sebaliknya, insulin-like growth factor 1
(IGF-I) meningkatkan kepekaan terhadap insulin, terutama pada otot lurik.
Walaupun demikian, pada akromegali, peningkatan rasio IGF-I tidak dapat
menurunkan resistansi insulin, oleh karena berlebihnya GH.

Terapi dengan somatostatin dapat meredam kelebihan GH pada


sebagian banyak orang, tetapi karena juga menghambat sekresi insulin dari
pankreas, terapi ini akan memicu komplikasi pada toleransi glukosa.

Sedangkan hipersekresi hormon kortisol pada hiperkortisolisme


yang menjadi penyebab obesitas viseral, resistansi insulin, dan
dislipidemia, mengarah pada hiperglisemia dan turunnya toleransi glukosa,
terjadinya resistansi insulin, stimulasi glukoneogenesis dan glikogenolisis.
Saat bersinergis dengan kofaktor hipertensi, hiperkoagulasi, dapat
meningkatkan risiko kardiovaskular.
Hipersekresi hormon juga terjadi pada kelenjar tiroid berupa tri-
iodotironina dengan hipertiroidisme yang menyebabkan abnormalnya
toleransi glukosa.

Pada penderita tumor neuroendokrin, terjadi perubahan toleransi


glukosa yang disebabkan oleh hiposekresi insulin, seperti yang terjadi pada
pasien bedah pankreas, feokromositoma, glukagonoma dan
somatostatinoma.

Hipersekresi hormon ditengarai juga menginduksi diabetes tipe


lain, yaitu tipe 1. Sinergi hormon berbentuk sitokina, interferon-gamma
dan TNF-α, dijumpai membawa sinyal apoptosis bagi sel beta, baik in vitro
maupun in vivo. Apoptosis sel beta juga terjadi akibat mekanisme Fas-
FasL, dan/atau hipersekresi molekul sitotoksik, seperti granzim dan
perforin; selain hiperaktivitas sel T CD8- dan CD4-.

2.4.2 Komplikasi

Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko


ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina
yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat
menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi
yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.

Komplikasi jangka panjang dari diabetes

Organ/jaringan
Yg terjadi Komplikasi
yg terkena

Plak aterosklerotik terbentuk


& menyumbat arteri
Sirkulasi yg jelek
berukuran besar atau sedang
menyebabkan penyembuhan
di jantung, otak, tungkai &
luka yg jelek & bisa
Pembuluh darah penis.
menyebabkan penyakit
Dinding pembuluh darah kecil
jantung, stroke, gangren kaki &
mengalami kerusakan
tangan, impoten & infeksi
sehingga pembuluh tidak
dapat mentransfer oksigen
secara normal & mengalami
kebocoran

Terjadi kerusakan pada Gangguan penglihatan & pada


Mata
pembuluh darah kecil retina akhirnya bisa terjadi kebutaan

 Penebalan pembuluh darah


ginjal
 Protein bocor ke dalam air Fungsi ginjal yg buruk
Ginjal
kemih Gagal ginjal
 Darah tidak disaring secara
normal

 Kelemahan tungkai yg
terjadi secara tiba-tiba atau
Kerusakan saraf karena
secara perlahan
glukosa tidak dimetabolisir
Saraf  Berkurangnya rasa,
secara normal & karena aliran
kesemutan & nyeri di tangan &
darah berkurang
kaki
 Kerusakan saraf menahun

Tekanan darah yg naik-turun


Kerusakan pada saraf yg
Sistem saraf  Kesulitan menelan &
mengendalikan tekanan darah
otonom perubahan fungsi pencernaan
& saluran pencernaan
disertai serangan diare

Berkurangnya aliran darah ke  Luka, infeksi dalam (ulkus


Kulit kulit & hilangnya rasa yg diabetikum)
menyebabkan cedera berulang  Penyembuhan luka yg jelek

Mudah terkena infeksi,


Gangguan fungsi sel darah
Darah terutama infeksi saluran kemih
putih
& kulit

Jaringan ikat Gluka tidak dimetabolisir  Sindroma terowongan karpal


secara normal sehingga Kontraktur Dupuytren
jaringan menebal atau
berkontraksi

2.5 Cara pengobatan dan penanganan Diabetes Militus

Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi


insulin (Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang
berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya serta
melakukan pengontrolan menu makanan (diet)

Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan


pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas
fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci
program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan
berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka
pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin
turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.

