DIABETES MELITUS
DISUSUN OLEH :
KELAS A
Dosen :
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmatnya serta penyertaan-Nya, sehingga tugas makalah “Diabetes Milletus” ini dapat
diselesaikan.
Dalam penulisan makalah ini saya berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana, singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca. Saya menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan makalah ini. Maka saya berharap adanya masukan dari berbagai pihak untuk
perbaikan dimasa yang akan mendatang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan
dengan layak sebagaimana mestinya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………….…………………………....….i
DAFTAR ISI…………….………………………………………………………….…..ii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………….……...…1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….....1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….………….......1
1.3 Tujuan……………………………………………….………………………......2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………......3
2.1 Definisi Diabetes Melitus………….…………………………………………....3
2.2 Etiologi Diabetes Melitus…...….…………………………………………….....3
2.3 Diagnosis Diabetes Melitus……………………………….………………….....4
2.4 Uji Laboratorium Diabetes Melitus….………………………………………...4
2.5 Tatalaksana……………………………….……………………………………..5
2.6 SOAP Kasus………………………………………….………………………….7
BAB III PENUTUP……………………………………………….…………………....10
3.1 Kesimpulan…………………………………………………….……………….10
3.2 Saran………………………………....................................................................10
BAB IV DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...11
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan klasifikasi diabetes melitus secara umum
2. Mengetahui faktor risiko, gejala dan diagnosis diabetes mellitus secara umum
3. Mengetahui etiologi, patofisiologi, dan komplikasi yang berhubungan dengan diabetes
melitus tipe 1 dan 2.
4. Memahami garis-garis besar pendekatan penatalaksanaan dan terapi diabetes melitus.
BAB II
PEMBAHASAN
2.5 Tatalaksana
Penyusunan Informasi Dasar/Database Pasien
Penyusunan database dilakukan dengan menyalin nama, umur, berat badan
pasien serta terapi yang diberikan yang tertera pada resep. Mengenai masalah
medis (diagnosis, gejala) dibuat dengan menyusun perkiraan masalah medis
yang dimiliki pasien dari terapi yang diberikan. Masalah medis yang
diperkirakan selanjutnya dikonfirmasikan ulang kepada pasien dan dokter bila
perlu.
Riwayat alergi perlu ditanyakan khususnya pada pasien yang mendapat
antibiotika atau senyawa-senyawa obat lainnya yang potensil menimbulkan
alergi. Riwayat obat yang perlu ditanyakan adalah riwayat penggunaan obat
satu bulan terakhir. Hal ini diperlukan untuk memprediksikan efek samping
dan efek yang disebabkan masalah terapi obat lainnya, serta untuk membantu
pemilihan obat.
Evaluasi/Pengkajian
Tujuan yang ingin dicapai dari tahap ini adalah identifikasi masalah yang
berkaitan dengan terapi obat. Berbagai masalah yang dapat timbul berkaitan
dengan terapi obat secara rinci ini telah diuraikan dalam Bab V. Pelaksanaan
evaluasi dilakukan dengan membandingkan problem medik, terapi, dan
database yang telah disusun, kemudian dikaitkan dengan pengetahuan tentang
farmakoterapi, farmakologi dan ilmu pengetahuan lain yang berkaitan.
Rencana Pelayanan Kefarmasian (RPK)
Rencana Pelayanan Kefarmasian memuat beberapa hal berikut:
1. Rekomendasi terapi
Dalam rekomendasi terapi diajukan saran tentang pemilihan/penggantian
obat, perubahan dosis, interval dan bentuk sediaan.
2. Rencana Monitoring
Rencana monitoring terapi obat meliputi:
a. Monitoring efektivitas terapi.
Monitoring terapi obat pada kasus DM dilakukan dengan memantau
tanda-tanda vital. Selain itu parameter klinik juga dapat membantu
monitoring efektivitas terapi.
b. Monitoring Reaksi Obat Berlawanan (ROB) meliputi efek samping
obat,alergi dan interaksi obat.
Pelaksanaan monitoring terapi obat bagi pasien di apotek memiliki
keterbatasan bila dibandingkan dengan di rumah sakit, antara lain
kesulitan untuk mengikuti perkembangan pasien setelah keluar dari
apotek. Metode yang paling tepat digunakan adalah monitoring melalui
telepon baik apoteker yang menghubungi maupun sebaliknya, pasien
melaporkan melalui telepon tentang kejadian yang tidak diharapkan
kepada apoteker. Khususnya dalam memonitor terjadinya ROB, perlu
disampaikan ROB yang potensial akan terjadi serta memiliki
signifikansi secara klinik dalam konseling kepada pasien. Selain itu
pasien dihimbau untuk melaporkan kejadian yang dicurigai ROB
kepada apoteker. Selanjutnya apoteker dapat menyusun rekomendasi
terkait ROB tersebut.
