Anda di halaman 1dari 6

Curcuma Domesticae Rhizoma

( Rimpang Kunyit )

Simplisia curcuma domesticae rhizoma (rimpang kunyit) berupa rimpang yang telah
dikeringkan berasal dari tanaman curcuma domestica valenton. (sinonim: C.longa L,), suku
Zingiberaceae.

 Deskripsi tanaman
Tanaman berupa semak tinggi ±70cm, batang semu, tegak, bulat, membentuk
rimpang, berwarna hijau kekuningan. Daun tunggal berbentuk lanset memanjang, warna
hijau pucat, helai daun berjumlah 3-8 cm, ujung pangkal runcing, tepi rata, panjang 20-40
cm, lebar 8-12 cm, pertulangan menyirip, bunga majemuk mahkota 3 cm, lebar 1 cm,
berwarna kuning, kelopak silindris, bercangap 3, tipis dan berwarna ungu. Akar serabut
berwarna coklat muda.

 Kandungan Kimia
Kandungan utama dalam rimpang kunyit adalah kurkuminoida: berupa campuran
kurkumin, desmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin. Selain itu simplisia rimpang
kunyit juga mengandung minyak atsiri (sekitar 3-5%): berupa seskuiterpen keton (sekitar
60%) seperti arturmeron, zingiberen, β-atlanton, felandren, eugenol, borneol. Kandungan
lainnya adalah polisakarida seperti glikan, ukonan A-D.
 Farmakologi
Ekstrak kunyit memperlihatkan efek gastroprotektif pada hewan coba dengan
berbagai metode induksi tukak lambung. Pemberian secara oral ekstrak etanolik kunyit 500
mg/kg bb berfungsi sebagai anti luka secara nyata dapat menekan pengendalian hipotermik,
ligasi pilorik, dan induksi indometasin. Kunyit yang di berikan secara oral kepada tikus atau
mencit dengan dosis 100 mg/kg selama 6 hari mengakibatkan penurunan produksi getah
lambung, sedangkan pada dosis 50 mg/kg tidak memberi efek.
Ekstrak air dan metanolik dari kunyit yang di berikan secara oral kepada kelinci dosis
132 dan 155 mg/kg bb secara berturut-turut menurunkan sekresi asam lambung sebesar 44,4
dan 47,9% sekresi asam sebesar 66,5% dan 57,3% dan sekresi pepsin sebesar 50,4% dan
68,6%. Kombinasi ekstrak rimpang kunyit dan kulit batang mimba pada dosis masing-
masing 500mg/kg bb dan 100 mg/kg bb memperlihatkan efek gastroprotrktif pada tikus
yang diinduksi dengan etanol dan asetosal. Efek tersebut dapat dilihat dari prnurunan
induksi ulkus, jumlah mukosa lambung, jumlah asam lambung, dan didukung pula oleh
pengamatan histologi.
Ekstrak rimpang kunyit mempunyai aktivitas anti tukak lambung selain uji preklinik,
uji klinik efek anti tukak lambung juga telah dilakukan. Efek anti tukak lambung diduga
melalui penghambatan sekresi asam lambung, aktivitas antiinflamasi, penghambat radikal
bebas dan antibakteri. Ekstrak rimpang kunyit menunjukkan efek antagonis selektif dan
kompetitif terhadap reseptor H2. Hal ini mengindikasikan adanya mekanisme reduksi dalam
tukak lambung.
Kunyit dikenal sebagai inhibitor enzim siklooksigenase-2, beberapa senyawa yang
terkandung di dalam kunyit memiliki efek protektif terhadap saluran pencernaan. Penelitian
dengan menggunakan tikus menunjukkan kunyit dapat menghambat pembentukkan tukak
yang disebabkan stres, alkohol, indometasin, pengikatan pilorus dan reserpin, serta
meningkatkan mukosa lambung secara signifikan.
Pengujian klinik secara acak telah dilakukan pada 50 pasien tukak lambung,
pemberian 750 mg kunyit (n=27) selama 12 minggu dibandingkan dengan antasida yang
mengandung aluminium dan magnesium hidroksida (n=23). Setelah 6 minggu perlakuan, 9
pasien yang menerima kunyit mengalami penyembuhan total, sedangkan pada antasida 15
pasien. Pengujian lebih lanjut selama 12 minggu penyembuhan total pada kelompok kunyit
terjadi pada 70,6% pasien, sedangkan pada antasida 94,1% pasien.
Uji klinik tersamar ganda pada 130 pasien ulkus duodenum, pemberian 6 g kunyit
sehari selama 8 minggu, tidak memperlihatkan efek yang lebih baik dibandingkan dengan
plasebo. Efek kecepatan penyembuhan pada kunyit sekitar 27%, sedangkan plasebo 29%.

 Flutulen / Dispepsia
Pada 440 pasien yang mengalami dispepsia diberikan 81 mg ekstrak alkoholik kunyit 2
kali sehari selama 4 minggu. Perbaikan dibandingkan dengan keadaan sebelumnya terjadi
penurunan skor simptom hampir 84% untuk mual, 71% untuk muntah, 66% untuk nyeri
perut bagian atas, 66% untuk nyeri perut bagian bawah, 61% untuk rasa bengah, 58%
untuk flutulensi, dan 58% untuk konstipasi. Secara keseluruhan penurunan skor simptom
dispepsia sekitar 66%.