2.5.1. PERAWATAN PREVENTIF

1. Identifikasi
Penderita membawa keterangan tentang : jenis DM,
komplikasi, regimen Pengobatan
2. Vaksinasi
Merupakan tindakan yang baik terutama terhadap
pnemokokus dan influensa
3. Tidak merokok
4. Deteksi dan Penatalaksanaan hipertensi dan hiperlipidemia
5. Perawatan kaki
2.6 Hubungan Diabetes militus dengan anggota tubuh
♣ Hubungan Kesehatan Gigi dan Diabetes Melitus

Kebanyakan orang mempunyai kebiasaan suka makan malas sikat


gigi. Tapi itu juga tidak semua. Apalagi bila orang tersebut tahu benar
dengan menjaga kesehatan gigi dapat menghindarkan tubuh dari penyakit
lainnya. Salah satu penyakit yang dapat dihindari adalah penyakit diabetes
melitus. Karena menurut studi penelitian di Amerika menunjukkan bahwa
penderita kerusakan gigi kronis bisa jadi orang tersebut pengidap penyakit
diabetes melitus tipe 2.
Pada kerusakan gigi yang parah, bakteri dapat masuk ke aliran darah
dan mengganggu sistem kekebalan tubuh. Sel sistem kekebalan tubuh yang
rusak melepaskan sejenis protein yang disebut cytokines. Cytokines inilah
penyebab kerusakan sel pankreas penghasil insulin, hormon yang memicu
diabetes. Jika ini terjadi sekali saja, walaupun orang itu sebelumnya dalam
keadaan sehat maka orang tersebut berpeluang menderita diabetes tipe 2.
Selain itu tingginya kandungan kolesterol dari glukosa yang
dibutuhkan tubuh merupakan faktor utama pemicu risiko diabetes bagi orang
yang mengalami kerusakan gigi. Dan kolesterol rendah dapat menolong
orang sehat untuk tidak terserang problem gangguan gigi yang mampu
memicu diabetes. Untuk itu, penderita diabetes sebaiknya mengikuti diet
rendah kalori, rajin mengonsumsi obat pengatur hormon insulin dan
menjaga kesehatan gigi. Dan alangkah baiknya
jika orang sehat juga ikut menjaga kesehatan giginya agar tidak berisiko
terkena diabetes.
Radang gusi adalah jenis penyakit gigi yang paling ringan,
disebabkan oleh bakteri dalam plak. Penyakit ini masih bisa disembuhkan,
tapi jika disepelekan tanpa perawatan lebih lanjut bisa berkembang menjadi
penyakit gigi yang parah juga. Plak yang menempel pada rongga antara gusi
dan gigi mampu menimpulkan infeksi dan menyebabkan kasus serius.
Bahkan pada stadium tertentu, gigi harus dicabut.
Diabetes merupakan kondisi di mana tubuh tidak mampu meregulasi
kandungan glukosa. Artinya, tekanan darah bisa menjadi sangat tinggi.
Pengobatan dengan insulin bisa membantu tubuh mengontrol jumlah
glukosa pada aliran darah.
Pada diabetes tipe 2, insulin diproduksi sangat sedikit sehingga tidak
cukup jumlahnya untuk keperluan tubuh manusia. Biasanya hal ini sangat
berpengaruh pada orang berusia di atas 40 tahun. Untuk mengatasinya
dibutuhkan diet teratur dan mengonsumsi pil atau suntikan reguler.

♣ Diabetes dan Kesehatan Mata


Diabetes adalah penyakit kompleks yang merupakan hasil dari
ketidakmampuan tubuh untuk menghasilakn insulin, hormon yang mengatur
kadar gula dalam darah, membawa gula berlebih untuk disimpan di dalam
sel dan kemudian akan digunakan jika diperlukan.
Tanpa insulin yang memadai, gula di dalam darah akan menjadi
berlebih. Analoginya seperti mobil yang penuh bensin tetapi tidak ada
kuncinya; Anda mempunyai energi untuk menggerakkan mobil, tersebut
tetapi tidak bisa menggunakannya dengan maksimal.

Diabetes dialami oleh lebih dari 16 juta warga Amerika. Sebagian


besar kasus yang dialami adalah diabetes onset dewasa, yang biasanya
mengenai individu berusia lebih dari 40 tahun. Salah satu faktor risiko
termasuk riwayat keluarga yang menderita diabetes dan kelompok etnis
tertentu. Keturunan Afrika, Amerika asli, Jepang, Latin ataupun
Polinesia lebih tinggi risikonya.