3. Rencana Konseling
Rencana konseling memuat pokok-pokok materi konseling yang akan
disampaikan.
Implementasi Rencana Pelayanan Kefarmasian
Kegiatan ini merupakan upaya melaksanakan Rencana Pelayanan
Kefarmasian (RPK) yang sudah disusun. Rekomendasi terapi yang sudah
disusun dalam RPK, selanjutnya dikomunikasikan kepada dokter penulis
resep. Metode penyampaian dapat dipilih antara berbicara langsung (pada
apotek di poliklinik atau apotek pada praktek dokter bersama) atau melalui
telepon.
Tindak Lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan yang menjamin kesinambungan pelayanan
kefarmasian sampai pasien dinyatakan sembuh atau tertatalaksana dengan
baik. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa pemantauan perkembangan
pasien baik perkembangan kondisi klinik maupun perkembangan terapi obat
dalam rangka mengidentifikasi ada atau tidaknya masalah terapi obat (MTO)
yang baru. Bila ditemukan MTO baru, maka selanjutnya apoteker menyusun
atau memodifikasi RPK.
Kegiatan lain yang dilakukan dalam follow-up adalah memantau hasil atau
outcome yang dihasilkan dari rekomendasi yang diberikan. Hal ini sangat
penting bagi apoteker dalam menilai ketepatan rekomendasi yang diberikan.
Kegiatan follow-up memang sulit dilaksanakan di lingkup farmasi komunitas,
kecuali pasien kembali ke apotek yang sama, apoteker secara aktif
menghubungi pasien atau pasien menghubungi apoteker melalui telepon.
3.1 Kesimpulan
Diabetes melitus merupakan penyebab hiperglikemi. Hiperglikemi disebabkan oleh
berbagai hal, namun hiperglikemi paling sering disebabkan oleh diabetes melitus. Pada
diabetes melitus gula menumpuk dalam darah sehingga gagal masuk ke dalam sel. Kegagalan
tersebut terjadi akibat hormone insulin jumlahnya kurang atau cacat fungsi. Hormon insulin
merupakan hormon yang membantu masuknya gula darah.
Diabetes melitus dibedakan menjadi dua, yaitu diabetes melitus tipe 1 dan diabetes
melitus tipe 2.
Apoteker memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan
diabetes. Memberikan pelayanan kefarmasian secara paripurna melalui berbagai kegiatan
yang mendukung terapi diabetes yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien,
antara lain dengan melakukan monitoring dan mengevaluasi keberhasilan terapi, memberikan
rekomendasi terapi, memberikan pendidikan dan konseling dan bekerja sama erat dengan
pasien dalam penatalaksanaan diabetes sehari-hari.
Pada usia 55-59 tahun, seorang individu cenderung mengalami penurunan kualitas
hidup. Sebagian besar adalah berjenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan karena
perempuan memiliki faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diabetes melitus
seperti perempuan mudah mengalami obesitas, perempuan memiliki sindroma siklus bulanan,
dan perempuan juga dapat terkena diabetes melitus akibat dari kehamilannya.
Penderita diabetes melitus yang mengalami diabetes melitus < 10 tahun membutuhkan
penyesuaian diri terhadap penyakit yang dideritanya.
3.2 Saran
1. Selalu berhati-hati dalam menjaga pola hidup. Sering berolahraga dan istirahat yang
cukup.
2. Jaga pola makan. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula melonjak tinggi.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Nur Lailatul Lathifah. 2013. HUBUNGAN DURASI PENYAKIT DAN KADAR GULA
DARAH DENGAN KELUHAN SUBYEKTIF PENDERITA DIABETES MELITUS. Surabaya :
Universitas Airlangga.
Reny Chaidir, Ade Sry Wahyuni, Deni Wahyu Furkhani. 2017. HUBUNGAN SELF CARE
DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS. Bukittinggi : Stikes Yarsi.
Nany Suryani, Pramono, Henny Septiana. 2015. Diet dan Olahraga sebagai Upaya
Pengendalian Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015. Banjarbaru : STIKES Husada Borneo.