 Keamanan
Pemberian dosis tunggal ekstrak alkoholik kunyit pada berbagai dosis 3 g/kg bb pada
mencit, serbuk kunyit 2,5 g/kg atau ekstrak etanolik 300 mg/kg pada tikus, marmot dan
monyet tidak menimbulkan tanda-tanda toksisitas. Selain itu pemberian dosis tunggal
kurkumin 2 g/kg bb secara oral dan intraperitonial pada mencit tidak menyebabkan
kematian.
Potensi induksi tukak lambung dari kurkumin sampai saat ini masih kontroversial.
Pada pemberian kurkumin 100 mg/kg bb secara oral pada tikus selama 6 hari
memperlihatkan efek pembentukan ulkus, namun studi lain memperlihatkan efek
gastroprotektif.
Ekstrak alkoholik, ekstrak air, minyak atsiri dan kurkumin tidak memberikan efek
mutagenik pada uji ames. Selain itu efek genotoksik juga tidak terlihat setelah pemberian
dosis tunggal kunyit sampai 5 g/kg bb pada tikus.
Pemberian kunyit 0,15% dan kurkumin 0,015 g selama 12 minggu tidak memberikan
efek teratogenik, yang dilihat dari parameter kecepatan kehamilan, jumlah embrio mati
dan hidup. Pemberian kurkumin pada pakan tikus dengan dosis setara dengan kurang lebih
1000 mg/kg bb pada tikus betina dan jantan dua generasi berturut-turut tidak memberikan
efek pada parameter reproduksi. NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) dari
kurkumin adalah 250-320 mg/kg, dan berdasarkan data ini JECFA mengalokasikan ADI
(Accepted Daily Intake) dari kurkumin adalah 0-3 mg/kg.
Pada 600 sukarelawan, pemberian kunyit sampai 6 g sehari atau kurkumin sampai
dengan 1,5 g selama beberapa minggu, tidak terjadi efek serius. Kasus yang terjadi dalam
jumlah kecil adalah rasa tidak nyaman pada saluran cerna.

 Dosis
Dosis untuk dewasa dalam bentuk simplisia 3-9 g sehari, 1,5-3 g ekstrak sehari atau sediaan
yang setara. Bentuk infusa 0,5-1 g sehari tiga kali, tingtura (1:10) 0,5-1 ml sehari 3 kali.
Curcumae Rhizoma

( Rimpang Temulawak)

Simplisia curcuma rhizome (rimpang temulawak) berupa potongan rimpang yang telah
dikeringkan berasal dari tanaman curcuma xanthorrhiza Roxb., suku Zingiberaceae.

 Deskripsi Tanaman
Merupakan tanaman terna, berbatang semu tinggi mencapai 2m. Daun berbentuk bulat
memanjang, warna hijau, sisi ibu tulang daun merah keunguan. Bungan majemuk, keluar
dari rimpang, kelopak berwarna putih, mahkota berbentuk tabung, helaian bunga berwarna
putih bagian ujung merah tua.

 Kandungan Kimia
Kandungan utama kurkuminoid (1-2%), yaitu: kurkumin dan monodesmetoksikurkumin
(tidak kurang dari 1,0% dihitung sebagai kurkumin), bisdesmetoksikurkumin ditemukan
dalam jumlah sangat kecil, bahkan kadang tidak terdeteksi. Kandungan lain adalah
golongan seskuiterpen 3-12% (tidak kurang dari 5,0%), terutama: ar-kukumen,
xanthorhizol, β-kurkumen, dan germakron.

Gambar 8.3 struktur kimia beberapa senyawa dalaam rimpang temulawak.


 Farmakologi
Temulawak telah digunakan secara turun-temurun di indonesia untuk pengobatan
kelainan hati. Ekstrak etanolik terstandar dari rimpang temulawak (500mg/kg) selama
7 hari memperhatikan efek hepatoprotektif pada tikus yang diinduksi dengan etanol.
Hal ini dapat dilihat dari pengamatan fungsi hati seperti kadar ALT, AST, dan
kandungan protein. Efek tersebut juga didukung dari pengamatan hispatologi.
Xantorhizol yang diisolasi dari temulawak pada dosis 200mg/kg bb sehari-hari selama
4 hari sebelum diinduksi dengan sisplatin (45 mg/kg, ip) pada mencit secara nyata
dapat menghambat kerusakan hati. Mekanisme hepatoprotektor tersebut diduga
melalui regulasi faktor transksripsi aktivitas DNA-binding, NF-Kb dan AP-1.

 Keamanan
Ekstrak etanolik terstandar temulawak mengandung xanthorrhizol 0,1238 mg/kg pada
dosis 5 g/kg bb per oral tidak memberikan tanda-tanda toksisitas pada mencit.

Anda mungkin juga menyukai