Komplikasi umum penderita diabetes adalah penyakit mata akibat


diabetes. Salah satunya adalah glaukoma. Komplikasi lainnya termasuk
retinopati dan katarak. Retinopati diabetik adalah penyakit yang merusak
pembuluh darah kecil pada retina (jaringan yang peka cahaya yang
berjajar di belakang mata) yang sering dijumpai pada penderita diabetes.
Selama masa hidup mereka, sekitar 16 juta penderita diabetes akan
mengalami berbagai tingkatan retinopati diabetik dan setidaknya 25.000
menjadi buta tiap tahunnya. Katarak adalah pengaburan lensa mata yang
mengakibatkan pudarnya penglihatan normal. Penderita diabetes
mempunyai risiko hampir dua kali mengalami katarak dibandingkan yang
lainnya.
Katarak juga mempunyai kecenderungan terjadi pada usia yang lebih
muda. Hubungan antara diabetes dengan glaukoma sudut-terbuka (tipe
glaukoma yang paling umum) telah membangkitkan minat para peniliti
selama bertahun- tahun. Penderita diabetes mempunyai risiko dua kali
terkena glaukoma daripada individu non-diabetes, meskipun beberapa
penelitian baru-baru ini telah mempertanyakan hal ini. Yang lebih menarik
lagi, kemungkinan seseorang yang mempunyai glaukoma sudut terbuka
kemudian menderita diabetes ternyata lebih
tinggi dibandingkan individu yang tidak mempunyai penyakit mata.
Glaukoma neovaskuler, tipe glaukoma yang jarang selalu dikaitkan dengan
abnormalitas yang lain, diabetes adalah yang paling sering. Pada beberapa
kasus retinopati diabetes, pembuluh darah pada retina menjadi rusak. Retina
kemudian memproduksi pembuluh darah baru yang abnormal.
Glaukoma neovaskuler dapat terjadi jika pembuluh darah yang baru
tumbuh pada iris (bagian berwarna pada mata), menutup cairan pada mata
dan meningkatkan tekanan pada mata. Glaukoma neovaskuler adalah
penyakit yang sulit untuk diobati. Salah satu pilihan adalah bedah laser
untuk mengurangi pembuluh darah abnormal pada permukaan iris dan
retina.
Komplikasi pada mata adalah hal yang umum terjadi pada penderita
diabetes, penting bagi penderita diabetes untuk memeriksakan kesehatan
mata mereka secara rutin. Institusi Mata Nasional (National Eye Institute)
merekomendasikan penderita diabetes untuk memeriksakan mata mereka
setahun sekali.
♣ Diabetes dan luka pada bagian kaki
Ulkus atau luka kaki dapat menjadi masalah yang sangat serius bagi
penderita diabetes. Penting untuk menyembuhkan ulkus secepatnya.
Kerusakan saraf pada diabetes dapat mengurangi nyeri sehingga ulkus kaki
kadang tidak menimbulkan rasa nyeri jadi sering diabaikan. Sejalan dengan
waktu ulkus kaki atau gejala-gejala penyakit dapat merusak kaki secara
serius.
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir.
Ulkus bisa dikatakan kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman
saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus
diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit
DM dengan neuropati perifer. Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan
kompliskasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat diabetes mellitus.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari makalah yang saya buat, dapat ditarik kesimpulan bahwa


penyakit Diabetes Militus (DM) ini sangat brrbahaya dan menakutkan.
Banyak sekali faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit
Diabetes Militus. Seperti conohnya, Obesitas(berat badan berlebih),faktor
genetis, pola hidup yang tidak sehat (jarang berolah raga), kurang tidur, dan
masih banyak yang lainnya.

3.2 Saran

Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Selalu berhati – hatilah dalam menjaga pola hidup. Sering berolah raga dan
istirahat yang cukup

2. Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau
minuman yang terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula
melonjak tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, DC & Hackley, JC.2000. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth.Jakarta: EGC

Buku ajar Fisiologi Guyton.

Lewis M Sharon, RN, PhD, Heitkemper MC faan. 2000. Medical Surgical Nursing
Ed.5.Mosby

Martinus, Adrian.2005.1001 Tentang Diabetes.Bandung:Nexx Media

Pearce, Evelyn C.2007.Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Jakarta:PT Gramedia


Pustaka Utama

Price, Sylvia A.2005.Patofisiologi volume Edisi 6.Jakarta:EGC

Smeltzer, Suzzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Ed.8.Jakarta: EGC

Tambayong, Jan dr. 2001. Anatomi dan fisiologi untuk keperawatan. EGC

www.trinoval.web.id

www.ilmukeperawatan.com

www.klikdokter.com

Anda mungkin juga menyukai